LAPORAN
Dosen:
Oleh :
B. Tujuan Praktikum
Menentukan cepat rambat bunyi diudara pada temperature kamar dengan menggunakan
osiloskop
C. Alat dan Bahan
1. Audio Generator
2. Mikrophone
3. Speaker
4. Amplifier
5. Osiloskop
5. Penggaris
6. Kabel Penghubung
D. Dasar Teori
1. Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena
perapatan dan perenggangan dalam medium gas, cair, atau padat. Gelombang bunyi
dihasilkan ketika ada sebuah benda yang bergetar dan menyebabkan gangguan
kerapatan medium melalui interaksi molekul-molekulnya yang hanya bergetar ke
depan dan ke belakang disekitar posisi keseimbangan.
Didalam gas, kerapatan dan tekanan saling berkaitan. Oleh karena itu,
gelombang bunyi dalam gas seperti udara dapat dipandang sebagai gelombang
kerapatan atau gelombang tekanan.
Gelombang bunyi yang harmonic dapat disebabkan oleh sumber yang bergetar
dengan gerak harmonic sederhana, seperti garpu tala atau pengeras suara yang
digerakan oleh osilator audio. Sumber yang bergetar tersebut menyebabkan molekul-
molekul udara didekatnya berosilasi dengan gerak harmonic sederhana disekitar
posisi kesetimbangannya. Mlekul ini betmbukan dengan molekul –molekul yang
lainnya, sehingga menyebabkan molekul tersebut berosilasi. Dengan cara demikian
gelombang bunyi dijalarkan. Simpangan molekul untuk gerak harmonic dapat ditulis
𝑠 (𝑥,) =S0 sin(𝑘𝑥 −𝜔𝑡) menunjukan simpangan yang sejajar dengan arah gerak
gelombang yang berarti bunyi merupakan gelombang longitudinal ; dengan S 0
adalah simpangan maksimum molekul gas dari posisi kesetimbangannya dan 𝑘
merupakan bilangan gelombang 𝑘 = 2𝜋 / 𝜆 , dan 𝜔 adalah frekensi sudut 𝜔 = 2𝜋𝑓 =
2𝜋 / 𝑇. Sebagaiman sebuah gelombang harmonic, maka laju gelombang sama
ω
dengan frekuensi kali panjang gelombang 𝑣 = 𝜆𝑓 = .
k
2. Sifat Gelombang Bunyi
a. Memerlukan medium dalam perambatannya
Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik yang memerlukan medium
dalam perambatannya. Hal ini terbukti ketika astronout berada di pesawat luar
angkasa yang vakum, mereka menggunakan alat komunikasi untuk saling
berkomunikasi.
b. Mengalami pemantulan (refleksi)
Bukti dari bunyi mengalami refleksi ialah gaung. Gaung merupakan pantulan
gelombang bunyi yang terdengar secara bersamaan dengan gelombang bunyi asli.
c. Mengalami pembiasan (refraksi)
Suara petir akan lebih terdengar nyaring ketika malam hari dibandingkan siang
hari. Hal ini terjadi karena pada siang hari lapisan udara bagian atas bumi lebih
dingin daripada lapisan udara bagian bawah bumi. Cepat rambat bunyi pada suhu
dingin akan lebih kecil daripada suhu panas maka kecepatan bunyi dilapisan
udara diatas bagian bumi lebih kecil dari lapisan bawah bagian bumi yang
mengakibatkan medium lapisan atas bagian bumi lebih rapat dari medium lapisan
bawah bagian bumi.
d. Mengalami pelenturan (difraksi)
Gelombang bunyi diudara memiliki panjang gelombang dalam rentang sentimeter
sampai bebeapa meter. Panjang gelombang yang besar akan mudah di lenturkan.
Contoh dari peristiwa pelenturan gelombang ialah suara mesin mobil di tikungan
jalan yang terdengar meskipun mobil tersebut belum terlihat.
e. Mengalami perpaduan (interferensi)
Contoh dari peristiwa gelombang bunyi mengalami interferensi, ketika kita berada
di posisi antara dua buah loud-speaker dengan frekuensi dan amplitude yang
hamper sama, maka kita akan mendengar bunyi yang keras dan lemag secara
bergantian.
4. Pola Lissajous
Super Posisi Getaran Harmonik yang saling tegak lurus, getaran harmonic
resultannya jika diplot dalam dua sumbu yang saling tegak lurus akan diperoleh
gambar Lissajous (li-sa-ju). Dengan melihat bentuk pola Lissajous kita bias
menentukan beda fasa antara dua sinyal. Juga dapat ditentukan perbandingan
frekuensi. Gambar di bawah ini memperlihatkan beberapa pola Lissajous dengan
perbandingan fekuesni dan beda fasa yang berbeda-beda.
atau
y 12 y 22 y1 y2
2
sin ( a1 −a2 )=
( )( )
a12
+
a22
−2
a1 a2
cos (a ¿ ¿ 1−a2 )… … … . ( 1 ) ¿
Jika beda fase dari kedua gelombang Δ = 𝛼1 −𝛼2 di set menjadi kelipatan genap dari
π, Δ = ±2𝑛𝜋 maka persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :
y 12 y 22 y1 y2
( )( )
a1 2
+
a2 2
−2
a1 a2
=0
a1
y 1= y … … … … … … … …(2)
a2 2
Persamaan tersebut merupakan persamaan garis lurus. Bila perbedaan fasenya
merupakan kelipatan bilangan ganjil dari π maka persamaan (1) akan menjadi:
−a1
y 1= y … … … … … … … … (3)
a2 2
Juga merupakan persamaan garis lurus tapi kemiringan garisnya negatif dari
kemiringan garis pada persamaan (2).
Salah satu sinyal dari dua sinyal listrik yaitu sinyal dari audio generator
dihubungkan ke
speaker ( transmitter sinyal) dan secara paralel juga dihubungkan ke salah satu input
dari osiloskop yang disebut sinyal x pada osiloskop. Mikrofon bertindak sebagai
receiver sinyal yang berasal dari speaker dihubungkan ke osiloskop yang disebut
sinyal y pada osiloskop. Transmitter akan memancarkan gelombang bunyi dengan
frekuensi tepat seperti yang diatur pada audio generator . Gelombang bunyi akan
merambat di udara dan akan ditangkap oleh receiver yang ditempatkan di depan
transmitter pada jarak tertentu. Beda fase antara dua sinyal tersebut yaitu sinyal x dan
sinyal y yang bergantung pada panjang lintasan yang ditempuh bunyi di udara antara
transmitte r dan receiver . Jika panjang lintasannya merupakan kelipatan dari panjang
gelombang bunyi 𝑛𝜆, maka layar tampilan osiloskop akan menunjukan gambar garis
2n+ 1
dengan kemiringan positif. Jika panjang lintasannya merupakan kelipatan dari
2
𝜆, maka layar tampilan osiloskop akan menunjukkan gambar garis dengan kemiringan
negatif. Dengan demikian perbedaan panjang lintasan antara dua garis lurus yang
berurutan pada osiloskop ialah 𝜆/2.
E. Prosedur Praktikum
1) Merangkai alat sepeti skema berikut.
2) Mengatur set osiloskop pada mode XY dan mengatur frekuensi audio generator pada
2.5kHz
3) Mengatur amplitude dari sinyal input sinusoidal hingga pada layar tampilan osiloskop
Nampak gambar ellips
4) Menempatkan speaker pada dudukan mistar dengan posisi tetap, dan menempatkan
mikrofon pada dudukan mistar dengan posisi dapat diubah-ubah
5) Mengatur gerakan mikrofon yang tepat di depan speaker hingga pada layar osiloskop
terlihat gambar garis lurus miring kanan, miing kiri, miring kanan, miring kiri, dan
miring kanan
6) Mengatur frekuensi audio generator menjadi 3 kHz dan mengulangi langkah 4-5
7) Mengatur frekuensi audio generator menjadi 3.5 kHz dan mengulangi langkah 4-5
8) Mengatur frekuensi audio generator menjadi 4 kHz dan mengulangi langkah 4-5
9) Mengatur frekuensi audio generator menjadi 4.5 kHz dan mengulangi langkah 4-5
10) Mencatat data panjang lintasan antara garis lurus yang berurutan
11) Merapikan kembali peralatan yang telah digunakan
12) Berdasarkan data yang diperoleh, memplot grafik hubungan λ terhadap 1/f.
berdasarkan grafik yang diperoleh menentukan harga cepat rambar bunyi diudara.
