Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL SOSIALISASI POLITIK

Sebentar lagi rakyat Indonesia akan mengadakan pesta rakyat pemilihan


umum Presiden pada tahun 2014, tepatnya pada tanggal 9 april 2014.
Pemilihan Presiden ini merupakan puncak dari pesta demokrasi yang ada di
Indonesia. Karena pada saat itu, seluruh rakyat Indonesia akan menentukan
sendiri siapa yang layak memimpin negara dengan sebutan untaian zamrud
khatulistiwa. Namun kegiatan pemilu 2014 ini perlu mendapatkan perhatian
lebih dari masyarakatnya, mengingat angka golput (golongan putih) alias orang
yang tidak menggunakan hak pilihnya terus meningkat.

Pada pemilihan Presiden tahun 2009 saja angka golput mencapai 27,7%
atau sekitar 49.212.158 orang berdasarkan survei yang dilakukan oleh
Lembaga Survei Indonesia. Dan LSI memprediksikan untuk pemilihan presiden
tahun 2014 nanti, angka golput justru meningkat hingga mencapai 50%. LSI
menjelaskan alasan meningkatnya angka golput tersebut dikarenakan
masyarakat sudah sentimen dengan arah kebijakan berbagai partai politik yang
ada di Indonesia ini yang hanya fokus pada bagaimana cara memenangkan
pemilu tanpa dibarengi dengan sikap tanggung jawab dan kurang kredibilitas.
Di berbagai media, baik itu elektronik maupun cetak seringkali menginfokan
tentang oknum-oknum pemerntah terutama anggota DPR yang tertangkap
tengah tidur, mainan handphone atau bleckberry-nya atau bahkan sedang
menonton video porno. Rakyat seakan sudah jengah dengan perilaku pejabat
yang tidak mencerminkan selayaknya wakil rakyat.

Berbagai persepsi masyarakat yang berkembang saat ini bisa


dikatakan salah kaprah tentang apa itu politik. Banyaknya pemberitaan
mengenai para pejabat negara yang seharusnya bisa menjadi panutan tapi
faktanya banyak yang terseret kasus hukum seperti penyelewengan dana
atau korupsi atau bahkan “kasus perempuan” membuat berpersepsi sendiri.
Persepsi masyarakat mengenai politik saat ini cenderung negatif dan
seakan-akan politik itu hanya mengenai perebutan kekuasaan dan uang
belaka. Adanya kekeliruan mengenai pandangan masyarakat akan politik ini
sebenarnya perlu diluruskan dengan adanya sosialisasi politik. Hal itu
dikhawatirkan apabila persepsi negatif masyarakat tentang kegiatan politik
dan para pelaku politik itu terlanjur mendarah daging, masyarakat nantinya
sudah tidak percaya lagi pada pemerintah selaku pelaku politik.

Kegiatan sosialisasi politik ini memang kegiatan penting dan tidak


bisa dianggap remeh dengan semakin meningkatnya angka golput dari
masyarakat ketika diadakannya pemilihan baik itu bupati, gubernur,
anggota legislatif maupun presiden. Dengan dilakukannya sosialisasi politik
diharapkan natinya masyarakat dapat membentuk dan memelihara atau
bahkan memperbaiki budaya politik pada suatu bangsa dari generasi ke
generasi.
ARTIKEL SOSIALISASI POLITIK

Komisi Pemberantasan Korupsi tetap pada keputusannya menolak


rencana revisi Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012. Wakil Ketua KPK
Alexander Marwata berencana melapor ke Presiden Joko Widodo jika
Kementerian Hukum dan HAM tak mengindahkan sarannya.

"Mungkin akan menyampaikan langsung kepada Presiden," kata Alex


kepada Tempo, Kamis, 25 Agustus 2016. Ia mengatakan KPK sudah berulang
kali menyatakan keberatan dengan kemudahan pemberian remisi untuk
koruptor.

Kementerian Hukum dan HAM berencana merevisi PP Nomor 99 Tahun


2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan. Dalam revisi itu ada poin yang memberi kemudahan bagi
koruptor untuk mendapatkan remisi.

Pada 19 Agustus, KPK mengutus Kepala Biro Hukum Setiadi untuk


menyampaikan keberatan terhadap revisi PP itu ke Kementerian Hukum dan
HAM. Pada pertemuan itu, KPK menyampaikan keberatan dengan kemudahan
pemberian remisi, pembebasan bersyarat, dan asimilasi kepada terpidana
korupsi.

Berdasarkan undang-undang, jaksa KPK tidak bisa menaikkan tuntutan


agar hukuman koruptor diperberat. Sehingga, lembaga antirasuah menilai
adanya kemudahan remisi hanya menguntungkan koruptor. "KPK akan
menuntut secara proporsional sesuai kesalahan terdakwa," ujar Alex.
Pada akhirnya, KPK tetap akan patuh dengan apapun keputusan
presiden mengenai revisi PP itu. Namun, kata Alex, jika ada masyarakat yang
merasa dirugikan akibat keputusan itu, KPK akan berupaya mengajukan judicial
review ke Mahkamah Agung.

"Kalau sudah diputuskan KPK sebagai pelaksana UU kan harus


melaksanakan," kata Alex. Kecuali, ada masyarakat yang merasa dirugikan
dengan peraturan pemerintah dapat mengajukan judicial review ke MA.

Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik pastinya terdapat hal-


hal yang termasuk didalamnya. Hal itu sepperti yang diutarakan oleh ahli
politik dalam negeri, Ramlan Surbakti bahwasannya dalam melakukan
sosialisasi politik tersebut terdapat dua jenis kegiatan yaitu pendidikan
politik dan indoktrinisasi politik. Keduanya memiliki pengertian yang
berbeda. Pendidikan politik merupakan proses dialog yangterjadi antara si
pemberi dengan si penerima pesan yang didalamnya mempelajari
mengenai simbol-simbol, nilai dan norma politik.

Kegiatan pendidikan politik bisa didapat dalam pendidikan formal


seperti sekolah dan perkuliahan melalui mata pelajaran yang ada kaitannya
dengan politik. Misalnya saja seperti pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan atau biasa disingkat PKWN. Sedangkan kegiatan
indoktrinasi politik merupakan kegiatan yang dimana terdapat proses yang
terjadi secara sepihak yaitu ketika si penguasa atau pemimpin
memobilisasi/mengarahkan serta memanipulasi masyarakatnya dalam hal
menerima norma, nilai dan simbol politik yang ideal dan baik menurut si
penguasa itu tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai