PENDAHULUAN
1
Berdasarkan dokumen PKPS (Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil) 139 Penyelenggara Bandar Udara memiliki kewajiban untuk: menaati
peraturan perundang–undangan dan ketentuan dibidang kebandarudaraan, lalu
lintas udara, keamanan dan keselamatan penerbangan serta pengelolaan
lingkungan.
Penyelenggara Bandar Udara harus dapat melindungi bandar udara
dari segala bentuk tindakan yang mengancam keamanan dan keselamatan
penerbangan. Untuk itu setiap bandar udara harus memiliki suatu unit kerja
yang bertugas untuk memelihara, melindungi dan mengamankan manusia dan
material secara fisik dari segala bentuk ancaman keamanan yang ditimbulkan
oleh manusia dan barang di daerah lingkungan kerja bandar udara, yakni Unit
Pengamanan Penerbangan atau Aviation Security (selanjutnya disebut Avsec).
BAB 1 PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang pelabuhan udara, maksud dan
tujuan dibangunnya pelabuhan udara, dan sistematika penulisan
laporan.
2
BAB 2 KARAKTERISTIK DESAIN PESAWAT
Menjelaskan tentang komponen, ukuran fisik, beban dan desain
pesawat.
BAB 3 KARAKTERISTIK AERODROME
Menjelaskan tentang fungsi bandar udara, instrumen pada bandara,
karakteristik jenis dan olah gerak pesawat serta menjelaskan berat dan
konfigurasi roda pesawat (weight and wheel configuration)
BAB 4 PERENCANAAN RUNWAY DAN WINDROSE
Menjelaskan tentang perencanaan runway
3
BAB 2
KARAKTERISTIK AERODROME
2.1 UMUM
2.1.1 Perkembangan Bandara
Bandar Udara Internasional Juanda memiliki panjang landasan 3000
meter dengan luas terminal sebesar 51.500 m², atau sekitar dua kali lipat
dibanding terminal lama yang hanya 28.088 m². Bandara baru ini juga
dilengkapi dengan fasilitas lahan parkir seluas 28.900 m² yang mampu
menampung lebih dari 3.000 kendaraan. Bandara ini diperkirakan mampu
menampung 13 juta hingga 16 juta penumpang per tahun dan 120.000 ton
kargo/tahun.
Rencana untuk membangun satu pangkalan udara baru yang bertaraf
internasional sebenarnya sudah digagas sejak berdirinya Biro Penerbangan
Angkatan Laut RI pada tahun 1956. Namun demikian, pada akhirnya agenda
politik pula yang menjadi faktor penentu realisasi program tersebut. Salah satu
agenda politik itu adalah perjuangan pembebasan Irian Barat. Berangkat dari
tujuan membantu operasi TNI dalam pembebasan Irian Barat, pemerintah
menyetujui pembangunan pangkalan udara baru di sekitar Surabaya. Saat itu
terdapat beberapa pilihan lokasi, antara lain: Gresik, Bangil (Pasuruan) dan
Sedati (Sidoarjo). Setelah dilakukan survei, akhirnya pilihan jatuh pada
Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Tempat ini dipilih karena selain dekat dengan
Surabaya, areal tersebut memiliki tanah yang sangat luas dan datar, sehingga
sangat memungkinkan untuk dibangun pangkalan udara yang besar dan dapat
diperluas lagi di kemudian hari.
Proyek pembangunan yang berikutnya disebut sebagai “Proyek Waru”
tersebut merupakan proyek pembangunan lapangan terbang pertama sejak
Indonesia merdeka. Proyek ini bertujuan menggantikan pangkalan udara yang
tersedia di Surabaya adalah landasan udara peninggalan Belanda di
Morokrembangan dekat Pelabuhan Tanjung Perak, yang sudah berada di
tengah permukiman yang padat dan sulit dikembangkan. Pelaksanaan proyek
4
Waru, melibatkan tiga pihak utama, yaitu: Tim Pengawas Proyek Waru (TPPW)
sebagai wakil pemerintah Indonesia, Compagnie d’Ingenieurs et
Techniciens (CITE) sebagai konsultan, dan Societe de Construction des
Batinolles (Batignolles) sebagai kontraktor. Kedua perusahaan asing terakhir,
merupakan perusahaan asal Perancis. Dalam kontrak yang melibatkan tiga
pihak tersebut, ditentukan bahwa proyek harus selesai dalam waktu empat
tahun (1960-1964).
2.1.2 Penamaan Dan Kode Bandara
Bandar Udara Internasional Juanda (kode IATA: SUB, kode
ICAO: WARR) adalah bandar udara internasional yang terletak di Kecamatan
Sedati, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan Surabaya. Bandara
Internasional Juanda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Namanya diambil
dari Ir. Djuanda Kartawidjaja, Wakil Perdana Menteri (Waperdam) terakhir
Indonesia yang telah menyarankan pembangunan bandara ini. Bandara
Internasional Juanda adalah bandara tersibuk kedua di Indonesia setelah
Bandara Internasional Soekarno-Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan
penumpang. Bandara ini melayani rute penerbangan dari dan tujuan Surabaya
dan wilayah Gerbangkertosusila.
5
memutuskan membangun terminal 2 yang berada di terminal lama bandara
juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2.
Terminal 2 mulai dibangun sejak tahun 2011 yang berada di terminal
lama bandara Juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2.
Terminal ini dibangun untuk mengurangi kepadatan penumpang di terminal 1
yang sudah overload. Terminal ini dipakai untuk keberangkatan Domestik
Garuda Indonesia, dan Indonesia AirAsia, dan keberangkatan Internasional
Garuda Indonesia, Indonesia AirAsia, Indonesia AirAsia X, Lion Air, AirAsia,
Jetstar, Singapore Airlines, Silk Air, Cathay Pacific, China Airlines, dan lain-lain.
Setelah tertunda beberapa bulan, terminal ini dijadwalkan beroperasi tanggal 14
Februari 2014. Namun karena abu letusan Gunung Kelud, terminal ini ditunda
operasinya hingga beberapa hari. Terminal ini akan menampung 6 juta
penumpang/tahun.
Terminal 3 mulai dibangun sejak awal tahun 2015 [1]. Terminal ini terletak
di sebelah timur Terminal 1 Juanda. Terminal ini dibangun demi mengurangi
kepadatan penumpang di terminal 1 dan 2 yang sudah overload. Rencananya,
terminal ini akan beroperasi pada tahun 2018. Terminal ini memiliki landasan
pacu tersendiri, berbeda dengan Terminal 1 dan 2 yang hanya memiliki sebuah
landasan pacu. Terminal ini berkonsep Airport City dan dilengkapi pusat
perbelanjaan, kereta monorel, dan akses bawah tanah ke terminal 1 dan 2 serta
Jalan Tol Waru-Juanda.
2.2.2 Runway
2.2.2.1 Konfigurasi Runway
Terdapat banyak konfigurasi runway. Kebanyakan merupakan kombinasi
dari
beberapa konfigurasi dasar. Konfigurasi dasar tersebut adalah :
1. Runway tunggal
Konfigurasi ini merupakan konfigurasi yang paling sederhana. Kapasitas
runway tunggal dalam kondisi VFR berkisar antara 50- 100 operasi per jam,
sedangkan untuk kondisi IFR berkisar antara 50 – 75 operasi per jam,
tergantung pada komposisi campuran pesawat dan alat bantu navigasi.
6
2. Runway sejajar
Kapasitas runway sejajar tergantung pada jumlah runway dan jarak
diantaranya. Jarak antar dua runway digolongkan dalam jarak yang rapat,
menengah dan renggang.
a. Runway berjarak rapat (close parallel) mempunyai jarak dari sumbu ke
sumbu antara 700 – 2.500 feet. Kapasitas runway ini untuk kondisi VFR
berkisar antara 100 – 200 operasi per jam, sedangkan untuk kondisi IFR
berkisar antara 50 – 60 operasi per jam. Dalam kondisi IFR operasi
penerbangan pada satu runway tergantung pada runway lain.
b. Runway berjarak rapat (close parallel) mempunyai jarak dari sumbu ke
sumbu antara 700 – 2.500 feet. Kapasitas runway ini untuk kondisi VFR
berkisar antara 100 – 200 operasi per jam, sedangkan untuk kondisi IFR
berkisar antara 50 – 60 operasi per jam. Dalam kondisi IFR operasi
penerbangan pada satu runway tergantung pada runway lain.
c. Runway berjarak rapat (close parallel) mempunyai jarak dari sumbu ke
sumbu antara 700 – 2.500 feet. Kapasitas runway ini untuk kondisi VFR
berkisar antara 100 – 200 operasi per jam, sedangkan untuk kondisi IFR
berkisar antara 50 – 60 operasi per jam. Dalam kondisi IFR operasi
penerbangan pada satu runway tergantung pada runway lain.
7
serta landasan hubung yang berpotongan dengan landasan pacu. Kapasitas
dari komponen landasan hubung perlu diperhitungkan apabila terdapat
landasan hubung yang memotong landasan pacu, karena dapat mengurangi
kapasitas operasi landasan pacu
8
graded area dapat dikurangi hingga mencapai lebar yang tidak kurangdari lebar
taxiway yang berkaitan, jika metode penahanan lateral yang memadai
diterapkan pada sisibagian tersebut untuk mencegah pesawat udara keluar dari
bagian tersebut.
2.2.3.4 kurva taxiway
Perubahan dalam arah taxiwaydiusahakan sejarang mungkin. Jari-jari
kurvanya harus cukup halus untuk belokan pesawat. Table dibawah ini
memberikan syarat-syarat jari-jari yang akan memenuhi kebutuhan pembelokan
halus bagi berbagai kecepatan
9
b. 3%Jika Code Letter taxiway A atau B;
c. Sudut Kemiringan ke atas diukur relatif terhadap kemiringan melintang
permukaan taxiway yang berdekatan dan bukan dengan horisontalnya.
d. Sudut Kemiringan Melintang kebawah dari Graded Area pada strip taxiway
tidak boleh lebih dari 5.0%, jika diukur sehubungan dengan horizontalnya.
e. Bagian pada strip taxiway diluar Graded Area tidak boleh lebih dari 5.0% jika
diukur relative terhadap horizontalnya.
2.2.4 Clear way
Clearway adalah area berbentuk segi empat pada permukaan tanah/air
yang dikontrol oleh otoritas bandara sebagai daerah aman bagi pesawat yang
lepas landas hingga mencapai ketinggian tertentu. Clearway terletak pada
ujung landasan. Panjang clearway tidak melebihi setengah dari panjang take-off
run dan lebar clearway paling sedikit 75 m ke masing-masing sisi samping as
runway.
2.2.5 Stopway
Stopway adalah area segiempat di permukaan tanah pada ujung
landasan yang disiapkan sebagai daerah aman bagi pesawat yang gagal take-
off. Lebar stopway sama dengan lebar runway. Kekuatan stopway harus
dirancang untuk mampu mendukung beban pesawat yang gagal take-off dan
permukaan stopway dilapisi konstruksi yang sama dengan lapisan runway.
Adapun luas stopway pada bandara internasional juanda adalah sebesar 60 x
40 m
2.2.6 Apron
adalah tempat parkir pesawat yang dekat dengan bangunan terminal,
sedangkan taxiway menghubungkan apron dan run-way. Konstruksi apron
10
umumnya beton bertulang, karena memikul beban besar yang statis dari
pesawat. Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller
(ATC), berupa menara khusus pemantau yang dilengkapi radio control dan
radar. Karena dalam bandar udara sering terjadi kecelakaan, maka disediakan
unit penanggulangan kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong
dan pemadan kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung pemadam
kebakaran, ambulance, dll. Selain peralatan penolong dan pemadam
kebakaran juga ada hanggar servive aeroplane dan fuel service untuk mengisi
bahan bakar avtur.
2.2.6.1 Tipe Apron
1. Apron kargo
Pesawat-pesawat khusus pengangkut kargo biasanya parkir di daerah
apron yang berdekatan dengan gedung kargo, yang berjarak gak jauh
dari aktifitas penumpang lainnya
2. Apron terminal
Areal yang diperuntukan bagi manuver pesawat dan juga parkir pesawat
dekat terminal dan merupakan daerah dimana penumpang bisa turun
dan naik pesawat
3. Apron parkir
Apron parkir merupakan tambahan apron terminal yang terletak agak
terpisah dan digunakan untuk pesawat yang akan parkir dalam jangka
waktu yang lama, digunakan untuk para crew beristirahat, dan perbaikan
kecil pada bagian pesawat
4. Apron Hangar
Apron hangar adalah areal pesawat masuk keluar hangar
5. Apron service
Apron service adalah areal di dekat hangar perbaikan yang digunakan
untuk perbaikan ringan
6. Isolated apron
11
Digunakan untuk pesawat-pesawat yang perlu diamankan karena alasan
keamanan dan apron ini diletak kan agak jaub dari bandara.
2.2.7 Terminal Building
bangunan terminal penumpang bandar udara adalah
pertemuan antara lapangan udara dengan baguan dari Bandar udara
yang lain.
Dengan begitu terminal penumpang merupakan bangunan yang
digunakan untuk
memproses calon penumpang, bagasi, kargo, kegiatan administrasi, dan
pemeliharaan
Bandar udara.
Bangunan terminal penumpang merupakan salah satu fasilitas
pelayanan
dalam suatu Bandar udara, yang mempunyai fungsi antara lain sebagai
berikut :
a. Fungsi Operasional
Yaitu kegiatan pelayanan penumpang dan barang dari dari dan ke moda
transportasi dan udara yang termasuk dalam fungsi operasional antara
lain :
Terminal building merupakan bagian dari aeroderom difungsikan untuk
memenuhi berbagai keperluan penumpang dan barang, mulai dari
tempat pelaporan ticket, imigrasi, penjualan ticket, ruang tunggu,
cafetaria, penjualan souvenir, informasi, komunikasi, dan sebagainya.
1. Pertukaran Moda
Perjalanan udara merupakan perjalanan kelanjutan dari berbagai moda,
mencakup akses perjalanan darat dan perjalanan udara. Sehingga
dalam
rangka pertukaran moda tersebut penumpang melakukan pergerakan di
kawasan terminal penumpang
2. Pelayanan Penumpang
Yaitu proses pelayanan penumpang pesawat udara antara lain layanan
tiket, pendaftaran penumpang dan bagasi, memisahkan bagasi dari
12
penumpang dan kemudian mempertemukannya kembali. Fungsi ini
terjadi
dalam kawasan terminal penumpang.
3. Pertukaran Tipe Pergerakan
Yaitu proses perpindahan penumpang dan atau barang/ bagasi dari dan
ke
pesawat
b. Fungsi Komersial
Bagian atau ruang tertentu di dalam terminal penumpang yang dapat
disewakan,
antara lain untuk restoran, toko, ruang pamer, iklan, pos giro, telepon,
ban dan
asuransi, biro wisata dan lain – lain.
c. Fungsi Administrasi
Bagian atau ruang tertentu di dalam terminal penumpang yang
diperuntukkan
bagi kegiatan manajemen terminal
Bangunan terminal penumpang mempunyai 3 (tiga) bagian utama yang
saling
terkait yaitu :
1. Tempat bertemunya para calon penumpang dengan bagian sistem
administrasi
bandar udara.
2. Tempat para calon penumpang diproses untuk persiapan melakukan
atau
mengakhiri perjalanan seperti pengambilan barang dan pengecekkan
barang oleh
petugas.
3. Tempat bertemunya para calon penumpang dengan pesawat yang
akan digunakan.
13
2.2.7.1 Fasilitas Terminal
Fasilitas terminal merupakan sebuah prasarana transportasi untuk keperluan
menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra atau moda
transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan.
E. Fasilitas Utama Bandara
Adapun fasilitas utama untuk operasional suatu bandara adalah sebagai
berikut:
1. Runway
2. Apron
3. Air Traffic Controller
4. Unit penanggulangan kecelakaan
5. Fuel service
6. Terminal bandar udara
7. Curb
8. Parkir kendaraan
14
penerbangan dan pabrik peawat terbang telahmenyediakan pedoman untuk
masing-masing pesawat berupa gambar dan diagram yang terdiri dari dimensi
pesawat dan radius belok yang diperlukan. Pedoman inidapat dipakai untuk
menentukan ukuran aircraft gate.
2.2.7.3 Estimasi Luas Terminal Kotor (Gross Area)
Ada beberapa jenis perhitungan standar jumlah dan luasan area atau ruang
pada gedung terminal Bandar udara.
Tabelxx Standar Ukuran Hall Keberangkatan
Ukuran Terminal Luas Hall Keberangkatan (m2)
Kecil 132
Sedang 132-265
Menengah 265-1320
Besar 1321-3960
Sumber: Persyaratan Teknis Pengoperasian Bandar Udara
Tabelxx Standar Ukuran Luas Check In Area
Ukuran Terminal Jumlah Luas Check In Area (m2)
Kecil ≤16
Sedang 16-33
Menengah 34-165
Besar 166-499
Sumber: Persyaratan Teknis Pengoperasian Bandar Udara
15
diperhatikan oleh perancang ketika mendesain sebuah bangunan. Hal itu
dikarenakan
kedua hal tersebut merupakan area pertama yang akan dijumpai oleh
pengguna
sebelum memasuki bangunan yang dituju.
Dalam perancangan Bandar udara, pintu masuk memberikan citra sendiri bagi
para calon penumpang ketika memasuki bangunan berskala besar ini. Peran
pintu
masuk tersebut juga dapat menjadi batas wilayah suatu Bandar udara dengan
wilayah
yang berada diluar. Adapun bagian dari pintu masuk Bandar Udara dapat
disebutkan
sebagai berikut :
1. Dropping Point
Dropping Point merupakan area yang digunakan kendaraan untuk
menurunkan penumpang dan barang. Dalam area ini biasanya kendaraan
hanya akan
berhenti dalam waktu yang relatif singkat. Perancangan area inipun
menuntukan
sirkulasi yang baik sehingga tidak terjadi antrian kendaraan bahkan kecelakaan
dalam
proses penurunan penumpang dan barang.
2. Area transisis bangunan terminal
Jalan yang dimaksud adalah jalan pemisah antara dropping point dengan
bangunan terminal. Hal ini dilakukan untuk menciptakan area transisi bagi calon
penumpang ketika hendak memasuki bangunan terminal
3. Fasilitas pejalan kaki, orang cacat, dan penyeberangan jalan
Keberadaan area perjalan kaki, fasilitas orang cacat, dan penyemberangan
jalan merupakan hal – hal detil yang mutlak disiapkan pada bangunan dimasa
sekarang. Keberadaan fasilitas tersebut diharapkan mampu memberikan
kenyamanan
dan keselamatan bagi para pengguna.
16
4. Jalan lingkungan
Jalan lingkungan di dalam Bandar udara dipergunakan untuk memfasilitasi
pengelola untuk melakukan perawatan dan mobilisasi sepuar area bandara.
Demikian pula pada ketersediaannya area parkir, dalam perancangan Bandar
udara khususnya yang menyediakan pelayanan domestik dan internasional
luas area
dan tata letak parkir harus diperhatikan sehingga memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi kendaraan yang singgah baik alam waktu yang singkat maupun
waktu
yang lama.
Salah satu hal yang sebaiknya dijadikan pertimbangan dalam perancangan
area parkir adalah jarak yang akan ditempuh dari lokasi parkir ke terminal,
sehingga
diupayakan agar waktu dan energi yang dipergunakan oleh pengunjung
bandara akan
lebih efisien.
17
hal – hal yang merugikan seperti kebisingan, semburan jet dan cuaca serta
biaya –
biaya pemeliharaan dan operasi dari peralatan darat yang dibutuhkan.
Metode dari pesawat yang akan memasuki atau meninggalkan parkir, baik
dengan kemampuan pesawat itu sendiri (self-manoeuvering), maupun dengan
menggunakan alat bantu tarik (tractor assisted). Jenis- jenis konfigurasi parkir
pesawat adalah nose-in parking, angled nose-in parking, angled nose-out
parking, nose-out parking, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Nose-in Parking
Pengertian nose-in parking adalah pesawat diparkir tegak lurus gedung terminal
dan bagian depan pesawat berhadapan langsung, serta berjarak dekat dengan
gedung terminal.
18
3. Angled Nose-out Parking
Pengertian angled nose-out parking adalah pesawat diparkir menyudut kearah
terminal, tetapi bagian depan pesawat membelakangi gedung terminal.
4. Nose-out Parking
19
perkerasan tertentu, dan (ii) Clear way: bagian over run yang diperlebar dari
stop way, dan biasanya ditanami rumput.
Stopway dipersiapkan untuk dapat menampung pesawat apabila pesawat
gagal melaksanakan take-off dan tidak dapat berhenti di runway (keluar
dari landasan), sehingga tidak dapat mengakibatkan kerusakan yang
berat.
2.2.10 Fillet
Bagian tambahan dari pavement yang disediakan pada persimpangan runmway
atau taxiway untuk menfasilitasi beloknya pesawat terbang agar tidak tergelincir
keluar jalur perkerasan yang ada.
2.2.11 Shuolders
Bagian tepi perkerasan baik sisi kiri kanan maupun muka dan belakang runway,
taxiway dan apron.
20
BAB 3
KARAKTERISTIK PESAWAT
21
disamakan dengan Boeing 777-200 dan McDonnell Douglas MD-11, yang kini
sudah tidak diproduksi lagi.
22
3.2.3 Kecepatan Pesawat
A330-300 ini memiliki kecepatan mach 0,82 (541 mph, 470 knot, 871
km/hpada ketinggian 35,000 ft). kecepatan maksimumnya mach 0,86 (568 mph,
493 knot, 913 km/h pada ketinggian 35,000).
dua CF6-
Mesin 80E1 atau PW4000 atau RR
Trent 700
Jarak 303-320 kN
23
Jarak (maks. penumpang) 5,669 NM (10,500 km)
Berat pesawat
24
seluruh dunia. Variasi f pola operasi pesawat terbang standar mungkin
diperlukan untuk memenuhi kendala fisik dalam area manuver, seperti nilai
yang merugikan, terbatas daerah atau risiko tinggi kerusakan jet blast. Untuk
alasan ini, persyaratan manuver darat harus berkoordinasi dengan maskapai
penerbangan yang menggunakan sebelum perencanaan tata letak.
25
BAB 4
PERENCANAAN RUNWAY DAN WINDROSE
26
•ARFL = 2.615 m
•Wingspan= 35,8 m
•OMGWS (Outer Main Gear Wheel Span) = 9m
•Overal Lenght = 42,1 m
•MTOW = 85.139 kg
Data – data kondisi lapangan yang dibutuhkan untuk perencanaan
adalah sebagai berikut :
•Ketinggian lokasi dari muka air laut (h) = 3m
•Gradient efektif = 1,25%
Perhitungan Panjang Runway Akibat Pengaruh Kondisi Lokal Bandara: :
Koreksi Elevasi (Fe) = 1 + 0.07 (h/300) = 1 + 0,07 (3/300) = 1,0007 m
Koreksi Temperatur (Ft) =1+ 0.01 ( T -(15 - 0.0065h)) = 1 + 0,01 (29,5 –(15 –
0,0065 x 3)) = 1,145195 m
Koreksi kemiringan (gradien) runway (Fs) = 1 + 0,1 x S = 1 + 0,1 × 1,25%
=1,00125m
27
Kemiringan runway
a.Koreksi terhadap faktor kemiringan landasan
Fs = 1 + 0.1 S Fs = 1 + 0.1 (0,519) Fs = 1,0519 meter
b.Koreksi terhadap faktor temperatur
Ft = 1 + 0.01 (T– (15 - 0.0065h)) metric Ft = 1 + 0.01 (32– (15 - 0.0065(6,1))) Ft
= 1,1704 meter
c. Koreksi terhadap faktor ketinggian altitude
Fe = 1 +0,07 h/300 Fe = 1 +0,07 (6,1)/300 Fe = 1,0014 meter
d. Koreksi terhadap faktor angin permukaan panjang runway perencanaan (Lr)
Lebar Runway
28
Karena landasan dilengkapi dengan bahu landasan, lebar total landasan dan
bahu landasannya menjadi 60 meter.
- Kemiringan longitudinal dan Transversal
Berdasarkan persayaratan dari FAA, maka detail kemiringan arah longitudinal
(memanjang) dan arah transversal (melintang) landasan pacu
29
4.1.4 Perencanaan Runway shoulder, runway strip, Runway End Safety
area, Clearway dan Pengoperasian Runway
Dalam perencanaan runway, terbagi menjadi beberapa jenis yaitu
Runway shoulder, runway strip, Runway End Safety area, Clearway,
stopway dan Pengoperasian Runway. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Runway Shouler
Runway Shoulder merupakan area sisi kanan-kiri runway yang
dipersiapkan untuk mengantisipasi kecelakaan pada saat pesawat take
off.
2. Runway Strip
Runway Strip adalah area termasuk runway dan stopway yang
ditunjukan untuk mengurangi kerusakan pesawat jika pesawat gagal
berhenti dan sebagai batas dimana pesawat tidak boleh terbang
melewati daerah tersebut.
3. Runway end safety area (RESA).
RESA adalah suatu area yang simetris yang merupakan perpanjangan
dari sumbu landasan dan berbatasan dengan ujung strip yang berguna
untuk mengurangi resiko kerusakan pesawat.
30
4. Panjang dan lebar clearway
a. Panjang clearway
Panjang maksimum dari clearway adalah setengah dari panjang
runway yang digunakan untuk take of runway available.
b. Lebar clearway
Clearway ditambahkan secara lateral dengan jarak 75m dari tiap sisi
dan garis tengah runway
c. Kemiringan runway
Kemiringan runway tidak boleh lebih dari 1,25%
5. Lebar, panjang dan slope stopway
a. Lebar stopway sama dengan lebar runway yaitu 30m
b. Panjang stopway yang biasa digunakan adalah 60m
c. Slope maksimum diasosiasikan dengan slope runway, kemiringan
longitudinal adalah 1,5% dan kemiringan transversalnya adalah 2,5%.
Pembatasan kemiringannya 0,8% pada seperempat awal awal dan
akhir landasan tidak berlaku pada stopway.
6. Pengoperasian runway
Pada perencanaan bandara ini dirancang untuk tipe pengoperasian non-
precision approach runway, artinya insstrument runway dilengkapi
dengan alat bantu visual maupun tidak visual yang menyediakan minimal
paduan langsung yang memadai untuk kedatangan pesawat.
31
= 4781,49 m
ASDA = 3187,66 + 60
= 3247,66 m
LDA = 3187,66 – 450
= 2737,66 m
32
4.3.1 Perencanaan Exit Taxiway
33
4.4 Ukuran Apron
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan dimensi
apron yaitu : Jumlah Gate (Kelas Pesawat,Waktu Pemakaian,Volume Total dan
Jumlah Kedatangan), Kemiringan Pesawat, Jarak Antar Pesawat, Jumlah
pesawat jam masuk.
34
Pelataran pesawat adalah bagian dari bandar udara yang digunakan
sebagai tempat parkir pesawat terbang. Pelataran pesawat berada pada sisi
udara (airport side) yang langsung bersinggungan dengan bangunan terminal,
dan juga dihubungkan dengan jalan rayap (taxiway) yang menuju ke landas
pacu.
Adapun ukuran apron pada Bandara Internasional Juanda adalah sebagai
berikut :
Kekuatan : PCN 73 FCJ
Permukaan : Beton
Luas Apron Utama : 72.262 m2
Luas Apron Barat : 12.177 m2
Luas Apron Timur : 12.177 m2
35
diperlukan sejenis izin khusus untuk dapat memasuki area ini. Ukuran apron
pada sebuah Bandar udara dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu, jumlah aircraft
gate, ukuran gate, luas areal yang diperlukan untuk maneuver pesawat di gate,
dan sistem serta tipe parkir pesawat Langkah pertama yang dilakukan untuk
menghitung luas apron adalah mencari peak month ratio, peak day ratio, dan
peak hour ratio pada data historis.
Pencarian rasio ini dapat dilakukan dengan melihat data pesawat pada
tahun-tahun sebelumnya dan mencari ratio untuk masing-masing bulan, hari,
dan jam nya. Rumus (1), (2), dan (3) merupakan rumusrumus yang digunakan
untuk mencari rasio.
𝑅𝑚𝑜𝑛𝑡ℎ = 𝑁𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢 / 𝑁𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢 (1)
𝑅𝐷𝑎𝑦 = 𝑁ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢 / 𝑁𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢 (2)
𝑅ℎ𝑜𝑢𝑟 = 𝑁𝑗𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢 / 𝑁ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢 (3)
36
Tabel 4.1 Rasio Pergerakan Pesawat
Dari ratio diatas akan dikalikan dengan pergerakan pesawat per tahunnya
untuk masing-masing tipe, sehingga didapat pergerakan pesawat per tahun
untuk masing-masing tipe pada tahun rencana, yaitu 2029. Setelah itu hasil
pergerakan pesawat per tahun tersebut akan dikalikan dengan peak day ratio
dan hasilnya akan dikalikan dengan peak hour ratio. Sehingga didapat peak
hour pada masing-masing tipe di tahun 2029.
37
451 pergerakan per tahun.
38
Tabel 4.5 Perhitungan Luas Apron
Luas apron untuk tipe B 757 diperoleh sebesar 33,337 𝑚2 Sedangkan
Luas apron untuk tipe A 330 diperoleh sebesar 55,816 𝑚2.
= 1.348 m2 × 7
= 9436 m2
2. Luas Area Parkir
Perencanaan luas area parkir menggunakan grafik pada Gambar 4.27
Annual Traffic = 30.000
Seating Capacity B-787 = 381 (maksimum dari Tabel 2.3)
39
Annual Passanger = 30.000 × 381 = 11. 430.000
Annual Passanger yanag terdapat yaitu sebesar 11430000 karena grafik pada Gambar
4.28 annual passanger-nya hanya sampai 4000000 maka dilakukaneksploitasi, yaitu:
11430000
Jumlah ruang parkir = 4800
4000000
= 13716
Sehingga diperoleh jumlah ruang parkir sebanyak 13716
15% dari ruang parkir = 15% ×13716
= 2057
Ruang parkir total = 13716 + 2057
= 15773
1 ruang parkir = 8 m2
Luas Ruang Perkir Total = 8 m2 × 15773
= 126184 m2
Metode lain yaitu penggunaan 1,5 kali dari jumlah penumpang pada saat jam puncak.
Volume Jam Perencana = 7 pesawat
Seating Capacity B-787 = 381 (maksimum dari Tabel 2.3)
Peak Hour Passanger = 7 × 381 = 2667
Peak Hour Passanger Total = 1,5 × 2667 = 4000.5
Dengan asumsi 100% penumpang diantar dengan kendaraan pribadi, maka
1 ruang parkir mobil = 4 × 2 = 8 m2
Luar Ruang Parkir Total = 8 m2 × 4000.5 = 32004 m2
Jadi, dari kedua perhitungan yang telah dilakukan, maka luas ruangparkir yang
digunakaan adalah sebesar 126184 m2
40
1. Buat garis bujur yang mencermikan garis tengah runway sesuai dengha panjang ARFL
2. Kemudian dibuat maksimin crosswind sesuai dengan tabel
3. Setelah terbentuk persegi panjang pada kertas hampitkan persegi panjang tersebut
pada windrose sehingga terbentuk sudut 0 lalu hitung besar angin yang tercukupi
persegi panjang tersebut.
4. Lakukan interasi sebanyak 18 kali ditiap-tiap interasi sebanyak 10 derajat
Windrose diagram (Diagram Mawar Angin) merupakan diagram yang
mempresentasikan nilai kecepatan angin pada setiap arah mata angin dengan tujuan
untuk mengetahui arah dominan angin yang terjadi pada tempat yang diteliti. Diagram
windrose membantu untuk menggambarkan pola angin pada suatu tempat, diagram
windsore merupakan cara yang umum digunakan untuk menggambarkan data angin,
dapat diukur dengan “Speed Distribution” dan “Frequency Distribution”. Windrose
dapat merupakan data tahunan, atau pada rentang waktu tertentu, beberapa juga
menyantumkan informasi temperature tempat yang diamati.
1. Perhitungan Windrose Diagram
Periode : 1 Februari 2005 – 31 Mei 2005
Sumber Data : BMKG
a. Membuat Tabel Range berdasarkan Arah Angin Berhembus
Tabel 1. Range of Wind Direction
Direction Min of Wind Dir Range of Wind Dir
E 348.8 348.8-10.58
NNE 12.11 12.11-32.95
NE 34.51 34.51-55.58
ENE 68.5 68.5-74.62
N 78.91 78.91-101.2
NNW 101.3 101.3-123.71
NW 123.84 123.84-146.14
WNW 146.26 146.26-168.7
W 168.79 168.79-190.97
WSW 191.41 191.41-213.62
SW 213.92 213.92-236.23
SSW 236.57 236.57-258.7
S 258.76 258.76-280.96
SSE 281.41 281.41-303.43
41
SE 303.76 303.76-326.22
ESE 326.27 326.27-348.66
Dari tabel ini dapat diketahui rentang sudut arah angin berhembus pada setiap arah
mata angin.
Wind Grand
0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9
Direction Total
E 5 23 10 23 34 64 44 22 0 225
ENE 5 16 16 7 9 7 2 0 0 62
N 5 15 18 3 0 0 0 0 0 41
NE 4 15 10 7 5 0 0 0 0 41
NNE 8 19 7 2 0 0 0 0 0 36
NNW 1 10 31 0 0 0 0 0 0 42
NW 2 21 20 5 0 1 0 0 0 49
S 9 38 36 22 6 0 0 0 0 111
SE 10 44 26 50 84 63 37 18 0 332
SEE 9 30 24 20 103 150 181 87 22 626
SSE 12 57 29 41 31 41 15 1 0 227
SSW 4 54 59 19 5 0 0 0 0 141
SW 4 36 25 50 15 0 0 0 0 130
W 6 29 36 83 109 72 32 11 14 392
WNW 5 32 6 18 28 29 22 0 0 140
WSW 9 25 68 69 34 60 14 6 0 285
Grand Total 98 464 421 419 463 487 347 145 36 2880
Wind 0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 Grand
42
Direction Total
E 0.17% 0.80% 0.35% 0.80% 1.18% 2.22% 1.53% 0.76% 0.00% 7.81%
ENE 0.17% 0.56% 0.56% 0.24% 0.31% 0.24% 0.07% 0.00% 0.00% 2.15%
N 0.17% 0.52% 0.63% 0.10% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 1.42%
NE 0.14% 0.52% 0.35% 0.24% 0.17% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 1.42%
NNE 0.28% 0.66% 0.24% 0.07% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 1.25%
NNW 0.03% 0.35% 1.08% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 1.46%
NW 0.07% 0.73% 0.69% 0.17% 0.00% 0.03% 0.00% 0.00% 0.00% 1.70%
S 0.31% 1.32% 1.25% 0.76% 0.21% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 3.85%
SE 0.35% 1.53% 0.90% 1.74% 2.92% 2.19% 1.28% 0.63% 0.00% 11.53%
SEE 0.31% 1.04% 0.83% 0.69% 3.58% 5.21% 6.28% 3.02% 0.76% 21.74%
SSE 0.42% 1.98% 1.01% 1.42% 1.08% 1.42% 0.52% 0.03% 0.00% 7.88%
SSW 0.14% 1.88% 2.05% 0.66% 0.17% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 4.90%
SW 0.14% 1.25% 0.87% 1.74% 0.52% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 4.51%
W 0.21% 1.01% 1.25% 2.88% 3.78% 2.50% 1.11% 0.38% 0.49% 13.61%
WNW 0.17% 1.11% 0.21% 0.63% 0.97% 1.01% 0.76% 0.00% 0.00% 4.86%
WSW 0.31% 0.87% 2.36% 2.40% 1.18% 2.08% 0.49% 0.21% 0.00% 9.90%
Grand
3.40% 16.11% 14.62% 14.55% 16.08% 16.91% 12.05% 5.03% 1.25% 100.00%
Total
(Sumber : Pribadi)
43
e. Penarikan Kesimpulan
Dari diagram windrose yang terlampir diatas, dapat diketahui bahwa arah dominan
angin pada rentang waktu 1 Februari – 31 Mei 2005 adalah ke arah SEE (South East-
East).
44
BAB 5
KESIMPULAN
1. Luas Terminal
Asumsi yang digunakan berupa perencanaan jangka pajang sehingga grafik yang
digunakan dari Gambar
Annual Traffic = 30.000
Seating Capacity B-787 = 361 (maksimum dari Tabel 2.2)
Annual Passanger = 30.000 × 361 = 10.830.000
Jumlah Gate = 9 buah
Annual Passanger / Gate = 10.830.000/9 = 1.203.333
Annual Passager / Gate yang didapatkan yaitu sebesar 1.203.333 lalu diplotkan ke
Gambar 4.25 sehingga diperolh luas terminal per gate sebesar 13500 ft2 = 1255 m2.
Luas Terminal Total = [luas terminal / gate] × jumlah gate
= 1.348 m2 × 7
= 9436 m2
2. Luas Area Parkir
Perencanaan luas area parkir menggunakan grafik pada Gambar 4.27
Annual Traffic = 30.000
Seating Capacity B-787 = 381 (maksimum dari Tabel 2.3)
Annual Passanger = 30.000 × 381 = 11. 430.000
Annual Passanger yanag terdapat yaitu sebesar 11430000 karena grafik pada Gambar
4.28 annual passanger-nya hanya sampai 4000000 maka dilakukaneksploitasi, yaitu:
11430000
Jumlah ruang parkir = 4800
4000000
= 13716
Sehingga diperoleh jumlah ruang parkir sebanyak 13716
15% dari ruang parkir = 15% ×13716
= 2057
Ruang parkir total = 13716 + 2057
= 15773
1 ruang parkir = 8 m2
Luas Ruang Perkir Total = 8 m2 × 15773
= 126184 m2
45
Metode lain yaitu penggunaan 1,5 kali dari jumlah penumpang pada saat jam puncak.
Volume Jam Perencana = 7 pesawat
Seating Capacity B-787 = 381 (maksimum dari Tabel 2.3)
Peak Hour Passanger = 7 × 381 = 2667
Peak Hour Passanger Total = 1,5 × 2667 = 4000.5
Dengan asumsi 100% penumpang diantar dengan kendaraan pribadi, maka
1 ruang parkir mobil = 4 × 2 = 8 m2
Luar Ruang Parkir Total = 8 m2 × 4000.5 = 32004 m2
Jadi, dari kedua perhitungan yang telah dilakukan, maka luas ruangparkir yang
digunakaan adalah sebesar 126184 m2
dua CF6-
Mesin 80E1 atau PW4000 atau RR
Trent 700
Jarak 303-320 kN
46
35,000 ft)
Berat pesawat
47