F. Tabel Pengamatan
G. Pengolahan data
1. Metoda statistika
No f (kHz) λ (m) 1 1 v (m/s) |v−v́| (m/s) 2
|v−v́| (m/s)2
(× 10−4 )
f Hz
1 2,5 0,142 4,0 356,2 6,6 44,2
2 3,0 0,120 3,3 361,5 1,4 2,0
3 3,5 0,108 2,9 365,5 2,6 6,8
4 4,0 0,090 2,5 360,0 2,9 8,4
5 4,5 0,082 2,2 366,8 3,8 14,8
1810,0 76,2
∑ vi 1810 , 0
v́= i=1 = =362 , 0 m/s
5 5
2
∆ v=
√ ∑ |v −v́| =
n−1
76 ,2
4 √
=¿ 4 , 4 m/ s ¿
Maka ; v = (362,0 ± 4.4) m/s
Dengan persentase kesalahan presisi adalah
∆v 4.36
x 100 %= x 100 %=1, 2 0 %
v́ 362
Dan persentase kesalahan akurasinya sebesar
….?
2. Metoda Grafik
No 1 λ (m)
1/f (×10−4 )
Hz
1 4.0 0.142
2 3.3 0.120
3 2.9 0.108
4 2.5 0.090
5 2.2 0.082
Grafik yang dihasilkan.
(hasil akhirnya satu angka dibelakang koma mba,, seperti perhitungan statistic)
Samakan caranya dengan laporan yang telah saya bagikan kemaren itu mba
H. Analisis data
Pada saat pengambilan data yang dilakukan ialah mengambil data saat layar osiloskop
menunjukan garis miring kanan, miring kiri, miring kanan, miring kiri dan miring kanan.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan jarak yang lebih akurat. Pengambilan data
yang dilakukan memiliki arti bahwa nilai panjang gelombang yang didapat ialah perbedaan
selisih panjang lintasan antara dua garis lurus yang berurutan dibagi banyak data dua garis
lurus berurutan yang diambil.
Hasil pengolahan data yang diperoleh menggunakan metoda statistika menyatakan bahwa
cepat rambar bunyi di udara sebesar v = (362 ± 4.36) m/s dengan presentase kesalahan
sebesar 1.2%. Berdasarkan literature telah diketahui bahwa cepat rambat bunyi di udara pada
temperature ± 25℃ ialah 347 m/s, sehingga presentase kesalahan akurasinya sebesar
|v−vliteratur| |362−347|
x 100 %= x 100 % = 4.32%. sedangkan hasil pengolahan data yang
v literatur 347
diperoleh menggunakan metoda grafik menyatakan cepat rambat bunyi diudara sebesar
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan kedua metode tampak memiliki selisih
dengan cepat rambat bunyi diudara berdasarkan literature. Hal ini disebabkan oleh beberapa
factor, yaitu:
1. Suasana lingkungan percobaan yang bising mempengaruhi proses penerimaan bunyi
oleh receiver
2. Perubahan temperature yang bias saja terjadi ketika pengamat tidak sedang
mengamati temperature
3. Tampilan garis lurus miring di osiloskop tidak benar-benar Nampak lurus
4. Kondisi udara yang bergerak mempengaruhi kecepatan rambar bunyi. Apabila
kondisi angina searah dengan rambat bunyi maka kecepatannya akan bertambah, jika
sebaliknya maka kecepatan akan melambat
5. Kesalahan saat pengukuran jarak entara speaker dan receiver
6. Ketidaktelitian pengamat saat melakukan percobaan
I. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa besar
cepat rambat bunyi di udara menggunakan metoda statistika ialah v = (362 ± 4.36) m/s
dengan presentase kesalahan sebesar 1.2% dan presentase kesalahan akurasi sebesar
4.32%. sedangkan besar cepat rambat bunyi di udara menggunakan metode grafik ialah
Pengolahan yang lebih baik dilakukan ialah dengan menggunakan metoda grafik
karena menghasilkan akurasi dengan literature paling kecil.
J. Daftar Pustaka
Tipler, Paul. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik jilid 1. Jakarta : Erlangga