TUGAS AKHIR
Oleh:
RUSDI ANSYORI
1310921119
Pembimbing :
Dr. RUDDY KURNIAWAN
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................... i
ii
2.5.2 Balok....................................................................... 15
2.5.3 Plat.......................................................................... 16
iii
2.11.2 Komponen Struktur Rangka Momen Khusus yang
Dikenai Beban Lentur dan Aksial (SNI 2847:2013
pasal 21.6) ............................................................. 38
iv
3.3 Data Bangunan .................................................................. 56
3.7.1 Balok....................................................................... 62
3.7.2 Plat.......................................................................... 64
3.9 Pemebebanan...................................................................... 70
v
4.1.2 Gaya Dalam Pada Kolom ......................................... 85
4.2.1 Balok....................................................................... 88
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk beban gempa
Tabel 2.7 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang Dihitung
Tabel 4.2 Rekap gaya dalam momen terbesar dari balok utama
Tabel 4.3 Rekap gaya dalam momen terbesar dari balok anak
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme keruntuhan ideal suatu struktur gedung dengan sendi plastis
terbentuk pada ujung-ujung balok, kaki kolom
Gambar 2.3 Peta wilayah gempa menurut SNI 1726-2012 berdasarkan parameter Ss
Gambar 2.4 Peta wilayah gempa menurut SNI 1726-2012 berdasarkan parameter Sl
Gambar 2.5 Contoh Sengkang Tertutup yang saling tumpuk dan ilustrasi batasan pada
spasi horizontal maksimum batang tulangan longitudinal yang dtumpu
(Sumber SNI 2847:2013 Pasal 21.5.3)
viii
Gambar 3.10 Gambar Balok Tengah
ix
Gambar 4.9 Penampang balok T
Gambar 4.13 Diagram Interaksi P vs M Kolom Lantai 1,2 dan 3 Eksterior (600x600) mm
Gambar 4.14 Diagram Interaksi P vs M Kolom Lantai 1,2 dan 3 Interior (600x600) mm
Gambar 4.15 Tulangan kolom lantai 1,2 dan 3 eksterior dan interior (600x600) mm
Gambar 4.16 Diagram Interaksi PvsM Kolom Lantai 4,5 dan 6 Eksterior (500x500) mm
Gambar 4.17 Diagram Interaksi P vs M Kolom Lantai 4,5 dan 6 Interior (500x500) mm
Gambar 4.18 Tulangan kolom lantai 4,5 dan 6 eksterior dan interior (500x500) mm
Gambar 4.21 Tulangan kolom lantai 7 dan 8 eksterior dan interior (400x400) mm
x
KATA PENGANTAR
xi
Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan
menjadi nilai pahala di sisi Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
penyusunan tugas akhir ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengaharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak.
Penulis
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perencanaan tahan gempa pada umumnya didasarkan pada
analisa elastik yang diberi faktor beban untuk simulasi kondisi
ultimit (batas). Kenyataannya, perilaku runtuh struktur bangunan
pada saat gempa adalah pada saat kondisi inelastis. Dengan
merencanakan suatu struktur dengan beban gempa, banyak aspek
yang mempengaruhinya diantaranya adalah periode bangunan.
Periode bangunan itu sangat dipengaruhi oleh massa struktur serta
kekakuan struktur tersebut. Kekakuan struktur sendiri dipengaruhi
oleh kondisi struktur, bahan yang digunakan serta dimensi struktur
yang digunakan. Evaluasi untuk memperkirakan kondisi inelastik
struktur bangunan pada saat gempa perlu untuk mendapatkan
jaminan bahwa kinerjanya memuaskan pada saat terjadinya gempa.
Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami
kerusakan baik pada komponen non struktural maupun pada
komponen strukturalnya. Bila terjadi gempa sedang, bangunan
boleh mengalami kerusakan pada komponen non strukturalnya,
akan tetapi komponen strukturalnya tidak boleh mengalami
kerusakan. Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh mengalami
kerusakan pada komponen non struktural maupun komponen
strukturalnya, akan tetapi penghuni bangunan dapat
menyelamatkan diri. (Dian Fauziah Rambe,2009)
2
ini diharapkan struktur akan memberikan respon inelastis terhadap
beban gempa kuat yang bekerja pada struktur dan mampu
menjamin mekanisme sendi plastis pada elemen-elemen struktur
sehingga struktur tetap berdiri walaupun sudah berada diambang
keruntuhan.
3
2. Diharapkan dapat memahami proses perencanaan struktur
bangunan gedung khususnya dengan konsep Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Dinding
Struktur Khusus (SDSK)..
4
geser.
BAB I PENDAHULUAN
5
Berisikan tentang latar belakang, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan dalam
penulisan tugas akhir ini.
BAB V PENUTUP
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Filosofi
7
2. Hubungan balok-kolom harus didesain dengan baik sebab
hubungan balok kolom merupakan bagian yang penting agar
sistem bekerja dengan baik.
8
c. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
9
2.4 Sistem Ganda
10
komposit. Karena elemen-elemen dari struktur beton bersifat
monolit, maka struktur ini mempunyai perilaku yang baik dalam
memikul beban gempa. Di dalam perancangan struktur beton
bertulang tahan gempa, perlu diperhatikan adanya detail penulangan
yang baik dan benar.
11
4. Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis
untuk pondasi telapak, dinding basement, dan tiang tumpuan
jembatan;
12
dipertimbangkan untuk bangunan-bangunan tinggi dan
struktur-struktur berbentang panjang;
13
Tabel 2.1 Batasan Selimut Beton
Kriteria Selimut
beton,mm
a. Beton yang dicor di atas dan selalu berhubungan dengan tanah 75
b. Beton yang tidak berhubungan dengan tanah dan cuaca:
Batang tulangan D-19 hingga D-57 50
Batang tulangan D-16, kawat M-16 ulir atau polos, dan yang 40
lebih kecil
c. Beton yang berhubungan dengan cuaca atau berhubungan
dengan tanah:
Slab, dinding, balok usuk:
Batang tulangan D-44 dan D-57 40
Batang tulangan D-36 dan yang lebih kecil 20
Balok, kolom:
Tulangan utama, pengikat, sengkang, spiral 40
Komponen struktur cangkang, plat lipat:
Batang tulangan D-19 dan yang lebih besar 20
Batang tulangan D-16, Kawat M-16 ulir atau polos, dan 13
yang kebih kcil
1. Kolom
14
4. Dinding geser
2.5.1 Kolom
2.5.2 Balok
15
Pada balok berlaku pula panjang bentang teoritis l harus dianggap
sama dengan bentang bersih L ditambah dengan setengah panjang
perletakan yang telah ditetapkan.
Tebal minimum, h
Komponen struktur Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever
sederhana menerus menerus
Komponen struktur tidak menumpu atau tidak
dihubungkan dengan partisi atau konstruksi lainnya yang
mungkin rusak dan lendutan yang besar
Pelat masif satu arah l/20 l/24 l/28 l/10
Balok atau plat
rusuk satu arah l/16 l/18,5 l/21 l/8
2.5.3 Plat
16
lantai itu sendiri. Berdasarkan perilaku pelat lantai dalam menahan
beban yang bekerja, pelat lantai dibagi menjadi dua yaitu pelat satu
arah (one-way slab) dan pelat dua arah (twoway slab).
𝑓𝑦
ln [0,8 + 1400]
ℎ= …………………(2.1)
36 + 5𝛽(𝛼𝑚 − 0,2)
𝑓𝑦
ln [0,8 + 1400]
ℎ= …………………(2.2)
36 + 9𝛽
17
2.5.4 Dinding geser
18
(Iswandi dan fajar,2014) mengemukakan hierarki keruntuhan
yang perlu diperhatikan meliputi:
2.7 Daktilitas
19
lain daktilitas, faktor daktilitas, daktilitas (daktail) penuh, daktail
parsial dan elastik penuh.
1. Daktilitas
2. Faktor Daktilitas
3. Daktail Penuh
4. Daktail parsial
20
yaitu seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor
daktilitas di antara untuk struktur gedung yang elastik penuh sebesar
1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
5. Elastik penuh
21
Jenis-jenis beban yang biasa diperhitungkan dalam
perencanaan struktur bangunan gedung adalah sebagai berikut:
22
seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir
dan beban mati. Jenis beban hidup adalah sebagai berikut :
23
bangunan gedung, beban hidup yang bekerja dapat dikalikan
dengan faktor reduksi sebesar 0,3.
24
Tabel 2.4 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk beban gempa
25
Tabel 2.5 Faktor Keutamaan Gempa
d. Klasifikasi Situs
26
Gambar 2.2 Spektrum Respon Desain
C.I
v .Wt …………..………(2.4)
R
Dimana :
27
Rencana untuk waktu getar alami fundamental
dari struktur gedung.
𝑊𝑖𝑧𝑖
𝐹𝑖 = 𝑉 ………….……(2.5)
∑𝑛𝑖=1 𝑊𝑖𝑧𝑖
28
fundamental struktur T, diijinkan secara langsung
menggunakan periode bangunan pendekatan Ta. Periode
fundamental pendekatan (Ta) dalam detik harus
ditentukan dari persamaan berikut :
Tabel 2.7 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang Dihitung
29
Tabel 2.8 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen dimana rangka memikul 100
persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi
atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan
akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731a 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75
1. 1,4D
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
30
Dimana :
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
E = Beban Gempa
31
Gambar 2.4 Peta wilayah gempa menurut SNI 1726-2012 berdasarkan
parameter Sl
1. Gaya Aksial
Jika respon yang diberikan sejajar dengan sumbu lokal utama suatu
elemen struktur.
32
2. Gaya Geser
Jika respon yang diberikan tegak lurus dengan sumbu lokal utama
suatu elemen struktur.
3. Momen
Jika respon yang diberikan berupa rotasi yang arahnya tegak lurus
dengan sumbu lokal utama suatu elemen struktur.
2.11.1.1 Lingkup
33
4. Lebar komponen struktur bw , tidak boleh melebihi lebar
komponen struktur penumpu, c2 , ditambah suatu jarak
pada masing-masing sisi komponen struktur penumpu yang
am dengan yang lebih kecil dari a) dan b)
0,25√𝑓𝑐 ′
𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛 = 𝑏𝑤. 𝑑 …………………..………(2.6)
𝑓𝑦
34
sepanjang-panjang komponen struktur tidak boleh kurang
dari seperempat kekuatan momen maksimum yang
disediakan pada muka salah satu dari joint tersebut.
1) Dalam joint.
35
Gambar 2.5 Contoh Sengkang Tertutup yang saling tumpuk dan ilustrasi
batasan pada spasi horizontal maksimum batang tulangan longitudinal yang
dtumpu (Sumber SNI 2847:2013 Pasal 21.5.3)
1) d/4
36
2) Enam kali diameter terkecil batang tulangan lentur
utama tidak termasuk tulangan kulit longitudinal
3) 150 mm
1. Gaya Desain
37
2. Tulangan Transversal
2.11.2.1 Lingkup
38
2. Rasio dimensi penampang terpendek terhadap dimensi
tegak lueus tidak boleh kurang dari 0.4.
39
Gambar 2.6 Geser desain untuk balok dan kolom
40
joint. Pada konstruksi balok-T, bilamana slab dislaurkan
pada penampang krisi untuk lentur.
41
a. Tinggi komponen struktur pada muka atau pada
penampang dimana pelelehan lentur sepertinya
terjadi
c. 450 mm
42
35 ℎ𝑥
𝑆𝑜 = 100 + [ − ] ………….…(2.7)
3 3
𝑓𝑐 ′
𝜌𝑠 = 0,12( ) …………..………(2.8)
𝑓𝑦𝑡
𝐴𝑔 𝑓𝑐 ′
𝜌𝑠 = 0,45 [ − 1] . …………..………(2.9)
𝐴𝑐ℎ 𝑓𝑦𝑡
43
b. Luas penampang total tulangan sengkang persegi
Ash tidak boleh kurang dari yang disyaratkan:
0,3𝑠𝑏𝑐𝑓𝑐 ′ 𝐴𝑔
𝐴𝑠ℎ = [( ) − 1] …………..……(2.10)
𝑓𝑦𝑡 𝐴𝑐ℎ
0,09𝑠𝑏𝑐𝑓𝑐 ′
𝐴𝑠ℎ = ……………..……...…(2.11)
𝑓𝑦𝑡
44
tulangan kolom longitudinal terbesar. Bilamana ujung
bawah kolom berhenti pada suatu dinding, tulangan
transversal perlu harus menenrus ke dalam dinding
paling sedikit ld dari batang tulangan kolom
longitudinal terbesar di titik pemutusan. Bilamana
kolom berhenti pada pondasi tapak (footing),
setempat, atau penutup tiang pondasi, tulangan
transversal perlu harus menerus paling sedikit 300
mm ke dalam fondasi tapak, setempat atau penutup
tiang fondasi.
45
kedalam joint. Dalam semua kasus Ve tidak boleh kurang
dari geser terfaktor yang ditentukan oleh analisis struktur.
2. Tulangan Transversal
2.11.3.1 Lingkup
46
2. Tulangan longitudinal balok yang dihentikan dalam suatu
kolom harus diteruskan ke muka jauh inti kolom terkekang
dan siangkur dalam kondisi tarik dan kondisi tekan.
47
2.11.3.4 Kekuatan Geser
1,7√𝑓𝑐 ′ . 𝐴𝑗 …………..………(2.12)
1,2√𝑓𝑐 ′ . 𝐴𝑗 …………..………(2.13
)
c. Untuk kasus-kasus lain
1,0√𝑓𝑐 ′ . 𝐴𝑗 …………..………(2.14)
48
Gambar 2.8 Luas joint efektif
49
2.11.3.5 Panjang Penyaluran Batang Tulangan dalam Kondisi
Tarik
𝑓𝑦𝑑𝑏
𝑙𝑑ℎ = …………..………(2.15)
5,4√𝑓𝑐′
50
b. 3,25 kali panjang yang disyaratkan bila tinggi beton
yang dicetak dalam satu kali angkat di bawah batang
tulangan melebihi 300 mm.
51
3. Untuk semua segmen dinding vertikal yang menahan gaya
lateral yang sama, kombinasi Vn tidak boleh diambil lebih
besar dari 0,66 Acv√𝒇𝒄′ dimana Acv adalah luas kombinasi
bruto dari semua segmen dinding vertical. Untuk salah satu
dari segmen dinding vertical individu, Vn tidak boleh diambil
lebih besar dari 0,83 Acw √𝒇𝒄′ dimana Acw adalah luas
penampang beton dari segmen dinding vertical individu yang
ditinjau.
4. Untuk segmen dinding horizontal, Vn tidak boleh diambil
lebih besar dari 0,83 Acw √𝒇𝒄′ dimana Acw adalah luas
penamapang beton suatu segmen dinding horizontal.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Persiapan Literatur
2. Preliminary Design
53
3. Permodelan Struktur
4. Analisis Pembebanan
6. Kesimpulan
54
3.2 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir
Mulai
Studi Literatur
Buku Peraturan yang berlaku,
dan Penelitian yang telah ada
Preliminary Design
Permodelan Struktur
Analisis Pembebanan
- Beban mati
- Baban hidup
- Beban gempa
- Kombinasi Pembebanan
Analisis
Struktur
Disain Tulangan
Selesai
55
3.3 Data Bangunan
Data bangunan yang akan didesain bukan data yang rill, karena
tugas ini dibuat untuk akademik saja. Data bangunan ditentukan oleh
penulis berdasarkan saran dari pembimbing. Data tersebut adalah:
6. Lokasi : Padang
56
3.4 Layout dan Model Geometri Bangunan
57
Gambar 3.3 Layout Fungsi Ruangan lantai 1
58
Gambar 3.5 Layout Fungsi Ruangan lantai 6 dan 7
59
Gambar 3.7 Layout Lantai Atap
60
3.6 Jenis Struktur
61
didapat kategori desain seismik adalah KDS D. Berdasarkan SNI
2847:2013, Tabel 21.1.1 untuk KDS D maka tipe struktur yang akan
digunakan adalah sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK).
3.7.1 Balok
62
dan 250 mm. Penentuan tinggi balok minimum ( hmin ) dihitung
berdasarkan SNI 2847:2013 Tabel 9.5(a) untuk mutu fy = 420
Mpa:
1
hmin .l …………………(3.1)
18.5
1 2
h bw h …………………(3.2)
2 3
Dimana :
bw = lebar balok
h = tinggi balok
L = panjang balok
h = 500 mm
b = 300 mm
h = 350 mm
b = 200 mm
63
Untuk perhitungan dapat dilihat di Lampiran 1.
3.7.2 Plat
b. Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0 , h
tidak boleh kurang dari :
fy
(0.8 + )
hf = Ln. 1400 …………(3.3)
36 + 5. 𝛽(𝛼𝑚 − 0,2)
Dimana :
64
β = rasio bentang bersih dalam arah panjang terhadap
pendek balok
d. Balok Tengah
e. Balok Tepi
65
2847:2013 pasal 8.12.2 dan pasal 8.12.3 terpenuhi maka diambil
tebal pelat hf = 150 mm.
3.7.3 Kolom
66
3.8 Permodelan Struktur
67
Gambar 3.13 Input dimensi balok
68
Gambar 3.15 Input tebal Plat
69
3. Setelah dilakukan pendifinisian dimensi kolom, balok, pelat
lantai dan dinding geser maka dilakukan penggambaran
berdasarkan grid-grid yang telah dibuat.
3.9 Pemebebanan
Beban mati adalah berat semua bagian dari gedung yang tak
terpisahkan dan bersifat tetap. Beban mati diambil dari berat
sendiri dari bahan bangunan dan komponen gedung. Beban mati
mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung
70
1983 (PPIUG 1983) serta Beban minimum untuk perancangan
bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013). Beban mati
ini yang akan nantinya dimasukkan ke permodelan ETABS 9.71
sebagai fungsi Dead Load.
71
Gambar 3.18 Input Beban Mati Struktur Gedung
72
Perincian pembebanan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Beban-beban hidup yang diperhitungkan adalah :
73
Dalam penginputan beban hidup dalam etabs 9.71 yang
diambil adalah beban maksimum perlantainya.
74
Lokasi kita berada di Padang dengan Kondisi tanah sedang.
Maka didapat data respon sebagai berikut :
75
Tabel 3.3 Data Respon Spektrum Tanah Sedang
76
Gambar 3.21 Input Beban Gempa Respon Spektrum di ETABS 9.71
G.I
SF …………………..…(3.5)
R
Dimana :
G = Gravitasi
77
3.9.4 Kombinasi Pembebanan
1. 1,4D
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Dimana :
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
E = Beban Gempa
78
BAB IV
79
Gambar 4.2 Moment struktur setelah di Run di ETABS 9.71
80
Gambar 4.4 Gaya normal struktur setelah di Run di ETABS 9.71
81
Tabel 4.1 Rekap gaya dalam balok
Balok Utama
Balok Anak
Balok Utama
Momen 7 Combinasi
100000000
50000000
comb1
0 comb2
Besar Momen (Nmm)
-50000000 comb4
comb5max
comb5min
-1E+08
comb6
comb7max
-1.5E+08
comb7min
-2E+08
Lokasi (m)
82
Moment Terluar Balok Utama
100000000.00
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
-50000000.00 Momen (-)
Momen (+)
-100000000.00
-150000000.00
-200000000.00
Lokasi (m)
Tabel 4.2 Rekap gaya dalam momen terbesar dari balok utama
83
Balok Anak
Bidang Momen dari 7 Kombinasi
20000000
10000000
Comb1
0 comb2
Moment (Nmm)
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 comb3
-10000000
comb4
comb5max
-20000000
comb5min
-30000000 comb6
comb7max
-40000000
comb7min
-50000000
Lokasi
20000000.00
10000000.00
0.00
Moment (Nmm)
-30000000.00
-40000000.00
-50000000.00
Lokasi
84
Tabel 4.3 Rekap gaya dalam momen terbesar dari balok anak
85
Tabel 4.4 Rekap gaya dalam kolom
86
Tabel 4.5 Rekap gaya dalam dinding geser
Dinding geser
FX FY
RP Kolom DG Kolom DG
87
4.2 Perencanaan Tulangan
4.2.1 Balok
1. Tulangan Lentur
be
hf
h
hw
b1 bw b2
88
Mu
As ………….(4.1)
. fy.(d 1 / 2.a)
As. fy ………….(4.2)
c
0.85. fc '.be.
Kondisi :
A 2 B C 0 ………….(4.3)
0.59.(1 ) . fy
2 2
A ………….(4.4)
fc '
d '
B 1 . fy . fy 1 …(4.5)
d
Mu
C ……….……….(4.6)
.be.d 2
89
Setelah didapat rasio tulangan (ρ) didapat
tulangan tarik dan tulangan tekan.
As .be.d ……….(4.7)
As
……………….(4.9)
b.d
As '
' ……………….(4.10)
b.d
90
Setelah didapat jumlah tulangan tarik dan
tekan kemudian cek analisis kembali moment
nominal tulangan tekan terhadap moment tekan
ultimate.
2. Tulangan Geser
Vn Vu ……………...(4.17)
Vn (Vc Vs ) ……………...(4.18)
Av. fy.d
Vs ……………...(4.20)
s
1
Av 2( . .d 2 ) ……………...(4.21)
4
91
Terdapat kondisi dimana Vc = 0 biasanya terletak
pada bagian sendi plastis balok yaitu jika memenuhi
kedua persyaratan (Pasal 21.5.4.2 SNI 2847:2013) :
a. Ve ≥ 1/2 Vumaks
b. Pu ≤ 1/20 Ag.fc’
a. d/4
c. 150 mm
92
Gambar 4.10 Zonasi Penulangan Geser
93
Gambar 4.12 Tulangan balok anak
4.2.2 Kolom
1. Tulangan Lentur
94
Jika kecil dari ρmin kita haru perkecil penampang
sedangkan jika besar dari ρmaks maka kita harus perbesar
penampang.
min maks
M nc 1,2( M nb )
Dimana :
2. Tulangan Geser
95
diambil nilai yang terbesar yang akan digunakan dalam
perencanaan tulangan geser.
Vn Vu …………………...(4.25)
Vn (Vc Vs )
…………...……....(4.26)
c. 450 mm
s.bc. fc ' Ag
Ash 0.3. 1 ……...(4.27)
fyt Ach
0.09.s.bc. fc ' …………………...(4.28)
Ash
fyt
1
Vc . fc '.b.d …………………...(4.29)
6
96
3. Jarak sengkang pada daerah lo tidak melebihi dari
(Pasal 21.6.4.3 SNI 2847:2013) :
a. h/4
350 hx ………...(4.30
c. So 100
3 )
1. Formula Vc dalam lo :
Nu
Vc 0.17.(1 ). fc '.b.d ………..….(4.31)
14 Ag
b. 150 mm
97
didapat jumlah tulangan sebagai berikut. Untuk perhitungan
yang lebih rinci lihat di Lampiran 2.
98
Gambar 4.15 Tulangan kolom lantai 1,2 dan 3 eksterior dan interior
(600x600) mm
Mnk (1,2)Mnb
(469.732 469.732) 1.2(235.508 235.508)
939 565
99
Gambar 4.17 Diagram Interaksi P vs M Kolom Lantai 4,5 dan 6 Interior
(500x500) mm
Gambar 4.18 Tulangan kolom lantai 4,5 dan 6 eksterior dan interior
(500x500) mm
Mnk (1,2)Mnb
(376.141 376.141) 1.2(235.508 235.508)
752 565
100
Gambar 4.19 Diagram Interaksi P vs M Kolom Lantai 7 dan 8 Eksterior
(400x400) mm
101
Gambar 4.21 Tulangan kolom lantai 7 dan 8 eksterior dan interior (400x400)
mm
Mnk (1,2)Mnb
(305.627 305.627) 1.2(235.508 235.508)
611 565
Qu.l. ln 2 …………....(4.32)
Mo
8
102
Setelah dapat nilai Mo maka pendistribusian bebannya
dapat dilihat di SNI 2847:2013 pasal 13.6.3.2 dan pasal
13.6.3.3. Setelah dapat pendistribusian Mo maka kita dapat
menghitung tulangan dengan rumus.
a
Mn As. fy. d …………....(4.33)
2
103
Gambar 4.23 Potongan penulangan pelat lantai
104
Pada join balok kolom akibat beban gempa maka
tulangan lentur balok akan mengalami tarikkan ( T1 dan T2 )
dan mengalami dorongan ( C1 dan C2 ) sehingga untuk
mencegah bergeraknya tulangan lentur balok maka diperlukan
gaya geser yang besarnya senilai dengan tarikan dan dorongan
tadi. Gaya yang befungsi menahannya yaitu V sway dan ØVn.
Dimana :
105
Join Kolom 400x400 mm2
Vsway = 142,66 KN
T1 = 691,10 KN
C1 = 691,10 KN
T2 = 414,66 KN
C2 = 414,66 KN
Vu = VSWAY-T1-C2
= 963,42 KN
Ø Vn = 1191,84 KN
Ø Vn > Vu. . . OK
106
dua layer tulangan. Jika gaya geser terfaktor (Vu)
melebihi kuat dinding geser beton yang ada maka harus
digunakan dua layer. Rasio distribusi tulangan minimum
ρ = 0.0025 dan spasi maksimum 45 cm
………....(4.38)
0,17 . 𝐴𝑐𝑣 . 𝜆. √𝑓𝑐 ′
Dimana :
107
Gambar 4.26 Potongan penulangan dinding geser
108
Tabel 4.7 Perhitungan berat baja tulangan terhadap volume beton
Kolom
Balok
Plat lantai
Dinding geser
109
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2) Ukuran kolom, balok, tebal pelat, dan tebal dinding geser yang
didapatkan:
110
3) Tulangan yang didapatkan dari masing-masing elemen struktur
telah sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam SNI
2847:2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung.
Kolom : 2,4 %
Balok : 1,5 %
Plat lantai : 1,3 %
Dinding geser : 1,7 %
5.2 Saran
111
DAFTAR KEPUSTAKAAN
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
PEMBEBANAN
[Type here]
[Type here]
[Type here]
PERENCANAAN TULANGAN
1. BALOK
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
2. KOLOM
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
Rasio Tulangan Kolom 600x600 Eksterior lt 1,2 dan 3
b = 600 mm
h = 600 mm
D = 19 mm (Diameter Tulangan)
d = 560 mm
d' = 40 mm
n.tul = 16 bh ( Jumlah Tulangan )
ρ = As
b .h
= 0.012601
= 1.260128 %
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
Rasio Tulangan Kolom 500x500 Eksterior lt 4,5 dan 6
b = 500 mm
h = 500 mm
D = 19 mm (Diameter Tulangan)
d = 460 mm
d' = 40 mm
n.tul = 16 bh ( Jumlah Tulangan )
ρ = As
b . h
= 0.01815
= 1.81458 %
b = 400 mm
h = 400 mm
D = 20 mm (Diameter Tulangan)
d = 360 mm
d' = 40 mm
n.tul = 16 bh ( Jumlah Tulangan )
ρ = As
b .h
= 0.031416
= 3.141593 %
[Type here]
3. Hubungan balok-kolom (joint)
[Type here]
4. Plat lantai
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
5. Dinding geser
[Type here]
[Type here]
RASIO TULANGAN TERHADAP VOLUME BETON
STRUKTUR BETON
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]