Anda di halaman 1dari 8

Gaya Belajar Anda Visual, Auditori, atau Kinestetik ?

Posted on December 28, 2007 by eNPe

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu :


“modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing2 dari kita belajar
dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih
cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.

1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar
visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal
ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada
peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut,
atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau
menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus
melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka
berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan
video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk
mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :

² Bicara agak cepat

² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

² Tidak mudah terganggu oleh keributan

² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

² Lebih suka membaca dari pada dibacakan

² Pembaca cepat dan tekun

² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato


² Lebih suka musik dari pada seni

² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.

3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang
bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat
pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga
ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih
cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan.
Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang
mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi
ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan
mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri

² Penampilan rapi

² Mudah terganggu oleh keributan

² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang
dilihat
² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

² Biasanya ia pembicara yang fasih

² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual

² Berbicara dalam irama yang terpola

² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam
keluarga.

2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya
belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini
sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan
eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan
sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :


² Berbicara perlahan

² Penampilan rapi

² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

² Belajar melalui memanipulasi dan praktek

² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
membaca

² Menyukai permainan yang menyibukkan

² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat
itu

² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang


mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia
baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.

5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai
dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar
otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya
belajar yang berbeda-beda. Bagaimana dengan gaya belajar Anda?
Wallahu’alam
« PENDIDIKAN YANG EFEKTIF
Kurikulum untuk Pluralitas Kebutuhan Belajar Individual »
GAYA BELAJAR ANAK
By supraptojielwongsolo

“Orangtua dan guru harus kenal gaya belajar anak secara tepat agar anak tidak frustasi
karena dinilai bodoh”
Simaklah paparan berikut ini. Tulisan Ozu rapih dan enak dibaca. Di dalam buku catatan
sekolahnya banyak sekali simbol atau gambar daripada kata-kata. Kalau mencari buku
bacaan, Ozu akan membolak-batik gambarnya atau penggambaran suasana cerita. Jika
membaca atau mendengar kata bunga, dia mencatatnya dengan gambar bunga, atau kata
“meningkat” akan ditulisnya berupa tanda panah ke atas. Di kelas dia lebih suka kalau
guru menerangkan sesuatu dengan gambar. Bagi Ozu segala sesuatu yang ia dengar, harus
ditulis kembali dalam satu daftar. Tak jarang dia membuat titian keledai dengan nama
yang mudah diingat untuk mengingat pelajaran.
Sedangkan, buku tulis Gladys lebih banyak halaman kosong dan tulisannya tak cukup
rapih. Gladys selalu bilang sudah memahami pelajaran dengan baik, jadi tidak perlu ada
catatan. Di dalam kelas Gladys selalu aktif bertanya, ia juga dianggap cermat
mendengarkan pelajaran. Di rumah Gladys lebih asyik bermain PS dan selalu membaca
ulang komik-komik yang dibeli, sampai hafal dialognya la selalu ingat kata-kata yang
didengar?nya. Jangan coba-coba berjanji dengan Gladys, pasti akan dikejarnya.
Lain lagi dengan Fani yang selalu mempraktikkan perkataan guru di kelas. Dia paling
suka melakukan percobaan. Semua tugas praktik dalam buku pelajaran dengan antusias
dikerjakannya sendiri. Fani semangat bertanya hal apa saja yang ingin diketahuinya untuk
bisa dilakukan. Dia paling sering membantu bibi memasak. Ibunya mengaku jarang
melihat Fani duduk membaca dan menu?lis terus menerus dengan tertib di dalam kamar.
Orangtua harus menyadari bahwa anak memiliki gaya belajar berbeda untuk
mengembangkan potensinya. Mari kita bayangkan bahwa potensi anak berada di dalam
satu kotak tertutup. Untuk membuka kotak tersebut, diperlukan kunci. Kunci yang
dimaksud adalah bagaimana orangtua dapat memahami gaya belajar anak, sehingga tidak
perlu merasa cemas kalau melihat anak tampak santai di rumah karena tidak belajar. Tiap
individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui pengalaman hidup. Yang
pasti semua orang belajar melalui alat inderawi, baik penglihatan, pendengaran, dan
kinestetik. Psikolog pendidikan menyakini bahwa setiap orang memiliki kekuatan belajar
atau modalitas belajar. Semakin kita mengenal baik modalitas belajar kita maka akan
semakin mudah dan lebih percaya diri di dalam menguasai suatu keterampilan dan
konsep-konsep dalam hidup. Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya
melalui pengalaman hidup. Yang pasti semua orang belajar melalui alat inderawi, baik
penglihatan, pendengaran, dan kinestetik. Psikolog pendidikan menyakini bahwa setiap
orang memiliki kekuatan belajar atau modalitas belajar. Semakin kita mengenal baik
modalitas belajar kita maka akan semakin mudah dan lebih percaya diri di dalam
menguasai suatu keterampilan dan konsep-konsep dalam hidup. Belajar berawal dari
rumah! Anak belajar melalui apa yang ia lihat, dengar, dan sentuh. Satu dari tiga saluran
inderawi -visual, auditori dan kinestetik- adalah salah satu cara untuk belajar dengan
baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi cara belajar anak adalah persepsi, yaitu
bagaimana dia memperoleh makna dari lingkungan. Persepsi diawali lima indera:
mendengar, melihat, mengecap, men?cium,dan merasa.Didunia pendidikan, istilah
modalitas mengacu khusus untuk penglihatan, pendengaran, dan kinestetik. Modalitas
visual menyangkut penglihatan dan bayangan mental. Modalitas pen?dengaran merujuk
pada pendengaran dan pembicaraan. Modalitas kinestetik merujuk gerakan besar dan
kecil. Salah satu tanda mengenali gaya bela?jar seseorang melalui kalimat yang ia
gunakan. Tipe visual akan bicara misalnya, ” Mama, lihat muka Indri dong jika mau
bicara sesuatu.” Bu Guru bisa melihat apa yang aku maksudkan barusan?” Sedang?kan,
tipe auditori mengatakan, “Mama, dengerin, aku mau cerita:’Tipe kineste?tik cenderung
berbicara sangat singkat, bahkan tanpa komentar apapun. Tanpa disadari gaya belajar
mempenga?ruhi seseorang memilih tempat duduk. Tipe visual lebih memilih duduk di
baris depan. Tipe auditori cenderung duduk di tengah-tengah. Tipe kinestetik, lebih
memilih duduk di sebelah kanan, dekat pintu. Mereka akan segera melarikan diri jika
merasa tidak perlu mendengarkan. Apa yang bisa dibantu orangtua? Dengan memahami
gaya belajar anak berarti akan membuat anak lebih bahagia. Karena respons orangtua
terhadap kebutuhan dirinya tepat. Bagi anak dengan gaya belajar kinestetik, maka
orangtua atau guru diharap pula aktif bersikap fisik.Anak tak mau buang waktu untuk
bicara dan cenderung langsung pada apa yang harus dikerjakan. Anak sangat energik dan
selalu nomor satu berdiri di depan barisan. Jika mendengarkan musik, dia bergoyang
sesuai irama. Jika diajak jalan-jalan, tangannya mencoba menyen?tuh apa saja. Pilih
mainan roda dua, tali lompat, bola, cat air, clan dough. Anak juga suka main drama.
Penegakkan disiplin tak cukup hanya verbal, karena tak berpengaruh. Perlu digunakan
cara time out. Anak tipe auditori terlihat gemar bicara. Di kelas sering mengganggu anak
lain dengan teriakan dan cerita-ceritanya. Anak ini pencinta musik apa saja. Pilih
berbagai macam CD dan alat musik main?an. Beri kesempatan sebanyak mungkin untuk
bicara, menyanyi, mendengarkan, dan berteriak. Penegakan disiplin cukup dengan kata-
kata. Gunakan dialog dan tatap muka untuk menjelaskan masalah yang perlu menjadi
perhatiannya.
Anak tipe visual tampak terpaku dalam mengamati sesuatu. Dia penuh rasa ingin tahu
terhadap hal baru. Orangtua dapat memberikan kesempatan melalui gambar-gambar.
Berbagai perlengkapan seperti papan tulis, krayon, cat air, spidol, gunting clan lem bisa
disiapkan untuknyz Termasuk main-an boneka-boneka yang dapat diganti pakaiannya.
Disiplin ditegakkan dengan mengacu pada orangtua. Mereka tidak membutuhkan
perkataan panjang lebar, tetapi cukup mencontoh perbuatan orangtua. Hadiah cukup
dengan senyum lebar, dan ekspresi orangtua terhadap kegiatan mereka.
Peraturan bagi orang tua :
1. Sadari tipe gaya belajar anak. Tipe kinestetik, visual, auditori atau kombinasi.
2. Sadari tipe gaya belajar diri. Orangtua bisa saja memiliki gaya belajar berbeda dengan
anaknya.
3. Penuhi anak dengan kesempatan agar dia berhasil dalam modalitas yang dimilikinya.
4. Disiplin dan beri hadiah sesuai dengan gaya belajarnya.
5. Selalu melihat posisi terbaik yang dimiliki anak untuk dikembangkan.
6. Bantulah anak menggunakan strategi modalitas untuk menguasai berbagai
keterampilan clan konsep lainnya.–*
Karakteristik Gaya Belajar
Visual
Gaya, Belajar melalui pengamatan: mengamati peragaan
Membaca, Menyukai deskripsi, sehingga seringkali ditengah-tengah membaca berhenti
untuk membayangkan apa yang dibacanya.
Mengeja, Mengenali huruf melalui rangkaian kata yang tertulis
Menulis, Hasil tulisan cenderung baik, terbaca jekas dan rapi.
Ingatan, Ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja.
Imajinasi, Memiliki imajinasi kuat dengan melihat detil dari gambar yang ada.
Distraktibilitas, Lebih mudah terpecah perhatiannya jika ada gambar.
Pemecahan, Menulis semua hal yang dipikirkan dalam suatu daftar.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat
dilihat.
Respon untuk situasi baru, Melihat sekeliling dengan mengamati struktur.
Emosi, Mudah menangis dan marah, tampil ekspresif
Komunikasi, Tenang tak banyak bicara panjang, tak sabaran mendengar, lebih banyak
mengamati.
Penampilan, Rapi, paduan warna senada, dan suka urutan.
Respon terhadap seni, Apresiasi terhadap seni apa saja yang dilihatnya secara mendalam
dengan detil dan komponen, daripada karya secara keseluruhan.

Auditori
Gaya, belajar melalui instruksi dari orang lain
Membaca, Menikmati percakapan dan tidak memperdulikan ilustrasi yang ada
Mengeja, Menggunakan pendekatan melalui bunyi kata
Menulis, Hasil tulisan cenderung tipis, seadanya
Ingatan, ingat nama lupa muka,ingatan melaui pengulangan.
Imajinasi, Tak mengutamakan detil, lebih berpikir mengandalkan pendengaran.
Distraktibilitas, Mudah terpecah perhatiannya dengan suara.
Pemecahan, Pemecahan masalah melalui lisan.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Ngobrol atau bicara sendiri.
Respon untuk situasi baru, Bicara tentang pro dan kontra.
Emosi, Berteriak kalau bahagia, mudah meledak tapi cepat reda, emosi tergambar jelas
melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.
Komunikasi, Senang mendengar dan cenderung repetitif dalam menjelaskan.
Penampilan, Tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.
Respon terhadap seni, Lebih memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap
berdiskusi sebagai karya secara keseluruhan,tidak berbicara secara detil dan komponen
yang dilihatnya.

Kinestetik
Gaya, Belajar melalui melakukan sesuatu secara langsung
Membaca, Lebih memiliki bacaan yang sejak awal sudah menunjukkan adanya aksi.
Mengeja, Sulit mengeja sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannya
Menulis, Hasil tulisan “nembus” dan ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi
sangat jelas terbaca.
Ingatan, Lebih ingat apa yang sudah dilakukan, daripada apa yang baru saja dilihat atau
dikatakan.
Imajinasi, Imajinasi tak terlalu penting, lebih mengutamakan tindakan/kegiatan.
Distraktibilitas, Perhatian terpecah melalui pendengaran
Pemecahan, Pemecahan masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Mencari kegiatan fisik bergerak.
Respon untuk situasi baru, Mencoba segala sesuatu dengan meraba, merasakan dan
memanipulasi.
Emosi, Melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan tubuh
keseluruhan sebagai luapan emosi.
Komunikasi, Menggunakan gerakan kalau bicara, kurang mampu mendengar dengan
baik.
Penampilan, Rapi, namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukan
Respon terhadap seni, Respons terhadap musik melalui gerakan. Lebih memiliki patung,
melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.
teks ini diambil dari tulisan DR Reni Akbor Howodi Psi. Fok. Psikologi U1

Anda mungkin juga menyukai