Anda di halaman 1dari 13

Nama : Miptah Maulana

NIM : 170511623013
OFF :A2

ELEMEN MESIN
PERENCANAAN POROS

Rencanakan sebuah poros dengan diameter 20 mm yang dipergunakan untuk


memindahkan tenaga gerak putar sebuah motor listrik sebesar 5 kW dengan putaran 2000 rpm.
Poros mengalami beban puntir, dan juga beban lentur. Pada poros dibuat alur pasak, jika sehari
poros ini dipakai selama 8 jam dengan tumbukan ringan. Batang dibuat dari baja difinis dingin
S30C.

Diketahui :
ds = 20 mm
P = 5 kW
n = 2000 rpm
Bahan S30C

Penyelesaian :
1. Daya yang ditransmisikan P = 5 kW, putaran n= 2000 rpm. Sebelum melakukan perencanaan,
perlu ditentukan daya yang akan ditransmisikan dan putaran n untuk menentukan kekuatan poros
yang akan direncanakan. Dalam hal ini poros tidak boleh terlalu kuat.
2. Faktor koreksi untuk tumbukan ringan fc dipilih 1,0 dengan pertimbangan untuk daya rata-rata.
Menentukan faktor koreksi daya (fc) dengan pertimbangan faktor koreksi daya yang akan
ditransmisikan untuk daya rata-rata 0,8-1,2 sedangkan untuk daya maksimum dapat diambil 1,2-
2,0 dan untuk daya normal 1,0-1,5.
3. Harga daya yang direncanakan dihitung dengan mengalikan faktor koreksi daya dengan daya
yang ditransmisikan.
Pd = fc x P
Pd = 1,0 x 5
Pd = 5 kW
4. Harga momen puntir rencana
𝑃𝑑
𝑇 = 9,74 × 105 ×
𝑛
5
𝑇 = 9,74 × 105 ×
2000
𝑇 = 2435 𝑘𝑔. 𝑚𝑚
5. Besarnya tegangan geser
5,1 𝑇
𝜏=
𝑑𝑠 3
5,1 × 2435
𝜏=
203
𝑘𝑔
𝜏 = 1,55 ⁄𝑚𝑚2
6. Kekuatan bahan S30C dari tabel kekuatan bahan diketahui
𝑘𝑔
Tegangan tarik 𝜎𝐵 = 48 ⁄𝑚𝑚2
Faktor keamanan untuk menghitung tegangan geser ijin Sf1 = 6,0
Faktor keamanan untuk konsentrasi tegangan Sf2 = 2,0
Menentukan faktor keamanan untuk menghitung tegangan geser ijin Sf1 untuk baja karbon
konstruksi mesin (S-C) angka keamanannya adalah 6,0 dan faktor keamanan untuk konsentrasi
tegangan Sf2 dengan mengambil harga sebesar 1,3 sampai 3,0.
7. Tegangan geser diijinkan
𝜎𝐵
𝜏𝑎 =
𝑆𝑓1 × 𝑆𝑓2
48
𝜏𝑎 =
6,0 × 2,0
𝑘𝑔
𝜏𝑎 = 4 ⁄𝑚𝑚2
8. Karena poros akan mengalami beban lentur maka diambil faktor beban lentur Cb = 2,0 dan faktor
koreksi untuk momen puntir Kt = 1,5.
Menentukan faktor koreksi lenturan Cb dengan harga antara 1,2 sampai 2,3 dan jika diperkirakan
tidak akan terjadi pembebanan lentur maka nila Cb diambil 1,0.
Menentukan faktor koreksi puntiran Kt dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan secara halus,
jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan dipilih sebesar 1,0-1,5 dan 1,5-3,0 jika beban
dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar.
9. Pemasangan poros pada konstruksi mesin selalu ditumpu oleh beberapa bantalan agar poros
dapat berputar dengan lacar dan kokoh. Bantalan yang dipakai umunya berdiameter lebih besar
dari diameter poros dan disesuaikan dengan diameter bantalan yang tersedia. Untuk
menyesuaikan dengan diameter bantalan maka poros dibuat bertangga artinya pada bagian yang
akan dipasang bantalan dibuat lebih besar. Diameter bagian yang menjadi tempat bantalan adalah
= 22 mm
22−20
Jari-jari filet 𝑟 = = 1,0 mm
2
Alur pasak 8 x 4 x filet 0,4 (0,4 besar dari JIS)
Konsentrasi tegangan pada poros bertangga dari diagram R.E. Peterson adalah :
𝑗𝑎𝑟𝑖−𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑓𝑖𝑙𝑒𝑡 𝑟 1,0 𝑑𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑏𝑎𝑛𝑡𝑎𝑙𝑎𝑛 22
= = 0,05 dan dari = 20 = 0,9 maka besarnya harga faktor
𝑑𝑠 20 𝑑𝑠
konsentrasi tegangan untuk poros bertangga 𝛽 = 1,26.

Pemasangan elemen mesin pada poros (roda gigi, puli) dihubungkan dengan pasak agar dapat
ikut berputar bersama-sama dengan poros. Untuk itu pada poros harus dibuat alur pasak sebagai
tempat pemasangan pasak. Alur pasak yang dibuat mengakibatkan terjadinya konsentrasi
tegangan pada bagian tersebut.
Besarnya harga faktor konsentrasi pada poros beralur pasar (𝛼) dapat diperole dengan diagram
R.E. Peterson sebagai berikut :
𝑟 0,4
= = 0,02 maka didapatkan 𝛼 = 2,6. Harga 𝛼 > 𝛽 maka yang dipergunakan adalah harga
𝑑𝑠 20
𝛼.
Harga tegangan geser ijin yang dipergunakan untuk menghitung tegangan geser ijin pada nomor
5 didapatkan dengan menggunakan faktor tegangan yang diambil sembarang yaitu 2. Dari
perhitungan faktor konsentrasi tegangan yang didapat dari diagram R.E. Peterson ternyata lebih
besar yaitu 2,6 maka perlu diadakan pengecekan apakah
𝑆𝑓2
𝜏𝑎 apakah lebih besar atau lebih kecil dari 𝜏. 𝐶𝑏 . 𝐾𝑡
𝛼
Jika lebih kecil maka berarti diameter yang didapatkan harus dikoreksi menjadi lebih besar
sedangkan jika lebih besar berarti diameter tersebut sudah sesuai atau sudah cukup kuat.
10. Pengecekan diameter
Tegangan geser yang terjadi dikalikan faktor beban lentur dan faktor koreksi beban
𝜏. 𝐶𝑏 . 𝐾𝑡 = 1,55 × 2,0 × 1,5 = 4,65
Tegangan geser yang diijinkan dengan menggunakan faktor konsentrasi dengan 𝛼 atau 𝛽 dan
dipilih yang besar yaitu 2,6 (harga ini lebih besar dari harga perkiraan Sf2 = 2).
Maka tegangan geser yang diijinkan dikalikan dengan Sf2 dibagi dengan 𝛼
𝑆𝑓2 2
𝜏𝑎 = 4 × 2,6 = 3,08
𝛼
𝑆𝑓
3,08 < 4,65 hal ini berarti 𝜏𝑎 𝛼2 < 𝜏. 𝐶𝑏 . 𝐾𝑡 maka diameter harus dikoreksi dan diperhitungkan
dengan mengubah diameter poros menjadi lebih besar.
11. Buatlah diameter menjadi ds = 24 mm
Diameter bagian bantalah dibuat 26 mm
26−24
Jari-jadi filet 𝑟 = = 1,0 mm
2
Alur pasak 10 x 4,5 x 0,6
Konsentrasi tegangan dari poros bertangga adalah
1,0 24
= 0,04 dan 22 = 1,09 maka 𝛽 = 1,3
24
Konsentrasi tegangan dari poros dengan alur pasak adalah
𝑟 0,6
= = 0,025 maka 𝛼 = 2,5
𝑑𝑠 24

Gunakan 𝛼 karena 𝛼 > 𝛽 maka gunakan 𝛼


12. Tegangan yang terjadi
5,1 𝑇
𝜏=
𝑑𝑠 3
5,1 × 2435
𝜏=
243
𝑘𝑔
𝜏 = 0,089 ⁄𝑚𝑚2
Tegangan geser yang terjadi dikalikan faktor beban lentur dan faktor koreksi beban
𝜏. 𝐶𝑏 . 𝐾𝑡 = 0,089 × 2,0 × 1,5 = 2,6
Tegangan geser yang diijinkan dengan menggunakan faktor konsentrasi dengan 𝛼 atau 𝛽 dan
dipilih yang besar yaitu 2,5 (harga ini lebih besar dari harga perkiraan Sf2 = 2).
Maka tegangan geser yang diijinkan dikalikan dengan Sf2 dibagi dengan 𝛼
𝑆𝑓2 2
𝜏𝑎 = 4 × 2,5 = 3,2
𝛼
𝑆𝑓2
3,2 > 2,6 hal ini berarti 𝜏𝑎 > 𝜏. 𝐶𝑏 . 𝐾𝑡 berarti diameter poros sudah baik.
𝛼
13. Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan harga diameter poros yang dapat dipakai adalah
ds = 24 dari bahan S30C
Diameter poros : ∅24 x ∅26, jari-jari filet 1,0 mm
Pasak : 10 x 8, Alur pasak : 10 x 4,5 x 0,6

POROS DENGAN BANTALAN


Rencanakan sebuah poros ditumpu 2 buah bantalan pada jarak 1m. Dua buah puli sabuk-v dipasang pada
poros dengan jarak 300 mm dan 200 mm dari masing-masing bantalan. Hitung dimeter poros yang
diperlukan untuk meneruskan daya sebesar 15 kW pada 300 rpm. Bahan poros diambil S40C. Defleksi
puntiran dibatasi sampai 1 derajat, berat puli sabuk 1 adalah 25 kg.

Penyelesaian:

1. Daya yang ditransmisikan P (kW) Putaran poros n1 (rpm)


Daya yang ditransmisikan P = 15 kW, putaran n= 300 rpm. Sebelum melakukan perencanaan,
perlu ditentukan daya yang akan ditransmisikan dan putaran n untuk menentukan kekuatan poros
yang akan direncanakan. Dalam hal ini poros tidak boleh terlalu kuat.

2. Faktor Koreksi 𝒇𝒄
𝑓𝑐 yang diambil adalah 1,4

Penjelasan:
𝑓𝑐 untuk daya rata-rata 0,8-1,2
𝑓𝑐 untuk daya maksimum 1,2-2,0
𝑓𝑐 untuk daya normal 1,0-1,5

3. Daya rencana Pd (kW)


Harga daya yang direncanakan dihitung dengan mengalikan faktor koreksi daya dengan daya
yang ditransmisikan.
Pd = 𝑓𝑐 x P
= 1,4, x 15
= 21 kW

4. Momen rencana T (kg.mm)


Momen rencana T (kg mm). momen puntir T berhubungan dengan daya rencana. Momen
puntir dapat dicari apabila tidak di ketahui dalam persamaan T= 9,74 x 105 Pd / n1 .

𝑃𝑑
T = 9,74 x 105 𝑛1
21
= 9,74 x 105 300

= 68180 kg.mm

5. Keadaan beban (digambarkan)

6. Perhitungan beban horisontal dan beban vertikal


Perhitungan beban horizontal dan vertical. Pada gambar tersebut dapat di uraikan bahwa
beban yang terjadi akibat pemasangan puli diubah menjadi beban horizontal (H) dan
beban vertical (V).

(𝐻1𝑥 (𝐶𝐷+𝐷𝐵))+(𝐻2𝑥𝐷𝐵)
RH1 =
1000
(215𝑥700)+(270𝑥200)
= = 205 kg
1000

RH2 = (H1+H2)-RH1
= (215+270)-205 = 280 kg

(𝑉1𝑥 (𝐶𝐷+𝐷𝐵))+(𝑉2𝑥𝐷𝐵)
RV1 =
1000
(403𝑥700)+(35𝑥200)
= = 289 kg
1000
RV2 = (V1+V2)- RV1
= (403+35)-289 = 149 kg
7. Gaya reaksi engsel
Gaya reaksi engsel. Akibat beban horizontal dan beban vertical dapat dihitung gaya
reaksi yang terjadi pada masing-masing tumpuan dengan mengumpamakan besarnya
momen dititik tumpuan sama dengan nol.
(𝐻1×𝑙𝐵𝐸+𝐻2×𝑙𝐷𝐸)
RH1 = 𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

(𝑉1×𝑙𝐵𝐸+𝑉2×𝑙𝐷𝐸
RV1 = 𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

8. Gambar bidang momen lentur

MH1 = 61500 kg.mm

MH2 = 56000 kg.mm

A B
Gaya Mendatar

300 500 200

MV1 = 86700kg.mm

MV2 = 29800 kg.mm

A B
Gaya Tegak

MH1 = RH1 x AC
= 205 x 300 = 61500 kg.mm
MH2 = RH2 x DB
= 280 x 200 = 56000 kg.mm
MV1 = RV1 x AC
= 289 x 300 = 86700 kg.mm
MV1 = RV2 x DB
= 149 x 200 = 29800 kg.mm
9. Momen lentur gabungan MR (kg.mm)
Momen Lentur Gabungan MR (kg mm). jadi, momen lentur gabungan yaitu momen
lentur vertical dan horizontal.
MR1 = √(𝑀𝐻1)2 +(𝑀𝑉1)2

= √(61500)2 +(86700)2
= 106300 kg.mm

MR2 = √(𝑀𝐻2)2 +(𝑀𝑉2)2

= √(56000)2 +(29800)2
= 63400 kg.mm

10. Bahan poros, perlakuan panas, kekuatan tarik, alur pasak dan Sf
Bahan poros dipilih S40C, dengan tegangan tarik 𝜎𝐵 = 55 kg/mm2
Poros diberi tangga sedikit pada tempat puli dan puli ditetapkan dengan pasak.
Maka perlu ditentukan faktor untuk menghitung tegangan geser ijin Sf1= 6,0 dan faktor
keamanan untuk konsentrasi tegangan Sf2= 2,0

11. Tegangan lentur yang diizinkan 𝝈𝒃𝒄

𝜎𝑏𝑐 = 𝜎𝐵 /(Sf1 x Sf2)


= 55 / 6 x 2
= 4,58 kg/mm2

12. Faktor koreksi lenturan Km dan Faktor koreksi puntiran Kt


a. Faktor koreksi lenturan Km
Untuk beban dengan tumbukan ringan terletak antara 1,5-2,0
Untuk beban dengan tumbukan berat terletak antara 2 dan 3
b. Faktor koreksi Puntiran Kt
Dipilih sebesar 1,5 jika terjadi sedikit tumbukan

Maka, Km diambil 1,5 karena poros mengalami beban dengan tumbukan ringan.
Dan Kt diambil 1.5

13. Diamater poros ds (mm)


Diameter poros ds (mm). setelah menentukan factor pembebanan momen lentur Km dan
factor momen punter Kt dan nilai yang dibutuhkan sudah diketahui maka harga dari
diameter poros:
1
3
ds = [(5,1/𝜎𝑏𝑐 )√(𝐾𝑚 𝑀)2 +(𝐾𝑡 𝑇)2 ]

1
= [(5,1/4,58 )√(1,5 .106300)2 +(1,5 . 68180)2 ]3

= 63.75 64 mm

Konsentrasi tegangan di alur pasak adalah lebih besar dari pada di tangga poros
Alur pasak adalah
18 x 6 x 1 (1 jari-jari fillet)
Rfillet / ds
1 / 64 = 0,015

maka 𝛼 = 2,85

16
𝜏= √(𝐾𝑚 𝑀)2 +(𝐾𝑡 𝑇)2
𝜋 𝑥 𝑑𝑠 3
16
𝜏= √(1,5 .106300)2 +(1,5 .68180 )2
𝜋 𝑥 643
= 3.67 kg.mm2

Jika 𝜏𝑎 . Sf1 < dibandingkan dengan 𝜏 . 𝛼


4,58 x 2 < 4.65 x 2,83

Hal ini menunjukkan bahwa tegangan geser yang terjadi lebih besar dari tegangan geser
ijin

Berarti diameter 64 mm tidaklah cukup, maka dibesarkan menjadi 70 mm


Alur pasak 20 x 6.5 x 1

Rfillet / ds
1 / 70 = 0,014

maka 𝛼 = 2,84
16
𝜏= √(𝐾𝑚 𝑀)2 +(𝐾𝑡 𝑇)2
𝜋 𝑥 𝑑𝑠 3
16
𝜏= √(1,5 .106300)2 +(1,5 .68180)2
𝜋 𝑥 703
= 2.81 kg.mm2
4,58 x 2 > 2.81 x 2,83 baik. Dikarenakan tegangan geseryangterjadi lebih kecil dari
tegangan geser ijin atau sudah memenuhi syarat.

14. Defleksi puntiran 𝜽(°)


Jika ds adalah diameter poros (mm), 𝜃 defleksi puntiran (°), l panjang poros (mm), T
momen puntir (kg,mm), dan G modulus geser (kg/𝑚𝑚2 ), maka besarnya defleksi akibat
momen punter adalah:

𝑇𝑙
𝜃 = 584 G = 8,3 x 103 kg/mm2
𝐺𝑑𝑠4

68180 x 1000
𝜃 = 584
8,3 x 103 x 704
= 0,20°

15. 𝜽: 𝜽𝒎𝒂𝒙
0,20° < 0,25°, baik

Bantalan yang dipakai di kedua ujung poros dianggap tipis.


Gaya resultante dari komponen horisontal
H1+H2 = 215 + 270 = 485 kg

275
Pada titik pusat gaya 300 +485 x 500 = 584 mm, 1000-584= 416mm

Gaya resultante dari komponen vertikal


V1+V2 = 403 + 35 = 438 kg
Komponen vertikal diabaikan karena nilainya lebih kecil dari Komponen horizontal

16. Perhitungan defleksi maksimum:


485 𝑥 5842 𝑥 4162
y= 3,23 x 10-4 x 704 𝑥 1000
= 0,32 mm

17. y:ymax
0,32 mm < (0,3-0,35) baik

18. Berat masing-masing benda kerja yang berputar W


Berat poros sendiri dapat diabaikan jika cukup kecil, tetapi jika dirasa cukup besar
dibandingkan dengan berat massa yang membebaninya, maka ½ dari berat poros tersebut
dapat ditambahkan pada berat benda yang ada. maka:
W1 = 25 kg W2 20 kg

19. Putaran kritis untuk masng-masing benda yang berputar Nc


Misalkan ada suatu benda berpusat yang berasal dari berat rotor yang bekerja disuatu titik
pada sebuah poros. Jika berat benda tersebut dinyatakan dengan W(kg), jarak anatar
bantalan 1 (mm), dan diameter poros yang seragam ds (mm), serta penumpunya terdiri
atas bantalan tipis atau mapan sendiri, maka putaran kritis poros tersebut 𝑁𝑐 (rpm) adalah
:
𝑑𝑠2 1
Nc = 52700 𝑙1 𝑙2 √𝑊
702 1
= 52700 300 .500 √45

= 258,5 rpm

20. Putaran kritis sistem


1 1
= 𝑁2 𝑐
𝑁 2 𝑐0
1
= 256,632

= 1,51 x 10-5

Harga 𝑁𝑐0 dari rumus ini kemudian dibandingkan dengan putaran maksimum
sesungguhnya yang akan dialami oleh poros.

𝑛
21. 𝑛 1 : (0,6-0,7)
𝑐𝑜
22. Diameter poros, bahan poros, perlakuan panas
Diameter poros 𝑑𝑠 (mm). Diameter poros dapat dipilih dari tabel. Pada tempat dimana
akan dipasang bantalangelinding, pilihlah suatu diameter yang lebihbesar dari harga yang
cocok didalam tabel untukmenyesuaikannya dengan diameter dalam dari bantalan.
Selanjutnya ukuran pasak dan alur pasak dapat ditentukan dari tabel. Harga faktor
konsentrasi tegangan untuk alur pasak α dan untuk poros bertangga β dapat diperoleh dari
diagram Peterson.
Berdasarkan table, maka:
Diameter poros : 70 mm
Bahan poros : S40C

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai