Anda di halaman 1dari 179

PRESISI

(PERTEMUAN ILMIAH MAHASISWA FISIKA INDONESIA)

PROSIDING
14-15 April 2018
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin,
Makassar

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

PROSIDING
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia
Makassar, 14-15 April 2018
“Peran Saintis Muda dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals 2030”

ISBN : 978-602-72198-8-5

Tim Reviewer
Prof. Dr. Dahlang Tahir, S.Si, M.Si
Prof. Dr. Dadang Ahmad, M.Eng
Dr. Bidayatul Armynah, M.T
Dr. Tasrief Surungan, M.Sc
Dr. Bualkar Abdullah, M.Eng.Sc
Dra. Nurlaela Rauf, M.Sc
Prof. Dr. rer-nat Wira Bahari Nurdin
Dr. Helmi, M.Si
Dr. Bunga Dara Amin, M.Ed
Dr. Muh. Hamzah, S.Si. MT

Steering Committee :
Dewi Rahma Ahmadi
Editor :
Muh. Fadil Ilham
Penyunting :
Harmita Lestari
Desain Sampul dan Tata Letak :
Andi Yusriandi Pratama

Penerbit :
Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin

Redaksi :
Science Building Lt.2 FMIPA Unhas,
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea, Makassar
Telp. (0411) 510200
FAX 0411-588551
Email: fisikaunhas@gmail.com

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin
tertulis dari penerbit
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding Pertemuan
Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia 2018 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin dengan
tema “Peran Saintis Muda dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals 2030”.
Seminar ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 14 April 2018 di Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia ini terdiri dari beberapa rangkaian
kegiatan, yaitu Seminar Nasional yang menghadirikan pemateri dari LIPI, MIPI, dan BMKG,
Presentasi Paralel, serta City Tour. Seminar nasional diikuti oleh peserta baik mahasiswa
maupun masyarakat umum. Setelah seminar berlangsung, dilangsungkanlah seminar pararel
oleh peserta prosiding Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia 2018. Peserta prosiding
terdiri dari berbagai universitas maupun instansi di Indonesia. Ada 5 bidang ilmu fisika yang
terhimpun pada prosiding ini, yaitu: Geofisika dan fisika lingkungan, teori dan komputasi,
material, instrumen dan medik, serta pendidikan fisika.

Seminar prosiding ini bertujuan sebagai sarana untuk memfasilitasi dan


mengkomunikasikan pertukaran infomasi antara peserta seminar dengan narasumber yang
kompeten. Panitia menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung
baik secara moril maupun materil sehingga Prosiding Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika
Indonesia 2018 ini dapat terselenggara dengan baik.

Ucapan terima kasih juga tak lupa panitia sampaikan kepada seluruh dosen di jurusan
fisika (prodi fisika dan geofisika) FMIPA Unhas, terutama para dosen yang telah menjadi
reviewer pada proses penyeleksian karya tulis ini. Juga kepada dosen pendidikan fisika dari
Universitas Negeri Makassar. Terima kasih telah meluangka waktu, tenaga dan pikiran di
tengah-tengan kesibukannya. Terima kasih kepada ketua jurusan fisika Bapak Dr. H. Arifin,
M.T atas dukungannya kepada panitia dalam hal ini Himafi FMIPA Unhas selama
berlangsungnya Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia. Juga kepada segenap anggota
maupun alumni Himpunan Mahasiswa Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Hasanuddin.Terima kasih kepada seluruh peserta yang telah berpartipasi
mengirimkan karya tulisnya guna tersusunnya prosiding ini. Selanjutnya para peserta

ii
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

diharapkan terus berkarya mengembangkan penelitian-penelitian intensif terhadap berbagai


bidang fisika maupun geofisika.

Semoga penerbitan prosiding ini dapat menjadi cikal bakal ide penelitian yang lebih
besar di masa mendatang dan dapat menjadi salah satu bahan serta acuan dalam mewujudkan
Sustainable Development Goals 2030.

Hormat kami,
Ketua Panitia

Muh. Firmansyah

iii
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ii

Daftar Isi iv

TEORI & MATERIAL

TM-FU01 Perhitungan Dosis Radiasi Pada Manusia dan Lingkungan 1-2


Sebagai Aplikasi Proteksi Radiasi dengan Jupyter Notebook.
Febri Yanto, Kyagus Maula Nugraha

TM-FU02 Studi Analisis Karakterisasi Nilai Silika Modulus (Sm) dan


Alumina Modulus (Am) Tanah Liat Sebagai Bahan Baku 3-8
Pembuatan Semen di Daerah Tabo-Tabo Pt. Semen Semen
Tonasa
Muh. Said L, Hasofiana, Iswadi, Achmad Nasyori

TM-FU03 Aplikasi Biodegradable Hidrogel Superasorben Poli (kalium 9-13


akrilat)-g-Kitosan dengan Teknik Iradiasi Gamma sebagai
Bioremediasi Limbah Logam Cu
Siti Nur Seha, Erizal, Anis Fitria Wulandari, Jan Ady

TM-FU04 Analisis Pengaruh Presipitan Basa terhadap Properti Kristalinitas 14-16


dan Gugus Fungsi Nanomaterial Gadolinium Oksida (Gd2O3)
dengan Metode Presipitasi.
Putri Widya Pangestika, Defi Rahma Santi, Ikal Maknun

TM-FU05 Karakterisasi Karbon Aktif yang Terbuat dari Tempurung Kelapa 17-20
Menggunakan Teknik FTIR dan XRD
Andi Ikhtiar Bakti, P. L. Gareso

INSTRUMEN & MEDIK

IM-FU01 Pemanfaatan Limbah Biji Nangka Untuk Pembuatan Biobaterai


Sebagai Energi Alternatif Ramah Lingkungan. 21-23
Agus Santoso, Rika Agustin, Riska Dewi Aulia Saputri
IM-FU02 Analisis Nilai Paparan Radiasi Pesawat Fluoroscopy Angiografi
24-27
pada Ruang Cathlab.
Aswad, Bualkar Abdullah, Dahlang Tahir

iv
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

IM-FU03 Identifikasi Penyakit Diabetes Mellitus pada Proses Ekspirasi


dengan Biosensor Berbasis Nano Partikel 28-34
Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok, Reza Afifudin

IM-FU04 Penerapan Sensor Optocoupler Sebagai Optimalisasi


35-43
Pengukuran Debit dan Volume Pemakaian Air Berbasis Auto
Kusumawati Dwi Lestari, Mochammad Rizal Fadhillah

IM-FU05 S-Plicus (Smart Plasma Plester for Caesar Vulnus) :Pembalut


Pintarpada Luka Pasca Bedah Caesar Metode Self Healing 44-48
Berbasis Teknologi Plasma Paper sebagai Inovasi Mewujudkan
Iklim Indonesia Sehat
Inayah Mumpuni Budiati, Diah Ayu Suci Kinasi, Syifa Avicenna

IM-FU06 Pengendalian Korosi Berbasis Impressed Current Cathodic


49-53
Protection pada Pipeline dengan Pemanfaatan Portable
Savonius Turbine
Bagas Probo Wasono, Nurul Annisa Rahmandita, Ibnu Abdil Aziz

PENDIDIKAN FISIKA

PF-FU01 Pengaruh Metode Pembelajaran Peer Teaching Berbasis Studi


54-59
Eksperimen Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik
Kelas X Sman 1 Bontonompo.
Santih Anggereni, Muh. Syihab Ikbal

PF-FU02 Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching


60-65
Perspektif Fisika dan Ayat – Ayat Semesta dalam
Menumbuhkan Minat Belajar Siswa pada Kelas XI Ipa – 1
MAN 2 Model Makassar.
Andi Ferawati Jafar, Ali Umar Dani, Andi Dian Angriani

PF-FU03 KAPEKA (Kartu Eksperimen Fisika) di Ruang Terbuka : Solusi


66-70
Inovatif Penerapan Remedial Fisika Guna Mewujudkan
Pembelajaran Fisika Berkualitas.
Jeni Idia, Muhammad Nasir

PF-FU04 Konsep Fisika dalam Edukasi Mitigasi (Edmi) sebagai Upaya


Mewujudkan Pelajar yang Tanggap Bencana 71-76
Rangga Alif Faresta, Nurjamilah, Sigit Setiawan

PF-FU05 Analisis Kinerja Kepala Laboratorium IPA Madrasah Aliyah


Kota Makassar 77-83
Suhardiman, Rafiqah

v
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

PF-FU06 Keefektivan Alat Peraga Trainer pada Sub Materi Hukum Ohm
84-88
dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik di SMA Tri
Tunggal, Surabaya.
Rofi’atul Aliyah, Agista Wibiane, Adeista Anggrainy Putri Arif

GEOFISIKA & FISIKA LINGKUNGAN

GL-FU01 Studi Komparasi Metode Common Reflection Surface (CRS)


89-94
Stack dengan Stack Konvensional dalam Memperbaiki Citra
Penampang Seismik terhadap Data Seismik Perairan Waigeo.
Fikri Zain Karim, Yulinar Firdaus

GL-FU02 Identifikasi Distribusi Lava Bantal dan Posisi Sesar Opak


Menggunakan Audio-Magnetotellurik di Watuadeg, Kecamatan 95-100
Berbah, Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta, Indonesia
Rahmat Hidayat, Nabila Alifa Putri Harfi, Muhammad Al
Thariqsyah

GL-FU03 Relokasi Hiposenter Gempa Mikro sebagai Pembentukan Sesar


Menggunakan Metode Joint Hypocenter Determination (JHD) 101-106
dan Double Difference (DD) (Studi Kasus: Laut Sawu Bagian
Utara Pulau Timor)
Afiat, Afifah Rahma Kustanto

GL-FU04 Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger


Sebagai Upaya Mitigasi Daerah Potensi Rawan Gerakan Tanah 107-113
(Studi Kasus: Di Dusun Pamujaan RT.01 RW.01, Desa
Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat)
Addinal Fikriyah, Ahmad Afifur Rohman, Alfu Alfin N.U, Lestari
Agustiningtyas, Anjar Heriwaseso, Yukni Atifianti, M Nizar
Firmansyah

GL-FU05 Analisis Durasi Rupture, Rasio Energi dan Momen Seismik, dan
114-123
Parameter Sumber Gempa Bumi sebagai Peringatan Dini
Tsunami.
Angga Wijaya, Muhammad Fikri H Hiola, Sugeng Pribadi

GL-FU06 Analisis Korelasi Kepadatan Bangunan Terhadap Tingkat Kuat


Arus Sambaran Petir di Wilayah Kota Makassar. 124-129
Erwan Susanto

vi
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

GL-FU07 Deteksi Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas


dengan Konfigurasi Wenner-Schlumberger 1D dan Konfigurasi 130-133
Wenner 2D di Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Kota
Makassar.
Riatna, Sri Wahyuni
GL-FU08 Analisis Suseptibilitas Magnetik Tanah Permukaan s139ebagai
134-139
Proxy Indicator Polutan (Studi Kasus: Perkebunan Teh Daerah
Sukawarna, Kabupaten Subang).
Raka Adhiyatama, Muhammad Nur Firdaus, Farhan Hamid
Lubis, Dini Fitriani

GL-FU09 Analisis Nilai B-Value dan Bidang Patah Teraktifkan Sebagai 140-146
Identifikasi Kerentanan Batuan (Studi Kasus Gempa Lebak M
6.1)
Ramadhan Priadi, Rahayu Yuliastri Fadhila

GL-FU10 Kajian Potensi Energi Angin di Wilayah Sulawesi Selatan Guna


147-155
Mendukung Indonesia Menuju Pembangunan PLTB
Reynold Mahubessy, Otniel Tino Jawa Nduruk, Andreas
Kurniawan Silitonga, Hasti Amrih Rejeki

GL-FU11 Hubungan Nilai SBA (Simple Bouger Anomaly) Terhadap


Intensitas Gempa Bumi. 156-161
Emelda Meva Elsera

GL-FU12 Integrasi Surface Related Multiple Elimination dan Radon dalam


Mereduksi Multiple di Lapangan X 162-164
Dewi Rahma Ahmadi, Sufridah Hardianti, Riana Trisartika,
Tumpal Bernhard Nainggolan

GL-FU13 Surface Related Multiple Elimination dalam Mereduksi Multiple


di Lapangan X 165-167
Dewi Rahma Ahmadi, Asriani, Muhammad Nasri, Tumpal
Bernhard Nainggolan

vii
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Perhitungan Dosis Radiasi Pada Manusia dan Lingkungan Sebagai


Aplikasi Proteksi Radiasi dengan Jupyter Notebook
Febri Yanto*, Kyagus Maula Nugraha
Fisika FMIPA, Universitas Sriwijaya
*Email : febto.febri@gmail.com

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km 32, Indralaya 30862, Sumatera Selatan, Indonesia

Abstrak — Dosis radiasi sering diartikan sebagai jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi termasuk
tubuh manusia. Nilai dosis radiasi sangat ditentukan oleh kuantitas radiasi, jenis dan energi radiasi serta jenis materi yang
dikenainya. Digunakan Detektor Geiger Muller untuk mendeteksi suatu radiasi yang dipancarkan oleh bahan Radium setelah
didapatkan data intensitas radiasi dari radium, maka dilakukan perhitungan secara analitik dan komputasi menggunakan
Jupyter Notebook untuk menentukan efek radiasi pengion dan mendapatkan nilai ambang dosis radiasi, didiapatkan nilai
ambang batas radiasi yang berlaku di Indonesia yaitu sebesar atau sama dengan 15 mSv (1500 mrem) per tahun.

Kata Kunci — dosis radiasi, detektor Geiger Muller, radium, Jupyter Notebook

0,693
1. PENDAHULUAN 𝑇 1⁄2 = (9)
𝜆
Radioaktivitas atau aktivitas peluruhan radiasi
Dosis radiasi mengambarkan tingkat perubahan
didefinisikan sebagai jumlah peluruhan per detik.
atau nilai kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh
Aktivitas radiasi (A) suatu sumber atau zat radioaktif
radiasi bila menganai materi. Nilai dosis ini sangat
ditentukan oleh jumlah inti radioaktif yang
ditentukan oleh kuantitas radiasi, jenis radiasi dan
dikandungnya (N) dan konstanta peluruhan dari
energi radiasi yang mengenainya. Dalam proteksi
radiokatif tersebut (𝜆).
radiasi, definisi dari dosis radiasi adalah jumlah energi
Δ𝑁 radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah
𝐴= = 𝜆𝑁 (1)
Δ𝑡 energi. Untuk itu ditihung tingkat dosis radiasi dari
Konstanta peluruhan (𝜆) bersifat unik yang suatu bahan, digunakan bahan radium.
berarti bahwa nilai 𝜆 dari suatu inti radioaktif akan Foton energetik atau partikel bermuatan
berbeda dengan inti radioaktif yang lain. mengionisasi materi dalam lintasannya untuk
Dengan satuan untuk konstanta peluruhan per menghasilkan pasangan electron-ion yang dapat
detik, dimana satuan aktivitas adalah Becquerel (Bq) dideteksi dengan berbagai instrument, salah satunya
atau Currie (Ci) dengan nilai konversinya, alat pencacah detekor Geiger Muller.
1 Bq = 1 Peluruhan per detik 2. METODOLOGI PENELITIAN
10
1 Ci = 3,7 × 10 peluruhan per detik = 37 GBq Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika
37 Bq = 1 nCi = 100 m Sv = 0.1 mSV (2) Lanjut Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam dengan menggunakan alat
Dari persamaan (1) dapat diturunkan sehingga pencacah statistik Detektor Geiger Muller.
mendapatkan persamaan peluruhan,
𝑁 = 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 (3)
𝐴 = 𝐴0 𝑒 −𝜆𝑡 (4)
1 1
𝐴0 = 𝐴0 𝑒 −𝜆𝑡 ⁄2 (5)
2
1⁄
𝑒 𝜆𝑇 2 =2 (6) Gambar 1. Alat Pencacah Detektor Geiger Muller.
𝜆𝑇 1⁄2 = ln 2 (7) Alat pencacah Geiger Muller merupakan suatu
ln 2
detektor yang yang berisikan gas mulia yang bekerja
𝑇 1⁄2 = (8) pada tegangan yang tinggi.
𝜆

Untuk mempermudah penggambaran terhadap 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


kecepatan peluruhan zat radioaktif maka sering Dilakukan perhitungan rata-rata nilai cacahan
digunakan parameter baru, yaitu waktu paro (𝑇 1⁄2 ) untuk radium (𝑁̅Ra) dengan data sebagai berikut:
dimana waktu paro merupakan selang waktu yang
No. V (Volt) ̅Ra
𝑁
dibutuhkan oleh suatu inti radioaktif untuk meluruh
menjadi setengah dari aktivitasnya semula. Nilai 1 350 0
(𝑇 1⁄2 ), sebanding dengan,

1
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

2 375 138,8 Dengan parameter yang sama, dilakukan perhitungan


3 400 277,8 untuk jumlah sinar radioaktif yang terdeteksi pada
4 425 292,8
cobalt,
5 450 316 ̅𝐶𝑜
𝑁 8
𝑛= = = 0,8 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛/𝑠
6 475 317,4 𝑡 10
7 800 307,2 𝑛(𝑡 − 𝜏
𝑐=( )−𝑁 ̅𝐵
1 − 𝑛𝜏
Dilakukan perhitungan jumlah sinar radioaktif 8(10 − (0,011))
𝑐=( ) − 4,4
yang benar terdeteksi pada radium sebagai berikut, 1 − 0,8(0,011)
dengan parameter: 𝑐 ≈ 76,221 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛/𝑠
𝑡 = 10𝑠 Diketahui pada alat detector Geiger Muller tidak
akan bekerja jika nilai tegangnya dibawah 350 volt,
𝜏 = 0,011𝑠
pada radium memiliki intensitas radiasi yang jauh
̅𝐵 = 4,4 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛/𝑠
𝑁 lebih besar daripada cobalt dikarenkan pada radium
mengandung sinar alpha, beta dan gamma. Sedangkan
Maka,
pada cobalt hanya
̅𝑅𝑎 277,8
𝑁
𝑛= = = 27,78 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛/𝑠 4. KESIMPULAN
𝑡 10
Pada cacahan radium memiliki nilai radiasi yang
𝑛(𝑡 − 𝜏
𝑐=( )−𝑁 ̅𝐵 paling besar daripada cacahan cobalt, dan nilai dosis
1 − 𝑛𝜏 yang didapat cukup kecil untuk cacahan radium
27,78(10 − (0,011)) maupun cobalt.
𝑐=( ) − 4,4
1 − 27,78(0,011) Penelitian skala laboratorium ini memiliki
keterbatasan dan masih harus dikaji ulang.
𝑐 ≈ 395,206 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛/𝑠
5. REFERENSI
Untuk melakukan pengujian, diuji dengan data
pembanding dengan cara menghitung rata-rata cacahan 1. Beiser, A., 1986. Konsep Fisika Modern
untuk cobalt (Terjemahan), Erlangga. Bandung, 396-402, 458,
No. V (Volt) ̅ 𝑐𝑜
𝑁 460.
1 350 0 2. Alatas, Z., dkk., 2014. Buku Pintar Nuklir, Pusat
2 375 8 Diseminasi dan Kemitraan Badan Tenaga Nuklir
3 400 5,8 Nasional, Jakarta.
4 425 5,4
3. Radiation Conversation Table, (Online),
5 450 5,8 https://people.uwec.edu/jolhm/EH//Rosenhoeft/ind
6 475 6,2 ex5.html
7 800 7,8

2
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Studi Analisis Karakterisasi Nilai Silika Modulus (Sm) dan Alumina


Modulus (Am) Tanah Liat Sebagai Bahan Baku Pembuatan Semen di
Daerah Tabo-Tabo PT. Semen Tonasa
Muh. Said L*, Hasofiana, Iswadi, Achmad Nasyori
Fisika , Universitas Negeri Alauddin Makassar
*Email :muhammad.saidlanto@uin-alauddin.ac.id
Alamat Jl. Sultan Alauddin No 36 Samata Kab. Gowa (Kampus 2). Sulawesi Selatan Indonesia

Abstrak — Penelitian ini bertujuan menganalisis nilai silika modulus (SM) dan alumina modulus (AM) pada tanah liat
untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen di daerah Tabo-Tabo PT. Semen Tonasa. Parameter yang diuji
terlebih dahulu adalah kandungan tanah liat diantaranya Silica oxide (SiO2), Alumina oxide (Al2O3), Ferum oxide (Fe2O3),
Kalcium oxide (CaO), Magnesium oxide (MgO) dan Calium oksida (K2O) dengan menggunakan analisis alat X-Ray
Fluorescence. Berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Quality Control PT. Semen Tonasa menunjukkan bahwa
kandungan tanah liat terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O dan SO3. Kandungan senyawa tertinggi diperoleh
adalah SiO2 senilai 90,86% pada ketinggian 63 m (dpl) berwarna kuning kecoklatan dan 73,69 % pada ketinggian 56 m (dpl)
berwarna putih. Pada kandungan tersebut, dilakukan analisis SM dan AM untuk mengetahui layak atau tidaknya tanah liat
tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen. Hasil analisisnya diperoleh bahwa terdapat enam sampel uji nilai
Silika Modulus (SM) tergolong tinggi yaitu 12 pada ketinggian 63 m (dpl); 4,1 pada ketinggian 56 m (dpl); 3,4 pada
ketinggian 46 m (dpl); dan 4,1 pada ketinggian 58 m (dpl) dengan ciri fisik warna secara berturut-turut yaitu coklat, kuning
kecoklatan, putih, abu-abu dan coklat tua (standar SM yaitu 2,0-2,6). Sedangkan nilai Alumina Modulus (AM) diperoleh
yaitu 1,9 pada ketinggian 49 m berwarna abu kehitaman; 2,6 pada ketinggian 52 m (dpl); 2,8 pada ketinggian 46 m (dpl); 2,6
pada ketinggian 55 m (dpl) dan 2,5 pada ketinggian 60 m (dpl) (standar AM yaitu 1,5-2,5). Pada daerah Tabo-Tabo dapat
digolongkan sebagai tanah liat primer karena memiliki kandungan silika yang tinggi (sifatnya lebih murni).

Kata Kunci — tanah liat, silika modulus, alumina modulus, XRF, semen

1. PENDAHULUAN partikel-partikel tanah liat yaitu mempunyai muatan


ion positif yang dapat berpindah. Material tanah liat
PT. Semen Tonasa merupakan produsen semen
mempunyai daya serap yang baik terhadap perubahan
terbesar di kawasan timur Indonesia yang menempati
kadar kelembapan karena tanah liat mempunyai luas
lahan seluas 715 hektar di Desa Biring Ere,
permukaan yang sangat besar [1].
Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Perseroan yang memiliki kapasitas Tanah liat merupakan bahan dasar yang dipakai
terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, dalam pembuatan keramik, kegunaannya sangat
mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang
III, IV dan V. Keempat unit pabrik tersebut mudah didapat dan pemakaiannya yang sangat luas.
menggunakan proses kering dengan kapasitas masing- Kira-kira 70 % atau 80 % dari kulit bumi terdiri dari
masing 590.000 ton semen pertahun, untuk unit II dan batuan yang merupakan sumber tanah liat. Tanah liat
III, 2.300.000 ton semen per tahun, dan untuk unit IV banyak ditemukan di daerah pertanian terutama
serta 2.500.000 ton semen untuk unit V. persawahan. Dilihat dari sudut ilmu kimia, tanah liat
termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan
Berdasarkan keputusan MPRS No.
murni mempunyai rumus: Al2O3, 2SiO2, 2H2O. Tanah
II/MPRS/1960 tanggal 5 Desember 1960, ditetapkan
liat memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam
untuk mendirikan pabrik semen di Sulawesi Selatan
keadaan basah akan mempunyai sifat plastis tetapi bila
yang berlokasi di Desa Tonasa, Kecamatan Balocci,
dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan
Kabupaten Pangkep, sekitar 54 km sebelah utara
bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Biasanya
Makassar. Pabrik Semen Tonasa unit I merupakan
masyarakat, memanfaatkan tanah liat atau lempung ini
proyek dibawah departemen perindustrian dan
sebagai bahan baku pembuatan keramik, bata dan
merupakan hasil kerja sama antara pemerintah
gerabah.
Indonesia dengan pemerintah Cekoslowakia yang
dimulai sejak tahun 1960 dan diresmikan pada 02 Pada umumnya, tanah liat mengandung unsur
November 1968. Bahan baku utama yang digunakan senyawa silika, namun dengan kadar silika yang
oleh perusahaan ini untuk pembuatan semen adalah berbeda-beda disetiap tanah dan setiap lokasi. Silika
tanah liat dan batu kapur. yang terdapat dalam tanah liat umumnya dapat
digunakan sebagai bahan pengisi karet (rubber filler)
Lempung atau tanah liat adalah partikel mineral
dan bahan pembuatan semen. Dengan menggunakan
berkerangka dasar silika yang berdiameter kurang dari
alat X-Ray Fluorescence, dapat menganalisis
4 𝜇𝑚. Lempung terbentuk dari proses pelapukan komposisi kimia beserta konsentrasi unsur-unsur yang
batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian terkandung dalam suatu sampel dengan metode
dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Salah satu ciri spektrometri. Analisis yang digunakan adalah analisis

3
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif digunakan 2.2 Tahap Pengolahan Sampel
untuk mengidentifikasi unsur yang terkandung dalam
Setelah proses pengambilan sampel, tahap
bahan sedangkan analisis kuantitatif berfungsi
selanjutnya dalam pengolahan sampel di Laboratorium
menentukan konsentrasi unsur. Penelitian sebelumnya
Quality Control. Kemudian mengukur kadar air tiap
menyatakan bahwa bahan baku utama pembuatan
sampel menggunakan alat Moisture Analyzer.
semen yaitu batu kapur sebagai sumber CaO dan tanah
Selanjutnya, mengeringkan sampel selama kurang
liat sebagai sumber Al2O3. Batu kapur yang dipilih
lebih 3 jam menggunakan alat oven dengan suhu
adalah batu kapur dengan kandungan CaCO3 yang
2500C. Selanjutnya, menggiling sampel dengan
tergolong tinggi yaitu 97-99%. Sedangkan, tanah liat
menggunakan Disk mill, hingga berukuran lebih kecil.
memiliki komponen terbesar SiO2 dan Al2O3.
Kemudian, menimbang sampel sebanyak 9 gram
Umumnya, tanah liat memiliki senyawa alumina silika
dengan menggunakan neraca digital dan ditambahkan
dengan kadar H2O maksimal 25% dan kadar Al2O3
tiga biji Grinding aid. Selanjutnya, menghaluskan
minimal 14%. Tanah liat berfungsi sebagai sumber-
sampel dengan menggunakan alat Swing mill, hingga
sumber oksida alumina, besi dan silika [2].
sampel berukuran bubuk. Kemudian, mencetak sampel
Tingkat kelayakan tanah liat yang digunakan dengan menggunakan alat Automatic press.
sebagai bahan baku pembuatan semen pada PT. Selanjutnya, melakukan uji kandungan tanah liat
Semen Tonasa, dapat dilihat dari nilai Silika Modulus dengan menggunakan alat X-Ray Fluorescence dan
(SM) dan Alumina Modulus (AM). Nilai Silika menganilisis kandungan tanah liat.
Modulus (SM) dan Alumina Modulus (AM) yang
2.3 Bagan Alir Penelitian
ditentukan oleh perusahaan yaitu 2,0-2,6 untuk SM,
sedangkan1,5-2,5 untuk AM. Secara terperinci dapat ditunjukkan proses penelitian
melalui bagan alir berikut:
Menurut penelitian sebelumnya, bahwa batu
lempung yang akan dipakai sebagai bahan baku semen
sebaiknya mempunyai kadar SiO2 lebih dari 70% dan Mulai
Al2O3 kecil dari 10% [3]. Komposisi kimia semen
akan menyebabkan perbedaan sifat-sifat semen, secara
tidak langsung akan menyebabkan naiknya kekuatan Studi literatur
dari mortar yang akan dibuat. Komposisi kimia semen
terdiri dari tanah liat dan batu kapur yang Survey lokasi penelitian
mengandung CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3 [2]
Dengan demikian, tujuan dilakukannya penelitian
ini untuk menganalisis kandungan tanah liat di daerah Persiapan alat dan bahan
Tabo-Tabo sebagai bahan baku pembuatan semen
pada PT. Semen Tonasa. Selanjutnya, menganalisis Penentuan
Pengambilan sampel
nilai Silika Modulus (SM) dan Alumina Modulus titik koordinat
(AM) pada tanah liat di daerah Tabo-Tabo Kabupaten
Pangkep. Pengolahan sampel di laboratorium
2. METODOLOGI PENELITIAN Quality Control PT. Semen Tonasa

Beberapa alat dan bahan yang digunakan pada


penelitian ini yaitu moisture analyser, oven, disk mil, Fase pengeringan sampel, penggilingan
swing mill type, automatic press, X-Ray Fluorescence, sampel, penghalusan sampel dan
komputer, neraca digital, grinding vessel, grinding pencetakan sampel
aid, cincin (ring) tipe sampel, GPS (Global
Positioning System), kamera, kantong sampel, alat
tulis, tanah, peta lokasi dan palu geologi. Prosedur Uji analisis X-Ray Fluorescence
kerja yang dilakukan pada penelitian ini.
2.1 Tahap Pengambilan Sampel 1. Hasil penentuan kandungan tanah liat
2. Hasil penentuan SM dan AM
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menyiapkan
alat dan bahan pada proses pengambilan sampel.
Selanjutnya, menentukan titik pengambilan sampel Selesai
dan ketinggian untuk masing-masing lokasi.
Kemudian mengambil sampel disetiap titik yang telah Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
ditentukan berdasarkan warna tanah liat, karena warna
tanah liat pada daerah tersebut bermacam-macam serta
dapat menentukan titik koordinat setiap pengambilan
sampel.

4
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

2.4 Teknik Analisis Data Tabel I. Hasil uji XRF kandungan tanah liat di daerah
Tabo-Tabo
Sampel yang telah di press atau dicetak
kemudian ditembakkan dengan menggunakan sinar-X Persentasi kandungan tanah liat Nilai
dan hasilnya akan diketahui melalui computer yang Kode
sampel*
telah di sinkronkan dengan alat X-Ray tersebut. Hasil SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO SM AM
analisis nilai kandungan oksida yang diperoleh
dipindahkan ke komputer pengendalian. Data tersebut I 65,7 13,31 8,22 0,18 2,57 3 1,6
disatukan dalam sebuah folder dengan mengunakan
Microsoft excel untuk dijadikan dasar data II 90,86 4,87 2,80 0,23 0,53 12 1,7
pengendalian agar mutu yang dihasilkan tetap terjaga,
serta untuk memudahkan peneliti dalam pengecekan III 73,69 12,85 5,32 0,27 0,81 4,1 2,4
mutu tiap-tiap sampel. Selain itu hasil data tersebut
digunakan untuk laporan mutu bahan pembuatan IV 63,3 11,3 7,26 1,62 3,59 3,4 1,6
semen. Setelah pengujian sampel dilakukan maka
akan diketahui nilai kandungan oksida SiO2, Al2O3, V 50,79 15,32 10,88 1,59 2,18 1,9 1,4
Fe2O3, CaO, MgO, K2O dan SO3 yang terdapat pada
VI 69,63 8,59 8,48 1,39 1,82 4,1 1
tiap-tiap sampel, sehingga dari kandungan tanah liat
tersebut dapat diketahui nilai Silika Modulus (SM) dan
VII 58,11 20,38 2,21 0,38 0,90 2,6 9,2
Alumina Modulus (AM) yang dapat dihitung
menggunakan persamaan: VIII 61,42 14,03 8,01 0,46 3,71 2,8 1,8
Untuk Silika Modulus (SM) yaitu:
IX 65,97 24,06 1,05 0,07 0,79 2,6 2,3
Si𝑂2
SM= (1)
𝐴𝑙2 𝑂3 +𝐹𝑒2 𝑂3 X 57,43 15,15 7,79 1,25 4,52 2,5 1,8
Untuk Alumina Modulus (AM), yaitu:
*) Keterangan:
𝐴𝑙2 𝑂3
AM= (2) I = Coklat di ketinggian 63 m
𝐹𝑒2 𝑂3
II = Kuning kecoklatan di ketinggian 63 m
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
III = Putih di ketinggian 56 m
Penelitian ini tentang analisis kandungan tanah
liat yang digunakan sebagai salah satu bahan baku IV = Abu-Abu di ketinggian 46 m
pembuatan semen pada PT. Semen Tonasa Kab.
V = Abu kehitaman di ketinggian 49 m
Pangkep dengan menggunakan alat X-Ray, sehingga
diketahui oksida-oksida dalam tanah liat tersebut. VI = Coklat tua di ketinggian 58 m
Sebelum sampel dianalisis sampel tersebut di
VII = Abu-abu di ketinggian 52 m
preparasi sesuai ketentuan, sehingga oksida-oksida
yang terkandung dalam tanah liat dapat terbaca oleh VIII = Coklat di ketinggian 46 m
alat X-Ray. Dimana terlebih dahulu sampel tanah liat
IX = Putih kemerahan di ketinggian 55 m
tersebut dikeringan dengan menggunakan oven pada
suhu 2500C selama 3 jam, sehingga pada saat X = Hitam di ketinggian 60 m
dianalisis kadar H2O menjadi 0%. Kemudian sampel
yang akan dianalisis ditimbang dengan massa yang **) T = Tinggi; S = Sedang; R = Rendah;
ditentukan sebanyak 9 gram yang ditambahkan OK = Sesuai dengan standar
dengan 3 biji grinding aid, agar sampel tidak
melengket pada grinding vessel dalam proses Tabel II. Hasil analisis kandungan tanah liat di daerah
penggilingan hingga sampel berbentuk bubuk dengan Tabo-Tabo
ukuran 40 mikron, sehingga sampel dapat dinalisis SM Standar= 2,0-2,6; AM Standar= 1,5-2,5
oleh X-Ray dengan spesifikasi pada alat X-Ray yaitu
pada tegangan 30 kV dengan arus 60 mA, yang Nilai SM dan AM dan tingkat kelayakannya
Kode
dianalisis selama 60 detik.
sampel*
SM Keterangan** AM Keterangan**
Hasil penelitian yang telah dilakukan uji
kandungan tanah liat dengan menggunakan uji XRF di I 3 T Layak 1,6 OK Layak
Laboratorium Quality Control PT. Semen Tonasa
Kab. Pangkep Sulawesi Selatan sekaligus analisis II 12 T Layak 1,7 OK Layak
kandungan di daerah tersebut dapat dilihat pada tabel I
dan II yaitu: III 4,1 T Layak 2,4 OK Layak

5
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

IV 3,4 T Layak 1,6 OK Layak


abu-abu, 2,8 berwarna coklat, 2,6 berwarna putih
kemerahan dan 2,5 berwarna hitam. Sedangkan, nilai
V 1,9 S Layak 1,4 OK Layak Alumina Modulus (AM) yang memenuhi standar
perusahaan yaitu 1,6 berwarna coklat, 1,7 berwarna
VI 4,1 T Layak 1 R Tidak kuning kecoklatan, 2,4 berwarna putih, dan 1,9
Layak berwarna hitam.

VII 2,6 OK Layak 9,2 T Layak Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, menunjukkan bahwa tanah liat di daerah
VIII 2,8 OK Layak 1,8 OK Layak Tabo-Tabo mengandung beberapa senyawa, yaitu
SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O dan SO3.
IX 2,6 OK Layak 2,3 T Layak Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan warna
tanah liat daerah tersebut karena pada daerah tersebut
X 2,5 OK Layak 1,8 OK Layak memiliki bermacam-macam warna tanah liatnya.
Kandungan tanah liat yang diperoleh di daerah Tabo-
*) Keterangan: Tabo berdasarkan hasil uji X-Ray Fluorescence yaitu
SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O dan SO3.
I = Coklat di ketinggian 63 m Kandungan senyawa tertinggi yaitu SiO2 senilai
II = Kuning kecoklatan di ketinggian 63 m 90,86% di ketinggian 63 m (dpl) berwarna kuning
kecoklatan dan 73,69 % di ketinggian 56 m (dpl)
III = Putih di ketinggian 56 m berwarna putih. Untuk kandungan Fe2O3-nya yang
IV = Abu-Abu di ketinggian 46 m paling tinggi diperoleh, yaitu 10,88% di ketinggian 49
m (dpl) berwarna abu kehitaman.
V = Abu kehitaman di ketinggian 49 m
Beberapa kandungan tanah liat yang diperoleh
VI = Coklat tua di ketinggian 58 m dari hasil uji X-Ray Fluorescence, yang memengaruhi
VII = Abu-abu di ketinggian 52 m bahan baku semen yaitu SiO2, Al2O3 dan Fe2O3.
Standar kadar SiO2 yang telah ditentukan PT. Semen
VIII = Coklat di ketinggian 46 m Tonasa yaitu 62 ± 5 Kelayakan tanah liat untuk
IX = Putih kemerahan di ketinggian 55 m digunakan sebagai bahan baku semen dapat dilihat
dari nilai Silika Modulus (SM) dan Alumina Modulus
X = Hitam di ketinggian 60 m (AM). Silika Modulus (SM) adalah perbandingan
**) T = Tinggi; S = Sedang; R = Rendah; antara kadar SiO2 dengan jumlah kadar Al2O3 dan
Fe2O, dengan standar 2,0-2,6. Sedangkan Alumina
OK = Sesuai dengan standar Modulus (AM) adalah perbandingan antara kadar
Nilai Silika Modulus (SM) dan Alumina Modulus Al2O3 dan Fe2O3, dengan standar Alumina Modulus
(AM) untuk di daerah Tabo-Tabo dapat dilihat pada (AM) yaitu 1,5-2,5.
grafik berikut: Data hasil penelitian di daerah Tabo-Tabo
menunjukkan terdapat enam sampel yang nilai Silika
Modulus (SM) tergolong tinggi yaitu 12 di ketinggian
63 m (dpl), 4,1 di ketinggian 56 m (dpl), 3,4 di
ketinggian 46 m(dpl), dan 4,1 di ketinggian 58 m (dpl)
dengan ciri fisik secara berturut-turut yaitu warna
coklat, kuning kecoklatan, putih, abu-abu, dan coklat
tua. Sedangkan lima sampel lain memenuhi nilai SM
standar yaitu 1,9 di ketinggian 49 m berwarna abu
kehitaman, 2,6 di ketinggian 52 m (dpl), 2,8 di
ketinggian 46 m (dpl), 2,6 di ketinggian 55 m (dpl)
dan 2,5 di ketinggian 60 m (dpl).
Hasil penelitian kandungan tanah liat di daerah
Tabo-Tabo merupakan daerah dengan kandungan
tanah liat memenuhi standar perusahaan pada nilai SM
dan AM. Tinggi dan rendahnya nilai Silika Modulus
Gambar 2. Nilai Silika Modulus dan Alumina
(SM) dan nilai Alumina Modulus (AM) dapat
Modulus pada Daerah Tabo-Tabo
berpengaruh pada proses pembakaran bahan baku,
Grafik tersebut menunjukkan nilai Silika sehingga dapat merusak bahan baku yang akan
Modulus (SM) dan Alumina Modulus (AM) di daerah menjadi klinker.
Tabo-Tabo. Nilai Silika Modulus (SM) yang
Ada dua jenis tanah liat yaitu tanah liat primer
memenuhi standard perusahaan yaitu 2,6 berwarna
dan tanah liat skunder. Tanah liat primer yaitu tanah

6
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik perusahaan sedangkan tiga sampel lainnya tidak
yang tidak berpindah jauh dari batuan induknya, memenuhi standard perusahaan
sehingga sifatnya lebih murni. Sedangkan, tanah liat
5. REFERENSI
skunder yaitu tanah liat tanah dihasilkan dari
pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari 1. Dwitasari, Melda. Karakterisasi Unsur Tanah Liat
batuan induknya karena pengaruh tenaga eksogen. di Lokasi Penambangan PT. Bukit Asam (Persero)
Tercampurnya bahan organik seperti humus dan daun Tbk. menggunakan Scanning Electron Microscopy
busuk, sehingga karakterisasinya kurang murni
(SEM) sebagai Bahan Baku Pembuatan Semen
dibandingkan dengan tanah liat primer. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan,bahwa di daerah Tabo- dan Pengisi Karet. Tesis. Palembang: Politeknik
Tabo dapat digolongkan sebagai tanah liat primer Negeri Sriwijaya, 2015.
karena memiliki kandungan silika yang tinggi yang
2. Pramesari, Bunga. Studi Efektifitas Lapisan
sifatnya murni.
Galvanis Terhadap Ketahanan Korosi Pipa Basa
Tinggi ataupun rendahnya nilai Silika Modulus ASTM di dalam Tanah. Skripsi. Jakarta:
(SM) Alumina Modulus (AM) dipengaruhi oleh Universitas Indonesia. 2008.
kandungan dari tanah liat itu sendiri. Nilai Silika
Modulus (SM) di pengaruhi oleh kadar SiO2, Al2O3 3. Eddy, Herry Rodiana. Potensi Bahan Baku Semen
dan Fe2O3. Semakin tinggi kadar SiO2, semakin tinggi diIndonesia Timur. Kelompok Program Penelitian
nilai Silika Modulus (SM), sebaliknya semakin rendah Mineral Pusat Sumber Daya Geologi, 2010.
kadar SiO2 semakin rendah juga nilai Silika
Modulusnya (SM). Nilai Alumina Modulus (AM) 4. H. Duda,Walter. 2015. International Process
dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya kadar Al2O3 Engineering in the Cement Industry Thir Edition.
dan Fe2O3, semakin tinggi kadar Al2O3, semakin Author Cement Data Book.
tinggi juga nilai Alumina Modulus (AM), sebaliknya
semakin rendah kadar Al2O3 dalam sampel, akan 5. Kholidi. Studi Tanah Liat Sebagai Pembawa
semakin rendah pula nilai Alumina Modulus (AM)- Kalium Permanganat pada Penyimpanan Pisang
nya. Tinggi ataupun rendahnya kandungan-kandungan Raja Bulu. Bogor: IPB, 2009.
tanah liat dipengaruhi oleh proses penambangan
material tersebut dan juga faktor alam. 6. Nasional VI SDM Teknologi Nuklir. ISSN 1978-
Untuk tanah liat yang nilai Silika Modulus (SM) 0176.
dan Alumina Modulus (AM) yang tidak memenuhi 7. Nur, Rasdiana Rahma, dkk. Studi Awal Desain
standarisasi perusahaan baik rendah ataupun tinggi,
Pabrik Semen Portland Dengan Waste Paper
dapat dicampur (mix pile) dengan tanah liat yang
berasal dari lokasi lain dengan perhitungan dan Sludge Ash Sebagai Bahan Baku Alternatif. Jurnal
perbandingan tertentu yang bisa memenuhi standar Teknik ITS 4, No.2 (2015): h. 165.
PT. Semen Tonasa. 8. Peta Geologi Daerah Kabupaten Pangkep,
Jadi, dari hasil penelitian kandungan tanah liat Pemerintah Kabupaten Pangkep. Skala (Scale)
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
kandungan tanah liat di daerah Tabo-Tabo merupakan Geologi. Departemen Pertambangan dan Energi
kandungan tanah liat yang nilai SM dan AM
Kota Makassar.
memenuhi standar perusahaan. Sehingga PT. Semen
Tonasa lebih memperhatikan setiap kandungan tanah 9. Gosseau, D. Introduction to XRF Spectroscopy.
liat yang akan dijadikan bahan baku semen. 2009. (Online), http://users.skynet.be/. (12 Oktober
4. KESIMPULAN DAN SARAN 2017).
Berdasarkan hasil penelitian uji kandungan tanah 10. Prasetyo, Adhytia Ihwan, dkk. Variasi Komposisi
liat di daerah Tabo-Tabo menunjukkan bahwa Aditif Batu Kapur Dalam Pembuatan Semen
kandungan tanah liat yang terdiri dari 10 sampel, tiap Campuran (Blended Cement). Bogor: Universitas
sampel memiliki kandungan oksida yaitu SiO2, Al2O3,
Pakuan Bogor, 2010.
Fe2O3, CaO, MgO, K2O dan SO3. Masing-masing
kandungannya yang diperoleh adalah oksida SiO2 11. Pratama, Suci Wulandari Indah, dkk. Pembuatan
paling tinggi yaitu 90,86, alumina oxide (Al2O3) yang dan Pengujian Kualitas Semen Portland yang
tertinggi yaitu 24,06 % ,Ferum oxide (Fe2O3) yang
diperkaya Silikat Abu Ampas Tebu. Makassar:
tertinggi yaitu 10,88 %. Diperoleh empat sampel yang
nilai Silika Modulus (SM) memenuhi standar Universitas Hasanudin, 2012.
perusahaan dan enam sampel lainnya tergolong tinggi, 12. Risada, Jenita dan Bustami Ibrahim. Pemanfaatan
sedangkan untuk nilai Alumina Modulus (AM)
Tanah Lempung (Tanah Liat) Bauksit pada
terdapat tujuh sampel yang memenuhi standar

7
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga. Jurusan Widyaiara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta.
Managemen Sumber Daya Perairan FIKP 2010.
UMRAH, 2010.
15. SNI 15-2049-2004. Semen Portland. Badan
13. Rosika, dkk. Validasi Metode XRF (X-Ray Standarisasi Nasional. 2004
Fluorosence) Secara Tunggal dan Simultan untuk
16. Umardani, Yusuf. X-Ray Fluorescence.
Analisis Unsur Mg, Mn dan Fe dalam Paduan
http://lppt.ugm. ac.id/posts/read/016/ (10 Februari
Aluminium. Seminar.
2017).
14. Sugihartono. Mengenal Lempung atau Tanah Liat
sebagai Bahan Pokok untuk Produk Keramik.

8
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Aplikasi Biodegradable Hidrogel Superasorben Poli (kalium akrilat)-g-


Kitosan dengan Teknik Iradiasi Gamma sebagai Bioremediasi Limbah
Logam Cu
Siti Nur Seha1*, Erizal2, Anis Fitria Wulandari3, Jan Ady1
1Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
2Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN, Jakarta Selatan
3Jurusan Teknobiomedik, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
*Email : Asitinurseha62@gmail.com

Jl. Mulyorejo, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur

Abstrak — Hidrogel superabsorben (HSA) merupakan suatu materi yang memiliki kemampuan menyerap air hingga
ratusan kali berat keringnya [1]. Karena kemampuan tersebut, hidrogel banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti
kesehatan, industri dan pertanian. Pada penelitian ini, pengembangan aplikasi hidrogel dilakukan pada bidang lingkungan,
yaitu sebagai bioremediasi limbah logam Cu. Satu seri hidrogel superabsorben disintesis dari asam akrilat yang dinetralkan
sebagian dengan KOH membentuk poli (kalium akrilat) dan ditambahkan kitosan dengan variasi berat 0.5 g, 1.0 g, 1.5 g, dan
2.0g. Kemudian dilakukan iradiasi sinar gamma dengan dosis 10 kGy (laju dosis 5.5 kGy/jam). Setelah terjadi crosslink
antara poli (kalium akrilat) dengan kitosan, dilakukan karakterisasi dengan beberapa pengujian, diantaranya uji kemampuan
menggembung (swelling) hidrogel dengan menentukan rasio swelling dan EDS (Equilibrium Degree of Swelling) pada air,
larutan NaCl dan urea, uji perubahan gugus fungsi menggunakan FTIR(Fourier Transform Infrared)dan uji remediasi logam
Cu dengan menentukan rasio swelling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidrogel superabsorben memiliki nilai rasio
swelling yang tinggi terdapat pada hidrogel dengan variasi berat 0.5 g. Semakin tinggi nilai rasio swelling menunjukkan
kapasitas menggembung hidrogel semakin besar. Sedangkan untuk kapasitas penyerapan paling besar diberikan oleh
hidrogel superabsorben dengan variasi berat kitosan terbanyak, yaitu 2.0 g. Hal ini dikarenakan struktur kimia kitosan
memiliki NH2 yang berfungsi menyerap air atau cairan lainnya.
Kata Kunci — Asam akrilat, hidrogel superabsorben, iradiasi, kitosanr, remediasi.

1. PENDAHULUAN Asam akrilat merupakan monomer yang


memiliki kandungan gugus anion karboksilat yang
Perkembangan industri di Indonesia tidak hanya
bersifat hidrofilik (mengikat air) pada rantai
meningkatkan aktivitas ekonomi, melainkan juga
molekulnya. Karena kandungan tersebut, asam akrilat
menimbulkan pencemaran lingkungan di perairan oleh
menjadi material yang sangat baik digunakan sebagai
logam berat hasil pengolahan industri. Salah satu
basis material hidrogel superabsorben. Jika monomer
logam berat tersebut adalah tembaga (Cu). Menurut
asam akrilat dipolimerisasikan membentuk ikatan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun
silang baik secara kimia maupun iradiasi gamma,
2014 tentang baku mutu air limbah bagi kegiatan
maka akan terjadi gaya tolak-menolak (electrostatic
Industri pelapisan logam, pembuangan limbah cair
repulsive) antar gugus anion pada punggung rantai
yang dihasilkan harus diolah terlebih dahulu sebelum
polimernya. Hal ini mengakibatkan pori – porinya
dibuang ke perairan, yaitu tidak lebih dari 0.5 mg/L.
membesar [1]. Namun demikian, salah satu kelemahan
Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan untuk
asam akilat adalah bentuk polimer limbahnya yang
mengurangi kadar logam berat di perairan. Berbagai
sukar terdegradasi dan akan memicu polusi pada
metode telah dikembangkan dalam menurunkan kadar
lingkungan [3]. Sehingga, diperlukan modifikasi
logam berat, di antaranya pertukaran ion, filtrasi,
pembuatan HSA berbahan dasar asam akrilat dan
koagulasi, dan remediasi. Metode remediasi
polimer lain yang ramah lingkungan dan memiliki
merupakan metode yang paling efektif dalam
kemampuan serap (remediasi) yang tinggi seperti
menurunkan kadar logam di dalam perairan [2]. Salah
kitosan.
satu metode remediasi yang dapat dikembangkan dan
ramah lingkungan adalah biodegradable hidrogel Kitosan merupakan polisakarida linear yang
superabsorben. dihasilkan dari deasetilasi senyawa kitin yang
terkandung dalam cangkang suku Crustacea seperti
Hidrogel superabsorben (HSA) merupakan salah
udang, lobster, dan kepiting [4]. Kitosan banyak
satu jenis hidrogel berkemampuan menyerap air dalam
mengandung gugus amina (‒NH2) dan hidroksi (‒OH)
volume yang relatif besar. Menurut penelitian Erizal
yang dapat mengikat ion logam berat dengan
(2011), 1 g berat kering HSA mampu menyerap air
membentuk ikatan koordinasi, memberikan kapasitas,
atau cairan hingga 100-1000 g. Bahan dasar
dan selektivitas remediasi yang tinggi [5].
pembuatan HSA yang memiliki kemampuan
menggembung (swelling) paling baik adalah asam Pada penelitian ini akan dilakukan sintesis dan
akrilat. karakterisasi hidrogel superabsorben (HSA) dari asam
akrilat yang dinetralkan sebagian (50%) dengan KOH
membentuk poli (kalium akrilat) dan ditambahkan

9
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

kitosan dengan variasi berat 0.5 g – 2.0 g kemudian Wk = berat hidrogel kering awal, Wt = berat
dilanjutkan dengan iradiasi gamma untuk hidrogel dalam keadaan swelling dalam waktu
menghasilkan ikat silang (crosslink) pada hidrogel tertentu. Keadaan hidrogel dalam kesetimbangan
superabsorben (HSA). Untuk mengetahui karakteristik swelling selang waktu 24 jam (EDS) ditetapkan
HSA, dilakukan beberapa pengujian, diantaranya uji dengan persamaan 1. Semua pengerjaan dilakukan
remediasi dengan rasio swelling dan EDS secara triplo.
(Equilibrium Degree of Swelling) menggunakan
Penentuan EDS dilakukan dengan menyiapkan
gravimetri serta uji perubahan gugus fungsi
0.05 g sampel hidrogel kemudian ditimbang sebagai
menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared).
Wk dan dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi
2. METODOLOGI PENELITIAN 100 ml aquades. Sampel didiamkan selama 24 jam,
dan selanjutnya sampel ditimbang sebagai Wt.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
asam akrilat, KOH (Merck), kitosan, aquades, NaCl,
EDS dihitung dengan menggunakan persamaan 1.
urea dan logam Cu. Alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah timbangan analitik NW 300, Setelah menentukan EDS pada air, karakterisasi
magnetic stirrer, plastik propilen (PP) ukuran 10 cm x dilanjutkan dengan uji rasio swelling untuk larutan
15 cm, mesin sealer, iradiator Co60 (iradiator garam dan asam. Pada penelitian ini digunakan larutan
Irpasena), Spektrofotometer Fourier Transform NaCl dan urea. Tujuan pengujian ini untuk
Infrared (Shimadzu Prestige-21). mengetahui kemampuan swelling dari hydrogel
absorben dalam kondisi asam dan basa.
Sintesis hidrogel superabsorben dimulai dengan
menyiapkan 15 ml larutan monomer asam akrilat Untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan
(AA) dalam 25 ml aquades sebanyak 4 seri, silang hidrogel superabsorben dari poli (kalium
selanjutnya masing masing larutan dinetralkan dengan akrilat) dengan kitosan dilakukan uji perubahan gugus
± 5.6 g KOH untuk mendapatkan Derajat netralisasi fungsi menggunakan FTIR. Setelah dilakukan
(Dn) sebesar 0.5, kemudian diaduk hingga larutan karakterisasi atau pencirian pada hidrogel
homogen menggunakan magnetic stirrer. Masing- superabsorben, langkah selanjutnya adalah melakukan
masing larutan dimasukkan kitosan dengan variasi uji bioremediasi untuk logam Cu dengan menentukan
berat 0.5 g, 1.0 g, 1.5 g, dan 2.0 g, kemudian diaduk rasio swelling hidrogel.
hingga larutan homogen. Selanjtnya masing-masing
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan dimasukkan ke dalam plastik propilen (PP) dan
ditutup hingga kedap udara menggunakan mesin Tahapan penelitian ini dimulai dengan
sealer. Setelah itu dilanjutkan iradiasi sinar gamma pembuatan hidrogel superabsorben yang terdiri dari
dengan dosis 10 kGy (laju dosis 5.5 kGy/jam). larutan asam akrilat dan aquades, kemudian
dinetralkan 50% dengan garam KOH dan
Hasil sintesis hidrogel superabsorben kemudian
ditambahkan kitosan dengan variasi berat 0.5 g, 1.0 g,
dikarakterisasi untuk mengetahui kemampuan
1.5 g dan 2.0 g. Selanjutnya larutan diaduk hingga
remediasi dengan menentukan rasio swelling dan EDS
homogen menggunakan magnetic stirrer. Kemudian
(Equilibrium Degree of Swelling) pada sampel
dilanjutkan dengan teknik iradiasi gamma untuk
menggunakan gravimetri serta untuk mengetahui
menghasilkan ikat silang yang kuat dan stabil pada
perubahan gugus fungsinya menggunakan FTIR.
hidrogel. Efek awal radiasi pada campuran kalium
Pengujian rasio swelling hidrogel dimaksudkan akrilat-kitosan yaitu terjadinya reaksi radiolisis air
untuk menguji kemampuannya dalam menyerap air membentuk H dan OH radikal. Selanjutnya H atau OH
sebagai fungsi waktu berdasarkan metode yang telah radikal bereaksi dengan asam akrilat yang tersisa,
dilakukan oleh beberapa peneliti [6]. Laju swelling membentuk asam akrilat dan selanjutnya megalami
hidrogel ditetapkan secara gravimetri. Hidrogel kering reaksi polimerisasi membentuk homopolimer yang
(Wk) dengan berat ± 0.05 g dimasukkan ke dalam 100 larut dalam air. Selain itu, radikal asam akrilat
ml air suling (larutan jenis lainnya), lalu diaduk bereaksi secara ikatan silang dengan radikal kalium
dengan kecepatan 400 rpm selang waktu detik atau akrilat membentuk kopolimer yang stabil. Proses ini
menit pada suhu kamar. Selang waktu tertentu, dikenal dengan propagasi.
hidrogel yang telah swelling disaring menggunakan
Pada saat bersamaan kitosan juga mengalami
saringan teh (± 200 mesh). Kemudian air saringan
proses pembentukan radikal akibat radiasi gamma.
yang keluar dari saringan ditampung dalam beaker
Pada reaksi terminasi, radikal ikatan silang kopolimer
hingga tidak ada lagi air yang menetes (± 1jam).
asam akrilat tercangkok (grafting) pada punggung
Volume air yang tertampung dalam beaker
molekul kitosan radikal membentuk hidrogel
ditimbang/diukur (Wt). Rasio swelling hidrogel
superabsorben melalui reaksi ikat silang. Mekanisme
dihitung dengan persamaan berikut:
pembentukan ikat silang hidrogel superabsorben
Wt – Wk (HSA) pada saat terkena radiasi gamma adalah
Rasio swelling = (1) sebagai berikut.
Wk

10
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Terlihat bahwa dengan meningkatnya lama


waktu perendaman, swelling hidrogel mencapai
kisaran optimum yaitu 185 g/g. Sebaliknya,
meningkatnya konsentrasi kitosan, rasio swelling
hidrogel menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa
walaupun kitosan bersifat hidrofilik, ternyata dengan
meningkatnya konsentrasi kitosan tidak dapat
meningkatkan rasio swelling hidrogel. Hal ini
mungkin disebabkan kitosan dengan berat molekul
yang besar menyebabkan matrik hidrogel menjadi
padat, sehingga daya diffusi air akan berkurang
dengan meningkatnya konsentrasi kitosan. Gugus
hidrofilik dari poli (kalium akrilat) bereaksi dengan
gugus fungsi dari kitosan membentuk interpenetrating
polimer (IPN) yang mengakibatkan kemampuan
swelling hidrogel menurun dengan meningkatnya
konsentrasi kitosan [8].
Jika HSA direndam dalam air, maka pada
awalnya akan terjadi interaksi gugus –gugus hidrofilik
dengan air melalui ikatan hidrogen pada permukaan
sepanjang punggung rantai polimer hidrogel. Pada
kondisi ini, hidrogel kering menjadi basah dan mulai
terjadi proses swelling yang proses ini terjadi dalam
hitungan detik. Proses penyerapan air ini berjalan
secara kontinu yang disertai pembukaan pori-pori
hidrogel. Selain air yang terserap melalui ikatan
hidrogen, adanya pori mengakibatkan air juga masuk
kedalam hidrogel melalui pori secara difusi. Hidrogel
akan mengalami swelling hingga jaringan hidrogel
terisi penuh oleh molekul air. Kecenderungan
peningkatan rasio swelling hidrogel dengan
Kitosan Kitosan*
meningkatnya waktu perendaman, maka pengujian
rasio swelling dilanjutkan dalam waktu 24 jam untuk
mengetahui keadaan kesetimbangan (EDS). Pengaruh
konsentrasi kitosan terhadap EDS disajikan pada
Gambar 1. Asumsi Mekanisme reaksi cangkok Gambar 3. Terlihat bahwa pada waktu perendaman
kopoli (kalium akrilat)-kitosan pada proses iradiasi selama 24 jam, rasio swelling HSA pada konsentrasi
gamma [7]. kitosan 0.5 g adalah 227 g/g, pada konsentrasi kitosan
1.0 g adalah 204 g/g, pada konsentrasi kitosan 1.5 g
Setelah proses radiasi, dilakukan karakterisasi
adalah 199 g/g, dan pada konsentrasi kitosan 2.0 g
hidrogel superabsorben dengan melakukan uji rasio
adalah 175 g/g. Dengan demikian, rasio swelling
swelling dan EDS oleh air, uji rasio swelling oleh
terhadap EDS tertinggi terlihat pada konsentrasi
larutan NaCl dan urea, uji gugus fungsi menggunakan
kitosan 0.5 g yaitu sekitar 227 g/g. Hal ini
FTIR dan uji kemampuan bioremediasi untuk logam
mengindikasikan bahwa 0.5 g kitosan merupakan
Cu. Hasil rasio swelling hidrogel poli (kalium akrilat)-
kondisi yang optimum diperoleh pada penggabungan
g-kitosanolehair disajikan pada Gambar 1.
kitosan dengan poli(kalium akrilat) sebanyak 15 ml.
Diatas 0.5 g kemungkinan kitosan bergabung dengan
poli (kalium akrilat) membentuk IPN dan mencapai
kondisi yang jenuh, sehingga air sukar difusi ke dalam
matrik hidrogel.

Gambar 2. Hasil uji rasio swelling hidrogel oleh air

11
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

mewakili gugus C=O dan daerah bilangan gelombang


secara berturut turut 1666.50 cm-1, 1591.27 cm-1,
1454.33 cm-1, 1377.17 cm-1, 1163.08 cm-1 dan
1024.20 cm-1 mewakili gugus C=C, cincin aromatik,
C-H, C-H, C-N, dan C-O. Hasil uji FTIR dari HSA
dengan karakteristik terbaik ditunjukkan oleh
konsentrasi kitosan 0.5 g seperti pada Gambar 4.
100

%T

95

90

Gambar 3. Hasil EDS hidrogel oleh air


85

Uji yang dilakukan selanjutnya adalah uji rasio


swelling oleh NaCl dan urea. Larutan NaCl 80

3396,64

1666,50
merupakan salah satu jenis larutan garam, sedangkan

1454,33
1591,27

1377,17

1163,08
1745,58

1024,20
urea merupakan salah satu jenis larutan asam. Kedua 75

2854,65
jenis larutan ini umumnya dipakai untuk pengujian
kemampuan daya serap hidrogel. Konsentrasi NaCl 70

2924,09
dan urea yang digunakan adalah 0.9 %. Perbandingan
65
hasil rasio swelling oleh NaCl dan urea disajikan pada 4000 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400
kitosan (0.5g)-3 1/cm
Gambar 3. Gambar 5. Data Hasil uji FTIR pada kitosan 0.5 g
Bioremediasi adalah proses untuk
menghilangkan polusi atau pencemaran seperti yang
terjandung dalam libah logam berat tembaga (Cu).
Penelitian ini menentukan kondisi optimum kapasitas
remediasi terhadap ion logam Cu(II) menggunakan
adsorben kitosan beads dan hidrogel. Proses remediasi
ini secara fisik ditandai dengan perubahan warna yang
terjadi pada adsorben.
Kemampuan bioremediasi hidrogel
superabsorben untuk logam Cu diuji dengan
menggunakan uji rasio swelling. Pengujian ini
Gambar 4. Hasil uji rasio swelling pada hidrogel dilakukan secara triplo untuk masing-masing
oleh NaCl dan urea konsentrasi kitosan yaitu 0.5 g, 1.0 g, 1.5 g dan 2.0 g
pada hidrogel superabsorben. Sebanyak ±0.05 g
Dari gambar 3 diatas terlihat bahwa rasio Sampel logam Cu dengan konsentrasi 1%. Dari
swellinghidrogel oleh NaCl lebih kecil daripada hasil Gambar 5 terlihat bahwa konsentrasi optimum
rasio swelling oleh urea. Hal ini dikarenakan dalam kapasitas remediasi terhadap ion logam Cu(II)
larutan NaCl terdapat gaya penolakan ion K+ bebas terdapat pada hidrogel superabsorben dengan variasi
dalam matriks hidrogel terhadap ion Na+ bebas dalam konsentrasi 0.5 g. Perubahan warna yang terjadi, yaitu
larutan. Dengan demikian, rasio swelling oleh larutan dari bening menjadi biru kehijauan menunjukkan
garam NaCl lebih rendah dibandingkan bahwa hydrogel superabsorben mampu membersihkan
swellingolehurea. Fenomena ini terjadi atas dasar (remediasi) logam Cu
tekanan osmotik yang terdistribusi tidak merata dari
ion dalam medium dan jaringan polimer. Selain itu, 80
disebabkan karena molekul urea bersifat netral, 60
sehingga tidak mempengaruhi gaya tolak menolak
40
Rasio Swelling

elektrostatis COO- pada rantai polimer dan molekul


Logam Cu

urea memiliki gugus hidrofilik seperti NH2. 20


0
Uji selanjutnya yang dilakukan pada HSA adalah 0 1 2 3
uji FTIR (Fourier Tansform Infrared) untuk
mengetahui gugus fungsi pada HSA. Data Hasil FTIR [Kitosan, %]
menunjukkan bahwa spectrum FTIR kitosan pada .
daerah bilangan gelombang 3396.64 cm-1 mewakili
Gambar 6. Hasil rasio swelling pada kitosan 0.5–2.0 g
gugus O-H, 2921.09 cm-1 mewakili gugus C-
H,2854.65 cm-1 mewakili gugus C-H,1745.58 cm-1

12
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Hal ini dikarenakan semakin tingginya Vol 11,27-37.


konsentrasi kitosan pada hidrogel membuat hydrogel
2. Lin AH, Liu YM, Ping QN. 2007. Free amino
semakin kaku dan memilki daya serap yang kurang
groups on the surface of chitosan nanoparticles and
baik. Terserapnya logam Cu oleh hidrogel
its characteristics. Yao Xue Xue Bao. Journal
superabsorben disebabkan karena adanya reaksi ion Article. 42:323-328.
kompleks.
3. O.M. Jensen. 2013. Use of superabsorbent
Mekanisme penjerapan pada ion Cu(II) yang polymers in concrete. Concrete International,
terjadi, yaitu secara fisik melibatkan gaya van der January. P. 48–52.
Waals dan secara kimia dengan pengompleksan ion
logam (Sun et al. 2007). Ion Cu(II) sebagai ion logam 4. L.P. Esteves. 2011. Superabsorbent polymers: on
pusat yang berfungsi sebagai donor orbital dan their interaction with water and pore fluid Cement
hidrogel yang tersusun dari senyawa-senyawa yang Concr Compos, 33, pp. 717-724.
mengandung pasangan elektron bebas berfungsi 5. Erizal, Zulaifah Juniarti, Hariyanti. 2016. Sintesis
sebagai ligan. Hidrogel poli (kalium akrilat)-g-kitosan dan karakterisasi biodegradable hydrogel
tersusun dari gugus fungsi ‒NH2, ‒COO-, ‒OH yang superabsorbent poli(kalium akrilat)-g-glukomanan
mempunyai pasangan elektron bebas bertindak dengan teknik iradiasi gamma. Pusat Aplikasi
sebagai ligan [1]. Isotop dan Radiasi.
4. KESIMPULAN DAN SARAN 6. Kurita, K. 2001. Progress In Polym Scie. 26, 1921-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidrogel 1971.
superabsorben memiliki daya serap yang tinggi 7. Jayakumar R, Prabaharan M, Sudheesh KPT, Nair
terhadap air dengan nilai penyerapan paling baik SV, Tamura H. 2011. Biomaterials based on chitin
terdapat pada hidrogel dengan variasi berat 0.5 g yaitu and chitosan in wound dressing applications.
sebesar 185 g/g. Konsentrasi optimum kapasitas Jurnal Biotechnology Advances.29:322-337. doi:
remediasi terhadap ion logam Cu(II) terdapat pada 10.1016/j.biotechadv, 2011.01.005.
hidrogel superabsorben dengan variasi konsentrasi 0.5
g. 8. Nadia G, Kandile, Nasr AS. 2009. Environment
friendly modified chitosan hydrogels as a matrix
5. REFERENSI foradsorption of metal ions, synthesis and
characterization.Jurnal Carbohydrate Polymer.
1. Erizal, L.Marisa, R.A.K. Setyo, A.Basril. 2015.
78:753-759.doi:10.1016/j.carpol.2009.06.008.
Synthesi and charactrization of acrylic acid based
superabsorbent hydrogel using gamma irradiation.
AScie J for the Appl of Isotopes and Radiation,

13
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Analisis Pengaruh Presipitan Basa terhadap Properti Kristalinitas dan


Gugus Fungsi Nanomaterial Gadolinium Oksida (Gd2O3) dengan Metode
Presipitasi
Putri Widya Pangestika*, Defi Rahma Santi, Ikal Maknun
Fisika, Fisika Material, Institut Teknologi Kalimantan
*Email : putriwidyap26@gmail.com

Jl. Soekarno Hatta Km.15, Karang Joang, Balikpapan, 76127, Indonesia

Abstrak — Gadolinium oksida (Gd2O3) atau gadolinia merupakan salah satu bentuk nanopartikel yang berasal dari unsur
tanah jarang. Gadolinium mulai dikembangkan sebagai bahan baku untuk pengembangan material maju, salah satunya
adalah pada pembuatan Solid Oxide Fuel Cells (SOFCs). Hal ini dikarenakan gadolinium memiliki konduktivitas listrik yang
baik, dan mampu beroperasi pada suhu menengah jika dibandingkan dengan bahan SOFCs sebelumnya yaitu zirkonium.
Nanopartikel gadolinium dihasilkan dari metode presipitasi. Bahan baku yang digunakan adalah gadolinium nitrat
heksahidrat. Metode presipitasi menggunakan karbonat dan basa sebagai presipitan. Dalam penelitian ini, karbonat yang
digunakan adalah potasium karbonat. Sedangkan basa yang digunakan adalah potasium hidroksida dan sodium hidroksida.
Sifat struktural dikarakterisasi dengan XRD dan FTIR. Hasil XRD menunjukkan terbentuk nanopartikel Gd 2O3 BCC dengan
ukuran partikel terkecil adalah sekitar 37 nm dari penggunaan sodium hidroksida sebagai presipitan basa. Puncak tertajam
dalam spektrum FTIR menentukan kemurnian dari nanopartikel Gd 2O3.

Kata Kunci — Nanopartikel Gd2O3, Presipitasi, Kristalinitas, Gugus Fungsi

1. PENDAHULUAN presipitan basa yang berbeda dan kalium karbonat


sebagai pengendapan. Studi karakterisasi sampel
Nanopartikel gadolinium oxide (Gd2O3)
Gd2O3 menggunakan XRD dan FTIR
merupakan senyawa oksida dari unsur lantanida atau
tanah jarang yang banyak terdapat pada aplikasi 2. METODOLOGI PENELITAN
komponen elektronik dan penyimpanan energi salah
Bahan baku (prekursor) yang digunakan adalah
satunya solid oxide fuel cell (SOFC) [1]. SOFC
Gadoliniun nitrat heksahidrat (Gd(NO3)36H2O)
merupakan sistem pembangkit listrik yang
komersiil dan variasi presipitan basa yang digunakan
menjanjikan karena memiliki efisiensi konversi energi
adalah kalium hidroksida (KOH) dan sodium
kimia menjadi listrik yang tinggi. SOFC banyak
hidroksida (NaOH). Nanopartikel Gd2O3 disintesis. 20
memanfaatkan bahan baku dari unsur tanah jarang
mL dari presipitan basa (0,02 M) dan K2CO3 (0,03
untuk meningkatkan efisiensi penyimpanan karena
M) dicampur dan dilakukan pengadukan. Kemudian,
konduktivitasnya yang tinggi, mampu beroperasi pada
40 mL Gd(NO3)3 6H2O (0,03 M) diteteskan ke larutan
suhu menengah (intermediate temperature), dan biaya
sehingga pH turun dari 11 sampai 6. Larutan yang
fabrikasi yang lebih rendah. Unsur tanah jarang yang
terbentuk dipresipitasi dengan suhu dinaikkan sampai
paling banyak digunakan adalah gadolinium dan
55oC selama 15 menit. Suhu dinaikkan lagi 65oC dan
cerium [2]. Gadolinium memiliki konduktivitas listrik
larutan didinginkan pada suhu ruang. Larutan
yang baik, dan mampu beroperasi pada suhu
dikeringkan pada suhu 220oC selama 2 jam. Lalu
menengah jika dibandingkan dengan bahan SOFCs
dikalsinasi pada suhu 600oC selama 3 jam hingga
sebelumnya yaitu zirconium [1].
terbentuk bubuk nano Gd2O3 [5].
Namun untuk mendapatkan Gd2O3 yang murni
Untuk spesifikasi dari ukuran, fasa, struktur dan
dan halus masih sangat jarang. Pada penelitian
gugus fungsi, hasil sintesis dikarakterisasi
sebelumnya nanopartikel unsur tanah jarang telah
menggunakan X-ray diffraction (XRD) tipe Rigaku
disintesis dengan metode sol-gel [2], koloid [3],
dan Spektroskopi Fourier Transform InfraRed
hidrotermal [4], dan metode presipitasi [5,6]. Diantara
(FTIR). Pola XRD direkam dengan 2θ jangkauannya
metode-metode tersebut, metode presipitasi menjadi
dari 0-90o,Cu-Kα, λ = 1.54 Å. FTIR untuk mengerahui
perhatian yang paling luas karena keuntungan dari
gugus fungsi dengan menggunkan daerah panjang
proses yang sederhana, biaya rendah, suhu reaksi yang
gelombang 400-4000 cm-1 .
rendah dan homogenitas yang tinggi [6].
Pada penelitian ini, Gd2O3 disintesis denganrute
presipitasi yang tidak memerlukan pencucian dan
pemurnian, sehingga proses yang dilakukan sebelum
kalsinasi menghasilkan homogenitas yang tinggi.
Sintesis nanopartikel Gd2O3 membutuhkan
penggunaan (Gd(NO3)3.6H2O) sebagai prekursor dan

14
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

KOH dan NaOH berturut-turut adalah 43,582 nm dan


37,397 nm. Hal ini menunjukkan bahwa sintesis
Gd2O3 dengan metode presipitasi akan menghasilkan
ukuran kristalit yang lebih kecil apabila menggunakan
presipitan basa NaOH dibandingkan dengan KOH.
Penelitian terdahulu [8], dengan sintesis melalui
metode sintesis polyo menghasilkan Gd2O3 dengan
puncak difraksi (222) sebagai intesitas tertinggi
dengan ukuran kristalit sekitar 90 nm. Sedangkan,
penelitian lain [9] yang menghasilkan Gd2O3 dengan
ukuran kristalit yang lebih kecil yaitu 32,66 nm
dengan struktur kristal monoklinik melalui metode
sintesis pembakaran. Namun sintesis dengan metode
pembakaran membutuhkan rangkaian proses yang
lebih komplek dan membutuhkan biaya yang lebih
Gambar 1. Pola Difraksi pada Sampel Gd2O3 tinggi karena membutuhkan suhu yang lebih tinggi
dengan presipitan basa KOH dan NaOH dari metode sintesis presipitasi [10].
Gugus fungsi sampel Gd2O3 dapat diperoleh dengan
karakterisasi menggunakan instrumen FTIR.
Karakterisasi ini bertujuan untuk membuktikan
terbentukanya ikatan senyawa Gd-O dalam sampel
beserta kemurniannya. Hasil karakterisasi berupa
terbentuknya spektrum absorbsi vibrasional sinar infra
merah oleh sampel dalam frekuensi tertentu [11]. Pada
pengujian ini digunakan rentang frekuensi infra merah
pada panjang gelombang 400 cm-1 sampai 4400 cm-1.
Gambar 3 menunjukkan spektrum absorbsi infra
merah oleh sampel Gd2O3 dengan variasi presipitan
basa KOH dan NaOH. Spektrum tersebut
Gambar 2. Spektrum FTIR pada Sampel menunjukkan munculnya sembilan puncak pada
Gd2ODAN
3. HASIL 3 dengan presipitan basa KOH dan
PEMBAHASAN penggunaan presipitan basa KOH dan dua belas
NaOH puncak pada penggunaan presipitan basa NaOH. Dari
Gambar 1 dan gambar 2 menunjukkan pola spektrum penyerapan infra merah menunjukkan
difraksi sinar X (XRD) dari hasil karakterisasi sampel terbentukanya beberapa gugus fungsi senyawa lain.
Gd2O3 dengan penggunaan variasi presipitan basa Pada puncak pertama sampai ketiga dengan pita
KOH dan NaOH. Hasil karakterisasi sampel dianalisis penyerapan 3200 cm-1 sampai 3600 cm-1 merujuk pada
dengan menggunakan perangkat lunak PAN ikatan O-H stretching. Sedangkan, puncak sekitar
Analytical menunjukkan bahwa hasil sintesis 1340 cm-1 sampai 1470 cm-1 merujuk pada
presipitasi dari bahan baku Gd(NO3)3 6H2O terbentuknya gugus fungsi C-H stretching [6]. Dan
menghasilkan nanomaterial Gd2O3 tanpa adanya puncak lain pada 1061 tepat menunjukkan gugus
kandungan senyawa lain. Penggunaan variasi fungsi C-O stretching [12]. Puncak yang
presipitan basa mampu menghasilkan pola difraksi mengindikasikan terbentuknya Gd-O berada pada pita
Gd2O3 dengan puncak yang sama, yaitu (211), (220), penyerapan 539 cm-1 [13]. Penelitian terdahulu [14]
(222), (400), (411), (431), (440), (622), (631), (444), yang melakukan sintesis untuk mendapatkan Gd2O3
(800), (662), dan (840) dengan puncak (222) yang melalui metode sintesis hdrotermal menunjukkan
memiliki intensitas tertinggi. Dua jenis sampel Gd2O3 terbentuknya gugus fungsi Gd-O dengan puncak
yang dihasilkan dari sintesis dengan variasi penyerapan yang tidak jauh berbeda dengan penelitian
penggunaan presipitan basa KOH dan NaOH dapat ini yaitu 540 cm-1. Dari puncak yang muncul tersebut,
menghasilkan struktur kristal yang sama, yaitu body didapatkan terbentuknya Gd-O pada penggunaan
centered cubic (BCC). Jika dibandingkan dari presipitan basa KOH dan NaOH berturut-turut pada
penelitian terdahulu [7], menunjukkan bahwa sintesis puncak 539,68 cm-1 dan 541 cm-1.
menghasilkan nanomaterial Gd2O3 menghasilkan pola
difraksi dengan puncak (222) sebagai puncak Tabel I menunjukkan perbandingan massa bahan
intensitas tertinggi. baku dengan massa produk Gd2O3 hasil sintesis.
Berdasarkan pengukuran massa produk hasil sintesis,
Dari data XRD, ukuran kristalit dapat dihitung didapatkan bahwa dengan penggunaan massa bahan
dengan menggunakan persamaan Scherer [6]. Dengan baku yang sama mampu menghasilkan massa produk
menggunakan persamaan tersebut, didapatkan ukuran yang tidak jauh berbeda dengan menggunakan variasi
kristalit pada sampel Gd2O3 dengan presipitan basa presipitan basa KOH dan NaOH.

15
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Tabel I. Perbandingan massa bahan baku dan massa Bhat, N., (2004), “Structural, Optical, and
produk hasil sintesis Electrical Characterization of Gadolinium Oxide
Presipitan Basa Massa Bahan Baku Massa Produk
Films Deposited by Low-Pressure Metalorganic
Cgemical Vapor Deposition, “Journal of Applied
(gram) (gram)
Physics”, Vol. 96, hal. 5631 – 5638.
KOH 1,3512 0,4929
8. Cheng, Y., Tan, X., Wang, Y., Song, Y., You, Q.,
NaOH 1,3512 0,4616
Sun, Q., Liu, L., Wang, S., (2018), “Polymer-
based Gadolinium Oxide Nanocomposites for
4. KESIMPULAN DAN SARAN FL/MR/PA Imaging Guided and
Analisis penggunaan variasi presipitan basa Phptothermal/Photodynamic Combined Anti-
KOH dan NaOH melalui proses sintesis presipitasi tumor Therapy”, Journal of Controlled Release,
telah menghasilkan nanomaterial Gd2O3 dengan 30130-5.
struktur BCC dan ukuran kristalit dibawah 50 nm. 9. Hadke, S., Kalimila, M., Rathkanthiwar, S.,
Penggunaan presipitan basa NaOH mampu Sonkusare, R., Gour, S., Ballal, A., (2015),
mengahasilkan ukuran kristalit paling kecil. Gugus “Monoclinic to Cubic Phase Transformation in
fungsi mampu menunjukkan terbentuknya ikatan Gd- Combustion Synthesized Gadolinium Oxide”, 4th
O stretching untuk penggunaan kedua jenis presipitan International Conference on Material Processing
basa pada pita penyerapan sekitar 540 cm-1. and Characterization, 1276-1281.
5. REFERENSI 10. Raharjo, J., Yuliani, H., Damisih, Hapsari, A.,
1. Raharjo, J., Ali, S.A.M., Arjasa, O.P., 2016. (2018), “Studi Pengaruh Presipitan Basa terhadap
Synthesis and characterization of uniform-sized Sifat Fisik Nanomaterial Cerium Oksida dengan
cubic ytterbium scadium co-doped zirconium Metode Presipitasi”, Prosiding Seminar Nasional
oxide (1Yb10ScSZ) nanoparticles by using basic
Teknik Kimia Kejuangan, Yogyakarta.
amino acid as organic precursor. Journal of
Hydrogen Energy, 30, 1-10. 11. Setiabudi, A., Hardian, R., Mudzakir, A. (2012),
2. Raharjo, J., Damisih, Hapsari, A.U., 2018. Sintesis “Karakterisasi Material; Prinsip dan Aplikasinya
dan Karakterisasi Elektrolit Ce0,9Gd0,1-XNdXO1,90 dalam Penelitian Kimia”, Universitas Pendidikan
untuk palikasi sel bahan bakar padatan suhu Indonesia, Bandung, Indonesia.
sedang. Jurnal Sains Materi Indonesia, 83-89.
12. Alam, S. R., Haghgoo, S., Gorji, E., Alam, N. R.,
3. Seo, S., Yang, H., Holloway, P. H., 2009. (2013), “Size Reproducibility of Gadolinium
Controlled shape growth of Eu- or T-doped
Oxide Based Nanomagnetic Particles for Cellular
luminescent Gd2O3 colloidal nanocrystals. Journal
of Colloid and Interface Science, 331, 236-24 Magnetic Resonance Imaging: Effects of
Functionalization, Chemisorption and Reaction
4. Chen, F., Zhang, X.H., Hu, X. D., Zhang, W.,
Conditions”, Iranian Journal of Pharmaceutical
2015. Synthesis and characteristics of nanorods of
gadolinium hydroxide and gadolinium oxide. Research, Vol.14, hal.3-14.
Journal of Alloys and Coumpounds. 13. Hunagund, S. M., Desai, R. V., Barretto, D. A.,
5. Boopathi, G., Raj, S. G., Kumar, G. R., Mohan, R., Pujar, M. S., Kadadevarmath, J. S., Vootla, S.,
2014. Co-precipitastion synthesis, structural and Sidarai, A. H., (2017), “Photocatalys Effect of A
luminescent behavior of erbium doped gadolinium Novel Green Synthesis Gadolinium Doped
oxide (Ef3+:Gd2O3) nanorods. Procedia Materials Titanium Oxide Nanoparticles on Their Biological
Science, 6, 1436-1443.
Activities”, Journal of Photochemistry and
6. Farahmandjou, M. and Zarinkamar, 2015. Photobiology, Vol. 346, hal. 159 – 167.
Synthesis of nano-sized ceia (CeO2) particle via a
cerium hydroxyl carbonate precursor and the effect 14. Chen, F., Zhang, X., Hu, X., Zhang, W., Zeng, R.,
of reaction temperature on particle morphology. Liu, P., Zhang, H., (2015), “Synthesis and
Journal of Ultrafine Grained and Nanostructured Characteristics of Nanorods of Gadolinium
Materials, 48(1), 5-10. Hydroxide and Gadolinium Oxide”, Journal of
7. Singh, M.P., Thakur, C.S., Shalini K., Banerjee S., Alloys and Compounds, 2016.

16
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Karakterisasi Karbon Aktif yang Terbuat dari Tempurung Kelapa


Menggunakan Teknik FTIR dan XRD
Andi Ikhtiar Bakti1*, P. L.Gareso2
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin
*Email: andiikhtiar@yahoo.com

Jl. PerintisKemerdekaan Km. 10, Makassar 90245, Sulawesi Selatan

Abstrak — Karbon aktif dihasilkan dari tempurung kelapa melalui aktivasi fisika dan kimia. Metode pirolisisd igunakan
untuk suhu aktivasi optimal 600oC dan untuk aktivasi kimia direndam menggunakan zat pengaktif ZnCl2 10% dan Na2Ca3
10%. Karbon aktif (KA) dianalisis menggunakan metode Fourier Transform Infred FTIR dan X-Ray Difraction (X-RD).
Hasil FTIR menunjukkan bahwa tempurung kelapa berhasil dikonversi menjadikarbon. Hasil X-RD menunjukkan adanya
beberapa fase Kristal berjenis grafit disekitar puncak 36o dan 44o, terdapat dua puncak difraksi yang luas dan dapat dikaitkan
dengan keberadaan karbon dan grafit.

Kata Kunci — aktivasi karbon, FTIR, karbonaktif, , SEM, tempurung kelapa, XRD

1. PENDAHULUAN konsentrasi tertentu seperti ZnCl2, Na2CO3, KOH dan


KCl [8].
Tempurung kelapa sebagai bahan baku sering
dimanfaatkan untuk diaktivasi menjadi karbon aktif Karbon aktif menghasilkan struktur Kristal
[1]. Berdasarkan data yang diperoleh, Asia Tenggara karbon yang lebih baik dan struktur amorf yang secara
merupakan wilayah dengan jumlah produksi kelapa tidak teratur ditumpuk oleh cincin karbon bermanfaat
yang cukup besar dengan empat negara sebagai untuk menghasilkan celah teradsorben, yang
produsen utamanya, yaitu India, Indonesia, Filipina, merupakan 97% karbon murni [11, 14].
dan Sri Lanka yang menyumbangkan 78% produksi
Proses aktivasi dilakukan melalui prosedur
kelapa di dunia [2]. Berkaitan dengan produksi karbon
mencampurkan bahan awal dengan reagen aktivasi
aktif, Indonesia kini merupakan salah satu Negara
dan campuran dipanaskan dalam tekanan atmosfer
eksportir utama karbon aktif [3].
lembam [4]. Proses ini biasanya dilakukan padasuhu
Karbon aktif telah dikenal sebagai adsorben dan waktu yang lebih rendah dibandingkan dengan
yang paling efektif dan berguna untuk menghilangkan proses aktivasi fisika. Luas permukaan dan porositas
polutan dari gas yang tercemar dan aliran cairan. Hal yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan dengan
ini disebabkan oleh sifat karbon aktif yang memiliki aktivasi. Oleh karena itu, penelitian ini akan
luas permukaan aktif besar yang bisa memberikan menggunakan tempurung kelapa sebagai bahan utama
kapasitas adsorpsi struktur berpori yang berkembang dalam pembuatan karbon aktif mengingat bahannya
dengan baik dan sifat mekanik yang baik [4]. Hal yang sangat melimpah di Indonesia dan memiliki nilai
mendasar utama yang digunakan untuk pembuatan pasar yang sangat terjangkau.
karbon aktif adalah bahan organik yang kaya akan
2. METODOLOGI PENELITIAN
karbon [5]. Pengembangan metode penggunaan
kembali bahan limbah sebagai karbon aktif sangat Material mentah
diharapkan dapat menjadi solusi dalam pemanfaatan
Tempurung kelapa dipilih untuk pembuatan
limbah seperti limbah biji jarak, tongkol jagung,
karbon aktif. Bahannya dibersihkan dengan aquades
tempurung kelapa, serat kelapa sawit, dan serbuk
gergaji kayu, yang terbukti sangat baik untuk diubah beberapa kali untuk menghilangkan debu dan kotoran.
menjadi karbon aktif karena teksturnya yang keras Sampel tempurung kelapa kemudian dikeringkan di
oven pada suhu 110oC selama 24 jam untuk
dan kuat yang disebabkan oleh tingginya lignin dan
menghilangkan kelembaban permukaan dan kemudian
kandungan karbon serta rendahnya kadar abu dari
digiling sesuai ukuran yang diinginkan. Kemudian
bahan-bahan tersebut [2, 6, 7].
dilakukan analisis untuk mengetahui kadar volatil dan
Untuk menghasilkan karbon aktif dari karbon tetap serta untuk mengukur komposisi masing-
tempurung kelapa, proses keseluruhan menggunakan masing unsur, metode ini seperti metode penelitian
metode pirolisis, tempurung kelapa menjadi arang, sebelumnya yang dilakuakan oleh Hidayu dkk.
dilanjutkan dengan proses aktivasi. Proses aktivasi
Aktivasi karbon
terbagi menjadi dua, yaitu aktivasi fisika dan kimia,
proses aktivasi fisika diperoleh melalui karbonisasi Tempurung kelapa diaktivasi menggunakan
dengan gas pengoksidasi atau karbon dioksida aktivasi fisika dengan dimasukkan ke dalam reaktor
umumnya pada suhu tinggi (400-1000oC) dan aktivasi pirolisis yang dipanaskan oleh tungku tabung listrik.
kimia direndam dalam larutan kimia dengan Reaktor kemudian dipanaskan hingga suhu 600oC dan
disimpan selama satu jam. Karbon tempurung kelapa

17
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

yang telah dipirolisis dengan proses aktivasi kimia dengan menggunakan ASTM Standard Test Sieve
direndam dalam larutan ZnCl2 10% dan Na2CO3 10% yang mempunyai ukuran 70-200 Mesh. Model ayakan
kemudian disimpan selama 24 jam pada suhu kamar. yang digunakan terdiri atas tiga susunan ayakan.
Setelah proses aktivasi selesai, karbon aktif kemudian Sampel yang telah diayak, kemudian diambil dan
dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan dikarakterisasi.
menggunakan oven pada suhu 100oC selama tiga
puluh menit. Setelah itu, dilakukan pengayakan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis FTIR
Tabel I. Nilai gelombang dan askripsi pita utama pada Spektra FTIR, karbon aktif ZnCl2 dan karbon aktif
Na2CO3 [9].
Nilai Gelombang (Cm-1) Keterangan ZnCl2 Na2CO3

3500-3300 O-H Peregangan (ikatan hidrogen antarmolekul)


2930-2900 C-H peregangan asimteris * *
2720 C-H (aldehida)
1740 C=O peregangan dalam ester
1625-1610 C=C kerangka aromatik peregangan
1580-1570 C=C pita peregangan * *
1450-1420 C-H ikatan Asimetris
1375-1317 C-H ikatan Asimetris dan simetris
1284-1240 C-O Asimetris, peregangan eter aromatik, ester dan fenol
1260-1000 C-O asam karboksilat, alkohol, fenol dan * *
ikatan ester P=O dalam ester fosfat
700-400 C-C peregangan * *
Kondisi aktivasi sampel ZnCl2 dan Na2CO3
spektrum FTIR terdapat pita yang luas dan kuat pada
3200-3500 cm-1 untuk gugus hidroksil (O-H) getaran
peregangan. Struktur mengandung banyak ikatan
karbon-karbon yang juga sebagai penghilang hidrogen
dan atom oksigen yang berada pada frekuensi tersebut
mungkin mengandung peregangan amina (NH2) dan
kelompok alkohol (O-H) yang hilang saat aktivasi
sampai 600°C, dan menunjukkan dehidrasi komponen
selulosa dan lignin[10]. Sementara itu, puncak
penyerapan pada 2900-2850 cm-1 untuk getaran
peregangan (C-H) dari gugus -CH3 benar-benar
dikeluarkan dari sampel karbon aktif Kelompok
karbonil (C = O) diamati pada sampel ZnCl2 dan
Na2Ca3 pada 1740-1700 cm-1 yang diharapkan berasal
dari jaringan lignin. Puncak ini hampir tidak ada
setelah dipirolisis dan proses aktivasi perendaman
Gambar 1. GrafikFTIR karbon aktif Na2CO3dan
dengan ZnCl2 dan Na2CO3 karena mudah menguap.
ZnCl2
Puncak berkisar antara 1200-1000 cm-1menunjukkan
adanya peregangan (C-O) serta 830 cm-1 (Si-O) Spektrum FTIR menyatakan bahwa telah
sebagai hasil silika yang mengandung mineral [11]. terbukti karbon aktif telah berhasil dikonversi menjadi
karbon [12].
Dalam proses pemanasan dan pengaktifan
karbon sebagian besar puncak adsorpsi hilang dari
kelompok fungsional. Area dari kelompok fungsional
spektrum dari bahan baku diuapkan sebagai bahan
volatil saat panas dipasok ke sampel. Ini

18
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

membuktikan bahwa Proses aktivasi telah berhasil fungsional (C-O) hingga tempurung kelapa berhasil
dilakukan dan karbon mempertahankan beberapa dikonversi menjadi karbon. Hasil XRD
kelompok fungsional IR sensitif, gugus fungsional (C- mengkonfirmasikan adanya beberapa fase kristal
O) [13]. (grafit) di sekitar puncak 36o dan 440, dengan dua
puncak difraksi yang luas dan dapat dikaitkan dengan
Analisis XRD
keberadaan karbon dan grafit. Untuk karbon yang
Spektrum XRD dari karbon aktif mengilustrasikan tidak terangkut, puncak tajam diamati pada 44,5o
adanya Kristal aluminosilikat yang berbeda. Puncak dapat disebabkan oleh kehadiran spesies Zn dan Na
terbentuk pada sampel ZnCl2 dan Na2CO3 pada sudut yang digunakan selama proses aktivasi karbon.
2θ = 29,5o, 34,6o dan 39,4o yang masing-masing
5. REFERENSI
adalah mineral silikat, bijih besi dan kuarsa.
Sedangkan sisa puncak lainnya terdapat sodalite, 1. Arash Arami-Niya, Wan Mohd Ashri Wan Daud,
analcime dan sodium silikat terletak di 44,5o [14]. Farouq S. Mjalli, faisal Abnisa, Mohammad Saleh
Sementara itu, terjadinya puncak yang luas di sekitar Shafeeyan. (2012). Production of microporous
26o dan 43o menunjukkan tanda-tanda pembentukan
palm shell based activated carbon for methane
struktur karbon kristalin, menghasilkan lapisan yang
lebih baik [5]. Kedua sampel karbon aktif adsorption: modeling and optimization using
menunjukkan dua puncak difraksi luas yang terletak response surface methodology. Chemical
pada 2θ = 30o-40o dan 40o-50o yang mengungkapkan Engineering Research and Design , 776-784.
adanya struktur amorf yang secara tidak teratur
ditumpuk oleh cincin karbon dan bermanfaat untuk 2. Kalyanapu Venkateswara Rao, A.H.L.Swaroop,
menghasilkan celah yang telah teradsorben, untuk Dr.P.Kodanda Rama Rao, Ch.Naga Bharath.
karbon yang tidak terangkut, teramati puncak tajam (2015). Study on Strength Properties of Coconut
pada 44,5o disebabkan oleh kehadiran spesies Zn dan Shell Concrete. International Journal of Civil
Na yang digunakan selama proses aktivasi [4]. Engineering and Technology (IJCIET), 42-61.
3. Cocommunity, T. (2016, August 1). Initiatives
Towards Product Diversification Seek Out Viable
Opportunities in the Coconut Industry. Monthly
Newsletter of the Asian and Pacific Coconut
Community, XLVI(8), 1-32.
4. A.R Hidayu, N. Muda. (2016). Preparation and
characterization of impregnated actived carbon
from palm kernel shell coconut shell for CO2
capture. Procedia Engineering 148 (2016) 106-
113, 1-8.
5. A.R. Hidayu, N.F. Muahammad, S. Matali, A.S.K.
Sharifah. (2013). Characterization of activated
carbon prepared from oil palm empty fruti bunch
using BET and FT-IR techniques. Procedia
Gambar 2. Grafik XRD karbon aktif Na2CO3 dan Engineering 68 (2013) 379-384, 1-6.
ZnCl2
6. J. Lehmann and S. Joseph. (2009). Biocha for
Karbon aktif temuan ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya oleh Kushwaha dkk. dan Rani dkk. [9, environmental management. Earthscan.
10]. Setelah dipirolisis kedua sampel memiliki dua 7. Kittiphop Promdee, Jirawat Chanvidhwatanakit,
puncak difraksi yang luas dan dapat dikaitkan dengan
Somruedee Satitkune, Chakkrich Boonmee,
keberadaan karbon dan grafit [15].
Thitipong Kawichai, Sittipong Jarernprasert,
4. KESIMPULAN Tharapong Vitidsant. (2017). characterization of
Hasil FT-IR menunjukkan bahwa kelompok carbon materials and differences from activated
fungsional dari bahan baku spektrum diuapkan carbon particle (ACP) and coal briquettes product
sebagai bahan volatil saat panas dipasok ke sampel (CBP) derived from coconut shell via rotary kiln.
dan proses aktivasi perendaman dengan ZnCl2 dan Renewable and Sustainable Energy Reviews 75,
Na2CO3. Hal ini membuktikan bahwa Proses aktivasi
1175-1186.
telah berhasil dilakukandan karbon mempertahankan
beberapa kelompok fungsional IR sensitif, gugus

19
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

8. Hung, J. J. (2012). The Production of Activated Core and Shaggy . Procedia Engineering 148
carbon from Coconut Shells Using Pyrolysis and (2016) 758-764, 1-7.
Fluidized Bed Reactors. Arizona: The University
13. Roozbeh Hoseinzadh Hesas, Arash Arami-Niya,
of Arizona.
Wan Mohd Ahri Wan Daud and J. N. Sahu.
9. Mizi Fan, Dasong Dai, and Biao Huang. (2012). (2013). Preparation and Characterization of
Fourier Transform Infrared Spectroscopy for Activated Carbon from Apple Waste by
Natural Fibers. www.intechopen.com. Microwave-Assisted Phosporic Acid Activation:
Alpication in Methylene Blue Adsorption.
10. Shilpi Kushwaha, P. Padmaja, G. Sreelatha.
BioResources 8(2), 2950-2966.
(2012). physical and chemical modified forms of
palm shell preparation, characterization and 14. Pradhan, S. (2011). Production and
preliminary assessment. characterization of Actived Carbon produced a
https://www.research.net/publication/257594337, suitable Industrial sludge. Odisha, India:
1-17. Department of Chemical Engineering National
Institute of Technology Rourkela.
11. Noor Hidayu Abdul Rani, nor Fadilah
Mohammad, Sharmeela Matali and Sharifah 15. S. Matali, S. A. Khairuddin, A. S. A. K. Sharifah,
Aishah Syed A. kadir. (2014). Preparation and and A. R Hidayu. (2013). Removal of selected
characterization af actived carbon made from oil gaseous effluent using activated carbon derived
palm empty fruit bunch. Enginering Materials , from oil palm waste: An Overview. in 2013 IEEE
594-595, 44-48. Symposium on Business, Engineering and
Industrial Applications. Kuching, Sarawak.
12. Osman NB, Shamsuddin N, Uemura Y. (2016).
Activated carbon of Oil Palm Empty Fruit (EFB);

20
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Pemanfaatan Limbah Biji Nangka Untuk Pembuatan Biobaterai Sebagai


Energi Alternatif Ramah Lingkungan
Agus Santoso*, Rika Agustin, Riska Dewi Adelia Saputri
Institut Teknologi Sumatera
*Email: agus.11117001@student.itera.ac.id
Jl. Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Kab. Lampung Selatan, Lampung 35365

Abstrak — Sumber daya alam hayati di Indonesia yang beranekaragam dan melimpah ruah melengkapi kekayaan alam
Indonesia. Salah satunya yaitu pohon nangka. Umumnya, setiap memakan buah nangka masyarakat jarang memanfaatkan
bijinya dan bijinya terbuang begitu saja hingga menyebabkan terjadinya limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi
limbah yang ada disekitar lingkungan masyarakat dan memanfaatkannya untuk pembuatan biobaterai sebagai energi
alternatif. Adapun tahapan-tahapan untuk pembuatan biobaterai adalah tahap pertama, menguji biji nangka tanpa
menambahkan garam yaitu dengan perlakuan dijemur dan tanpa dijemur. Tahap kedua, menguji biji nangka dengan
menambahkan garam yaitu dijemur dan tanpa dijemur. Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil yaitu jika biji nangka
tanpa menambahkan garam dengan perlakuan tanpa dijemur akan menghasilkan tegangan 1 Volt dengan daya tahan 5 jam,
sedangkan biji nangka yang dijemur menghasilkan 1,3 Volt dengan daya tahan 9 jam. Sedangkan tahap kedua jika biji
nangka ditambahkan garam dengan perlakuan tanpa dijemur menghasilkan 1 Volt dengan daya tahan 1 hari, sedangkan biji
nangka yang dijemur menghasilkan 1,3 Volt dengan daya tahan 3 hari. Dengan adanya pemanfaatan limbah biji nangka
menjadi biobaterai membuat masyarakat lebih mengetahui manfaat dari biji nangka sebagai energi alternatif ramah
lingkungan.

Kata Kunci — Sumber Daya Alam, Biji Nangka, Biobaterai

1. PENDAHULUAN mengetahui bagaimana cara membuat bio baterai dari


biji nangka.
Kebutuhan akan sumber energi saat ini semakin
meningkat. Untuk itu perlu ditingkatkan pencarian Penelitian ini hanya sebatas mengetahui bahwa
sumber energi alternatif lain. Energi alternatif tersebut biji nangka dapat dijadikan biobaterai sebagai energi
selain merupakan energi yang ramah lingkungan alternatif ramah lingkungan.
merupakan energi yang dapat diperbaharui melalui
2. METODOLOGI PENELITIAN
pemanfaatan limbah organik seperti dalam penelitian
ini limbah buah yang digunakan adalah limbah biji Adapun prosedur penelitian ini adalah:
nangka.
2.1 Tahap Persiapan
Menurut Supriyadi dan Pangesthi (2014), biji Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
nangka atau yang biasa disebut beton pongge
kebanyakan dibuang dan hanya beberapa masyarakat Alat dan bahan yang digunakan meliputi: golok,
yang memanfaatkannya dengan direbus. Padahal di pisau, mangkuk, obeng, serutan, baterai bekas,
dalam biji nangka terdapat banyak kandungan kimia basic meter, timbangan digital, dan buah nangka.
yang bermanfaat. Kandungan yang terdapat di dalam 2.2 Langkah Kerja
biji nangka yaitu energi (165 kkal), protein (4,2 gr),
lemak (0,1 gr), karbohidrat (36,7 gr), kalsium (33 mg), Pengambilan data dalam pembuatan biobaterai
fosfor (200 mg), besi (1 mg), vitamin B1 (0,2 mg), adalah dengan mengukur tegangan listrik dari
vitamin C (10 mg), dan air (57,7 gr). Di dalam 100 gr parutan biji buah nangka.
biji nangka terkandung fosfor (200 mg), kalsium (33 Adapun tahapan-tahapan untuk pembuatan
mg), dan besi (1,0 mg) [3]. biobaterai adalah tahap pertama, dibuka pebungkus
Dari permasalah diatas, maka penulis ingin dan penutup dari baterai bekas, keluarkan serbuk
memanfaatkan biji nangka untuk pembuatan elektrolit dan batang karbon baterai, cuci sampai
biobaterai sebagai energi alternatif ramah lingkungan. bersih dan keringkan, siapkan biji nangka dan
Menurut Siddiqui dan Pathrikar (2013) bio-baterai dihaluskan dengan cara diparut, masukkan parutan
adalah energi yang menyimpan perangkat yang biji nangka kedalam baterai dan dikembalikan
didukung oleh senyawa organik. Bio-baterai seperti posisi batang arang keposisi semula, dan
menghasilkan listrik dari bahan bakar terbarukan diuji dengan jam dinding dan diukur tegangan
(glukosa, sukrosa, fruktosa, dll) menyediakan sumber listriknya (volt).
daya portabel yang berkelanjutan, sesuai permintaan.
2.3 Tahap Analisa Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah biji nangka dapat dijadikan biobaterai sebagai Langkah kerja yang dilakukan untuk menghasilkan
energi alternatif ramah lingkungan dan untuk data pengkuran tegangan bio-baterai dibuat
diagram, kemudian hasil yang diperoleh dari

21
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

pengukuran tegangan bio-baterai ditabelkan dan lingkungan


dianalisa. Hasil pengolahan data lapangan Dapat diisi Tidak dapat
kemudian dibandingkan dengan teori dan hasil- 5 Isi ulang
ulang diisi ulang
hasil penelitian lain. Jam dinding, Jam dinding,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN mainan anak- mainan anak-
6 Kegunaan
anak, remote anak, remote
3.1 Hasil Penelitian tv tv
Dari semua langkah atau tahap yang telah
Tabel V. Keunggulan dan kelemahan Bio baterai biji
dilakukan terdapat beberapa hasil yang diperoleh yaitu
nangka
sebagai berikut :
Tabel I. Uji Coba biji nangka tanpa di beri garam No Keunggulan Kelemahanan
pada jam dinding 1. Dapat di isi Sulit membuka dan
Voltmeter ulang mengeluarkan karbon
Perlakuan 2. Tidak berbahaya
Ber Tegang Ketahan
No biji Tida
ger an an
nangka k 3. Bahan melimpah
ak
4. Ramah
Tanpa lingkungan
1 √ - 1 volt 5 jam
dijemur
2 Dijemur √ - 1,3 volt 9 jam 3.2 Pembahasan
Biji nangka yang selama ini hanya digunakan
sebagai bahan tepung dan keripik, kini dapat dijadikan
Tabel II. Uji Coba biji nangka di beri garam pada jam sebagai sumber energi listrik alternatif yang ramah
dinding lingkungan. Pada penelitian ini, peneliti melakukan
beberapa perbandingan terhadap percobaan yang
Perlaku Voltmeter dilakukan, perbandingan tersebut akan memberikan
Tegang Ketah hasil kelayakan yang menjadi acuan terpakai atau
No an biji Berger Tida an anan tidaknya perbandingan itu.
nangka ak k
Tanpa 24 Percobaan pertama, dalam tabel uji coba biji
1 √ - 1 volt nangka tanpa diberi garam pada jam dinding. Peneliti
dijemur jam
menggunakan biji nangka dengan perlakuan tanpa
Dijemu 72 dijemur, dan dijemur, yang masing – masing memiliki
2 √ - 1,3 volt
r jam hasil berbeda, diantaranya yaitu biji nangka tanpa
dijemur memiliki tegangan 1 volt dengan ketahanan 5
Tabel III. Spesifikasi Bio Baterai Dari biji nangka jam, sedangkan biji nangka dijemur memiliki
tegangan 1,3 volt dengan ketahanan 9 jam. Dalam
No Spesifikasi Biobaterai biji nangka penelitian ini hasil terbaik terdapat pada biji nangka
1 Daya tahan 72 jam dengan perlakuan dijemur dengan ketahanan selama 9
jam pada jam dinding.
2 Tegangan 1,3 volt
Percobaan kedua, yaitu dalam tabel uji coba biji
3 Sumber bahan Biji nangka nangka diberi garam pada jam dinding. Peneliti
4 Ramah lingkungan Ya menggunakan biji nangka dengan beberapa perlakuan
yaitu tanpa dijemur, dan dijemur, yang masing –
5 Isi ulang Dapat diisi ulang masing memiliki hasil yang berbeda diantaranya yaitu,
tanpa dijemur memiliki tegangan 1 volt dan ketahanan
6 Kegunaan Jam dinding
1 hari (24 jam), sedangkan yang dijemur memiliki
tegangan 1,3 volt dengan ketahanan 3 hari (72 jam)
Tabel IV. Perbandingan Bio Baterai dari biji nangka pada penggunanan jam dinding.
dan baterai industry
Percoban ketiga, spesifikasi bio baterai biji
Biobaterai Baterai nangka memiliki daya tahan 3 hari (72 jam), tegangan
No. Spesifikasi
biji nangka industry 1,3 volt, sumber bahan baku biji nangka yang ramah
1 Daya tahan 72 jam 2.160 jam lingkungan dan dapat diisi ulang, penerapan bio
2 Tegangan 1,3 volt 1,5 volt baterai biji nangka dapat digunakan pada jam dinding.
Sumber
3 Biji nangka Karbon Percobaan keempat, perbandingan bio baterai
bahan
4 Ramah Ya Tidak dari biji nangka dan baterai industri diperoleh data,

22
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

untuk baterai biji nangka daya tahan 3 hari (72 jam), ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit. Biji
tegangan 1,3 volt, sumber bahan baku alami biji nangka dapat dijadikan sebagai bio baterai. Hal ini
nangka, ramah lingkungan, dapat diisi ulang dan dapat dikarenakan biji nangka mengandung elektrolit yaitu
digunakan pada jam dinding. Sedangkan untuk baterai karbohidrat, kalsium, besi, fosfor, dan air.
industri memiliki daya tahan 3 bulan (2.160 jam),
4. KESIMPULAN DAN SARAN
tegangan 1,5 volt, sumber bahan baku kimia berupa
karbon dan tidak dapat diisi ulang. 4.1 Kesimpulan
Percobaan kelima dari penelitian yang dilakukan, 1. Biji nangka dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bahwa penelitian ini memeiliki beberapa keunggulan alternatif pembuat bio baterai ramah
yaitu: Ramah lingkungan, dapat diisi ulang, tidak lingkungan.
berbahaya, dan lebih murah. Biobaterai biji nangka
bisa digunakan sebagai pengganti baterai industri yang 2. Biji nangka dapat di jadikan bio baterai ramah
selama ini digunakan oleh masyarakat. Baterai yang lingkungan dengan cara diparut, dijemur,
selama ini digunakan oleh masyarakat menggunakan kemudian dicampur dengan garam.
bahan utama yaitu karbon, sudah dapat dipastikan 3. Didalam biji nangka terdapat kandungan
karbon berbahaya bagi kesehatan dan tidak ramah elektrolit yang dapat menghantarkan arus
lingkungan. Untuk itu peneliti menggantinya dengan listrik.
biji nangka yang ramah lingkungan dan tidak
berbahaya bagi kesehatan, karena bahan bakunya 4.2 Saran
alami. Selain itu, penelitian ini memiliki keunggulan 1. Sebaiknya dalam membuka baterai
lain yaitu dapat diisi ulang sehingga memudahkan menggunakan sarung tangan agar karbon tidak
bagi masyarakat untuk memakai biobaterai tersebut
tersentuh oleh kulit.
karena apabila biobaterai dari biji nangka habis
masyarakat dapat mengisi ulang atau mengganti 2. Sebaiknya memakai masker pada saat
dengan biji nangka yang baru. Untuk hasil yang mengeluarkan karbon, agar tidak terhirup oleh
maksimal peneliti menambahkan NaCl untuk alat pernapasan.
menambah ke elektrolitan bio baterai. Bahan baku
3. Untuk hasil maksimal agar menggunakan biji
biobaterai biji nangka juga mudah didapat. Dan
nangka yang baru.
keunggulan lain dari biobaterai biji nangka tidak
berbahaya karena bahan utamanya terbuat dari biji 5. REFERENSI
nangka yang ramah lingkungan dan tidak mengandung
1. Supriyadi, A dan Pangesthi, L. 2014. Pengaruh
bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan.
Substitusi Tepung Biji Nangka (Artocarpus
Berdasarkan hasil penelitian biji nangka dapat heterophyllus) terhadap Mutu Organoleptik Kue
dijadikan sebagai biobaterai hal ini dikarenakan biji Onde-Onde Ketawa. Jurnal Boga . Vol. 3. No.
nangka mengandung elektrolit. Elektrolit merupakan 1:225-233.
larutan yangmempunyai sifat menghantarkan listrik.
2. Siddiqui, Urba Ziyauddin dan Anand K.Pathrikar.
Elektrolit dapat berupa larutan asam, basa dan larutan
2013. The Future of Energy Bio.
garam. Larutan elektrolit mempunyai peranan penting
dalam korosilogam karena larutan ini dapat 3. Nuraini, D.N. 2011. Aneka Manfaat Biji-bijian.
menjadikan kontak listrik antara anoda dan katoda. Sidoarjo: Penerbit Gava Media.
[5].
4. Battery. IJRET: International Journal of Research
Sebagian besar senyawa yang berikatan ion in Engineering and Technology.
merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl
5. Sidiq, M. Fajar. 2013. Analisa Korosi dan
yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam
dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk Pengendaliannya. Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1
larutan dan lelehan, atau bentuk liquid dan aqueous. April 2013
Sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa

23
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Analisis Nilai Paparan Radiasi Pesawat Fluoroscopy Angiografi pada


Ruang Cathlab
Aswad1,2*, Bualkar Abdullah1, Dahlang Tahir1
1Jurusan Fisika, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 Indonesia
2Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Makassar, Makassar 90245 Indonesia
*Email : aswadbpfkm@gmail.com

Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Abstrak — Telah dilakukan penelitian tentang Nilai paparan radiasi pesawat fluoroscopy angiografi merk siemens pada
Ruang Cathlab. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran paparan radiasi menggunakan alat Multimeter sinar-X detektor ion
chamber dengan variasi jarak 100 cm, 200 cm, dan 300 cm dari titik fokus tabung dan variasi faktor eksposi klinis. Dengan
tujuan menentukan jarak titik aman bagi dokter dan operator pesawat fluoroscopy angiografi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa jarak efektif bagi operator pesawat fluoroscopy angiografi dapat diatur dengan memperhitungkan
efisiensi faktor eksposi klinis.

Kata Kunci — paparan radiasi, pesawat fluoroscopy angiografi, multimeter

1. PENDAHULUAN Radiasi Pesawat Fluoroscopy Angiografi pada Ruang


Cathlab.
Fluoroskopi adalah studi tentang struktur tubuh
yang bergerak. Pemeriksaan sering dilakukan saat 2. METODOLOGI PENELITIAN
pewarna kontras bergerak melalui bagian tubuh yang
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
sedang diperiksa. Sinar X kontinyu dilewatkan melalui
adalah metode kuantitatif dengan pendekatan
bagian tubuh dan dikirim ke monitor video sehingga
observatif partisipatif, yang mana pada saat kami
bagian tubuh dan gerakannya dapat dilihat secara
mengamati penelitian ini secara langsung juga
rinci. Fluoroskopi, sebagai alat pencitraan,
melakukan penelitian pada objek penelitian. Lokasi
memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk
pengambilan data dilakukan pada ruang Cathlab di
melihat banyak sistem tubuh, termasuk sistem skeletal,
instalasi OK RS. Awal Bros Makassar pada bulan
pencernaan, kemih, kardiovaskular, pernapasan, dan
Februari 2018.
reproduksi.
Data diperoleh dengan melalui pengamatan secara
Fluoroskopi dapat digunakan untuk mengevaluasi
langsung dan melakukan pengujian Laju paparan
area tubuh tertentu. Ini termasuk tulang, usus, otot,
radiasi (mSv/h) pada pesawat Fluoroscopy Angiografi
pembuluh jantung, dan sendi.
Type/model S-075.
Angiografi adalah tes medis minimal invasif
Penyinaran dilakukan untuk setiap jarak yang
yang membantu dokter mendiagnosis dan mengobati
berbeda mulai dari jarak sumber radiasi terhadap
kondisi medis. Angiografi menggunakan teknologi
pasien utama dengan penggunaan FFD (Focus to Film
pencitraan dan dalam kebanyakan kasus injeksi bahan
Distance) standard yaitu 120 cm, selanjutnya
kontras diperlukan untuk menghasilkan gambar
mengukur Laju paparan radiasi dengan variasi jarak
pembuluh darah di tubuh. Dalam kateter angiografi
100 cm hingga 300 cm dari titik fokus tabung.
dimasukkan ke arteri melalui sayatan kecil di
kulit. Setelah kateter dipandu ke daerah yang Alat ukur yang digunakan adalah multimeter
diperiksa, bahan kontras disuntikkan melalui tabung sinar-x merk Raysafe type (X2 R/F) dengan detektor
dan gambar diambil menggunakan dosis kecil radiasi ionisasi chamber. Penyinaran dilakukan sebanyak
pengion (sinar-x). sepuluh kali pada tiap faktor eksposi klinis. Hal ini
dimaksudkan agar data yang diperoleh lebih akurat
Fluoroskopi (angiografi) melibatkan penggunaan
pada tiap titik penyinaran. Setelah pengukuran tersebut
sinar-x, yang merupakan bentuk radiasi
dapat ditentukan jarak aman dalam melakukan
pengion. Meskipun dosis rendah digunakan, dalam
penyinaran pesawat Fluoroscopy Angiografi di ruang
prosedur yang lama, paparan kumulatif dapat
Cathlab.
menghasilkan dosis yang diserap relatif tinggi kepada
pasien. Oleh karena itu, semua tindakan pencegahan
yang diperlukan harus digunakan, dan manfaatnya
harus lebih besar daripada risiko potensial dalam
situasi klinis tertentu.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa penting
untuk melakukan penelitian Analisis Nilai Paparan

24
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

mA
81 kV, 7.8
119.2 84.6 41.1
mA
93 kV; 10.2
142.3 111.2 77.3
mA
Tabel III.Hasil pengukuran Laju paparan radiasi pada
diameter Image Intensifier 35 cm.
Laju Paparan Radiasi (µSv/h)
Faktor
Jarak
Gambar 1. Alat ukur merk RaySave type (X2 R/F) Eksposi
100 cm 200 cm 300 cm
75 kV, 5.6
104.2 64.2 38.6
mA
81 kV, 7.8
122.1 85.5 57.8
mA
93 kV; 10.2
143.8 108.9 79.9
mA
Dari hasil pengujian pada tabel I penggunaan
diameter Image intensifier 15 cm untuk faktor eksposi
(75 kV, 5.6 mA) menunjukkan penurunan laju paparan
radiasi dari jarak 100 cm ke jarak 200 cm sebesar
25.22%, dari jarak 200 cm ke jarak 300 cm sebesar
Gambar 2.Pesawat sinar-x Fluoroscopy angiografi 55.94%. Pada faktor eksposi (81 kV, 7.8 mA)
pada ruang Cathlab menunjukkan penurunan laju paparan radiasi dari jarak
100 cm ke jarak 200 cm sebesar 22.56%, dari jarak
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
200 cm ke jarak 300 cm sebesar 43.87%. Pada faktor
Pesawat fluoroscopy yang digunakan adalah jenis eksposi (93 kV, 10.2 mA) menunjukkan penurunan
pesawat fluoroscopy angiografi dengan merk Siemens, laju paparan radiasi dari jarak 100 cm ke jarak 200 cm
Type/model S-075. sebesar 19.75%, dari jarak 200 cm ke jarak 300 cm
sebesar 31.57%.
Pengujian dilakukan dengan variasi jarak dari
titik fokus tabung 100 cm hingga 300 cm serta variasi Dari hasil pengujian pada tabel II penggunaan
faktor eksposi klinis 75 kV, 5.6 mA; 81 kV, 7.8 mA; diameter Image intensifier 25 cm untuk faktor eksposi
93 kV; 10.2 mA dengan waktu eksposi yang tetap (75 kV, 5.6 mA) menunjukkan penurunan laju paparan
yaitu 0.5s. radiasi dari jarak 100 cm ke jarak 200 cm sebesar
29.69%, dari jarak 200 cm ke jarak 300 cm sebesar
Adapun hasil pengujian ini meliputi tiga jenis 51.39%. Pada faktor eksposi (81 kV, 7.8 mA)
ukuran diameter image intensifier yaitu 15 cm; 25 cm; menunjukkan penurunan laju paparan radiasi dari jarak
dan 35 cm. 100 cm ke jarak 200 cm sebesar 29.03%, dari jarak
Tabel I. Hasil pengukuran Laju paparan radiasi pada 200 cm ke jarak 300 cm sebesar 51.42%. Pada faktor
diameter Image Intensifier 15 cm. eksposi (93 kV, 10.2 mA) menunjukkan penurunan
laju paparan radiasi dari jarak 100 cm ke jarak 200 cm
Laju Paparan Radiasi (µSv/h) sebesar 21.86%, dari jarak 200 cm ke jarak 300 cm
Faktor sebesar 30.49%.
Jarak
Eksposi
100 cm 200 cm 300 cm Dari hasil pengujian pada tabel III penggunaan
75 kV, 5.6 diameter Image intensifier 15 cm untuk faktor eksposi
103.5 77.4 34.1
mA (75 kV, 5.6 mA) menunjukkan penurunan laju paparan
81 kV, 7.8 radiasi dari jarak 100 cm ke jarak 200 cm sebesar
120.1 93.0 52.2
mA 38.39%, dari jarak 200 cm ke jarak 300 cm sebesar
93 kV, 10.2 39.88%. Pada faktor eksposi (81 kV, 7.8 mA)
143.3 115.0 78.7
mA menunjukkan penurunan laju paparan radiasi dari jarak
Tabel II. Hasil pengukuran Laju paparan radiasi pada 100 cm ke jarak 200 cm sebesar 29.98%, dari jarak
diameter Image Intensifier 25 cm. 200 cm ke jarak 300 cm sebesar 32.40%. Pada faktor
eksposi (93 kV, 10.2 mA) menunjukkan penurunan
Laju Paparan Radiasi (µSv/h) laju paparan radiasi dari jarak 100 cm ke jarak 200 cm
Faktor
Jarak sebesar 24.27%, dari jarak 200 cm ke jarak 300 cm
Eksposi
100 cm 200 cm 300 cm sebesar 26.63%.
75 kV, 5.6 102.4 72.0 35.0

25
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Dari gambar 3 terlihat bahwa laju paparan radiasi


terbesar terjadi pada diameter image intensifier 25 cm,
pada jarak 100 cm, dan penggunaan faktor eksposi (93
kV, 10.2 mA) yaitu sebesar 143.8 µSv/h. Sementara
untuk laju paparan radiasi terkecil terjadi pada
diameter image intensifier 15 cm, pada jarak 300 cm,
dan penggunaan faktor eksposi (75 kV, 5.6 mA) yaitu
sebesar 34.1 µSv/h.
Berdasarkan uraian diatas tampak hubungan
antara faktor eksposi klinis dan jarak dari titik fokus
tabung, semakin rendah faktor eksposi klinis yang
digunakan maka laju paparan radiasi semakin kecil,
semakin jauh jarak dari titik fokus tabung maka
semakin rendah pula laju paparan radiasinya. Hal ini
sejalan dengan hukum kuadrat jarak terbalik
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
pengukuran paparan radiasi menggunakan alat
Multimeter sinar-X detektor ion chamber dengan
variasi jarak 100 cm, 200 cm, dan 300 cm dari titik
fokus tabung maka dapat disimpulkan bahwa jarak
efektif bagi dokter dan pekerja radiasi pada ruang cath
lab adalah diatas 300cm dari titik fokus tabung.
Untuk efisiensi faktor eksposi klinis sebaiknya
Gambar 3. Grafik Laju paparan radiasi pada diameter
menggunakan tegangan tabung kurang dari (75kV, 5.6
image intensifier 15 cm, 25 cm, dan 35 cm
mA) tetapi harus pula mempertimbangkan resolusi
Berdasarkan gambar 3 pada diameter image dari kualitas citra yang sesuai.
intensifier 15 cm dengan jarak 100 cm menunjukkan
Pada penelitian ini pula kita memperoleh
bahwa faktor eksposi (75 kV, 5.6 mA) laju paparan
informasi bahwa penggunaan variasi diameter Image
radiasinya sebesar 103.5 µSv/h, faktor eksposi (81 kV,
intensifier tidak memberikan pengaruh yang signifikan
7.8 mA) laju paparan radiasinya sebesar 120.1 µSv/h,
terhadap laju paparan radiasi.
faktor eksposi (93 kV, 10.2 mA) laju paparan
radiasinya sebesar 143.3 µSv/h sehingga laju paparan 5. REFERENSI
radiasi tertinggi terlihat pada faktor eksposi (93 kV,
10.2 mA). 1. Eltigani Adelaal, MD., Guillaume Plourde, MS.,
Jimmy MacHaalany, MD., 2014. Effectiveness of
Pada diameter image intensifier 25 cm dengan
low rate fluoroscopy at reducing operator and
jarak 100 cm menunjukkan bahwa faktor eksposi (75
kV, 5.6 mA) laju paparan radiasinya sebesar 102.4 patient radiation dose during transradial coronary
µSv/h, faktor eksposi (81 kV, 7.8 mA) laju paparan angiography and intervensions, JACC :
radiasinya sebesar 119.2 µSv/h, faktor eksposi (93 kV, Cardiovascular interventions, pp 1-8, 2014.
10.2 mA) laju paparan radiasinya sebesar 142.3 µSv/h
sehingga laju paparan radiasi tertinggi terlihat pada 2. Andrew S. Phelps, MD., Robert G. Gould, ScD.,
faktor eksposi (93 kV, 10.2 mA). Jesse L. Courtier, MD., Peter A. Marovici, MD.,
Christina Salani, RT(R)(ARRT), John D.
Pada diameter image intensifier 35 cm dengan
MacKenzie, MD., 2016, How much does lead
jarak 100 cm menunjukkan bahwa faktor eksposi (75
kV, 5.6 mA) laju paparan radiasinya sebesar 104.2 shielding during fluoroscopy reduce radiation dose
µSv/h, faktor eksposi (81 kV, 7.8 mA) laju paparan to out-of-field body parts ?, Journal of medical
radiasinya sebesar 122.1 µSv/h, faktor eksposi (93 kV, imaging and radiations sciences, pp 1-7, 2016
10.2 mA) laju paparan radiasinya sebesar 143.8 µSv/h
sehingga laju paparan radiasi tertinggi terlihat juga 3. J. E. Ngaile, P. K. Msaki, R. R. Kasema, 2017,
pada faktor eksposi (93 kV, 10.2 mA). Monte carlo based estimation of organ and
effective doses to patients undergoing
Terlihat bahwa faktor eksposi klinis sangat
berpengaruh pada perubahan nilai laju paparan radiasi, hysterosalpingography and retrograde
sementara untuk penggunaan variasi diameter image urethrography fluoroscopy procedures, Radiation
intensifier tidak berpengaruh secara linier pada physics and chemistry, pp 1-12, 2017.
perubahan nilai laju paparan radiasi.

26
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

4. Moritz Wildgruber, Michael Kohler, Richard Brill, 5. Aminah Latief, Bualkar Abdullah, Dahlang Tahir,
Holger Goessmann, Wibke Uller, Rene Muller- 2016, Penentuan laju dosis pada pesawat sinar-x
Wille, Walter A. Wohlgemuth, Impact of low dose fluoroscopy (mobile c-arm) di rumah sakit
settings on radiation exposure during pediatric universitas hasanuddin, Fisika FMIPA Unhas.
fluoroscopic guided interventions, European
Journal of Radiology, pp 1-6, 2018.

27
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Identifikasi Penyakit Diabetes Mellitus pada Proses Ekspirasi dengan


Biosensor Berbasis Nano Partikel
Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok*, Reza Afifudin
Fisika, Universitas Airlangga
*Email : moh.wahyu.syafiul-2016@fst.unair.ac.id
Surabaya, Indonesia

Abstrak — Indonesia merupakan negara yang berada di urutan ke-4 dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah
India, China, dan Amerika Serikat. Data dari International Diabetes Federation (IDF), menyatakan bahwa penderita diabetes
di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta dan menempati urutan ketujuh tertinggi di dunia. Dan angka tersebut diperkirakan
terus meningkat sampai 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang. Penyakit diabetes mellitus disebut juga sebagai ibu penyakit.
Karena mengundang komplikasi penyakit. Seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit pada mata, penyakit pada kaki,
penyakit saraf, stroke, dan lain sebagainya. Dan data dari Kemenkes tahun 2016 menyatakan bahwa 2/3 penderita tidak sadar
bahwa dirinya mengidap penyakit diabetes mellitus. Hal ini menjadi sebuah problem, mengingat pencegahan dini sangat
dibutuhkan. Apalagi untuk mengetahui penyakit tersebut harus melakukan tes laboratorium. Berangkat dari masalah
tersebut, kami menawarkan sebuah alternatif solusi untuk mendeteksi penderita diabetes mellitus. Dalam lingkup bidang
fisika instrumentasi dan medis kami mengusung judul “Identifikasi Penyakit Diabetes Mellitus pada Proses Ekspirasi dengan
Biosensor Berbasis Nano Partikel”. Seperti diketahui, bahwa kandungan gas hasil ekspirasi dari orang sakit dan orang
normal adalah berbeda. Penderita diabetes memiliki kadar gas aseton yang lebih tinggi ketika ekspirasi. Namun, sulit untuk
dideteksi karena konsentrasinya lebih kecil dari pada gas penyusun lain seperti nitrogen hingga karbondioksida. Sehingga
untuk pendeteksian digunakan biosensor yang berbasis nano partikel. Yaitu dengan memanfaatkan semi konduktor ZnO.
Hasil pengujian ditampilkan pada user interface dalam hal ini PC. Parameter acuan ada atau tidaknya gas aseton adalah
melalui perubahan arus dan tegangan. Untuk meningkatkan sensitivitas, digunakan nano partikel dari logam mulia perak.
Karena harganya yang murah, sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Penulisan dalam karya tulis ini bersifat kajian
pustaka atau research studies. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif disertai dengan sumber ilmiah sehingga
menunjukkan suatu kajian ilmiah yang melandasi terbentuknya gagasan. Adapun hasil dari kajian dapat
dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut. Terutama dalam pemilihan bahan maupun peningkatan sensivitas biosensor.
Dengan demikian, sustainable development goals dalam bidang kesehatan dapat dicapai melalui riset di bidang fisika
instrumentasi dan medis.

Kata Kunci — Biosensor, Diabetes Mellitus, Ekspirasi, Nano partikel, Kadar Aseton

1. PENDAHULUAN Diabetes mellitus ini memiliki gejala utama


berupa konsentrasi gula dalam darah tinggi. Karena
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit
konsentrasi gula dalam darah tinggi maka organ
dengan kadar gula dalam tubuh penderita tinggi. Hal
tertentu pada penderita diabetes tidak dapat
ini karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin
memproduksi glukosa secara baik. Bersamaan
secara baik atau terdapat kelainan sekresi insulin
dengan hal tersebut lemak yang dibongkar dipercepat
sehingga terjadi ketidaknormalan metabolisme
untuk menghasilkan asam lemak yang lebih banyak,
karbohidrat, lemak, dan protein makanan. Jumlah
sehingga nantinya akan diubah menjadi badan keton
kasus diabetes mellitus setiap tahunnya semakin
(ketone body). Pada akhirnya, jika hanya sedikit
meningkat sekaligus dalam hal diagnosis dan
keton yang diproduksi maka dapat dimanfaatkan
terapinya. Penyakit diabetes mellitus merupakan
secara penuh oleh jaringan terutama otot, tetapi jika
peringkat ketiga penyebab kematian di negara
keton yang diproduksi cukup tinggi hingga
industri [2]. Sedangkan pada tahun 2013 khususnya
melampaui kapasitas kemampuannya maka akan
di Indonesia penyakit diabetes mellitus ini
dikeluarkan dalam bentuk gas aseton. Hal inilah yang
merupakan penyakit yang menempati urutan ketujuh
membuat bau napas penderita diabetes berbau seperti
dengan prevalensi diabetes termasuk tertinggi di
apel busuk karena mengeluarkan gas aseton [7].
dunia [2].
Selama ini, ada dua metode yang berkembang
Seiring perkembangan zaman, diabetes mellitus
dalam identifikasi penyakit diabetes mellitus. Ada
pun memiliki berbagai kerumitan dalam hal
yang memakai cara sederhana hingga analisis
karakteristik penyembuhan maupun identifikasi.
diagnosis laboratorium yang begitu kompleks. Secara
Sehingga para peneliti mulai berlomba – lomba
sederhana penderita Diabetes Millitus diambil sampel
menemukan metode, utamanya untuk mendeteksi
darahnya saat puasa minimal 10 jam dan 2 jam
diabetes mellitus semenjak dini. Yu (2005)
setelah makan. Kemudian berdasarkan indikator
menyatakan bahwa banyak penyakit yang dapat
sensor gula darah dan pembacaan instrumennya maka
dikenal berdasarkan karakteristik bau, hasil diagnosis
dapat diketahui kadar gula darah seseorang.
evaluasi laboratorium, dan hasil terapi tertentu. Salah
satunya adalah penyakit diabetes mellitus. Tentu hal tersebut membuat kebanyakan orang
mengurungkan niat untuk memeriksa kesehatan.

28
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Sehingga dibutuhkan sebuah alternatif solusi untuk Informasi yang dikumpulkan adalah informasi
mengatasi problem identifikasi penyakit diabetes yang berkaitan dengan gambaran identifikasi penyakit
mellitus secara mudah dan sederhana. Yakni melalui diabetes mellitus, upaya yang sudah pernah
biosensor berbasis nano partikel untuk identifikasi dikembangkan, permasalahan saat ini, dan alternatif
diabetes mellitus pada proses ekspirasi. metode yang dapat digunakan. Informasi ini diperoleh
dari berbagai sumber maupun literatur. Rujukan
Biosensor dibangun dari semi konduktor yang
utama berupa jurnal ilmiah, internet, maupun buku
mampu mengindera perubahan aspek biologis,
yang relevan dengan objek yang dikaji.
maupun kimia fisik. Kemudian dibantu dengan
teknologi nano partikel untuk meningkatkan Setelah melakukan penelitian dan melakukan
sensitivitas biosensor. Guna mendeteksi gas aseton pengumpulan data, kemudian dijelaskan sedemikian
pada proses ekspirasi. Hasil ekspirasi orang yang rupa untuk menyelesaikan permasalahan yang
menderita diabetes mellitus akan terbaca melalui dibahas, maka data yang telah dideskripsikan
perubahan tegangan dan arus. Yang akan dikonversi kemudian dianalisis dengan mengkomparasi informasi
menjadi data numerik. Metode ini akan terkait masalah yang pernah terjadi dan direlasikan
mempermudah dalam identifikasi penyakit diabetes dengan konsep serta teori sebelumnya yang akan
mellitus dan membantu untuk melakukan tindakan menghasilkan benang merah dari masalah yang
preventif sejak dini. dibahas dalam karya ilmiah ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka Kemudian semua data baik yang diperoleh dari
rumusan masalah karya tulis ini adalah bagaimana sumber dokumentasi maupun pengamatan akan
implementasi sebuah biosensor berbasis nano partikel dikorelasikan guna menghasilkan gagasan baru.
untuk identifikasi diabetes mellitus pada proses Gagasan baru yang dihasilkan akan dipaparkan secara
ekspirasi?. Adapun tujuan dari penulisan karya tulis jelas dan dideskripsikan secara rinci sesuai dengan
ini adalah Memberikan alternatif metode dalam kebutuhan dan masalah yang telah diuraikan pada
identifikasi penyakit diabetes mellitus yang lebih rumusan masalah sebelumnya. Gagasan baru yang
mudah dan efektif, Meningkatkan kinerja sensitivitas akan diuraikan dapat menjadi bahan referensi dalam
biosensor menggunakan nano partikel dengan nilai aplikasi nyata bagi seluruh pembaca.
ekonomis yang tinggi, dan Memberikan gambaran
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
implementasi biosensor berbasis nano partikel untuk
identifikasi diabetes mellitus pada proses ekspirasi. 3.1 Diabetes Mellitus
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini adalah Menurut American Diabetes Association, DM
membantu tenaga kesehatan untuk melakukan merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
diagnosis dini tentang diabetes mellitus tanpa dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
melakukan uji laboratorium yang kompleks, menjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
solusi untuk perwujudan biosensor yang memiliki DM juga disertai dengan gangguan metabolisme
nilai ekonomis tinggi namun mempunyai tingkat karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
sensitivitas yang besar, dan sebagai bentuk kekurangan hormon insulin secara relatif maupun
pengamalan Tri Dharma perguruan tinggi bagi absolut [1].
penulis, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu
kepada masyarakat. Luaran dari penulisan karya tulis
penyakit dengan jumlah penderita terbanyak di
ini adalah dengan dihasilkannya sebuah rancangan
seluruh dunia. Menurut data dari World Diabetes
prototype alat untuk identifikasi penyakit diabetes
mellitus pada proses ekspirasi. Dengan menggunakan Federation, terdapat 194 juta orang penderita DM di
biosensor yang berbasis nano partikel. seluruh dunia tahun 2009 dan terdapat 8,4 juta orang
menderita DM di Indonesia. Keterlambatan
2. METODOLOGI PENELITIAN memeriksakan kadar gula darah menjadi salah satu
penyebab tingginya angka penderita DM. Selama ini
Penulisan dalam karya tulis ini bersifat kajian
diagnosa DM memang didasarkan pada penghitungan
pustaka. Data yang diperoleh disajikan secara
kadar glukosa dalam darah, sementara ada satu
deskriptif disertai dengan sumber ilmiah sehingga
senyawa yang juga meningkat produksinya pada
menunjukkan suatu kajian ilmiah yang melandasi
penderita DM, yaitu aseton. Pada tubuh penderita DM,
terbentuknya gagasan. Adapun hasil dari kajian dapat
aseton terakumulasi pada urin, nafas dan air liur [2].
dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.
Terdapat beberapa jenis diabetes melitus, antara
Objek penulisan ini adalah metode identifikasi
lain yaitu :
penyakit diabetes mellitus, memanfaatkan perbedaan
hasil ekspirasi pada orang sehat dan orang sakit. 1. Diabetes tipe 1
Dengan melakukan telaah terhadap sensitivitas dari
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau
biosensor untuk mendeteksi gas aseton. Serta
anak, dan terjadi karena kerusakan sel β (beta).
memanfaatkan teknologi nano partikel.
Canadian Diabetes Association (CDA) 2013 juga

29
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga dengan menggunakan sensor gas lain yang lebih
karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak spesifik.
diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap
Selain itu, metode lain yang telah diteliti untuk
ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit
identifikasi penyakit diabetes mellitus adalah metode
dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap
spektroskopi fotoakustik laser. Sebuah metode dengan
tahun baik di negara maju maupun di negara
memanfaatkan sensitivitas laser spektroskopi untuk
berkembang [3].
mendeteksi gas pernapasan. Dengan memanfaatkan
2. Diabetes tipe 2 konsistensi pola serapan laser. Walaupun cenderung
praktis, namun metode ini hanya berada pada tahap
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia
kondisi tertentu. Atau karakteristik orang tertentu
dewasa. Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis
dengan kondisi napas masing – masing.
beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi
muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari 3.2 Biosensor
penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar
Elemen yang tidak kalah pentingnya adalah
merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko
Biosensor. Yang merupakan suatu perangkat sensor
seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas
yang menggabungkan senyawa biologi dengan suatu
fisik.
tranduser. Dalam proses kerjanya senyawa aktif
3. Diabetes Gestational biologi akan berinteraksi dengan molekul yang akan
dideteksi yang disebut molekul sasaran. Hasil interaksi
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah
yang berupa besaran fisik seperti panas, arus listrik,
diabetes yang didiagnosis selama kehamilan dengan
potensial listrik atau lainnya akan dimonitor oleh
ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah di
transduser. Besaran tersebut kemudian diproses
atas normal). Wanita dengan diabetes gestational
sebagai sinyal sehingga diperoleh hasil yang dapat
memiliki peningkatan risiko komplikasi selama
dimengerti.
kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan [3]. Pada dasarnya biosensor terdiri dari tiga unsur
yaitu unsur biologi (reseptor biologi), transduser, dan
Beberapa penelitian terdahulu telah memaparkan
sistem elektronik pemroses sinyal. Unsur biologi yang
berbagai macam alternatif metode untuk identifikasi
umumnya digunakan dalam mendesain suatu
diabetes mellitus. Dengan tujuan yang sama yakni
biosensor dapat berupa enzim, organel, jaringan,
mencari cara untuk identifikasi penyakit diabetes
antibodi, bakteri, jasad renik, dan DNA. Unsur biologi
mellitus secara dini tanpa melalui prosedur diagnosis
ini biasanya berada dalam bentuk terimmobilisasi
laboratorium. Salah satunya adalah dengan
pada suatu transduser. Immobilisasi sendiri dapat
memanfaatkan bau urine menggunakan sensor gas
dilakukan dengan berbagai cara baik dengan (1)
melalui metode pembelajaran backpropagation.
adsorpsi fisik, (2) dengan menggunakan membran atau
Dalam metode ini dilakukan proses training data perangkap matriks atau (3) dengan membuat ikatan
dan identifikasi menggunakan backpropagation yang kovalen antara biomolekul dengan transduser.
terdapat pasang data dan pola untuk mewakili
Untuk transduser, yang banyak digunakan dalam
karakterisasi bau urnie diabetes dan non diabetes.
suatu biosensor adalah transduser elektrokimia,
Backpropagation adalah salah satu jenis jaringan
optoelektronik, kristal piezoelektronik, field effect
syaraf tiruan yang melatih jaringan untuk
transistor dan temistor. Proses yang terjadi dalam
mendapatkan keseimbangan antara kemampuan
transduser dapat berupa calorimetric biosensor,
jaringan untuk mengenali pola yang digunakan selama
potentiometric biosensor, amperometric biosensor,
pelatihan, serta kemampuan jaringan untuk
optical biosensor maupun piezo-electric biosensor.
memberikan respon yang benar terhadap pola
Sinyal yang keluar dari transduser ini kemudian di
masukan yang serupa ( tapi tidak sama) dengan pola
proses dalam suatu sistem elektronik misalnya
yang dipakai selama pelatihan.
recorder atau komputer.
Sensor gas TGS 2620, TGS2610, TGS2602,
.Pada umumnya, perangkat biosensor juga
TGS813, TGS822 memiliki sensitivitas yang tinggi
ditambah dengan amplifier yang berfungsi untuk
terhadap unsur gas yang ada pada bau urine non-
memperbesar sinyal elektrik yang diterima sehingga
diabetes ataupun pada urine diabetes. Nilai tegangan
dapat dilanjutkan ke bagian pemroses data dengan
sensor yang diberi bau urine diabetes mengalami
mudah. Bioreseptor yang digunakan pada umumnya
penurunan di bandingkan tegangan pada saat
berupa asam nukleat, baik DNA, RNA atau PNA,
pemberian urine non-diabetes. Tingkat identifikasi
enzim, antibodi, sel atau mikroorganisme, sedangkan
urine diabetes sebesar 40%. Walaupun demikian,
jenis transduser yang digunakan antara lain transduser
metode ini masih membutuhkan penelitian lebih
elektrokimia, optik, pizoelektrik dan termal [4].
lanjut. Seperti perlu ditambahkan teknik pengolahan
sinyal untuk merubah data domain waktu ke pada
domain frekuensi. Dan menambahkan variasi sensor

30
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

banyak dikenal contohnya adalah silikon (Si),


germanium (Ge) dan Galium Arsenida (GaAs).
Germanium dahulu adalah bahan satu-satunya yang
dikenal untuk membuat komponen semikonduktor.
Namun belakangan, Silikon menjadi popular setelah
ditemukan cara mengekstrak bahan ini dari alam.
Silikon merupakan bahan terbanyak ke-dua yang ada
dibumi setelah oksigen (O2). Pasir, kaca dan batu-
batuan lain adalah bahan alam yang banyak
Gambar 1. Skema kerja biosensor mengandung unsur silikon.
3.3 Nano Partikel Semikonduktor dapat diartikan sebagai
Untuk menyusun sebuah nano partikel, komponen atau alat yang berbahan semikonduktor.
diperlukan pengetahuan mengenai nanomaterial itu Contoh semikonduktor misalnya Cu2O, Se, Si, Ge,
sendiri. Nanomaterial merupakan suatu pondasi HgI2dan PbS. Semikonduktor yang paling terkenal
nanosains dan nanoteknologi yang memiliki potensi adalah semikonduktor Silikon (Si) danGermanium
untuk merevolusi cara di mana bahan dan produk (Ge). Dalam keadaan murni semikonduktor bersifat
yang berdampak komersial yang signifikan dimasa isolator, terutama pada suhu yang rendah. Tetapi
mendatang dalam dunia teknologi seperti konduktivitasnya bertambah bila ditambah sedikit
elektronik, kedokteran dan bidang lainya [5]. bahan lain dengan cara yang disebut “doping”.
Pengembangan metoda sintesis nanopartikel Semikonduktor banyak dipakai untuk membuat dioda
merupakan salah satu bidang yang menarik minat dan transistor [7].
peneliti dalam pembuatan nanopartikel dengan ukuran 3.5 Titanium Dioksida(TiO2)
yang kurang dari 100 nm yang memiliki sifat kimia
dan fisika yang lebih baik dibandingkan dengan TiO2 adalah nanomaterial yang bersifat
material sejenis yang memiliki ukuran lebih besar. semikonduktor yang dapat menghantarkan listrik, sifat
logam yang kuat, ringan dan memiliki kerapatan yang
Material yang dapat menghasilkan struktur rendah [8]. TiO2 merupakan senyawa yang tersusun
nano adalah partikel-partikel penyusun yang harus atas ion Ti4+ dan O2- dalam octahedron.
diatur sedemikian rupa sehingga partikel-partikel Keelektronegatifan atom Ti dan atom O dalam skala
tersebut bergabung menjadi material yang Pauling adalah 1,54 dan 3,44. Perbedaan
berukuran besar dan sifat materialnya dapat keelektronegatifan antara kedua atom tersebut adalah
dipertahankan. Sifat material berstruktur nano 1,90. Dengan demikian senyawa TiO2 adalah senyawa
sangat bergantung pada ukuran maupun distribusi ionik yang dibentuk dari ion-ion Ti4+ dan ion O2-.
ukuran, komponen kimiawi unsur-unsur penyusun Perananan TiO2 dalam bidang industry adalah sebagai
material tersebut, keadaan dipermukaan dan pigmen, adsorben, pendukung katalitik, dan
interaksi antar atom penyusun material semikonduktor [9].
nanostruktur. Keterkaitan sifat parameter-parameter
memungkinkan sifat material memiliki sifat stabilitas Material TiO2 dewasa ini banyak dipelajari
termal yang sangat tinggi [6]. dalam bidang material sains karena bahan ini dikenal
sebagai salah satu material semikonduktor yang baik.
3.4 Semikonduktor TiO2 telah menarik perhatian meningkat karena
Salah satu bahan yang kami pakai untuk aplikasi yang luas di berbagai bidang seperti dapat
meningkatkan kinerja sensor adalah semikonduktor menurunkan berbagai polusi lingkungan bersifat
TiO2. Semikonduktor merupakan bahan dengan organik dan anorganik, sel surya [10], fotokatalis [11],
konduktivitas listrik yang berada diantara isolator dan sensor biologis dan kimia, serta produk kesehatan
konduktor. Disebut semi atau setengah konduktor, hingga pigmentasi cat [12]. TiO2 sering digunakan
karena bahan ini memang bukan konduktor murni. karena memiliki daya oksidatif dan stabilitas yang
Semikonduktor, umumnya diklasifikasikan tinggi terhadap fotokorosi, murah, mudah didapat dan
berdasarkan harga resistivitas listriknya pada suhu tidak menimbulkan bahaya keracunan [13].
kamar, yakni dalam rentang 10-2-109 Ωcm. Sebuah Aplikasi ini tidak hanya bergantung pada sifat-
semikonduktor akan bersifat sebagai isolator pada sifat bahan TiO2 itu sendiri tetapi juga dengan
temperatur yang sangat rendah, namun pada modifikasi bahan TiO2 dan interaksinya dengan
temperatur ruang akan bersifat sebagai konduktor. lingkungan. Meskipun unsur yang tidak reaktif, TiO2
Semikonduktor sangat berguna dalam bidang dapat bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti
elektronik, karena konduktivitasnya dapat diubah- hidrogen, halogen, oksigen, karbon boron, silikon dan
ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut sulfur pada suhu tertentu. Senyawa TiO2 dikenal tidak
doping). Semikonduktor merupakan elemen dasar dari toksik, memiliki stabilitas termal cukup tinggi dan
komponen elektronika seperti dioda, transistor dan IC kemampuanya dapat dipergunakan berulang kali tanpa
(integrated circuit). Bahan semikonduktor yang kehilangan aktivitas katalitiknya.

31
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Salah satu contoh keunggulan TiO2 dalam Pemrosesan nano partikel pada Ag dilakukan
fotokatalis adalah eksitasi elektron dari pita valensi ke secara fisis. Yakni dengan menggunakan metode
pita konduksi yang tidak menyebabkan struktur ultrasonic. Yaitu larutan yang berisi Ag diberi paparan
fotoeksitasi tidak stabil dan mudah rusak. Hal ini gelombang ultrasonic intensitas tinggi. Secara sekilas
tersebut tidak terjadi pada semikonduktor lain. tidak ada yang terjadi. Namun, pada skala molekul
Kemampuan aktivitas fotokatalitik sebuah atom – atomnya bergetar dan bergerak secara kontinu.
semikonduktor bergantung pada posisi energi band Hal ini berefek pada penyebaran bahan dalam cairan
gap semikonduktor tersebut dan potensial reduksi dan dalam rangka untuk memecahkan partikel
oksidasi (redoks) dari spesi akseptor yang berada di agglomerates. Dengan mengarah ke partikel yang
bawah pita konduksi dari semikonduktor yang lebih kecil dan meningkatkan keseragaman ukuran.
digunakan (lebih positif). Kavitasi ultrasonik meningkatkan transfer material
pada permukaan partikel. Efek ini dapat juga
Di sisi lain, potensial redoks dari spesi donor
digunakan untuk meningkatkan permukaan
harus berada di atas pita valensi agar terjadi donasi
fungsinaliosasi dari bahan yang memiliki area
elektron ke lubang kosong yang ditinggalkannya
permukaan tinggi tertentu. Semakin kecil ukuran
(lebih negatif). Celah energi semikonduktor TiO2
partikel, maka semakin peka pula molekul – molekul
adalah 3,28 eV. Elektron akan tereksitasi dari pita
penyusunnya untuk lebih peka terhadap perubahan
valensi menuju pita konduksi jika material ini
yang dimanfaatkan dalam konteks biosensor.
diradiasi dengan foton yang memiliki energi > 3,2 eV
atau dengan kata lain dengan panjang gelombang
<388 nm. Pada saat tereksitasi terbentuk muatan
elektron dan holes [14].
3.6 Hasil Studi Literatur
Konsep yang ditawarkan pada karya tulis ini
adalah untuk identifikasi diabetes mellitus
menggunakan biosensor berbasis nano partikel pada
proses ekspirasi. Seperti telah diketahui bahwa Gambar 3. Doping Ag pada Semikonduktor
hembusan napas orang yang sehat maupun sakit Apabila diperbesar lagi, maka desain dari
adalah berbeda. Terutama dalam hal kandungan penyusun semikonduktor dapat dilihat pada gambar 4.
molekul yang ada di dalamnya. Penderita diabetes Ketika biosensor terpapar gas hasil ekspirasi,
mellitus, memiliki kadar gas aseton (CH3COCH3) semikonduktor akan memecah molekul aseton
yang lebih tinggi pada proses ekspirasi dari pada menjadi hole dan elektron. Dengan Ag sebagai
orang biasa. Namun, permasalahannya adalah ketika parameter untuk meningkatkan sensitivitas sensor
diukur menggunakan sensor gas biasa maka sulit untuk mendeteksi lebih dini gas aseton. Hole
untuk terdeteksi. kemudian akan melewati HTL (Hole Transport
Mengingat kandungan gas lain seperti nitrogen Layer), sementara elektron akan melewati lapisan ETL
dan karbondioksida memiliki volume yang lebih (Electron Transport Layer) yang bermuara pada
besar. Sehingga dibutuhkan variasi skala nano partikel elektroda. Peristiwa tersebut memicu terjadinya
pada sensor untuk memperoleh sensitivitas yang lebih perubahan tegangan yang menjadi salah satu indikator
tinggi. Pada karya tulis ini, biosensor tersusun atas adanya kandungan senyawa aseton pada gas.
semikonduktor dari TiO2 dengan doping Ag (perak)
dari unsur mulia untuk meningkatkan sensitivitas dari ELEKTRODA
biosensor. Penggunaan doping Ag memiliki tujuan
untuk meningkatkan nilai ekonomis bahan. Mengingat Electron Transport Layer
logam perak adalah satu – satunya unsur yang paling
murah dibandingkan emas untuk keperluan sensor.
(ETL)
Ag Ag Ag Ag Ag Ag Ag Ag Ag

Semi Conductor (TiO2)


Hole Transport Layer
(HTL)
SUBSTRAT
Gambar 4. Lapisan penyusun Semikonduktor

Gambar 2. Desain Biosensor

32
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

data analog keluaran biosensor yang dikuatkan


menjadi data digital 8 bit. Perangkat RTC (Real Time
Clock) juga dihubungkan pada mikrokontroller untuk
hasil kalibrasi dan telaah lebih lanjut terhadap waktu
reaksi. Push Button berfungsi untuk mengatur kinerja
dari konversi data pada Arduino Uno. Hal ini
Gambar 5. Penyusunan lapisan pada sensor digunakan untuk mengatur fungsi pernapasan ketika
Penulis kemudian merancang layer – layer puasa maupun ketika hari – hari biasa. Hasil kemudian
penyusun tersebut ke dalam desain pada gambar 5. ditampilkan pada layar komputer dengan dibangun
Hal tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan daerah atas algoritma tertentu pada software PC LabView.
serapan agar proses deteksi berjalan sempurna. Dengan menggunakan RS 232 sebagai modul antar
Dengan dibuat desain menyerupai kisi difraksi yang muka dengan komputer direalisasikan melalui port
memiliki bentuk penampang tidak menutup secara serial DB9 female sebagai antar muka dalam bentuk
keseluruhan. angka – angka.
Berikut adalah diagram sistem dari biosensor
yang penulis usulkan.

Gambar 6. Grafik sensitivitas pada gas aseton


menggunakan sensor TiO2 Gambar 7. Diagram sistem implementasi biosensor
Gambar 5 menunjukkan pemakaian sensor TiO2 4. KESIMPULAN DAN SARAN
sistem larik untuk mendeteksi gas aseton. Sensor TiO2 4.1 Kesimpulan
sangat sensitif terhadap keberadaan gas aseton. Hal ini
diperlihatkan saat penelitian, perubahan resistansi Implementasi biosensor berbasis nano partikel
yang menurun drastis ketika berinteraksi dengan gas untuk identifikasi diabetes mellitus pada proses
aseton. Pada konsentrasi 1.0076 – 5.8332 ppm (0.2 – 1 ekspirasi adalah sebuah upaya untuk menyelesaikan
ml), sensor sistem 2 larik sedikit lebih sensitif permasalahan. Dimana penderita penyakit diabetes
daripada sistem 1 larik. Namun pada konsentrasi di mellitus di dunia maupun di Indonesia begitu
atasnya hampir sama dengan sensitivitas sistem 1 mengkhawatirkan. Apalagi prevelansi diabetes
larik. Ini berarti bahwa untuk gas aseton, sensor sistem mellitus begitu tinggi, menempati 5 besar penyakit
1 dan 2 larik memperlihatkan perubahan sensitivitas yang berkontribusi kepada kematian manusia. Hal
yang tidak begitu berarti. tersebut kian diperburuk dengan tindakan preventif
pada dunia kesehatan.
Tampak pula pada Gambar 1 bahwa sensor TiO2
sistem 3 larik lebih sensitif daripada sistem 1 dan 2 Yakni identifikasi dini diabetes mellitus masih
larik, karena nilai resistansinya lebih kecil. Setiap dalam taraf diagnosis laboratorium yang begitu rumit.
penambahan konsentrasi gas aseton akan Tentu hal tersebut membuat banyak orang ragu untuk
meningkatkan sensitivitas. Meskipun demikian, sekadar melakukan tes diabetes. Sehingga alternatif
penambahan konsentrasi gas aseton secara terus yang ditawarkan pada penulisan karya tulis ini adalah
menerus tidak selalu menyebabkan peningkatan menggunakan biosensor untuk mendeteksi melalui
sensitivitas, namun mendekati linear pada konsentrasi kandungan gas hasil ekspirasi. Pemanfaatan nano
besar. Kondisi ini dikarenakan sensor telah mengalami partikel untuk meningkatkan daya sensitivitas
kejenuhan dalam mendeteksi penambahan konsentrasi biosensor. Menggunakan semikonduktor TiO2 dengan
gas. doping Ag (perak) dari unsur mulia. Mengingat Ag
adalah unsur mulia yang memiliki nilai ekonomis
Ketika biosensor mendeteksi gas hasil ekspirasi tinggi dibandingkan dengan emas dan berlian. Dengan
seseorang, maka biosensor akan mengkonversi demikian, gagasan alat ini dapat terealisasikan.
perubahan konduktivitas untuk suatu sinyal keluaran
atau output yang sesuai dengan konsentrasi gas aseton. 4.2 Saran
Hasilnya dikonversi oleh Mikrokontroller berbasis Untuk pengembangan lebih lanjut, diperlukan
Arduino dengan fungsi ADC (Analog Digital kerja sama dari banyak pihak. Mulai dari pemerintah,
Converter). ADC berfungsi untuk mengkonversikan tenaga medis, para peneliti dengan konsentrasi

33
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

material bahan, sampai masyarakat. Untuk dilakukan structured Semiconductor Gas Sensors,The
pengembangan terhadap biosensor yang berbasis piezo Minerals, Metals and Materials Society, 2012
elektrik dengan sensitivitas yang lebih baik
dibandingkan semikonduktor. Serta eksplorasi 6. Moseley, T.P., Material Selection for Semi-
terhadap bahan sensor yang lebih efektif dan conductor Gas Sensor, Material and Manu-
terjangkau untuk meningkatkan nilai ekonomis bahan. facturing Tecnology Division, Harwell Labora-
Hal tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan tory, Sensor and Actuator 149-156, 1992
daya jangkau penggunaan biosensor di masa depan,
agar kebermanfaatan dapat dirasakan oleh beragam 7. Kalapos, M.P. 2003, On the Mammalian Acetone
lapisan masyarakat. Metabolism: From Chemistry to Clinical
5. REFERENSI Implication. Biochimica et Biophysica Acta, 1621:
122-139.
1. Iftimie, N., Rezlescu, E., Popa, P. D., &
Rezlescu, N. 2006. The magnetic oxide 8. V. Perumal and U. Hashim, Advances In
semiconducting ceramics as gas sensor. Journal of Biosensors: Principle, Architecture And
Optoelectronics and advanced materials, Vol. 8, Applications, J. of App. Biomed. 2014 (12), 1–15.
No. 3: 1001–1003 9. Sifniades, Stylianos dan Alan B. Levy, 2005,
2. Tjokoprawiro A, Hendromartono, Sutjahjo A, “Acetone” in Ullman’s Encyclopedia of Industrial
Pranoto A, Murtiwi S, Adi S, Wibisono S. Chemistry, Willey-VCHm Weinheim.
Diabetes Mellitus. Dalam : Tjokroprawiro A, 10. Righettoni, M., Tricoli, A., & Pratsinis, S. E. 2010.
Setiawan Boedi S, Pranoto A, Nasronudin, Santoso Si:WO3 Sensors for highly selective detection of
D, Soegiarto G, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit acetone for easy diagnosis of diabetes by breath
Dalam. Surabaya : Airlangga University Press, analyses, Analitical Chemistry 82: 3581-3587
2007; 29.
11. Patil, L. A. 2009. Fe2O3 – TiO2 Based Gas
3. World Health Organization, 2006, Definition and Sensors. Sensors & Transducers Journal, Vol. 104:
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate 68-75.
Hyperglycemia Report of a WHO/IDF
Consultation, Word Health Organization, Geneva 12. Parno, Drs. 2012. Pendahuluan Fisika Zat Padat.
Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
4. American Diabetes Association. Standards of
medical care in diabetes. Diabetes Care. 2011; 13. Bishop, Owen, 2004. Dasar-dasar Elektronika.
34:511-61. Terjemahan Electronics a first course. Jakarta :
PT. Gelora Aksara Pratama.
5. Cosandey, F., Skandon, G., Singhal, A,
Material and Processing Issues in Nano- 14. Kittel, C.1976.Introduction to Solid State
Physics.USA.John wiley & Sons.

34
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Penerapan Sensor Optocoupler sebagai Optimalisasi Pengukuran Debit dan


Volume Pemakaian Air Berbasis Auto
Kusumawati Dwi Lestari1*, Mochammad Rizal Fadhillah2
1Jurusan Fisika, Instumentasi, Universitas Negeri Surabaya
2Teknisi Elektrikal, New Gantry System TBBM Pertamina Surabaya Group
*Email : kusumatari66@gmail.com

Jalan Ketintang – Gayungan, Surabaya, 60231, Indonesia

Abstrak — Pemakaian air dalam kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan utama yang dilakukan setiap orang. Tiap rumah
umumnya terdapat alat meter air untuk mengetahui pemakaian air. Meter air memberikan pembacaan volume air yang terpakai
dengan angka yang dibulatkan, sehingga biaya yang ditentukan dengan volume air yang terpakai kurang akurat. Berdasarkan
aspek tersebut, penelitian ini membuat penerapan sensor optocoupler sebagai optimalisasi pengukuran debit dan volume
pemakaian air berbasis auto. Penelitian ini berbasis laboratorium di bengkel meter air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Surabaya dan mempelajari analisisis-teoritis persamaan kontinuitas terhadap mekanis baling-baling untuk mendapatkan
hasil akhir volume air. Tingkat akurasi kombinasi sensor optocoupler dengan laser akan di uji untuk penentuan volume air
dengan variasi 1 bar; 0,6 bar; dan 0,4 bar. Diperoleh hasil akhir penelitian ini, pada tekanan tinggi sebesar 1 bar didapatkan
volume air (16,08 + 0,31) liter, debit (0,321 + 0,006) liter/sekon, dan tingkat auto MPE (Maximum Premissible Error) 1,9%.
Pada tekanan kalibrasi 0,6 bar didapatkan volume air (11,79 + 0,25) liter, debit (0,235 + 0,007) liter/sekon, dan tingkat auto
MPE (Maximum Premissible Error) 2,15%. Pada tekanan rendah 0,4 bar volume air (9,79 + 0,56) liter, debit (0,196 + 0,011)
liter/sekon, dan tingkat auto MPE (Maximum Premissible Error) 5,74%. Hasil penerapan sensor optocoupler dapat mengukur
secara optimal volume pemakaian air dengan nilai decimal dan pengukuran volume meter air telah sesuai dengan batas (SNI)
meter air, kelayakan alat yang meliputi repeatability dan reliability, sehingga diharapkan dapat diaplikasikan ke masyarakat.

Kata Kunci — Debit, Optocoupler, Volume Air, Sensor Fotodioda

1. PENDAHULUAN sehingga diberikan baling-baling yang terhubung pada


baling-baling dalam meter air untuk menghalangi
Pemakaian air dalam kehidupan sehari-hari
cahaya dengan putaran dari aliran fluida. Penelitian
merupakan kegiatan utama yang dilakukan setiap
sebelumnya oleh Sambudi (2013) melakukan
orang. Setiap rumah umumnya terdapat alat untuk
penelitian merancang alat pemantau debit
mengetahui volume pemakaian air. Pembacaan volume
menggunakan sensor aliran dengan memanfaatkan
air yang terpakai pada umumnya dengan angka yang
fenomena efek Hall yang didasarkan pada efek medan
dibulatkan, sehingga biaya yang ditentukan dengan
magnetic terhadap partikel bermuatan. Ayubi (2014)
pemakaian volume air kurang akurat, Perusahaan yang
menggunakan water flow sensor yang didalamnya
menangani untuk volume air dari aliran fluida yaitu
terdapat baling-baling untuk pengukuran debit air
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan
dengan kesalahan relatif kecil berkisar 1,75%. Shofwa
melakukan inspeksi atau pengecekan meter air.
dkk (2013) melaporkan pemanfaatan optocoupler
Teknologi yang digunakan PDAM masih
menggunakan fotodioda dengan sumber cahaya
menggunakan cara manual dalam mendeteksi aliran
Lighting Emiting Diode (LED) masih kurang akurat
fluida melalui meter air. Menurut PP no 16 tahun 2005
dikarenakan cahaya yang dipancarkan lemah.
tentang Pengembangan Penyediaan Air Minum, meter
air wajib dikalibrasi secara berkala oleh pihak yang Sehubungan dengan konteks tersebut, maka
berwenang [14]. Petugas pengamat dari Perusahaan dalam penelitian ini akan dirancang instrumen berbasis
Daerah Air Minum (PDAM) melakukan pencatatan auto menggunakan sensor optocoupler yang
penggunaan volume air pada masing-masing rumah dikombinasi laser dengan fotodioda. Sensor tesebut
tiap bulan dengan menyesuaikan biaya per meter kubik. mendeteksi putaran baling-baling yang terhubung
Namun, kebanyakan petugas pengamat memperkirakan dengan baling-baling dalam meter air. Selain itu,
pemakaian air dengan rata-rata penggunaan volume air penelitian ini, mendeskripsikan kajian analisis dan
tiap bulannya, khusus pada meter air yang tertimbun teoritis fisika berkaitan dengan hasil pengukuran debit
tanah. dan volume pemakaian air, menguji pengukuran
volume air menggunakan instrumen ukur optocoupler
Berdasarkan pengukuran volume air yang kurang
berbasis auto, dan menguji performansi atau kinerja
akurat dan sulitnya pembacaan pemakaian volume air.
antara alat ukur volume air menggunakan optocoupler
Maka penelitian ini, mengacu optimalisasi pengukuran
dengan meter air manual. Dalam optimalisasi
debit dan volume pemakaian air berbasis auto dengan
pengukuran debit dan volume pemakaian air terdapat
menggunakan putaran baling-baling yang terdeteksi
teori aliran fluida yang dikelompokkan dalam dua
oleh sensor optocoupler dan dapat dilakukan
aliran yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Air yang
pengamatan melalui Liquid Crystall Display (LCD)
mengalir pada pipa melalui kran memiliki kecepatan
yang tidak dipengaruhi timbunan tanah. Optocoupler
yang konstan pada saat awal dibuka (bukaan kecil),
bekerja berdasarkan resistansi cahaya yang diterima,
sehingga air yang mengalir disebut aliran laminar.

35
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Apabila kecepatan pada kran air ditingkatkan, maka perhitungan debit. Adapun debit aliran dari pengisian
terjadi derajat pencampuran membesar dan aliran tidak suatu wadah dapat ditentukan dengan persamaan
membentuk garis lurus melainkan tampak membentuk sebagai berikut :
gelombang. Adapun kecepatan kran air ditambah
𝑄1 = 𝑄 2 (6)
kecepatan aliran maka derajat pencampuran yang lebih
besar sehingga pola gelombang tidak tampak dan pola
aliran menjadi komplek (lintasan gerak partikel 𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2 (7)
individual adalah komplek dan tidak teratur antar satu 𝑉𝑜𝑙
𝑄= (8)
dengan yang lain) yang disebut aliran turbulen [12]. 𝑡

Vol adalah volume (m3), t adalah waktu (detik), dan Q


adalah debit aliran (m3/det).
Melalui acuan teori mekanika akan digunakan
sebagai jumlah putaran dari plat baling-baling yang
dikenakan aliran fluida, sehingga ditentukan volume air
menggunakan kecepatan aliran dari debit fluida atau
persamaan kontinuitas. Penelitian ini diharapkan
sebagai optimalisasi menentukan volume air yang
disesuaikan dengan persamaan kontinuitas, mengetahui
Gambar 1. Transisi aliran (a) Aliran laminar, (b) tingkat akurasi perbedaan volume air dan debit yang
Transisi, dan (c) Aliran turbulen [12] terdapat pada meter air menggunakan sensor
optocoupler dengan meter air manual, dan dapat
Penelitian sensor optocoupler ini
diproduksi massal oleh masyarakat.
membandingkan hasil meter air manual dengan
mengetahui kajian analisis teoritis dari persamaan 2. METODOLOGI PENELITIAN
kontinuitas dan mekanika fluida untuk didapatkan
Penelitian ini berjenis penelitian penerapan,
hasil akhir volume air dengan mengetahui terlebih
karena menerapkan teori mekanika gerak melingkar
dahulu jumlah putaran yang dideteksi menggunakan
pada plat baling-baling dan terjadi putaran
sensor optocoupler, luas penampang (A) dan
dikarenakan tersentuh aliran fluida. Selain itu juga
kecepatan aliran fluida (𝑣) maka terdapat volume
terdapat teori kontinuitas pada aliran fluida yang
aliran per satuan waktu yang disebut debit aliran.
melewati luas penampang pipa. Pengukuran penelitian
Deteksi jumlah putaran untuk didapatkan nilai
ini menggunakan tekanan aliran pada kranvalve
frekuensi dengan waktu tempuh acuan kalibrasi.
sambungan pipa Perusahaan Daerah Air Minum
Sehingga periode (T) dan frekuensi (𝑓) memiliki
(PDAM) dengan tekanan pada debit nominal, debit
hubungan sebagai berikut:
maximum, dan tekanan pada debit minimum batas
t
T = atau 𝑓 = n/t (1) kemampuan meter air dengan putaran baling-baling
n
yang dimonitor sensor cahaya. Bagian ini membahas
Mekanik alat berbasis auto ini dengan aliran air rancangan penelitian berisi mekanisme penelitian.
yang melewati baling-baling dalam meter air akan Mekanisme penelitian meliputi instrumen sensor ukur
terhubung baling-baling tampak atas, dengan r baling- dari laser dan fotodioda yang dilakukan sebagai
baling tampak atas yaitu 5,5 centimeter atau 0,055 pemancar sinar dan penerima (receiver) sinar untuk
meter. Kecepatan linier ditulis sebagai berikut : menentukan putaran baling-baling tampak atas meter
air dari aliran fluida.
𝑣=𝜔𝑟 (2)
Penelitian ini menggunakan pengukuran volume
𝑣 =2𝜋𝑓𝑟 (3)
air yang dilakukan dengan aliran fluida (air)
Adapun debit aliran yang melalui luas penampang pengambilan data skala laboratorium Bengkel Meter
yaitu : Air dan kalibrasi pengkuran pemakaian volume air di
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya
𝑄 =𝐴𝑣 (4) Sembada Kota Surabaya dengan dilakukan
A adalah luas penampang (m2), v adalah kecepatan pembanding meter air manual. Adapun pipa yang
aliran (m/det), dan Q adalah debit aliran (m3/det). digunakan sebagai wadah aliran fluida menggunakan
Luas penampang yang digunakan dalam aliran air satu ukuran dengan dilakukan sambungan pipa dari
penelitian yaitu luas penampang dari meter air tempat pusat air (kran), sambungan meter air, sampai ke
baling-baling dalam yaitu berdiameter 3 centimeter. pengisian wadah volume air. Tekanan aliran fluida
Didapatkan luas penampang 0,0007065 m2 dengan dengan empat tekanan berbeda yaitu tekanan dengan
teori yang digunakan : acuan kalibrasi yaitu 0,6 bar atau kg/cm2, tekanan tingi
kemampuan baling-baling tampak atas meter air
𝐴 = 𝜋𝑟 2 (5) sensor cahaya dapat berputar, dan tekanan minimum.
Luas penampang tersebut akan dijadikan acuan untuk

36
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Komponen terpenting penelitian ini yaitu klep


baling-baling, klep ash magnet berputar yang
menghubungkan baling-baling tampak atas dan baling-
baling dalam meter air, serta kombinasi sensor
optocoupler dengan laser yang disebut sebagai sensor
optocoupler. Sensor tersebut digunakan untuk monitor
putaran dari aliran fluida, sehingga didapatkan
frekuensi yang dilakukan perhitungan untuk hasil
akhir yaitu volume air. Perlakuan sensor dilakukan
secara cermat dengan terlebih dahulu melakukan
kalibrasi sensor berfungsi dengan baik saat terhalang Gambar 3. Bentuk fisik sensor optocoupler dan baling-
dan tidak terhalang oleh putaran baling-baling tampak baling (Dokumen Pribadi)
atas meter air. Menghitung diameter acuan yang yang
dilalui aliran fluida dan diameter baling-baling tampak Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
atas yang menghalang sinar laser ke sensor fotofioda. data putaran tiap waktu yang dilakukan kalibrasi
Tekanan aliran air yang diberikan ke meter sensor cahaya dari laser yang diterima sensor optocoupler
optocoupler dengan menggunakan acuan batas waktu yang dapat berfungsi dengan baik. Sensor optocoupler
kalibrasi yaitu 50 detik, baik untuk tekanan acuan digunakan mendeteksi putaran plat baling-baling yang
kalibrasi dan tekanan aliran yang berbeda. berputar dikarenakan aliran fluida air. Kalibrasi
dilakukan untuk mengetahui meter air penerapan
Hasil hitungan counter putaran dari baling-baling sensor optocoupler terdapat kebocoran atau tidak.
akan ditampilkan ke interface dalam Liquid Crystall Setelah itu, baling-baling tampak atas telah dilakukan
Display (LCD) melalui mikrokontroller untuk kalibrasi untuk mendapatkan tekanan yang tinggi
mendapatkan frekuensi. Adapun alur diagram blok dalam berputar dengan menggunakan jenis kertas
dari alat ukur sensor untuk monitor putaran sampai karton. Setelah melakukan kalibrasi putaran pada
mendapatkan banyak putaran dan menunjukkan ke baling-baling melakukan perhitungan pada
Liquid Crystall Diplay (LCD) sebagai berikut : mikrokontroller dari hasil putaran didapat hasil
frekuensi yang dikonversi ke hasil akhir volume
pemakaian air dengan teori kontinuitas dan mekanika
gerak. Hasil jumlah putaran dikonversi menjadi
frekuensi, sehingga dapat dilakukan perhitungan untuk
hasil akhir volume air (liter) berupa pembacaan meter
air dalam bentuk desimal.
Gambar 2. Diagram blok skema sistem instrumen. Pembacaan sensor optocoupler dilakukan
pemprograman arduino dengan menggunakan
Variabel penelitian yang digunakan yaitu mikrokontroller memasukkan inisial tiap perhitungan
variabel manipulasi berupa tekanan aliran fluida dimulai dari jumlah putaran, waktu, jari-jari baling-
(satuan bar atau kg/cm2). Dalam penelitian ini baling tampak atas, luas penampang aliran air, sampai
menggunakan empat tekanan aliran fluida yaitu 0,6 bar didapatkan perhitungan volume air yang awalnya
(acuan kalibrasi), 1 bar (tekanan maksimum), dan 0,4 masih dalam m3/sekon dikonversi ke liter/sekon
bar (tekanan minimum). Variabel respons adalah disesuaikan dengan pembacaan pada meter air manual.
jumlah putaran baling-baling meter air sensor cahaya,
debit meter air manual (Q), debit meter air sensor
cahaya (Q), dan volume (V). Variabel kontrol yang
digunakan yaitu sesuatu yang tidak berubah selama
proses penelitian berupa jenis fluida air, meter air
sensor cahaya, meter air pembanding (manual), waktu
acuan kalibrasi, luas penampang (A), dan jenis sensor
cahaya. Oleh karena itu, aliran fluida disepanjang
lintasan bersifat aliran uniform steady.

Gambar 4. Instrumen alat ukur dan pembanding


Hasil akhir pada meter air sensor optocoupler
yang telah sesuai dengan pembacaan liter meter air
manual akan dilakukan pengolahan data. Adapun alur
kalibrasi penelitian sebagai berikut :

37
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Gambar 6. Simulasi sensor optocoupler pada


mikrokontroller
Inisialisasi sensor optocoupler mendapatkan nilai
frekuensi putaran. Dari putaran yang dilakukan dengan
perbedaaan tekanan aliran air didapatkan jumlah
putaran dan volume yang berbeda setiap masing-
masing tekanan aliran yang mengisi wadah berbentuk
Gambar 5. Alur data instrumen balok. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan
data antara tekanan aliran terhadap pemakaian volume
Data kalibrasi sensor digunakan untuk acuan air pada meter air sensor optocoupler dengan meter air
sensor optocoupler dapat berfungsi atau tidak. manual. Selain itu, juga digunakan data debit
Resistensi pada fotodioda akan semakin besar jika menggunakan meter air sensor optocoupler dengan
cahaya terhalang oleh putaran plat baling-baling yang debit meter air manual.
dikenai aliran fluida air. Adapun data kalibrasi sensor
optocoupler sebagai berikut : 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel I. Kalibrasi Sensor Penelitian ini menggunakan waktu pengisian


wadah berukuran 37cm x 20cm x 20cm dengan
tekanan aliran yang digunakan kalibrasi yaitu 0,6
Sensor Kondisi Kondisi
kg/cm2. Didapatkan waktu acuan dari kalibrasi yaitu
Fotodioda Terhalang Tidak
50 sekon. Waktu tersebut digunakan untuk pengukuran
(Volt) Terhalang
selanjutya pada tekanan minimum, tekanan
(Volt)
maksimum, dan satu tingkat tekanan diatas batas
Pengukuran 1 4,95 3,212
acuan. Keempat tekanan ini akan menentukan
Pengukuran 2 4,94 3,280 pemakaian volume air menggunakan sensor
optpcoupler dibandingkan meter air manual dan
mengetahui tingkat auto MPE (Maximum Premissible
Pengukuran 3 4,94 3,285
Error) pada alat ukur volume air menggunakan sensor
optocoupler ini. Alat ukur pengukuran ini
Pengukuran 4 4,94 3,282
menggunakan meter air berdiameter 3 cm saat akan
melewati baling-baling dalam, dan menggunakan
Sensor optocoupler yang telah dikalibrasi baling-baling tampak atas dengan jari-jari 5,5 cm.
dihubungkan dengan AT Mega 328 untuk membuat Acuan tersebut digunakan untuk perhitungan konversi
sistem pada mikrokontroller sehingga dapat digunakan dari hasil jumlah putaran dan waktu akan menjadi
untuk menentukan jumlah putaran yang dimonitor oleh hasil akhir volume air (liter).
sensor optocoupler. Sistem mikrokontroller ini Sensor optocoupler diterapkan pada meter air
menggunakan program Arduino Uno untuk untuk memonitor putaran pada baling-baling dengan
menampilkan deteksi putaran pada tampilan Liquid dilakukan kalibrasi di PDAM (Perusahaan Daerah Air
Crystall Display (LCD). Waktu tempuh yang Minum) Surya Sembada Kota Surabaya pada tekanan
ditentukan dalam mikrokontroller dalam milisekon. 0,6 kg/cm2, tekanan tinggi, dan tekanan rendah dengan
Adapun tampilan untuk jumlah putaran yang telah membandingkan meter air manual. Adapun data
ditentukan waktu dalam sketsa rangkaian yang kalibrasi meter air sensor optocoupler menggunakan
dilakukan dengan Program Proteus sebagai berikut : sensor optocoupler dibandingkan dengan meter air
manual pada tekanan 0,6 kg/cm2 sebagai berikut :

38
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Tabel II. Kalibrasi Volume Meter Air Sensor yang mendekati dengan volume meter air manual yaitu
optocoupler dengan Tekanan Aliran Air 0,6kg/cm2 (11,80 + 1,97) liter, pengukuran menggunakan meter
air manual pembacaan volume air dengan mata
Meter Air normal, sehingga angka yang belum tepat pada
Meter Air Manual Sensor penunjuk akan dibulatkan. Sedangkan hasil
t optocoupler pengukuran debit dengan tekanan acuan kalibrasi 0,6
No.
(s) Meter Meter Vol kg/cm2 melalui nilai volume pada meter air sensor
Vol optocoupler dibagi dengan waktu acuan 50 sekon yaitu
Awal Akhir (lite N
(liter) didapat nilai debit (0,235 + 0,007) liter/sekon dengan
(liter) (liter) r)
auto MPE (Maximum Premissible Error) yang kecil
1. 005 016 11 240 11,71
sebesar 2,33% dan ketelitian 97,67%.
2. 019 031 12 245 11,96
3. 038 049 11 239 11,66 Hasil pengukuran volume air menggunakan
4. 056 068 12 241 11,76 meter air berbasis sensor optocoupler dengan tekanan
5. 075 087 12 242 11,81 1 kg/cm2 memberikan nilai volume air yaitu (16,08 +
6. 091 103 12 241 11,76 0,31) liter dengan tingkat akurasi ketelitian 98,1% dan
7. 124 136 12 242 11,81 kesalahan error 1,9%. Nilai pemakaian volume air
8. 50 141 152 11 240 11,71 yang mendekati dengan volume meter air manual yaitu
9. 155 167 12 242 11,81 (16,20 + 1,5) liter, pengukuran menggunakan meter air
10. 172 184 12 241 11,76 manual pembacaan volume air dengan mata normal,
sehingga angka yang belum tepat pada penunjuk akan
11. 188 200 12 243 11,86
dibulatkan ke atas dan terbaca 17 liter. Pengukuran
12. 206 218 12 242 11,81
pada tekanan tinggi akan memberikan nilai debit aliran
13. 222 234 12 242 11,81
yang tinggi, sehingga meter air bekerja lebih akurasi.
14. 236 248 12 242 11,81 Adapun data dan grafik menggunakan tekanan 1 bar
15. 250 261 12 242 11,81 sebagai berikut :
Sebagai hasil kalibrasi didapatkan hasil Tabel III. Data pemakaian volume air dengan meter air
pemakaian meter air manual sekitar 11 liter sampai 12 sensor optocoupler dan manual pada tekanan 1 bar
liter, tetapi lebih banyak menunjukan pemakaian
volume 12 liter. Adapun pada meter air sensor Meter Air
optocoupler mendapatkan nilai yang relatif sama yaitu Meter Air Manual Sensor
11 liter dengan perbedaan angka desimal. Hasil pada t Optocoupler
No.
meter air manual hanya bisa memberikan angka bulat, (s) Meter Meter
Vol Vol
sehingga penunjukan angka 11 liter yang bergerak Awal Akhir n
(liter) (liter)
sedikit keatas, tetapi belum mencapai 12 liter sudah (liter) (liter)
dibaca 12 liter. Pada tekanan ini terjadi head loss 1. 56 72 16 330 16,11
sebesar 0,3 kg/cm2. Adapun tampilan hasil grafik 2. 78 88 16 330 16,11
perbedaan volume air menggunakan meter air manual 3. 100 116 16 328 16,01
dan sensor optocoupler sebagai berikut : 4. 123 139 16 329 16,01
5. 143 160 17 334 16,30
Perbedaan Volume Meter Air Manual dan
Meter Air Sensor Optocoupler 6. 162 179 17 332 16,20
7. 183 199 16 330 16,11
30 Meter Air 8. 50 204 220 16 328 16,01
27
24 Manual 9. 223 239 16 330 16,11
Volume (liter)

21 (P=0.6 10. 246 262 16 329 16,01


18 kg/cm2)
15 11. 265 281 16 328 16,01
12
9 Meter Air 12. 284 300 16 328 16,01
6
3 Digital 13. 305 322 17 330 16,11
0 (P=0.6 14. 327 343 16 329 16,01
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415 kg/cm2)
15. 347 363 16 330 16,11
Pengulangan Uji Ke-
Hasil tiap pengukuran volume air pada tekanan 1
Gambar 7. Grafik uji volume air dengan tekanan 0,6
kg/cm2 akan dibagi dengan waktu acuan 50 sekon
bar
untuk mendapatkan debit tiap pengujian. Didapatkan
Pengukuran volume air menggunakan meter air hasil pengukuran debit dengan tekanan 1 kg/cm2 yaitu
sensor optocoupler dengan tekanan 0,6 kg/cm2 didapat nilai debit (0,321 + 0,006) liter/sekon dengan
memberikan nilai volume air yaitu (11,79 + 0,25) liter auto MPE (Maximum Premissible Error) yang kecil
dengan tingkat akurasi ketelitian 97,85 % dan sebesar 1,92 % dan ketelitian 98,07%. Adapun grafik
kesalahan error 2,15 %. Nilai pemakaian volume air

39
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

hubungan volume meter air manual dengan sensor 15. 362 383 21 380 20,85
optocoupler sebagai berikut :
Hasil tiap pengukuran volume air pada tekanan 1
kg/cm2 akan dibagi dengan waktu acuan 50 sekon
Perbedaan Volume Meter Air untuk mendapatkan debit tiap pengujian. Didapatkan
Manual dan Sensor Optocoupler hasil pengukuran debit dengan tekanan maksimum 1,4
Meter kg/cm2 yaitu didapat nilai debit (0,416+ 0,004)
30
27 Air liter/sekon dengan auto MPE (Maximum Premissible
24 Manua Error) yang kecil sebesar 1,06% dan ketelitian
Volume (liter)

21 l (P=1
98,94%. Adapun grafik hubungan volume meter air
18 kg/cm2
15 ) manual dengan sensor optocoupler sebagai berikut :
12 Meter
9 Air
6 Digital
3 Perbedaan Volume Meter Air
(P= 1 Manual dan Sensor Optocoupler
0
kg/cm2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415
)
Pengulangan Uji Ke- n 30
27 Meter
Air

Volume (liter)
24
Gambar 8. Uji volume air menggunakan tekanan 1 bar 21 Manual
18 (P=1.4
15 kg/cm2)
Hasil pengukuran volume air menggunakan 12
9 Meter
meter air berbasis sensor optocoupler dengan tekanan Air
6
1,4 kg/cm2 memberikan nilai volume air yaitu (20,80+ 3 Digital
0,21) liter dengan tingkat akurasi ketelitian 98,99% 0 (P= 1.4
1 3 5 7 9 11 13 15 kg/cm2)
dan kesalahan error 1,01%. Nilai pemakaian volume
air yang mendekati dengan volume meter air manual Pengulangan Uji Ke-n
yaitu (20,60 + 1,83) liter, pengukuran menggunakan
meter air manual pembacaan volume air dengan mata Gambar 9. Uji volume air menggunakan tekanan 1,4
normal, sehingga angka yang belum tepat pada bar
penunjuk akan dibulatkan ke atas dan terbaca 21 liter.
Pengukuran pada tekanan ini memberikan ketelitian Pengukuran volume lain yaitu menggunakan
lebih baik daripada tekanan 1 bar. Pengukuran pada tekanan di bawah satu tingkat dengan tekanan acuan
tekanan tinggi akan memberikan nilai debit aliran yang kalibrasi yaitu 0,4kg/cm2, sehingga tekanan rendah
tinggi, sehingga meter air bekerja lebih akurasi. yang akan dilakukan uji pemakaian volume air
Adapun data dan grafik menggunakan tekanan 1,4 bar terhadap meter air sensor optocoupler dengan meter
sebagai berikut : air manual. Adapun waktu yang digunakan dengan
waktu acuan kalibrasi yaitu 50 sekon. Hasil pemakaian
Tabel IV. Data volume meter air sensor optocoupler volume air menggunakan tekanan 0,4 kg/cm2 pada
dengan tekanan 1,4 bar meter air sensor optocoupler dan meter air manual
sebagai berikut :
Meter Air
Meter Air Manual Sensor Tabel V. Data volume meter air sensor optocoupler
t Optocoupler dengan tekanan 0,4 bar
No.
(s) Meter Meter
Vol Vol Meter Air
Awal Akhir N
(liter) (liter) Sensor
(liter) (liter) Meter Air Manual
Optocoupler
1. 51 72 21 380 20,85 t
2. 75 95 20 367 20,79 No.
(s)
3. 98 119 21 370 20,82 Meter Meter
Vol Vol
4. 119 139 20 359 20,61 Awal Akhir n
(liter) (liter)
5. 139 160 21 380 20,82 (liter) (liter)
6. 162 182 20 367 20,79 1. 136 146 10 202 9,86
7. 185 206 21 380 20,82 2. 149 158 9 201 9,81
50
8. 207 228 21 380 20,82 3. 160 170 10 202 9,86
9. 230 250 20 367 20,79 4. 172 182 10 204 9,96
10. 252 273 21 380 20,85 5. 50 186 196 10 201 9,81
11. 273 294 21 370 20,82 6. 200 209 10 200 9,81
12. 297 317 20 367 20,79 7. 214 223 9 192 9,37
13. 318 339 21 370 20,82 8. 226 235 10 201 9,81
14. 339 359 20 367 20,79 9. 237 247 10 202 9,86

40
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Meter Air sedangkan pada meter air manual pembacaan nilai


Sensor pemakaian volume air yang dibulatkan. Penelitian
Meter Air Manual
Optocoupler yang dilakukan tiga batas tekanan yaitu tekanan acuan
t kalibrasi, tekanan tinggi batas kemampuan meter air
No.
(s) sensor cahaya, dan tekanan rendahdibawah acuan
Meter Meter
Vol Vol kalibrasi. Didapatkan hasil pemakaian volume air
Awal Akhir n
(liter) (liter) pada meter air sensor optocoupler memiliki tingkat
(liter) (liter)
kemiripan dengan meter air manual. Adapun tabel
10. 250 260 10 202 9,86 hasil rata-rata pemakaian volume air dan debit dengan
11. 264 274 10 201 9,81 variasi tekanan diberikan pada meter air sensor
12. 277 287 10 200 9,81 optocoupler sebagai berikut :
13. 50 290 300 10 202 9,86
Tabel VI. Hasil data volume air dan debit
14. 305 315 10 202 9,86
menggunakan meter air sensor optocoupler
15. 318 327 10 194 9,47
Pengukuran volume air menggunakan meter air Meter Air Sensor Optocoupler
sensor cahaya dengan tekanan 0,4 kg/cm2 memberikan N P t
nilai volume air yaitu (9,79 + 0,56) liter dengan tingkat o. (bar) (s) Volume Error Debit Error
akurasi ketelitian 94,26 % dan kesalahan error yang (liter) (%) (liter/ (%)
lebih banyak daripada tekanan sebelumnya sebesar sekon)
1. 0,4 (9,79 + 5,75 (0,196 + 5,75
5,74 %. Nilai pemakaian volume air yang mendekati 0,56) 0,011)
dengan volume meter air manual yaitu (9,87 + 1,27) 2. 0,6 (11,79+ 2,15 (0,235 + 2,33
liter. Nilai akurasi dengan tekanan rendah memberikan 50
0,25) 0,007)
error yang lebih dibandingkan dengan tekanan acuan 3. 1 (16,08 + 1,90 (0,321 + 1,92
kalibrasi, dikarenakan sesuai Standar Nasional 0,31) 0,006)
4. 1,4 (20.80 + 1,01 (0,416 + 1,06
Indonesia (SNI) meter air pengukuran debit rendah 0,208) 0,004)
diberikan toleransi MPE (Maximum Premissible
Error) yang lebih banyak, Adapun hasil pengukuran Berdasarkan hasil yang diperoleh menggunakan
meter air sensor optocoupler tidak jauh dari hasil ukur meter air sensor optocoupler telah memberikan hasil
meter air manual yang menujukan volume diantara 9 yang sesuai dengan acuan Standar Nasional Indonesia
liter sampai 10 liter. Adapun grafik yang menjelaskan (SNI) meter air untuk tingkat MPE (Maximum
beda meter air sensor optocoupler dan meter air Premissible Error) pada debit yang tinggi memberikan
manual dalam pemakaian volume air pada tekanan 0,4 hasil lebih akurasi yaitu kesalahan error 1,06 % dan
kg/cm2 sebagai berikut : debit acuan kalibrasi yaitu 2,33%. Adapun untuk debit
yang rendah diberikan batas toleransi error yang lebih
Perbedaan Volume Meter Air banyak sesuai batas Standar Nasional Indonesia (SNI)
Manual dan Sensor Optocoupler
pada auto MPE yaitu 5%, sedangkan pada meter air
sensor optocoupler memberikan nilai tingkat
30 Meter
27 kesalahan error sebesar 5,75%. Adapun grafik
24 Air hubungan antara tiap tekanan dengan volume
Volume (liter)

21 Manual
18 (P=0,4 pemakaian air yang didapat dari meter air sensor
15 kg/cm2) optocoupler sebagai berikut :
12
9 Meter
6 Air Grafik Hubungan Tekanan dengan
3 Digital
0 (P=0,4
Volume
1 3 5 7 9 11 13 15 kg/cm2) 25
Pengulangan Uji Ke-n
Volume (liter)

20
Pola Tekanan
15 dengan
Gambar 10. Uji volume air dengan tekanan 0,4 bar Volume
10 y = 11.015x + 5.252
Hasil pengukuran debit dengan tekanan 5 R² = 0.999
minimum 0,4 kg/cm2, didapat nilai debit (0,196 + 0
0,011) liter/sekon dengan auto MPE (Maximum 0 0.4 0.8 1.2 1.6
Premissible Error) sebesar 5,75 % dan ketelitian Tekanan Aliran Air (kg/cm2)
94,25%.
Gambar 11.Grafik hubungan tekanan dengan volume
Berdasarkan variasi tekanan pemakaian volume
air menggunakan penerapan sensor optocoupler Berdasarkan hasil penelitian ini telah
memberikan optimalisasi pengukuran pada pembacaan menunjukan kelayakan alat antara lain hasil kalibrasi
meter air yaitu dapat dibaca dengan nilai desimal, yang sesuai dengan acuan Standar Nasional Indonesia

41
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

(SNI) meter air, repeatability yang memberikan hasil meter air sensor optocoupler menggunakan
pengulangan pengukuran memberikan hasil yang optocoupler berbasis mikrokontroller dilakukan variasi
relatif sama dengan hasil dua angka dibelakang koma, tekanan lebih banyak untuk mengetahui secara detail
dan reliability yang memberikan hasil konsisten kesalahan pada tekanan rendah dan tekanan tinggi.
dengan memiliki pola yaitu semakin besar tekanan Dalam melakukan perhitungan diharapkan peneliti
aliran akan semakin besar pada volume air dan debit untuk lebih berhati-hati dalam pembulatan nilai yang
fluida. dihasilkan. Selain itu terdapat alat pembanding yang
menggunakan pengukuran otomatis, dan terdapat
Hal ini memberikan gambaran penelitian tentang
remote untuk mengaktifkan kombinasi sensor
meter air sensor optocoupler telah memberikan hasil
optocoupler mulai bekerja. Hal ini untuk memberikan
pada kemampuan kombinasi sensor fotodioda dengan
hasil penelitian yang lebih baik dan memudahkan
laser telah mendekati nilai pada meter air manual,
penelitian disesuaikan dengan pembanding alat
hubungan teori mekanika gerak dan kontinuitas untuk
otomatis.
membuat nilai jumlah putaran dan waktu terhadap
hasil akhir volume air dapat diterapkan dengan benar. 5. REFERENSI
Oleh karena itu, pengukuran pemakaian air
1. Al Ayubi, Muchammad Sholachuddin. 2015.
menggunakan penerapan sensor optocoupler pada
meter air dapat memberikan optimalisasi pembacaan Perancangan dan Penerapan Aparatus Pengukuran
pemakaian volume air sesuai aktual pemakaian yaitu Debit Air dengan Menggunakan Venturimeter dan
dapat membaca nilai desimal. Hal ini diharapkan Water Flow Sensor. Jurnal Inovasi Fisika
beban biaya yang dikeluarkan seseorang terhadap Indonesia. Vol. 4, No. 2, Halaman 21-26
pemakaian volume air yang diterima pelanggan lebih
akurat. 2. Boyleastad, Robert dan Nashelsky, Louis. 1992.
Electronic Devices and Circuit Theory. Prentice
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Hall International. New Jersey.
1. Kesimpulan
3. Bresnick, Stephen. 2002. Intisari Fisika. Jakarta :
Berdasarkan penelitian penerapan sensor Hipokrates
optocoupler sebagai optimalisasi pengukuran debit dan
volume pemakaian air berbasis auto dengan 4. Budiharo, Widodo. 2005. Perancangan Sistem dan
memperoleh hasil utama penelitian sebagai berikut. (1) Aplikasi Mikrokontroller. Jakarta: Elex Media
Meter air sensor optocoupler yang telah dibuat Komputindo.
menggunakan prinsip kontinuitas dengan aliran air
diasumsikan memiliki kondisi yang sama di sepanjang 5. Daryanto. 1997. Fisika Teknik. Jakarta : PT.Rineka
lintasan, tidak berubah terhadap posisi dan waktu. (2) Cipta.
Pengukuran volume air dengan menggunakan sensor
optocoupler dapat menunjukan hasil yang relatif sama 6. David, Wiggert dan Merle, Potter. 1991. Fluid
dengan ketidakpastian 1,06% (tekanan tinggi), grafik Mechanics. Jakarta: Erlangga.
antara tekanan dengan volume menunjukan garis
linear yaitu semakin besar tekanan akan didapat nilai 7. Giancoli. Douglas C. 2001. Physics Principles
debit dan volume yang semakin besar. (3) Tingkat With Applications, Fifth Edition. Jakarta:Erlangga.
performansi menggunakan meter air sensor
8. http://www.convertworld.com/id/volume-aliran/
optocoupler tekanan tinggi sebesar 1,4 kg/cm2
didapatkan volume air (20,80 + 0,21) liter dengan galon -per-menit-us.html diakses pada tanggal 15
tingkat ketelitian 98,99%. Pada tekanan acuan Mei 2016.
2
kalibrasi 0,6 kg/cm didapatkan volume air (11,79 + 9. Irawan, Agus. 2002. Pintar Elektronika.
0,25) liter dengan tingkat ketelitian 97,85%. Pada
tekanan 1 kg/cm2 didapatkan volume air (16,08 + Pekalongan : CV.Bahagia.
0,31) liter dengan tingkat ketelitian 98,1%. Dan pada 10. Khairurrijal, S.N., S. Virdi, Widayani and
tekanan rendah sebesar 0,4 kg/cm2 didapatkan volume Kharurrijal. 2011. The dependence of the spiring
air (9,79 + 0,56) liter dengan tingkat ketelitian
constant in the linear range on spring parameters.
94,26%. Hal ini telah sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) meter air pada tekanan tinggi Journal of Physics Education. Vol. 46, No.5,
memiliki ketelitian yang lebih akurasi daripada dengan pp.540-543.
tekanan rendah yang memiliki batas toleransi error
11. Kironoto, Bambang Agus. 2011. Hidraulika-
lebih tinggi yaitu 5%.
Klasifikasi Aliran. Diktat Perkuliahan. Jogjakarta :
2. Saran Universitas Gadjah Mada.
Adapun saran yang diusulkan oleh peneliti untuk
ditingkatkan pada penelitian yang sejenis tentang alat 12. Mc Donough, J. M., 2009. Lectures in Elementary

42
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Fluid Dynamics : Physics, Mathematics and Mikrokontroller AT89S8252. Jurnal Neutrino. Vol.
Application. Lecture Notes. Lexington : 2, No.1.
Departments of Mechanical Engineering and
16. Shofwa, Muftain Dinan., Sumantri, Yoyo dan
Mathematics, University of Kentucky
Gunawan, Tjeje. 2013. Rancang Bangun Trainer
13. Molly Johnson. 2001. Facilitating High Quality Mikrokontroller Berbasis Sensor Passive Infrared
Student Practice In Introductory Physics. Journal Receiver. Jurnal ISSN 1412-3762. Vol.12, No.1,
American Assosiation of Physics Teachers. Halaman 21-28.
14. Nazar, Loufzarahma Tritama dan Soedjono, Eddy 17. Tipler,P.A.&Mosca,G.1998.Physics forScientist
S. 2012. Studi Pengaruh Akurasi Meter Air and Engineers Third Edition. Jakarta:Erlangga.
Terhadap Tingkat Kehilangan Air. Jurnal Teknik
18. William, Cooper. 1993. Instrumentasi Elektronika
POMITS. Vol. 1, No.1, 1-3.
dan Teknik Pengukuran. Jakarta : Erlangga.
15. Priyantini, Noor Yudha dan Irjan. 2009.
19. Zemansky, Sears. 1994. Fisika Untuk Universitas
Pengukuran Kecepatan Arus Sungai Berbasis
Mekanika. Bandung : Bina Cipta.

43
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

S-PLICUS (SMART PLASMA PLESTER FOR CAESAR VULNUS) :


Pembalut Pintar Pada Luka Pasca Bedah Caesar Metode Self Healing
Berbasis Teknologi Plasma Paper sebagai Inovasi Mewujudkan Iklim
Indonesia Sehat
Inayah Mumpuni Budiati*, Diah Ayu Suci Kinasi, Syifa Avicenna
Departemen Fisika, Kelompok Studi Radiasi, Universitas Diponegoro
*Email : inayahmu26@gmail.com
Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang (50275), Jawa Tengah Indonesia

Abstrak — Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. BPS menyatakan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2016 sebesar 258.704.986 jiwa. Berbagai masalah muncul seiring meningkatnya angka
pertumbuhan penduduk. Berdasarkan hasil Penduduk Antar Sensus (SUPAS) sejak tahun 2012 menunjukkan peningkatan
angka kematian ibu (AKI) yang signifikan yaitu 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Demi menekan angka
tersebut pemerintah berusaha mengembangkan program SDG’s (Suitainable Development Goals) tahun 2030. Kesehatan
dan kesejahteraan menjadi salah satu indikator penting dalam mewujudkan tujuan tersebut. Masalah kesehatan yang
belum teroptimalisasi adalah penanganan terhadap luka khususnya luka pasca pembedahan caesar yang memiliki potensi
infeksi dan resiko kematian. Kontaminasi bakteri masa perawatan luka merupakan faktor penyebab infeksi yang dapat terjadi
di sekitar sayatan perut. Di Indonesia sendiri angka infeksi untuk luka pasca operasi caesar mencapai 2.30% sampai dengan
18.30 % (Depkes RI, 2001). Selama ini, mengatasi luka pasca bedah masih menggunakan metode konvensional. Metode ini
menciptakan suasana lembab pada daerah luka menggunakan kasa. Namun kurang efektif karena harus melakukan
penggantian kasa sebelum kasa kering agar daerah luka tetap lembab. Oleh karena itu inovasi metode lain yang lebih efektif
dan efisien yaitu dengan aplikasi teknologi plasma.Plasma adalah suatu cahaya yang muncul akibat dari proses deionisasi
dan deeksitasi. Plasma dingin merupakan salah satu jenis plasma, fase zat ke empat. Dalam fase plasma, selain tersusun dari
gas netral, juga terdapat partikel aktif yang dikenal spesies aktif plasma. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa spesies
aktif ini mampu mempengaruhi kerja sel dan jaringan hidup (Laroussi, 2009). S-Plicus (Smart Plasma Plaster for Caesar
Vulnus) adalah solusi pembalut yang dapat merawat luka bedah pasca operasi caesar berteknologi plasma. S-Plicus
dirancang dengan metode unik sanitasi antimikroba dengan generator plasma fleksibel yang terdiri dari rakitan dilaminasi
kertas bermotif metalisasi. Dari hasil penelitian di bawah potensi osilasi (± 1 sampai ± 10 kV dari 100 Hz sampai 8 kHz),
perangkat berbasis kertas menghasilkan plasma yang menonaktifkan 99% sel Saccharomyces cerevisiae dan mikrorganisme
lain penyebab infeksi pada luka. Dengan menerapkan prinsip occlusive dressing maka plester dengan teknologi plasma
paper ini dapat menyembuhkan luka secara efektif dan sebagai bentuk inovasi untuk mewujudkan iklim Indonesia sehat.

Kata Kunci — plasma paper, caesar vulnus, occluive dressing, smart plester.

1. PENDAHULUAN anggaran dan fasilitas kesehatan, pendidikan serta


ketersediaan pangan.
Pertumbuhan penduduk yang kian meningkat,
menjadi isu popular dan mencemaskan bagi negara- Perubahan angka pertumbuhan penduduk
negara di dunia. BPS menyatakan jumlah penduduk disebabkan oleh unsur-unsur fertilitas. Fertilitas atau
Indonesia pada tahun 2016 sebesar 258.704.986 jiwa. kelahiran merupakan salah satu faktor penambah
Berdasar data yang disampaikan oleh Menteri Dalam jumlah penduduk disamping migrasi. Apabila angka
Negeri (Mendagri) RI Tjahjo Kumolo, jumlah fertilitas lebih besar daripada angka mortalitas, maka
penduduk Indonesia per 30 Juni 2016 sebanyak pertumbuhan penduduk menjadi positif maka otomatis
257.912.349 jiwa. Kepala BKKBN Pusat, Dr.Surya jumlah penduduk akan lebih banyak. Begitu juga
Chandra menyatakan penduduk Indonesia bertambah dengan migrasi, apabila nilai migrasi masuk lebih
sekitar 4 juta jiwa dalam satu tahun. besar daripada nilai migrasi keluar, maka
pertumbuhan penduduk menjadi positif. Jumlah
Di Indonesia kependudukan menjadi masalah
kelahiran setiap tahun di Indonesia masih besar,
besar dibandingkan negara lain adalah pertumbuhan
jumlah bayi yang lahir setelah tahun 2000 masih tetap
penduduk yang tidak seimbang dengan standar
banyak jumlahnya tiap-tiap tahun jumlah kelahiran
kebutuhan hidup layak. Pertumbuhan penduduk akan
bayi di Indonesia mencapai sekitar 4,5 juta bayi. Hal
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik
ini yang menyebabkan ledakan pertumbuhan
ekonomi maupun sosial, terutama peningkatan mutu
penduduk yang tinggi di Indonesia (Muqsithah, 2015).
kehidupan atau kualitas penduduk dalam sumber daya
manusia yang dibarengi besarnya jumlah penduduk Angka fertilitas yang cukup tinggi secara tidak
yang tidak terkontrol. Semuanya terkait penyediaan langsung berpotensi resiko kematian maternal
meningkat. Kematian maternal adalah kematian

44
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

wanita saat hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari partikel aktif yang dikenal spesies aktif plasma.
sesudah berakhirnya kehamilan. Angka Kematian Ibu Berbagai penelitian menunjukkan bahwa spesies aktif
(AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat ini mampu mempengaruhi kerja sel dan jaringan hidup
derajat kesehatan masyarakat. AKI di Indonesia (Laroussi, 2009).
hingga saat ini masih relatif tinggi apabila
S-Plicus ini dikemas dalam perangkat unik yang
dibandingkan. dengan negara-negara tetangga.
berbentuk pada plester luka. Berbeda dari plaster luka
Berdasarkan hasil Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
pada umumnya, plaster pintar ini mempunyai bagian
sejak tahun 2012 menunjukkan peningkatan angka
yang khas pada bagian bantalan luka. Bantalan luka
kematian ibu (AKI) yang signifikan yaitu 359
pada plester ini terbuat dari komponen material
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup sementara
dengan ukuran kecil yang dirakit dalam bentuk kertas
hasil dari survey demografi dan kesehatan Indonesia
yang berlapis. Material-material tersebut menjadi
(SDKI) tahun 2007 diperoleh AKI 228 per 100.000
sebuah perangkat generator plasma. Plasma dalam
kelahiran hidup. Angka tersebut masih tertinggi di
perangkat ini bekerja dengan prinsip DBD (dielectric
Asia. Menurut SDKI tahun 2007 ada tiga faktor
barrier discharge).
penyebab utama kematian ibu yaitu pendarahan 28%,
hipertensi dalam kehamilan 24% dan infeksi 11% Plester pintar ini dilengkapi dengan perangkat
(Prawiroharjo, 2006). sebagai pembangkitnya. Perangkat semacam
amperemeter akan mengalirkan tegangan yang
Pemerintah berusaha menekan permasalahan-
terhubung pada plester secara langsung. Desain plester
permasalahan di Indonesia dengan mengembangkan
ini masih sebatas eksperimen atau aplikasi skala lab.
program SDG’s (Suitainable Development Goals)
Dalam perkembangannya, plaster akan dikemas
tahun 2030. Kesehatan dan kesehjateraan menjadi
dengan metode yang lebih canggih sehingga dapat
salah satu indikator penting dalam mewujudkan
menjadi perangkat yang difungsikan secara mudah
tujuan tersebut. Masalah kesehatan yang belum
dengan sistem wareless sehingga dapat digunakan
teroptimalisasi adalah penanganan terhadap infeksi.
oleh pasien bergerak secara leluasa tanpa terhambat
Salah satu faktor pemicu angka kematian ibu juga
oleh perangkat pembangkit plasma. Dengan penemuan
akibat infeksi. Infeksi yang banyak dialami ibu adalah
ini, maka penulis akan mengembangkan sebuah
infeksi pada masa nifas. Resiko infeksi lebih besar
kombinasi teknologi sensor yang dapat mengalirkan
terhadap ibu yang menjalankan prosedure bedah
gelombang dengan frekuensi tinggi sebagai pengaktif
caesar pada saat melahirkan.
generator plasma.
Infeksi luka operasi dapat mengenai situs insisi
2. METODOLOGI PENELITIAN
atau jaringan yang lebih dalam. Hal ini dapat
mengancam nyawa jutaan pasien setiap harinya dan 2.1 Desain paper sanitizer
berkontribusi pada penyebaran resistensi antibiotik.
Pada banyak infeksi luka operasi, patogen yang
menjadi penyebab adalah flora normal yang berasal
dari tubuh pasien sendiri. Patogen yang paling sering
ditemukan adalah spesies bakteri
Staphylococcusaureus, Staphylococcus yang memiliki
jenis koagulasenegatif, Enterococcus Spp,
dan Escherichia coli (Istiqlal, 2016).
Selama ini metode yang digunakan untuk
penanganan dan perawatan luka pasca bedah caesar
adalah menggunakan plaster. Plaster yang biasanya
digunakan mengandung zat kimia aktif yang bertujuan
untuk melindungi luka dan mempertahankan
lingkungan luka agar lekas mengering. Namun fungsi
kerja plester pada umumnya membutuhkan waktu Gambar 1. (a) Unit heksagonal dari generator plasma
yang lama untuk mengeringkan luka. berbasis kertas. (b) Struktur laminasi darikertas
metalisasi yang digunakan dari generator plasma
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan
berbasis kerta
metode modern yang lebih efektif dan efisien dalam
menangani kasus infeksi pada luka pasca bedah Pada gambar 1a menunjukan bahwa komponen
caesar. S-Plicus yamerupakan plester pintar yang generator plasma berbasis kertas dibuat dengan pola
diproduksi berbasis teknologi plasma dingin. Plasma heksagonal atau segienam. Pola ini bermaksud agar
adalah suatu cahaya yang muncul akibat dari proses plasma memiliki cakupan yang menyeluruh.
deionisasi dan deeksitasi. Plasma dingin merupakan
Pada gambar 1b menunjukan bahwa struktur
salah satu jenis plasma, fase zat ke empat. Dalam fase
laminasi plasma paper tersusun menggunakan 2
plasma, selain tersusun dari gas netral, juga terdapat
lembaran logam berukuran 150-μm (A-550; AR

45
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Metallizing) yang direkatkan dengan laser engraver kemudian lapisan tengah merupakan lapisan inti yang
(VLS 2.3; Universal Laser Systems). Teknologi laser mengandung perangkat generator plasma berbasis
tersebut mengukir pola heksagonal pada perangkat ini. paper. Pada lapisan inti juga dipasang sebuah sensor
Dua lapisan non konduktive digabungkan dengan yang dapat bekerja dengan sistem wireless terhubung
lapisan perekat yang tebalnya 30-μm (Ad-Tech 5645; pada perangkat lunak android. Pada lapisan atas atau
Teknologi Perekat) lalu sebagai daerah konduktivenya lapisan ketiga merupakan komponen pelindung atau
direkatkan sebuah kawat pada kertas logam dengan penutup yang terbuat dari bahan isolator. Kolaborasi
tinta perakdan air sebagai perekatnya. Pembangkit material penyusun generator plasma saling direkatkan.
plasma ini bekerja dibawah prinsip DBD (dielectric Perekat yang ditunjukkan pada bagian yang berwarna
barrier discharg) yaitu Plasma berasal dari pelepasan putih terbuat dari bahan isolator.
antara dua elektroda yang dipisahkan oleh media
2.4 Uji non kontak
dielektrik. Pada plasma berbasis paper atau kertas
menggunakan media matriks selulosa berpori serabut.
2.2 Generator Plasma

Gambar 4. Perbandingan antara kelompok kontrol dan


perlakuan 10-s dari bakteri patogen E. coli.
Gambar 2. Aktivasi generator plasma
Kertas plasma yang telah dirakit selanjutnya
Gelombang sinusoidal dialirkan pada perangkat
harus melewati tahap uji coba secara non kontak.
untuk membangkitkan plasma, dengan frekuensi 8
Setiap sanitizer memiliki diameter 90 mm. permukaan
kHz dan tegangan puncak ke puncak frekuensi dari ±
bagian dalam tutup cawan Petri dilapisi dengan
1 hingga ± 5 V menggunakan generator fungsi
lapisan steril guna menghindari kontak langsung
kemudian, menguatkan sinyal ini menggunakan
selama percobaan, yang akan menyebabkan
tegangan tinggi amplifier dengan gain 1.000 hingga
kontaminasi. Kemudian diletakkan ragi ekstrak-
output yang berosilasi tinggi Vp-p mulai dari ± 1
peptone-dextrose (YEPD) dan Luria-Bertani (LB)
hingga ± 5 kV. Pembentukan plasma juga tergantung
dimana suspensi E. coli diinokulasi secara aseptik
pada frekuensi, dimana frekuensi yang optimum
dalam cawan Petri tersebut. menginokulasi 100 μL
berpotensi menghasilkan cakupan plasma yang
suspensi sel E. Coli pada media solid LB pada dasar
seragam. Konsumsi daya plasma yang dihasilkan
cawan petri. Sebelum dilakukan pemaparan plasma
kurang dari 20 W (∼18 W untuk RMS 2.2 kV pada
bacteri uji diinkubasi dengan perlakuan suhu 30
∼8 mA).
derajat selama 48 jam. Selanjutnya, Kertas sanitizer
2.3 Desain plaster diletakkan dengan jarak 10 mm dari media inokulasi
dengan posisi kertas menempel pada tutup cawan
petri. Media tersebut kemudian dialiri arus yang
dihubungkan pada bagian kertas dengan frekuensi 2
Hz dan tegangan ± 3,15 kV. Pada uji coba ini terdiri
dari lima sampel dan enam kali pengulangan. Jangka
waktu pemaparan plasma terhadap media uji yang
diperlakukan paparan selama 10s juga ada media uji
yang bertindak sebagai kontrol dalam setiap uji..
Perlakuan yang sama diterapkan pada bakteri
S.Cerevisia esebagai pembanding.
Gambar 3. Desain perangkat plasma pintar 2.5 Fungsi kerja S-Plicus
Plester didesain khusus yang dapat menutup luka S-Plicus bekerja dengan sistem wireless. Pada
jahit bekas operasi caesar. Panjang sayatan pada saat plaster dibuka dan ditempelkan pada luka,
umumnya memiliki ukuran 15 cm sehingga plaster selanjutnya mengaktifkan sistem aplikasi pada
dibuat dengan ukuran 10 cm x 20 cm agar mampu perangkat lunak andorid yang terhubung dengan
menutup lingkungan disekitar sayatan dengan perangkat sensor yang ditanam di plaster. Pada saat
sempurna. Komponen material penyusun plaster yang sama komponen bantalan luka yang terbuat dari
terdiri dari material sticker pada lapisan paling bawah, teknlogi plasma, dilengkapi dengan sensor akan

46
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

terhubung dan mulai bereaksi mengirimkan sinyal pada 1 kHz. Karakterisasi plasma juga menunjukkan
pada perangkat android. Dengan memanfaatkan tingkat deteksi UV-C sebesar 1.9 nW.cm–2.nm–1.
gelombang elektromagnet akan memerintah sensor dengan suhu permukaan 60°C dengan 60s aktivasi
untuk mengirim tegangan pada generator plasma serta menghasilkan tingkat ozon yang tinggi yaitu
untuk aktif secara otomatis. Setelah generator plasma sebesar 13 ppm dengan 60s aktivasi.
aktif, plasma akan beraksi untuk menjaga strelisasi
Hasil uji bakteri menunjukan perlakuan
pada luka dengan pemaparan plasma sebagai kerja
generator plasma untuk 0 (kontrol), 5, 10, 20, 30, dan
sanitasi bakteri yang dapat berkembangbiak pada luka
60s. Segera setelah perlakuan pada jangka waktu
maupun lingkungan disekitar jahitan. Dengan
tersebut kemudian sesi inkubasi setiap sampel pada
demikian, luka pasca bedah caesar tersebut dapat
30°C selama 48 jam tersebut menunjukkan bahwa
selalu terjaga lingkungannya dan dapat mencegah
plasma berhasil membunuh E. coli. Dalam waktu 10 s
terjadinya infeksi akibat kontaminasi bakteri.
perlakuan, indikasi tingkat inaktivasi yang dihasilkan
Sehingga, luka pasca bedah menjadi lebih cepat
setinggi 99,93% dengan menghasilkan rata-rata
kering. Kelebihan lain yang akan dirasakan oleh
kurang dari satu yang tersisa koloni, mewakili
pasien adalah kenyamanan yang lebih karena plester
efisiensi lebih besar dari 99,9%.
didesain dengan teknologi canggih yang membuat
perangkat kuat dan menempel dengan kuat tetapi
lembut di kulit, sehingga membuat gerak lebih
fleksibel.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Seluruh material dan komponen dirangkai
dengan metode dan prosedure yang telah jelaskan
pada bagian metode percobaan. Berdasarkan langkah
kerja pada dasarnya plester bekerja dibawah prinsip
DBD (dielectric barrier discharge). Generator dapat
menghasilkan dua jenis plasma yaitu plasma volume
dan dan plasma permukaan. Plasma yang disajikan
dalam karya ini adalah kombinasi dari kedua plasma
volume dan plasma permukaan karena porositas kertas
logam.

Gambar 6. (D) Grafik perbandingan jumlah koloni


terhadap waktu sanitasi untuk bakter S.Cerevisiae
(E)Grafik perbandingan jumlah koloni terhadap
waktu sanitasi pada bakteri E.Coli

Gambar 5. Desain pembangkit plasma kertas Sumber : Xie et, al. (2017)
sanitizer Gambar 6D menunjukkan kuantiti koloni S.
Sumber : Xie et, al. (2017) cerevisiae yang dihasilkanpengeraman. Selepas 10 s
perlakuan aktif, jumlah koloni yang ada berkurang
Gambar 5C menunjukkan bahwa generator 16.14, atau kadar pengaktifan sebanyak 91.85%.
terlihat jelas dengan ukiran sarang tawon. Sampel ini Selepas 20 dan 30 s perlakuan bertambah menjadi
berada di bawah eksitasi tegangan puncak-ke-puncak 97.89% dan 99.34%. sementara pada gambar 6E
± 3 kV pada 1,7 kHz. Gambar. 5D menunjukkan sisi menunjukkan pelakuan yang sama dengan bakteri uji
lain generator plasma persegi panjang sesuai dengan plasma untuk membunuh E. coli.
substrat silinder (diameter ∼100 mm) saat
menghasilkan plasma bercahaya yang diaktifkan Salah satu langkah umum dalam mikrobiologi
dengan tegangan puncak-ke-puncak Vp-p dari ± 2 kV adalah desimal waktu reduksi, atau nilai D. Seperti

47
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

yang ditunjukkan dalam Persamaan. 1, ini adalah 4.2 Saran


waktu t diperlukan untuk menonaktifkan 90% dari sel-
Dalam penelitian ini, keterbatasan alat dan bahan
sel mikroorganisme tertentu dalam media pada suhu
menjadi kendala lama proses eksperimentasi dan
tertentu:
produksi skala lab. Sehingga penelitian ini akan
D = t / log N0 - log Nt (1) berlanjut hingga produk dapat di uji cobakan secara
langsung pada manusia.
N0 adalah populasi awal dan Nt adalah populasi di
akhir dari ujian. Berdasarkan hasil eksperimen, dapat 5. REFERENSI
dinyatakan bahwa nilai D atau nilai reduksi untuk
penonaktifankoloni E. coli dan S.Cerevisiae 1. Brewer GR (1962) Ion propulsion in space. Nav
menyatakan kurang dari 10 detik. Eng J 74:373–377.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Brooks, G.F., Butel J.S & Morse S.A. 2004.
Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical
4.1 Kesimpulan Microbiology twenty second edition Lange
Medical Books/McGraw-hill. Medical publishing
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
division.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam studi
pustaka dinyatakan bahwa berdasar penelitian yang 3. Fauchais P (2004) Understanding plasma spraying.
telah dilakukan sebelumnya ilmuan asal Universiats J Phys Appl Phys 37:R86–R108.
Rutger dan Universitas Florida telah memperkenalkan
konsep sanitasi antimikroba dengan teknologi plasma 4. Halfmann H, Bibinov N, Wunderlich J,
yang fleksibel dan berbasis kertas. Desainnya mudah, Awakowicz P (2007) A double inductively
dengan diapitdua kertas logam. Pusat dari kertas coupled plasma for sterilization of medical
membolehkan gas meresap ke plasma permukaan dan devices. J Phys Appl Phys 40:4145–4154.
plasma volume, semasa pemecahan paksa 5. He C, Corke TC, Patel MP (2009) Plasma flaps
mendinginkan substrat. Mekanisme ini menunjukkan and slats: An application of weakly ionized plasma
bahwa material berserat, seperti kertas substrat actuators. J Aircr 46:864–873.
mungkin sesuai dalam reka bentuk dan fabrikasi
peranti fleksibel untuk menghasilkan volume dan 6. Li R, Ye L, Mai Y-W (1997) Application of
plasmas permukaan secara bersamaanyang kemudian plasma technologies in fibre-reinforced polymer
mampu membunuh mikroba. Dengan potensi peak to composites: A review of recent developments.
peak yang berosilasidari ± 1 hingga ± 10 kV, Compos Part Appl Sci Manuf 28:73–86.
generator plasma berbasis kertas berhasil
7. Martinez-Sanchez M, Pollard JE (1998) Spacecraft
menonaktifkan lebih daripada 99% S. cerevisiae dan
electric propulsion-an overview. J Propuls Power
lebih besar daripada 99.9% sel E. coli dengan
14:688–699.
perlakuan selama paling lama 30 s pada substrat.
Dengan jarak pengimbang 10 mm plasma dari subtrat. 8. Moisan M, et al. (2002) Plasma sterilization.
Methods and mechanisms. Pure Appl Chem
Dalam percobaan ini penulis berusaha
74:349–358.
mengembangkan teknologi yang sebelumnya telah
berhasil dilakukan. Penulis mengembangkan hasil 9. Moisan M, et al. (2002) Plasma sterilization.
produk generator plasma ini sebagai media dalam Methods and mechanisms. Pure Appl Chem
inovasi plester luka pasca operasi bedah caesar. plester 74:349–358.
pintar berbasis plasma ini bekerja dengan prinsip
wareless dalam sistem pengaktifan generator plasma. 10. Moreau E (2007) Airflow control by non-thermal
Generator plasma berbasis kertas yang ringan ini plasma actuators. J Phys Appl Phys 40:605–636.
disubtraksi menjadi sebuah perangkat berbentuk 11. Xie et a. (2017). Paper-based plasma sanitizers.
bantalan luka pada plester yang dilengkapi dengan PNAS 20:5119-5124
sensor pembangkit bekerja dengan sistem jarak jauh
yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang 12. Zhao P, Portugal S, Roy S (2015) Efficient needle
terhubung pada perangkat lunak android. Dengan plasma actuators for flow control and surface
demikian, plasma dapat dibangkitkan dan bekerja cooling. Appl Phys Lett 107:33501.
dalam mengaktifasi proses sanitasi bakteri penyebab 13. Zubir, Juffrie, M., Dan Wibowo, T. Faktor-Faktor
infeksi pada luka. Risiko Kejadian Diare Akut Pada Anak 0-35 Bulan
Berdasarkan analisis produk, plester pintar yang (Batita) Di Kabupaten Bantul. Sains Kesehatan.
kami berinama S-PLICUS (SMART PLASMA Vol 19. No 3. Juli 2006. Issn 1411-6197 : 319-332;
PLESTER FOR CAESAR VULNUS) ini dapat 2006.
diaplikasikan pada teknologi masa depan sebagai
inovasi mewujudkan Indonesia sehat.

48
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Pengendalian Korosi Berbasis Impressed Current Cathodic Protection pada


Pipeline dengan Pemanfaatan Portable Savonius Turbine
Bagas Probo Wasono*, Nurul Annisa Rahmandita, dan Ibnu Abdil Aziz
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, 60111
*Email : Bagas.probo04@gmai.com

Kampus ITS Sukolilo, Jl. Teknik Kimia, Keputih, Sukolilo, Kota SBY, Jawa Timur 60111 Indonesia

Abstrak — Pipeline adalah pipa yang memanjang dengan fluida air, gas atau hidrokarbon dari sumber yang dialirkan ke
distributor. Sumber tersebut seperti steam, reservoir,power plant, oil, gas wells, dan refineries. Pipeline mempunyai peranan
penting sebagai transportasi fluida dan juga penghubung satu fasilitas ke fasilitas lain yang jaraknya bisa beberapa mil.
Pipeline masih memiliki daya tahan yang lemah terhadap korosi. Korosi pada pipeline dapat mengganggu proses transportasi
fluida, sehingga perlu adanya sistem perlindungan pipeline terhadap korosi supaya dapat berfungsi secara optimal. Salah satu
solusi terhadap permasalahan diatas adalah penggunaan metode proteksi katodik berbasis Impressed Current Cathodic
Protection (ICCP). Penggunaan metode ICCP menjadi salah satu metode yang efektif dalam pengendalian korosi pada
pipeline. Penggunaan metode ini memerlukan sumber energi yang cukup sehingga untuk penerapan teknologi ini digunakan
Savonius Turbine sebagai salah satu alternatif sumber energinya. Turbin ini akan digerakan oleh fluida yang mengalir dan
memutar savoniusfan, setelah itu poros savonius fan akan menggerakan generator sehingga menghasilkan arus listrik. Arus
listrik ini digunakan sebagai sumber energi pada proses proteksi pipa. Metode ini menjadi solusi yang inovatif dalam
mengendalikan korosi pada pipeline yang memanfaatkan proteksi Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) dengan
mengintegrasikan Savonius Turbine untuk menghasilkan energi sendiri yang terjangkau dan ramah lingkungan.

Kata Kunci — Savonius Turbine, ICCP, Pipeline, Korosi.

1. PENDAHULUAN kelemahan tersebut dikembangkanlah sistem ICCP.


DI ICCP dalam menentukan kebutuhan arus proteksi
Jaringan pipa memanjang (pipeline) memiliki dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan korosi pada
peranan yang sangat penting dalam industri minyak pipeline yang memiliki cacat pada externalcoating
dan gas. Pipeline adalah salah satu alat trsnportasi atau dengan kata lain proteksi tetap dapat dilakukan
fluida dari fasilitas 1 ke fasilitas lainnya. Pipeline pada pada lapisan (coating) yang rusak Pada prinsipnya
umumnya lifetime sekitar 10-40 tahun. Pipeline sistem proteksi katodik arus paksa/ICCP sama dengan
rentang terhadap korosi, dimana korosi menyebabkan anodatumbal, hanya saja kebutuhan arus elektronnya
penurunan kualitas material yang ditunjukan oleh disuplai dari luar sistem yaitu dari anoda yang
penurunan berat. Sehingga korosi pada pipeline harus dihubungkan ke sumber arus DC. Jumlah arus yang
dikendalikan dengan melakukan pendeteksian secara dibutuhkan dapat diatur dengan menggunakan
dini serta pengukuran sekaligus analisa korosi akan rectifier. Namun, energi listrik yang dibutuhkan cukup
sangat menentukan pengoperasian pipeline yang besar. Sehingga dibutuhkan pengembangan lebih jauh
aman. Akibat adanya proses korosi yang terjadi pada lagi mengenai sistem ICCP ini. Oleh karena itu
struktur pipeline, maka banyak sekali kerugian yang dibutuhkan sumber energi, dimana angin juga bisa
timbul dari segi teknis maupun segi ekonomis [13]. menjadi sumber energi. Sistem ini menggunakan
Pentingnya perawatan berkala untuk tetap menjaga prinsip umum, yaitu dengan memanfaatkan kecepatan
kualitas pipeline sesuai dengan standart. Pencegahan, angin untuk menggerakan blade untuk memutar poros
penanggulangan dan pengurangan dampak korosi dan poros memutar generator dan menghasilkan
dapat dilakukan dengan beberapa metode yang listrik. Listrik tersebut akan terhubung ke rectifier
disesuaikan menurut peralatan, tempat, faktor guna memenuhi kebutuhan untuk melindungi pipeline.
lingkungan dan material yang memegang peranan
penting. Metode-metode tersebut diantaranya Prinsip kerja turbin angin cukup sederhana yaitu
rancangan (desain), pemilihan material, pemakaian energi angin memutar blade dari turbin angina,
inhibitor, pelapisan (coating), serta Cathodic kemudian diteruskan untuk memutar rotor pada
Protection (CP). Dari beberapa metode di atas, generator, sehingga akan menghasilkan enegri listrik.
pencegahan korosi dengan pelakuan lebih pada Dalam hal ini tegangan ac yang dihasilkan oleh
pipeline dapat dilakukan dengan menggunakan generator.
metode Cathodic Protection. Selama ini perlindungan
2. METODE PENELITIAN
korosi dengan sistem katodik ada 2 macam yaitu
Sacrifacial Anode Cathodic Protection (SACP) dan 2.1 Diagram Alir
Impressed Current Cathodic Protection (ICCP).
Untuk struktur besar seperti pipeline sistem anoda Metode penelitian ditunjukan pada diagram alir
tumbal tidak dapat menyediakan kebutuhan arus yang gambar 1.
cukup untuk perlindungan secara menyeluruh, dan
juga tidak ekonomis. Maka dari itu, guna mengatasi

49
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

2.4 Kabutuhan Arus Proteksi


Setelah mengetahui luas permukaan yang akan
diproteksi. Diperlukan perhitungan kebutuhan arus
guna memenuhi seluruh permukaan yang diproteksi.
𝐼𝑡 = SA x CD (2)
Dimana :
𝐼𝑡 = Total arus proteksi (A)
SA = Luasan permukaan yang diproteksi (m²)
𝐴
CD = Densitas arus ( )
𝑚2

2.5 Berat Total Anoda


Berat anoda yang dibutuhkan bisa dihitung guna
untuk bisa menjaga pipeline sesuai dengan usia
desain. Berat total ini akan sangat berpengaruh pada
perlindungan korosi. Berat anoda harus sesuai dengan
apa yang di desain karena untuk bisa mencukupi
kebutuhan proteksi. Terutama anoda yang di dalam
tanah. Tentunya sangat sulit untuk mengecek apa
sudah habis atau belum. Pada saat melakukan
pembelian, apabila berat anoda yang dibutuhkan tidak
ada pada di dalam spek anoda saat beli. Gunakan spek
anoda yang berada diatasnya, dengan arti pembulatan
ke atas.
W=CxYxI (3)
Dimana :
Gambar 1. Diagram alir
W = Berat total anoda yang dibutuhkan (Kg)
2.2 Data Obyek Penelitian
I = Arus yang keluar dari TR (A)
Langkah selanjutnya dalam melakukan penelitian
ini sangat penting untuk mengetahui data dari obyek C = Laju konsumsi anoda (Kg/A.year)
penelitian. Untuk data pada pipeline secara umum
harus mengetahui panjang dan juga diameter pipeline Y = Umur desain
yang akan dilindungi. Serta perlunya data turbin untuk 2.6 Jumlah Minimal Anoda
bisa menentukan tujuan pada penelitian ini dimana
tujuannya adalah menentukan kecepatan angin yang Jumlah minimal anoda yang akan digunakan
diperlukan untuk bisa menghasilkan daya yang untuk kebutuhan pipa sesuai pada luas permukaan
dibutuhkan untuk perlindungan korosi pada pipeline. dapat dihitung berdasarakan formula dibawah ini.
2.3 Luas Permukaan 𝑁𝑚𝑖𝑛 =
𝑊
(4)
𝑊𝑎
Mengetahui jumlah luas permukaan yang akan
dilindungi pada sistem ICCP. Luas permukaan ini Dimana :
hanya terbatas pada yang dihitungan ini. Untuk daerah 𝑁𝑚𝑖𝑛 = Minimal anoda yang dibutuhkan (buah)
batasan bisanya ada alat untuk pemutus permukaan
pipeline. W = Berat total anoda yang dibutuhkan (Kg)
SA = π x OD x L (1) 𝑊𝑎 = Berat 1 Anoda (Kg)
Dimana :
SA = Luas permukaan yang diproteksi (m²) 2.7 Jumlah Anoda Yang Dibutuhkan
π = 3.14159 Jumlah anoda yang dibutuhkan adanya
penambahan perhitungan karena adanya safety factor.
L = Panjang pipa (m)
Untuk perhitungan ini berdasarkan desain. Tidak
OD = Diameter luar pipa (m) menutup kemungkinan adanya penambahan jumlah

50
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

anoda guna menjaga keamanan yang lebih untuk A = Luas permukaan piringan turbin (𝑚2 )
proteksi katodik ini.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
N = 𝑁𝑚𝑖𝑛 x (1 + Sf) (5)
Perlindungan korosi dengan metode Impressed
Dimana : Current Cathodic Protection (ICCP) sesuai dengan
apa yang dibutuhkan untuk mendesain sistem
N = Jumlah anoda yang dibutuhkan (buah)
perlindungan korosi. Perlindungan korosi metode ini
𝑁𝑚𝑖𝑛 = Minimal anoda yang dibutuhkan (buah) sangat berguna apabila menginginkan monitoring pada
sistem yang akan dilindungi. Pada sistem ICCP ini
Sf = Safety Factor membutuhkan arus. Dimana pada kali ini arus
2.8 Tegangan Total bersumber dari turbin. Oleh karena itu pembagian ini
ada 2 perhitungan ICCP dan Turbin.
Tegangan total dimana untuk pengaturan pada
3.1 Perhitungan Impressed Current Cathodic
Rectifier.
Protection (ICCP)
𝑉𝐷𝐶 = [(𝐼𝑡 x 𝑅𝑇 ) x (1 + 𝑆𝑓2 )] + 𝐵𝑒𝑚𝑓 (6)
Secara umum perhitungan awal ICCP
Dimana : menegetahui bagian yang akan dilindungi. Pada kali
ini menhitung pipeline dengan panjang 1000 m, 2000
𝑉𝐷𝐶 = Tegangan DC yang dibutuhkan (V) m, 3000 m, 4000 m, dan 5000 m. Akan tetapi data
𝐼𝑡 = Total arus proteksi (A) yang diperlukan tidak hanya panjang, memerlukan
data seperti nominal outside diameter, coating
𝑅𝑇 = Tahanan total (Ω) breakdown dll. Oleh karena itu data tersebut tertera
pada Tabel I.
𝑆𝑓2 = Safety factor 2
Tabel I Data untuk pipeline
𝐵𝑒𝑚𝑓 = Tegangan balik (V)
Spesifikasi Nilai Satuan
2.9 Daya yang dibutuhkan
Nominal outside diameter 10 in
Daya yang dibutuhkan proteksi berhubungan
Coating breakdown 5 %
dengan kecepatan yang harus didapatkan oleh turbin.
Usia desain 20 tahun
P=Vx I (7)
Resivitas tanah 10 Ohm.m
Dimana : Safety factor 15 %

P = Daya yang dibutuhkan untuk memproteksi Safety factor 2 15 %


pipeline (Watt) Laju konsumsi anoda 29 kg/A.year
Berat 1 anoda 29 kg
V = Tegangan DC yang dibutuhkan (V)
Jumlah groundbed 1 buah
I = Keluaran dari rectifier (A)
Dengan adanya data tersebut, dapat dihasilkan
2.10 Kecepatan turbin yang dibutuhkan jumlah luas permukaan yang akan diproteksi oleh
Kecepatan turbin yang dibutuhkan berasal dari sistem ICCP.
perhitungan daya turbin, daya turbin dimana akan
sama dengan daya yang dibutuhkan untuk
memproteksi pipeline. Kecepatan ini adalah kecepatan
angin.
3 𝑃
v= √ (8)
0,593 𝑥 0,5 𝑥 𝜌 𝑥 𝐴

Dimana :
v = Kecepatan arus (m/detik)
P = Daya yang dibutuhkan (Watt)
0,593 = besaran efisiensi berdasarkan ketetapan
Betz
𝜌 = berat jenis fluida yang menggerakan turbin
(kg/𝑚3 )

51
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Tabel II Perhitungan luas permukaan Tabel V. Perhituangan tegangan yang dibutuhkan


L (m) V (V)
L (m) SA (m2)
1000 2.2
1000 858
2000 2.44
2000 1715
3000 2.66
3000 2572
4000 2.88
4000 3430
5000 3.1
5000 4288
Tegangan yang didapatkan dimana untuk
menentukan daya yang dibutuhkan. Daya tersebut
Dari perhitungan luas permukaan, dapat kita lihat akan menjadi acuan dalam menentukan kecepatan
pada tabel II bahwa semakin panjang pipeline yang angin. Kecepatan angina akan membuat rotor bergerak
akan diproteksi maka semakin besar luas permukaan cepat dan dimana generator akan mengahsilkan
yang akan dilindungi. Dengan adanya luas permukaan, energi.
dapat menentukan kebutuhan arus untuk mengalirkan
Tabel VI. Pehitungan kecepatan yang dibutuhkan
sepanjang pipa yang dibutuhkan.
Tabel III Perhitungan kebutuhan arus L (m) P (V)
L (m) I (A) 1000 9.44
1000 4.29 2000 20.94
2000 8.58 3000 34.21
3000 12.86 4000 49.40
4000 17.1531 5000 66.46
5000 21.44 3.2 Perhitungan pada turbin

Mengacu pada formula persamaan 2, dengan Setelah diketahui daya untuk perlindungan
adanya pertambahan panjang pada pipa akan pipeline maka dapat dihitung kecepatan yang harus
berbanding lurus dengan penambahan kebutuhan arus dihasilkan oleh turbin. Dimana daya turbin adalah
pada sebuah pipeline. Dimana arus ini akan membantu sama dengan daya yang diperlukan untuk melindungi
dan juga pembeda antara ICCP dan SACP. pipa terhadap korosi.

Tabel IV pehitungan anoda Tabel VII minimal kecepatan turbin


L (m) W (kg) Nmi n (piece) N (Piece) L (m) V (m/s)
1000 50 1 2 1000 0.96
2000 50 1 2 2000 1.25
3000 50 1 2 3000 1.47
4000 50 1 2 4000 1.67
5000 50 1 2 5000 1.84

Anoda yang diibutukan berbeda seperti yang Dengan melakukan perhitungan yang ada dapat
ditunjukan pada tabel II. Kebutuhan anoda pada kita ketahui kecepatan minimal yang harus di dapakan
sistem ICCP tidak sebanyak SACP. Penempatan oleh turbin untuk bisa memenuhi kebutuhan
anoda biasanya dibawah groundbed sebagai alas dari perlindungan pada pipeline. Untuk itu pentingny
anoda. Anoda akan mengalirkan elektronnya melalui apemilihan lokasi pada sistem ini. Sehingga alat ini
konduktor menuju katoda dan selanjutnya electron seharunya dibuat secara portable guna bisa dilakukan
akan bereaksi dengan ion positif pada permukaan pemindahan lokasi apabilda kecpetan pada lokasi awal
logam. Sedangkan anoda yang telah kehilangan kurang atau tidak sesuai dengan minimal kecepatan.
electron akan kelebihan muatan positif sehingga Namun sebesar apapun daya yang dihasilkan oleh
bereaksi dengan ion positif yang ada pada elektrolit turbin sangat penting untuk tetap diatur pada rectifier,
yang akan membentuk produk korosi. karena penting untuk tetap mengendalikan sesuai
dengan standar minimal bukan berarti dapat
diperbesar untuk lebih aman. Pada penelitian ini hanya
sekedar desain, untuk penerapan di lapangan tetap
sangat penting untuk mengacu pada code and
standard baik nasional maupun internasional. Adapula

52
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

pengalaman pada saat dilapangan sebagai acuan, diperhatikan yang mengacu pada code and
karena terkadang kondisi yang ada sangat berbeda saat standard.
mendsain sebuah sistem perlindungan korosi. Seperti
5. REFERENSI
halnya kondisi tanah terkadang berbeda, maka dari itu
pengelaman juga sangat penting saat menyesuaikan 1. Ardhiansyah, Fahmy. 2010. Analisis Keandalan
antara perhitungan desain dan aplikasi di lapangan. Scantling Support Structure System Gas.
4. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Chakrabarti, Subrata K. 2005. Handbook of
Setelah dilakukan perhitungan pada sistem ICCP Offshore Engineering. Plainfield: Elsevier
yang terintegrasi oleh Savonius Turbine adapula
kesimpulan dan saran sangat penting sebagai 3. Chopra, Anil K. 2001. Dynamics of Structures.
ringkasan dan masukan pada saat melakukan New Jersey: Prentice Hall.
penelitian ini.
4. Dean, Robert G. dan Robert A. Dalrymple. 1991.
4.1 Kesimpulan Water Wave Mechanics for Engineers and
Ada beberapa kesimpulan dari penelitian ini Scientists. Singapura: World Scientific.
diantaranya adalah: 5. Dudek, M. Dan G.F. Clauss. 2011. Loads and
1. Pengunaan ICCP pada sistem ini dengan data Motions of Offshore Structures in ExtremeSeas.
percobaan 1000m, 2000m, 3000m, 4000m, dan Genoa: Congress of Intl. Maritime Assoc. Of
5000m. dengan Nomimal Pipe Size 10”. Mediterranean
2. Penggunaan sistem ini mebutuhakan arus 6. Gerwick Jr., Ben C. 2007. Construction of Marine
sebesar 4-24 A. Dimana pembulatan keatas
and Offshore Structures. San Fransisco:CRC
untuk melakukan pengaturan dan juga
perhitungan selanjutnya. Press.

3. Adapula anoda yang dibutuhkan untuk 7. Goda, Y. 2000. Random Seas and Design of
perlindungan pipeline ini sejumlah 1-2 buah Maritime Structures. Singapura: World
anoda. Dimana anoda ini adalah salah satu Scientific Internal Energy Agency. 2010. World
komponen yang menjaga agar pipeline tetap Energy Outlook. Paris: Internal Energy Agency.
terlindungi.
8. McCormick, Michael E. 2010. Ocean Engineering
4. Daya yang dibutuhkan pada perlindungan
pipeline ini harus sesuai dengan daya turbin. Mechanis with Applications. Cambridge:
Daya yang dibutuhkan berkisar 9-67 Watt. Cambridge University Press

5. Dengan didapatkan daya turbin maka dapat 9. McCormick, Michael E. 2010. Ocean Engineering
menghitung kebutuhan kecepatan minimal. Mechanis with Applications. Cambridge:
Kecepatan yang dibutuhkan 1-2 m/s dapat Cambridge University Press.
memenuhi 1000m–5000m pada perhitungan ini
10. Halimatuddahliana, 2003, Pencegahan Korosi dan
4.2 Saran
Scale pada Proses Produksi Minyak Bumi.
Ada beberapa saran yang mungkin bisa
dikembangkan pada penelitian selanjutnya : 11. Ingriany S. Mahaganti serta Ir.Hans Tumaliang
MT.,Ir.A.F.Nelwan MT, Ir.Marthinus Pakiding
1. Pelu adanya penelitian lebih tentang konstruksi MT. 2014.Pra-desain Pembangkit Listrik Tenaga
turbin, dimana kontruksi turbin perlu ditinjau
ulang untuk penerapan di lapangan. Arus Laut Menggunakan Generator Asinkron.
Manado:E-Journal Teknik Elektro dan Komputer
2. Melakukan tinjauan dari segi dana untuk saat (2014).ISSN:2301-8402.
mebuat sistem ICCP yang terintegrasi oleh
savonius turbine. 12. Soegiono, Prof.Ir., 2007, Pipa Laut, Surabaya :
3. Melakukan tinjauan ulang tentang kondisi Airlangga University Press.
tanah yang mungkin bisa berbeda-beda di 13. Supomo, H., 1995, Diktat Kuliah Korosi,
daerah 1 dan juga daerah lainnya.
Surabaya : Jurusan Teknik Perkapalan Trethewey,
1. Desain rancang bangun turbin harus ditinjau KR dan J.
ulang mengingat desain turbin berpengaruh
pada daya yang dihasilkan. 14. Chamberlain, 1991, Korosi untuk mahasiswa dan
Rekayasawan Widarto,S., 2001, Karat dan
2. Pemilihan material, kabel, anoda dan juga
Pencegahan, Jakarta : Pradnya Paramita.
kerpeluan lain pada sistem ICCP perlu

53
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Pengaruh Metode Pembelajaran Peer Teaching Berbasis Studi Eksperimen


Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas X SMAN 1
Bontonompo
Santih Anggereni*, Muh. Syihab Ikbal
Pendidikan Fisika, Pendidikan Fisika, UIN Alauddin Makassar
*Email : santih.anggereni@uin-alauddin.ac.id

Jl.H.M Yasin Limpo No. 36 Samata-Gowa, Indonesia

Abstrak — Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan
proses sains antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran fisika dengan metode peer teaching berbasis studi eksperimen
dan peserta didik yang mengikuti pembelajaran fisika dengan metode konvensional pada kelas X SMAN 1 Bontonompo
Kabupaten Gowa. Desain penelitian yang digunakan adalah The Matching only Posttest only Control Group Design.
Populasi yaitu seluruh peserta didik kelas X SMAN 1 Bontonompo yang berjumlah 350 orang yang tersebar dalam 10 kelas.
Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang tersebar dalam 2 kelas dan dipilih dengan cara teknik matching atau sampel
sepadan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes keterampilan proses sains, lembar observasi dan lembar
kerja peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung = 3,97 dan ttabel = 2,02, maka nilai thitung >ttabel, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan proses sains antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran fisika
dengan metode peer teaching berbasis studi eksperimen dan peserta didik yang mengikuti pembelajaran fisika dengan
metode konvensional pada kelas X SMAN 1 Bontonompo.

Kata Kunci — Peer Teaching, Studi Eksperimen, Keterampilan Proses Sains

1. PENDAHULUAN memecahkan masalah, bekerja dan bersikap ilmiah,


serta bisa berkomunikasi dengan baik.
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Betapa tidak, melalui pendidikan Sesuai dengan hakikat pembelajaran fisika, maka
manusia dapat mencapai tujuan yang terencana dan pada proses pembelajarannya peserta didik tidak
bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Bagi hanya mempelajari konsep dan teori saja, tetap
bangsa Indonesia, pendidikan merupakan sarana untuk dituntut untuk mengaplikasikan teori dan konsep
melahirkan penerus bangsa yang unggul dan memiliki tersebut. Hal ini mengharuskan adanya kegiatan
jiwa kompetensi yang tinggi. praktikum dalam pembelajaran fisika. Melalui
kegiatan praktikum, peserta didik dituntun untuk
Tujuan pendidikan disebutkan secara jelas di
mengasah keterampilan mereka dan menemukan
dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II tentang
kesesuaian antara hasil yang mereka temukan dengan
Dasar, Fungsi, dan Tujuan pasal 2 bahwa pendidikan
teori yang telah mereka pelajari.
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang Keterampilan proses sains sangat dibutuhkan
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan untuk dapat menciptakan jiwa ilmuwan bagi diri siswa
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi dalam rangka pengembangan fakta, konsep dan
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan prinsip ilmu pengetahuan. Hal ini karena keterampilan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak proses merupakan keterampilan yang menjadi dasar
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan dalam melakukan metode ilmiah. Keterampilan proses
menjadi warga negara yang demokratis serta sains adalah kemampuan peserta didik dalam hal
bertanggung jawab. merumuskan masalah, menyusun hipotesis, variabel,
mengolah data, dan menganalisis/menyimpulkan [12].
Fisika, merupakan salah satu ilmu alam yang
dipandang sebagai dasar dari semua falsafah ilmu. Berdasarkan observasi, pembelajaran fisika di
Tidak mengherankan jika fisika disebut sebagai SMAN 1 Bontonompo Kabupaten Gowa, khususnya
mother of knowledge. Kemantapan fisika sebagai ilmu pada kegiatan praktikum, masih berorientasi pada
alam, ada pada kesederhanaan prinsip dan hukum- metode demonstrasi. Pembelajaran praktikum fisika
hukumnya yang dibalut dengan persamaan-persamaan dengan metode tersebut dianggap kurang efektif
yang bersifat matematis. Keunggulan fisika lainya dalam meningkatkan keterampilan peserta didik
terletak pada teori-teori yang dapat dibuktikan melalui karena yang berperan aktif adalah guru, sementara
eksperimen. peserta didik hanya menyimak dan melihat. Hal ini
mengakibatkan kurang melatih keterampilan peserta
Pembelajaran fisika sebagai salah satu Ilmu
didik selama proses pembelajaran berlangsung,
Pengetahuan Alam, bukan hanya sekedar mengetahui
sehingga karakteristik dari pembelajaran fisika tidak
konsep dan teori saja. Pembelajaran fisika menuntun
tercapai secara optimal.
peserta didik untuk melakukan, berpikir kritis dalam

54
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Menurut Sayekti dkk (2012), melalui metode Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu
demonstrasi, peserta didik memiliki beberapa untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh
keterbatasan, sehingga kemampuan yang mereka Metode Pembelajaran Peer Teaching Berbasis Studi
miliki kurang nampak. Hal ini karena peserta didik Eksperimen Terhadap Keterampilan Proses Sains
hanya bisa memperhatikan apa yang diperagakan oleh Peserta Didik Kelas X SMAN 1 Bontonompo". Di
guru dan tidak terlibat secara aktif [9]. Kholifuddin dalam penelitian ini, metode peer teaching akan
(2012) menambahkan bahwa metode demonstrasi diterapkan dalam kegiatan studi eksperimen, dalam
bersifat statik, karenasiswa hanya melakukan hal ini adalah kegiatan praktikum. Secara teknis,
pengamatan tanpa melakukan sendiri [7]. metode tersebut dibandingkan dengan metode
praktikum konvensional yaitu metode demonstrasi.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan
Setelah melakukan pembelajaran fisika, peserta didik
pembelajaran fisika, khususnya pada kegiatan
diharapkan lebih mampu memaknai pembelajarannya
praktikum di SMAN 1 Bontonompo adalah dengan
dan mampu meningkatkan keterampilan mereka,
menerapkan suatu metode pembelajaran yang dapat
khususnya keterampilan proses sains.
melibatkan peserta didik secara aktif. Metode yang
dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif adalah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
metode peer teaching atau tutor sebaya. mengetahui perbedaan keterampilan proses sains
antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran
Peer teaching merupakan salah satu metode
fisika dengan metode peer teaching berbasis studi
mengajar yang menuntut seorang peserta didik mampu
eksperimen dan peserta didik yang mengikuti
mengajar pada peserta didik lainnya. Melalui metode
pembelajaran fisika dengan metode konvensional pada
peer teaching peserta didik dituntut untuk aktif
kelas X SMAN 1 Bontonompo kabupaten Gowa.
berdiskusi dengan sesama temannya atau mengerjakan
tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru, baik 2. METODOLOGI PENELITIAN
tugas itu dikerjakan di rumah maupun di sekolah [8].
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian
Metode tutor sebaya (peer teaching) adalah ini adalah quasi experiment, yaitu jenis penelitian
metode pembelajaran dengan pendekatan kooperatif yang memungkinkan adanya kelompok treatment dan
dimana peserta didik ada yang berperan sebagai kelompok pembanding pada proses penelitiannya.
pengajar (biasanya siswayang lebih pandai dari siswa Desain yang digunakan adalah The Matching Only
yang lain) dan peserta didik yang lain berperan Posttest Only Control Group Design yang diadaptasi
sebagai pembelajar, baik pada usia yang sama atau dari desain Fraenkel [3], sebagai berikut:
pengajar berusia lebih tua dari pembelajar. Hal ini
dilakukan untuk membantu belajar dalam tingkat kelas
yang sama, untuk mengembangkan kemampuan yang
lebih baik dalam mendengarkan, berkonsentrasi, dan Gambar 1. Desain penelitian
memahami apa yang dipelajari dengan cara yang
Berdasarkan desain penelitian pada gambar 1,
bermakna, karena penjelasan yang diberikan
dua kelompok/kelas akan dibandingkan dengan
menggunakan bahasa yang lebih akrab [2].
perlakuan yang berbeda. Kelompok treatment
Langkah-langkah metode peer teaching secara mengikuti pembelajaran fisika dengan metode peer
umum meliputi: (1) guru menyusun kelompok belajar, teaching berbasis studi eksperimen sementara
setiap kelompok beranggota 3-4 orang yang memiliki kelompok control mengikuti pembelajaran fisika
kemampuan beragam, (2) guru menjelaskan tentang dengan metode konvensional dalam hal ini adalah
cara penyelesaian tugas melalui kelompok dengan metode demonstrasi.
metode peer teaching, wewenang dan tanggung jawab
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
masing-masing anggota kelompok, dan memberi
peserta didik kelas X SMAN 1 Bontonompo yang
penjelasan tentang mekanisme penilaian tugas melalui
berjumlah 350 orang dan tersebar ke dalam 10 kelas.
peer assessment dan self assessment, (3) guru
Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang tersebar
menjelaskan materi pembelajaran kepada semua
dalam 2 kelas dan dipilih dengan cara teknik matching
peserta didik dan memberi peluang tanya jawab
atau sampel sepadan. Satu kelas dijadikan sebagai
apabila terdapat materi yang belum jelas, (4) guru
kelompok treatment dan satu kelas yang lain dijadikan
memberi tugas kelompok, dengan catatan peserta
sebagai kelompok control.
didik yang kesulitan dalam mengerjakan tugas dapat
meminta bimbingan kepada teman yang ditunjuk Instrumen pengumpulan data yang digunakan
sebagai tutuor/guru, (5) guru mengamati aktivitas adalah tes keterampilan proses sains, lembar observasi
belajar dan memberi penilaian kompetensi, (6) guru, dan lembar kerja peserta didik. Instrumen penelitian
tutor dan peserta didik memberikan evaluasi proses akan divalidasi oleh dua orang ahli sebelum digunakan
belajar mengajar untuk menetapkan tindak lanjut dalam penelitian.
kegiatan putaran berikutnya [8].
Data penelitian yang telah dikumpulkan diolah
dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan

55
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif deviasi) yang diperoleh sebesar 8,80 dengan varians
memuat nilai mean, standar deviasi, varians, dan sebesar 77,4.
kategorisasi keterampilan proses sains. Rentang nilai
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel III,
kategorisasi keterampilan proses sains mengacu pada
maka dapat diperoleh kategorisasi keterampilan proses
penilaian acuan patokan sebagai berikut:
sains peserta didik setelah mengikuti pembelajaran
Tabel I. Kategori keterampilan proses sains fisika dengan metode peer teaching berbasis studi
eksperimen. Katergorisasi keterampilan proses sains
Rentang nilai Kategori dapat disajikan pada tabel dan diagram pie sebagai
X ≥ X + Sd Tinggi berikut:
X + Sd>X > X -
Sedang Tabel IV. Kategori keterampilan proses sains kelas
Sd
treatment
X ≤ X - Sd Rendah
Rentang
Analisis statistik inferensial memuat uji Frekuensi % Kategori
nilai
normalitas data, uji homogenitas dan uji signifikansi ≥ 84 4 20 Tinggi
yaitu dengan menggunakan independent sample t-test. 84 > x >
11 55 Sedang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 66
≤ 66 5 25 Rendah
3.1 Gambaran Keterampilan Proses Sains peserta Jumlah 20 100
didik yang yang mengikuti pembelajaran fisika
dengan metode peer teaching berbasis studi
eksperimen (kelas treatment)
Sebaran data keterampilan proses sains (KPS)
untuk kelas treatment dapat disajikan pada tabel
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel II. Data hasil penelitian pada kelas treatment
Nilai
Fekuensi
KPS
60-64 3
65-69 2
70-74 5
75-79 2 Gambar 2. Diagram pie kategori keterampilan proses
80-84 4 sains kelas treatment
85-89 4
Berdasarkan tabel IV dan gambar 2, dapat
Jumlah 20
ditunjukkan bahwa dari keseluruhan jumlah peserta
Sebaran data penelitian pada tabel II digunakan didik pada pada kelas treatment, tingkat keterampilan
sebagai dasar untuk memperoleh hasil statistik proses sains yang dimiliki adalah 25% pada kategori
deskriptif yang dapat disajikan sebagai berikut: rendah, 55% pada kategori sedang, dan 20% pada
kategori tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, maka
Tabel III. Hasil analisis deskriptif data kelas treatment dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan proses
Parameter sains peserta didik yang mengikuti pembelajaran
Nilai fisika dengan metode peer teaching berbasis studi
statistik
Nilai eksperimen, rata-rata berada pada kategori sedang.
88
maksimum Pengujian normalitas untuk data penelitian yang
Nilai minimum 60 diperoleh pada kelas treatment dapat disajikan sebagai
Rata-rata 75 berikut:
Standar deviasi 8,80
Varians 77,4 Tabel V. Hasil uji normatilas data kelas treatment

Tabel II di atas menunjukkan hasil analisis Tests of Normality


deskriptif untuk data keterampilan proses sains peserta Kolmogorov-
didik kelas treatment. Berdasarkan tabel tersebut, Variabel Smirnova
dapat ditunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh Statistic df Sig.
peserta didik sebesar 88 dan nilai terendah sebesar 60. Keterampilan Proses
.122 20 .200*
Rata-rata nilai keterampilan proses sains peserta didik Sains
sebesar 75,25. Besarnya simpangan baku (standar

56
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Berdasarkan tabel V diatas diperoleh nilai 56


signifikasi sebesar 0,200 untuk derajat kebebasan (df) ≤ 56 6 30 rendah
sebesar 20. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (sig.> Jumlah 20 100
0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data
penelitian yang diperoleh pada kelas treatment
berdistribusi normal.
A. Gambaran Keterampilan Proses Sains peserta
didik yang yang mengikuti pembelajaran fisika
dengan metode konvensional(kelas control)
Sebaran data keterampilan proses sains (KPS)
untuk kelas control dapat disajikan pada tabel
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel VI. Data hasil penelitian pada kelas control
Nilai KPS Fekuensi
54-59 6 Gambar 3. Diagram pie kategori keterampilan proses
60-64 5 sains kelas control
65-69 2 Berdasarkan tabel VIII dan gambar 3, dapat
70-74 4 ditunjukkan bahwa dari keseluruhan jumlah peserta
75-80 3 didik pada pada kelas control, tingkat keterampilan
Jumlah 20 proses sains yang dimiliki adalah 30% pada kategori
Sebaran data penelitian pada tabel VI digunakan rendah, 45% pada kategori sedang, dan 25% pada
sebagai dasar untuk memperoleh hasil statistik kategori tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, maka
deskriptif yang dapat disajikan sebagai berikut: dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan proses
sains peserta didik yang mengikuti pembelajaran
Tabel VII. Hasil analisis deskriptif data kelas control fisika dengan metode konvensional, rata-rata berada
Parameter pada kategori sedang.
Nilai
statistik Pengujian normalitas untuk data penelitian yang
Nilai diperoleh pada kelas control dapat disajikan sebagai
80
maksimum berikut:
Nilai minimum 54
Tabel IX. Hasil uji normatilas data kelas control
Rata-rata 64,25
Standar deviasi 8,29 Tests of Normality
Varians 68,72 Kolmogorov-
Variabel Smirnova
Tabel VII di atas menunjukkan hasil analisis
deskriptif untuk data keterampilan proses sains peserta Statistic df Sig.
didik kelas control. Berdasarkan tabel tersebut, dapat Keterampilan Proses
.168 20 .142*
ditunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh Sains
peserta didik sebesar 80 dan nilai terendah sebesar 54. Berdasarkan tabel V diatas diperoleh nilai
Rata-rata nilai keterampilan proses sains peserta didik signifikasi sebesar 0,142 untuk derajat kebebasan (df)
sebesar 64,25. Besarnya simpangan baku (standar sebesar 20. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (sig.>
deviasi) yang diperoleh sebesar 8,29 dengan varians 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data
sebesar 68,72. penelitian yang diperoleh pada kelas control
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel VII, berdistribusi normal.
maka dapat diperoleh kategorisasi keterampilan proses 3.2 Perbedaan keterampilan proses sains antara
sains peserta didik setelah mengikuti pembelajaran peserta didik yang mengikuti pembelajaran
fisika dengan metode konvensional. Katergorisasi fisika dengan metode peer teaching berbasis
keterampilan proses sains dapat disajikan pada tabel studi eksperimen dan peserta didik yang
dan diagram pie sebagai berikut: mengikuti pembelajaran fisika dengan metode
Tabel VIII. Kategori keterampilan proses sains kelas konvensional pada kelas X SMAN 1
control Bontonompo.

Rentang Hasil pengujian normalitas data menunjukkan


Frekuensi % Kategori bahwa data-data penelitian yang diperoleh
nilai
≥ 73 5 25 tinggi berdistribusi normal, baik pad akelas treatment dan
73 > x > 9 45 sedang kelas control. Hasil ini menjadi dasar untuk

57
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

melanjutkan pengujian data ke tahap uji signifikansi Pembelajaran dengan metode peer teaching
dalam hal ini menggunakan independent sample t-test. memberikan kesempatan kepada peserta didik yang
Uji signifikansi diperlukan dengan maksud untuk menjadi tutor untuk menyampaikan materi dengan
mencari perbedaan dari dua perlakuan yang diberikan cara yang bervariasi, sehingga pembelajaran menjadi
pada kedua kelas yang dibandingkan, apakah dapat lebih kreatif. Metode peer teaching juga dapat
diterima atau ditolak. mengurangi rasa kurang percaya diri peserta didik
untuk bertanya tentang materi yang belum mereka
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi dengan
dipahami. Hal ini karena selama proses pembelajaran,
menggunakan independent sample t-test, diperoleh
yang mereka hadapi adalah teman sebayanya sendiri,
hasil sebagai berikut:
sehingga interaksi dan aktivitas peserta didik selama
Tabel X. Hasil pengujian signifikansi proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Levene's Test for Kelebihan metode peer teaching yang diuraikan
t-test for Equality of di atas, menunjukkan bahwa metode tersebut menjadi
Equality of
Means salah satu pilihan alternatif untuk mengembangkan
Variabel Variances
Sig. (2- proses pembelajaran dalam kelas, khususnya
F Sig. t df pembelajaran fisika. Kondisi pembelajaran yang
tailed)
Keteramp difasilitasi oleh teman sebaya yang akrab akan
ilan membuat peserta didik mengikuti kegiatan
.083 .774 3.97 38 .000 pembelajaran lebih efektif, karena peserta didik akan
Proses
Sains lebih leluasa untuk mengatur waktu pembelajaran,
tujuan-tujuan belajar dan target penguasaan materi
Tabel X di atas menjelaskan hasil analisis yang diharapkan.
inferensial terkait uji homogenitas data dan uji
signifikansi. Berdasarkan tabel tersebut, pada kolom Banyak metode pembelajaran yang dapat
Levene's Test for Equality of Variances diperoleh nilai digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
F = 0,083 dan signifikansi sebesar 0.774. Nilai belajar-mengajar. Metode pembelajaran tersebut
signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 (sig.> 0,05) dipilih dan disesuaikan dengan materi pelajaran yang
sehingga dapat disimpulkan bahwa data-data akan disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran
penelitian yang diperoleh bersifat homogen. dapat tercapai. Metode pembelajaran yang dipakai
dalam kegiatan belajar-mengajar haruslah metode
Penjelasan lain yang dapat diperoleh dari tabel X pembelajaran yang dapat membangkitkan minat
adalah hasil uji signifikansi. Berdasarkan tabel belajar siswa, sehingga materi-materi pelajaran yang
tersebut, pada kolom t-test for Equality of Means disampaikan dapat dengan mudah dipahami.
diperoleh nilai t = 3,97 dan signifikansi sebesar 0,000 Pembelajaran dengan metode peer teaching
pada untuk derajat kebebasan 38. Nilai signifkansi menciptakan rasa saling menghargai dan mengerti di
yang diperoleh tersebut lebih kecil dari 0,05 (sig.< antara peserta didik yang bekerja bersama. Tutor
0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis sebaya (peer teaching) ini memudahkan belajar, siswa
yang diajukan dapat diterima. Hal ini menunjukkan berpartisipasi aktif, dan dapat memecahkan masalah
bahwa terdapat perbedaan keterampilan proses sains bersama-sama, sehingga pemerataan pemahaman
yang signifikan antara peserta didik yang mengikuti terhadap materi pembelajaran yang diberikan dapat
pembelajaran dengan metode peer teaching berbasis tercapai [2].
studi eksperimen dan peserta didik yang mengikuti
pembelajaran fisika dengan metode konvensional pada Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil
kelas X SMAN 1 Bontonompo. penelitian yang telah dilakukan di Oman, dengan judul
The Effect of Peer Teaching on Mathematics
Terbuktinya hipotesis yang diajukan dalam Academic Achievement of the Undergraduate Students
penelitian ini, menunjukkan bahwa metode peer in Oman, menunjukkan bahwa metode peer teaching
teaching memberikan pengaruh yang lebih baik dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
terhadap tingkat keterampilan proses sains peserta Rata-rata skor prestasi belajar peserta didik yang
didik dibandingkan jika menggunakan metode diperoleh pada kelas eksperimen lebih besar dari kelas
konvensional. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata kontrol, yaitu 6,69 pada kelas eksperimen dan 4,50
keterampilan proses sains peserta didik pada masing- pada kelas kontrol [1].
masing kelas yang dibandingkan. Peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan metode peer Hasil peneilitian ini juga sejalan dengan hasil
teaching, memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari penelitian yang telah dilakukan di Yokyakarta,
metode konnvensional. Selain itu, frekuensi peserta menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang
didik pada kelas peer teaching yang memiliki signifikan hasil belajar fisika aspek kognitif
keterampilan proses sains pada kategori sedang lebih danketerampilan proses sains ditinjau dari kemampuan
banyak dibandingkan dengan frekuensi peserta didik awal fisika pada siswa kelas X di SMA Negeri
pada kelas dengan metode konvensional.

58
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

9Yogyakarta dengan model pembelajaran inkuiri 3. Fraenkel, JR., Wallen, N., E., Hyun, H., H. 2012.
terbimbing melalui metode eksperimen [11]. How to Design and Evaluate Research in
Education 8th, McGrow-Hill Companies Inc, New
Selain itu, hasil penelitian yang telah dilakukan
York.
di Pontianak, menunjukkan bahwa penggunaan
metode eksperimen berbantuan pendekatan tutor 4. Handayani, A., D., Sahala, S., Arsyid, S., B. 2014.
sebaya efektif dalam meremediasi miskonsepsi siswa Remediasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan
kelas VIII MTs Negeri 1 Pontianak pada materi Metode Eksperimen Berbantuan Tutor Sebaya
cermin [4]. pada Materi Cermin SMP. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 3(1), 1-13.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya di atas
menunjukkan bahwa metode peer teaching berbasis 5. Hermawati, M., Arief, A. 2016. Pengaruh Kegiatan
studi eksperimen memberikan pengaruh yang lebih Praktikum Berbantuan Tutor Sebaya terhadap
baik dari pada metode konvensional/metode Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor SMA
demonstrasi. Hal demikian memperkuat hasil yang Negeri Mojoagung. Jurnal Inovasi Pendidikan
diperoleh dalam penelitian ini yaitu terdapat Fisika, 5(2), 85-88.
perbedaan keterampilan proses sains antara peserta
6. Irmawati, A., Hidayat, M., Y., Ashar, A. 2016.
didik yang mengikuti pembelajaran fisika dengan
Penerapan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya
metode peer teaching berbasis studi eksperimen dan
Dalam Meningkatkan Hasil BelajarKit Eksperimen
peserta didik yang mengikuti pembelajaran fisika
Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika, 4(2), 67-70.
dengan metode konvensional pada kelas X SMAN 1
Bontonompo, Kab. Gowa. 7. Kholifudin, M., Y. 2012. Pembelajaran Fisika
dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Gaya
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan analisis Belajar Siswa. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI
data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata HFI Jateng & DIY. 14 April 2012. Purworejo.
nilai keterampilan proses sains peserta didik yang
8. Mulyatiningsih. 2013. Metode Penelitian Terapan
mengikuti pembelajaran dengan metode peer teaching
Bidang Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
berbasis studi eksperimen lebih besar dari nilai rata-
rata keterampilan proses sains peserta didik yang 9. Sayekti, C., I., Sarwanto, Suparmi. 2012.
mengikuti pembelajaran fisika dengan metode Pembelajaran IPA menggunakan Pendekatan
konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Inkuiri Terbimbing melalui Metode Eksperimen
terdapat perbedaan keterampilan proses sains antara dan Demonstrasi ditinjau dari Kemampuan
peserta didik yang mengikuti pembelajaran fisika Analisis dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal
dengan metode peer teaching berbasis studi InkuiriUNS, 1(1), 142-153.
eksperimen dan peserta didik yang mengikuti
10. Siregar, S. 2014. Statistik Parametrik untuk
pembelajaran fisika dengan metode konvensional pada
Penelitian Kuantitatif, Bumi Aksara, Jakarta.
kelas X SMAN 1 Bontonompo.
11. Subekti, Y., Ariswan, A. 2016. Pembelajaran
5. REFERENSI
Fisika dengan Metode Eksperimen untuk
1. Abdelkarim , R., Abuiyada, R. 2016. The Effect of Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan
Peer Teaching on Mathematics Academic Keterampilan Proses Sains. Jurnal Inovasi
Achievement of the Undergraduate Students in Pendidikan IPA, 2(2), 252-261.
Oman. International Education Studies, 9(5), 124-
12. Yonata, B., Poedjiastoeti,S., Agustini, R. 2015.
132.
Integrasi Keterampilan Proses dalam
2. Febianti, Y., N. 2014. Peer Teaching(Tutor Pembelajaran IPAmengacu Kurikulum 2013.
Sebaya) Sebagai Metode Pembelajaran untuk Prosiding Seminar Nasional Kimia. 3-4 Oktober
Melatih Siswa Mengajar. Edunomic, 2(2), 80-87. 2015.Surabaya

59
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching Perspektif Fisika


dan Ayat – Ayat Semesta dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa pada
Kelas XI IPA-1 MAN 2 Model Makassar
Andi Ferawati Jafar1*, Ali Umar Dani1, Andi Dian Angriani2
1Pendidikan Fisika , Universitas Islam Negeri Alauddin
2Pendidikanmatematika , Universitas Islam Negeri Alauddin
*Email : Ferawati.djafar@uin-alauddin.co.id

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar , Jl. H. M.Yasin Limpo No. 36 , Romang Polong Gowa, Makassar, Indonesia
92114

Abstrak — Penulisan karya ilmiah ini bertujuan mengimplementasikan model pembelajaran quantum teaching perspektif
fisika dan ayat – ayat semesta dalam konsep energi pada kelas XI IPA -1 MAN 2 model Makassar agar dapat menumbuhkan
minat belajar siswa terhadap proses pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap modul sehinngga terpacu semangat
belajarnya untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Adapun yang melatar belakangi penelitian ini dari hasil
observasi awal adalah siswa selalu menganggap bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit dan dan tidak menyenangkan
sehingga mereka malas, tidak berminat belajar fisika dan memiliki hasil fisika yang rendah. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian pra eksperimen, di mana perlakuan diberikan pada satu kelompok eksperimen tanpa kelompok kontrol.Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN Model Makassar tahun ajaran 2014/2015, yang terdiri
dari 6 kelas dengan jumlah siswa 202 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 1 kelas yaitu kelas XI IPA 1 dengan jumlah
siswa 32 orang. Melalui purporsive sampling. Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah quisioner respon siswa
terhadap proses pembeajaran dan quisioner respon siswa terhadap proses modul. Analisis data respon siswa terhadap modul
dan proses pembelajaran adalah menggunakan deskriptif kuantitatif dengan metode perhitungan, persentase, dan interval
skala likert.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon siswa kelas XI IPA 1 MAN 2 Model Makassar terhadap proses
pembelajaran pada pokok bahasan usaha dan energi setelah diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching rata-
rata berada pada kategori sangat senang dan respon siswa kelas XI IPA 1 MAN 2 Model Makassar terhadap modul pada
pokok bahasan usaha dan energi setelah diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching rata-rata berada dalam
kategori sangat positif. Ini menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran quantum teaching perspektif fisika dan
ayat – ayat semesta dalam konsep energi pada kelas XI IPA -1 MAN 2 model Makassar dapat menumbuhkan minat belajar
siswa.

Kata Kunci — Quantum teaching, fisika, ayat semesta, minat

1. PENDAHULUAN terhadap suatukegiatan apabila di dalam diri telah


adaminat. Dalam konsep pendidikan seseorang
Sampai saat ini kondisi pembelajaran fisika
yang memiliki minat belajar terhadap suatu
memang belum seperti yang diharapkan. Hal ini
pelajaran akan lebih tekun mempelajarinya
disebabkan keberhasilan proses pembelajaran fisika
karena dalam dirinya terasa ada kepuasan yang
sebagai proses pendidikan di suatu sekolah
didapat [13].
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik berasal dari
siswa sendiri (internal) seperti aktifitas belajar, Minat belajar adalah minat siswa terhadap
motivasi, minat, dan bakat maupun berasal dari luar pelajaran yang ditandai oleh perhatian siswa pada
(eksternal) seperti guru, lingkungan, fasilitas, pelajaran, kesukaaan siswa terhadap pelajaran,
kurikulum dan metode pembelajaran. keinginan siswa untuk tahu lebih banyak mengenai
pelajaran, tugas-tugas yang diselesaikan oleh siswa,
Kecenderungan siswa didalam mengikuti
motivasi siswa mempelajari pelajaran tersebut,
pembelajaran fisika dipengaruhi oleh minat
kebutuhan siswa terhadap pelajaran dan ketekunan
belajarnya. Semakin tinggi minat siswa terhadap
siswa dalam mempelajarinya. Kurangnya minat
pembelajaran yang diikuti, maka besar pula
belajar anak terhadap pembelajaran karena kurangnya
kemampuanya untuk memaknai pembelajaran
pengertian tentang hakekat dan fungsi pembelajaran
tersebut. Minat belajar mendorong siswa untuk dapat
itu sendiri [8].
mendalamai apa yang mereka kerjakan, sehingga
siswa akan berusaha untuk mencapai tujuan yang Hasil studi di SMAN 2 Watampone
ingin mereka inginkan dalam pembelajaran. menunjukkan bahwa jika minat belajar siswa tinggi
maka hasil belajar juga akan semakin tinggi. Hal ini
Minat belajara dalah rasa suka yang timbul
menunjukkan bahwa minat belajar sangat berpengaruh
dari dalam diri seseorang karena adanya
terhadap hasil belajar siswa [13].
ketertarikan terhadap suatu kegiatan
pembelajaran yang kemudian dilakukan dan Hasil penelitian lain di MA Al Fattah
mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Seseorang Sumbermulyo, menunjukkan bahwa minat belajar
akan lebih termotivasi dan merasa senang mempunyai pengaruh yang sedang atau cukup

60
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

terhadap prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Al jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
Fattah Sumbermulyo. Angka indeks korelasi minat mereka tiada juga beriman (Al-Anbiya: 30).
belajar dengan prestasi belajar bidang studiekonomi
Ayat di atas memberikan penjelasan tentang asal
adalah 0,681. Dari hasil penelitian tersebut dapat
usul terbentuknya alam semesta. Makna konteks yang
disimpulkan bahwa minat belajar berpengaruh
terkandung menjadi dasar falsafah tentang teori
terhadap prestasi belajar siswa di MA Al Fattah
bigbang yang dijelaskan oleh ilmuan modern saat ini.
Sumbermulyo [7].
Dalam beberapa ayat semesta dijelaskan
Hasil studi menunjukkan pula bahwa pola
diantaranya :
pembelajaran di sekolah menengah masih cenderung
“text book oriented” dan belum terkait dengan a. Matahari sebagai sumber energi
kehidupan sehari-hari peserta didik. Cara
(QS Yunus/10:5).
pembelajaran masih cenderung abstrak dengan
menggunakan metode ceramah. Sebagai akibatnya
peserta didik menjadi sulit ditumbuhkan pada pola
belajar mereka cenderung menghafal (Kusmiati 2007,
2). Kurangnya media pembelajaran fisika untuk SMA
dan yang menghubungkan antara pelajaran fisika dan
Ayat-Ayat dalam Al’Qur-an mendorong peneliti Gambar.1 Matahari senja
mengkaji Ayat-ayat semesta dalam perspektif fisika َ ْ‫َاز َل ِلت َعۡ لَ ُموا‬
َ‫عدَد‬ ِ ‫ورا َوقَد ََّر ۥهُ َمن‬ ٗ ُ‫ضيَا ٓ ٗء َو ۡٱلقَ َم َر ن‬ ِ ‫س‬ َّ ‫ه َُو ٱلَّذِي َجعَ َل ٱل‬
َ ‫ش ۡم‬
yang kemudian menjadi alternatif sumber belajar bagi ِ ‫َص ُل ۡٱل ٓ َٰ َي‬
َ‫ت ِلقَ ۡو ٖم َيعۡ لَ ُمون‬ ‫ف‬ ُ
ِ ِ َ ِ ِ‫ي‬ ٍّۚ
‫ق‬ ‫ح‬ ۡ
‫ٱل‬ ‫ب‬ َّ
‫َّل‬ ‫إ‬ َ‫ِك‬ ‫ل‬َ َٰ
‫ذ‬ ُ َّ
‫ٱَّلل‬ َ‫ق‬َ ‫ل‬‫خ‬َ ‫ا‬‫م‬َ ‫اب‬ َ ِ‫ٱلسنِينَ َو ۡٱلح‬
َ ٍّۚ ‫س‬ ِ
siswa. ٥
Al-Quran sebagai wahyu Allah, dan ilmu Terjemahan: “Dia-lah yang menjadikan matahari
pengetahuan sebagai olah pikir rasio manusia. Prof. bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
Dr. Mulyadhi Kartanegara Guru Besar Filsafat Islam manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
UIN Jakarta menyatakan Jika Einstein yang meyakini bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun
unifikasi 4 gaya di alam (gravitasi, nuklir lemah, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan
nuklir kuat, elektromagnetik) berdasarkan fakta yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
empiris, maka Abdul Salam, ilmuwan Muslim menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
pemenang nobel fisika, meyakininya berdasarkan orang-orang yang Mengetahui” (QS Yunus/10:5).
prinsip tauhid, yakni bahwa segala sesuatu adalah
manifestasi dari Al-Ahad (Yang Satu). Jadi, di balik b. Energi kinetik pada angin
teori fisika yang sama, terdapat perbedaan keyakinan:
empirisme vs tauhid. Al-Quran memerintah manusia
untuk merenungi kejadian-kejadian di alam semesta.
Perenungan itu di satu sisi akan mengantarkannya
kepada pengenalan yang semakin baik akan
keagungan Sang Pencipta dan di sisi lain, kepada
penguasaan ilmu dan teknologi bagi kesejahteraan dan Gambar. 2 Angin tornado
kelestarian manusia di bumi.
‫شا ٓ ُء‬ َ ‫س َمآءِ ك َۡي‬
َ ‫ف َي‬ َّ ‫ط ۥهُ فِي ٱل‬ ُ ‫س‬ ُ ‫س َحابٗ ا فَ َي ۡب‬َ ‫ِير‬ ِ ‫ٱَّللُ ٱلَّذِي ي ُۡر ِس ُل‬
ُ ‫ٱلر َٰ َي َح َفتُث‬ َّ
Al-Quran mengandungi lebih daripada 750 ayat ‫شا ٓ ُء مِ ۡن‬َ ‫اب ِبِۦه َمن َي‬ ‫ص‬ َ ‫أ‬ ٓ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫إ‬َ ‫ف‬ ‫ۦ‬
‫ه‬ ۖ ‫ل‬ َ ‫ل‬َٰ ‫ن‬ ۡ ‫ج‬ ‫ر‬ ۡ
‫خ‬ ‫ي‬ ‫د‬ۡ ‫و‬ ۡ
‫ٱل‬ ‫ى‬ ‫َر‬ ‫ت‬َ ‫ف‬ ‫ا‬‫ف‬ٗ ‫س‬ ‫ك‬ ُ ‫ۥ‬
‫ه‬ ُ ‫ل‬‫ع‬ ۡ
َ َ ِ ِ ِ ِ‫خ‬ ِ‫م‬ ُ ُ َ َ‫ق‬ َ َ َ ِ َ َ ‫َو‬
‫ج‬ ‫ي‬
mengenai fenomena alam, berbanding hanya sekitar ٤٨ َ‫ِعبَا ِد ِٓۦه ِإذَا ه ُۡم يَسۡ ت َۡبش ُِرون‬
150 ayat mengenai hukum hakam. Ayat berkaitan
fenomena alam bertujuan mengajak manusia berfikir, Terjemahan: “Allah, Dialah yang mengirim angin,
seterusnya mendekatkan diri kepada Pencipta alam. lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
Aneka fenomena alam tidaklah berdiri sendiri, mereka membentangkannya di langit menurut yang
saling terkait satu sama lain. Fenomena alam tidak dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-
muncul sia-sia tanpa pesan, tanpa tujuan. gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-
celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai
Kejadian semesta alam dalam ayat 30 surah al- hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba
Anbiya menyatakan bahwa : mereka menjadi gembira” (Q.S Al-Rum/30:48).
‫ض كَانَت َا َر ۡت ٗقا فَفَت َۡق َٰنَ ُه َم ۖا َو َج َع ۡلنَا‬
َ ‫ت َو ۡٱل َ ۡر‬ َّ ‫أ َ َو لَ ۡم يَ َر ٱلَّذِينَ َكف َُر ٓواْ أ َ َّن ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ c. Energi cahaya dan Energi dari Sinar Gamma
٣٠ َ‫مِ نَ ۡٱل َمآءِ ُك َّل ش َۡيءٍ َح ٍّۚي ٍ أَفَ ََل ي ُۡؤمِ نُون‬
Terjemahan: Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
Gambar. 3 Bola lampu yang menyala

61
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

‫اح‬ ۖ ‫ور ِهۦ َكمِ ۡشك ََٰو ٖة فِي َها مِ صۡ َب‬ ِ ُ‫ض َمث َ ُل ن‬ ٍّۚ ِ ‫ت َو ۡٱل َ ۡر‬ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ ُ ُ‫۞ٱَّللُ ن‬
َّ ‫ور ٱل‬ َّ bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama,
‫ش َج َر ٖة‬ َ َّ َ ُ
َ ‫ي يُوقدُ مِ ن‬ٞ ‫َب د ُِر‬ٞ ‫ٱلز َجا َجة َكأن َها ك َۡوك‬ ُّ ‫ۡٱلمِ صۡ بَا ُح فِي ُز َجا َج ۖ ٍة‬ (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari
ُ‫سسۡ ه‬َ ‫ُض ٓي ُء َولَ ۡو لَ ۡم ت َۡم‬ِ ‫ُّم َٰبَ َرك َٖة زَ ۡيتُون َٖة ََّّل ش َۡر ِقي َّٖة َو ََّل غ َۡربِي َّٖة يَكَادُ زَ ۡيت ُ َها ي‬ makalayak untuk dirayakan [11].
ِۗ ِ َّ‫ٱَّللُ ۡٱل َ ۡم َٰث َ َل لِلن‬
‫اس‬ َّ ُ‫ض ِرب‬ ۡ ‫شا ٓ ٍّۚ ُء َو َي‬
َ ‫ورِۦه َمن َي‬ َّ ‫علَ َٰى نُو ٖ ٍّۚر َيهۡ دِي‬
ِ ُ‫ٱَّللُ ِلن‬ َ ‫ٍَّۚار نُّور‬ٞ ‫ن‬ Quantum teaching mengintegrasikan seluruh
٣٥ ‫ِيم‬ٞ ‫عل‬ َ ۡ ‫ٱَّللُ ِب ُك ِل‬
ٍ‫ء‬‫َي‬‫ش‬ َّ ‫َو‬
komponen kelas dan lingkungan sekolah yang
Terjemahan: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dirancang sedemikian rupa sehingga siswa terlibat
dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti langsung dalam proses pembelajaran.Quantum
sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya teaching menekankan agar siswa mengetahui bentuk
ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca nyata dari pembelajaran yang berlangsung. Siswa juga
itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti diajak untuk memanfaatkan kemampuan prasyarat
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon mereka. Hal ini tercakup dalam langkah – langkah
yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh pembelajaran quantum teaching yang diungkapkan
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di oleh DePotter (2010: 127) dan dikenal dengan istilah
sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir- TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan
hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. (minat dan motivasi), Alami (pengalaman belajar),
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah Namai (menunjukkan konsep), Demonstrasikan
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia (kesempatan berlatih), Ulangi (menyimpulkan materi),
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan- Rayakan (pengakuan/penghargaan) [3]
perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Dari hasil penelitian yang dituliskan oleh
Mengetahui segala sesuatu” (QS: An Nuur/24:35).
Marleny Leasa di MIN 1 Batu Merah Ambon
Berdasarkan observasi awal secara umum di menyatakan bahwa Berdasarkan pelaksanaan tindakan
bimbingan belajar JILC pada kelas 3 SMA dari yang dilakukan pada setiap siklus dari hasil
berbagai sekolah dimakassar melalui wawancara dan pengamatan pembelajaran dengan menggunakan
angket mereka menganggap fisika adalah pelajaran penerapan pendekatan quantum teaching dalam
yang sulit dan menakutkan dan khususnya disekolah pembelajaran IPA konsep gaya gesek siswa kelas V
MAN 2 Model pelajaran fisika selalu di anggap MIN 1 Batu Merah Ambon ditemukan adanya
pelajaran yang menakutkan sehingga mereka tidak peningkatan hasil belajar. [5]
berminat untuk belajar fisika ini juga terlihat ketika
Dalam penelitian lain oleh trisnawati dijelaskan
peminatan memilih ujian akhir sekolah hanya 10%
bahwa pembelajaran quantum teaching dan
dari total jumlah siswa yg memilih pelajaran fisika.
cooperative learning tipe Teams Games Tournament
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti (TGT) efektif ditinjau dari masing-masing aspek yaitu
mencoba menggunakan model pembelajaran yang prestasi belajar dan motivasi belajar siswa SMP dan
interaktif yang memadukan konsep fisika dan pembelajaran quantum teaching lebih efektif daripada
AlQuran melihat betapa pentingnya proses cooperative learning tipe Teams Games Tournament
pembelajaran fisika yang terintegrasi. Maka peneliti (TGT) ditinjau dari masingmasing aspek yaitu prestasi
mencoba mengimplentasikan model pembelajaran belajar dan motivasi belajar siswa SMP. [14]
Quantum Teaching dimana model ini diibaratkan
Oleh karena itu penulis memilih judul
mengikuti konsep Fisika Quantum E = mc2. Dimana,
“Implementasi Model Pembelajaran Quantum
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,
Teaching Perspektif Fisika dan Ayat-Ayat Semesta
semangat); M = massa (semua individu yang terlibat,
dalam menumbuhkan minat belajar siswa. Tujuan dari
situasi, materi, fisik); dan c = interaksi (hubungan
penelitian ini adalah untuk melihat apakah
yang tercipta di kelas).
implementasi model pembelajaran quantum teaching
Model pembelajaran quantum (quantum perspektif fisika dan ayat – ayat semesta dalam
teaching) merupakan salah satu model pembelajaran konsep energi pada kelas XI IPA -1 MAN 2 model
yang menekankan pentingnya penciptaan hubungan Makassar dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
sosial yang dinamis antara para peserta didik dan juga
2. METODOLOGI PENELITIAN
antar peserta didik dengan pendidik. Model
pembelajaran ini juga menekankan tentang pentingnya Penelitian ini termasuk dalam penelitian pra
pendidik menciptakan suasana pembelajaran yang ekperimen dengan desain one shot case study yaitu
menyenangkan bagi para peserta didiknya, dengan penelitian yang hanya memberikan perlakuan pada
prinsip kebermaknaan dan berupaya memasuki dunia satu kelas eksperimen saja tanpa adanya kelas kontrol.
(kesenangan) peserta didik agar nantinyamampu Model desain one shot case study adalah sebagai
mengantarkan pesan-pesan pembelajaran kedalam berikut:
dunia tersebut. Dalam pembelajaran quantum juga X O
ditekankan prinsif-prinsif pembelajaran yang harus
dimunculkan pada setiap pembelajaran kepada siswa Gambar 1. Desain penelitian one shot case study
sebagai berikut: (1) segala berbicara, (2) segalanya

62
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa


kelas XI IPA MAN 2 Model Makassar yang
berjumlah 202 orang dan tersebar ke dalam 6 kelas.
Sampel penelitian berjumlah 1 kelas yaitu kelas XI
IPA-1 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang dan
diperoleh dengan teknik purposive sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar kuesioner respon siswa terhadap modul,
kuesioner siswa terhadap pembelajaran. Instrumen
penelitian divalidasi oleh dua orang ahli sebelum
digunakan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam Gambar 2. Diagram respons siswa terhadap modul
penelitian ini adalah analisis deskriptif dan persentase Berdasarkan diagram di atas nampak bahwa
respon siswa dengan persamaan sebagai berikut; respons siswa terhadap modul 77% siswa yang
PRS =
 A 100% memberikan respons sangat positif, 16% siswa yang
B memberikan respons positif dan 7% siswa yang
memberikan respons cukup positif. Secara umum 93%
Dimana, PRS adalah persentase siswa yang jumlah siswa memberikan respons sangat positif dan
memberikan respon positif, A adalah banyaknya siswa positif. Dengan rata-rata penilaian berada dalam
yang memberikan respon positif terhadap setiap kategori 4,4 (sangat positif).
kategori yang ditanyakan, dan B adalah banyaknya
siswa yang menjadi subjek uji coba. Modul pembelajaran merupakan suatu bahan
pembelajaran yang dapat mendukung keterlaksanaan
Kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian pembelajaran. Modul yang baik akan menjadikan
ini disajikan pada tabel berikut: pembelajaran semakin menarik dan berlangsung lebih
optimal. Modul yang digunakan dalam penelitian ini
Tabel I. Kriteria penilaian respon siswa
disusun berdasarkan prinsip model pembelajaran
Rentang Quantum Teaching. Selain itu, materi dalam modul
No. Keterangan
Nilai diintegrasikan dengan ayat-ayat yang berkaitan
1 4,1 – 5,0 sangat senang dengan pembelajaran fisika.
2 3,1 – 4,0 senang Berdasarkan hasil yang diperoleh pada gambar 2,
3 2,1 – 3,0 cukup senang maka dapat ditunjukkan bahwa secara umum siswa
pada kelas XI IPA MAN 2 Model, khususnya kelas XI
4 1,1 – 2,0 tidak senang
IPA-1 menyatakan respon yang positif terhadap
sangat tidak
5 0,0 – 1,0 modul. Melalui hasil tersebut, maka dapat
senang disimpulkan pembelajaran berbasis Quantum
Proses pembelajaran dikatakan efektif jika Teaching perspektif fisika dan ayat-ayat semesta dapat
sekurang-kurangnya 80% dari semua siswa menjawab menumbuhkan minat belajar siswa.
sangat senang atau senang, atau jika rata-rata akhir
3.2 Respons siswa terhadap proses pembelajaran
dari skor siswa berada pada kategori senang.
Tujuan utama analisis data respons siswa
3. HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap proses pembelajaran adalah untuk
3.1 Respon siswa terhadap modul mengetahui bagaimana respons siswa terhadap proses
pembelajaran fisika yang dilaksanakan oleh peneliti
Tujuan utama analisis respons siswa terhadap dengan pembelajaran Quantum Teaching.
modul adalah untuk mengetahui bagaimana respons
siswa terhadap modul. Hasil analisis respon siswa terhadap proses
pembelajaran dapat digambarkan dalam diagram
Hasil analisis respons siswa terhadap modul batang di bawah ini:
dapat digambarkan dalam diagram batang di bawah
ini:

63
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

daripada rata-rata nilai siswa yang belajar dengan


pendekatan expository [12].
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
motivasi siswa di kelas yang memperoleh
pembelajaran pendekatan quantum learning lebih baik
dari pada motivasi siswa yang memperoleh
pembelajaran secara konvensional. Pendekatan
pembelajaran quantum learning sangat potensial untuk
diterapkan dalam pembelajaran, terutama pada saat
pengenalan konsep dasar suatu materi [2].
Hasil penelitian yang sejalan menunjukkan
Gambar 4. Diagram respon siswa terhadap proses bahwa berdasarkan penilaian afektif persentase sikap
pembelajaran siswa dikategorikan cukup baik 75,68% dan penilaian
psikomotor dikategorikan baik dengan persentase
Berdasarkan diagram di atas nampak bahwa
40,54%. Jadi Sebagian besar penggunaan
respons siswa terhadap proses pembelajaran terdiri
pembelajaran Quantum Teaching dengan pendekatan
dari 68% memberikan respons sangat senang, dan
multi kecerdasan sudah terlaksana dengan baik [4].
32% memberikan respon senang.
Penelitian yang dilakukan di SMA Wahid
Secara umum dapat dikemukakan bahwa siswa
Hasyim 4 Sidoarjo menunjukkan hasil yang sama.
100% memberikan respons sangat senang dan senang
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh selama
terhadap proses pembelajaran dengan rata-rata
penelitian, dapat disimpulkan diantaranya quantum
penilaian berada pada kategori 4,3 (sangat senang).
teaching berpengaruh positif terhadap hasil belajar
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan
siswa pada pokok bahasan hukum Newton di kelas X
bahwa siswa memiliki minat belajar yang baik selama
SMA Wahid Hasyim 4 Sidoarjo. Keterlaksanaan
mengikuti pembelajaran dengan model Quantum
quantum teaching pada pokok bahasan hukum
Teaching perspektif fisika dan ayat-ayat semesta.
Newton di kelas X SMA Wahid Hasyim 4 Sidoarjo
Proses pembelajaran dengan model Quantum terlaksana dengan baik.Respons siswa terhadap
Teaching memiliki prinsip TANDUR (Tumbuhkan, quantum teaching pada pokok bahasan hukum
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Newton di kelas X SMA Wahid Hasyim 4 Sidoarjo
Rayakan). Prinsip tersebut menuntut siswa untuk merupakan respons yang baik sekali [9].
terlibat aktif dalam pembelajaran yang diikuti,
Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu
sehingga mereka mampu lebih memaknai
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajarannya. Pendukung utama selama proses
quantum teaching perspektif fisika dan ayat-ayat
pembelajaran dalam penelitian ini adalah adanya
semesta dapat menumbuhkan minat belajar siswa
integrasi dengan ayat-ayat semesta yang tertuang
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
dalam modul pembelajaran. Ayat-ayat semesta yang
dimaksud adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang 4. KESIMPULAN
menjelaskan fenomena-fenomena fisika. Adanya
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan analisis
wawasan tambahan dalam pembelajaran melalui ayat-
data di atas, maka dapat disimpulkan respon siswa
ayat semesta memberikan daya tarik tersendiri
kelas XI IPA 1 MAN 2 Model Makassar terhadap
terhadap pembelajaran yang diikuti. Hal ini
proses pembelajaran pada pokok bahasan usaha dan
ditunjukkan bahwa selama proses pembelajaran, siswa
terlibat aktif dan berdiskusi dengan teman sekelompok energi setelah diajarkan dengan model pembelajaran
dan guru yang mengajar. Secara jelas dapat Quantum Teaching rata-rata berada pada kategori
sangat senang dan respon siswa kelas XI IPA 1 MAN
dinyatakan bahwa model quantum teaching perspektif
2 Model Makassar terhadap modul pada pokok
fisika dan ayat-ayat semesta dapat menumbuhkan
bahasan usaha dan energi setelah diajarkan dengan
minat belajar siswa. Minat belajar yang semakin tinggi
model pembelajaran Quantum Teaching rata-rata
juga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran
yang diikuti oleh siswa, sehingga hasil belajarn yang berada dalam kategori sangat positif. Ini menunjukkan
bahwa implementasi model pembelajaran quantum
diperoleh juga akan semakin baik.
teaching perspektif fisika dan ayat – ayat semesta
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dalam konsep energi pada kelas XI IPA -1 MAN 2
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Solo, model Makassar dapat menumbuhkan minat belajar
Jawa Tengah. Hasil penelitiannya menunjukkan siswa.
bahwa model quantum learning efektif terhadapa
proses pembelajaran siswa. Hal ini ditunjukkan pada 5. REFERENSI
rata-rata nilai yang diperoleh siswa yang mengikuti 1. Arikunto, S. 2010.Manajemen Penelitian, Rineka
pembelajaran dengan quantum learnig lebih besar Cipta, Jakarta.

64
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

2. Darkasyi, M., Johar, R., Ahmad, A. 2014. SMA Wahid Hasyim 4Sidoarjo. Jurnal Inovasi
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pendidikan Fisika (JIPF), 3(2), 10-13.
dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran
10. Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan.
Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP
Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
Negeri 5 Lhokseumawe. Jurnal Didaktik
Alfabeta,Bandung.
Matematika, 1(1), 21-34.
11. Susiani, K., Dantes,N., Tika, I., N. 2013. Pengaruh
3. Linto, R., L., Elniati, S., Rizal, Y. (2012).
Model Pembelajaran Quantum Terhadap
Kemampuan Koneksi Matematis dan Metode
Kecerdasan Sosio-Emosional dan Prestasi Belajar
Pembelajaran Quantum Teaching dengan Peta
IPA Siswa Kelas V SDdi Banyuning. e-Journal
Pikiran. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 83-
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
87.
Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar, vol. 3 2013.
4. Ma’aruf, Z., Salamiah, S. 2008. Pembelajaran
12. Suryani, N. 2013. Improvement of Students’
Quantum Teaching dengan Pendekatan Multi
History Learning Competence through Quantum
Kecerdasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Learning Model at Senior High School in
Fisika. Jurnal Geliga Sains,2 (1), 32-39.
Karanganyar Regency, Solo, Central Java
5. Marleny Leasa.2013. Penerapan pendekatan Province, Indonesia. Journal of Education and
Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil Practice, 4(14), 55-63.
belajar siswa kelas v MIN 1 batu merah Ambon. 13. Trisnowali, A., M., S. 2017. Pengaruh Motivasi
Prosiding FMIPA Universitas Pattimura 2013 Berprestasi, Minat BelajarMatematika, dan Sikap
Ambon. Belajar Matematika Terhadap Hasil Belajar
Matematika pada Siswa SMAN 2 Watampone.
6. Purwanto, A. 2012.Nalar Ayat-Ayat Semesta, Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 5(2), 259-
Mizan, Bandung. 278.
7. Rusmiati. 2017.Pengaruh Minat Belajar Terhadap 14. Trisnawati. 2015. Perbandingan keefektifan
Prestasi Belajar Bidang Studi Ekonomi Siswa MA quantum teaching dan TGT pada pembelajaran
Al Fattah Sumbermulyo. Jurnal Ilmiah Pendidikan matematika ditinjau dari prestasi dan motivasi.
dan Ekonomi, 1(1), 21-36. Jurnal riset pendidikan matematika 2(2), 297-307.
8. Siagian, R., E., F. 2013. Pengaruh Minat dan 15. Wardiana, I., P., A., Wiarta, I., W., Zulaikha, S.
Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar 2014.Hubungan antara Adversity Quotient (AQ)
Matematika. Jurnal Formatif, 2(2), 122-131. dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar
9. Solikin, M., Abdullah, A., A. 2014. Pengaruh Matematika pada Siswa Kelas VSD di Kelurahan
Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Pedungan. Jurnal Mimbar PGSD Universitas
pada Pokok Bahasan Hukum Newton di Kelas X Pendidikan Ganesha, 2(1).

65
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

KAPEKA (Kartu Eksperimen Fisika) di Ruang Terbuka : Solusi Inovatif


Penerapan Remedial Fisika Guna Mewujudkan Pembelajaran Fisika
Berkualitas
Jeni Idia*, Muhammad Nasir
Pendidikan Fisika, Universitas Riau
*Email : veliajeni@yahoo.co.id

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas km 12.5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru, Riau, Indonesia

Abstrak — Berdasarkan data observasi dan wawancara yang dilakukan didapati bahwa masih tingginya tingkat remedial
siswa dalam pembelajaran fisika dan masih kurangnya perlakuan yang diberikan terhadap peserta didik yang mengalami
remedial. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan media pembelajaran berupa Kartu Eksperimen Fisika (KAPEKA), yang
diharapkan dapat membantu peserta didik yang mengalami remedial. KAPEKA ini merupakan suatu media pembelajaran
fisika yang dibuat khusus untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar atau sering disebut dengan remedial.
Konsep dari KAPEKA ini selain menggunakan media kartu, juga diterapkan untuk eksperimen diluar ruang. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan dengan mengikuti instructional design tipe ADDIE. Peneltian telah menghasilkan
media pembelajaran KAPEKA yang siap untuk diimplementasikan yang dapat menjadi solusi inovatif dan cerdas untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran fisika agar tercapainya pendidikan yang berkualitas sesuai
tujuan SDGs butir ke 4.

Kata Kunci — Remedial, Kartu, Eksperimen, Ruang Terbuka.

1. PENDAHULUAN Pembelajaran ulang (remediasi) diberikan kepada


siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga
Pembangunan perlu direncanakan demi
mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan (Cece
tercapainya kesejahteraan suatu negara. Oleh sebab
Wijaya,2007). Berdasarkan observasi yang dilakukan
itu, tahun 2015 lalu berbagai negara yang tergabung
di tiga sekolah, yaitu SMA N 8 Pekanbaru, SMK N 4
dalam organisasi dunia PBB sepakat menerbitkan
Pekanbaru, dan SMA Taruna Mandiri, didapati
suatu agenda Pembangunan Berkelanjutan demi
tingginya tingkat remedial siswa. Dari ketiga sekolah
mencapai kesejahteraan bagi seluruh masyatarakat
menyatakan bahwa dalam pembelajaran fisika tidak
dunia, yang dikenal dengan Sustainable Development
jarang jumlah peserta didik yang remedial melebihi
Goals (SDGs). SDGs ini mengharapkan adanya
50%.
keseimbangan pembangunan pada masa kini dan
dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, dalam Dalam pelaksanaannya sistem remedial belum
mewujudkan pembangunan berkelanjutan tersebut berlangsung maksimal dan hanya dijadikan sebagai
dibuatlah 17 butir tujuan yang akan dicapai oleh formalitas dalam memberikan nilai ketuntasan kepada
masyarakat dunia, salah satunya dalam butir ke 4 siswa. Perlakuan yang diberikan hanya berupa
SDGs mengenai Quality Education. Sumber daya mengerjakan soal serupa, dan atau memberikan kelas
manusia adalah faktor utama yang menjadi sorotan tambahan bagi murid yang tidak lulus. Oleh sebab itu
dalam indikator pencapaian pendidikan yang dibutuhkan solusi inovatif untuk menyikapi masalah
berkualitas. Demi terciptanya sumber daya manusia ini.
yang berkualitas, maka harus dimulai dari pendidikan
Penerapan program remedial dan pengayaan
yang juga berkualitas.
sudah pernah dilakukan sebelumnya [7]. Berdasarkan
Dalam dunia pendidikan, Fisika merupakan penelitian yang dilakukan ini terbukti bahwa program
bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hasil studi remedial dan pengayaan berdampak positif dan
PISA (Program for International Student Assessment), memberikan peningkatan oleh siswa. Istilah remedial
yaitu sebuah lembaga yang terfokus kepada studi berarti obat, memperbaiki, atau menolong [4].
literasi bacaan, Matematika, dan IPA tahun 2015
Penggunaan media kartu dalam pembelajaran
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat
yang dilakukan oleh Pupu [8] juga menunjukkan
ke 69 dari 76 negara. Sedangkan dari hasil studi
bahwa media kartu lebih mengefektifkan komunikasi
TIMSS (Trend in International Mathematics and
dan interaksi guru dengan siswa.Sebagai penyaji dan
Science Study) menunjukkan bahwa siswa Indonesia
penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu
berada pada ranking 36 dari 49 negara dalam hal
bisa mewakili pembelajar menyajikan informasi
melakukan prosedur ilmiah. Berdasarkan kedua hasil
belajar kepada pebelajar [5]. Menurut David
studi diatas, Indonesia masih tergolong lemah dalam
Guantlett, seorang pengajar di Institute of
pelajaran analisa dan hitungan, khususnya bidang
Communication Studies, University of Leeds
Fisika. Oleh karena itu, banyak siswa yang gagal
permainan kartu teori (kartu pendidikan) dapat
dalam ujian ini dan harus mengikuti remedial.
diterapkan dalam proses belajar mengajar karena

66
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

pemain dapat memahami konsep-konsep yang Dari diagram dapat dilihat bahwa pada penelitian
terdengar sulit. ini akan dihasilkan prototype (purwarupa) KAPEKA
yang dikembangkan berdasarkan dari langkah-langkah
Menurut Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen
pengembangan ADDIE. Design dilakukan
PMPTK Surya Dharma (dalam Diklat Kompetensi
berdasarkan teori belajar behaviorisme, kognitivisme,
Pengawas Sekolah, 2008) menyebutkan bahwa proses
dan konstruktuvisme. Validator adalah dosen senior
pembelajaran melibatkan aktivitas yang kompleks,
yang ahli dalam mengevaluasi dalam bidang
bukan sekedar transfer of knowledge dari pendidik
pedagogik, konten, dan teknik pembelajaran.
kepada peserta didik secara tekstual. Oleh karena itu
pembelajaran tidak harus selalu dilaksanakan di kelas. Sumber data lain dalam penulisan diambil dari
Adakalanya pembelajaran harus dilaksanakan di studi literatur, wawancara, observasi, dan dokumen
laboratorium atau di lapangan. Hal ini diperkuat oleh berupa nilai fisika siswa. Studi literatur dan
Dillon (2006) mengatakan di dalam jurnalnya yang wawancara dilakukan sebagai dasar perancangan
berjudul The Value of Outdoor Learning :Evidence media pembelajaran.
from research in the UK and elsewhere bahwa siswa
Subjek penelitian adalah peserta didik dari SMA
mempelajari sesuatu akan lebih berpengaruh kuat
N 8 Pekanbaru, SMK N 4 Pekanbaru, dan SMA
dengan pengalaman lapangan yang dilakukan oleh
Taruna Mandiri. Dari ketiga sekolah diambil sampel
mereka daripada pengalaman yang terjadi di dalam
data remedial dengan jumlah remedial peserta didik
kelas.
tertinggi.
Terinspirasi dari penelitian-penelitian ini, terlihat
bahwa solusi inovatif yang coba diberikan adalah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menerapkan program remedial dan media kartu
3.1 Perancangan KAPEKA (Kartu Eksperimen
diruang terbuka. Hal ini dapat mengefektifkan
Fisika)
interaksi guru dan siswa. Untuk itu KAPEKA (Kartu
Eksperimen Fisika) di ruang terbuka hadir sebagai Perancangan yang dilakukan mengikuti
solusi inovatif dalam penerapan remedial Fisika guna instructional design tipe ADDIE yaitu sebagai berikut:
mewujudkan pembelajaran Fisika yang berkualitas.
1. Analisis
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan media
pembelajaran berupa KAPEKA, yang diharapkan Dilakukan dengan mengambil data remedial dari
dapat membantu peserta didik yang mengalami subjek penelitian yaitu SMA N 8 Pekanbaru, SMK N
remedial. 4 Pekanbaru, dan SMA Taruna Mandiri. Dari data ini
didapati bahwa terdapat sepuluh materi yang paling
2. METODOLOGI PENELITIAN banyak jumlah remedialnya, yaitu materi Konsep
Kalor, Hukum Archimedes, Hukum Hooke, Percobaan
Penelitian ini merupakan penelitian
Titik Berat, Dinamika Rotasi, Optik/Pembiasan,
pengembangan yang menggunakan instructional
Impuls, Tegangan Permukaan, Konsep Tekanan, dan
design tipe ADDIE. Hal ini dipilih berdasarkan tujuan
Resonansi.
dari penelitian ini. Dari instructional design akan
dihasilkan media pembelajaran yaitu KAPEKA yang 2. Design
digunakan sebagai perlakuan yang diberikan kepada
peserta didik yang remedial. Berdasarkan analisis tersebut, maka dirancanglah
percobaan atau kegiatan diluar kelas yang dapat
Desain perancangan media dapat dilihat pada diagram meningkatkan pemahaman materi-materi tersebut
berikut:
3. Development
Percobaan dan kegiatan diluar kelas yang telah
didesain dikembangkan dalam bentuk kartu
pembelajaran yang akan digunakan oleh peserta didik.
4. Implementation dan Evaluation
Implementasi dan evaluasi dilakukan
berdasarkan masukan oleh guru dan validator, sebagai
acuan untuk dapat dihasilkan media KAPEKA yang
siap untuk diaplikasikan ke peserta didik.
KAPEKA (Kartu Eksperimen Fisika) merupakan
media pembelajaran berupa kumpulan kartu yang
Gambar 1. Desain perancangan media menggunakan berukuran 6,2 x 8,7 cm serta berisi prosedur
ADDIE [6] pelaksanaan eksperimen sederhana yang dapat
dilakukan di ruang terbuka. Eksperimen di ruang
terbuka lebih membuat siswa menyatu dengan alam

67
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

serta dapat menumbuhkan imajinasi mereka. pos. Hal ini bertujuan agar tidak ada terjadinya
Perbedaan KAPEKA dengan media kartu lainnya kesalahpahaman dalam menerima informasi.
yaitu KAPEKA dibuat khusus untuk siswa yang
Berikut adalah bagan sasaran Pelaksanaan
mengalami remedial pada matapelajaran Fisika dan
KAPEKA (Kartu Eksperimen Fisika)
juga pelaksanaan dari KAPEKA yang dilakukan di
ruang terbuka secara berkelompok. Eksperimen dalam
KAPEKA (Kartu
KAPEKA bertujuan untuk menguatkan kembali
Eksperimen Fisika)
konsep Fisika pada siswa yang mengalami kesulitan
belajar, bukan terfokus pada menghitung atau
mengukur variabel tertentu seperti pada eksperimen
biasa. Siswa-siswa yang remedial pada matapelajaran
Fisika akan diberi perlakuan terlebih dahulu dengan
KAPEKA di ruang terbuka sebelum dilaksanakannya
ujian pengulangan (remedial). Cara pelaksanaan Siswa Guru
KAPEKA di ruang terbuka yaitu sebagai berikut :
1. Seluruh siswa yang remedial dibagi menjadi
beberapa kelompok, dimana satu kelompok terdiri
dari 3-5 orang (tergantung jumlah siswa yang Penguatan Penuntun
remedial). konsep fisika eksperimen
bagi siswa yang sederhana yang
2. Terdapat beberapa pos sebagai tempat dapat dijadikan
remedial melalui
dilakukannya eksperimen yang tersebar di halaman pembekalan bagi
eksperimen
sekolah dan setiap pos akan dijaga oleh siswa- siswa sebelum
sederhana di
siswa yang memiliki pemahaman yang baik pelaksanaan
ruang terbuka
tentang materi tersebut (siswa yang tidak remedial
remedial).
3. Masing-masing ketua kelompok memilih kartu
yang telah dikocok untuk penentuan pos awal
tempat mereka akan melakukan eksperimen .
4. Setelah masing-masing kelompok memilih 1 kartu,
maka mereka akan pergi ke pos yang sesuai
Peningkatan
dengan nama percobaan yang ada pada kartu
pemahaman konsep
tersebut.
fisika sehingga
5. Setelah semua kelompok berada pada posnya terwujud pembelajaran
masing-masing, maka guru memberi petunjuk fisika yang berkualitas
mulainya permainan.
6. Setiap kelompok diberi waktu 10 menit/pos untuk
mengerjakan eksperimen sesuai dengan langkah-
langkah percobaan yang ada pada kartu tersebut. Gambar 2. Bagan sasaran
pelaksanaan KAPEKA
7. Setelah 1 eksperimen selesai dilakukan, siswa
dapat melihat konsep Fisika yang terdapat dalam
permainan melalui bagian belakang kartu. 3.2 Keefektifan KAPEKA (Kartu Eksperimen
Fisika)
8. Siswa yang menjaga pos dapat membantu
menyampaikan penguatan konsep pada eksperimen Dalam mewujudkan pembelajaran fisika yang
tersebut. berkualitas, maka penilaian adalah salah satu patokan.
Bagi siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan
9. Setelah waktu habis, maka seluruh kelompok akan minimum, maka KAPEKA (Kartu Eksperimen Fisika)
pindah ke eksperimen berikutnya. Pada kartu dapat dijadikan solusi sebelum melaksanakan remedial
eksperimen terdapat nomor percobaan. Jika guna menguatkan kembali konsep-konsep fisika.
awalnya mendapat percobaan 3, maka selanjutnya Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan KAPEKA
kelompok tersebut akan pindah ke pos percobaan ini adalah :
4, dan begitu seterusnya.
1. Remedial menjadi lebih bermakna, sehingga tujuan
10. Setelah semua kelompok merasakan seluruh dari adanya remediasi pembelajaran dapat tercapai
percobaan, diakhir permainan guru menguatkan maksimal.
kembali seluruh konsep yang terdapat pada setiap

68
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

2. Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui Untuk membuat kartu eksperimen ini semakin
pembelajaran di ruang terbuka, sebagai pengganti efektif, maka penulis memberikan penjelasan konsep
suasana belajar didalam kelas. Fisika yang digunakan didalam eksperimen pada
bagian belakang kartu. Tujuannya agar kartu ini dapat
3. Tidak menjatuhkan mental siswa karena
juga dipakai oleh masyarakat umum khususnya pelajar
dinyatakan remedial.
sekolah yang ingin mempelajari fisika secara mandiri.
4. Suasana baru dalam pembelajaran, yaitu berupa
5. KAPEKA dilaksanakan di ruang terbuka sebagai
eksperimen di ruang terbuka dengan media kartu.
pengganti suasana belajar
5. Eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar
Eksperimen ini dibuat di ruang terbuka agar
siswa berdasarkan teori yang telah dipaparkan,
siswa tidak hanya terkurung didalam ruangan. Fisika
karena mencakup ketiga tipe belajar yaitu visual,
adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang
auditorial, dan kinestetik.
artinya apabila eksperimen dilakukan di ruang
Kartu Eksperimen Fisika dirancang seefektif terbuka, siswa lebih merasa dekat dengan alam.
mungkin agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Penggantian suasana belajar juga dapat meningkatkan
Kartu eksperimen ini efektif dari segi : konsentrasi siswa yang nantinya berpengaruh terhadap
hasil belajar
1. Desain KAPEKA (Kartu Eksperimen Fisika)
dibuat semenarik mungkin
2. Kartu eksperimen ini dibuat dengan desain yang
menarik agar siswa juga bersemangat dalam
menjalankan kegiatan eksperimen.
3. Bahasa prosedur eksperimen yang ringan
Kartu Eksperimen Fisika ini sengaja dibuat
dengan bahasa yang ringan, tujuannya agar siswa yang
sulit memahami Fisika dengan mudah mengikuti
prosedur percobaan, sehingga diharapkan tujuan dari
KAPEKA ini dapat tercapai.
.
4. Penjelasan konsep Fisika yang digunakan dalam
eksperimen Gambar 5. Penjelasan Konsep Fisika dalam KAPEKA

3.3 Implementasi dan validasi KAPEKA (Kartu


Eksperimen Fisika)
KAPEKA dikembangkan berdasarkan dari
langkah-langkah pengembangan ADDIE. Design
dilakukan berdasarkan teori belajar behaviorisme,
kognitivisme, dan konstruktuvisme. Validator adalah
Bapak Dr. Muhammad Nasir, S.Si, M.Kom selaku
dosen senior yang ahli dalam mengevaluasi dalam
bidang pedagogik, konten, dan teknik pembelajaran.
Selama perancangan dan pengembangan KAPEKA
Gambar 3. Tampak depan KAPEKA validator selalu mengarahkan media agar sesuai dan
menjadi media pembelajaran yang layak dan siap
untuk di implementasikan. Adapun hasil dari validasi
yaitu media pembelajaran KAPEKA adalah valid.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini telah berhasil menghasilkan
media pembelajaran KAPEKA dengan sepuluh materi
pembelajaran fisika yaitu. Konsep Kalor, Hukum
Archimedes, Hukum Hooke, Percobaan Titik Berat,
Dinamika Rotasi, Optik/Pembiasan, Impuls, Tegangan
Permukaan, Konsep Tekanan, Resonansi.

Gambar 4. Prosedur Praktikum dalam KAPEKA

69
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Tulisan ini telah membahas perancangan, /06/13-kode-03-b4-pembelajaran-di-kelas-


keefektifan, serta implementasi dan validasi dari laboratorium-dan-di-lapangan. Diakses pada 25
KAPEKA (Kartu Eksperimen Fisika) di ruang terbuka Maret 2018
sebagai solusi inovatif penerapan remedial fisika guna
4. Echols, John M. dan Hasaan Shadily. 2007.Kamus
mewujudkan pembelajaran fisika yang berkualitas.
Inggris Indonesia (An English-Indonesia
KAPEKA adalah solusi cerdas yang ditawarkan untuk
Dictionary).Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
menangani masalah siswa yang remedial mata
Cet. 29
pelajaran fisika agar tercapai tujuan yang sebenarnya
dari remediasi pembelajaran. 5. Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th
Ed. Allyn & Bacon: London
4.2 Saran
6. Muhammad Nasir (2014),” Development and
Dari penelitian ini sangat disarankan agar dapat
Evaluation of the Effectiveness of Computer-
melanjutkannya ke tahap implementasi yang lebih luas
Assisted Physics Instruction”, International
yaitu implementasi ke peserta didik secara langsung,
Education Studies; Vol. 7, No. 13; 2014, ISSN
sehingga akan didapati juga evaluasi berdasarkan hasil
1913-9020 E-ISSN 1913-9039
ujian murid dan dapat menjadikan penelitian ini lebih
baik lagi. 7. Nurma Izzati, 2015, Pengaruh Penerapan
Program Remedial Dan Pengayaan Melalui
5. REFERENSI
Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa, Edu Ma, No 1
1. Cece Wijaya.2007. Pendidikan Remedial, Sarana
Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. 8. Pupu Saeful Rahmat, 2014, Pengaruh Media
Bandung:Remaja Rosdakarya Kartu Kata Terhadap Kemampuan Membaca Dan
Penguasaan Kosakata, Jurnal Pendidikan, Vol 8,
2. Dillon, J. 2006. The Value of Outdoor Learning:
No 1
Evidence From Research In The UK and
Elsewhere. School Science Review: 107-112. 9. Wijaya Jeck Prodes, Mengenal dan Mempelajari
Diakses pada 25 Maret 2018 Pembelajaran Remedial, (www.blogger. com,
2014), hal. 1. E-Jurnal. Diakses pada 25 Maret
3. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat
2018
Jenderal PMPTK Departemen Pendidikan
Nasional. 2008. Proses Pembelajaran di Kelas, 10. Zainal Aqib. 2002. Profesionalisme Guru dalam
Laboratorium, dan di Lapangan. Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia
https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com/2010

70
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Konsep Fisika dalam Edukasi Mitigasi (Edmi) sebagai Upaya Mewujudkan


Pelajar yang Tanggap Bencana
Rangga Alif Faresta*, Nurjamilah, Sigit Setiawan
Pendidikan Fisika, Fisika, Universitas Mataram
*Email : rangga211297@gmail.com

Jl.Majapahit 62 Mataram 83125 Telp : (0370) 633007- 631166

Abstrak — Saat ini pelajar di Indonesia memiliki pengetahuan yang minim mengenai bencana yang terjadi di Indonesia.
Padahal Indonesia memiliki kerentanan terhadap bencana yang cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan karena pada
wilayahnya tersimpan potensi gerakan alam yang dapat menimbulkan bencana. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
dibutuhkan suatu konsep ilmu pegetahuan yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu Fisika. Konsep fisika dapat digunakan
untuk dilakukannya mitigasi bencana. Mitigasi bencana dengan konsep fisika termasuk dalam mitigasi non struktural.
Pemberian pengetahuan terkait mitigasi disebut sebagai Edukasi Mitigasi (EdMi). EdMi bencana diberikan kepada para
pelajar sebagai upaya untuk mewujudkan pelajar yang tanggap bencana. Pelajar yang tanggap bencana artinya pelajar yang
memiliki kemampuan dalam membaca, melihat serta memprediksi kondisi alam yang berpotensi terjadinya bencana. Konsep
fisika yang dapat digunakan untuk EdMi bencana diantaranya konsep hukum Newton untuk bencana tanah longsor, konsep
fluida dan konsep kesetimbangan benda tegar untuk bencana banjir. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari telaah pustaka dan studi literatur yang sesuia dengan ide
yang digagas. Tujuan dar penulisan kaya tulis ini adalah meningkatkan kesadaran pelajar tanggap bencana melalui konsep
Fisika. Hasilnya adalah pelajar memiliki pengetahuan lebih mengenai tanggap bencaca. Dengan adanya EdMi ini,
diharapakan dapat mendukung terwujudnya SDGs 2030.

Kata Kunci — EdMi, Konsep Fisika, Tanggap Bencana.

1. PENDAHULUAN dapat dilepaskan dengan kehidupan manusia baik


sebagai individu maupun masyarakat. Bencana dapat
Negara Indonesia adalah Negara kepulauan yang
disebabkan oleh faktor alam (gempa bumi, tsunami,
terdiri dari banyak pulau yang membentuk kesatuan
banjir, letusan gunung api, tanah longsor, angin ribut)
nusantara. Posisi Indonesia pada hamparan permukaan
dan faktor non alam seperti akibat kegagalan teknologi
bumi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu
dan ulah manusia. Umumnya peristiwa terjadinya
secara astronomis dan secara geografis. Secara
bencana mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat,
astronomis, Indonesia didasarkan atas posisinya
berupa korban jiwa, kerugian harta benda, kerusakan
terhadap garis bujur dan garis lintang. Berdasarkan
lingkungan serta musnahnya hasil-hasil pembangunan
garis lintang, Indonesia terletak pada 6o Lintang Utara
yang telah dicapai.
(LU) sampai 11o Lintang Selatan (LS). Berdasarkan
garis bujur, Indonesia terletak pada 95o Bujur Timur Sebagai akibat adanya ancaman bencana
(BT) sampai 141o Bujur Timur (BT). Secara geografis, tersebut, perlu dipikirkan suatu usaha untuk mencegah
Indonesia didasarkan atas daratan dan lautan yang dan mengurangi segala bentuk dampak negatif yang
mengapitnya. Indonesia diapit oleh dua daratan luas akan muncul. Edukasi Mitigasi (EdMi) adalah salah
yang disebut benua, yaitu Benua Asia dan Benua satu upaya yang dapat dilakukan. Menurut Zarkasyi
Australia. Indonesia juga diapit oleh dua lautan luas (2015) mitigasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu
yang disebut samudra, yaitu Samudra Pasifik dan mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
Samudra Hindia. Mitigasi struktural, yaitu berupa pembuatan
infrastruktur sebagai pendorong minimalisasi dampak
Maarif (2012) menyatakan bahwa Indonesia
dan penggunaan pendekatan teknologi. Gejala yang
merupakan wilayah yang sangat kaya akan sumber
diamati adalah berupa penyusunan data base daerah
daya alam. Indonesia dikenal sebagai zamrut
potensi bahaya bencana dan pembuatan early warning
khatulistiwa. Namun demikian, dibalik kekayaan ini
system. Sedangkan mitigasi non struktural, yaitu
juga tersimpan potensi gerakan alam yang dapat
berupa pengelolaan tata ruang dan pelatihan guna
menimbulkan bencana. Hal tersebut tidak terlepas dari
meningkatkan kapasitas masyarakat. Gejala yang akan
kenyataan bahwa wilayah nusantara ini tidak hanya
diamati adalah berupa peningkatan kapasitas
dikelilingi oleh tiga lempeng aktif tektonik, tetapi juga
masyarakat melalui pengetahuan dan sikap,
berada pada cincin api atau ring of fire. Di samping
perencanaan kedaruratan dan mobilisasi sumber daya.
itu, kondisi hidro meteorologi dapat memicu
Adapun tujuan dari penulisan karya ini adalah
terjadinya banjir, tanah longsor, kekeringan, angin
meningkatkan kesadaran pelajar tanggap bencana
puting beliung, dan gelombang ekstrim.
melalui konsep Fisika. Hasilnya adalah pelajar
Selanjutnya Rahmayanti (2014) menegaskan memiliki pengetahuan lebih mengenai tanggap
bahwa bencana merupakan suatu kejadian yang tidak

71
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

bencaca. Dengan adanya EdMi ini, diharapakan dapat 3. Metode Dokumentasi


mendukung terwujudnya SDGs 2030.
Metode ini dilakukan guna memperoleh data
2. METODOLOGI PENELITIAN jumlah siswa di Provinsi NTB.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini 2.3 Variabel Penelitian
adalah penelitian deskriptif kuantitatif - kualitatif
Menurut Sugiyono (2009: 38), variabel
dengan menggunakan jenis studi kasus. Menurut
penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
Supardi (2005: 27), “Penelitian deskriptif kuantitatif
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
merupakan penelitian yang menekankan pada
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-
kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang
variabel penelitian dengan angka kemudian dilakukan
terdapat dalam penelitian ini yaitu variabel persepsi
analisis”. Penelitian Deskriptif Kualitatif merupakan
dari siswa tersebut.
metode yang digunakan untuk menggambarkan
temuan variabel di lapangan yang tidak memerlukan 2.4 Teknik Analisis
skala hipotesis. Jadi, sifatnya hanya menggambarkan
Data Teknik analisis yang digunakan adalah
dan menjabarkan temuan di lapangan. Penelitian
metode analisis deskriptif dengan menggunakan
deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
mengenai keadaan siswa dalam responnya terhada distribusi frekuensi untuk menggambarkan persepsi
bencana yang terjadi. Penelitian deskriptif mencoba siswa terhadap bencana SD di Provinsi NTB.
mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
aktivitas, objek, proses dan manusia. Penelitian
deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta, Tanggap bencana merupakan kemampuan dalam
identifikasi dan meramalkan hubungan dalam dan membaca, melihat serta memprediksi kondisi alam
antara variable [10]. yang berpotensi terjadinya bencana. Tumbol (2014)
menyatakan bahwa tanggap bencana merupakan
2.1 Penentuan Sampel sebuah perwujudan dari suatu tindakan yang berupa
reaksi cepat dan tanggap terhadap suatu bencana yang
Populasi yang digunakan adalah adalah siswa SD
terjadi baik dengan cara mendesain bentuk bangunan,
yang ada di Kota Mataram, NTB. Teknik penarikan
sirkulasi ruang-ruang, struktur ataupun penggunaan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik penarikan Simple random sampling. Menurut teknologi yang diaplikasikan untuk menekan dampak
Purwanto (2007 : 41) yang dimaksud Simple random negatif yang ditimbulkan oleh suatu bencana.
sampling adalah sampel yang diambil secara 3.1 Konsep hukum Newton dalam EdMi tanah
random/acak dari semua populasi, sehingga setiap longsor
pemustaka layanan Sirkulasi Dewasa mempunyai Dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat
kesempatan yang sama untuk dipilih. Menurut Republik Indonesia No 10 Tahun 2014 dijelaskan
Bungin (2009 : 105) untuk mengetahui ukuran sampel bahwa tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi di
yang representatif dapat digunakan rumus sebagai mana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya
berikut : bebatuan atau gumpalan besar tanah. Meskipun
𝑁 penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang
𝑛= +1 (1)
𝑁𝑑 2 mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada
Keterangan : N = Besarnya populasi n = Besarnya pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh.
sampel d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang Longsor akan terjadi apabila ada proses yang
diinginkan 10%. memicu terjadinya tanah longsor tersebut. Salah satu
2.2 Teknik Pengumpulan Data pemicu yang akibat hujan dengan intensitas tinggi. Air
hujan yang turun akan terakumulasi di dalam lereng
Ada beberapa teknik digunakan dalam penelitian dan akan menyebabkan perubahan sifat tanah atau
ini,yaitu : bebatuan lereng. Selain itu ikatan antar butir-butir
1. Kuesioner, tanah yang semula padat akan merenggang. Selain
faktor pemicunya ada satu hal lagi yang dapat
Teknik ini dilakukan dengan memberikan daftar menyebabkan tanah longsor terjadi yaitu adanya
pertanyaan yang ada kaitannya dengan bencana yang faktor pengontrol yang mempengaruhi kestabilan
biasa terjadi di Provinsi NTB, seperti tanah longsor, lereng. Faktor pengontrol tersebut adalah kondisi
banjir dll morfologi atau bentuk luar dari lereng tersebut.
2. Wawancara Berdasarkan atas tipenya tanah longsor terbagi
Metode ini dilakukan dengan mengajukan atas empat jenis, yaitu luncuran (slides), aliran (flows),
pertanyaan-pertanyaan pada para informan untuk rayapan (creeps) dan juga jatuhan (falls). Tanah
mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara longsor dengan tipe luncuran (slides) merupakan jenis
langsung. tanah longsor yang memiliki ciri gerakan berupa

72
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

kumpulan atau fragmen dari massa (tanah, batuan dan Faktor-faktor pengganggu tersebut dapat
lain-lain) meluncur ke bawah lereng, hingga dijelaskan dalam konsep fisika. Nelson (2013)
menyebabkan perpindahan massa yang terlihat pada menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada
permukaan lereng. Tipe longsoran ini merupakan tipe kestabilan lereng sebagai berikut:
longsoran yang terjadi akibat getaran hebat dari suatu
a. Gravitasi
pemicu, contohnya adalah gempa bumi. Akibat
pemicu ini, kestabilan dari sebuah lereng akan Gaya yang berpengaruh terhadap pergerakan
terganggu hingga menyebabkan material pembentuk massa disebut gravitasi. Gravitasi merupakan gaya
lereng kehilangan momentum untuk mempertahankan yang mempengaruhi setiap daerah pada permukaan
bentuk aslinya. Tanah longsor dengan tipe aliran atau bumi, yang menarik setiap benda dalam arah
flows merupakan salah satu jenis aliran tanah longsor mendekati/menuju pusat bumi. Pada permukaan yang
yang terjadi karena perubahan struktur kepadatan dari datar gaya gravitasi mempengaruhi benda untuk
sebuah lereng. Perpindahan massa pembentuk lereng cenderung ke bawah. Selama benda/material berada
yang terjadi dipengaruhi oleh adanya perubahan pada permukaan yang datar dan dipengaruhi oleh gaya
intensitas air pada lereng. Perubahan intensitas air gravitasi benda tersebut tidak akan bergerak.
tersebut akan menjadikan material pembentuk lereng
berubah menjadi jenuh karena bercampur dengan air.
Akibatnya material jenuh atau biasa disebut sebagai
lumpur membawa kumpulan atau fragmen-fragmen
pembentuk lereng mengalir bersama. Jenis longsoran
ini akan terhenti jika intensitas air pada lereng menjadi
seimbang kembali dan material pembentuk lereng
memadat. Tipe longsoran rayapan atau creeps adalah
suatu jenis longsoran yang agak sulit untuk
diidentifikasi. Tipe longsoran ini memiliki ciri gerakan
massa pembentuk lereng yang bergerak lambat dan Gambar 1. Benda pada permukaan datar Sumber:
tidak cukup kuat untuk mengalirkan kumpulan atau Nelson (2013)
fragmen material pembentuk lereng. Pada dasarnya,
Wati (2015), menjelaskan bahwa pada bidang
longsoran tipe ini hampir sama dengan longsoran
miring gaya gravitasi atau biasa disebut juga sebagai
dengan tipe luncuran atau slides. Namun, longsoran
gaya berat, dapat diuraikan menjadi dua komponen.
dengan tipe ini biasanya terjadi pada lereng dengan
Komponen pertama tegak lurus dengan bidang miring
tingkat deviasi atau kemiringan yang kecil. Hal itu
dan komponen kedua sejajar dengan bidang miring.
juga yang merupakan faktor utama mengapa
longsoran dengan tipe ini bergerak lambat dan sulit
untuk dikenali. Hal yang paling mudah untuk
mengidentifikasi bahwa lereng tersebut telah
mengalami longsoran dengan tipe rayapan atau creeps
ini adalah dengan mengamati bagian tanah atau pohon
yang ada pada lereng tersebut. Jika pohon dari suatu
area lereng tersebut cenderung miring (tidak tegak
lurus terhadap permukaan air laut) dan berbeda
dengan pohon yang ada pada area lainya, maka bisa
jadi bahwa bagian dari pohon tersebut mengalami
pergeseran akibat tanah longsor. Selanjutnya Gambar 2. Benda pada bidang miring Sumber: Wati
longsoran dengan tipe jatuhan atau falls merupakan (2015)
tipe longsoran yang sangat sering kita jumpai. Komponen yang tegak lurus bidang miring yaitu
Longsoran dengan tipe ini memiliki ciri pergerakan Wy, berfungsi untuk menahan benda tetap berada pada
dari masa pembentuk lereng yang jatuh bebas atau bidang miring. Komponen yang sejajar bidang miring
menggelinding. Longsoran dengan tipe ini yaitu Wx, menyebabkan dorongan pada benda
berlangsung dengan sangat cepat dan spontan karena menuruni bidang miring. Pada bidang miring dengan
ada faktor pemicu yang cukup kuat untuk sudut θ yang lebih besar menyebabkan nilai
menggoyahkan bagian dari lereng tersebut. komponen Wx bertambah, sedangkan nilai komponen
Dalam konsep fisika bentuk-bentuk lereng dikaji Wy mengecil. Secara matematis Wx dan Wy
dalam materi hukum newton, yaitu pada analisis diekpresikan dalam persamaan berikut.
pergerakan benda di bidang miring. Bentuk lereng 𝑊𝑥 = 𝑊 sin 𝜃 (1)
pada kasus tanah longsor dapat dianalogikan dengan
bidang miring tersebut dan terjadinya tanah longsor 𝑊𝑦 = 𝑊 cos 𝜃 (2)
dapat dikaji apabila kestabilan bidang miring
terganggu.

73
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Jika Wx> Wy, maka benda/material akan bergerak banjir. Bencana banjir yang terjadi akan memberikan
menuruni bidang miring atau lereng (pada kasus tanah dampak negatif dan buruk bagi suatu daerah dimana
longsor). Hadirnya gaya kohesi juga berpengaruh masyarakat mengalami kerugian yang besar secara
terhadap daya tahan benda/material pada bidang materi.
miring. Gaya kohesi ini merupakan gaya tarik menarik
Untuk menanggapi hal tersebut sudah selayaknya
antar molekul. Apabila komponen Wx lebih besar dari
dicari jalan keluar yang berupa upaya pencegahan atau
gaya kohesi, maka benda atau material akan bergerak
mitigasi terhadap bencana banjir. Cara yang paling
menuruni lereng atau bidang miring.
sederhana adalah dengan memberikan pengetahuan
b. Air kepada masyarakat khususnya para pelajar sebagai
kaum intelektual di tengah masyarakat. Dengan
Air juga berperan dalam mempengaruhi tanah
pemberian Edukasi Mitigasi (EdMi) bencana banjir
longsor, walaupun perannya tidak begitu besar
menggunakan konsep fisika. Sama seperti
terhadap proses pergerakan benda atau material.
pembahasan sebelumnya, upaya ini disebut sebagai
Faktor air juga diperhitungkan karena beberapa alasan,
mitigasi non struktural. Konsep fisika yang dapat
yaitu:
dihubungkan dengan dengan bencana banjir adalah
1. Penambahan air melalui hujan dapat menambah konsep fluida dan konsep kesetimbangan benda tegar.
berat tanah dan menyebabkan material cenderung
Vasista (2014), menjelaskan bahwa pada fluida
menuruni lereng. Berat adalah gaya, dan gaya
bencana banjir dapat dikaji melalui persamaan
adalah perbandingan tekanan dibagi luas area. Jika
manning yang berkaitan dengan persamaan
tekanan meningkat, maka benda/material akan
kontinuitas untuk permukaan terbuka seperti aliran
bergerak menuruni lereng dengan mudah.
banjir. Berdasarkan persamaan manning, kecepatan
2. Air memiliki kemampuan untuk mengubah sudut aliran banjir dapat ditulis sebagai:
kesetimbangan. Sudut kesetimbangan merupakan 1
sudut kestabilan pada lereng. 𝑣 = 𝑅 2⁄3 𝐼 1⁄2 (3)
𝑛

Misalkan pada saat membangun kastil pasir di Dimana n adalah koefisien manning, R adalah jari-jari,
laut. Jika pasir dalam kondisi yang kering, sangat sulit I adalah kemiringan dan v adalah kecepatan aliran.
untuk membentuk kastil pasir. Saat pasir dalam
Debit aliran banjir dapat ditulis sebagai:
keadaan cukup basah, akan mudah untuk membentuk
kastil pasir. Selanjutnya jika pasir terlalu basah, juga 𝑄 = 𝐴𝑣 (4)
sangat sulit untuk membentuk kastil karena pasir akan
Dengan mensubtitusikan persamaan (3) ke dalam
ikut mengalir bersama air. Demikian halnya pada
persamaan (4), maka diperoleh:
tanah longsor, kelebihan kandungan air pada tanah
akan menyebabkan tanah beserta material yang lain 1
𝑄 = 𝐴𝑅2⁄3 𝐼 1⁄2 (5)
𝑛
lebih mudah untuk menuruni lereng.
Dengan Q adalah debit aliran banjir atau biasanya
3.2 Konsep Fluida dan Kesetimbangan Benda
didefinisikan sebagai besarnya volume air yang
Tegar dalam EdMi Banjir mengalir persatuan detik, n adalah koefisien manning
Banjir adalah salah satu bencana tahuhan yang atau faktor kekasaran/perlawanan pada daerah aliran.
sering terjadi di Indonesia. Ketika musim hujan tiba, A adalah luas daerah aliran. R adalah jari-jari daerah
banjir selalu menjadi tamu pada hampir seluruh aliran, I adalah kemiringan daerah aliran dan v adalah
wilayah Indonesia. Bencana banjir terjadi ketika aliran kecepatan aliran.
air yang berlebihan merendam/menggenangi suatu Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa
permukaan daratan. Aliran air yang berlebihan debit aliran banjir dipengaruhi oleh empat komponen.
biasanya disebabkan oleh faktor alamiah, misalnya Komponen pertama adalah koefisien manning atau
curah hujan yang tinggi. Pola kehidupan masyarakat yang biasa disebut faktor kekasaran/perlawanan dari
yang tidak ramah lingkungan juga turut andil dalam suatu daerah aliran banjir. Semakin besar faktor
menyebabkan bencana ini. Masyarakat yang sering perlawanan yang menghalangi aliran banjir maka
membuang sampah ke sungai mengakibatkan debit aliran banjir akan mengecil. Hal ini dapat
terjadinya pendangkalan sungai, penebangan pohon dianalogikan dengan sebuah hutan, apabila hutan
secara liar mengakibatkan hilangnya penahan alami gundul maka air hujan akan leluasa untuk mengalir
air hujan dan pada daerah perkotaan, pembuatan dan sebaliknya, jika hutan terdapat banyak pohon air
bangunan yang menutupi tanah dapat mengurangi hujan akan terhalangi pergerakannya karena sebagian
daerah resapan air hujan. Sudarama (2012), air diserap oleh pepohonan sehingga kecepatan aliran
menyatakan bahwa masalah banjir cenderung air berkurang. Komponen yang kedua adalah luas
meningkat dari tahun ketahun terutama disebabkan permukaan daerah aliran banjir. Semakin luas daerah
oleh adanya perubahan watak banjir serta pesatnya aliran banjir maka daerah untuk volume banjir juga
pembangunan berbagai kegiatan manusia di dataran akan semakin banyak dan kecepatan aliran banjir

74
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

kecil, sebaliknya jika luas daerah aliran banjir Dimana F adalah gaya yang diberikan banjir, 𝜏 adalah
mengecil maka daerah untuk menampung volume torsi, 𝜌 adalah massa jenis air banjir, 𝑔 adalah
banjir bekurang dan menyebabkan kecepatan aliran percepatan gravitasi, 𝐿 adalah lebar aliran, dan 𝐻
banjir semakin besar. Hal tersebut juga dapat adalah ketinggian banjir.
dianalogikan dengan sebuah sungai. Jika di sungai
terjadi pendangkalan akibat menumpuknya sampah Dalam pembuatan bendungan harus
baik di dasar atau di permukaan sungai, dapat diperhitungkan kekuatan bahan/material yang akan
mengurangi luas daerah sungai untuk menampung digunakan. Bendungan harus dapat menahan beban
volume banjir dan jika itu terjadi maka air akan maksimal yang diberikan oleh air. Dengan melakukan
meluap. Komponen ketiga adalah jari-jari daerah perhitungan menggunakan persamaan di atas dapat
aliran banjir. Sama halnya dengan luas daerah aliran diperkirakan beban maksimal yang dapat ditampung
banjir, jari-jari yang kecil dapat mempercepat oleh bendungan. Apabila beban maksimum lebih besar
pergerakan aliran air banjir dan sebaliknya jari-jari dari dari kekuatan penahan bendungan sudah
yang besar dapat memperlambat aliran air banjir. dipastikan bendungan akan rusak dan terjadilah banjir
Komponen yang keempat adalah kemiringan daerah yang dapat membahayakan pemukiman masyarakat di
aliran banjir. Air akan bergerak dari daerah yang sekitar bendungan.
permukaannya tinggi ke permukaan yang lebih 4. KESIMPULAN DAN SARAN
rendah. Tinggi rendahnya permukaan mempengaruhi
besar kecinya tekanan. Pada permukaan yang lebih Edukasi Mitigasi (EdMi) bencana diberikan
tinggi tekanan akan lebih besar dibandingkan pada kepada para pelajar sebagai upaya untuk mewujudkan
daerah yang rendah. Hal ini dapat dianalogikan pelajar yang tanggap bencana. Pelajar yang tanggap
dengan air yang mengalir pada daerah bidang datar bencana artinya pelajar yang memiliki kemampuan
dan daerah bidang miring. Aliran air pada daerah dalam membaca, melihat serta memprediksi kondisi
bidang datar lebih stabil dibandingkan aliran air pada alam yang berpotensi terjadinya bencana. Konsep
daerah bidang miring, dimana pada bidang miring fisika yang dapat digunakan untuk EdMi bencana
aliran air lebih cepat. diantaranya konsep hukum Newton untuk bencana
tanah longsor yang dikaji melalui persamaan gaya-
Selanjutnya banjir juga dapat dikaji melalui gaya pada bidang miring. Konsep fluida dan konsep
konsep kesetimbangan benda tegar yang dapat kesetimbangan benda tegar untuk bencana banjir,
diterapkan pada pembangunan bendungan, jembatan, dimana pada fluida berlaku persamaan kontinuitas
dan bangunan penahan banjir lainnya. Jika aliran untuk mengkaji aliran banjir dan pada kesetimbangan
banjir mengenai suatu penahan seperti bendungan benda tegar berlaku persamaan momen gaya untuk
maka momen gaya pada dasar penahan dapat mengkaji kuat bendungan dalam menahan aliran
ditentukan. Gaya-gaya pada benda tegar karena aliran banjir.
banjir dapat dilihat pada gambar berikut.
5. REFERENSI
1. Maarif, S. 2012. Pikiran dan Gagasan
Penanggulangan Bencana di Indonesia.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
2. Muzaky, A. F., dan Handhika, J. 2015.
Penggunaan Alat Peraga Sederhana Berbasis
Teknologi Daur Ulang untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Materi Vektor dalam Kelas
Gambar 3. Gaya yang bekerja pada bendungan Remedial SMKN 1 Wonoasri Tahun Pelajaran
Sumber: Vasista (2014) 2014/2015. InProsiding: Seminar Nasional Fisika
dan Pendidikan Fisika 6(3).
Gambar di atas menunjukkan bendungan dengan
ketinggian H dikenai banjir dan menekan dinding 3. Nelson, S. 2009. Natural Disaster :Slope Stability,
penahan sepanjang L. Gaya df yang akan menekan Triggering Events, Mass
penahan setebal dy pada jarak y dari dasar adalah: WastingEvents.TulaneUniversity:(http://www.tula
ne.edu/~sanelson/geol204/slopestability.htm.),
1
𝐹 = 𝜌𝑔𝐿𝐻 2 (6) diakses pada 15 Desember 2017.
2

Maka momen gaya F terhadap dasar dinding penahan 4. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik
adalah: Indonesia Nomor 10 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Mitigasi Bencana Alam Bidang
𝑑𝜏 = 𝑑𝑓 ∙ 𝑦 (7) Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Jakarta:
1 Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
𝜏 = 𝜌𝑔𝐿𝐻3 (8)
6

75
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10. Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta:
21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wedatama Widya Sastra.
Penanggulangan Bencana. Jakarta: Pemerintah
11. Supardi. 2005. Metode Penelitian Ekonomi dan
Republik Indonesia.
Bisnis. Yogyakarta : UII Press
6. Rahman, A. Z. 2015. Kajian Mitigasi Bencana
12. Tumbol, S. S., dan Poli, H. 2014. Pusat Simulasi
Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara. Gema
dan Pelatihan Penanggulangan Bencana (Desain
Publica1(01).
Tanggap Bencana). Jurnal Arsitektur Daseng2(3):
7. Rahmayanti, H. 2014. Adaptasi Masyarakat Kota 147-157.
Rawan Bencana. Jakarta: Universitas Indonesia.
13. Vasista, D. 2014. Pengaruh LKS Terintegrasi
8. Sudamara, Y., Sompie, B. F., dan Mandagi, R. J. Materi Bencana Banjir pada Konsep Benda Tegar
2012. Optimasi Penanggulangan Bencana Banjir di dan Fluida Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Kota Manado dengan Metode AHP (Analytical dalam Model Case Based Learning. Pillar Of
Hierarchy Process). Jurnal Ilmiah Media Physics Education4(2).
Engineering2(4).
14. Wati, W. 2015. Pengembangan Modul
9. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Pembelajaran Fisika SMA Terintegrasi
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Penanggulangan Bencana Tanah Longsor. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni4(1): 109-119.

76
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Analisis Kinerja Kepala Laboratorium IPA Madrasah Aliyah Kota


Makassar
Suhardiman1*, Rafiqah2
1Pendidikan Fisika, Pendidikan Fisika, UIN Alauddin Makassar, Kementerian Agama
2Pendidikan Fisika, Pendidikan Fisika, UNM Makassar, Kementerian Agama
*Email : suhardiman.hardi@uin-alauddin.ac.id

Jln. H.M Yasin limpo samata-gowa/Kemeterian Agama R.I

Abstrak — Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Gambaran kinerja kepala
Laboratorium Madrasah Aliyah berdasarkan pedoman kinerja ketenagaan Laboratorium/bengkel sekolah tahun 2011 (2)
untuk mengetahui tingkat korelasi antar aspek penilaian kinerja kepala Laboratorium dan (3) deskripsi tingkat korelasi antara
penilaian kinerja dengan karakteritik kepala Laboratorium Kota Makassar. Subjek penelitian ini adalah seluruh kepala
Laboratorium Madrasah Aliyah di wilayah kementrian Agama kota Makassar berjumlah 16 Kepala Laboratorium.
Pengukuran penilaian kinerja kepala Laboratorium Madrasah aliyah kota Makassar menggunakan intrumen angket penilaian
kinerja dan studi dokumentasi dimana diperoleh hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Deskripsi penilaian kinerja
kepala Laboratorium Madrasah Aliyah kota Makassar diperoleh Penilaian kinerja dengan kategori kurang (2) Pola hubungan
antaraaspek penilaian kinerja kepribadian dengan kinerja sosial memiliki hubungan sangat kuat, hubungan antara kinerja
kepribadian dengan kinerja manejerial memiliki hubungan lemah, komponen kepribadian dengan penilaian kinerja
profesional memiliki hubungan lemah. hubungan antara komponen kinerja sosial dengan kinerja manajerial hubungan kuat,
hubungan penilaian kinerja sosial dengan kinerja profesional memiliki hubungan kuat, selanjutnya korelasi person
menunjukkan hubungan kinerja manajerial dengan kinerja profesional memiliki hubungan kuat. (3) Hubungan karakteristik
kepala Laboratorium diperoleh hubungan antara keikutsertaan dalam pelatihan dengan kinerja kepala Laboratorium IPA
memiliki hubungan yang lemah, Status Madrasah, status kepegawaian dan massa kerja sebagai kepala Laboratorium dengan
kinerja kepala Laboratorium berhubungan cukup, semua karateristik kepala Laboratorium dinyatakan tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan kinerja kepala Laboratorium kepala Laboratorium kota Makassar Kinerja kinerja kepala
Laboratorium

Kata Kunci — Kinerja kepala Laboratorium.

1. PENDAHULUAN manager yang mengelola Laboratorium/bengkel


Sekolah. Sasaran pengelolaan Laboratorium/bengkel
Laboratorium hendaknya memiliki standar
Sekolah adalah membantu serta mengkoordinir
operasional prosedur yang baik, standar operasional
kegiatan praktikum bersama guru penggun
prosedur sebuah Laboratorium hendaknya memiliki
Laboratorium/bengkel agar dapat meningkatkan
standar-standar yang ditetapkan, standar-standar
kualitas proses dan hasil belajar siswa. Sedangkan
inilah yang sering menjadi wacana yang tidak
secara managerial, membantu pimpinan sekolah
diketahui oleh tenaga kependidikan Laboratorium,
mengelola sumber daya fasilitas praktikum secara
Menurut Permendiknas No. 26 TH. 2008, standar
administrasi yang menjadi wewenangnya agar dapat
ketenagaan Laboratorium terdiri dari Kepala
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan
Laboratorium, teknisi dan laboran dengan kualifikasi
pada sekolahnya.
dan kompotensi yang telah di standarkan sehingga
diaktualisasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran Hasil survey yang dilakukan oleh Ditendid
khusus dalam proses praktikum di Laboratorium. (2006) mengungkapkan bahwa tidak semua
Laboratorium sekolah memiliki tenaga
Pedoman Kinerja Kepala Laboratorium/
Laboratorium. Hasil temuan lapangan oleh kelompok
Bengkel Sekolah/Madrasah menyatakan bahwa
kerja tenaga Laboratorium menunjukkan bahwa ada
Kepala Laboratorium/ bengkel Sekolah merupakan
kesulitan dalam rekrutmen tenaga Laboratorium
salah satu tenaga kependidikan yang memegang
sekolah yang disebabkan oleh tidak adanya formasi
peran strategis dalam meningkatkan profesionalisme
dan ketidakjelasan dalam kualifikasi. Penelitian ini
guru, kepala sekolah dan mutu pendidikan di
akan di arahkan gambaran bahwa kinerja kepala
sekolah. Tugas pokok Kepala Laboratorium/bengkel
Laboratorium di wilayah kota Makassar yang
sekolah adalah melaksanakan tugas yang bersifat
meliputi 7 komponen penilaian kinerja yakni
akademik dan managerial pada satuan pendidikan
kepribadian, sosial, Pengorganisasian guru, laboran
yang meliputi penyusunan program kerja
dan teknisi, pengelolaan program dan administrasi,
Laboratorium/bengkel, pelaksanaan program,
Pengelolaan dan pemantauan, pengembangan dan
pembinaan terhadap teknisi dan laboran, penilaian
inovasi, serta lingkungan dan K3, sehingga melalui
kinerja teknisi dan laboran, evaluasi hasil
penelitian ini akan dilakukan penilaian kinerja kepala
pelaksanaan program Laboratorium/bengkel Sekolah.
Laboratorium kota Makassar berdasarkan Pedoman
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, kepala Kinerja 2011. peneliti berusaha memberikan
Laboratorium/bengkel Sekolah berfungsi sebagai interpretasi mengenai gambaran sejauh mana kinerja

77
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

kepala Laboratorium yang dianalisis dengan Tabel I. Kategorisasi Kinerja Kepala Laboratorium
pedoman Kinerja Ketenagaan Laboratorium/Bengkel
Rentang Skor Nilai Klasifikasi
sekolah Tahun 2011 serta mengetahui korelasi aspek
Akhir (Huruf) Prestasi Kinerja
kinerja kepala laborarorium dan korelasi penilaian
kinerja dengan karakteristik subjek kepala 91 – 100 A Amat Baik
Laboratorium di Wilayah kota Makassar 76 – 90 B Baik
2. METODOLOGI PENELITIAN 61 – 75 C Cukup
51 – 60 D Sedang
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
0 – 50 E Kurang
deskriptif. akan di arahkan lebih mendalam, karna
selain menggambarkan data hasil penelitian juga Selanjutnya dihitung Indeks Angka Korelasi antara
akan di cari keterkaiatan antara aspek yang diteliti, aspek penilaian kinerja dan kaitannya karakter subjek
Dalam penelitian ini peneliti selain bermaksud kepala Laboratorium Madrasah kota Makassar. Nilai r
untuk menggambarkan kinerja kepala Laboratorium person antara aspek penilaian kinerja
Madrasah berdasarkan pedoman kinerja ketenagaan
Laboratorium/bengkel Sekolah/Madrasah Tahun 𝑛(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥 . ∑ 𝑦)
2011 penilaian komponen kepribadian, sosial, 𝑟=
pengorganisasian guru, Laboran/teknisi, pengelolaan √[𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 ][𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 ]
program dan administrasi, pengelolaan pemantauan
dan evaluasi, pengembangan dan inovasi serta Sementara hubungan karakteristik subjek dengan skor
lingkungan dan Keamanan keselamatan Kerja di penilaian kinerja di analisis menggunakan statistik
Madrasah Aliyah Kementerian Agama wilayah kota non parametrik untuk menghitung nilai r Contigency
Makassar, juga akan dilanjutkan dengan penetuan Coeficient sehingga hasil akhir perhitungan
indeks korelasi antar aspek penilaian kinerja kepala Interprestasi hubungan dan uji signifikan pada tabel
Laboratorium kota Makassar dan indeks korelasi II
antara penilaian kinerja dengan karakteritik subjek
kepala Laboratorium kota Makassar. Tabel II. Nilai koefisien korelasi:
Subjek penelitian ini adalah seluruh Kepala No. Nilai korelasi (r) Tingkat Hubungan
Laboratorium Madrasah Aliyah di wilayah
kementerian Agama kota Makassar. Dimana 1 0,00 – 0,199 Sangat lemah
diketahui total subjek penelitian Madrasah Aliyah 2 0,20 – 0,399 Lemah
dalam lingkup kementrian Agama kota Makassar 3 0,40 – 0,599 Cukup kuat
diketahui sebanyak 27 Madrasah Aliyah dan 4 0,60 – 0,799 Kuat
diketahui hanya terdapat 16 Madrasah yang memiliki 5 0,80 – 0,100 Sangat kuat
kepala Laboratorium.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan
Pengumpulkan data penelitian kinerja kepala
teknik angket dan lembar observasi. Sebelum
Laboratorium Madrasah Aliyah Tahun 2015 yang
intrumen digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh
terdiri atas 46 kriteria kinerja dan 133 indikator yang
dua orang ahli pada bidang IPA dan Laboratorium.
sesuai dengan tugas pokok kepala
Data yang di peroleh dalam penelitian ini akan
Laboratorium/bengkel Sekolah melalui instrumen
dianalisis dengan teknik statistik deskriptif.Analisis
penelitian yaitu Angket dan Studi dokumentasi yang
Deskriptif untuk menggambarkan Kinerja
telah divalidasi oleh 3 orang pakar, penilaian kinerja
Ketenagaan Laboratorium Madarasah Kota Makassar
pada komponen (1) kinerja kepribadian dan (2)
dilakukan berdasakan Pedoman Kinerja dengan
komponen kinerja sosial. Sementara komponen
pedoman dengan menggunakan persamaan kategori
kinerja kepala Laboratorium yang di ukur dengan
kinerja adalah
menggunakan studi dokumentasi adalah 3)
Jumlah Skor pengorganisasian guru, teknisi, dan laboran, (4)
NAK = x 100%
Total Skor Komponen Pengelolaan Program dan Administrasi, (5)
Pengelolaan dan Pemantauan (6) Pengembangan
Serta akhir penilaian Memberikan interpretasi
Inovasi, (7) lingkungan dan K3. selanjutnya Data
kategori ketercapaian pengelolaan yang di
yang di peroleh dalam penelitian ini akan dianalisis
distribusikan Polinominal. Adapun pengkategorian
dengan teknik statistik deskriptif. Analisis Deskriptif
Kinerja Ketenagaan Laboratorium disesuaikan
untuk menggambarkan Kinerja Ketenagaan
dengan pedoman PK ketenagaan Laboratorium
Laboratorium Madrasah Kota Makassar. Adapun
Tahun 2011 yang disajikan dalam tabel I berikut:
gambaran 7 komponen penilaian kinerja akan
dijelaskan sebagai berikut:

78
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Tabel III. Rekapitulasi penilaian Kinerja Kepala


Laboratorium kota Makassar berdasarkan Pedoman
16
Penilaian kinerja (PK) kepala Laboratorium
14
Kriteria
12 No Komponen Rerata
Kinerja
10 1 Kepribadian 67,86 Cukup
8 2 Sosial 59,08 Sedang
3 Pengorganisasian Guru 7,39 Kurang
6 4 Pengelolaan Program Kurang
10,98
Administrasi
4 5 Pengelolaan Pemantauan Kurang
8,36
2
dan evaluasi
6 Pengembangan dan Kurang
8,36
0 Inovasi
AB B C Sd K AB B C Sd K AB B C Sd K AB B C Sd K 7 Lingkungan dan K3 5,53 Kurang
Frekwensi

Kepribadian Sosial Pengorganisasian Pengorganisasian


Ketenaggan Program dan Keselurahan data yang diperoleh terhadap 16
Administrasi kepala Laboratorium Madrasah aliyah kota Makassar
yang merupakan sujek penelitian deskriptif ini
Gambar 1. Deskripsi komponen Kinerja kepribadian, terlihat hanya satu komponen yang mendapatkan
sosial, pengoganisasian ketenagaan dan katagori cukup yaitu (1) komponen kepribadian
pengorganisasian program dan administrasi dengan skor komponen sebesar 67,86. kinerja (2)
komponen sosial dengan skor komponen sebesar
16 59,08 kategori sedang, 5 komponen penilaian kinerja
14 kepala Laboratorium yakni (3) pengorganisasian guru,
12 teknisi, dan laboran = 7,39, (4) Pengelolaan Program
dan Administrasi = 10,98, (5) Pengelolaan dan
10
Pemantauan = 8,36 (6) Pengembangan Inovasi = 8,36
8
dan (7) komponen lingkungan dan K3 = 5,53
6 memperoleh katagori kurang.
4
AnalisisIndeks angka korelasi penelitian kinerja
2
kepala Laboratorium Madrasah Aliyah kota
0 Makassar Tahun 2015 dengan mecarai (1) uji
Frekwensi

AB B C Sd K AB B C Sd K AB B C Sd K statistik koefisien korelasi person yang digunakan


menguji ada tidak tidaknya keterkaiatan antara
Pengelolaan Pengembangan Pengelolaan komponen penilaian kinerja kepala laboratrium
pemantauan Inovasi lingkungan dan untuk 16 subjek kepala Laboratorium dengan
dan evaluasi K3 analisis variabel kompotensi.
Gambar 2 : Deskripsi komponen kinerja pengeloaan
pemantauan dan evaluasi, pengembangan inovasi, dan Analisis deskriptif gambaran pola hubungan
pengelolaan lingkungan K3 antara kompotensi penilaian kinerja dianalisis
Sehingga deskripsi rerata data penilaian kinerja menggunakan IBM SPSS 21 yang di sajikan sebagai
kepala Laboratorium Madrasah Aliyah kota berikut:
Makassar Tahun 2015 yang terdiri atas 7 komponen
kinerja di sajikan dalam tabel berikut :

79
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Pola hubungan antaraaspek penilaian kinerja signivikan dengan kinerja kepala Laboratorium kepala
kepribadian dengan kinerja sosial memiliki Laboratorium kota makassar
hubungan sangat kuat, hubungan antara kinerja
Pembahasan
kepribadian dengan kinerja manejerial memiliki
hubungan lemah, komponen kepribadian dengan 1. Deskripsi aspek penilaian kinerja kepala
penilaian kinerja profesional memiliki hubungan Laboratorium kota Makassar.
lemah. hubungan antara komponen kinerja sosial
Analisis penilaian kinerja dilakukan kepada
dengan kinerja manajerial hubungan kuat, hubungan
kepala Laboratorium berkaiatan Kepribadian kepala
penilaian kinerja sosial dengan kinerja profesional
Laboratorium IPA Madrasah Aliyah kota Makassar
memiliki hubungan kuat, selanjutnya korelasi person
Tahun 2015 diperoleh Kriteria dengan kategori
menunjukkan hubungan kinerja manajerial dengan
komponen kepribadian adalah Cukup. Perhitungan
kinerja profesional memiliki hubungan kuat.
penilaian kinerja sosial kepala Laboratorium
(2) Analisis dilakukan oleh peneliti untuk Madrasah Aliyah diperoleh Kriteria dengan kategori
mencari pola hubungan antara karakteristik subjek komponen penilaian kinerja sosial adalah Sedang.
penelitian berdasarkan data identitas dari kepala Penilaian kinerja Pengorganisasian Guru, Teknisi
Laboratorium kota Makassar berkaitan dengan status dan Laboran kepala Laboratorium IPA Madrasah
Madrasah, ketersediaan Laboratorium, Keikutsertaan Aliyah kota Makassar dengan kategori Komponen
dalam pelatihan Laboratorium, Status kepegawaian Pengorganisasian Guru, Teknisi dan Laboran adalah
dan waktu tugas sebagai kepala Laboratorium Kurang. Data penilaian kinerja Pengelolaan Program
Madrasah Aliyah kota Makassar Tahun 2015. dan Administrasi kepala Laboratorium IPA Madrsah
Analisis menggunakan analisis statistik Non Aliyah kota Makassar Dengan kategori komponen
Parametrik korelasi contigensi yang disajikan dalam Pengelolaan Program dan Administrasi adalah
tabel berikut: Kurang.
Tabel IV. hubungan kompotensi penilaian kinerja Komponen Pengelolaan Pemantauan dan
kepala Laboratorium madrasah aliyah kota Makassar Evaluasi yang di ukur 7 kriteria kinerja Komponen
Pengelolaan Pemantauan dan Evaluasi yang disebar
App kedalam 17 indikator penilaian kinerja Komponen
Korelasi Hubungan Antara
Value rox. Pengelolaan Pemantauan dan Evaluasi diperoleh
Data Variebel
Sig. kategori komponen Komponen Pengelolaan
Keikutsertaan dalam Pemantauan dan Evaluasi adalah Kurang. Penilaian
0,25 kinerja Komponen Pengembangan dan Inovasi
Nominal pelatihan Kepala 0,38
9 kepala dengan kategori komponen Komponen
by Laboratorium
Nominal Status Madrasah 0,09 Pengembangan dan Inovasi adalah Kurang. Penilaian
Continge 0,478 kinerja komponen Pengelolaan Lingkungan dan K3
Aliyah kota Makassar 3
ncy Status kepegawaian 0,08 kepala Laboratorium adalah Kriteria dengan kategori
Coefficie 0,489 komponen Pengelolaan Lingkungan dan K3 adalah
Kepala Laboratorium 1
nt N of Kurang.
Masa Kerja sebagai 0,40
Valid 0,447
Kepala Laboratorium 6 Akhir deskripsi penilaian kinerja kepala
Cases Jenis kelamin Kepala 0,41 Laboratorium Madrasah Aliyah kota Makassar
0,316
Laboratorium 1 tentang kinerja Kepala Laboratorium yang di ukur
terlihat kondisi yang memprihatinkan berkaitan
approx. Sig uji korelasi phi adalah penelitian dari
dengan kinerja kepala Laboratorium Madrasah
karakteristik subjek penelitian 0,259 (a), 0,081 (b),
Aliyah dimana kriteria kinerja diperoleh skor rerata
0,093 (d) dan 0,406 (e) yang diperoleh ≥ 0,05 maka
penilaian kinerja Kepala Laboratorium Madsarah
Ho diterima serta dua cara lain yaitu dengan statistik
Aliyah Kota Makassar adalah 39,94. dengan kategori
Cramer’s V dan Lamda menghasilkan keputusan
penilaian kinerja adalah Kurang.
yang sama, yaitu Ho diterima. Hal ini berarti
hubungan antara status Madrasah, ketersediaan Deskripsi pola hubungan aspek penilaian
Laboratorium, Keikutsertaan dalam pelatihan kinerja kepala Laboratorium kota makassar.
Laboratorium, Status kepegawaian dan waktu tugas
Pola hubungan antara kompotensi penilaian
sebagai kepala Laboratorium dengan kinerja kepala
kinerja kepala Laboratorium. Akan tetapi peneliti
Laboratorium kota makassar tahun 2015 dinyatakan
menyederhanakan bentuk pola korelasi antara
tidak siqnivikan. Dalam arti, status Madrasah,
kompotensi antara komptensi yang didasarkan pada
ketersediaan Laboratorium, Keikutsertaan dalam
Permendiknas Tahun 2008 dimana disebutkan ada 4
pelatihan Laboratorium, Status kepegawaian dan
kompotensi yang harus dimiliki oleh kepala
waktu tugas sebagai kepala Laboratorium kepala
Laboratorium/bengkel Sekolah/Madrasah yaitu
Laboratorium kota makassar tidak berhubungan yang
kompotensi kepribadian, Sosial, manajerial dan

80
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Kompotensi profesional. Dan seperti diketahui untuk subjek penelitina berdasarkan data identitas dari
kompotensi (3) pengorganisasian guru, teknisi, dan kepala Laboratorium kota Makassar berkaitan
laboran, (4) Pengelolaan Program dan Administrasi, dengan status Madrasah, ketersediaan Laboratorium,
(5) Pengelolaan dan Pemantauan merupakan Keikutsertaan dalam pelatihan Laboratorium, Status
pengembangan dari kompotensi manajeria begitu kepegawaian dan waktu tugas sebagai kepala
pula dengan kompotensi (6) Pengembangan Inovasi, Laboratorium Madrasah Aliyah kota Makassar
(7) lingkungan dan K3 merupakan pengembangan Tahun 2015. Analisis mennggunakan analisis
dari kompotensi profesional pada penilaian kinerja statistik Non Parametrik.
(PK) kepala Laboratorium/bengkel Sekolah tahun
Korelasi contigensi coefisien diperoleh kolom
2011.
Value hubungan antara keikutsertaan dalam pelatihan
Penelitian menngunakan uji statistik koefisien dengan kinerja kepala Laboratorium IPA memiliki
korelasi person yang digunakan menguji ada tidak hubungan yang lemah, hubungan antara status
tidaknya keterkaiatan antara komponen penilaian Madrasah Aliyah dengan kinerja kepala
kinerja kepala laboratrium untuk 16 subjek. Laboratorium berhubungan cukup, hubungan antara
menunjukkan bahwa hubungan antara komponen status kepegawaian dengan kinerja kepala
penilaian kinerja kepribadian dengan komponen Laboratorium dengan kategori cukup, hubungan
penilaian kinerja sosial memiliki hubungan sangat antara massa kerja sebagai kepala Laboratorium
kuat positif. Dimana semakin baik kinerja diperoleh kategori cukup, terakhir berdasarkan jenis
kepribadian kepala Laboratorium maka akan kelamin dengan kinerja kepala Laboratorium
semakin meningkat pula kinerja sosial kepala diperoleh dengan katagori lemah.
Laboratorium begitu pula sebaliknya.
approx. Sig uji korelasi contigensi adalah
Hubungan antara komponen penilaian kinerja penelitian dari karakteristik kepala Laboratorium
kepribadian dengan komponen penilaian kinerja yang diperoleh ≥ 0,05 maka Ho.. Hal ini berarti
manejerial memiliki hubungan lemah. diketahui hubungan antara status Madrasah, ketersediaan
seorang yang memilki komponen penilaian kinerja Laboratorium, Keikutsertaan dalam pelatihan
tinggi tidak akan berpengaruh pada tinggi rendahnya Laboratorium, Status kepegawaian dan waktu tugas
komponen penilaian manajerial begitu pun sebagai kepala Laboratorium dengan kinerja kepala
sebaliknya. Laboratorium kota makassar tahun 2015 dinyatakan
tidak siqnivikan. Dalam arti, status Madrasah,
Hubungan antara komponen penilaian kinerja
ketersediaan Laboratorium, Keikutsertaan dalam
kepribadian dengan komponen penilaian kinerja
pelatihan Laboratorium, Status kepegawaian dan
profesional memiliki hubungan lemah dimana
waktu tugas sebagai kepala Laboratorium kepala
seorang yang memilki komponen penilaian kinerja
Laboratorium kota makassar memiliki hubungan
tinggi tidak akan berpengaruh pada tinggi rendahnya
yang lemah dan tidak signivikan dengan kinerja
komponen penilaian manajerial begitu pun
kepala Laboratorium kepala Laboratorium kota
sebaliknya.
makassar Kinerja kinerja kepala Laboratorium
Dari tabel korelasi person, dari tabel IV
Sehingga peneliti mencoba mencari pola
menunjukkan bahwa hubungan antara komponen
hubungan antara karakteristik subjek penelitina
penilaian kinerja sosial dengan komponen penilaian
berdasarkan data identitas dari kepala Laboratorium
kinerja manajerial memiliki hubungan kuat, semakin
kota Makassar berkaitan dengan status Madrasah,
baik kinerja sosial kepala Laboratorium maka akan
ketersediaan Laboratorium, Keikutsertaan dalam
semakin meningkat pula kinerja Manajerial kepala
pelatihan Laboratorium, Status kepegawaian dan
Laboratorium begitu pula sebaliknya.
waktu tugas sebagai kepala Laboratorium Madrasah
Hubungan antara komponen penilaian kinerja Aliyah. kriteria yang dapat digunakan untuk
sosial dengan komponen penilaian kinerja mengukur kinerja kapala Laboratorium secara
profesional memiliki hubungan kuat di karenakan individu setelah dianalisis ternyata diperoleh tidak
semakin baik kinerja sosial kepala Laboratorium signivikan berhubungan dengan penilaian kinerja
maka akan semakin meningkat pula kinerja kepala Laboratorium IPA, diman pada dasarnya juga
profesional kepala Laboratorium begitu pula dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yaitu
sebaliknya. Terakhir hubungan antara komponen kondisi yang berasal dari dalam individu yang
penilaian kinerja manajerial dengan komponen disebut dengan faktor individual dan kondisi yang
penilaian kinerja profesional memiliki hubungan berasal dari luar individu yang disebut dengan faktor
kuat . situasional.
Deskripsi pola hubungan kinerja dengan Peneliti menyakini bahwa faktor internal subjek
karakteristik subjek kepala Laboratorium kota hanya memberikan sedikit efek terhadap kinerja
Makassar dimana Analisis dilakukan oleh peneliti kepala Laboratorium kota Makassar. disebutkan
untuk mencari pola hubungan antara karakteristik Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian

81
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor Perhatian dan kontrol yang lebih dari kementrian
motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan agama terkait peningkatan kinerja kepala
pendapat Keith Davis yang merumuskan bahwa Laboratorium dan lebih meningkatkan faktor
Faktor Kemampuan (Ability) Secara psikologis, organisasi dengan memberikan bantuan berupa:a.
kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi Pelengkapan sumber daya (ketenagaan)
(IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Laboratorium dengan rekrutmen laboran atau teknisi
Laboratorium struktur dan job design dari
Faktor Motivasi (Motivation) Motivasi diartikan
Laboratorium dapat terpenuhi agar dapat membagi
suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan
pekerjaan secara proporsional dengan ketenaggan
terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan
Laboratorium yang lain .
organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro)
terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan 4. KESIMPULAN DAN SARAN
motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka
Berdasarkan hasil penetilian dan pembahasan
bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya
yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka
akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah.
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain
hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan 1. Deskripsi penilaian kinerja kepala Laboratorium
pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi Madrasah Aliyah kota Makassar Tahun 2015
kerja. diperoleh Penilaian kinerja Kepala Laboratorium
Madsarah Aliyah dengan kategori Kurang
Pendapat Keith Davis bahwa beberapa faktor
yang mempengaruhi pencapaian kinerja atau prestasi 2. Pola hubungan menunjukkan hubungan kinerja
kerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor kepribadian dengan kinerja sosial memiliki
motivasi (motivational). Prabu Mangkunegara hubungan sangat kuat positif, hubungan antara
(2006:14), kinerja (performance) dipengaruhi oleh kinerja kepribadian dengan kinerja manejerial
tiga faktor, yaitu (1) Faktor individual yang terdiri memiliki hubungan lemah, komponen kepribadian
dari: a. Kemampuan dan keahlian b. Latar belakang dengan penilaian kinerja profesional memiliki
c. Demografi (2) Faktor psikologis yang terdiri dari hubungan lemah.Hubungan antara komponen
a. Persepsi b. Attitude c. Pembelajaran d. Motivasi kinerja sosial dengan kinerja manajerial hubungan
terakhir Faktor organisasi yang terdiri dari:a. Sumber kuat, hubungan penilaian kinerja sosial dengan
daya, b. Kepemimpinan c. Penghargaan, d. Struktur kinerja profesional memiliki hubungan kuat,
e. Job design. Kutipan tersebut setelah di analisis selanjutnya korelasi person menunjukkan
faktor-faktor yang disebutkan individul yang terdiri hubungan kinerja manajerial dengan kinerja
atas kemampuan dan keahlian dirasakan tidak profesional memiliki hubungan kuat.
memberikan pengarug terhadap knerja kepala
3. Pola hubungan karakteristik kepala Laboratorium
Laboratorium kota Makassar dimana diketahui
pernah atau tidaknya kepala Laboratorium mengikuti diperoleh hubungan antara keikutsertaan dalam
pelatihan tidak memberikan pengaruh yang besar pelatihan dengan kinerja kepala Laboratorium IPA
memiliki hubungan yang lemah, Status Madrasah,
terhadap kinerja kepala Laboratorium, latar belakang
status kepegawaian dan massa kerja sebagai
keilmuanpun tidak pula memberikan pengaruf
kepala Laboratorium dengan kinerja kepala
terhadap kinerja ketenagaan, diman faktor status
kepegawaian, tempat mengajar, Status lulusan Laboratorium berhubungan cukup, semua
universitas, serta lama pengabdian sebagai kepala karateristik kepala Laboratorium dinyatakan tidak
memilikihubungan yang siqnivikan dengan kinerja
Laboratorium di Madrasah tidak memberikan efek
kepala Laboratorium kepala Laboratorium kota
terhadap kualitas kinerja ketenagaan kepala
makassarKinerja kinerja kepala Laboratorium
Laboratorium Madrasah aliyah kota Makassar.
Sehubungan dengan hasil yang diperoleh
Peneliti menyakini kurangnya perhatian terhadap
kepala Laboratorium dalam bentuk kegiatan gambaran tentang kinerja kepala Laboratorium
worshop/pelatihan kepala Laboratorium yang diwilayah kota Makassar. Yang berada katagori
kurang maka penulis mengajukan saran bagi
dilakukan Kementrian terkait , keluwesan dari
kementerian Agama kota makassar untuk lebih
jurusan atau program studi universitas yang kurang
memperhatikan kualitas kepala Laboratorium di
memberikan perhatian terhadap mata kuliah
wilayah kota Makassar.
berkaitan dengan ilmu manajemen atau pengelolaan
LaboratoriumLebih lanjut peneliti memberikan 5. REFERENSI
gambaran untuk lebih meningkatkan kinerja kepala
Laboratorium dalam bentuk pemberian pemahaman 1. Creswell, 2015. Educational Reserch, planning
kepala pihak pengelola pendidikan untuk lebih countiction and evaluating Qualitatitife dan
memberikan perhatian kepala kepala Laboratorium Quantitqtife; USA; person education
berupa Faktor psikologis yang terdiri pemebrian
persepsi berkaiatan dengan pekerjaan yang dijalani b.

82
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

2. Ditjen PMPTK. 2010; Modul 2 pelatihan kepala 6. Permendiknas No. 26 Tahun 2008
Laboratorium; Bandung tentangstandarTenagaPengelolaLaboratoriumSeko
lah/Madrasah.
3. Francel, wallen 2012 : Desain and evaluate
Research in education. San Fransico. Mc Gew hill 7. Permenpan 2010. Peraturan tentang penilaian
kinerja guru sekolah madrasah
4. Hamsah. 2010. Penilain kinerja guru: 2010.
Bandung; Tarsito 8. Refirman dan Rosminar Suna. 1993. Desain,
Perlengkapan, Tata Ruang dan Pengelolaan
5. Kemendiknas. 2011. Pedoman Penilaian Kinerja
Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Kepala Laboratorium. Jakarta.
Universitas Terbuka, Depdikbud.

83
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Keefektivan Alat Peraga Trainer pada Submateri Hukum Ohm dalam


Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik di SMA Tri Tunggal, Surabaya
Rofi’atul Aliyah*, Agista Wibiane, Adeista Anggrainy Putri Arif
Universitas Negeri Surabaya
*Email : aliyrofiatul@gmail.com
Jalan Ketintang, Surabaya, 60231

Abstrak — Kurikulum 2013 berlaku secara nasional untuk meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik.
Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Salah satu permasalahan dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM) yaitu peserta didik memiliki kesulitan dalam memahami konsep materi terutama submateri Hukum
Ohm. Hal tersebut, dikarenakan pembelajaran kelas cenderung deklaratif, kegiatan prosedural (praktikum) belum optimal.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui keefektivan alat peraga trainer pada submateri Hukum Ohm dalam meningkatkan
pemahaman peserta didik di SMA Tri Tunggal, Surabaya. Metode penelitian ini mengikuti tahapan pengembangan model
ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation). Trainer dirancang pada rangkaian listrik yang
terhubung dengan komponen-komponen listrik maupun alat elektronika yang sudah ada di masyarakat kemudian
dimodifikasi dengan penambahan resistor, kapasitor dan induktor serta menggunakan LCD sehingga hasil atau nilai
pengukuran dapat dibaca langsung oleh sistem. Alat peraga diimplementasikan dalam pembelajaran kelas dengan
mengambil sampel yaitu 22 peserta didik, kemudian dilakukan evaluasi. Hasil penelitian menyatakan 50% dari jumlah
sampel telah meningkat pemahaman terhadap submateri Hukum Ohm. Hal ini, menunjukkan bahwa alat peraga trainer pada
submateri Hukum Ohm efektif dalam meningkatkan pemahaman peserta didik di SMA Tri Tunggal, Surabaya.

Kata Kunci — ADDIE, Hukum Ohm, Kurikulum 2013, Trainer

1. PENDAHULUAN peserta didik adalah listrik dinamis. Hal tersebut


diketahui dari nilai ulangan harian pada materi listrik
Kurikulum 2013 yang berlaku secara nasional
dinamis yang masih di bawah KKM. Kriteria
merupakan hasil dari perbaikan kurikulum KTSP
Ketuntasan Minimal (KKM) dalam penentuannya
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik). Kompetensi
diserahkan pada kebijakan sekolah dengan
yang diharapkan adalah pembentukan karakter,
mempertimbangkan tingkat kompleksitas (kesulitan
literasi, numerasi, kemampuan berfikir kritis,
dan kerumitan), daya dukung, dan in take (tingkat
kerjasama, kreatifitas, dan komunitas. Kurikulum
kemampuan rata-rata peserta didik).
2013 memiliki 3 ranah penilian yang perlu
diperhatikan, meliputi: sikap, pengetahuan, dan Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
keterampian. Tujuan pembelajaran tersebut dapat sebelumnya, peserta didik mengalami kesulitan pada
tercapai menggunakan pendekatan saintifik (scientific submateri Hukum Kirchoff, daya hantar listrik,
approach). Hukum Ohm, serta rangkaian resistor seri dan paralel.
Penelitian lain juga menemukan bahwa peserta didik
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu
atau mahasiswa mengalami kesulitan dalam
sains. Fisika merupakan hasil kegiatan manusia
memahami konsep arus listrik, beda potensial dan
berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang
hambatan, diagram rangkaian, konservasi muatan,
terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari
serta daya listrik
serangkaianpengalaman melalui proses ilmiah.
Pembelajaran fisika menekankan pada pemberian Adapun faktor yang menyebabkan peserta didik
pengalaman langsung sehingga peserta didik mampu mengalami kesulitan meliputi faktor internal yaitu
menjelajah dan memahami alam secara ilmiah. Ada kurangnya minat dan motivasi peserta didik,
banyak fokus materi fisika dalam penelitian, salah sedangkan faktor eksternal yaitu kurangnya variasi
satunya adalah materi kelistrikan. media, dan metode pembelajaran serta kurangkan
eksperimen yang dilakukan langsung oleh peserta
Berdasarkan informasi yang diperoleh penelitian
didik. Media pembelajaran merupakan alat atau
dari angket yang diisi oleh peserta didik di SMA Tri
perangkat yang kasat mata guna memperjelas pesan
Tunggal Surabaya kelas X bahwa 95% peserta didik
atau informasi sehingga dapat memperlancar dan
mengatakan alat praktikum di laboratorium tidak
meningkat proses dan hasil belajar. Hasil belajar yang
lengkap. 90% peserta didik mengatakan tidak pernah
dicapai oleh peserta didik umumnya dinyatakan dalam
melakukan praktikum fisika di laboratorium. 86%
bentuk nilai atau skor. Nilai atau skor dapat diketahui
peserta didik mengatakan materi listrik dinamis sulit
dengan memberikan evaluasi berupa tes. Apabila
dan 81% peserta didik mengalami kesulitan
peserta didik telah melampaui KKM yang tetapkan
mengerjakan soal listrik dinamis.
sekolah artinya peserta didik mampu menguasai bahan
Selain itu, juga diperoleh informasi hasil ajar. Begitu juga sebaliknya, apabila peserta didik
wawancara dengan guru SMA Tri Tunggal Surabaya belum mampu menguasai bahan ajar secara tuntas dan
bahwa salah satu materi yang sulit dipahami oleh

84
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

dibiarkan saja, maka akan berpengaruh pada ekplorasi untuk menganalisis masalah atau
penguasaan bahan ajar berikutnya. informasi yang terkait dengan tempat penelitian,
disertai dengan studi pustaka untuk menyelaraskan
. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di
hasil data yang diperoleh dengan teori-teori yang
Laboratorium Fisika Dasar Universitas Negeri
mendukung. Tahapan analisis dilakukan di SMA Tri
Surabaya, alat praktikum pada submateri Hukum
Tunggal Surabaya. Kemudian merancang alat peraga
Ohm yang ada saat ini masih manual, antar komponen
trainer dengan rincian pelaksanannya, yaitu pemilihan
terpisah sehingga peserta didik mengalami kesulitan
komponen elektronik beserta material bahan,
dalam merangkai maupun memahami konsep dari
pembuatan desain, dan penempatan sebuah sistem.
Hukum Ohm. Trainer merupakan salah satu contoh
Trainer dikembangkan dengan penambahan
media pembelajaran berupa alat peraga yang
komponen yang mendukung seperti resistor, kapasitor,
membantu kegiatan peserta didik untuk memahami
dan konduktor. Adapun Tahapan pengerjaan alat
konsep kelistrikan, khususnya pada submateri Hukum
dilakukan di Jurusan Fisika, UNESA.
Ohm. Oleh sebab itu, trainer yang sudah berkembang
di masyarakat kemudian dimodifikasi dengan
penambahan resistor, kapasitor dan induktor serta
menggunakan LCD sehingga hasil atau nilai
pengukuran dapat dibaca langsung oleh sistem. Alat
peraga disimulasikan dalam pembelajaran kelas
dengan mengambil sampel yaitu 22 peserta didik,
kemudian dilakukan evaluasi.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
keefektivan alat peraga trainer pada submateri Hukum
Ohm dalam meningkatkan pemahaman peserta didik
di SMA Tri Tunggal, Surabaya.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah pengembangan media
pembelajaran model ADDIE. Model ADDIE
merupakan singkatan dari analysis, design,
development or production, implementation or
delivery and evaluations yang dikembangkan oleh
Gambar 2. Desain Alat Peraga Trainer
Dick and Carry (1996).
Uji coba trainer dilakukan dalam sebuah
simulasi pembelajaran kelas. Setelah itu, dilakukan
analisis terhadap error, yaitu keefektivan antara alat
peraga dengan hasil belajar peserta didik terhadap
materi, selama masa uji coba. Analisis dilakukan
dengan diberikan tes materi (soal). Evaluasi dilakukan
terhadap error atau kekurangan di dalam proses
simulasi maupunalat peraga, sehingga error dan
kekurangan dari proses simulasi maupun alat peraga
dapat diperbaiki.

Gambar 1. Diagram Alur dalam Metode Penelitian


Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi tahapan pertama, yaitu studi Gambar 3. Alat Peraga Trainer

85
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tabel II. Rekapitulasi Kesulitan Peserta Didik pada
tahun ajaran 2017/2018. Tepatnya pada bulan februari. Sub Materi Hukum Ohm
Pelaksanaan penelitian ini di SMA Tri Tunggal
Surabaya. Subjek penelitian ini adalah kelas X-1
dengan jumlah 22 peserta didik.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
penelitian ini adalah teknik pengukuran dengan soal
tes. Soal tes yang diberikan berupa essay yang
berjumlah 5 soal dengan tingkat C2 (understand)
hingga C4(analysize). Presentase kesulitan belajar peserta didik dihitung
dengan menggunakan perasmaan 1
%kesulitan belajar = 𝒙/𝒏 × 100% (1)
Keterangan : 𝒙 : Jumlah yang menjawab salah
n : Jumlah peserta didik
Tabel III. Kriteria Kesulitan belajar Peserta Didik

Gambar 3. Soal Essay


Adapun untuk penilaian disesuaikan dengan tingkatan
ranah kognitif. Jika ranah kognitif semakin tinggi,
maka skor setiap item soal akan semakin besar.
Tabel I. Rubrik Penilaian Kognitif Penafsiran merupakan langkah awal untuk
pembahasan masalah secara mendalam. Penafsiran
data bertujuan untuk mengambil kesimpulan
sementara data yang telah diperoleh. Cara penafsiran
data adalah dengan menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Penafsiran data kualitatif
dilakukan dengan membandingkan teori yang yang
dikutip dalam bab tinjauan pustaka terhadap temuan
lapangan. Hasil penafsiran data dapat berupa
menguatkan teori yang ada, mempertanyakan,
menambahkan, ataupun menemukan teori (proposisi,
konsep) yang baru.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini membahas keefektivan trainer
sebagai alat peraga Hukum Ohm dalam meningkatkan
pemahaman peserta didik kelas X-1 di SMA Tri
Tunggal Surabaya ditinjau dari ranah kognitif yang
Teknik analisis data yang digunakan penelitian diperoleh berdasarkan hasil tes.
ini adalah menggunakan tes hasil belajar dengan
menghitung skor peserta didik, dan menetapkan Tabel IV. Rekapitulasi Hasil Tes Peserta Didik
peserta didik yang tuntas dan tidak tuntas. KKM untuk
mata pelajaran fisika yaitu 77. Peserta didik yang
mengalami kesulitan adalah peserta didik yang
nilainya di bawah KKM yang telah ditetapkan pihak
sekolah. Adapun sistem penilaian hasil tes berbanding
lurus dengan tingkat ranah kognitif yang dimunculkan
pada soal. Jika ranah soal semakin tinggi, maka skor
yang diberikan semakin besar.

86
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil tes peserta Tabel V. Nilai Ketuntasan Peserta Didik
didik menunjukkan bahwa tingkat kesulitan peserta
didik lebih dominan pada soal ranah kognitif C4
(analysize). Peserta didik sulit untuk memahami
konsep Hukum Ohm sehingga hal ini berpengaruh
pada tingkat analisis peserta didik terhadap soal yang
diberikan. Kesulitan ditemukan pada setiap tingkatan
kognitif yang diberikan, mulai dari soal ranah kognitif
C2 (understand), C3 (apply), dan C4 (analysize). Pada
soal ranah kognitif C2, masih terdapat 14% peserta
didik yang mengalami kesulitan. Meninjau dari
kriteria kesulitan pada Tabel II, menunjukkan
kesulitan peserta didik pada soal ranah kognitif C2
sangat rendah. Pada soal ranah kognitif C3 9% untuk
soal nomor 2 dan 23% untuk soal nomor 3, hal ini
menunjukkan peserta didik sangat rendah mengalami
kesulitan untuk soal nomor 2 dan kesulitan peserta
didik pada soal nomor 3 rendah. Namun, pada soal
ranah konitif C4 dengan soal nomer 4, 55% peserta
didik mengalami kesulitan. Hal ini menunjukkan
tingkat kesulitan peserta didik pada soal analisis
sangat tinggi. Adapun untuk ranah soal yang sama
pada nomor 5, 14% peserta didik mengalami
kesulitan. Berdasarkan kriteria kesulitan menunjukkan
tingkat kesulitan peserta didik pada soal nomor 5
sangat rendah.
Hasil analisis dari data yang diperoleh, peserta
didik mengalami kesulitan dalam memahami konsep
arus dalam suatu rangkaian. Merujuk pada penelitian
Kock at al pada tahun 2014, penyebab kesalahan
bahwa peserta didik menganggap arus akan berkurang.
Selain itu, hasil penelitian Rosenthal & Herderson Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa
pada tahun 2006, menyatakan bahwa peserta didik sebagian besar peserta didik kelas X-1 memperoleh
masih belum bisa membedakan konsep arus dan beda ketuntasan dalam tes yang diujikan pada submateri
potensial. Tingkat kesulitan analisispeserta didik Hukum Ohm dengan memberikan peserta didik
dalam suatu rangkaian juga didukung oleh penelitian perlakuan berupa simulasi kelas dengan alat peraga
Vreeland pada tahu 2002, walaupun peserta didik bisa trainer untuk menjelaskan konsep yang terkait dengan
menyelesaikan masalah mengenai Hukum Ohm, akan Hukum Ohm. Alat peraga trainer sangat membantu
tetapi masih banyak peserta didik yang masih proses belajar mengajar di Kelas X-1 sehingga peserta
mengalami kesulitan dalam menganalisis rangkaian didik lebih memahami submateri Hukum Ohm.
yang sederhana. Analisis tingkat kesulitan diperoleh Tabel VI. Kriteria Keefektifan Alat Peraga ditinjau
dari jawaban peserta didik pada LKPD (Lembar Kerja Ranah Kognitif
Peserta Didik).

Hasil analisis menujukkan bahwa lebih dari 50%


peserta didik dapat memahami submateri Hukum
Ohm. Hal tersebut ditinjau dari perolehan nilai peserta
didik yang diakumulasikan dengan menetapkan KKM
sebagai kriteria minimal ketuntasan nilai peserta didik
yang kemudian diubah dalam bentuk presentase
ketercapaian.

87
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

4. KESIMPULAN DAN SARAN Sekolah, 2011


Berdasarkan pemaparan pembahasan dan hasil 5. Harosid, Harun, ‘Kurikulum 2013 Revisi 2017’,
penelitian dapat disimpulkan bahwa alat peraga 2017
trainer sangat efektif dalam meningkatkan
6. Kock, Z., Taconis, R., Bolhuis, S & Graveimejer,
pemahaman peserta didik pada submateri Hukum
K, ‘Creating A Culture Of Inquiry In The
Ohm. Lebih dari 50% peserta didik dari jumlah
Classroom While Fostering An Understanding Of
sampel yang diujicobakan, telah memahami submateri
Theoretical Concept In Direct Current Electric
Hukum Ohm. Hal tersebut dapat ditinjau dari
Circuits. A Balanced Approach’, International
presentase ketuntasan peserta didik yaitu 64% dengan
Journal of Science and Mathematics Education
14 peserta didik yang telah mendapatkan nilai di atas
(IJMSE), 12 (2014), 45–69
KKM (77). Hal ini juga sesuai dengan yang
dikemukakan Mujadi dkk pada tahun 1994 bahwa 7. Ktsp, Sosialisasi, ‘Kriteria Ketuntasan Minimal’
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat
membantu peserta didik lebih mudah memahami 8. Mujadi., Dkk, Materi Pokok Desain Dan
konsep materi yang dipelajari. Pembuatan Alat Peraga Ipa Pgpa3329/3sks Modul
1-9 (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud,
Alat peraga trainer bisa dikembangkan lebih 1994)
kompleks lagi guna menunjang proses kegiatan belajar
9. Prihatiningtyas, Suci, Tjipto Prastowo, and Budi
mengajar dalam kelas sehingga peserta didik akan
Jatmiko, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran
lebih mudah memahami konsep materi, misalnya
untuk submateri Hukum Kirchoft, Rangkaian RLC. Fisika SMP Berbasis Simulasi Virtual Dan Kit
Sederhana Dengan Model Pembelajaran Langsung
5. REFERENSI Dan Kooperatif Untuk Mengajarkan Keterampilan
Psikomotor Dan Afektif Pada Pokok Bahasan Alat
1. Bengkayang, Negeri, ‘Penyebabnya Dalam
Optik’, JPPS: Jurnal Peneilitian Pendidikan
Memahami Materi Listrik Dinamis Kelas X Sma
Sains, 2 (2012), 135–41
Description Of Students ’ Learning Difficulties
And The Causes On I . Pendahuluan Pelajaran 10. Riantomi, Cicyn, Lia Yuliati, and Nandang Mufti,
Fisika Di Sma Diberikan Secara Mendasar Kepada ‘Identifikasi Kesulitan Mahasiswa Dalam
Peserta Didik Kelas X Dan Akan Dilanjutkan Lagi Memahami Konsep Listrik Dinamis’, Seminar
Kepada’, 7 (2017), 44–53 Nasional Pendidikan IPA Pascasarjana UM, 2016
2. Branch, Robert Maribe, Instructional Design: The 11. Rosenthal, A.S & Herderson, C, ‘Teaching about
ADDIE Approach, Springer (New York, 2009) Circuits at the Introductory Level : An Emphasis
on Potential Difference’, Am J. Phys, 74 (2006),
3. Dowo, Oro-oro, and Kota Malang, ‘Pendekatan
324–28
Saintifik & Model Pembelajaran K-13’, 5 (2016),
116–25 12. Vreeland, P, Analyzing Simple Circuits. The
Physics Teacher, 2002
4. Hamid, Ahmad A B U, Pembelajaran Fisika Di

88
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Studi Komparasi Metode Common Reflection Surface (CRS) Stack dengan


Stack Konvensional: Area Studi Perairan Waigeo
Fikri Zain Karim1*, Yulinar Firdaus2,
1 Geofisika, Universitas Padjadjaran
2Geofisika,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
*Email : fikrizainkarim@gmail.com

Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, 45363, Indonesia / Jl. Dr. Djunjunan No. 236 Bandung, 40174,
Indonesia

Abstrak — Pengolahan data seismik menggunakan stack konvensional dalam mencitrakan kondisi bawah permukaan untuk
data dengan nilai fold coverage yang rendah seringkali menghasilkan penampang seismik dengan keberadaan reflektor yang
sulit teridentifikasi. Penelitian ini menggunakan metode CRS Stack serta stack konvensional pada data seismik laut di
Perairan Waigeo yaitu data BW-06 dan BW-08 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) dengan
nilai fold coverage rendah yaitu sebesar 15. Solusi dalam melakukan pengolahan data seismik dengan nilai fold coverage
rendah yaitu dengan melakukan penerapan metode CRS Stack. Metode CRS Stack dapat melibatkan trace seismik lebih
banyak dari stack konvensional sehingga dapat meningkatkan kualitas data. Guna melihat keberhasilan metode CRS Stack
dilakukan perbandingan hasil pengolahan data seismik metode CRS Stack dan stack konvensional. Hasil penelitian berupa
penampang hasil pengolahan CRS Stack mengalami peningkatan kejelasan dan kemenerusan reflektor, sehingga reflektor
bisa lebih mudah teridentifikasi. Penerapan metode CRS Stack pada data seismik BW-06 dan BW-08 dengan nilai fold
coverage yang rendah menghasilkan penampang yang lebih baik dibandingkan dengan penampang hasil stack konvensional.

Kata Kunci — CRS Stack, Stack Konvensional, Fold Coverage, Pengolahan Data Seismik Marine

1. PENDAHULUAN Solusi dari permasalahan pengolahan data pada


data dengan nilai fold coverage rendah dan kondisi
Nilai parameter lapangan pada tahapan akuisisi
geologi kompleks adalah dengan menggunakan
merupakan faktor yang mempengaruhi hasil dari
metode Common Reflection Surface (CRS) Stack [7].
pengolahan data seismik. Salah satu nilai parameter
Pengolahan data seismik dengan menerapkan CRS
lapangan yaitu far offset akan mempengaruhi jumlah
stack bergantung kepada tiga atribut kinematik
fold coverage yang diperoleh. Nilai far offset yang
gelombang yaitu α, RN, RNIP [6]. Atribut pada metode
pendek memungkinkan untuk didapatkan nilai fold
CRS stack secara berurutan dapat memberikan
coverage rendah. Kondisi data seismik dengan nilai
informasi mengenai kemiringan, kedalaman, dan
fold coverage yang rendah mengakibatkan kurang
bentuk reflektor. Ketiga atribut CRS stack dapat
optimalnya metode stacking konvensional dalam
diperoleh dari fungsi waktu tempuh hiperbolik
pengolahan data seismik, karena tidak akan
(hyperbolic travel time) untuk analisis koherensi dan
memberikan citra penampang seismik yang optimal.
proses stacking. Selain fungsi waktu tempuh
Salah satu cara untuk meningkatkan rasio S/N hiperbolik juga terdapat penggunaan fungsi waktu
adalah dengan menggunakan proses stacking [10]. tempuh parabolik (parabolic travel time) yang
Peningkatan rasio S/N dapat memperjelas kondisi digunakan untuk menghitung zona fresnel dari
geologi bawah permukaan sehingga mempermudah reflektor.
untuk dilakukannya interpretasi geologi bawah
Menurut Minato, dkk 2008., penampang dari
permukaan. Pengolahan data seismik dalam
data seismik dengan perolehan nilai fold coverage
mencitrakan kondisi geologi kompleks memiliki
rendah dapat diperbaiki melalui proses metode CRS
beberapa kendala, salah satunya yaitu terjadinya
Stack. Metode CRS Stack dalam penelitian yang
penyebaran titik – titik pantul. Lokasi titik pantul pada
dilakukan Mann, 2002, mampu melibatkan trace
kondisi geologi kompleks tidak berpusat pada satu
seismik lebih banyak dibandingkan dengan metode
titik akan tetapi menyebar menyesuaikan dengan
stack konvensional, sehingga menghasilkan
geometri penjalaran sinarnya masing – masing. Hal ini
penampang dengan peningkatan rasio S/N.
berakibat pada ketidakterdapatan satu lokasi yang
Berdasarkan uraian sebelumnya, adapun tujuan
menjadi titik pengulangan pemantulan umum pada
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan
bidang pantul bawah permukaan atau dengan kata lain
rasio S/N pada penampang seismik melalui penerapan
keberadaan CDP (Common Depth Point) dibawah
metode CRS Stack dalam melakukan pengolahan data
permukaan menjadi tidak dapat terdefinisi[5].
seismik BW-06 dan BW-08 yang memiliki nilai fold
Penyebaran titik – titik pantul terjadi disekitar lokasi
coverage rendah yaitu sebesar 15.
CDP yang seharusnya pada kondisi geologi kompleks,
menyebabkan berkurangnya informasi trace seismik
di lokasi CDP. Hal tersebut akan berpengaruh pada
proses pengolahan data bagian stack, karena stacking
dilakukan dalam CDP gather.

89
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

2. METODOLOGI PENELITIAN setelah diperoleh nilai α, kemudian dilakukan


pencarian nilai RNIP, dengan menggunakan persamaan
Pengolahan data seismik dengan menerapkan
kecepatan stack (Vstack) yang memiliki parameter α
metode stack konvensional adalah proses untuk
dan RNIP [2]. Berikut ini adalah persamaan Vstack
menjumlahkan trace seismik pada kesamaan CDP
yang mengandung parameter α dan RNIP:
dibawah permukaan [10]. Penerapan stack
konvensional dinilai tidak efektif untuk kondisi
2𝑣0 𝑅𝑁𝐼𝑃 2𝑣0 cos2 𝛼
geologi kompleks karena lokasi CDP tidak terdefinisi 𝑉 2 𝑠𝑡𝑎𝑐𝑘 = = 𝑑engan 𝑞 = (3)
𝑡0 cos2 𝛼 𝑡0 𝑞 𝑅𝑁𝐼𝑃
[5]. Pengolahan data seismik untuk mengingkatkan
kualitas dan rasio S/N dapat dilakukan oleh prsesCRS
stackyang bergantung kepada tiga atribut kinematik dengan memasukan nilai α kedalam persamaan 1,
gelombang [6]. Fungsi waktu tempuh hiperbolik untuk kemudian nilai dari RNIP akan diperoleh. Setelah
menentukan atribut permukaan stacking diturunkan atribut α dan RNIP diperoleh, maka nilai RN dapat
berdasarkan ekspansi deret Taylor orde dua dari waktu dicari pada h = 0 dari persamaan 4 sehingga diperoleh
tempuh refleksi untuk gelombang paraxial disekitar persamaan sebagai berikut:
gelombang insiden. Teori pada CRS Stack
2
menggunakan teori gelombang paraxial [8, 9]atau 2
𝑡 2 ℎ𝑦𝑝 (𝑥, ℎ)|(ℎ=0) = [𝑡0 + (𝑥 − 𝑥0 ) sin 𝛼] + (4)
dengan melakukan pendekatan geometri [1] maka 𝑣0
2 (𝑥𝑚 − 𝑥0 )2
dapat diturunkan persamaan waktu tempuh untuk 𝑡 cos 2 𝛼
𝑣0 0 𝑅𝑁
CRS.Persamaan waktu tempuh hiperbolik dalam
penerapan CRS adalah sebagai berikut:
setelah semua nilai atribut CRS diperoleh, kemudian
2 2 setiap nilai dari atribut tersebut dimasukan kembali
𝑡 2 ℎ𝑦𝑝 (𝑥, ℎ)|(ℎ=0) = [𝑡0 + (𝑥 − 𝑥0 ) sin 𝛼] + (1) pada persamaan 4 untuk didapatkan nilai waktu
𝑣0
2 2 (𝑥−𝑥0 )2 ℎ2 tempuhnya. Hasil dari ketiga nilai atribut CRS ini akan
𝑡 cos 𝛼[ + ]
𝑣0 0 𝑅𝑁 𝑅𝑁𝐼𝑃 menentukan operator stacking berdasarkan analisis
koherensi untuk menampilkan penampang dengan
dimana t0 merupakan waktu tempuh (travel time), v0 koordinat (t, x) [2].
merupakan kecepatan dekat permukaan, xm adalah Penelitian ini menggunakan dua buah data
midpoint dipermukaan antara sumber dengan seismik marine yang masing masing memiliki nilai
penerima, x0 adalah zero offset sumber dengan fold coverage rendah. Kedua data seismik tersebut
penerima, h merupakan half offset, dan α, RN, RNIP masing - masing diolah dengan menggunakan proses
adalah tiga atribut kinematik gelombang. stack konvensional dan CRS Stack pada perangkat
Metode CRS stack dalam menentukan lunak promax. Hasil dari pengolahan data seismik
kemiringan, lokasi, dan bentuk reflektor sangat menggunakan proses stack konvensional dan CRS
dipengaruhi oleh atribut CRS, antara lain α, RNIP, dan Stack tersebut kemudian dikomparasikan baik dalam
RN[3]. Ketiga atribut tersebut perlu diketahui nilainya bentuk penampang maupun dalam bentuk trace
dengan melakukan pencarian nilai α, RNIP, dan RN gather. Adapun tahapan pengolahan data untuk kedua
berdasarkan persamaan waktu tempuh hiperbolik. Hal data seismik diperlihatkan pada gambar 1.
ini dilakukan agar penampang yang dihasilkan dari
metode CRS stack dapat merepresentasikan keadaan
bawah permukaan dengan pencitraan reflektor yang
tepat.
Metode CRS Stack terdiri dari tiga tahapan antara
lain pencarian atribut CRS Stack, penentuan nilai
aperture,serta proses stack multi coverage.Atribut –
atribut CRS dicari dengan algoritma optimasi
pencarian [4]. Persamaan waktu tempuh hiperbolik
CRS Stack dengan kondisi nilai xm = x0, dimana letak
titik zero offset dipermukaan bertepatan dengan nilai
midpoint serta mengasumsikan RN = ∞ dan h = 0 akan
menghasilkan persamaan sebagai berikut:

2 (2)
𝑡 2 ℎ𝑦𝑝,𝑍𝑂 (𝑥𝑚 , ℎ)|(ℎ=0) = [𝑡0 + (𝑥 −
𝑣0
2
𝑥0 ) sin 𝛼]

Gambar 1. Diagram alir penelitian

90
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

3. HASIL DAN PEMBAHASAN konvensional dan CRS Stack untuk lintasan BW-06,
sedangkan gambar 4 dan 5 secara berurutan
Hasil dari penerapan metode CRS Stack pada
merupakan penampang seismik dua dimensi melaui
data BW-06 dan BW-08 memperlihatkan penampang
proses stack konvensional dan CRS Stack untuk
hasil CRS Stack mengalami peningkatan kejelasan dan
lintasan BW-08. Kotak berwarna merah merupakan
kemenerusan reflektor jika dibandingkan dengan hasil
daerah pada lokasi penelitian yang mengalami
penampang stack konvensional. Penampang hasil
perubahan signifikan saat pengolahan data seismik
metode CRS Stack juga menghasilkan rasio S/N lebih
dilakukan melalui proses CRS Stack.
tinggi dibandingkan dengan dengan penampang hasil
stack konvensional. Berikut ini merupakan tampilan Lintasan BW-06 yang ditunjukan oleh gambar 2
penampang seismik untuk stack konvensional dan dan 3 dan lintasan BW-08 yang ditunjukan oleh
CRS Stack pada data BW-06 dan BW-08: gambar 4 dan 5 didalam kotak berwarna merah
memperlihatkan keberadaan kumpulan bidang
reflektor yang memiliki dip tertentu mengalami
A peningkatan kejelasan dan kemenerusan melalui
proses CRS Stack. Meskipun kondisi geologi bawah
permukaan bukan merupakan bidang datar, penerapan
metode CRS Stack mampu meningkatkan kualitas
resolusi penampang seismik dua dimensi. Berikut ini
merupakan perbesaran kotak berwarna merah untuk
masing – masing penampang seismik baik hasil stack
konvensional maupun hasil CRS Stack.
Gambar 2. Penampang Seismik Stack Konvensional
BW-06

A

Gambar 3. Penampang Seismik CRS Stack BW-06


A A’
Gambar 6. Perbesaran Penampang Stack Konvesional
(A) dan CRS Stack (A’) Pada Lintasan BW-06
X

Gambar 4. Penampang Seismik Stack Konvensional


BW-08

X
’ X X’

Gambar 7. Perbesaran Penampang Stack Konvesional


(A) dan CRS Stack (A’) Pada Lintasan BW-08

Perlapisan sedimen yang tercitrakan pada


penampang seismik untuk data BW-06 dan BW-08
memperlihatkan perubahan signifikan pada
Gambar 5. Penampang Seismik CRS Stack BW-08 kemenerusan reflektor secara lateral. Pada lintasan
Gambar 2 dan 3 secara berurutan merupakan BW-06, terlihat peningkatan kejelasan reflektor dari
penampang seismik dua dimensi melaui proses stack yang relatif sulit teridentifikasi pada penampang stack

91
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

konvensional menjadi reflektor yang terlihat lebih reflektor untuk dilibatkannya informasi trace seismik
tegas pada penampang CRS Stack seperti yang pada titik – titik pantul direflektor yang sama. Hal
ditunjukan pada gambar 6 didalam lingkaran putus - tersebut mengindikasikan semakin besar nilai dari
putus berwarna kuning. Daerah di dalam lingkaran aperture, rasio S/N juga akan semakin meningkat
berwarna kuning dengan garis putus putus pada stack karena noise yang bersifat acak akan tereliminasi oleh
konvensional memiliki koherensi sinyal yang relatif sinyal – sinyal yang mengalami peningkatan
rendah dibandingkan koherensi sinyal pada CRSstack. koherensi.
CRS Stack mampu melibatkan trace seismik lebih
Perbandingan stack konvensional dengan CRS
banyak dibandingkan jumlah trace seismik yang
Stack juga selain dari penampang seismik yang
digunakan pada proses stack konvensional. Hal
dihasilkan juga dapat diperlihatkan pada trace gather
tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan
seperti yang ditunjukan gambar 8 dan 9, sedangkan
koherensi sinyal - sinyal setelah dilakukan proses CRS
pada data BW-08 diperlihatkan pada gambar 10 dan
Stack sehingga berdampak pada peningkatan kejelasan
11. Perbandingan stack konvensional dengan CRS
reflektor
Stack dalam gather dilakukan untuk membuktikan
Hasil proses CRS Stack juga efektif dalam bahwa jumlah trace seismik yang dilibatkan untuk
meningkatkan kejelasan reflektor pada daerah kedua proses memiliki perbedaan. CRS Stack dalam
punggungan lipatan pada lintasan BW-08 seperti yang penerapannya mampu meilbatkan trace seismik lebih
ada pada lingkaran putus – putus berwarna merah banyak dibandingkan dengan stack konvensional.
digambar 7. Pada reflektor dengan keadaan bukan
bidang datar, keberadaan CDP dibawah permukaan
menjadi tidak terdefinisi. Hal tersebut berpengaruh
pada hasil stack konvensional, karena stack
konvensional melakukan proses stack berdasarkan
pada CDP gather. Titik pantul yang tersebar di daerah
tertentu disekitar lokasi CDP gather yang seharusnya
terpusat pada satu titik pada asumsi reflektor sebagai
bidang datar, mengakibatkan stack konvensional
hanya terdiri dari trace seismik yang ada hanya pada
satu titik pantul saja. CRS Stack yang dapat
melibatkan trace seismik disepanjang segmen
reflektor tertentu sehingga dapat memberikan hasil
yang lebih baik terkait kejelasan dan kemenerusan
reflektor. Sehingga pada kondisi reflektor yang bukan
merupakan bidang datar pun metode CRS Stack dinilai Gambar 8. Sampel CDP gather data BW-06 untuk
dapat memberikan hasil penampang yang lebih baik proses stack konvensional pada CDP 2971 – 3301
dibandingkan dengan hasil stack konvensional
Keberadaan multipel pada lintasan BW-08 juga
juga mengalami efek yang sama seperti pada reflektor,
hal tersebut diperlihatkan pada lingkaran putus – putus
berwarna biru digambar 7. Multipel sebagai noise
yang koheren dengan koherensi trace seismik yang
menyerupai reflektor akan mengalami peningkatan
kejelasan dan kemenerusan. Hal tersebut terjadi
karena CRS Stack yang mampu melibatkan trace –
trace seismik disekitar titik – titik refleksi pada bidang
pemantulan yang sama dalam jangkauan tertentu
untuk proses stack. Kemunculan multipel karena sinar
mengalami pemantulan dibidang batas akibat
perbedaan sifat impedansi akustik pada dua medium
akan tercitrakan pada penampang seismik, sehingga
keberadaan multipel pada data seismik yang diproses Gambar 9. Sampel CDP gatherdata BW-06 untuk
menggunakan CRS Stack akan mengalami proses CRS stack pada CDP 2971 – 3301
peningkatan kejelasan dan kemenerusan secara lateral.
Jangkauan disepanjang segmen reflektor untuk
dilibatkannya trace seismik disekitar suatu titik pantul
dipengaruhi oleh parameter aperture. Semakin besar
nilai parameter aperture yang digunakan maka akan
semakin besar jangkauan disepanjang segmen pada

92
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

dan BW-08 memperoleh hasil berupa perbaikan


kualitas penampang seismik terkait penguatan
amplitudo serta peningkatan kejelasan dan
kemenerusan reflektor karena jumlah trace seismik
yang digunakan lebih banyak dari proses stack
konvensional. Selain itu rasio S/N pada hasil
penerapan metode CRS Stack bernilai lebih tinggi
dibandingkan dnegan rasio S/N pada hasil stack
konvensional.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Keberhasilan proses CRS Stack dalam
meningkatkan rasio S/N serta kejelasan dan
kemenerusan reflektor dapat dilihat dari trace gather
Gambar 10.Sampel CDP gather data BW-08 untuk maupun penampang seismik yang dihasilkan dari
proses stack konvensional pada CDP 14937 – 15477 masing - masing proses.
Penerapan metode CRS Stack dapat
meningkatkan koherensi trace seismik pada reflektor
karena melibatkan lebih banyak trace seismik yang
berada disepanjang segmen reflektor tertentu.
Penerapan metode CRS Stack untuk data siesmik
bernilai fold coverage rendah yakni data BW-06 dan
BW-08 dinyatakan berhasil dalam meningkatkan
kualitas penampang. Peningkatan koherensi trace
seismik pada reflektor menyebabkan penguatan
amplitudo, peningkatan kejelasan reflektor, dan
peningkatan kontinuitas reflektor secara lateral.
Peningkatan jumlah trace seismik yang dilibatkan
pada proses CRS mampu meningkatkan koherensi
sinyal sehingga dapat lebih efektif mengeliminasi
Gambar 11. Sampel CDP gather data BW-08untuk noise yang bersifat acak dibandingkan dengan
proses CRS stack pada CDP 14937 – 15477 pengeliminasian random noise dengan menggunakan
Data BW-06 dan BW-08 yang memiliki nilai proses stack konvensional. Penampang seismik yang
fold coverage rendah, dalam melakukan proses stack diperoleh melalui proses CRS Stack juga memiliki
konvensional menghasilkan reflektor dengan kejelasan rasio S/N lebih tinggi dibandingkan dengan
dan kemenerusan yang relatif kurang optimal. penampang seismik yang diperoleh melalui proses
Koherensi sinyal – sinyal pada reflektor yang terlihat stack konvensional.
dalam gather untuk proses stack relatif memiliki Sebaiknya perlu dilakukan proses untuk
amplitudo lebih lemah dibandingkan dengan koherensi mengatenuasi multipel sebelum masuk ke proses CRS
sinyal – sinyal pada reflektor yang terlihat dalam Stack agar ketika dilakukan proses CRS Stack,
gather untuk proses CRS Stack. Lemahnya amplitudo multipel tidak mengalami peningkatan kejelasan dan
pada gatherstack konvensional terjadi karena kemenerusan secara signifikan.
rendahnya nilai fold coverage ditambah lagi akibat
kondisi tersebarnya titik – titik pantul karena reflektor 5. REFERENSI
bukan merupakan bidang datar. Penguatan amplitudo
1. Hocht, G., de Bazelaire E., Majer, P., and Hubral,
pada gather dilakukan dengan menggunakan metode
P., 1999. Seismic and Optics: Hyperbola and
CRS Stack, meskipun data seismik memiliki nilai fold
Curvature. J. Appl, Geoph., 42(3,4): 261 – 281
coverage rendah dan mengalami kondisi kondisi
penyebaran titik – titik pantul karena reflektor bukan 2. Hubral, P. and Krey, T., 1980. Interval velocities
merupakan bidang datar. Hal tersebut terjadi karena from seismic reflection time measurements: SEG.
CRS Stack mampu menguatkan amplitudo reflektor Monograph
karena terjadi peningkatan koherensi pada sinyal –
3. Hubral, P., 1983. Computing true amplitude
sinyal yang disebabkan oleh peningkatan jumlah trace
reflections in a laterally inhomogeneus Earth,
seismik yang digunakan disepanjang segmen reflektor
geophysics,48, 1051-1062
tertentu.
4. Jager, R., Mann, j., and Hubral, P., 2001, Common
Penerapan proses CRS Stack untuk data seismik
reflection surface stack: image and attributes:
dengan nilai fold coverage rendah yaitu data BW-06
Geophysics, 66, hal 97-109

93
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

5. Kearey, P., Brooks, M., Hill, I.,2002.An 8. Schleicher, J., Tygel, M., and Hubral, P.,1993.
Introduction to Geophysical Exploration. Parabolic and Hyperbolic Paraxial two-point
Oxford:Blackwell Science Ltd Traveltimes in 3D Media. Geophys. Prosp., 41(4):
495-514
6. Mann,J.,2002. Extensions and Applcations of the
Common Reflection Surface Stack Method, 9. Tygel, M., Muller, T., Hubral, P., and Schleicher,
Geophysical Institute, University of Karlsruhe J., 1997, Eigenwave based multiparameter
traveltime expansions; in 67th Ann. International
7. Muller, T., 1999, The Common Reflection Surface
Meeting Society of Exploration Geophysics., 1770
Stack Method: Seismic Imaging Without Explicit
– 1773
Knowledge of the velocity model, PhD Thesis,
University of Karlsruhe 10. Yilmaz, Ozdogan, 1987. Seismic Data Processing,
Society of Exploration Geophysicist, Tulsa.

94
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Identifikasi Distribusi Lava Bantal dan Posisi Sesar Opak Menggunakan


Audio-Magnetotellurik di Watuadeg, Kecamatan Berbah, Kabupaten
Sleman, D. I. Yogyakarta, Indonesia
Rahmat Hidayat*, Nabila Alifa P. H., Muhammad Al Thariqsyah
Geofisika, Universitas Gadjah Mada
*Email : rahmat6hidayat@gmail.com
Bulaksumur, D. I. Yogyakarta, Indonesia

Abstrak — Penelitian dilakukan di daerah selatan Gunung Merapi, tepatnya di Watuadeg, pada lokasi penelitian ditemukan
singkapan lava bantal yang termasuk tipe andesit-basaltik. Lava bantal adalah hasil penjalaran lava cair dari letusan gunung
api yang kontak langsung dengan permukaan bumi dan membeku dalam waktu singkat. Hal ini menyebabkan mineral tidak
terbentuk dengan benar untuk membentuk bantalan geometri. Kandungan lava bantal dapat dideteksi dengan mengukur
metode resistivitas. Untuk mengetahui posisi distribusi lava bantal dan posisi sesar opak, maka dilakukan penelitian
menggunakan survei non seismik, metode audio-magnetotelluric. Pengukuran dilakukan dengan 2 lintasan dengan ruang 400
meter, dimana masing-masing lintasan memiliki 5 titik pengukuran dengan jarak tempuh 250 meter. Metode ini
dikembangkan sebagai uji untuk menilai struktur sub-permukaan tanah, baik dalam desain sounding maupun mapping. Data
pengukuran lapangan yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dan Surfer 15
kemudian ditafsirkan berdasarkan nilai resistivitas setiap lapisan batuan, makalah ini bertujuan untuk menjelaskan
penggunaan metode untuk menentukan adanya kesalahan lapisan batuan. Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa
penyebaran lava bantal berada pada lapisan kedua setelah lapisan permukaan, yaitu batuan sedimen. Dan ternyata di
beberapa tempat di area pengukuran ada singkapan lahar bantal yang kemudian antara lava bantal ditemukan ada sesar opak.

Kata Kunci — Audio-Magnetotelluric, Lava Bantal, Sesar Opak, Watuadeg

1. PENDAHULUAN Lava bantal dihancurkan oleh bebatuan gunung


berapiklastik yang tersusun dari tuff, batu lapili, breksi
Penelitian tentang karakteristik Lava Bantal
dan batuan yang merupakan bagian dari pembentukan
Watuadeg pernah dilakukan oleh Bronto pada tahun
Semilir. Dekat dengan kontak, batuan gunung berapi
1994 yang kemudian dibandingkan dengan lava bantal
klastik mengandung fragmen basal piroksen yang
yang ada di Bayat dan Karangsambung. Hasil dari
memiliki kesamaan komposisi dengan aliran lava
penelitian ini berupa lava bantal Watuadeg memiliki
Bantal. Berdasarkan hasil data analisis, vulkanologi,
struktur yang membentuk permukaan bulat yang halus
petrologi dan usia ketidakselarasan menunjukkan
dengan pola serpihan lingkaran atau elips yang
bahwa aliran lava bantal Watuadeg tidak sejajar
melintang dan terdapat celah radial didalamnya. Arah
dengan diameter Formasi Semilir.
datangnya W-NW dengan panjang masing-masing
lobus 2-3 meter. Lava bantal pada ketiga lokasi Penelitian Harijoko pada tahun 2014 tentang re-
mempunyai komposisi berupa basalt berpori dengan interpretasi hubungan lava bantal Watuadeg dengan
fenokris piroksen klino dan plagioklas. Lava bantal di batuan vulkanik di Desa Watuadeg Berbah, Sleman
Watuadeg dan Bayat bukan merupakan bagian dari tertujuan untuk menjelaskan dan memeriksa kembali
ofiolit yang berasal dari pelat ekstraksi Samudra hubungan statigrafi antara lava bantal dengan batuan
Hindia. vulkanik kaya batu apung yang dipercaya adalah
bagian dari Formasi Similir di Watuadeg. Interpretasi
Penelitian lebih lanjut dilakukan tentang sumber
hasilpenelitian sebelumnya menyatakan bahwa lava
letusan dan posisi stratigrafi gunung berapi kuno
bantal Watuadeg tidak selaras dengan Formasi Semilir
Watuadeg. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
berdasarkan perbedaan usia mencolok antara lava
lava bantal mengandung piroksen (50% SiO2) dan
bantal, yaitu usia 56 ± 3,8 juta tahun yang lalu [5]
struktur lava bantal terpaparkan di Kali Opak, di sisi
dengan formasi Semilir, IE Miosen awal - Miosen
barat Watuadeg, Sleman, Yogyakarta memiliki aliran
Tengah [6]. Walaupun telah dijelaskan secara geologi,
sepanjang 2-5 meter dengan diameter 0,5 – 1,0 meter
penyebaran penerusan lava bantal ini tidak dapat
serta membentuk lapisan kaca pada permukaan. Arah
diketahui hanya dengan pengamatan singkapan atas
aliran lava basalt berubah secara bertahap dari U 70°T
permukaan saja.
di Utara menjadi U 120°T di tengah dan U 150°T di
Selatan. Sumberaliran lava bantal di Watuadeg Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
diperkirakan bersumber dari bukit kecil setinggi 15 penyebaran lava bantal dan menentukan posisi sesar
meter yang terletak kira-kira 150 meter ke barat opak pada daerah penelitian. Setelah mengetahui
singkapan. Hal ini didasarkan pada kesamaan pesebaran lava bantal, kita dapat menggunakan hasil
komposisi dengan aliran lava basalt. Komposisi tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
keduanya ini berupa basalt piroksen (10%) dan bawah permukaan yang dapat berdampak pada
plagioklas (25%) yang tertanam di dasar massa kaca. wilayah tersebut. Sedangkan disisi lain, kita dapat

95
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

mengetahui posisi sesar opak dan tingkat perlu dihapus menggunakan teknik khusus terhadap
keaktifannya. Kondisi sesar opak yang ditemukan data MT.
dapat menjadi tolak ukur untuk pembangunan
1. Medan Gelombang
infrastruktur di wilayah sekitar daerah sesar.
Penyelesaian untuk kasus sederhana dapat
Dalam penelitian Geofisika, salah satu metode
diperoleh pada bidang terpolarisasi gelombang (yaitu
yang digunakan adalah metode Magnetotelluric (MT).
medan gelombang) dan menyebar tegak lurus ke
Metode ini adalah salah satu metode yang dapat
permukaan. Kasus khusus ini sebenarnya berhubungan
memberikan gambaran tentang kedalaman lapisan
dengan metode MT dengan sumber berasal dari
batuan dengan mengukur parameter listrik fisika
tempat yang jauh. Medan elektromagnetik yang
batuan. Perbedaan jenis batuan akan memberikan
merambat dengan frekuensi f (Hz) secara vertikal ke
respon yang berbeda berdasarkan dengan karakteristik
tanah dengan penghalang homogen = r akan terdiri
batuan. Ketika adanya kontak antar batuan akan
dari komponen medan magnet (By) dan (Ex) medan
menyebabkan anomali resistivitas. Berdasarkan
listrik yang tegak lurus satu sama lain pada bidang
beberapa tertimbangan, untuk metode geofisika yang
horizontal (Gambar 3.2). Hubungan antara amplitudo
akan digunakan adalah Metode Magnetotelluric (MT)
medan listrik dan medan magnet (| By | dan | Ex |)
di wilayah Watuadeg, kecamatan Berbah, Kabupaten
diberikan oleh:
Sleman, Yogyakarta.
|𝐸𝑥 | 2𝜋𝑓𝜌
Metode Magnetotelluric (MT) adalah salah satu =√ (1)
|𝐸𝑦 | 𝜇
metode geofisika yang merupakan metode pasif
menggunakan gelombang elektromagnetik alami yang dimana μ adalah permeabilitas magnetik.
berasal dari Ionosfer kemudian berinteraksi dengan
𝜇 |𝐸𝑥 |2
medium konduktor (bumi) hingga menghasilkan nilai 𝜌= = 2 (2)
2𝜋𝑓 |𝐸𝑦 |
resistivitas yang bervariasi [10]. Semakin rendah
frekuensi dari gelombang ini, semakin rendah juga Jika μ = μ0 = permeabilitas vakum = 4π x 10-7SI, jadi :
kemampuan penetrasinya. Jadi, metode ini paling
|𝐸𝑥 |2
sering digunakan untuk eksplorasi geothermal karena 𝜌 = 0.2𝑇 2 Ω𝑚 (3)
|𝐸𝑦 |
mampu memetakan resistivitas bawah permukaan
kontras hingga kedalaman 5 km atau lebih (tergantung Dimana T (= 1/f) adalah periode dalam detik, E x dalam
pada frekuensi data yang didapat). Karena dapat mV/km dan By dalam nanoTesla. Jika tanahnya tidak
memetakan resistivitas bawah permukaan kontras homogen, maka, ρ menjadi ρa sebagai resistivitas
hingga kedalaman 5 km, metode ini juga dapat semu.
mengetahui mana lapisan yang seharusnya naik
ataupun turun, sehingga sesar disekitar daerah 2. Skin Depth
penelitian dapat diketahui. Namun, metode ini juga Medan EM yang merambat kedalam tanah akan
digunakan untuk eksplorasi minyak dan studi lainnya, mengalami atenuasi/pelemahan. Pelemahan ini
selama ada kontras antara target dan resistivitas batuan bergantung pada frekuensi dan resistivitas listrik dari
di sekitarnya. bumi dengan persamaan :
Berdasarkan frekuensi yang digunakan saat 𝜔𝜇
−√ ⁄2𝜌𝑧 𝜔𝜇
melakukan pengambilan data sesuai target tertentu, 𝐵 = 𝐵0 𝑒 cos(𝜔𝑡 − √ ⁄2𝜌𝑧) (4)
metode ini dapat dibagi menjadi dua. Yang pertama
adalah metode MT itu sendiri (dengan rentang Dimana z adalah kedalaman. Kehadiran cosinus dalam
frekuensi 10-5 Hz - 104 Hz) dan AMT (Audio persamaan (4) menjelaskan pergerakan dari
MagnetoTelluric, rentang frekuensi 1 Hz-104 Hz). gelombang harmonik EM dan tidak mengalami
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode atenuasi. Skin depth (𝛿) didefinisikan sebagai
AMT (Audio Magnetotelluric). Prinsip fisika terapan kedalaman dimana amplitudo dari suatu gelombang
antara AMT dengan MT adalah sama. EM direduksi menjadi 1/e (sekitar 1/3) dari amplitudo
2. METODOLOGI PENELITIAN gelombang permukaan. Sehingga:
𝐵0 𝜔𝜇
Metode Magnetotelluric (MT) seperti yang telah −√ ⁄2𝜌𝑧
= 𝐵0 𝑒
dijelaskan sebelumnya, metode ini menggunakan 𝑒
elektromagnetik alami. Karena itu, metode ini
menggunakan elektroda dan koil untuk mengukur apa √2𝜌⁄𝜔𝜇 = √2𝜌⁄ (5)
2𝜋𝑓𝜇
yang menjadi target. Jadi, ketika melakukan
pengukuran MT atau AMT di daerah yang lebih dekat Satuan dari 𝛿 adalah meter
dengan kabel listrik, maka gelombang Jika 𝜇= 𝜇0= permeabilitas vakum = 4𝜋𝑥 10−7.𝛺
elektromagnetik sekunder yang dihasilkan oleh 𝑑𝑡/𝑚, maka:
saluran listrik yang dilekatkan pada arus akan
menghasilkan noise untuk data MT. Kebisingan ini

96
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Semilir (Tmse) yang merupakan perselingan antara


𝜌 breksi-tuff, breksi batuapung dan dasitik tuff, andesit
𝛿 = 503.3√ ≈ 500√𝜌𝑡 𝑚 (6)
𝑓 dan batulempung tufan.
Dari persamaan (6) terlihat bahwa gelombang dengan Setelah dilakukan kajian pustaka, kemudian
periode yang lebih besar (T 2) akan mengalami dilakukan pengambilan data di lapangan. Proses
atenuasi yang lebih lambat (kekuatan penetrasi lebih pengambilan data metode Audio Magnetotellurik
tinggi) dibandingkan dengan periode yang lebih kecil dilakukan pada 24-26 Maret 2016 sebanyak 6 titik
(T1); (lihat gambar 3.4). Skin depth biasanya dengan jarak antara titik 250 m. Adapun di titik
digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan keenam pengambilan data ditandai dengan lingkaran
kedalaman dari penembusan metode MT secara merah pada Gambar 3.2. Pengambilan data
khusus dan metode EM lainnya secara umum. menggunakan peralatan Stratagem versi 26716-01
REV. D lengkap dengan komponen receiver standar.
3. Resolusi
Data lapangan yang diperoleh membentuk nilai
Resolusi merupakan tingkat kejelasan dari hasil koordinat (x, y), frekuensi band, kedalaman, true
pengukuran yang dilakukan dengan data yang resistivity (rho), fase, koherensi, dan elevasi. Data
didapatkan. Semakin banyak data yang baik selanjutnya diproses menggunakan Microsoft Excel
didapatkan, maka semakin tinggi resolusi yang didapat untuk membuat grafik hubungan antara True Vertical
kan dari data tersebut. Begitupun sebaliknya, resolusi Depth (TVD) dan Log Rho. Kemudian, dilakukan
akan semakin beruk ketika data yang didapatkan proses interpretasi dengan menggunakan software
buruk. Corel Draw untuk mengidentifikasi penyebaran lava
4. Magnetotelluric Sounding bantal dan posisi kesalahan opaque di daerah
penelitian berdasarkan korelasi nilai resistivitas
Untuk kasus 1-D, nilai resistivitas semu yang diplot dengan informasi geologi
versus periode akan mengilustrasikan perubahan
resistivitas dari permukaan menuju ke dalam. Gambar 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
seperti ini diketahui sebagai kurva sounding MT (lihat Metode magnetotellurik merupakan metode yang
gambar 3.5). Kurva sounding MT dapat dilihat dan menggunakan medan elektromagnetik alam sebagai
diinterpretasikan sebagai suatu model interpretasi 1-D objeknya, medan tersebut merupakan medan yang
sounding geo-elektrik Schlumberger, menggunakan terinduksi dari arus magnetosperic atau ionospheric.
pencocokan kurva dan bantuan komputer. Perlu Pada metode ini, medanelektromagnetik alam
diketahui bahwa interpretasi semacam ini hanya digunakan untuk menginvestigasi struktur
berlaku untuk area dengan lapisan horizontal. Untuk konduktivitas di bawah permukaan, dimana frekuensi
penembusan kedalaman 1-D, di atas 1 Hz yang secara umum ditimbulkan oleh petir
𝑧 ≈ 350√𝜌𝑎 𝑇 yang memiliki jangkauan radiasi medan yang luas,
dan frekuensi di bawah 1 Hz berasal dari arus
5. Phase Difference magnetosfer akibat dari aktivitas matahari.
Perbedaan fase antara medan magnet dan medan Pada penelitian kali ini, dilakukan pengukuran
listrik induksi juga memberikan informasi tambahan audio-magnetotellurik di kawasan adanya lava bantal,
tentang parameter listrik dari medium di dalam Bumi. yaitu di daerah Watuadeg, di Yogyakarta. Metode
Untuk Bumi yang homogen, perbedaan fase (Φ) antara audio-magnetotellurik merupakan bagian metode
dua gelombang medan ini adalah 450atau π / 4 radian magnetotellurik, tapi metode ini hanya menangkap
untuk semua frekuensi, lihat Gambar 6. Untuk Bumi frekuensi di dalam kelompok frekuensi audio, yaitu
yang tidak homogen, Φ dipengaruhi oleh distribusi getaran frekuensi yang terdengar oleh manusia dengan
dari resistivitas dan kontras, yaitu Φ <450, jika gradien radius antara 20 Hz hingga 20.000 Hz.
resistivitas semu (ρ_a; Ω.m) versus periode negatif Hasil pengukuran arah aliran lava bantal
dan Φ> 450, jika ρ_a gradien seperti positif. Plot untuk Watuadeg di tepi barat Kali Opak mulai dari bagian
Φ versus T dapat terlihat sebagai kurva sounding. utara adalah U70oT-U90oT, di bagian tengah menjadi
Penelitian ini dilakukan di dusun Watuadeg, U120oT, U150oT, U170oT, sedangkan di selatan
Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Secara U210oT-U230oT (Gambar 3.1). Secara keseluruhan
garis besar, penelitian ini dilakukan pada tahap arah aliran itu memperlihatkan pola semi radier tipe
awalnya berupa studi pustaka. Di daerah tersebut, sentrifugal ke arah timur - timur laut, timur - tenggara
terdapat lava bantal yang menunjukkan proses awal dan selatan-barat daya. Perpanjangan garis arah aliran
pembentukan gunung berapi kuno. Berdasarkan peta lava itu ternyata mempunyai titik temu di bukit kecil
geologi wilayah penelitian yang ditunjukkan oleh di sebelah barat Kali Opak yang juga bersusunan
Gambar 3.2, tedapat dua formasi gunung api, yaitu basal.
Triwulan Ungaran (Qvu) yaitu aktivitas vulkanik
breksi, lava, Tuff, dan breksi serta Formasi Lava

97
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Tabel I. Persebaran Data Log Metode


Magnetotellurik
Titik Log Tertinggi True Vertical Elevasi Batuan
Pengukuran (ohm.meter) Depth (meter)
1.2 3.9 9 110
1.3 3.3 600 709
2.1 4 194 300
3.5 700 820
2.2
0.48 100 6
2.3 2 78 50
4 -380 430
2.4
4 -8 120

Gambar 1. Perkiraan Persebaran Lava Bantal dari


Sumber Erupsinya adalah Gunung Purba [4].
Pada penelitian kali ini, dilakukanlah pengukuran
pada 8 titik pengukuran, sehingga dapat dilihat pada
Gambar 3.2 bahwa pengukuran metode audio-
magnetotellurik di atas persebaran lava bantal,
berdasar peta geologi. Pada kondisi lapangan, akuisisi
data yang dilakukan selama 3 hari ini hanya
mendapatkan 6 titik pengukuran saja, yaitu pada titik
1.2, 1.3, 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4.

Gambar 3. Grafik Persebaran Data Log yang


digunakan
Selanjutnya, data setiap titik tersebut dihubungkan
berdasarkan lintasan survei setiap titiknya, yaitu :
Lintasan 1
Dari hasil pengolahan data menghasilkan nilai
resistivitas korelasi dari masing-masing titik pada
lintasan 1, yaitu pada titik 1.2 dan 1.3. Titik 1,2 terdiri
Gambar 2. Peta Desain Survei Metode Audio- dari 2 litologi yaitu batupasir yang berasal dari
Magnetotellurik untuk Pemetaan Persebaran Lava formasi semilir dan batu basal, yaitu lava bantal di
Banta daerah penelitian Watuadeg. Batupasir memiliki
ketebalan 40 m dengan nilai resistivitas 60 ohm.meter
Dari 6 titik pengukuran, data lapangan yang dan lava bantal pada kedalam 351 m dengan nilai
didapat berupa nilai resistivitas semu batuan, nilai resistivitas 3.000 ohm.meter.
sudut phase, elevasi, dan nilai koherensinya. Dari
data lapangan tersebut, lalu diolah dengan Demikian juga titik 1.3 terdiri dari 2 litologi
menggunakan software Microsoft Excel 2016, yaitu batupasir yang berasal dari formasi semilir dan
sehingga didapatlah model 1D dari data tersebut. batu basal (lava bantal). Batupasir memiliki ketebalan
Dari data yang diolah, didapat grafik nilai resistivitas 39 m dengan nilai resistivitas 30 ohm.meter dan lava
batuannya, yaitu : bantal pada kedalam 581 m dengan nilai resistivitas
600 ohm.meter dan terus meningkat hingga 2.000
ohm.meter pada elevasi 600 meter.
Dari dua titik ini dapat dinyatakan berkorelasi
dengan baik karena nilai resistivitas yang dapat saling
dikaitkan. Dan, adanya Sesar Opak diprediksi terletak
diantara kedua titik tersebut.

98
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

hingga 37 meter di atas permukaan lautyang memiliki


resistivitas 800 ohm.meter. Keberadaan batupasir
adalah di elevasi -13 sampai -733 meter dengan nilai
resistivitas 3500 ohm.meter.
Pada titik 2,4 diperoleh 2 litologi yaitu formasi
batupasir Semilir dan lava bantal. Batupasir berada
pada 112 meter di atas permukaan laut hingga 62
meter dengan nilai resistivitas 200 ohm.meter, serta
nilai resistivitas untuk lava bantal adalah 800
ohm.meter pada elevasi -318 hingga -438 meter di atas
permukaan laut. Adanya lava bantal pada titik 1.5 di
bawah batupasir pada elevasi 62 meter di atas
permukaan laut hingga -318 meter dengan resistivitas
8000 ohm.meter dan pada elevasi -438 hingga -638
meter di atas permukaan laut denagan nilai resistivitas
sebesar 6.000 ohm.meter.

Gambar 4. Korelasi Titik AMT 1.2 dan AMT 1.3


Lintasan 2
Untuk mengidentifikasi Sesar Opak, maka Gambar 5. Korelasi Titik AMT 2.1, AMT 2.2, AMT
dibuatlah lintasan desain survei tegak lurus dengan 2.3, dan AMT 2.4
target tersebut. Kemudian dari hasil pengolahan data
lintasan 2 menghasilkan nilai korelasi resistivitas di 3 Dari korelasi dalam 2 lintasan ini berkorelasi
titik yaitu titik 2.1, 2.2, dan 2.4. 2,3 poin tidak dapat dengan baik karena ketiga kesatuan litologi memiliki
dikorelasikan karena kurangnya data saat pengambilan nilai resistivitas yang relatif sama. Sesar Opak dapat
data. diartikan antara titik 2.2 hingga 2.4 sesuai dengan
kondisi geologi cross-sectional yang melingkupi
Dari titik 2.1 diperoleh 3 litologi, yaitu batupasir lapisan formasi batupasir dengan ketebalan yang
kering, batupasir formasi yang juga semilir dan batu berbeda dan formasi semilir lali menunduk ke bawah
basal (lava bantal). Litologi pasir kering pada titik 2.1 pada titik 1.4 karena aktivitas tektonik.
ada permukaan hingga 56 meter di atas ketinggian laut
yang memiliki resistivitas 800 ohm.meter, karena
kondisi lapangan kering menyebabkan nilai resistivitas
yang relatif tinggi dari permukaan. Lava bantal pada
titik 2.1 berada di bawah pasir kering mencapai
elevasi -199 dengan nilai resistivitas 8.000 ohm.meter.
Batupasir pada titik 1.3 berada pada elevasi 194 meter
di atas permukaan laut hingga -544 meter dengan nilai
900 ohm.meter.
Dari titik 2.2 diperoleh 3 litologi yaitu pasir
kering, batupasir formasi semilir dan lava bantal.
Litologi pasir kering pada titik 2.1 ada di permukaan

99
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

investigation on the phase transformation


sequence of kaolinite and halloysite to mullite.
Physics, 56(1), 385-386.
3. Harijoko, Agung dkk. 2014. Re-interpretasi
Hubungan Lava Bantal Watuadeg dengan Batuan
Vulkanikklastik di Desa Watuadeg, Berbah,
Sleman, D.I. Yogyakarta. Prosiding Seminar
Nasional Kebumian ke-7. Hal: 886-896.
4. Bronto,S., Pratama Hartono, dan Sayudi. 1994.
Penyelidikan Awal Lava Bantal Watuadeg, Bayat,
dan Karangsambung, Jawa Tengah. Proceeding
Geologi dan Geoteknik Plau Jawa. Hal: 143-150.
5. Ngkoimani, La Ode, Satria Bijaksana, Challid I. A.
2006 Paleo-magnetic and Geochronological
Constraints On The Cretaceous-Miocene Tectonic
Evolution of Java. Proceedings, Jakarta 2006
Geosciences Conference and Exhibition.
6. Surono, 2008, Sedimentasi Formasi Semilir di
Desa Sendang, Wuryantoro, Wonogiri, Jawa
Tengah. J.S.D. Geol. Vol 18 No. 1 Februari 2008,
hal 29-41
7. Cameron, N. R., Aspden, J. A., Bridge, D. C.,
Djunuddin, A., Ghazali, S. A., Harahap, H.,
Hariwidjaja, S., Kartawa, W., Keats, W., Ngabito,
H., Whandoyo, R., 1982. Geologi lembar Medan,
Sumatera (The Geology of Medan Qudrangle,
Sumatera), Lembar (Qudrangle) 0619, Skala
Gambar 6. Korelasi antar Lintasan 1 dan Lintasan 2 (Scale) 1:250.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi. Departemen
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Pertambangan dan Energi.
Berdasarkan hasil akuisisi data, pengolahan data
8. Prasetyo, A. T., 1994. Aplikasi penginderaan jauh
dan analisis yang telah dilakukan di daerah Watuadeg
dan sistem informasi geografis untuk penentuan
dengan menggunakan metode Audio-Magnetotellurik,
prioritas rehabilitasi hutan (Kasus wilayah hutan
maka dapat diambil kesimpulan, yaitu :
KPH Kendal Jawa Tengah). Skripsi, Fakultas
• Anomali lava bantal berada di bawah titik AMT Geografi, Universitas Gadjah Mada.
1.2 dengan kedalaman dari permukaan sekitar 50
meter dan ada juga di kedalaman 250 meter hingga 9. Van den Belt, M., 2000. Mediated Modeling.
600 meter. Secara umum, ada lapisan lava bantal Unpublished PhD Dissertation, University of
di atas lapisan batuan permukaan. Maryland, College Park, Maryland, 332 pp.

• Dari penampang yang dihasilkan, ditemukan 10. Kadir, Tri V S. 2011. Metode Magnetotelluric
indikasi nilai kontras Sesar Opak dari nilai log (MT) untuk Eksplorasi Panasbumi Daerah Lili,
resistivitas. Sulawesi Barat dengan Data Pendukung Metode
Gravitasi. Depok: FMIPA Universitas Indonesia.
5. REFERENSI
11. Sterman, J., 2000. Business Dynamics: Systems
1. Stave, K. A., and Cloud, S., 2000. Using system Thinking and Modeling for a Complex World.
dynamics models to facilitate public participation McGraw-Hill, Boston, 982 pp.
in Water Resource Management: a pilot study
using the Las Vegas, NV Water System. 12. Southern Nevada Water Authority (SNWA), 2002.
Proceedings of the 18th International Conference 2002 Water Resource Plan, SNWA, Las Vegas,
of the System Dynamics Society. August 77–10, Nevada.
2000. Bergen, Norway. http://www.snwa.com/html/resource_plan.html.
Diunduh pada tanggal 9 Mei 2013
2. Tezukaa, N., Lowa, I. M., Davies, L. J., Priore, M.,
Studerc, A., 2006. In situ neutron diffraction

100
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Relokasi Hiposenter Gempa Mikro sebagai Pembentukan Sesar


Menggunakan Metode Joint Hypocenter Determination (JHD) dan Double
Difference (DD)
(Studi Kasus: Laut Sawu Bagian Utara Pulau Timor)
Afiat*, Afifah Rahma K
Geofisika, Universitas Padjadjaran
*Email : afiatadhisa@gmail.com

Jl. Raya Bandung Sumedang, KM. 21, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia 45363

Abstrak — Proses pergerakan subduksi antara lempeng Indo-australia dengan lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya
kepulauan, salah satunya pulau Timor. Proses subduksi ini masih aktif terjadi ditandai dengan aktivitas kegempaan yang
terekam, salah satunya aktivitas gempa mikro. Pembentukan sesar akibat subduksi dapat ditandai dengan adanya akumulasi
titik gempa mikro pada suatu kawasan. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati gempa mikro (1-3 SR) pada rentang
tahun perekaman selama lima tahun (2012-2016). Penelitian dibatasi pada area 8.75 - 9.75 Lintang Selatan dan 123.75 -
124.75 Bujur Timur. Berdasarkan lingkup pengamatan tersebut, dikumpulkan sebanyak 226 kejadian gempa mikro. Relokasi
hiposenter gempa mikro dilakukan dengan dua tahap dan metode yang berbeda. Tahap pertama dilakukan relokasi
menggunakan metode joint hypocenter determination menggunakan perangkat lunak Velest 33 dengan mempertimbangkan
posisi koordinat stasiun pengamat dan menghasilkan model kecepatan bawah permukaan (velocity model) yang baru. Model
kecepatan tersebut kemudian digunakan sebagai data masukan pada perangkat lunak HypoDD dalam melakukan relokasi
hiposenter gempa mikro menggunakan metode double difference pada lingkup pengamatan yang sama. Berdasarkan tahapan
tersebut dihasilkan relokasi hiposenter gempa mikro yang lebih akurat dibandingkan sebelum relokasi dan mampu
mengestimasi lokasi sesar, sehingga dapat diperkirakan bentuk sesar yang terbentuk akibat proses subduksi lempeng disertai
kedalaman sesar yang terbentuk.

Kata Kunci — relokasi, gempa mikro, joint hypocenter determination, double difference, subduksi.

1. PENDAHULUAN Hal ini dikarenakan hasil pengamatan stasiun


pengamat gempa bumi memiliki beberapa faktor fisis
Kepulauan Timor erat kaitannya dengan Busur
yang mempengaruhi. Relokasi berperan penting untuk
Banda yang merupakan busur kepulauan ganda
melakukan distribusi ulang posisi hiposenter
berbentuk tapal kuda yang merupakan pertemuan
bergantung pada model kecepatan bawah permukaan
antara tiga lempeng utama. Tiga lempeng tersebut
yang telah diteliti sebelumnya. Dengan demikian,
antara lain Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik,
relokasi dibutuhkan untuk meningkatkan akurasi
dan Lempeng Eurasia. Proses ini menghasilkan
sebaran hiposenter untuk pendugaan struktur bawah
barisan kepulauan disertai dengan barisan gunung
permukaan.
berapi aktif yang berkelanjutan dari pulau Jawa.
Proses subduksi lempeng ini masih aktif bergerak, Hingga saat ini, terdapat dua metode relokasi
sehingga kegiatan tektonik dan vulkanik pada yang umum digunakan oleh praktisi seismologi.
kawasan kepulauan Timor cenderung aktif namun Metode tersebut adalah metode joint hypocenter
stabil. Seiring dengan keaktifan pergerakan lempeng determination (JHD) dan metode double difference
tersebut, maka diikuti dengan peningkatan kejadian (DD). Metode JHD menambahkan nilai koreksi
seismisitas pada kawasan kepulauan Timor. Dari stasiun untuk merelokasi hiposenter [2], sedangkan
seismisitas tersebut, dapat dipelajari sumber metode DD menggunakan data relatif waktu tempuh
seismisitas tersebut serta menentukan struktur antar dua hiposenter yang berdekatan. Integrasi kedua
perlapisan bawah permukaan kawasan observasi. metode tersebut dapat dilakukan untuk memperoleh
posisi relokasi hiposenter gempa bumi mikro yang
Penelitian seismisitas kawasan kepulauan Timor
presisi.
masih jarang dilakukan. Penelitian tersebut dapat
menunjang penelitian geologi dalam menentukan Variabel fisis yang perlu dipersiapkan dalam
sumber sesar dangkal maupun sesar dalam penghasil metode JHD antara lain lokasi stasiun, pengamat,
aktivitas gempa bumi. Analisis gempa bumi mikro model kecepatan bawah permukaan awal, katalog
dilakukan untuk menduga struktur bawah permukaan gempa bumi mikro, serta parameter kontrol.
berdasarkan aktivitas gempa dengan nilai magnitude Digunakan aplikasi Velest33 untuk menunjang
tinggi. Dengan demikian, pergerakan minimum dari perhitungan relokasi berdasarkan jumlah iterasi serta
suatu sesar teramati dan dapat memperkuat parameter inversi lainnya. Hasil relokasi berupa posisi
interpretasi bawah permukaan. hiposenter serta model kecepatan baru digunakan pada
aplikasi HypoDD untuk melakukan relokasi
Relokasi hiposenter gempa bumi mikro
berikutnya menggunakan metode DD. Diharapkan
dilakukan untuk menambah akurasi hasil pengamatan.

101
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

dari interasi kedua metode ini dapat diperoleh antara kedua hiposenter. Sehingga kesalahan model
perbedaan hasil relokasi yang akurat dan reliable. kecepatan dapat diminimalisasi tanpa menggunakan
koreksi stasiun [6].
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metode Joint Hypocenter Determinationsecara
simultan menginversi waktu tempuh sekelompok
hiposenter untuk mendapatkan posisi baru yang lebih
akurat. Posisi stasiun perekaman gempa bumi mikro
digunakan untuk menghasilkan koreksi posisi stasiun
perekam. Koreksi stasiun perekam digunakan sebagai
koreksi terhadap kesalahan akibat model kecepatan
satu dimensi yang digunakan [2]. Gambar 1. Ilustrasi algoritma double difference untuk
Pada metode JHD, waktu penjalaran gelombang relokasi gempa. Lingkaran hitam dan putih
dan lokasi stasiun diasumsikan memiliki nilai yang menggambarkan hiposenter-hiposenter uji yang
presisi. Nilai residual Rqsdengan q sebagai kejadian dihubungkan satu sama lain dengan data korelasi
(event) dan s sebagai stasiun bergantung hanya pada silang (garis hitam) atau data katalog (garis putus-
lima variabel. Variable-variabel tersebut antara lain putus). Inisial lokasi gempa i dan j ditunjukkan oleh
koordinat lintang event 𝜃𝑞 , koordinat bujur event ∅𝑞 , lingkaran putih dengan perbedaan waktu tempuh (dt)
kedalaman ℎ𝑞 , dan waktu awal penjalaran gelombang dan vektor slownessnya (s) yang memiliki jarak lebih
𝑇𝑞 . Dengan demikian, koreksi stasiun Cs dapat kecil dibandingkan jarak stasiun k dan l yang
diperoleh pada persamaan berikut [1]. merekamnya menyebabkan raypath yang dihasilkan
cenderung sama. 𝛥𝑥 merupakan vector relokasi
𝑅̅𝑞𝑠 = 𝑅𝑞𝑠(𝜃𝑞 , ∅𝑞 , ℎ𝑞 , 𝑇𝑞 ) − 𝐶𝑟 (1) gempa I dan j.[5]

Nilai residual 𝑅̅𝑞𝑠 diperoleh dari seluruh stasiun Waktu tiba gelombang dari titik hiposenter gempa i
pencatat gempa bumi dan dari seluruh koreksi stasiun ke stasiun pengamat k dapat dinyatakan dalam
yang dihitung. Residual waktu tempuh observasi dan
𝑖𝑗 𝑘
perhitungan memiliki signifikasi yang jelas. Selisih 𝑡𝑘 = 𝜏 𝑖 + ∫𝑖 𝑢 𝑑𝑠 (3)
kuadratik data pengamatan dengan data perhitungan
dirata-ratakan serta dihitung akarnya, sehingga Dimana 𝜏 merupakan waktu kejadian gempa 𝑖,
menghasilkan root mean square error (ERMS)pada 𝑢 adalah medan slowness yang diintegralkan terhadap
satuan data [3] elemen panjang lintasan 𝑑𝑠. residual antara selisih
waktu tempuh observasi dengan kalkulasi terhadap
1
𝐸𝑅𝑀𝑆 = √ ∑𝑛𝑖(𝑇𝑜𝑏𝑠 − 𝑇𝑐𝑎𝑙)2 dua gempa 𝑖 dan 𝑗, didefinisikan dengan persamaan
𝑛
(2)
sebagai berikut :

Metode double-difference merupakan suatu 𝑖𝑗 𝑗 𝑜𝑏𝑠 𝑗 𝑐𝑎𝑙


𝑑𝑘 = (𝑡𝑘𝑖 − 𝑡𝑘 ) − (𝑡𝑘𝑖 − 𝑡𝑘 ) (4)
metode penentuan posisi relatif suatu hiposenter
dengan menggunakan data waktu tempuh antara dua
gempa. Metode ini dapat digunakan untuk merelokasi Dengan𝑡𝑘𝑖 adalah waktu tempuh gelombang i ke stasiun
𝑗
gempa dengan tujuan untuk mendapatkan posisi k dan 𝑡𝑘 adalah waktu tempuh gelombang j ke stasiun
hiposenter yang lebih presisi agar sesuai dengan k. Bila jarak kedua hiposenter berjauhan maka
kondisi tektoniknya. slowness antara kedua hiposenter tidak konstan dan
persamaan tersebut menjadi tidak stabil sehingga
Pada dasarnya metode ini merupakan
linierisasi persamaan diatas untuk setiap perubahan
pengembangan metode Geiger dengan menggunakan
jarak hiposenter antara dua gempabumi i dan j
data relatif waktu tempuh antar dua hiposenter [5].
menjadi:
Prinsip metode ini adalah jika terdapat perbedaan
jarak antara dua hiposenter yang sangat kecil
dibandingkan dengan jarak antara kedua hiposenter (5)
tersebut terhadap stasiun dan memiliki skala
kecepatan heterogenitas yang bisa dikatakan sama Apabila dilakukan penguraian parameter perubahan
maka pola raypath yang dihasilkan gempa dapat model hiposenter (∆𝑚)persamaan selanjutnya dapat
dianggap mendekati sama antara kedua hiposenter dijabarkan menjadi :
tersebut [4]. Hal tersebut terlihat pada Gambar 1.
Dengan asumsi tersebut, maka selisih waktu tempuh 𝜕𝑡𝑖𝑘 𝜕 𝑡𝑖𝑘 𝜕𝑡𝑖𝑘
antara kedua gempa yang terekam pada satu stasiun ∆𝑑 = ∆𝑥 𝑖 + ∆𝑦 𝑖 + ∆𝑧 𝑖 + ∆𝑡𝑖0
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
yang sama dapat dianggap hanya sebagai fungsi jarak

102
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

𝑗 𝑗 𝑗
𝜕 𝑡𝑘 𝜕𝑡 𝜕 𝑡𝑘 berkumpul pada kawasan bawah laut. Pada Gambar 2.
− ∆𝑥 𝑗 − 𝜕𝑦𝑘 ∆𝑦 𝑗 − ∆𝑧 𝑗 − ∆𝑡𝑗0 (6) menunjukkan peta hasil tumpang tindih antara titik-
𝜕𝑥 𝜕𝑧
titik pra-relokasi dengan pasca-relokasi. Titik-titik
Dalam perhitungan relokasi hiposenter, seluruh gempa gempa bumi yang dihasilkan pada hasil relokasi
dianggap berada pada satu cluster. Sehingga jika menunjukkan sebaran yang berkumpul pada laut Savu
dijabarkan dalam matriks persamaan double difference namun tetap condong ke arah barat daya.
untuk setiap stasiun dapat dituliskan sebagai :

𝑊𝐺𝑚 = 𝑊𝑑 (7)

Dengan W merupakan matriks diagonal untuk


pembobotan setiap persamaan, G adalah matriks
turunan parsial parameter hiposenter, m
melambangkan data vektor perturbasi parameter setiap
𝑇
hiposenter pada satu cluster ([𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧 ] ) dan d
merupakan data waktu tempuh residual untuk setiap
pasangan gempa yang diterima pada suatu stasiun,
𝑖𝑗
yaitu [𝑑𝑘 ]𝑇 .
Data kejadian gempa bumi beserta
keterangannya diperoleh dari katalog gempa bumi
BMKG yaitu Ina-TEWS (Indonesia Tsunami Early
Warning System). Pengamatan dilakukan dengan
batasan wilayah pada koordinat 8.75 – 9.75 LS dan
123.75 -124.75 BT dengan waktu pengamatan selama
lima tahun pada koordinat yang sama (2012 -2016).
Gempa mikro yang teramati sebanyak 226 kejadian
gempa dengan rentang kedalaman yang teramati
berkisar antara 1 – 100 Km. Gambar 2.Peta tumpang tindih posisi hiposenter pada
peta topografi kepulauan Timor. Relokasi hiposenter
Perhitungan relokasi dilakukan dengan dua menggunakan metode JHD ditunjukkan dengan titik
metode secara berurutan, yaitu metode joint berwarna merah, sedangkan relokasi menggunakan
hypocentre determination (JHD) dan metode Double metode DD ditandai dengan titik berwarna biru. Garis
Difference (DD). Perangkat lunak Velest33 digunakan pemotongan AB menunjukkan garis lokasi
untuk relokasi menggunakan metode JHD. Data yang pengamatan cross section.
diperlukan Velest 33 antara lain parameter kontrol,
model kecepatan gelombang P dan gelombang S satu Berdasarkan penelitian geologi yang telah
dimensi, katalog data gempa bumi, dan daftar stasiun dilakukan sebelumnya, pergerakan subduksi aktif
perekam. pada selatan pulau Timor menyebabkan seismisitas
aktif dengan pergerakan lempeng yang cenderung
Hasil perhitungan relokasi Velest 33 berupa mengarah ke barat daya. Sehingga sebaran titik-titik
posisi baru gempa mikro serta model kecepatan baru gempa hasil relokasi menunjukkan hasil yang sesuai
digunakan untuk perhitungan relokasi menggunakan dengan perpindahan titik-titik episenter yang
perangkat lunak HypoDD. Perangkat lunak HypoDD berpindah mengarah ke barat daya dan berkumpul
digunakan untuk melakukan relokasi gempa bumi pada laut Sawu. Namun, interpretasi vertical
mikro menggunakan metode Double Difference (DD). dibutuhkan untuk menentukan lokasi hiposenter
Relokasi menggunakan metode DD beserta struktur geologi yang menyebabkan terjadinya
menghasilkan data berupa katalog kejadian gempa gempa bumi pada kawasan tersebut.
bumi mikro baru serta model kecepatan yang baru.
Digunakan aplikasi Generic Mapping Tool (GMT)
serta Isola untuk memvisualisasikan sebaran gempa
bumi mikro secara tiga dimensi serta perbedaan model
kecepatan bawah permukaan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Relokasi gempa metode DD menghasilkan posisi
gempa mikro baru yang cukup jauh (± 50 Km) dari
posisi hiposenter hasil relokasi JHD, namun
cenderung menghasilkan sebaran episenter yang

103
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

(a) kejadian gempa bumi terbagi menjadi dua wilayah


kedalaman. Pembagian tersebut antara lain gempa
dangkal serta gempa dalam. Berdasarkan kurva diatas,
dapat terlihat dan dapat diasumsikan secara kualitatif
mohorovic bahwa pada kedalaman 50 km merupakan batas
gempa dangkal dengan gempa dalam yang telah
terjadi.
Gempa dangkal yang dapat diamati didominasi
pada wilayah lautan. Hal ini dapat terlihat dari
berkumpulnya banyak titik gempa dangkal pada
kawasan laut setelah dibandingkan posisinya dengan
peta tumpang tindih topografi. Sedangkan gempa
dalam didominasi pada kawasan bawah permukaan
pulau Timor bagian barat dengan rentang 60 Km
hingga 100 Km (batasan penelitian).
(b) Berdasarkan penelitian geologi sebelumnya,
dapat dibuktikan bahwa tumbukan lempeng samudera
Indo-Australia dengan lempeng benua Eurasia
mengarah ke barat timur. Kegiatan tumbukkan ini
menunjukkan adanya sesar aktif dan terobosan
lempung pada pulau Timor bagian barat. Pada pulau
mohorovic Timor bagian barat, seismisitas cenderung terjadi
gempa translasi dan normal. Arah sumbu kejadian
gempa tersebut pada sumbu T dengan berarah E-W
(East West), menunjukkan indikasi dari dominasi
pemanjangan orogeny-paralel. Sedangkan seismisitas
pada laut lepas akibat adanya gerakan kontraksi.
(a)

Gambar 3. Profil model kecepatan bawah permukaan


pada garis cross section AB. Profil (a) menunjukkan
model kecepatan hasil relokasi metode JHD,
sedangkan profil (b) merupakan hasil relokasi metode
DD. Thrust fault
Berdasarkan data model kecepatan yang
ditunjukkan pada Gambar 3, kecepatan meningkat
seiring dengan penambahan nilai kedalaman lapisan.
Hal ini dikarenakan semakin kedalam, semakin
kompak/solid batuan yang dilewati, sehingga
berbanding lurus dengan densitas batuan tersebut.
Rasio antara kecepatan perambatan gelombang P Subduction
dengan kecepatan perambatan gelombang S pada fault
gelombang seismic yang terekam di Pulau Timor
bagian barat bernilai rata-rata √3 atau sekitar
1.7320.Rasio dengan nilai yang lebih besar dari nilai
umum diasumsikan memiliki sifat yang lebih lunak
dan terdapat fluida di dalamnya. Sedangkan bila
sebaliknya, maka dapat diasumsikan bahwa lapisan
yang dilewati bersifat solid/kompak dengan sedikit
fluida yang mengisi. Dengan demikian, dapat
dipastikan bahwa densitas berpengaruh dalam variasi
kecepatan gelombang seismik.
Berdasarkan kurva plot titik kejadian gempa
bumi regional tiga dimensi dengan overlay peta kontur
permukaan lokasi kejadian, dapat terlihat bahwa

104
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

(b) algoritma metode ini perbedaan residual waktu


tempuh antara dua event gempa pada stasiun yang
sama akan memberikan kontribusi terhadap jarak
spasial antara dua event gempa tersebut dengan
tingkatan akurasi yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan akurasi posisi relatif dengan cara
menghilangkan efek model kecepatan struktur yang
tidak termodelkan dengan baik dan juga dari analisis
Thrust fault koherensi semua hiposenter dalam satu cluster
mempunyai koherensi yang sangat menyerupai,
sehingga dapat diinterpretasikan bahwa hiposenter
tersebut berasal dari satu mekanisme gempa yang
sama dan terletak saling berdekatan pada satu trend
yang terkonsentrasi pada bidang rekah atau struktur.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Subduction
fault Metode JHD mampu merelokasi hiposenter
gempa bumi mikro dengan memperhitungkan koreksi
posisi stasiun pengamat. Model kecepatan hasil
relokasi hiposenter gempa bumi mikro metode JHD
dapat digunakan untuk melakukan relokasi mendetail
Gambar 4. Bagan penampang vertical plot relokasi menggunakan metode DD. Kesinambungan kedua
hiposenter gempa bumi mikro. Penampang (a) metode tersebut menghasilkan relokasi hiposenter
merupakan hasil relokasi metode JHD, sedangkan serta profil model kecepatan bawah permukaan yang
penampang (b) merupakan hasil relokasi metode DD. presisi.
Berdasarkan kurva plot titik kejadian gempa Berdasarkan hasil relokasi hiposenter gempa
bumi dua dimensi tersebut, makin terlihat jelas bumi mikro pada kawasan kepulauan Timor, gempa
perbedaan lingkup kejadian gempa dangkal dan dangkal terbentuk pada bentang pantai Timor dan
gempa dalam. Berdasarkan analisa kualitatif, maka memusat di laut Sawu. Akifitas gempa mikro pada
dapat terlihat bahwa gempa dalam dengan rentang 60- zona tersebut diasumsikan terbentuk akibat aktivitas
100 Km diakibatkan oleh aktifnya subduksi lempeng subduksi antar lempeng yang terjadi pada bawah
Indo-australia dengan lempeng benua Eurasia. permukaan kepulauan Timor. Pendorongan yang
terjadi menyebabkan gaya kompresi pada lapisan
Gempa dangkal yang terjadi pada kedalaman 10- dangkal, sehingga lambat laun membentuk sesar
40 Km tersebut diasumsikan diakibatkan oleh adanya dengan aktifitas gempa mikro yang signifikan.
struktur sesar memanjang arah Barat Daya (South
East). Struktur sesar tersebut cenderung berumur 5. REFERENSI
muda dan cukup dalam hingga 40 km. pembentukan 1. Frohlich, Cliff. 1978. An Efficient Method for
struktur sesar ini diasumsikan diakibatkan oleh Joint Hypocenter Determination for Large Groups
aktifnya dorongan akibat subduksi pada lingkup of Earthquakes. Computer & Geosciences, Vol. 5,
gempa bumi bagian dalam. Sehingga di permukaan, pp. 387-389, Pergamon Press Ltd., 1979.
tepatnya di bagian laut Savu terbentuk sesar baru yang
terus aktif bergerak translasi antar sisi (Strike-slip). 2. Kissling, E. 1995. Program Velest User’s Guide –
Short Introduction. Zurich: Intitute of Geophysics
Hasil relokasi menunjukkan terjadinya perbaikan and Swiss Seismological Service, ETH-
hiposenter khususnya pada hiposenter gempa dangkal Hoenggerberg CH-8093 Zurich, Switzerland
yang lebih bervariasi dibandingkan dengan kedalaman
gempa dangkal sebelum relokasi. Sebagian besar 3. Purwansyah, B. 2012. Penentuan Hiposenter
hiposenter gempa dangkal sebelum relokasi berada Gempa Mikro Lapangan Panasbumi Lahendong
pada kedalaman tetap yaitu pada 10 km. Variasi Menggunakan Metode Geiger. Makassar:
kedalaman gempa dangkal setelah relokasi sebesar 50 Universitas Hasanuddin.
km. Gempa yang diakibatkan oleh sesar-sesar di area
4. Rohadi, S., Widiyantoro, S., Andri, DN.&
segmen tersebut dapat teridentifikasi dengan baik
Masturyono. (2011). Relokasi gempabumi
dibandingkan sebelum relokasi.
menggunakan metode tomografi double difference
Secara secara stasitik keseluruhan relokasi hasil pada data gempabumi di jawa tengah (katalog
metode Double Difference mempunyai tingkat meramex). Proceedings JCM.The 36th HAGI and
kepercayaan yang lebih tinggi, karena memiliki nilai 40thIAGI Annual Convention and Exhibition,
RMS waktu tempuh yang lebih kecil dari pada metode Makassar
relokasi seblumnya yaitu JHD. Hal itu karena dalam

105
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

5. Sahara, DP., Kusumo, AW., Widiyantoro, S., 6. Waldhauser, F. & Ellsworth, W.L. (2000). A
Sule,R. (2009). Aplikasi Metoda Double double-difference earthquake location algorithm:
difference untuk relokasi hiposenter gempa Method and application to the Northern Hayward
vulkanik gunung kelud secara akurat. JTM Vol. fault, California. Bull. Seism. Soc. Am., 90(6),
XVI No.1/2009 1353–1368.

106
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger sebagai


Upaya Mitigasi Daerah Potensi Rawan Gerakan Tanah (Studi kasus: di
Dusun Pamujaan RT.01 RW.01, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat)
Addinal Fikriyah1*, Ahmad Afifur Rohman1, Alfu Alfin N.U1, Lestari Agustiningtyas2, Anjar Heriwaseso2,
Yukni Atifianti2, M Nizar Firmansyah2
1Departemen Fisika,Bidang Geofisik, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2Mitigasi
Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi
*Email : dinan4885@gmail.com

Jalan Raya ITS, Keputih, Sukolilo, Keputih, Sukolilo, Kota Surabaya, Jawa Timur 60111, Indonesia

Abstrak — Gerakan tanah merupakan kejadian bencana alam yang membahayakan. Salah satu daerah yang rawan terjadi
gerakan tanah yaitu di Dusun Pamujaan RT.01 RW.01, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat, dimana daerah tersebut merupakan daerah memiliki intensitas hujan sangat tinggi. Metode geolistrik merupakan
metode geofisika yang dapat mendeteksi bawah permukaan dengan cara menginjeksikan arus listrik dimana bumi
diasumsikan sebagai medium penghantar. Keunggulan dari metode ini yaitu menghasilkan model 2D lapisan bawah
permukaan bumi berdasarkan nilai resistivitas yang terukur, sehingga dapat ditentukan bidang lemah dari daerah yang rawan
akan terjadinya gerakan tanah. Konfigurasi Wenner-Schlumberger merupakan metode dengan sistem aturan spasi yang
konstan dimana dalam mendeteksi lapisan bawah permukaan bumi secara mapping dan sounding, dengan data yang
didapatkan lebih rapat dan tingkat keakuratan data lebih baik dibandingkan konfigurasi lainnya. Pengukuran menggunakan
metode geolistrik resistivitas ini bertujuan untuk mengetahui nilai resistivitas bawah permukaan, menentukan klasifikasi
jenis tanah daerah penelitian sesuai dengan nilai reistivitas yang terukur, serta menentukan bidang lemah yang dapat
menimbulkan pergerakan tanah. Pengukuran menggunakan sistem multichannel dengan lintasan sepanjang 240 m, 48 titik
elektroda masing-masing titik berjarak 5 m. Pengolahan data penelitian dilakukan menggunakan software Res2dinv dengan
iterasi sebanyak 5 kali didapatkan nilai eror sebesar 1.12% dan kedalaman maksimal penetrasi 44.6 m. Hasil pengukuran
metode geolistrik resistivitas didapatkan nilai resistivitas. Resistivitas dengan nilai 95.7 – 408 Ohm.m karakteristik
batuannya adalah batuan breksi yang terletak pada kedalaman hingga 5 m. Nilai resistivitas antara 22.4 – 46.3 Ωm yang
mana karakteristik batuan diperkirakan berupa tufa vulkanik dan sandstone. Semakin ke dalam, nilai resistivitas yang terukur
yaitu 2.55 – 22.4 Ωm memiliki karakteristik batuan penyusun berupa silt dan clay. Dari hasil penampang 2D letak silt dan
clay dimulai pada kedalaman 5-10 m. Dari model penampang 2D dapat ditentukan letak bidang lemah yaitu berada pada
batuan penyusun berupa silt yang memiliki nilai resistivitas antara 10 – 20 Ωm. Bidang lemah dapat menjadi bidang gelincir
yang dapat menimbulkan gerakan tanah, terdapat dua bidang gelincir, yang pertama bidang gelincir dengan kedalaman 9 –
14 m yang memiliki panjang bidang gelincir 156 m dan bidang gelincir yang kedua yaitu dengan kedalaman 13 – 20 m yang
memiliki panjang bidang gelincir 136 m. Untuk memperkecil resiko dari adanya gerakan tanah maka, saluran irigasi dibuat
kedap karena intensitas hujan daerah tersebut tergolong tinggi dan dilakukan penanaman tanaman dibuat selang seling agar
tanah tetap stabil.

Kata Kunci — Geolistrik, Resistivitas, Wenner-Schlumberger.

1. PENDAHULUAN dikarenakan di Dusun Pamujaan telah terjadi gerakan


tanah pada 6 Januari 2018 yang setidaknya ada 15
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi
rumah rusak akibat adanya gerakan tanah tersebut
bencana, salah satu bencana yang sering terjadi adalah
(BPBD Majalengka, 2018), lokasi tersebut sangat
gerakan tanah. Gerakan tanah adalah peristiwa
berdekatan dengan Dusun Cigintung yang masih
terjadinya suatu pergerakan tanah, dimana tanah akan
termasuk dalam satu desa. Menanggapi hal ini,
bergerak menuruni lereng (Cruden, 1991) air yang
dilakukan upaya penyelidikan dengan menggunakan
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah
metode geofisika, yaitu metode geolistrik resistivitas
dan berperan sebagai bidang gelincir, sehingga tanah
untuk mengetahui struktur bawah permukaan serta
menjadi licin dan menimbulkan potensi terjadinya
menentukan bidang lemah yang mana dapat
gerakan tanah.
menimbulkan terjadinya gerakan tanah.
Daerah Indonesia yang rawan terjadi gerakan
Gerakan tanah adalah peristiwa terjadinya suatu
tanah adalah di Provinsi Jawa Barat. Salah satunya
pergerakan tanah, dimana tanah akan bergerak
yang pernah terjadi pada 15 April 2013, di Dusun
menuruni lereng air yang meresap ke dalam tanah
Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma,
akan menambah bobot tanah dan berperan sebagai
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Dari kejadian
bidang gelincir, sehingga tanah menjadi licin dan
gerakan tanah di daerah Cigintung menjadi
menimbulkan potensi terjadinya gerakan tanah.
kewaspadaan untuk warga Dusun Pamujaan,

107
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Gerakan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor sebanding hubungan ini disebut resistansi material
antara lain, gravitasi, kandungan air di dalam tanah dengan satuan volt/ampere, atau ohm.
dan juga beban luar yang nantinya berdampak pada 𝑉
terganggunya kestabilan tanah atau material penyusun 𝑅= 𝐼
(2)
lereng.Jika gaya yang menahan massa tanah di lereng
lebih kecil dibandingkan dengan gaya yang Dari rumus diatas dapat dijelaskan bahwa jika
mendorong atau gaya beban tanah sepanjang lereng nilai resistansi besar, maka dibutuhkan beda potensial
tersebut akan mengakibatkan adanya potensi gerakan yang besar untuk mengalirkan arus tertentu. Aliran
tanah [1]. arus listrik didalam batuan dan mineral dapat terjadi
jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron
Pergerakan tanah dianalogikan dengan bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan
bergeraknya suatu balok pada bidang miring. Apabila atau mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut.
gaya akibat gravitasi (beban bergerak) melebihi kuat Aliran listrik ini juga dipengaruhi oleh sifat atau
geser penahan lereng, maka material akan bergerak. karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya.
Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut
adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan
kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus
listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan
maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan
arus listrik, begitu pula sebaliknya [4].
Hukum Ohm dapat diilustrasikan dengan gambar
sebagai berikut.

Gambar 1. Komponen gaya yang bekerja pada lereng


[2]
Dari gambar di atas, ketika benda bergerak kebawah
dengan percepatan tetap, maka gaya yang bekerja jika
sejajar dengan bidang miring yaitu:
𝛴𝐹 = 𝑚. 𝑎 (1)
Gambar 2. Rangkaian listrik yang terdiri dari baterai
𝑊 − 𝑓𝑘 = 𝑚. 𝑎 (2) dan resistor dimana resistor menghambat aliran arus,
ada perubahan dalam potensial (V) di resistor yang
𝑊𝑠𝑖𝑛𝛼 = 𝑚. 𝑎 + 𝑓𝑘 (3) sebanding dengan (i) dan resistansi (r) [4]
𝑚.𝑎+ 𝑓𝑘
𝑊= (4) Metode geolistrik tahanan jenis merupakan salah
𝑠𝑖𝑛𝛼
satu metode dalam geofisika yang digunakan untuk
Dan jika gaya yang bekerja tegak lurus dengan bidang menentukan distribusi resistivitas bawah permukaan
miring, maka: dengan cara menginjeksikan arus listrik DC (Direct
Current) yang mempunyai tegangan tinggi kedalam
𝛴𝐹 = 0 (𝑎 = 0) (5) tanah. Metode geolistrik tahanan jenis menghasilkan
𝑁−𝑊 =0 (6) citra lapisan batuan bawah permukaan bumi secara
𝑁 = 𝑊 = 𝑊𝑐𝑜𝑠 𝛼 (7) dua dimensi berdasarkan nilai tahanan jenis batuan
Dari Gambar (2.1) secara teoritis untuk menarik benda penyusun lapisan tersebut dapat ditentukan perubahan
dengan laju tetap (tanpa percepatan) searah dengan resistivitas terhadap kedalaman. Pengukuran geolistrik
arah bidang miring dapat menjadikan nilainya kecil dilakukan dengan 2 buah elektroda sebagai
sekali. Akan tetapi, jarak yang harus dilalui menjadi penginjeksi arus listrik ke dalam bumi dan 2 buah
lebih besar. Pada praktiknya gaya yang diperlukan elektroda untuk mengukur beda potensial di
selalu lebih besar daripada W sin α, karena selalu ada permukaan akibat dari injeksi atau pemberian arus
gesekan yang menghambat gerak. listrik [5].
Pada tahun 1827, George Ohm telah
mendefinisika hubungan antara arus listrik yang
mengalir disebuah kawat dengan beda tegangan, yaitu:
𝑉 = 𝐼𝑅 (1)[3]
Ohm mengemukakan bahwa arus (I) sebanding
dengan tegangan (V) untuk material ohmic. Konstanta

108
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Gambar 3.Pola aliran arus pada pemasangan 4 buah


elektroda pada Metode Geolistrik Resistivitas [6]
Metode Geolistrik dibedakan menjadi dua yaitu
metode geolistrik pasif dan metode geolistrik aktif.
Metode geolistrik pasif yaitu dimana energi yang Gambar 4. Nilai resistivitas yang umum ditemukan di
dibutuhkan telah ada secara alamiah sehingga tidak alam [8]
perlu adanya injeksi pemasukan arus terlebih dahulu.
Geolistrik bersifat aktif merupakan geolistrik dimana Dalam menentukan nilai resistivitas suatu
energi yang dibutuhkan penginjeksian arus ke dalam lapisan, salah satunya dipengaruhi oleh nilai
bumi terlebih dahulu oleh elektroda arus. Pada metode konfigurasi yang akan digunakan pada saat
ini, arus listrik diinjeksikan kedalam bumi melalui dua pengambilan data. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
elektroda arus dan beda potensial yang terjadi diukur biasanya digunakan untuk Horizontal Profiling
melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil (Mapping) dan Vertical Profiling (Sounding) dengan
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak hasil akhir diperoleh profil secara lateral (mendatar)
elektroda berbeda kemudian didapatkan variasi nilai dan vertikal terhadap kedalaman, data yang
hambatan jenis masing-masing lapisan bawah didapatkan yaitu lebih rapat dengan tingkat akurasi
permukaan bumi [7]. yang baik. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
merupakan konfigurasi dengan sistem aturan spasi
Berdasarkan teknik pengukuran geolistrik yang konstan dengan perbandingan jarak antar
digunakan dua teknik pengukuran yaitu pengukuran elektroda C1-P1 dengan spasi antar P1-P2 atau dengan
dengan metode geolisrik resistivitas mapping dan kata lain jaraknya adalah sepertiga jarak dari elektroda
sounding. Metode geolistrik resistivitas mapping potensial. Jika jarak antar elektroda potensial (P 1 dan
bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas P2) adalah 𝑎, maka jarak antar elektroda arus (C1 dan
lapisan bawah permukaan secara horisontal. Oleh
C2) adalah 2 𝑛𝑎 + 𝑎 [7].
karena itu, pada metode ini digunakan jarak spasi
elektroda yang tetap untuk semua titik pengamatan di
permukaan bumi. Metode resistivitas sounding
bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan
di bawah permukaan bumi secara vertikal [5].
Geolistrik tahanan jenis memanfaatkan sifat
konduktivitas batuan untuk mendeteksi keadaan
bawah permukaan. Sifat konduktivitas listrik tanah
dan batuan pada permukaan bumi sangat dipengaruhi
oleh jumlah air. Batuan berpori atau tanah yang
terekadung semakin banyak air, nilai resistivitas
listriknya berkurang. Sebaliknya, nilai resistivitas Gambar 5. Susunan elektroda pada konfigurasi
listriknya akan bertambah dengan berkurangnya Wenner-Schlumberger [7]
kandungan air. Adapun nilai tahanan jenis masing Penelitian adanya potensi gerakan tanah
masing batuan/tanah dapat dibedakan pada Gambar dilakukan di Dusun Pamujaan RT 01 RW 01, Desa
berikut.[5] Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat. Secara geografis, letak
daerah penelitian tersebut berada pada 108º 16’ 36,7”
BT dan 07º 03’ 42,5” LS.

109
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Dusun Pamujaan
RT.01 RW.01, Desa Cimuncang, Kecamatan
Malausma, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat yang
terletak pada koordinat antara 108º 16’ 36,7” BT dan
07º 03’ 42,5” LS. Penelitian ini menggunakan metode
geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner-
Schlumberger. Dalam penelitian ini ada beberapa
peralatan yang dibutuhkan (ditunjukkan pada gambar
8), yaitu : 1 set alat resistivitymeterIRISInstruments
sebagai alat ukur geolistrik resistivitas, palu geologi,
GarminGPSMap76CSx, 48 buah pasak besi yang
digunakan sebagai elektroda, roll meter, kabel, aki 12
volt sebagai sumber listrik, alat bor beserta tabung
yang digunakan untuk mengambil sampel tanah, serta
peta geologi untuk mengetahui kondisi geologi pada
daerah penelitian. Selain itu dibutuhkan juga laptop
dengan terinstal software Electre Pro untuk membuat
Gambar 6. Peta lokasi penlitian di Dusun Pamujaan,
Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten konfigurasi pada IRIS Instrument saat sebelum
pengambilan data dilapangan, software Prosys II yang
Majalengka [9]
digunakan untuk mengunduh data yang didapatkan,
Morfologi daerah penelitian merupakan Res2dinv untuk pemodelan penampang 2D.
perbukitan bergelombang sedang dengan kemiringan
lereng 20° hingga 45° dengan relief rendah hingga
kasar dengan elevasi sekitar 970-1050 mdpl. Lereng
dipotong untuk keperluan pemukiman, sawah dan
jalan desa. Pemukiman berada pada jalur punggungan
sedangkan area persawahan berada di lembah
punggungan. Tataguna lahan pada lereng bagian atas
berupa hutan dan jalan desa dan kabupaten, pada
lereng bagian tengah berupa pemukiman, kolam, jalan
desa dan kebun campuran, sedangkan lereng bagian
bawah berupa sawah, kolam, pemukiman dan jalan
desa [9].

Gambar 8. Seperangkat alat penelitian tugas akhir :


(a) kabel, (b) palu geologi, (c) GarminGPSMap76CSx,
(d) roll meter, (e) pasak besi, (f) aki, (g) alat bor dan
(h) resistivitymeterIRISInstruments
Pada penelitian menggunakan spasi antar
elektroda masing masing yaitu 5 meter dengan
panjang lintasan 240 meter. Lintasan pengukuran
ditentukan dengan melihat kondisi keadaaan daerah
penelitian. Akuisisi dan pengolahan data geolistrik
tahanan jenis dilakukan dengan menggunakan alat Iris
Instrument Pro system multichannel serta software
ElectrePro dan Prosys II yang digunakan dalam proses
akuisisi data serta software ResDinv guna mengetahui
lapisan bawahpermukaan bumi berdasarkan nilai
tanahan jenis struktur bawah permukaan yang terukur.
Proses penelitian ini dilakukan berdasarkan diagram
alir seperti pada Gambar 9. Pada metode geolistrik
Gambar 7. Lintasan geolistrik daerah penelitian yang dilakukan proses akuisisi data, pengolahan data dan
dilihat dari foto udara [9] pemodelan 2D.

110
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Mulai

Analisa kondisi lalingkungan

Pengambilan data

Dibuat konfigurasi dengan ElectrePro


Gambar 10. Arrangement of model blocks and
apparent resistivity datum point
Dipasang alat lapangan
Selanjutnya dilakukan pemodelan 2D dengan
menggunakan software Res2dinv, yang didapatkan
Diukur data geolistrik dengan IRIS
Pengukuran elevasi titik citra bawah permukaan model 2D dimana dari model
Instrument
elektroda dengan GPS tersebut diketahui nilai dari resistivitas batuan di
bawah permukaan daerah penelitian
Data diunduh dengan Prosys II

Ditambah elevasi dan export data ke Res2dinv


dengan ProsysII

Data geolistrik

Data diolah dengan Res2dinv


Gambar 11. Hasil penampang 2D metode geolistrik.
Model 2D
Dari hasil model 2D pada Gambar 4.2, dilakukan
iterasi sebanyak 5 kali yang mana hasil dengan eror
Analisis yaitu 1.12%. Untuk mendapatkan penampang model
2D yang sesuai dengan lokasi penelitian, maka
Kesimpulan dilakukan pengukuran koordinat elevasi menggunakan
GPS yang kemudian koordinat elevasi tersebut
ditambahkan ke dalam data sehingga didapatkan
Selesai
penampang model 2D dengan topografi yang sesuai
dengan lokasi penelitian.
Gambar 9. Diagram alir penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang telah dilakukan dengan metode
geolistrik menggunakan IRIS Instruments, sebelum
melakukan akuisisi data maka dilakukan pembuatan
konfigurasi dengan menngunakan ElektrePro.
Selanjutnya pada akuisisi data diambil dari alat
dengan Prosys II, serta pada Prosys II dilakukan Gambar 12. Hasil penampang 2D dengan topografi
export data sehingga menghasilkan data berupa .dat pada geolistrik
yang kemudian diolah menggunakan software
Res2dinv untuk menampilkan penampang 2D bawah Pada gambar 12 menunjukkan hasil penampang
permukaan daerah penelitian. Dari hasil penelitian di model 2D dengan topografi dimana penampang
lapangan didapatkan susunan model blok data dengan tersebut merupakan model 2D yang sesuai lokasi
menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger penelitian yang mana ketinggal lereng didapatkan dari
yaitu sebanyak 565 titik dari nilai resistivitas semu, nilai elevasi.
dimana kedalamannya mencapai 44.6 meter, yang
Geolistrik resistivitas merupakan salah satu
dapat ditunjukkan pada Gambar 10.
metode geofisika yang dimana untuk mengetahui
lapisan bawah permukaan dengan cara melakukan
pengukuran nilai tahanan jenis suatu batuan. Metode
ini digunakan untuk mendeteksi adanya potensi
gerakan tanah yang telah diketahui lapisan bawah

111
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

permukaanya. Prinsip dasar geolistrik resistivitas (dengan ditunjukkan citra warna biru tua hingga biru
serdiri yaitu menerapkan Hukum Ohm yang mana arus muda) yang mana memiliki karakteristik batuan
listrik akan mengalir dalam suatu material dari satu penyusun berupa silt dan clay. Pada daerah penelitian
titik ke titik lainnya dengan mempunyai nilai beda
ini, penyusun batuan lebih dominan pada jenis silt dan
potensial untuk menghantarkan arus listrik. Metode
geolistrik resistivitas menggunakan empat buah clay yang letaknya dimulai pada kedalaman 5-10
elektroda, dengan dua buah elektroda untuk beda meter. Dari data penampang 2D geolistrik resistivitas,
potensial dan dua buah elektroda untuk elektroda arus diketahui bidang lemah yang menjadi potensi
yang diletakkan sejajar. Arus yang di injeksikan terjadinya gerakan tanah dari lereng tersebut. Letak
melalui elektroda arus dan didapatkan pengukuran bidang lemah diketahui pada batuan penyusun berupa
tegangan yang didapatkan dari elektroda beda silt yang memiliki nilai resistivitas antara 10 – 20
potensial.
Ω.m. Bidang lemah pada penampang model 2D dapat
Dari hasil penelitian dengan panjang lintasan 240 dijelaskan pada gambar berikut.
meter serta jarak spasi antar elektroda masing-masing
5 meter, maka kedalaman maksimal dari penetrasi
yang didapatkan pada model hasil penampang 2D
bawah permukaan daerah penelitian adalah 44.6
meter, secara umum daerah penelitian terdiri dari
beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang
berbeda-beda antar lapisan tersebut. Perbedaan
lapisan tersebut menandakan adanya perubahan nilai
resistivitas yang menjelaskan adanya perbedaan jenis
Gambar 14. Litologi lapisan model 2D resistivitas
material bawah permukaan. Secara litologi, material
setiap lapisan tersebut dapat dijelskan pada gambar Pada suatu perlapisan terutama perlapisan bawah
berikut. permukaan yang digambarkan pada model 2D seperti
gambar …. dapat dijelaskan sebagai bidang lemah
dimana bidang lemah tersebut berada dilapisan jenuh
atau merupakan lapisan yang memiliki banyak
kandungan air. Struktur geologi dan diskontinuitas
pada batuan merupakan bidang-bidang lemah dan
merupakan jalur perembesan banyaknya kadar air.
Keberadaan struktur geologi dan diskontinuitas akan
mengurangi tingkat kekuatan geser batuan dan
implikasi utamanya adalah meningkatkan peluang
terjadinya longsor. Dengan munculnya bidang lemah
Gambar 13. Litologi lapisan model 2D resistivitas tersebut, maka batuan yang tadinya utuh akan berubah
Pada lapisan paling atas terdapat lapisan yang menjadi massa batuan dengan kekuatan yang jauh
didominasi memiliki nilai resistivitas tinggi (citra lebih kecil dari sebelumnya.
warna kuning dan merah) memiliki nilai resistivitas 4. KESIMPULAN DAN SARAN
95.7- 408 Ω.m dengan karakteristik batuan adalah
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan yaitu
batuan breksi. Resistivitas dengan nilai tersebut pada lapisan paling atas terdapat lapisan yang
terlihat hampir merata disemua permukaan atau memiliki nilai 95.7- 408 Ω.m dengan karakteristik
lapisan paling atas yang merupakan lapisan penutup batuan adalah batuan breksi. Kemudian semakin
dengan ketebalan kedalam hingga 5 meter. Lapisan ini kebawah lapisannya memiliki nilai resistivitas 22.4 –
adalah lapisan yang paling keras bila dibandingkan 46.3 Ω.m dengan karakteristik batuan berupa tufa
dengan lapisan yang berada dibawahnya. Kemudian vulkanik dan sandstone. Lapisan yang semakin ke
dalam, dengan nilai resistivitas 2.55 – 22.4 Ω.m
semakin kebawah lapisannya terlihat zona resistivitas
memiliki karakteristik batuan penyusun
yang semakin kecil (dalam citra warna hijau muda berupa silt dan clay. Pada daerah penelitian ini,
hingga hijau tua) yang mana nilai resistivitas berkisar penyusun batuan lebih dominan pada
antara 22.4 – 46.3 Ω.m yang mana karakteristik jenis silt dan clay yang letaknya dimulai pada
batuan berupa tufa vulkanik dan sandstone. kedalaman 5-10 meter. Letak bidang lemah diketahui
pada batuan penyusun berupa silt yang memiliki nilai
Setelah itu, ditinjau lagi dari lapisan yang resistivitas antara 10 – 20 Ω.m.
semakin ke dalam, dengan memiliki nilai resistivitas
Saran untuk penelitian yang dilakukan adalah
yang sangat rendah, berkisar antara 2.55 – 22.4 Ω.m pada daerah penelitian dengan hasil yang telah

112
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

disebutkan menandakan bahwa daerah penelitian 4. Alaydus, Mudrik. 2014. Medan Elektromagnetika.
masih dalam kategori rawan terjadinya gerakan tanah, Yogyakarta: Cv. Andi Offset
dengan begitu saran dari penulis supaya memperbaiki
dari segi tataguna lahan daerah penelitian, yang mana 5. Telford, W.M.1976. Applied Geophysics. USA:
untuk mencega masuknya air ke dalam tanah dengan Combridge University Press.
memperbaiki drainase di perkebunan atau
persawahan dengan membuat saluran irigasi yang 6. Bahri.2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika
kedap air, serta pada kolam dibuat kedap air dan Lingkungan dengan topik Metoda Geolistrik
saluran air di selokan ditembok atau pemipaan dan Resistivitas. Surabaya: Fakultas Matematika dan
langsung dialirkan menuju sungai. Ilmu Pengetahuan Alam ITS, Surabaya.
5. REFERENSI
7. Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik
1. Zakaria, Z.2009. Analisis Kestabilan Lereng Geofisika. Bandung: ITB, p 99-110
Tanah. Bandung:Universitas Padjajaran.
8. Florsch, Nicolas., Muhlach, Frédéric. 2017.
2. Sears, Francis,W. Dkk. 1993. Fisika Universitas. Everyday Applied Geophysics 1, Electrical
Jakarta: Erlangga Methods.Paris, France: Val d'Argent Labs,
Sorbonne University.
3. Daud, Dr. Yunus. 2007. DC Resistivity Notes.
Depok: Peminatan Geofisika Departemen Fisika
9. PVMBG. 2018. Peta Zona Kerentanan Gerakan
UI
Tanah Kabupaten Majalengka. Bandung: Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

113
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Analisis Durasi Rupture, Rasio Energi dengan Momen Seismik, dan


Parameter Sumber Gempa Bumi sebagai Peringatan Dini Tsunami
Angga Wijaya1*, Muhammad Fikri H Hiola1, Sugeng Pribadi2
1Taruna Geofisika, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG)
2Seismologist, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
*Email ; wijayaangga29@gmail.com

Jl. Perhubungan I No.5 Pondok Betung, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia, 15221

Abstrak — Daerah Indonesia telah banyak terjadi rangkaian gempa bumi yang besar dan menimbulkan tsunami. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui batas Rasio momen seismik dengan energi seismik (Θ), durasi rupture (To), dan parameter
sumber berupa magnitudo gelombang P (Mwp) dan Mekanisme Sumber gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami di
Indonesia dengan perhitungan cepat dan akurat sebagai langkah awal peringatan dini tsunami. Penentuan nilai Θ, To, dan
Mwp tersebut menggunkan sinyal komponen vertikal phase P-PP dengan filter Bandpass 1-5 Hz untuk penentuan To dan
filter bandpass 0.005-2 Hz untuk penentuan E, Mo, dan Mwp sedangkan mekanisme sumber menggunakan Metode W
phase. Data yang digunakan diperoleh dari Willber IRIS berupa sinyal gempa seismograph broadband 15 sampai 65 stasiun
dengan jarak stasiun ke episenter 30o≤ ∆ ≤ 90 o yang terdiri atas 13 gempa yang menimbulkan tsunami dan 11 gempa yang
tidak menimbulkan tsunami dengan Mw ≥ 6.5. Hasil dari perhitungan tersebut didapatkan gempa yang berpotensi tsunami
memiliki To ≥ 70 s, -6.3 ≤ Θ ≤ -4.7, dan Mwp ≥ 7.2. Tsunamigenic Earthquake memiliki -5.4 < Θ < -4.7 sedangkan untuk
Tsunami Earthquake memiliki -6.3 ≤ Θ ≤ -5.4, dan Non-Tsunami Earthquake memiliki Θ ≤ -6.3. Mekanisme sumber gempa
penyebeb tsunami ialah obliq normal atau obliq reverse. Gempa bumi yang tidak berpotensi tsunami memiliki Θ ≤ -6.3, To
≤ 70s, dan mekanisme sumbernya didominasi sesar geser. Selain itu hasil Mwp memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan
Mw dari Global CMT yaitu R2 = 0.888. Metode ini terbukti cepat dan akurat sebagai peringatan dini tsunami.

Kata Kunci — tsunami, gempa, mekanisme sumber, magnitudo.

1. PENDAHULUAN BMKG telah menggunakan Indonesian Early


Warning System (Ina-TEWS) dengan interval waktu
Indonesia merupakan wilayah dengan intensitas
<5 menit setelah Origin Tme (OT). Waktu yang sangat
gempa bumi besar dan berpotensi tsunami yang
cepat dibutuhkan untuk proses evakuasi masyarakat di
tinggi. Hal ini disebabkan Indonesia merupakan
wilayah terdampak tsunami ke wilayah aman. Selain
daerah pertemuan 3 lempeng utama yaituEurasia,
waktu yang cepat dibutuhkan juga ketelitian dalam
Pasifik dan Filipina yang sebagian sumber gempa
mengeluarkan peringatan tsunami. Ketelitian yang
bumi tesebut berada di bawah laut sehingga
baik akan membuat kualitas peringatan dini tsunami
berpotensi tsunami [7].
akan semakin baik dalam segi waktu dan ketelitian
Ancaman tsunami yang tinggi dan bisa terjadi agar tidak terjadi peristiwa “miss alarm”. Hal ini
kapan saja di wilayah Indonesia dapat menelan terjadi ketika peringatan dini tsunami telah
korban jiwa yang banyak seperti kasus tsunami Aceh dikeluarkan namun dilapangan tidak terjadi tsunami
2004 silam. Berkaca dari peristiwa tersebut sehingga dan begitupun sebaliknya, hal ini dapat menimbulkan
diperlukan peringatan dini yang cepat tanggap untuk kepanikan di masyarakat.
daerah-daerah yang berpotensi tsunami. Sejak tahun
Peringatan dini tsunami harus didukung oleh
1992-2018 telah banyak terjadi rangkaian gempa
parameter gempa bumi yang baik dan diperoleh secara
bumi yang mengakibatkan tsunami seperti yang
cepat diantaranya yang saat digunakan adalah
terdapat pada Gambar 1 Tsunami yang ditimbulkan
magnitudo, To, dan rasio E/Mo. Selanjutnya untuk
telah banyak menimbulkan korban jiwa dan
tahap diseminasi dapat digunakan metode Wphase.
kerusakan bangunan seperti pada Gempa Aceh 2004
Pengolahan mekanisme fokus W phase lebih cepat
dan Gempa Pagandaran 2006.
dibandingkan Global CMT yaitu 22 menit setelah
waktu asal gempa bumi karena hanya menggunakan
analisis gelombang badan [1].
Metode pendekatan untuk mendapatkan
parameter terhadap Peringatan dini tsunami sudah
banyak dilakukan di Indonesia diantaranya dengan
metode W phase telah dilakukan oleh [2] Dalam
penelitiannya didapatkan bahwa Dari kedua event
gempabumi yang diteliti dengan menggunakan metode
W phase, diketahui mekanisme gempabumi berupa
Gambar 1. Sebaran gempa bumi penyebeb tsunami parameter mekanisme fokus antara lain; strike, dip,
1992-2018 slip (nodal-plane) dari bidang nodal 1, bidang nodal 2

114
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

untuk gempa Aceh dan Nias memiliki pola patahan Maksud dan tujuan dari penelitian ini untuk
yang sama yaitu berpola patahan naik dan telah sesuai menentukan karakteristik Rasio momen seismik
dengan solusi yang ada di Global CMT. Semakin dengan energi seismik (Θ), durasi rupture (To),
cepat penentuan mekanisme fokus akan membantu parameter sumber berupa magnitudo gelombang P
InaTEWS dalam memberikan informasi tsunami (𝑀℘ ) dan Mekanisme Sumber gempa bumi sebagai
terhadap daerah terdampak [2]. acuan dalam penentuan gempa yang menyebabkan
Penelitian lainnya yang berhubungan dengan tsunami di Indonesia.Mampu menentukan magnitudo
parameter gempa bumi untuk peringatan dini tsunami dan mekanisme fokus dalam waktu cepat setelah
telah dilakukan oleh [8] yang mengkaji magnitudo gempabumi terjadi menggunakan Mwp dan metode W
gempa bumi sebagai parameter peringatan dini phase.Mengetahui jenis-jenis gempabumi berpotensi
tsunami.Hasil penelitiannya didapatkan bahwa 𝑀℘ tsunami berdasarkan paramater sumber gempa bumi
dengan metode W phase.
hasil perhitungan mempunyai korelasi yang baik
dengan 𝑀𝑤 dari Global CMT. Di sisi lain, penentuan 2. METODOLOGI PENELITIAN
𝑀℘ lebih cepat dari segitu waktu karena hanya
Penelitian ini dilakukan di seluruh wilayah
menggunakan sinyal gelombang P yang lebih awal indonesia yang berpotensi tsunami terutama pada zona
tiba di masing-masing stasiun pengamat. Sedangkan megathrust dan sesar -sesar lainnya. Adapun batas
perhitungan 𝑀𝑤 Global CMT membutuhkan waktu koordinat pengambiilan data gempa bumi yang akan
yang lebih lama karena menggunakan seluruh sinyal dianalisis ialah 11o LU - 11o LS dan 90o BT – 150
gelombang seismik [8]. Dengan hasil yang cepat dan o
BT.
korelasi magnitude yang baik maka 𝑀℘ dapat
dijadikan sebagai salah satu parameter dalam Pada penelitian ini data yang digunakan ialah 13
peringatan dini tsunami yang di wilayah Indonesia. gempa bumi penyebab tsunami dan 11 gempa bumi
yang tidak menimbulkan tsunami. Data katalog
Penelitian lainnya untuk mendapatkan salah satu tsunami diperoleh dari NOAA (National Oceanic and
parameter dalam penentuan peringatan dini tsunami Atsmopheric Administration) melaluiwebsitenya
adalah untuk mendapat rasio dari radiasi energi dan https://www.ngdc.noaa.gov/nndc/struts/form?t=10165
momen [9]. Ia telah menyimpulkan bahwa kita dapat 0&s=7&d=7. Sedangkan data katalog gempa bumi
membuat parameter variabel di atas sebagai batas nilai menggunakan data dari Global CMT ( Global Centoid
untuk pengambilan keputusan peringatan dini tsunami MomentTensor)http://www.globalcmt.org/CMTsearch
di Indonesia. .html seperti yang terlihat pada Tabel I.
Parameter lain yang dapat dijadikan bahan Waveform gempa bumi yang digunakan hasil
pertimbangan dalam peringatan dini tsunami adalah dari rekaman Seismograph Broadband stasiun
duration rupture. Menurut [11] bahwa penentuan nilai teleseismik jaringan seismik GSN dengan jarak
duration rupture dapat dijadikan sebagai bahan stasiun ke episenter 30o< ∆ ≤ 90o. Data rekaman
pertimbangan untuk peringatan dini tsunami sebab diunduh dari database IRIS-DMS (Incorporated
berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan penulis Research Institution for Seismology - Data
di wilayah jawa dan nusa tenggara didapatkan bahwa Management System) yang diperoleh melalui website
duration rupture untuk gempa yang menyebabkan http://www.iris.washington.edu/dms/wilber.html
tsunami lebih lama dibandingkan gempa yang tidak dengan rentang waktu tahun 1992 - 2017. Rekaman
menyebabkan tsunami. Berdasarkan hal tersebut yang diunduh merupakan hasil rekaman gempa bumi
gempa yang menyebabkan tsunami mempunyai dari awal hingga 60 menit setelah OT (Origin Time)
karakteristik duration rupture tersendiri. dalam format SEED. Jumlah stasiun yang digunakan
terdiri dari 15-65 stasiun.

Tabel I. Data gempa bumi dari NOAA dan Global CMT


Depth Mw
Event OT Lat Lon (km) Lokasi GCMT Ket
12/12/1992 5:29:26 -8.475 121.9023 27.7 Flores 7.4 T
21/01/1994 2:24:29 1.0342 127.7825 19.6 Halmahera 7 T
02/06/1994 18:17:37 -10.413 112.9264 38.9 South of Java 7.8 T
17/07/2006 8:19:26 -9.3178 107.4238 20 South of Java 7.7 T
28/03/2005 16:09:35 2.0964 97.1131 30 Northern Sumatra 8.6 T
10/10/2002 10:50:22 -1.7511 134.2585 24.8 Irian Jaya Region 7.5 T
04/05/2000 4:21:18 -1.171 123.54 54 Sulawesi 7.6 T
17/02/1996 5:59:31 -0.9394 136.9471 50.4 Irian Jaya Region 8.1 T

115
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

01/01/1996 8:05:09 0.6842 119.9847 15.4 Minahassa Peninsula 7.8 T


14/03/2006 6:57:34 -3.5607 127.3094 32.8 Seram 6.7 T
12/09/2007 11:10:26 -4.4637 101.3959 35.5 Southern Sumatra 8.5 T
25/10/2010 14:42:22 -3.5248 100.1042 20 Southern Sumatra 7.8 T
26/12/2004 0:58:52 3.4125 95.9012 26.1 Northern Sumatra 9 T
21/01/2007 11:27:44 1.0816 126.3618 23.5 Northern Molucca Sea 7.5 NT
29/09/2010 17:11:24 -4.9863 133.775 20.5 Irian Jaya Region 7 NT
27/02/2015 13:45:05 -7.358 122.4906 559.1 Flores Sea 7 NT
19/10/2001 3:28:43 -4.089 123.977 33 Banda Sea 7.5 NT
24/09/2015 15:53:27 -0.6212 131.2622 18 Irian jaya 6.6 NT
24/02/2001 07:23:50 1.334 126.335 55.6 Northern Molucca sea 7.1 NT
03/04/2011 20:06:43 -9.7342 107.7693 31.9 South of Java 6.7 NT
02/09/2009 07:55:01 -7.7346 107.4109 57.8 Java 7 NT
10/02/2012 18:37:00 2.4307 93.2081 20.9 Northern Sumatra 7.2 NT
08/11/2015 16:47:02 6.8431 94.648 10 Nicobar Island 6.6 NT

24/10/2017 10:47:47 -7.2364 123.0401 549.19 Banda Sea 6.7 NT

Data waveform yang telah diunduh dalam dalam model kecepatan lapisan bumi IASP91 [5]
format SEED harus dikonversi ke dalam SAC mendapatkan persamaan untuk 𝛼sebagai berikut :
menggunakan RDSEED yang kemudian diambil juga 𝑘𝑚
data poles zero dan respon instrumen dari setiap 𝛼 = 0,16∆ + 7,9 (2)
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
komponen. Selanjutnya data tersebut akan dianalisis
Sedangkan untuk menghitung jarak epicenter 𝑟
untuk mendapatkan nilai durasi rupture, energi seimik,
momen seismik, Mwp, dan Mekanisme. Penentuan menggunakan prinsip hukum trigonometri
lingkaran.Kemudian setelah mendapatkan Mo lalu
nilai tersebut dilakukan menggunakan software SAC
mencari E (energi) dengan sumber doublecouple
untuk durasi rupture, energi seimik, momen seismik,
menggunakan gelombang P dari seismogram
Mwp dan Inversi W phase untuk penentuan
mekanisme sumber gempa bumi. Dalam mencari To, diberikan persamaan sebagai berikut :
E, Mo, dan Mwp hanya menggunakan komponen (𝐹𝑃 )2 (3)
𝐸 = (1 + 𝑞)4𝜋𝑟 2 { } . 𝜌𝛼∫ 𝑣 2 (𝑡)𝑑𝑡
vertikal sedangkan penentuan mekanisme sumber (𝐹𝑔𝑃 )2
digunakan ketiga komponen yaitu BHN, BHZ, dan Persamaan yang digunakan berasal dari
BHE. parameter koefisien (Lomax dkk,. 2007) dimana,
Untuk mendapatkan radiasi E/Mo maka kita 𝜌 = 3,5𝑥103 yaitu kerapatan batuan rata- rata
𝑘𝑚
perlu mencari nilai Mo dan E dari sinyal seismik 𝛼 = 6,2 yaitu kecepatan gelombang P
𝑠
Sinyal ini dilakukan filter bandpass butterworth 0.005- 𝑘𝑚
2 Hz. Hasil filter dilakukan picking phase P,PP,S 𝛽=3 yaitu kecepatan gelombang S
𝑠
dengan TauP dan dikoreksi secara manual. Kemudian 𝑣(𝑡) = seismogram kecepatan-dasar
dalam penentuan Mo menggunakan metode [12]. 𝑟 = jarak sumber stasiun
Sinyal pergeseran (displacement) sebagai suatu fungsi (𝐹 𝑃 )2 = 4/15 adalah rata-rata koefisien radiasi untuk
waktu sumber dan integrasi momen seismik skalar gelombang P
yang diambil dari amplitudo maksimum gelombang P (𝐹𝑔𝑃 )2 =1 adalah koefisien pola radiasi umum untuk
dirumuskan sebagai berikut : kelompok gelombang P (P, Pp dan Sp).Dengan
menentukan nilai E dan Mo kita dapat mencari rasio
𝑀𝑜′ = 𝑚𝑎𝑥 (∫ 𝑢𝑧 (𝑥𝑟 , 𝑡)𝑑𝑡) ∨ 4𝜋𝜌𝛼 3 𝑟 (1) keduanya dengan persamaan :
dimana,
𝐸
𝑢𝑧 (𝑥𝑟 , 𝑡) = nilai pergeseran pada komponen vertikal 𝛩 = 𝑙𝑜𝑔10
𝑀0
(4)
gelombang P untuk gempa jauh (far field)
𝜌 = densitas (kerapatan) batuan yang berada di area Penentuan duration rupture dari sinyal
𝑘𝑔 seismogram terlebih dahulu dilakukan filter
stasiun 3,5𝑥103 3
𝑚 Butterowrth bandpass 1-5 Hz. Hasil filter ini
𝛼 =kecepatan gelombang P yang sebenarnya yang kemudian tersebut dilakukan envelope, normalisasi,
biasa dikenal dengan singkatan APV3. Berdasarkan dan smoothing. Nilai To sendiri merupakan waktu
dari awal fase gelombang P ke PP yang telah

116
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

ditentukan dengan TauP. Hasil sinyal tersebut di dengan sintetis waveform (Green’s function). Hasil
koreksi kembali waktu awal P dan PP dari sinyal inversi ini menghasilkan moment tensor, besar
yang telah dismoothing. magnitude sertafocal mechanism.
𝑀𝑤𝑝 juga merupakan parameter penting dalam Untuk menentukan magnitudo maka pengolahan
penentuan peringatan dini tsunami seperti yang telah amplitudo maksimum W phase berdasarkan cara
dijelaskan sebelumnya. Dalam menghitung 𝑀𝑤𝑝 kita kuadrat terkecil. Sedangkan elemen momen tensor Mij
harus mencari 𝑀𝑤 menggunakan persamaan [4] yang digunakan dalam W phase[3]dirumuskan sebagai
sebagai berikut : berikut

𝑀𝑤′ =
1
(𝑙𝑜𝑔𝑀𝑜′ − 9.1) (5) 𝑢1,1 2,2
𝑤1 𝑢𝑤1
3,3
𝑢𝑤1 𝑀11 𝑢𝑤1
1.5
𝑢1,1 2,2 3,3 𝑀22 𝑢𝑤2
𝑤2 𝑢𝑤2 𝑢𝑤2
(7)
𝑀𝑤𝑝 adalah penambahan 0,2 pada 𝑀𝑤 . 𝑀33 𝑢𝑤3
𝑢1,1 2,2
𝑤3 𝑢𝑤3
3,3
𝑢𝑤3 = :
Penambahan ini dilakukan untuk mengoreksi pola 𝑀44
:: : :
radiasi penjalaran gelombang P pada nilai 𝑀𝑤𝑝 [8] :: : 𝑀55
1,1 2,2
(𝑢𝑤𝑁 𝑢𝑤𝑁
3,3
𝑢𝑤𝑁 ) ( 𝑀66 ) ( 𝑢 𝑤𝑁 )
Penentuan mekanisme fokus gempa bumi
digunakan metode W phase. W phase adalah dimana,
gelombang dengan periode panjang yang tiba 𝑀𝑙𝑑 = Momen tensor pada titik k-1
sebelum gelombang S dengan kecepatan grup antara 𝑀𝑦´ = Momen tensor pada titik i-j
4,5 km/s hingga 9 km/s yang berkisar 100-1000 detik. 𝑘,1
𝑢𝑤𝑖 (𝑡) = Pergeseran sintetik di stasiun i
Dasar teori ini dikemukakan oleh [3] dengan (10-6 m)
persamaan gelombang yang menghitung 𝑢𝑤𝑖 𝑡 = Pergeseran observasi di stasiun i
displacement terhadap fungsi momen tensor. (10-6 m)
Persamaan yang digunakan dalam menghitung
diplacement ialah : 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rekaman dari setiap gempa bumi berbeda-beda
𝑚𝑡
𝑢(𝑟,𝑡) −𝑛 𝜔𝑙 𝜔𝑙𝑚 𝑡 jumlah rekamannya dikarenakan jumlah stasiun yang
1 − 𝑒𝑥𝑝 ( ) 𝑐𝑜𝑠𝑛
2𝑛𝑄𝑖𝑛 berbeda pada tahun kejadian gempa. Jarak stasiun
∑ {[𝑀: 𝑛𝜀𝑙𝑚 (𝛾0 )]𝑛𝑦𝑙𝑚 (𝑟)} 𝑚2
𝑛𝐶𝑙𝑚 𝑛𝜔𝑙 yang diambil < 90o sebab sinyal yang didapatkan
𝑙,𝑚,𝑛
(6) pada jarak > 90o berupa gelombang permukaan yaitu
gelombang reyleigh. Hasil setiap rekaman tersebut
dimana, kemudian diolah dan diambil nilai rata-ratanya untuk
𝑢(𝑟, 𝑡)= pergeseran tanah di stasiun (10-6 m) mendapatkan hasil perhitungan To, Mwp, E/Mo, dan
𝑛𝑦𝑙𝑚 (𝑟)= mode normal Mekanisme sumber gempa.
𝑙 = orde sudut Seluruh catatan seismogram yang diambil dari
𝑚 = azimuth setiap stasiun dalam perhitungan To, Mwp, dan E/Mo
𝑟 = jarak epicenter ke stasiun (300-900) tidak diambil secara keseluruhan apabila hasinya
𝑀 = sumber momen tensor terlalu jauh dari rata-rata. Seperti yang terlihat pada
𝑚
𝑛𝜔𝑙 = fungsi eigen Gambar 3 dibawah yang merupakan langkah
𝑛𝜀𝑙𝑚 (𝛾0 )= tensor regangan pemrosesan sinyal untuk stasiun guna mendapatkan
𝑛𝑄𝑖𝑛 = faktor ketergantungan model nilai Mo, E, dan Mwp.
𝑛𝐶𝑙𝑚 = energi seismik
𝜌= densitas batuan di permukaan (3,4 x 10-3 kg.m-3)
𝑉= volume bumi (1,8 x 1021 m3)
Data murni yang sebelumnya juga dilakukan
analisis dengan metode W phase untuk mendapatkan
mekanisme sumber gempa bumi. Data murni tersebut
merupakan catatan velocity dalam bentuk time series.
Data ini kemudian diubah ke displacement dalam
bentuk time domain sesuai dengan formula diatas.
Sinyal tersebut kemudian dilakukan retrieve W phase
dan inversi W phase. Retrive W phase dilakukan
untuk mendapatkan sinyal sintetis dari gempa
tersebut. Proses inversi dilakukan dengan konvolusi Gambar 2. Sinyal Processing Stasiun NWAO
Green function dengan data observasi. Proses ini
secara sederhana adalah mencari RMS terkecil hasil Pada gambar diatas sinyal pertama merupakan
matching antara sinyal observasi di stasiun pencatat hasil rekaman seismograf yang telah difilter

117
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

butterworth bandpass. Sinyal tersebut telah dipicking Pada gambar diatas trace pertama merupakan
secara otomatis dengan TauP dan dikoreksi kembali signal asli rekaman seismograf yang kemudian di
secara manual. Dari grafik diatas nilai Mo, E, dan filter HF dan di cutting P-S. Pada trace ketiga
Mwp merupakan nilai maksimum dari setiap trace. merupakan hasil sinyal yang telah dilakukan envelope
Nilai E dan Mo diambil yang kemudian dicari nilai dan smoothing dan T1 merupakan awal fase PP yang
rasionya. Selain itu, pemrosesan sinyal menjadi dipickng otomatis dengan TauP dan dikoreksi apabila
durasi rupture cukup berbeda seperti yang terdapat tidak sesuai. To dari rekaman diatas merupakan
pada Gambar 3 dibawah. waktu dari awal phase P ke PP seperti yang
dijelaskan.Hasil To dari setiap stasiun diambil nilai
rata-ratanya yang kemudian dijadikan nilai durasi
rupture gempa tersebut. Berikut hasil perhitungan
Mo, E, E/Mo, Mwp, dan To dari setiap gempa.

Gambar 3. Signal Processing of Rupture Dartion


Station NWAO

Tabel II. Hasil perhitungan Mo, E, E/Mo, Mwp, dan To dari setiap gempa.
Event E (Nm) Mo (Nm) Θ Mwp To (s) Ket

12/12/1992 6.18233E+14 7.40299E+20 -6.089281 7.99 103.82 T

21/01/1994 3.10683E+13 5.75126E+19 -6.324389 7.30 54.71 T

02/06/1994 2.96313E+14 4.39449E+20 -6.27534 7.87 110.66 T

17/07/2006 7.05993E+13 1.79927E+20 -6.400299 7.58 149.39 T

28/03/2005 2.43022E+16 7.05093E+21 -5.499744 8.66 128.61 T

10/10/2002 2.6392E+14 2.05469E+20 -5.895604 7.65 128.85 T

04/05/2000 4.33089E+14 2.07029E+20 -5.732459 7.66 93.26 T

17/02/1996 2.41807E+15 2.31335E+21 -5.937526 8.24 133.60 T

01/01/1996 3.07426E+15 8.16177E+20 -5.495879 8.05 78.78 T

14/03/2006 2.06215E+13 2.64793E+19 -6.282806 7.02 65.28 T

12/09/2007 1.39945E+16 6.77696E+21 -5.721276 8.65 121.59 T

25/10/2010 1.29643E+14 2.67479E+20 -6.344626 7.73 119.01 T

26/12/2004 5.47744E+16 5.72705E+21 -5.033112 8.62 329.67 T

21/01/2007 4.53191E+14 4.6417E+20 -6.052173 7.90 58.66 NT

29/09/2010 3.17282E+13 1.46835E+20 -6.767147 7.49 69.38 NT

27/02/2015 3.20444E+13 1.52261E+20 -6.770862 7.56 43.71 NT

19/10/2001 1.53504E+14 5.12967E+20 -6.686076 7.87 85.46 NT

24/09/2015 2.7903E+13 1.79983E+19 -5.832888 6.93 61.07 NT

24/02/2001 1.17337E+14 5.16821E+19 -5.802072 7.25 45.70 NT

03/04/2011 1.34009E+13 8.67367E+18 -5.786432 6.70 76.25 NT

02/09/2009 7.73571E+14 3.09221E+20 -5.824591 7.49 56.73 NT

10/02/2012 1.68766E+13 2.1539E+19 -6.11233 6.96 82.40 NT

118
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

08/11/2015 1.42022E+12 7.74546E+18 -6.702394 6.63 68.72 NT

24/10/2017 6.31202E+12 1.07785E+19 -6.423095 6.79 39.92 NT

Pada Tabel II diatas terlihat bahwa secara non-tsunami. Nilai tersebut tidak terdapat kecocokan
keseluruhan gempa yang menimbulkan tsunami antara nilai Mwp dengan durasi rupture seperti yang
memiliki To yang lebih besar dibandingkan gempa terlihat pada grafik berikut :

Gambar 4. Perbandingan To dan Mwp

Dari grafik diatas didpatkan bahwa gempa yang didapat gempa dapat menimbulkan tsunami dengan
menimbulkan tsunami memiliki To > 70s. Nilai ini niali To > 55s.
cukup berbeda dari hasil [6] yang memiliki batas To
Nilai Θ dilakukan analisis dengan regresi linear
> 50s. Hal ini dapat disebabkan karena dalam analisis
untuk mendapatkan karakteristik gempa berpotensi
ini penulis juga menggunakan data gempa yang tidak
tsunami. Berikut grafik perbandingan E dengan
menimbulkan tsunami. Selain itu apabila diambil
Modengan level confidence 95%.
batas bawah nilai To gempa yang berpotensi tsunami

19
E vs Mo
TT
17 T
T T
T NTNT
T T T
T NT
Log_E

15 NT
NT T T NTT
NT
NT NT
NT
13 NT

11
18.5 19 19.5 20 20.5 21 21.5 22 22.5
Log_Mo

Gambar 5. Perbandingan E dan Mo

Grafik diatas memiliki standar error 0.394 dan dikategorikan sebagai Tsunamigenic Earthquake
terdapat korelasi nilai antara Mo dengan E yaitu memiliki -5.4 < Θ < -4.7, Tsunami earthquake
0.888. Tingkat kecocokan ini cukup tinggi karena memiliki -6.3 ≤Θ ≤ -5.4, dan Non-Tsunami
mendekati 1. Dari grafik diatas diketahui gempa yang Earthquake memiliki Θ ≤ -6.3.
dapat menimbulkan tsunami memiliki -6.3 ≤Θ ≤ -4.7.
Berdasarkan hasil analisis [10] yang Perbandingan Mwp menggunakan metode [12]
mengelompokkan jenis gempa penyebab tsunami dengan Mw Global CMT memiliki korelasi sebesar
menjadi tsunamigenic earthquake dan tsunami 0.859 deengan standar deviasi 0.594. Hasil
earthquake. Dalam penelitiannya tsunamigenic perhitungan korelasi ini menunjukkan bahwa
earthquake memilki -5.8 <Θ < -4.9 dan tsunami perhitungan momen magnitude gelombang
earthquake memilki Θ ≤-5.8. Hasil ini cukup sesuai Pkonsisten dengan momen magnitude Global CMT.
dengan hasil dari grafik diatas yaitu gempa yang

119
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Mwp Vs Mw_GCMT
9.5
9 y = 0.8423x + 1.3469
8.5
Mwp

8
7.5
7
6.5
6
6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5
Mw_GCMT

Gambar 6. Grafik Model 3 untuk Mwp

Residual -vs- Observation


0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
Residual

0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
12/12/1992
21/01/1994
02/06/1994
17/07/2006
28/03/2005
10/10/2002
04/05/2000
17/02/1996
01/01/1996
14/03/2006
12/09/2007
25/10/2010
26/12/2004
21/01/2007
29/09/2010
27/02/2015
19/10/2001
24/09/2015
24/02/2001
03/04/2011
02/09/2009
10/02/2012
08/11/2015
24/10/2017

Gambar 7. Perbandingan nilai residual dan observasi

Dari hasil residual untuk setiap gempa terlihat dini tsunami. Selain itu, gempa bumi 14 Maret 2016
Mwp memiliki selisih dengan Mw GCMT ialah 0.4 dengan magnitudo momen Global CMT 6.7 sangat
sampai -0.4. Selisih ini tidak telalu siginifikan dan berbeda dengan ketentuan yang dikeluarkan BMKG
jika dilihat gempa yang tidak menimbulkan tsunami sedangkan jika dilihat Mwp nya ialah 7.02.
memiliki residual lebih besar dibandingkan gempa Penentuan mekanisme sumber dengan metode W
yang menyebabkan tsunami. Gempa dengan Mw > 7 phase untuk setiap gempa bumi didapatkan seperti
memiliki selisih dengan Mwp yaitu -0.3 sampai pada gambar berikut:
0.07, nilai ini tidak terlalu signifikan dan dapat
dinilai baik.. BMKG mengeluarkan potensi tsunami
dengan Mw > 7 dan hal ini membuktikan bahwa
Mwp cocok sebagai nilai magnitudo pada peringatan

120
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Gambar 8. Peta data sebaran seismik

Warna hijau pada bola fokal menyatakan Non- yang terlihat pada Tabel III. Metode ini memiliki
Tsunami Earthquake dan bola fokal dengan warna RMS yang tidak terlalu besar yaitu < 0.6 dan rasio
merah menyatakan gempa bumi penyebab tsunami. terhadap mekanisme sumber Global CMT yang
Lokasi episenter setiap gempa juga ditentukan mendekati 1.
dengan metode W-Pahase dan terlihat semua gempa
berada di laut. Gempa bumi penyebab tsunami pada
jalur megathrust memiliki mekanisme sumber naik
sedangkan pada daerah Sulawesi dan Papua terdapat
4 gempa yang mekanisme sumbernya oblique
reverse. Gempa yang tidak menyebabkan tsunami
terlihat terdapat 6 gempa yang memiliki mekanisme
sumber strike-slip dan 5 gempa memiliki mekanisme
sumber naik ataupun turun. Seperti pada gempa bumi
29 September 2010 di selatan kapala burung pulau
Papua memiliki mekanisme sumber reverse. Hal ini
menujukkan bahwa gempa bumi yang berpotensi
tsunami memiliki mekanisme sumber normal dan
reverse ataupun obliq normal atau obliq reverse.
Tetapi gempa bumi yang tidak berpotensi tsunami
tidak selamanya memiliki mekanisme sumber strike-
slip.
Hasil inversi Mekanisme sumber yang diperoleh Gambar 9. Hasil inversi mekanisme sumber dengan
dengan metode W phase dapat terlihat pada Gambar Metode W phase pada gempa 14 Maret 2006
3.8. Metode W phase memberikan strike, dip, rake,
momen tensor, dan magnitudo momen (Mw) seperti

Tabel III. Hasil Pengolahan dengan metode W phase


Event Long/Lat Depth (km) Strike/dip/rake Ratio Epsilon WRMS GAP Mw

20101025 99.32/-3.71 12.00 312.2/11/90.9 1.43 0.13 0.37 152.90 7.72


20070912 100.99/-3.78 24.42 327.9/9.3/109.5 1.19 0.10 0.34 170.10 8.43
20060717 107.78/-10.28 20.00 281.7/7.9/83.6 1.15 0.19 0.49 58.50 7.67
20060314 127.31/-3.35 13.00 273.1/62.8/-22.7 1.06 0.69 0.42 124.90 6.69
20050328 97.07/1.67 25.79 326.5/9.3/105.3 1.29 0.12 0.37 62.50 8.54
20041226 94.26/3.09 28.61 314.9/10.6/81.9 1.21 0.27 0.44 135.10 8.94
20021010 134.3/-1.79 15.00 242.2/57.1/-1.3 0.74 0.74 0.48 60.10 7.63
20000504 123.7901/-1.69 30.50 40.9/61.8/156.3 0.98 0.77 0.43 104.00 7.53
19960217 136.62/-0.67 15.00 107.9/16.2/86.2 1.72 0.29 0.21 57.10 8.03

121
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

19960101 119.93/0.74 15.00 34.8/9.3/62.5 1.73 0.19 0.38 84.60 7.70


19940602 113.04/-11.03 15.00 271/8.7/86 1.31 0.10 0.36 94.50 7.67
19940121 127.8/1.2 15.00 79.8/72.7/-178.5 1.10 0.16 0.54 108.40 6.91
19921212 122.49/-8.34 20.40 70.6/30.2/86.1 0.92 0.37 0.28 210.60 7.76
20171024 122.72/-7.35 250.50 219.7/50.9/-129.2 1.03 0.41 0.60 344.00 6.71
20151108 94.78/6.76 14.83 57.6/70.7/-4.6 0.95 0.35 0.41 183.90 6.56
20150924 131.23/-0.62 18.89 295.9/32.9/83.5 1.02 0.40 0.34 191.70 6.58
20150227 122.5/-7.35 551.54 35.7/45.1/157.1 1.16 1.99 0.56 100.00 6.93
20120110 92.98/2.59 23.70 193.5/56.2/4.5 1.00 0.70 0.46 126.00 7.19
20110403 108.02/-10.2 30.50 84.6/39.6/-131.6 0.99 0.23 0.32 7.00 6.73
20100929 133.78/-4.92 17.68 175/41.1/-92.8 1.21 0.18 0.49 49.40 6.91
20090902 107.33/-8.12 53.23 284.8/20.4/81.6 0.71 0.33 0.46 156.10 7.07
20070121 126.21/1.1 22.25 40.2/34.8/118 0.95 0.12 0.46 51.50 7.48
20011019 124.11/-4.31 18.80 88.4/78.4/-3.3 0.93 0.31 0.47 107.10 7.47

20010224 126.42/1.55 42.80 192.3/39/74 0.94 0.13 0.39 92.10 7.05

Dari hasil pengolahan data pada Tabel III 0.8 sedangkan nilai GAP ialah distribusi azimuth
membuktikan dan meperkuat teori bahwa metode W stasiun jaringan seismik yang tidak ada atau kosong.
phase efektif dalam menentukan mekanisme sumber Selain dari pengolahan diatas Metode W phase
gempa bumi dengan stasiun tele. Hal itu dapat terlihat dapat dikatakan berhasil jika salah satunya dengan
dengan RMSnya rata rata kurang dari 0,6. Metode W melihat hasil fitting antara sinyal sintetis dengan
phase juga memiliki rasio dengan Global CMT yaiu observasi. Kesesuaian hasil fitting dapat
antara 0.7 dan 1.7. Nilai ini menunjukkan bahwa mempengaruhi momen tensor, magnitudo, dan bola
metode W phase memiliki kesesuaian yang cukup fokal itu sendiri. Pada kenyataannya fitting yang
signifikan dengan acuan global yaitu Global CMT. dilakukan terdapat stasiun atau komponen yang
Epsilon merupakan standar kesalahan data dan pada sedikit berbeda seperti yang ditunjukkan pada
hasil pengolahan didapatkan nilai epsilon kurang dari Gambar 3.9.

Gambar 10. Fitting sinyal sintetis dengan obsrvasi pada gempa 12 September 2007

Hasil validitas dengan fitting sinyal sintetis dan dijadikan sebagai dasar penentuan mekanisme
observasi yang baik dapat membuat kecocokan antara sumber dalam peringatan dini tsunami.
hasil Metode W phase dan GCMT tinggi. Pengolahan
4. KESIMPULAN DAN SARAN
data dengan metode ini cukup cepat dan memiliki
hasil yang sesuai dengan Global CMT sehingga dapat Dari 24 data gempa bumi disimpulkan gempa
bumi yang menyebabkan tsunami memilki

122
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

karakteristik To > 70s dan -6.3 ≤Θ ≤ -4.7 dan gempa 3. Kanamori, H., dan Rivera, L., 2008, Source
bumi yang tidak menimbulkan tsunami memiliki nilai Inversion of W phase, Speeding Up Seismic
To yang lebih kecil dan rasio radiasi energi dan Tsunami Warning, Geophys. J. Int., 175, 222–238,
momen seismik yang lebih rendah. Gempa bumi ini doi: 10,1111/j,1365-246X,20083887.x.
dapat dibedakan menjadi Tsunamigenic Earthquake,
Tsunami earthquake, dan Non-Tsunami Earthquake. 4. Kanamori H., 1977, The Energy Release in Great
Tsunamigenic Earthquake memiliki To yang lebih Earthquake, J. Geophys. Res. 82, 2981-2987.
besar diibandingkan Tsunami Eartquake. Gempa 5. Kanjo K., T. Furudate, dan Tsuboi S., 2006,
bumi tipe ini memiliki rasio radiasi energi dan Application of Mwp of the Great December 26,
momen seismik memiliki -5.4 < Θ < -4.7. Sedangkan 2004 Sumatra Earthquake, Earth Planet Space. 58,
untuk Tsunami earthquake memiliki -6.3 ≤ Θ ≤ -5.4 121-126.f
dan Non-Tsunami Earthquake memiliki Θ ≤ -6.3.
6. Madlazim, 2011. Toward Indonesian Early
Penentuan magnitudo dengan Mwp juga dapat
dijadikan pertimbangan dalam peringatan dini Warning System by Using Rapid Rpture Duration
tsunami karna memiliki korelasi 0.888 dan Calculation, Journal of Tsunami Society
perhitungannya cepat. Korelasi ini menunjukkan International, Vol.30, Nomer 4.
bahwa Mwp memiliki tingkat kecocokan yang cukup 7. Natawidjaya, D.H., 2007. Gempa Bumi dan
tinggi dengan Mw di Global CMT. Selain itu Tsunami di Sumatera dan Upaya untuk
parameter lain sebagai peringatan dini tsunami ialah Mengembangkan Lingkungan Hidup yang Aman
mekanisme sumber. Mekanisme sumber gempa dari Bencana Alam. Vol. 136.
penyebab tsunami ialah oblique normal atau oblique
reverse sedangkan untuk gempa bumi yang tidak 8. Perdanawati Mega, Gunawan Ibrahim, dan Tri
berpotensi tsunami memiliki mekanisme sumber Wahyu Hadi, 2012, Studi Penelitian Moment
tidak selamanya strike-slip walaupun relative strike- Magnitude (Mwp)Menggunakan Sinyal
slip. Hasil inversi Metode W phase menggunakan Gelombang PBroadband, Fakultas Ilmu dan
jaringan stasiun seismik tele terdapat kesesuaian Teknologi Kebumian ITB.
dengan Global CMT.
9. Sugeng, Nanang T. Puspito, Afnimar, dan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan Gunawan Ibrahim, 2012, Ratio of Radiated
BMKG sebagai pertimbangan peringatan dini Seismic Energy and Moment to Determine Source
tsunami. Dalam mewujudkan SDG’s diperlukan Mechanism of The 2010 Mentawai Tsunami
kesiapsiagaan dalam bencana sehingga penilitian ini Earthquake, Institut Teknologi Bandung.
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penlitian
selanjutya 10. Sugeng, Afnimar, Nanang T, Gunawan Ibrahim,
2013,Characteristics of Earthquake-Generated
5. REFERENSI Tsunamis in Indonesia Based on Source Parameter
1. G.P., Hirshorn, B., dan Weinstein, S., 2011, Real- Analysis, Institut Teknologi Bandung.
time WPhase Inversion during the 2011 off the
11. Sugeng, N. T. Puspito4, T. Yudistira4, Afnimar, G.
Pacific coast of Tohoku Earthquake, Earth Planet
Ibrahim, B. I. Laksono, dan Z. Adnan, 2014,
Space, 63, 535–539.
Identification of Earthquakes That Generate
2. Herfina, Sugeng Pribadi, dan Darwin Harahap, Tsunamis in Java and Nusa Tenggara Using
2015, studi mekanisme fokus berdasarkan metode Rupture Duration Analysis, Institut Teknologi
w phase (studi kasus gempabumi aceh 26 Bandung.
desember 2004 dan gempabumi nias 28 maret
2005), Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi 12. Tsuboi, S., Abe, K., Takano, K. & Yamanaka, Y.,
dan Geofisika. Rapid Determination of Mw from Broadband P
Waveforms, Bull. Seism. Soc. Am., 83, pp.
606613, 1995.

123
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Analisis Korelasi Kepadatan Bangunan Terhadap Tingkat Kuat Arus


Sambaran Petir di Wilayah Kota Makassar
Erwan Susanto
Geofisika / Stasiun Geofisika Kelas II Gowa / Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Email : erwansusanto0305@gmail.com
Jl. Malino Km 2, Tamarunang, Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia

Abstrak — Petir merupakan salah satu fenomena alam yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Setiap kali petir
menyambar mengeluarkan energi yang sangat besar sehingga sering menimbulkan kerugian fisik, material bahkan
menimbulkan korban jiwa. Kota Makassar merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini
berbanding lurus dengan jumlah bangunan di kota Makassar, dari data BPS tercatat jumlah bangunan di seluruh wilayah
Kota Makassar mencapai 177.882 bangunan permanen, 52.378 bangunan semi permanen dan 26.309 bangunan non
permanen. Dalam UU RI Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengatur bahwa BMKG
memiliki tugas pokok dan fungsi dalam pengamatan, pengolahan, analisa salah satunya pada bidang kelistrikan udara atau
petir yang berada dibawah Sub. Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu. Dari latar belakang tersebut maka dilakukan
penelitian mengenai analisis antara kepadatan bangunan yang akan dikorelasikan terhadap tingkat kuat arus sambaran petir
di wilayah Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan data petir tipe CG (Cloud to Ground) tahun 2017 hasil rekaman
sensor Lightning Detector Boltek BMKG Stasiun Geofisika Kelas II Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara kepadatan bangunan terhadap tingkat kuat arus sambaran petir di wilayah Kota Makassar. Hasil penelitian
ini diharapkan mampu menjadi informasi bagi pemerintah dan masyarakat khususnya di wilayah Kota Makassar. Penelitian
ini menggunakan metode analisis spasial dengan metode classtering. Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa
korelasi antara kepadatan banguna dengan tingkat kuat arus sambaran petir adalah lemah dengan hubungan keduanya adalah
berbanding terbalik dengan nilai koevisien korelasinya adalah -0.26.

Kata Kunci — Petir Tipe CG, Lightning Detector Boltek, Kepadatan Bangunan, Kuat Arus

1. PENDAHULUAN Meteorologi. Pelaksanaan pengamatan listrik udara


dengan alat Lightning Detectordilakukan secarareal
Petir merupakan salah satu fenomena alam
time selama 24 jam penuh.
yangerat kaitannya dengan kehidupan manusia.
Setiap kali petir menyambar mengeluarkan energi Rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam
yang sangat besar sehingga sering menimbulkan penelitian ini adalah bagaimana korelasi antara
kerugian bagi manusia, baik kerugian fisik, material kepadatan bangunan dengan tingkat kuat arus
bahkan tidak jarang juga menimbulkan korban jiwa. sambaran petir di wilayah Kota Makassar?
Kota Makassar merupakan ibukota Provinsi Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
Sulawesi Selatan, hal ini menyebabkan Kota adalah untuk mengetahui hubungan antara kepadatan
Makassar memiliki julmah penduduk yang cukup bangunan dengan tingkat kuat arus sambaran petir di
tinggi. Menurut catatan BPS pada tahun 2017 jumlah wilayah Kota Makassar.
penduduk di Kota Makassar mencapai 1.469.691
Penelitian ini mengguakan dua variabel data
jiwa. Hal ini berbanding lurus dengan jumlah
yang selanjutnya akan dihitung nilai koefisien
bangunan di kota Makassar, dari data BPS tercatat
korelasinya. Variabel data yang pertama adalah
jumlah bangunan di seluruh wilayah Kota Makassar
kepadatan bangunan yang merupakan peubah bebas.
mencapai 177.882 bangunan permanen, 52.378
Variabel data yang ke dua adalah kuat arus sambaran
bangunan semi permanen dan 26.309 bangunan non
petir yang merupakan peubah bergantung.
permanen.
Pengertian Petir. Petir adalah salah satu
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
peristiwa alam, yang berupa pelepasan muatan listrik
merupakan instansi pemerintah yang erat kaitannya
dengan arus yang cukup tinggi dan bersifat
dengan mitigasi bencana. Dalam UU RI Nomor 31
transient (singkat) yang terjadi di atmosfer.
Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan
Penyebabnya adalah berkumpulnya ion bebas
Geofisika mengatur
bermuatan positif (+) dan negatif (-) diatmosfer
bahwa BMKG memiliki tugas pokok dan fungsi khususnya diawan Cumulonimbus (CB). Ion listrik
dalam pengamatan, pengolahan, analisa salah satunya tersebut dihasilkan oleh gesekan antara partikel uap air
pada bidang kelistrikan udara atau petir yang berada di awan dan juga kejadian ionosasi ini disebabkan oleh
dibawah Sub. Bidang Geofisika Potensial dan Tanda perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau
Waktu. BMKG memasang banyak sensor Lightning sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Besarnya
Detector untuk menunjang pengamatan kelistrikan energy dari pelepasan muatan tersebut menimbulkan
udara yang tersebar di seluruh Stasiun Geofisika terjadinya guntur atau halilintar yaitu rentetan cahaya,
seluruh Indonesian ditambah beberapa Stasiun panas dan bunyi yang sangat kuat. Ketika akumulasi

124
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

muatan listrik dalam awan tersebut telah membesar


dan stabil, maka lompatan listrik yang terjadi tersebut
akan merambah kemassa bermedan listrik lainnya.
Perbedaan tegangan litrik saat terjadi petir adalah
melebihi beberapa juta volt, seperti dalam [4].
Petir didalam awan (Intra Cloud/ IC). Petir IC
adalah jenis petir yang paling sering terjadi. Petir jenis
ini disebabkan karena adanya pusat - pusat muatan
yang berbeda dalam satu awan.
Petir dari awan ke awan (Cloud to Cloud /CC).
Petir jenis CC terjadi karena adanya dua muatan yang
berbeda pada awan yang berbeda.
Petirawan keudara (Cloud to Air/ CA). Petir Gambar 2. Cloud to Cloud(CC)(Sub Bidang Magnet
jenis CA terjadi akibat udara disekitar awan positif Bumi dan Listrik Udara, 2014)
(+)berinteraksi dengan udarayang bermuatan negatif
(-).
Petir dari awan ketanah (Cloud to Ground/
CG). Petirjenisini adalah yang paling berbahayadan
merusak karena petir jenis CG adalah jenis petir yang
langsung bersinggungan dengan aktifitas manusia.
Petir CGnegatif (-). Pada petir jenis ini terjadi
sambaran berulang–ulangdan bercabang–cabang. Petir
tipe ini terjadi akibat induksi medan listrik positif (+)
di permukaan bumi dengan bagian pusat awan yang
bermuatan negatif (-).
Petir CG positif (+). Pada petir jenis ini hanya
terjadi satukali sambaran. Petir jenis ini terjadi akibat
induksi medan listrik negatif (-) di permukaan bumi Gambar 3. Cloud to Air (CA) (Sub Bidang Magnet
dengan bagian atas awan yang terkonsentrasi muatan Bumi dan Listrik Udara, 2014)
listrik positif (+).

Gambar 4. Cloud to Ground (CG) (Sub Bidang


Gambar 1. Intra Cloud (IC) (Sub Bidang Magnet Magnet Bumi dan Listrik Udara, 2014)
Bumidan Listrik Udara, 2014)

125
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

tempat maka awan bermuatan tersebut akan memiliki


beda potensial yang cukup untuk terjadinya proses
penyambaran ke permukaan bumiyang disebut dengan
petir.
2. Proses gesekan antar awan
Gesekan antar awan yang disebabkan oleh
pergerakan awan yang mengikuti arah angin
menyebabkan timbulnya elektron – elektron bebas
yang memenuhi permukaan awan. Awan yang
bergerak sesuai arah angin akan saling bergesekan
sehingga menghasilkan elektron – electron bebas yang
memenuhi permukaan awan. Ketika awan – awan ini
berkumpul disuatu daerah, maka elektron - elektron
bebas ini akan saling menguatkan sehingga cukup
Gambar 5. Petir CG negatif (Sub Bidang Magnet beda potensial untuk terjadinya suatu sambaran petir.
Bumi dan Listrik Udara, 2014)

Gambar 7. Proses terjadinya petir CG (Susanto, 2017)

Pada gambar 7. terlihat bahwa proses terjadinya


petir CG diawali dengan adanya stepped leader (lidah
petir) berbentuk seperti tangga sepanjang 50 meter
dalam waktu 1 mikro detik yang menjalar ketanah.
Selanjutnya muatan negatif yang kuat akan menolak
semua muatan negatif yang berada dekat dengan
daerah sambaran dipermukaan Bumi, dan akan
Gambar 6. Petir CG positif (Sub Bidang Magnet Bumi menarik semua muatan positif yang jumlahnya besar
dan Listrik Udara, 2014) ketika stepped leader mendekati tanah. Akhirnya
potensial listrik dari lidah petir yang terhubung
Proses terjadinya petir. Petir terjadi diakibatkan dengan tanah dan muatan negatif akan mengalir
karena adanya perbedaan potensial antara dua medium kebawah melalui saluran yang sudah terbentuk, seperti
yang mengakibatkan terjadinya perpindahan muatan dalam [8]
untuk mencapai kesetimbangan. Udara merupakan
media yang dilalui elektron dalam pelepasan muatan Lightning Detector (LD). Lightning Detector
tersebut. Petir bisa terjadi antar awan, dalam awan itu adalah alat untuk merekam kejadian petir yang terdiri
sendiri, antara awan dengan udara dan antara awan dari beberapa perangkat yaitu sensor, kabel konektor,
dengan tanah. PCI atau modem pengolah data dan seperangkat
komputer. Setiap kali terjadi loncatan petir maka akan
Seperti pada [4] bahwa teori dasar tentang menghasilkan beberapa pulsa listrik (sambaran) yang
terbentukny apetir ada dua,yaitu : akan terdeteksi oleh antenna pada sistem Boltek.
1. Proses Ionisasi Ketika setiap kali terjadi petir maka petir akan
megeluarkan gelombang elektromagnetik. Gelombang
Petir terjadi akibat pelepasan muatan listrik elektromagnetik tersebut selanjutnya akan ditangkap
(Electrical Discharge) di atmosfer yang disebabkan oleh sensor LD berdasarkan frekuensinya. Kemudian
akibat berkumpulnya ion bebas bermuatan positif dan akan diterjemahkan oleh PCI Card Strom Tracker.
negatif di awan. Gesekan antar awan menyebabkan Dengan Program Display LD-2000, maka dapat
terbentuknya ion listrik dan peristiwa perubahan menghasilkan berbagai macam parameter petir, seperti
bentuk air dari bentuk cair menjadi gas atau dalam [8].
sebaliknya, atau padat (es) menjadi cair menyebabkan
terjadinya peristiwa ionisasi. Terdapat ion bebas Pemasangan sensor Lightning Detector adalah
bermuatan positif dan negatif di awan. Ion – ion menghadap ke utara untuk mengetahui lokasi petir, hal
tersebut bebas bergerak mengikuti arah angin, apabila ini bertujuan untuk mengetahui azimuth petir.
awan-awan bermuatan tersebut berkumpul disuatu Perhitungan perkiraan jarak petir dari sensor adalah
dengan menghitung delay time dikalikan dengan

126
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

kecepatan gelombang yang diidentifikasi oleh 𝑋


𝑑= (1)
Software LD 2000 sebagai petir. Delay time adalah 𝐴𝑊𝑖𝑙
selisih waktu antara gelombang yang diidentifikasi
sebagai lidah petir dengan petir utama. Keterangan:
𝑑 : kepadatan bangunan
X : jumlah bangunan
𝐴𝑊𝑖𝑙 : luas wilayah
Metode dalam menentukan tingkat kuat arus
sambaran petir per kecamatan adalah sebagai berikut:
1. Data petir awal format *.ldc dirubah menjadi
format *.xls dengan softwareAnalisis Petir V72.
2. Memotong data petir yang berada diluar Kota
Makassar dengan softwareAnalisis Petir V72.
3. Melakukan Joines and Relates data petir dengan
basemap Kota Makassar dengan softwareArc Gis
10.3.
4. Melakukan clastering data petir tiap kecamatan
di Kota Makassar dan selanjutnya dijumlahkan
Gambar 8. Prinsip kerja LightningDetector (Sub nilai kuat arus per kecamatan.
Bidang Magnet Bumi dan Listrik Udara, 2014) 5. Membagi nilai kuat arus menjadi 3 tingkatan dan
selanjutnya dipetakan dengan softwareArc Gis
Koefisien korelasi. Suatu koefisien dibutuhkan 10.3.
untuk menentukan hubungan antara dua variabel
untuk mengetahui tingkat tinggi atau rendah nya Metode untuk menentukan koefisien korelasi
korelasi atau hubungannya. Koefisien korelasi adalah antarakepadatan bangunan terhadap tingkat kuat arus
nilai yang menunjukkan kuat atau tidaknya hubungan sambaran petir di wilayah Kota Makassar adalah
linier antara dua variabel. Koefisien korelasi biasa dengan regresi linier pada Software Exel.
dilambangkan dengan huruf r dimana nilai r 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
bervariasi dari 1 sampai dengan -1. Nilai positif
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel adalah Penelitian ini dilakukan dengan menbandingkan
berbanding lurus, sedangkan nilai minus berarti dua variabel dan selanjutnya dicari nilai koevisien
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel adalah korelasinya. Variabel yang akan dibandingkan adalah
berbandung terbalik. Nilai r mendekati 1 atau -1 nilai kuat arus sambaran petir per kecamatan di
menunjukkan bahwa hubungan korelasi antara dua wilayah Kota Makassar dengan nilai kepadatan
variabel adalah sangat kuat, sedangkan untuk nilai r bangunan di wilayah Kota Makassar. Nilai kepadatan
mendekati 0 menunjukkan bahwa hubungan korelasi bangunan per kecamatan diperoleh dengan cara
antara kedua variabel adalah sangat lemah. membagi jumlah bangunan dengan luas wilayah
kecamatan. Pada penelitian ini jumlah bangunan yang
2. METODOLOGI PENELITIAN diperhitungkan adalah bangunan jenis permanen dan
Penelitian ini menggunakan data petir tipe CG semi permanen, karena secara teori bangunan tersebut
selama tahun 2017 yang tercatat di Lightning Detector bersifat konduktor daripada bangunan yang terbuat
Stasiun Geofisika Gowa, data luas wilayah per dari papan atau kayu.
kecamatan dan data jumlah bangunan di Kota
Makassar dari BPS. Tabel I. Jumlah kuat arus dan kepadatan bangunan
per kecamatan di Kota Makassar
Penelitian ini secara garis besar menggunakan No
Nama Jumlah Kuat Arus Kepadatan Bangunan
metode analisis spasial dengan metode classtering. Kecamatan (KA) (Bangunan/Km²)
1 Wajo 8 27900.50
Metode analisis spasial adalah metode analisis yang
2 Ujung Tanah 12 1004.55
berhubungan dengan ruang, dalam hal ini adalah 3 Ujung Pandang 3 2109.89
kecamatan di wilayah Kota Makassar. Metode 4 Tamalate 121 499.26
classtering dalan hal ini adalah menggelompokkan 5 Tamalanrea 442 1567.21
data petir berdasarkan kecamatan di wilayah Kota 6 Tallo 75 1003.26
7 Rappocini 14 2349.19
Makassar. 8 Panakkukang 198 1223.64
Metode dalam menentukan kepadatan bangunan 9 Mariso 4 3985.71
10 Manggala 102 923.65
per kecamatan di wilayah Kota Makassar adalah 11 Makassar 7 3218.65
dengan rumus sebagai berikut: 12 Bontoala 2 7565.24
13 Biringkanaya 245 1231.65
14 Mamajang 0 1260.00

127
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Tabel I adalah tabel jumlah kuat arus dan 30000.00


kepadatan bangunan di wilayah Kota Makassar.

Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan tiap kecamatan diperoleh dengan
menjumlah bangunan permanen dengan bangunan 20000.00
semi permanen dan selanjutnya dibagi dengan luas
wilayah tiap kecamatan. Kepadatan bangunan 10000.00
dinyatakan dengan satuan Bangunan/Km². Jumlah
kuat arus adalah total dari kuat arus sambaran petir 0.00
tiap kecamatan selama tahun 2017 di wilayah Kota 0 200 400 600
Makassar. Kuat arus sambaran petir dinyatakan -10000.00
dengan satuan Kilo Ampere (KA). Dari tabel diatas Kuat Arus
terlihat bahwa Kecamatan Wajo, Ujung Pandang,
Rappocini, Mariso dan Makassar memiliki kepadatan
Gambar 10. Grafik koefisien korelasi antara kepadatan
bangunan tinggi
bangunan dengan kuat arus di Kota Makassar

Gambar 10. diatas adalah koefisien korelasi


antara kepadatan bangunan terhadap tingkat kuat arus
sambaran petir setelah dilakukan perhitungan hasilnya
adalah -0.26. Nilai koefisien korelasi tersebut dapat
diartikan bahwa korelasi minus dapat diartikanbahwa
kedua variabel tersebut memiliki hubungan
berbanding terbalik. Hubungan berbanding terbalik
artinya adalah semakin besar nilai kepadatan
bangunan suatu daerah makan tingkat kuat arus
sambaran petirnya akan semakin kecil. Besarnya
koefisien yang mendekati angka 0 dapat diartikan
bahwa hubungan antara kepadatan bangunan dan
tingkat kuat arus sambaran petir kurang kuat meskipun
dalam hubungan berbalik arah.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
Gambar 9. Peta tingkat kuat arus di Kota Makassar bahwa daerah dengan kepadatan bangunan tinggi
adalah Kecamatan Wajo, Ujung Pandang, Rappocini,
Gambar 9. adalah peta tingkat kuat arus Mariso dan Makassar. Kecamatan dengan tingkat kuat
sambaran petir per kecamatan di wilayah Kota arus tinggi adalah Kecamatan Tamalate, Tamalanrea,
Makassar. Penelitian ini tingkat kuat arus sambaran Panakkukang, Manggala dan Biringkanaya. Korelasi
petir dibagi menjadi tiga tingkat yaitu rendah, sedang antara kepadatan banguna dengan tingkat kuat arus
dan tinggi. Tingkat kuat arus rendah ditandai dengan sambaran petir adalah lemah dengan hubungan
warna hijau dengan nilai kuat arus kurang dari 49 KA, keduanya adalah berbanding terbalik dengan nilai
tingkat kuat arus sedang ditandai dengan warna koevisien korelasinya adalah -0.26.
kuning dengan nilai kuat arus antara 49 KA s.d 98 KA Saran untuk peneliti selanjutnya untuk
dan tingkat kuat arus tinggi ditandai dengan warna mengambil studi kasus di daerah dengan jumlah kuat
merah dengan nilai kuat arus lebih dari 98 KA. arus sambaran petir yang lebih tinggi dan kepadatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah bangunan yang lebih tinggi agar korelasi antara
dengan tingkat kuat arus sambaran petir tinggi adalah kepadatan bangunan dengan tingkat kuat arus lebih
Kecamatan Tamalate, Tamalanrea, Panakkukang, terlihat dengan jelas.
Manggala dan Biringkanaya. Daerah dengan tingkat 5. REFERENSI
kuat arus sambaran petir sedang adalah Kecamatan
Tallo dan sisanya mempunyai tingkat kuat arus 1. Arafat, I.B.F., 2015, Analisis Tingkat Kerawanan
sambaran petir rendah. Bahaya Sambaran Petir Dengan Metode Simple
Additive Weighting (SAW) di Wilayah Kabupaten
dan Kota Bogor, Jurusan Geofisika, STMKG,
Tangerang Selatan.
2. BPS Kota Makassar, 2017, Makassar dalam
Angka, BPS Kota Makassar, Makassar
3. Gunawan,T., Naomi, L., dan Pandiangan,

128
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

L.,2014, Analisis Tingkat Kerawanan Bahaya Resiko Bahaya Sambaran Petir Dengan Metode
Sambaran Petir Dengan Metode Simple Additive Simple Additive Weighting di Wilayah Kota
Weighting di Provinsi Bali, Jurnal, BBMKG Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten
Wil.III, Denpasar Seram Bagian Barat, Jurusan Geofisika, STMKG,
Tangerang Selatan.
4. Husni, M., 2012, Magnet Bumi dan Listrik Udara,
STMKG, Tangerang Selatan. 8. Sub Bidang Magnet Bumi dan Listrik Udara, 2014,
Monitoring Petir di Indonesia, Jakarta.
5. Husni, M., 2016, Perkembangan Pengamatan Petir
BMKG, Seminar Ilmiah MKG Puslitbang BMKG, 9. Susanto, E., 2017, Analisis Spasial dan Temporal
Jakarta, 19 Oktober. Kejadian Petir CG di Wilayah Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan, Jurusan Geofisika, STMKG,
6. Radjah, R.E., 2016, Penentuan Tingkat
Tangerang Selatan.
Kerawanan Sambaran Petir di Wilayah Kabupaten
Sumba Timur Menggunakan Metode Simple 10. Uman, M.A., 2001, Lightning, Dover
Additive Weighting (SAW), Jurusan Geofisika, PublicationInc., New York.
STMKG, Tangerang Selatan.
11. Uman, M.A., 2001,The Lightning Discharge,
7. Riadi, T.D., 2016, Analisis Pemetaan Tingkat Academic Press Inc.,Orland.

129
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Deteksi Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas dengan


Konfigurasi Wenner-Schlumberger 1D dan Konfigurasi Wenner 2D di
Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar
Riatna*, Sri Wahyuni
Program Studi Geofisika, Departemen Fisika, Universitas Hasanuddin
*Email : riatnageofisika15@gmail.com

Tamalanrea Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, 90245 Makassar

Abstrak — Penelitian untuk mengetahui potensi air tanah telah dilakukan di Wilayah kelurahan Bira Kecamatan
Tamalanrea Kota Makassar dengan menggunakan metode geolistrik hambatan jenis. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger 1D dan konfigurasi Wenner 2D. Pengolahan data menggunakan software
IPI2win untuk 1D dan RES2DINV untuk 2D yang digunakan untuk memperoleh nilai resistivitas sebenarnya, kedalaman
dan ketebalan tiap-tiap lapisan di bawah permukaan bumi. Hasil menunjukkan diperoleh lapisan - lapisan dan kedalaman
yang dapat meloloskan air yang diduga sebagai akuifer air tanah dengan nilai resistivitas rendah yaitu 5,29 Ωm pada data
1D di kedalaman 15,5 meter sedangkan pada data 2D di peroleh resistivitas 2,54Ω𝑚 – 6,92Ωm di kedalaman 7,5 - 19
meter batuan yang teridentifikasi berupa lempung.

Kata Kunci — Aquifer, metode geolistrik, resistivitas.

1. PENDAHULUAN tersebut.Prinsip dasar metode geolistrik tahanan jenis


adalah Hukum Ohm, dimana hambatan diperoleh
Daya air adalah sumber daya berupa air yang
dengan mengukur beda potensial dan arus yang
berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air
dilewatkan dalam suatu penghantar.
meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri,
rumah tangga, rekreasi dan aktivitas lingkungan. Dari (1)
total keseluruhan sumber daya air, 97% air di bumi
adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang
lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es Dimana R adalah hambatan (tahanan)
di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dalamsatuan ohm,V beda potensial danIadalah arus
dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air yang dilewatkan. Karena medium di bawah
tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan bumi tidak homogen (sejenis), maka
permukaan tanah dan di udara. Airtanah adalah air terdapat pengertian hambatan jenis (resistivitas/r)
yang menempati rongga-rongga dalam lapisan yang bergantung dari pemasangan elektrode arus
geologi. Airtanah dapat juga didefinisikan sebagai air danpotensial atau faktor konfigurasi (k), selain
yang terdapat di bawah permukaan bumi. Salah satu tegangan yang terbaca (V) dan arus yang dikirimkan
sumber air tanah adalah air hujan yang meresap ke (I) sehingga nilai resistivitasnya dapat dituliskan
dalam tanah, melalui ruang pori antara butiran tanah. sebagai:
Proses ini dikenal dengan siklus hidrologi [5].
(2)
Untuk memperoleh sumber mata air harus
dilakukan dengan mencari lapisan aquifer di wilayah Pengukuran metode resistivitas adalah dengan
ini. Aquifer adalah lapisan batuan di bawah mengirimkan arus dan mengukur potensial, dengan
permukaan yang mengandung air. Namun, data jarak elektrode yang bervariasi sehingga diperoleh
tentang posisi dan sebaran aquifer di wilayah ini harga restivitas atau tahanan jenis untuk setiap jarak
belum diketahui. Oleh sebab itu perlu dilakukan elektroda tersebut [1].
penelitian untuk mengidentifikasi aquifer. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi Metode resistivitas sounding diterapkan untuk
lapisan bawah permukaan ialah metode geolistrik memetakan struktur resistivitas perlapisan horisantal
hambatan jenis [2]. daribawah tanah. Resistivitas batuan yang khusus
untuk hidrogeologi tujuannya memungkinkan
Metode Geolistrik tahanan jenis atau resistivitas misalnya, untuk membedakan antara air tawar dan air
adalah salah satu metode dalam geofisika yang asin,antara aquifers berpasir lunak dan bahan clayey,
memanfaatkan sifat kelistrikan batuan. Metode ini antara hardrockakuifer berpori / retak dan batu tanah
dilakukan dengan cara menginjeksikan arus dan liat permeabel rendah dan marlstone,dan antara batuan
mengukur tegangan atau potensial yang terbaca retak dengan air dan batuan induk yang solid.K
dipermukaan, sehingga diperoleh resistivitas atau disebut faktor geometrik (unit: meter) dan dapat
tahanan jenis antar lapisan batuan di bawah dihitung dari jarak elektroda dengan persamaan:
permukaan bumi. Harga tahanan jenis yang terbaca
digunakan sebagai dasar penafsiran litologi/batuan (3)

130
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Target geologi mungkin, misalnya, batuan


sedimen dengan litologi yang berbeda, akuifer berlapis
dari sifat yang berbeda, batuan sedimen di atas batuan
beku, atau zona pelapukan batuan beku. Dalam kasus
yang paling menguntungkan, jumlah lapisan,
ketebalan dan resistivitas mereka adalah hasil dari
survei resistivitas sounding. Ide dasar untuk
menyelesaikan perlapisan vertikal adalah dengan
meningkatkan secara bertahap elektroda penginjeksian
arus AB, yang mengarah ke peningkatan penetrasi
garis arus dan dengan cara ini untuk meningkatkan
pengaruh lapisan-lapisan pada resistivitas semu
(Gambar 2). Langkah-langkah mengukur resistivitas
jelas dengan diplot terhadap jarak elektroda saat ini
Gambar 1. Garis aliran dan equipotentials di tanah [3] dalam skala log / log dan interpolasi ke kontinu [3].
Umumnya, metode tahanan jenis ini hanya baik
untuk eksplorasi dangkal, sekitar 100 m. Jika
kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut, informasi
yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan
melemahnya arus listrik untuk jarak bentangan yang
semakin besar. Karena itu metode ini jarang
digunakan untuk eksplorasi dalam, sebagai contoh,
dalam eksplorasi minyak. Metode tahanan jenis ini
lebih banyak digunakan dalam engineering geology.
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode
geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua Gambar 2. Pengukuran resistivitas dengan
kelompok besar yaitu: [4] peningkatan jarak elektroda arus yang mengarah ke
peningkatan kedalaman penetrasi dari arus yang
1.1 Metode resistivity mapping
diinjeksikan Hasil dikompilasi dalam kurva yang
Metode resistivity mapping merupakan metode rmelengkung.
resistiviti yang bertujuan untuk mempelajari variasi
Plot ini disebut kurva sounding, yaitu data yang
tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara
diinversi untuk memperoleh resistivitas / struktur
horizontal. Oleh karena itu, pada metode ini
kedalaman tanah [3]
dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk
semua titik pengamatan di permukaan bumi. Setelah 2. METODOLOGI PENELITIAN
itu baru dibuat kontur resistivitasnya.
Penelitian geolistrik ini dilakukan di wilayah
1.2 Metode resistivity sounding (drilling) kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Kota
Makassar, Berikut lokasi pengukuran diperlihatkan
Metode resistivity sounding juga biasa dikenal
pada Gambar 3.
sebagai resistivity drilling, resistivity probing dan lain-
lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan
untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah
permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini
pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan
dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda.
Pengubahan jarak elektroda ini dilakukan secara
sembarang, tetapi dimulai dari jarak elektroda terkecil
kemudian membesar secara gradual. Jarak elektroda
ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang
terdeteksi. Makin besar jarak elektroda tersebut, maka
makin dalam lapisan batuan yang dapat diselidiki.
Pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan, jika
mempunyai suatu alat geolistrik yang memadai, alat
Gambar 3. Lokasi pengukuran geolistrikPengambilan
geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus
data di lapangan, dimulai dengan survei pendahuluan
listrik yang cukup besar atau kalau tidak alat tesebut
untuk mengetahui kondisi geologi dearah penelitian
harus cukup sensitif dalam mendeteksi beda potensial
dengan menggunakan peta geologi lembar ujung
yang kecil sekali. Alat geolistrik yang baik adalah alat
pandang.
yang dapat menghasilkan arus listrik cukup besar dan
mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi [4].

131
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Peralatan yang digunakanadalah Resistivitymeter Tabel I. Korelasi Nilai Resistivitas dan Lithologi
Peralatan yang digunakan adalah Resistivitymeter
Tahan
manual single channel, Kabel arus dan Potensial No
Kedalama Ketebalan
an litologi
sebanyak 4 gulung, Elektroda arus dan potensial n (m) (m)
jenis
sebanyak 20 buah, Meteran sepanjang 100 m 1 0,305 0,305 87,9
sebanyak 2 gulung, Accu 12 Volt, GPS, Kompas 2 1,48 1,18 572
Geologi dan Palu Geologi, 4 buah Handy Talky (HT), 3 2,4 0,921 48,8
Batu
4 2,49 0,0918 66,8
Multimeter dantool set, Battery Chager, kompas gamping
5 4,29 1,79 93,7
geologi untuk mengetahui arah bentangan dan 6 7,03 2,75 36
membantu penentuan posisi titik pengukuran, Buku 7 12 4,97 245
kerja untuk mencatat nilai beda potensial, arus, 8 15,5 3,48 5,29 Lempung
tahanan jenis batuan serta hari, tanggal, jam, beda 9 25,6 10,1 144
Batu
10 39,7 14,2 138
potensial, arus, tahanan jenis batuan serta hari, gamping
11 40,9 1,21 92,1
tanggal, jam, kondisi cuaca dan lingkungan saat
pengukuran, Peta topografi dan geologi daerah
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa
penelitian, untuk pengeplotan posisi titik pengukuran.
pada kedalaman 0.305 – 40,9 meter memiliki litologi
Untuk mendeteksi air tanah digunakan metode
batu gamping dengan nilai tahanan jenis sekitaran 36 -
geolistrik resistivitas sounding (konfigurasi
144 ohm m. hal ini bisa jadi diakibatkan oleh kondisi
wenner - schlumberger) dilakukan dengan metode
geologi kelurahan bira dimana dilapangan didominasi
pencocokan kurva (curve matching), dengan
oleh singkapan batu gamping. Pada perselingan batu
panjang bentangan elektroda 150 meter. Sedangkan
gamping terdapat batu lempung pada kedalaman 15,5
metode geolistrik resistivitas mapping (konfigurasi
meter dengan nilai resistivitas 5,29 ohm m, adanya
wenner) panjang bentangan 130 meter.
batu lempung dengan nilai resistivitas yang rendah
Untuk mendeteksi air tanah digunakan metode memiliki potensi ground water atau air tanah.
geolistrik resistivitas sounding (konfigurasi
wenner - schlumberger) dilakukan dengan metode
pencocokan kurva (curve matching), dengan
panjang bentangan elektroda 150 meter yang
pengolahan datanya menggunakan software
IPI2win. Sedangkan metode geolistrik resistivitas
mapping (konfigurasi wenner) panjang bentangan
130 pengolahan datanya menggunakan software
RES2DINV.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan dengan software IPI2win
diperoleh nilai resistivitas sebenarnya, ketebalan
dan kedalaman tiap-tiap lapisan permukaan

Gambar 5. Penampang Konfigurasi Wenner

Pengolahan data geolistrik resistivitas


(konfigurasi wenner) dilakukan dengan menggunakan
inversi least square. Teknik ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran model perlapisan bumi
dibawah permukaan dengan RMS terkecil.
Dengan menerapkan metoda tersebut, RMS
sebesar 16,29%. Hasil inversi ini menghasilkan
penampang dua dimensi dengan kontur nilai
resistivitas yang mendekati keadaan lithologi
Gambar 4. Hasil Pengolahan Data Resistivitas 1D sebenarnya Berdasarkan hasil interpretasi dari
Konfigurasi Sclumberger penampang bawah permukaan pada no 1
menunjukkan rentang nilai resistivitas 2,54Ωm – 6,92
Ωm di kedalaman 7,5 - 19 meter menandakan adanya
lapisan clay (lempung) pada daerah tersebut. Adanya
clay ini merupakan ciri dari adanya akuifer pada
daerah tersebut dengan nilai resistivitas yang rendah.

132
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Pada no 2 dengan kedalaman 2,5 – 7,5 meter dengan 5. REFERENSI


resistivitas 32,7 – 91,8 Ωm menandakan batu
1. Hidayat Wahyu dkk. 2013. “Identifikasi Potensial
gamping.
Airtanah dengan Menggunakan Metode Geolistrik
4. KESIMPULAN DAN SARAN Di Desa Girijati Kecamatan Purwosari Kabupaten
Gunung kidul Provinsi Daerah Istimewa
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode
Yogyakarta”. Seminar Nasional Kebumian-VII
resistivitas tahanan jenis 1D dihasilkan interpretasi
Yogyakarta, Program Studi Teknik Geofisika,
bawah permukaan yaitu pada kedalaman 0.305 –
Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran”
40,9 meter memiliki litologi batu gamping dengan
Yogyakarta.
nilai tahanan jenis sekitaran 36 - 144 ohm m.Pada
perselingan batu gamping terdapat batu lempung 2. Irawati dkk. 2016. “Identifikasi Sebaran Aquifer
pada kedalaman 15,5 meter dengan nilai resistivitas Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis
5,29 ohm m, adanya batu lempung dengan nilai Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari
resistivitas yang rendah memiliki potensi ground Kabupaten Sigi”. Online Journal of Natural
water atau air– 6,92 Ωm di kedalaman 7,5 - 19 meter Science Vol 5(2). Program Studi Fisika Jurusan
menandakan adanya lapisan clay (lempung) pada Fisika FMIPA, Universitas Tadulako
daerah tersebut. Pengukuran yang dilakukan di
3. Kirsch ,Reinhard. 2006. “Groundwater
kelurahan bira dengan menggunakan metode
Geophysics: A Tool for Hydrogeology”. 978-3-
resistivitas tahanan jenis 2D dihasilkan interpretasi
540-29383-5 Springer Berlin Heidelberg New
bawah permukaan yaitu pada kedalaman rentang nilai
York 2006.
resistivitas 2,54 Ωm – 6,92Ωm di kedalaman 7,5 - 19
meter menandakan adanya lapisan clay (lempung) 4. Loke, M.H, Dr. 2004. Electrical Immaging
pada daerah tersebut. Adanya clay ini merupakan ciri Surveys for Environmental and Engineering
dari adanya akuifer pada daerah tersebut. Pada Studies; A Practical Guide to 2-D and 3-D
kedalaman 2,5 – 7,5 meter dengan resistivitas 32,7 – Surveys.
91,8 Ωm menandakan batu gamping.
5. Rizal,Nanang Saiful, dan Totok Dwi Kuryanto.
Sebaiknya jumlah bentangan untuk penelitian 2015. “Teknik Pendugaan dan Eksploitasi Air
mengenai sebaran aquifer diperbanyak. Selain itu, Tanah”. LPPM Unmuh Jember Jl. Karimata
perlu kombinasi dengan metode geofisika lainnya.

133
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Analisis Suseptibilitas Magnetik Tanah Permukaan sebagai Proxy Indicator


Polutan Logam Berat (Studi Kasus : Perkebunan Teh Daerah Sukawarna,
Kabupaten Subang)
Raka Adhiyatama*, Farhan Hamid Lubis, Muhammad Nur Firdaus, Dini Fitriani
Departemen Geofisika, Universitas Padjadjaran
*Email : adhiyatamar@gmail.com

Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, 45363, Jawa Barat, Indonesia

Abstrak — Posisi perkebunan teh daerah Sukawarna pada tepi jalan menyebabkan tanah pada perkebunan teh tersebut
rentan terpapar oleh polutan yang berasal dari kendaraan bermotor. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi polutan
logam berat pada tanah permukaan di perkebunan teh daerah Sukawarna, Kabupaten Subang. Pengambilan sampel tanah
permukaan dilakukan pada dua lintasan masing masing sepanjang 45 meter dengan spasi 5 meter. Lintasan 1 berjarak mulai
dari 1 - 46 meter dari tepi jalan, sedangkan lintasan 2 berjarak mulai dari 146 - 191 meter dari tepi jalan. Parameter yang
diukur adalah suseptibilitas magnetik menggunakan alat Bartingtonsusceptibility meter pada frekuensi 0,47kHz (𝜒𝐿𝐹 ) dan
4,7 kHz (𝜒𝐻𝐹 ). Perbedaan relatif nilai suseptibilitas magnetik yang diukur pada frekuensi 0,47 kHz dan 4,7kHz
menghasilkan parameter suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi (χFD ). Selain itu, dilakukan juga analisis bentuk bulir
magnetik sampel tanah permukaan hasil ekstraksi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan identifikasi jenis
mineral yang terkandung pada bulir mangetikmenggunakan Energy Dispersive X-ray (EDX)sebagai data pendukung. Hasil
pengukuran suseptibilitas magnetik pada frekuensi 0,47 kHz (𝜒𝐿𝐹 )menunjukkan nilai dengan rentang 369,8 𝑥10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 −
911,6 𝑥10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 pada lintasan 1 dan rentang 288,9 𝑥10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 − 495,3 𝑥10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 pada lintasan 2. Rentang nilai
suseptibilitas magnetik pada kedua lintasan menunjukkan keberadaan mineral ferrimagnetik yang dominan pada tanah.
Mineral ferimagnetik tersebut berasal dari aktivitas antropogenik karena memiliki nilai suseptibilitas magnetik bergantung
frekuensi < 4%. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa bulir magnetik sampel tanah permukaan berbentuk relatif bulat
yang berarti bulir magnetik tersebut berasal dari aktivitas antropogenik. Aktivitas antropogenik tersebut diduga berasal dari
emisi kendaraan bermotor karena hasil EDX menunjukkan keberadaan mineral besi (Fe).

Kata Kunci — polutan logam berat, suseptibilitas magnetik, mineral ferrimagnetik, suseptibilitas magnetik bergantung
frekuensi, scanning electron microscopy.

1. PENDAHULUAN Metode yang dapat digunakan sebagai proxy


indicator polutan logam berat adalah metode
Perkebunan teh daerah Sukawarna, Kabupaten
kemagnetan batuan[7], [9].Metode kemagnetan
Subang merupakan perkebunan teh yang terletak di
batuan bersifat dapat digunakan pada berbagai
tepi jalan raya Subang seperti yang ditunjukkan oleh
material seperti tanah, debu, sedimen, dan daun [2].
gambar 1. Posisi tersebut menyebabkan tanah di
Metode ini juga bersifat cepat dan murah
perkebunan teh daerah Sukawarna rentan terpapar
dibandingkan dengan metode analisis kimia [1].
oleh polutan yang berasal dari emisi kendaraan
Selain itu, metode kemagnetan batuan juga dikatakan
bermotor. Polutan yang berasal dari emisi kendaraan
bersifat sensitif karena dapat mendeteksi kuantitas
bermotor dapat berupa logam berat, salah satunya
mineral magnetik yang sangat kecil pada suatu
adalahbesi (Fe) [8]. Keberadaan polutan logam berat
material [7].
pada tanah dapat menurunkan kualitas tanah dan
dapat dengan mudah diesktraksi oleh tanaman Salah satu parameter yang diukur pada metode
sehingga pendeteksian polutan logam berat kemagnetan batuan adalah suseptibilitas magnetik.
merupakan suatu hal yang penting untuk keperluan Suseptibilitas magnetik adalah ukuran seberapa
remediasi tanah[1], [7]. mudah suatu material untuk termagnetisasi
[2].Sedangkan magnetisasi merupakan total gaya
magnetik ketika suatu material berada pada medan
magnet. Berikut ini adalah hubungan antara
suseptibilitas magnetik (𝜅), magnetisasi (𝑀), dan
medan magnet(𝐻) [4] :
𝑀
𝜅= (1)
𝐻
Suseptibilitas magnetik pada persamaan (1)
merupakan suseptibilitas magnetik berbasis volume.
Gambar 1. Perkebunan teh daerah Sukawarna, Suseptibilitas magnetik berbasis volume ini tidak
Kabupaten Subang. memiliki satuan karena magnetisasi dan medan
magnet memiliki satuan yang sama yaitu A/m. Selain

134
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

itu terdapat pula suseptibilitas manetik berbasis massa oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Magiera
yang dinyatakan sebagai berikut : and Strzyszcz pada tahun 2000 yang menunjukkan
bahwa suseptibilitas magnetik bergantung
𝑘
𝜒= (2) frekuensidengan nilai 0-4% menunjukkan rendahnya
𝜌 mineral ferrimagnetik domain superparamagnetic
dengan 𝜌 merupakan densitas bulk sampel (kg/m3). pada tanah yang berarti mineral ferrimagnetik pada
Suseptibilitas magnetik berbasis massa memiliki tanah tersebut telah dipengaruhi oleh mineral yang
satuan berupa m3/kg. Untuk kajian lingkungan, berasal dari aktivitas antropogenik [10]. Selain itu
suseptibilitas magnetik yang digunakan adalah hasil yang didapat oleh Lu et al pada tahun 2007 juga
suseptibilitas magnetik berbasis massa. Penggunaan menunjukkan bahwa tanah dengan kandungan logam
suseptibilitas magnetik berbasis massa didasari oleh berat memiliki nilai χFD < 4% [9].
sampel yang akan diukur memiliki kemungkinan Selain menggunakan suseptibilitas magnetik,
berbeda massa antara satu sampel dengan sampel pendeteksian logam berat juga bisa didukung oleh
lainnya sehingga akan menghasilkan nilai analisis bentuk bulir magnetik. Referensi [5]
suseptibilitas magnetik yang berbeda pada karakter menunjukkan bahwa bulir magnetik yang didapat
sampel yang sama apabila suseptibilitas magnetik dari batuan memiliki bentuk hedral. Sedangkan bulir
yang digunakan adalah suseptibilitas magnetik magnetik yang yang didapat dari emisi kendaraan
berbasis volume [2]. bermotor memiliki bentuk bulat. Hasil penelitian
Salah satu prinsip pengukuran suseptibilitas Gautam et al pada tahun 2005 juga menunjukkan
magnetik adalah memberikan medan magnet AC bentuk bulir magnetik yang bulat pada sampel yang
dengan frekuensi rendah (0,47 kHz) dan frekuensi berasal dari emisi kendaraan bermotor [6].
tinggi (4,7 kHz), kemudian mengukur magnetisasi Berdasarkan latar belakang dan penelitian yang
sehingga suseptibilitas magnetik dapat terukur [3]. pernah dilakukan sebelumnya, maka dilakukan
Perbedaan relatif antara suseptibilitas magnetik yang penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi
diukur dengan frekuensi rendah (𝜒𝐿𝐹 ) dan polutan logam berat pada tanah di perkebunan teh
suseptibilitas magnetik yang diukur dengan frekuensi daerah Sukawarna, Kabupaten Subang berdasarkan
tinggi (𝜒𝐻𝐹 ) menghasilkan parameter suseptibilitas analisis suseptibilitas magnetik yang didukung oleh
magnetik bergantung frekuensi (χFD ). Nilai χFD dapat analisis bentuk bulir magnetik tanah menggunakan
disajikan dalam bentuk presentase berdasarkan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan
persamaan berikut : identifikasi jenis mineral yang terkandung pada bulir
(χLF − χHF ) magnetik, menggunakan Energy Dispersive X-ray
χFD (%) = 𝑥 100 (3) (EDX).
χLF
Pendugaan polutan logam berat menggunakan 2. METODOLOGI PENELITIAN
suseptibilitas magnetik dilakukan dengan cara 2.1 Area Penelitian
mengidentifikasi mineral ferrimagnetik pada tanah
[10]. Mineral ferimagnetik pada tanah dapat berasal Area penelitian terletak di perkebunan teh daerah
dari batuan induk selama proses pedogeneisis saja Sukawarna, Kabupaten Subang. Sampel yang diambil
atau berasal juga dari aktivitas antropogenik. Mineral berupa tanah permukaan pada dua lintasan dengan
yang berasal dari aktivitas antropogenik dihasilkan panjang lintasan masing – masing sebesar 45 meter
dari emisi pembakaran bahan bakar fosil, emisi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.Lintasan
kendaraan bermotor (pembuangan asap kendaraan 1terletak pada jarak ke 1 – 46 meter dari tepi jalan,
bermotor dan abrasi rem kendaraan kendaraan sedangkan lintasan 2 terletak pada jarak ke 146 – 191
bermotor), dan debu aktivitas industri [9]. meter dari tepi jalan. Adapun jarak antara lintasan 1
dengan lintasan 2 adalah 100 meter.
Karakter mineral ferrimagnetik yang berasal
dari proses pedogenik atau aktivitas antropogenik Pengambilan sampel tanah permukaan dilakukan
dapat dibedakan berdasarkan domain mineral dengan spasi lima meter pada setiap lintasan. Setiap
ferrimagnetik tersebut[3]. Mineral ferrimagnetik yang lintasan menghasilkan sampel tanah permukaan
berasal dari proses pedogenesis memiliki domain sebanyak 10 buah sehingga kedua lintasan tersebut
berupa superparamagnetic [2]. Sedangkan mineral menghasilkan sampel tanah permukaan sebanyak 20
ferrimagnetik yang berasal dari aktivitas buah. Pengambilan sampel pertamapada lintasan 1
antropogenik domain berupa multi domain (MD) dan dilakukan pada jarak ke 1 meter, sedangkan
pseudo single domain (PSD) [9]. pengambilan sampel pertaman pada lintasan 2
dilakukan pada jarak ke 146 meter.
Penggunaan suseptibilitas magnetik sebagai
proxy indicator polutan logam berat telah dilakukan

135
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel tanah permukaan.


2.2 Pengukuran Suseptibilitas Magnetik 2.3 Ekstraksi Bulir Magnetik
Pengukuran suseptibilitas magnetik dilakukan Sampel tanah permukaan diekstraksi dengan cara
untuk mengetahui tipe dan domain mineral magnetik melarutkan sampel menggunakan aquabidest pada
pada sampel tanah permukaan. Setiap sampel tanah tabung sentrifugasi. Proses pelarutan sampel
permukaan dimasukkan kedalam holder dengan dilakukan dengan cara mengocok tabung sentrifugasi.
volume 10 ml seperti pada gambar 3. Setelah itu, Setelah itu, ditempelkan magnet pada tabung
massa sampel dalam holder tersebut diukur.Proses sentrifugasi yang berisi sampel tanah permukaan hasil
pengukuran massa sampel dilakukan agar diketahui pelarutan untuk menarik bulir magnetik yang terdapat
densitas bulk dari setiap sampel sehingga pada sampel. Gambar 4 menunjukkan bulir magnetik
suseptibilitas magnetik yang terukur merupakan tanah permukaan yang didapat dari hasil ekstraksi.
suseptibilitas magnetik berbasis massa.
Proses ekstraksi bulir magnetik sampel tanah
permukaan dilakukan pada sampel yang berjarak 1
meter (S1), 46 meter (S10), 156 meter (S13), dan 186
meter (S19) dari tepi jalan. Pemilihan sampel S1 dan
S10 disebabkan oleh kedua sampel tersebut memiliki
nilai suseptibilitas magnetik yang tinggi. Sedangkan
pemilihan sampel S13 dan S19 disebabkan oleh kedua
sampel tersebut memiliki nilai yang rendah. Sampel
S13 dan S19 memiliki bulir magnetik yang sangat
sedikit sehingga sampel dengan nilai suseptibilitas
yang rendah dipresesntasikan oleh bulir magnetik
Gambar 3. Sampel tanah permukaan dalam holder. yang berasal dari sampel yang berjarak 181 meter dari
tepi jalan (S18).
Setelah massa sampel dalam holder diukur,
kemudian setiap sampel diukur suseptibilitas
magnetiknya menggunakan alat
Bartingtonsusceptibility meter yang bekerja pada dua
frekuensi yaitu 0,47kHz (𝜒𝐿𝐹 ) dan 4,7kHz (𝜒𝐻𝐹 ).
Setelah didapat parameter 𝜒𝐿𝐹 dan 𝜒𝐻𝐹 , maka dihitung
nilai suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi
(χFD ) berdasarkan persamaan 3.
Gambar 4. Bulir magnetik hasil ekstraksipada sampel
S1 (kiri), S10 (tengah), S18 (kanan).

136
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

2.4 Pengukuran SEM-EDX 5. Berdasarkan gambar 5, sampel pada lintasan 1


Setelah bulir magnetik diekstraksi dari sampel secara keseluruhan memiliki nilai suseptibilitas
tanah permukaan, bentuk bulir magnetik dianalisis magnetik yang lebih tinggi dibandingan dengan
berdasarkan pengukuran SEM. Kemudian untuk sampel pada lintasan 2. Nilai suseptibilitas magnetik
mengetahui jenis mineral yang terkandung pada bulir (𝜒𝐿𝐹 ) tertinggi ditemukan pada lintasan 1 pada jarak
magnetik, maka dilakukan pengukuran EDX. ke 46 meter dari tepi jalan dimana memiliki nilai
sebesar 911.6 𝑥 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔, sedangkan nilai
3. HASIL DAN PEMBAHASAN suseptibilitas magnetik (𝜒𝐿𝐹 ) terendah ditemukan
3.1 Analisis Suseptibilitas Magnetik pada lintasan 2 pada jarak ke 156 meter dari tepi jalan
dengan nilai sebesar 288,9 𝑥 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔. Setiap
Hasil pengukuran suseptibilitas magnetik (𝜒𝐿𝐹 ) sampel tanah permukaan memiliki nilai suseptibilitas
menunjukkan bahwa lintasan 1 memiliki rentang nilai magnetik (𝜒𝐿𝐹 ) yang berbeda beda. Perbedaan nilai
antara 369,8 𝑥 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 − 911,6 𝑥 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔, suseptibilitas magnetik (𝜒𝐿𝐹 ) tersebut disebabkan oleh
sedangkan lintasan 2 memiliki rentang nilai antara perbedaan ukuran bulir, konsentrasi, dan tipe mineral
288,9 𝑥 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 − 495,3 𝑥 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔. Nilai magnetik pada tanah [1].
suseptibilitas magnetik (𝜒𝐿𝐹 ) setiap sampel pada
kedua lintasan tersaji pada grafik kolom pada gambar

Gambar 5. Grafik kolom nilai suseptibilitas magnetik sampel tanah permukaan.


Rentang nilai suseptibiitas magnetik pada kedua Nilai suseptibilitas magnetik bergantung
lintasan menunjukkan bahwa mineral magnetik pada frekuensi (χFD ) pada semua sampel tanah permukaan
tanah daerah penelitian didominasi oleh mineral memiliki nilai kurang dari 4% seperti yang tersaji
ferrimagnetik. Referensi [2] menyatakan bahwa pada gambar 6. Nilai suseptibilitas magnetik
suseptibilitas magnetik yang didominasi oleh mineral bergantung frekuensi (χFD ) tersebut menunjukkan
ferrimagnetik memiliki nilai lebih dar bahwa minimnya mineral ferrimagnetik domain
10.001 𝑥 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔. Berdasarkan nilai suseptibilitas superparamagnetic pada tanah [10]. Referensi [2]
magnetik, asal usul mineral ferrimagnetik yang menyatakan bahwa mineral ferrimagnetik domain
terdapat pada tanah daerah penelitian belum dapat superparamagnetic berasal dari proses pedogenesis.
ditentukan, apakah berasal dari proses pedogenik atau Mineral ferrimagnetik domain superparamagnetic
aktivitas antropogenik sehingga perlu dilakukan yang minimum pada tanah menunjukkan bahwa nilai
analisis suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi suseptibilitas magnetik yang terukur dipengaruhi oleh
(χFD ). mineral ferrimagnetik yang berasal dari aktivitas
antropogenik.

137
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Gambar 6. Grafik kolom nilai suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi sampel tanah permukaan.
3.2 Analisis Bentuk Bulir Magnetik
Hasil pengukuran SEM pada sampel S1, S10, bulat berasal dari aktivitas antropogenik.Hasil SEM
dan S18 menunjukkan bahwa terdapat bulir magnetik pada beberapa sampel tanah permukaan mendukung
yang berbentuk bulat (kotak berwarna merah) seperti hasil pengukuran suseptibilitas magnetik bergantung
yang disajikan pada gambar 7. Referensi [5], [6] frekuensi yang menunjukkan mineral ferrimagnetik
menunjukkan bahwa bulir magnetik yang berbentuk pada tanah dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik

Gambar 7. Hasil SEM sampel tanah permukaan S1 (A), S10 (B), dan S18 (C).

Hasil EDX pada sampel S1, S10, dan S18 Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan
menunjukkan bahwa terdapat kandungan logam berat pengukuran suseptibilitas magnetik secara gridding
berupa besi (Fe) pada bulir magnetik yang berbentuk sehingga persebaran polutan logam berat dapat
bulat. Referensi [8] menyatakan bahwa salah satu dipetakan.
polutan logam berat yang berasal dari emisi kendaraan
UCAPAN TERIMA KASIH
bermotor adalah besi (Fe).
Terima kasih kepada Prof. DR. Satria Bijaksana,
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Silvia Jannatul Fajar, Kartika Hajar Kirana, dan Gesti
Berdasarkan hasil analisis suseptibilitas magnetik Cita NovaladariLaboratorium Kemagnetan Batuan
pada setiap sampel tanah permukaan dan analisis bulir ITB yang telah memberikan fasilitas dan bimbingan
beserta kandungan mineral magnetik pada sampel S1, dalam melakukan pengukuran suseptibilitas magnetik
S10, dan S18, dapat disimpulkan bahwa tanah pada dan ekstraksi bulir magnetik.
kedua lintasan telah terkontaminasi oleh polutan
logam berat yang berasal dari emisi kendaraan
bermotor.

138
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

5. REFERENSI 6. Gautam, p., Blaha, U., Appel, E., 2005. Magnetic


1. Bityukova, L., Scholger, R., Birke, M., 1999. susceptibility of dust-loaded leaves as a proxy pf
Magnetic susceptibility as indicator of traffic-related heavy metal pollution in Kathmandu
enviromental pollution of soils in Tallinn. Phys city, Nepal. Atmospheric environment, 39, 2201-
Chem Earth, 24(9), 829-835. 2211.

2. Dearing, J.A., 1994. Enviromental susceptibility 7. Hoffman, K., Knab, M., Appel, E., 1999. Magnetic
using the bartington MS2 system, Chi Publishing, susceptibility mapping of road pollution. Journal
England. of gechemical exploration, 66, 313-326.

3. Dearing, J.A., Dann, R.J.L., Hay, K., Lees, J.A., 8. Lu, S., Bai, S., Cai, J., Xu, C., 2005. Magnetic
Loveland, P.J., Maher, B.A., O’Grady, A., 1996. properties and heavy metal content of automobile
Frequency-dependent susceptibility measurement emission particulates. Journal of Zhejiang
of enviromental materials. Geophys J Int, 124, University SCIENCES, 6B(8), 731-735.
228-240. 9. Lu, S., Bai, S., Xue, Q., 2007. Magnetic properties
4. Evan, M.E., Heller, F., 2003. Enviromental as indicator of heavy metal pollution in urban
magnetism principle and applications of topsoil : a case study from the city of Luoyang,
enviromagnetics, Elsevier science, USA. China. Geophys J Int, 171, 568-580.

5. Gautam, p., Blaha, U., Appel, E., Neupane, G., 10. Magiera, T., Strzyszcz, Z., 2000. Ferrimagnetic
2004. Enviromental magnetic approach toward the mineral of anthropogenic origin in soils of some
quantification of pollution in Kathmandu urban Polish National Park. Water air soil pollut, 124,
area, Nepal. Physics and chemistry of the earth, 37-48.
29(13-14), 973-984.

139
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Analisis Nilai B-Value dan Bidang Patah Teraktifkan sebagai Identifikasi


Kerentanan Batuan (Studi Kasus Gempa Lebak M 6.1)
Ramadhan Priadi1*, Rahayu Yuliastri Fadhila2
1Geofisika,
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
2Fisika,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
*Email : ramadhanpriadi6@gmail.com

Jalan Perhubungan 2 no 153, 15221,Kel Pondok Aren, Kec. Pondok Betung, Tangerang Selatan, Indonesia

Abstrak — Pulau Jawa merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan indeks kerawanan seismik yang tinggi.
Secara tektonik pulau jawa merupakan pulau yang dipengaruhi oleh gerak subduksi lempeng Indo-Australia yang menujam
kebawah lempeng Eurasia, zona penujaman ini terjadi pada sekitar 200 km lepas pantai selatan Jawa dengan kecepatan gerak
7 cm pertahun. Awal tahun 2018 selatan Jawa diguncang oleh gempa lebak M 6.1 pada tanggal 23 januari 2018. Setelah
main event M 6.1 tercatat jika telah terjadi aftershock hingga 83 event dengan kisaran magnitudo antara M 2.4 hingga M 4.2
disekitar wilayah main event. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai b-value yang digunakan untuk mengidentifikasi
kerentanan batuan di wilayah Selatan Jawa serta untuk mengetahui bidang patah yang teraktifkan saat terjadi gempabumi
Lebak M 6.1. Data yang digunakan merupakan data katalog gempabumi BMKG selama tahun 2017 diwilayah selatan Jawa
disertai data gempabumi Lebak dengan 1 event mainshock dan 83 event aftershock. Nilai b-value diperoleh dengan
menggunakan metode reisenberg decluster yakni metode pengelompokkan data dengan karakteristik yang sama. Sedangkan
bidang patah yang teraktifkan saat terjadi gempabumi diperoleh dari informasi mekanisme sumber dengan mengestimasi
jarak hiposenter ke centroid. Sesuai dengan hubungan antara frekuensi kejadian dan magnitudo, akan didapatkan b-value
sebagai parameter penanda kerapuhan batuan di daerah setempat. Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil jika wilayah
Selatan Jawa memiliki nilai b-value sebesar 0.578 sehingga diidentifikasi jika lapisan batuan yang berada di selatan jawa
bersifat semi homogen. Hasil identifikasi menunjukkan jika aftershock dari gempa Lebak tidak mengarah ke area subduksi
lempeng Indo-Australia dan Eurasia namun lebih condong mengarah ke sesar Cimandiri yang merupakan salah satu sesar
aktif yang berada di jawa. Diperoleh jika gempa Lebak memilliki jarak hiposenter ke centroid sebesar 15.99 km dengan
jarak hiposenter dari nodal plane 1 sebesar 3.16 km dan nodal plane 2 sebesar 15.04 km. Pada gempa Lebak M 6.1 bidang
patah yang teraktifkan merukapan nodal plane 1 dengan arah strike menuju sesar Cimandiri.

Kata Kunci — b-value, centroid, gempabumi, aftershock.

1. PENDAHULUAN Nilai b-value diperoleh dari Hukum Gutenberg-


Richter yang menunjukkan hubungan antara
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau terbesar
magnitudo dengan frekuensi event gempabumi
di Indonesia dengan indeks kerawanan seismik yang
disuatu wilayah dan periode waktu tertentu. Salah
tinggi. Secara tektonik pulau Jawa merupakan pulau
satu cara untuk mengetahui aktivitas kegempaan
yang dipengaruhi oleh gerak subduksi lempeng Indo-
suatu daerah adalah dengan menggunakan hubungan
Australia yang menujam kebawah lempeng Eurasia,
frekuensi dan magnitudo (frequency-magnitude
zona penujaman ini terjadi pada sekitar 200 km lepas
distribution, FMD) [17]. Kerentanan batuan suatu
pantai selatan jawa dengan kecepatan gerak 7 cm
wilayah memiliki hubungan yang sangat erat dengan
pertahun [7]. Selain dipengaruhi oleh lempeng besar
besarnya nilai b-value yang berada disebuah wilayah.
dunia wilayah Jawa barat juga dipengaruhi oleh
Nilai b-value diperoleh dari persamaan hubungan
struktur sesar dengan arah barat-timur yang
magnitudo dan frekuensi gempa yang dirumuskan
umumnya berjenis sesar naik dan geser. Terdapat tiga
oleh Gutenberg-Richter sebagai berikut:
struktur regional yang mempengaruhi wilayah Jawa
barat adalah sesar Cimandiri, sesar Baribis, dan sesar 𝐿𝑜𝑔 𝑁 = 𝑎 − 𝑏𝑀 (1)
Lembang [22]. Awal tahun 2018 selatan Jawa
diguncang oleh gempa lebak M 6.1 pada tanggal 23 Dimana :
januari 2018. Setelah main event M 6.1 tercatat jika N : Jumlah gempa
telah terjadi aftershock hingga 83 event dengan M :Magnitudo gempa
kisaran magnitudo antara M 2.4 hingga M 4.2
disekitar wilayah main event. Gempa Lebak ini terasa
Nilai-a merupakan parameter seismik yang
di Tasikmalaya, Bogor, hingga Jakarta dengan
besarnya bergantung terhadap banyaknya event
intensitas berkisar antara II-IV MMI.
gempa bumi [6]. Untuk wilayah tertentu nilai-a
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai bergantung pada penentuan volume dan time window.
b-value yang digunakan untuk mengidentifikasi Sedangkan untuk nilai-b merupakanparameter
kerentanan batuan wilayah selatan Jawa serta seismotektonik dari suatu wilayah yang biasanya
menganalisis bidang patah yang teraktifkan saat mendekati 1 dan menunjukkan jumlah relatif dari
tejadi gempa Lebak M 6.1 untuk melihat bidang getaran yang kecil dan getaran yang besar [2].
dominan yang bergerak.

140
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Hubungan antara magnitudo dan frekuensi merupakan metode untuk mengestimasi lokasi
gempa kuat dan tidak bervariasi secara signifikan dari centroid terhadap jarak hiposenter [11]. Prinsipnya
satu daerah ke daerah lain atau dari waktu ke waktu. adalah ketika dua bidang patahan yang melewati
B-value umumnya konstan dan bernilai 1.0 pada centroid antara nodal plane I dan nodal plane II
daerah yang aktif secara seismik [14]. Dimana untuk terdefinisikan oleh sudut strike dan dip dari solusi
setiap gempa dengan magnitudo 4, akan ada 10 momen tensor [26]. Kemudian dengan asumsi jika
gempa dengan magnitudo 3 dan 100 gempa dengan bidang patahan berbentuk planar, maka bidang patah
magnitudo 2 [6]. Terdapat beberapa variasi pada nilai yang sesungguhnya merupakan salah satu diantara
b-value dengan jangkauan 0.5 sampai 1.5, tergantung nodal plane I dan nodal plane II yang terdekat dengan
dari keadaan tektonik dari daerah tersebut. Selain hiposenter.
nilai b-value terdapat pula a-value, dimana a-value
merupakan distribusi kumulatif yang dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan Wekner
(1965) yang dinyatakan sebagai berikut

𝑎′ = 𝑎 − log(𝑏 𝑙𝑛10) (2)


Nilai-a adalah suatu tetapan yang besarnya (a) (b)
tergantung pada periode, luas daerah dan aktivitas
daerah pengamatan [6]. Parameter b-valuenya Gambar 1, a.) Stematik metode H-C plot. b.)
bergantung pada keadaan stress di wilayah tersebut. Stematik metode H-C plot pada pandangn berbeda
Penurunan b-value berbanding lurus dengan namun dengan kondisi yang sama.
peningkatan tingkat stress sebelum terjadinya gempa Dari gambar 1a diperlihatkan stematik dari
bumi [1]. Kerentanan batuan suatu wilayah dapat metode H-C Plot dimana H dengan tanda bintang
diketahui menggunakan b-value, jika suatu wilayah merupakan hiposenter dan C merupakan centroid
memiliki nilai b-value yang besar maka dapat yang dilewati oleh nodal plane I dan nodal plane II.
diidentifikasi jika wilayah tersebut memiliki tingkat Wilayah yang oval menunjukkan daerah slip yang
kerentanan batuan yang tinggi [18] dan menandakan dominan. Sementara itu pada gambar 1b
daya tahan batuan terhadap stress yang diterima diperlihatkan pandangan yang berbeda dengan situasi
sangat rendah. yang sama. Menunjukkan jika hiposenter dan
Dengan magnitudo M 6.1 maka gempa lebak centroid terletak pada bidang I sehingga diidentifikasi
dapat dilakukan analisis mekanisme sumber. jika nodal plane I merupakan bidang patah yang
Mekanisme fokus merupakan gambaran dari teraktifkan.
deformasi inelastis di area sumber gempabumi [9].
Mekanisme fokus menunjukkan peristiwa patahan
yang terjadi disumber gempabumi yang mengacu
pada orientasi bidang sesar yang bergeser. Sehingga
mekanisme fokus memberikan solusi bidang patah
yang berada di sumber gempabumi [4]. Mekanisme
fokus berasal dari solusi momen tensor gempa bumi,
yang dapat diperkirakan dari analisis gelombang
seismik [20].
Mekanisme fokus dapat diperoleh dari first Gambar 2. Stematik posisi hiposenter yang tidak
motion gelombang seismik yang terekam disetiap terletak pada salah satu bidang nodal plane
stasiun seismik [21]. Dengan melihat first motion Terdapat situasi khusus ketika hiposenter tidak
gelombang seismik pada gelombang P yang terekam terletak dengan bidang nodal manapun seperti yang
di stasiun maka dapat diketahui jenis gelombang diperlihatkan oleh gambar 2. Maka untuk
kompresi atau dilatasi yang pertama kali tiba mengantisipasi hal tersebut dilakukan perbandingan
distasiun seismik. Energi yang tersebar oleh gempa dengan memasukkan beberapa hipocenter dan
akibat sesar membagi bumi menjadi empat bagian. centroid tambahan sebagai representasi dari
Perbedaan first motion ini disebabkan karena posisi ketidakpastian lokasi hiposenter dan centroid
stasiun terhadap sumber gempa bumi [5]. sehingga akan ditemukan bidang patah yang
Mekanisme sumber memberikan informasi teraktifkan merupakan nodal plane yang paling
orientasi geometri sesar yang terjadi di sumber dominan terhadap lokasi beberapa hiposenter [23].
gempabumi. Dari orientasi geometri sesar tersebut Data yang digunakan pada metode HC-plot
dapat ditentukan bidang patah teraktifkan dari suatu merupakan data inversi waveform dan bukan data
gempa. Bidang patah teraktifkan dapat ditentukan travel time dari gelombang seismik. Dengan
menggunakan metode HC-plot. Metode H-C plot menentukan bidang patah teraktifkan pada event

141
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

gempabumi maka dapat memetakan sesar yang


menjadi generator pembangkit utama saat terjadi Mula
gempa bumi. i

2. METODOLOGI PENELITIAN Data katalog


gempa bumi
2.1 Pengambilan Data BMKG dan
Global CMT

Penelitian ini menggunakan data katalog b-value HC-plot


gempabumi BMKG selama tahun 2017 diwilayah Jenis
perhitun
selatan Jawa disertai data gempabumi Lebak dengan 1 gan
event mainshock dan 83 event aftershock. Data katalog
gempabumi bmkg dapat diakses di
Konversi
(http://inatews.bmkg.go.id). Kemudian data Magnitudo ke Ploting hiposenter
magnitudo momen dan sentroid
mekanisme sumber diperoleh dari katalog Global (Mw) menggunakan
CMT yang dapat diakses di metode HC-plot di
Analisis b-value matlab
(http://www.globalcmt.org/CMTsearch.html). Fokus menggunakan
wilayah penelitian yaitu daerah sekitar main event zmap tools Melakukan verifikasi data
gempa Lebak M 6.1 dengan batasan wilayah BMKG dengan data global
Analisis
CMT sebagai data referensi
penelitian adalah 5.47°LS- 8.59°LS dan 103.92°BT- kerentanan
batuan dengan
107.43°BT yang ditunjukkan oleh gambar 3. menggunakan b-
Menghitung estimasi
Value
jarak hiposenter ke
centroid

Hasil: Identifikasi
kerentanan batuan dan
bidang patah teraktifkan

Seles
ai

Gambar 4. Diagram alir penelitian

Terdapat dua jenis perhitungan yang dilakukan


dalam penelitian ini yaitu b-value menggunakan
persamaan Gutenberg-Richter dan bidang patah
teraktifkan menggunakan HC-plot. Untuk memperoleh
Gambar 3. Peta distribusi gempabumi wilayah b-value maka data magnitudo seluruh gempabumi
penelitian dikonversi menjadi magnitudo moment (Mw). Hal
tersebut karena magnitudo moment tidak meiliki
2.2 Pengolahan Data
tingkat saturasi. Konversi magnitudo momen (Mw)
Data yang diolah merupakan data gempa bumi dapat dirumuskan dalam persamaan berikut:
disekitar wilayah mainevent selama tahun 2017 dan
data gempabumi Lebak dengan 1 event mainshock dan log 𝑀
𝑀𝑤 = ( ) − 10.73 (3)
83 event aftershock. Parameter-parameter yang 1.5
digunakan untuk memperoleh b-value adalah origin
time, magnitude, dan episenter gempa bumi. Setelah dikonversi maka data gempa bumi yang
Sementara itu data mekanisme yang dipakai untuk telah diperoleh kemudian diinput kedalam zmap tools
mengestimasi jarak hipocenter ke centroid adalah untuk memeroleh b-value. Setelah nilai b-value
rake, vector slip, dan dip. diperoleh maka data mekanisme sumber yang
diperoleh dari katalog gempabumi global CMT
Parameter input yang digunakan dalam digunakan untuk memnentukan bidang patah
menentukan b-value dan bidang patah teraktifkan teraktifkan saat gempabumi terjadi. Bidang patah
diolah secara terperisah sebelum akhirnya dapat teraktifkan akan diperoleh dari hasil estimasi jarak
dianalisis secara keseluruhan. Gambar 4 menunjukkan antara hiposenter terhadap centroid. Parameter yang
diagram alir penelitian yang digunakan untuk diperoleh dari data katalog gempabumi global CMT
menentukan b-value dan bidang patah teraktifkan. dihitung menggunakan software Matlab. Dari hasil
Data katalog BMKG digunakan untuk menentukan perhitungan matlab diperoleh hasil jarak antara
nilai b-value sedangkan data global CMT digunakan hiposenter ke nodal plane 1, jarak antara hiposenter ke
untuk menentukan bidang patah teraktifkan saat nodal plane 2, dan jarak antara hiposenter ke centroid
terjadi gempabumi. dari hasil matrik perhitungan.

142
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

3. HASIL DAN PEMBAHASAN karena terjadi pelepasan energi secara bertahap selama
periode tahun 2017 untuk gempa Lebak M 6.1 yang
Gempa lebak masuk dalam karakteristik gempa
ditunjukkan gambar 7. Hal tersebut menunjukkan jika
dangkal yang dirasakan dengan intensitas antara II
terjadi akumulai energi sebelum terjadi gempa bumi
hingga IV MMI. Dalam satu rangkaian gempabumi
M 6.1 namun ketika batuan sudah tak mampu lagi
pasti terdapat mainshock dan aftershock. Pada gempa
menahan akumulasi energi yang diterima maka batuan
lebak M 6.1 tejadi aftershock sebanyak 83 kali. Pada
akan patah dan menyebabkan gempabumi. Setelah
gambar 5 Menunjukkan aktifitas seismik didaerah
main event gempa Lebak M 6.1 terjadi peningkatan
penelitian selama tahun 2017.
frekuensi gempa bumi secara drastis. Peningkatan
tersebut merupakan 89 event aftershock yang terjadi
setelah gempa Lebak M 6.1 dengan kisaran magnitudo
antara M 2.4 hingga M 4.2.

Gambar 5. Distribusi gempabumi yang berada dekat


disekitar wilayah mainevent

Gambar 5 memperlihatkan aftershock dari


gempa lebak M 6.1 dimana aftershock berada disekitar
wilayah mainshock setelah mainshock terjadi. Dari
hasil pengolahan data diperoleh jika nilai b-value
disekitar wilayah main event sebesar 0.576 dengan
angka kesalahan kurang lebih 0.03. Nilai a-value yang
diperoleh sebesar 4.13 dengan a annual sebesar 4.08. Gambar 7. Time window dari distribusi gempabumi
Frekuensi distribusi manitudo gempa Lebak M 6.1 wilayah penelitian
diperlihatkan oleh gambar 6.
Lapisan batuan memiliki sifat elastis yang berarti
setelah lapisan batuan patah maka pelapisan batuan
akan terus hingga menuju kepada keadaan setimbang
sebelum batuan pecah. Sama halnya dengan rangkaian
Gempa Lebak yang memiliki 97 aftershock yang
berarti masih terdapat banyak energi yang perlu
dilepas sebelum akhirnya lapisan batuan diwilayah
tersebut kembali setimbang
Pada gempa Lebak M 6.1 dilakukan cross
section seperti pada gambar 7 dengan mengambil
penampang vertical disekitar mainevent. Dari hasil
belahan penampang vertical yang ditunjukkan gambar
8 terlihat jika aftershock yang terjadi pada gempa
Gambar 6. Distribusi frekuensi magnitudo gempa lebak M 6.1 merupakan gempa dangkal dengan
Lebak M 6.1 identifikasi jika batuan yang rentan merupakan batuan
kerak karena kedalaman gempanya hanya berkisar
Sebelum terjadi gempa besar pasti terjadi antara 10 km hingga 30 km. Maka pada gempa lebak
akumulasi energi yang lama sebelum akhirnya terjadi setelah mainevent M 6.1 energi yang tersisa setelah
gempabumi dengan magnitude yang besar, karena patahnya batuan perlahan dilepaskan secara bertahap
frekuensi gempabumi dengan magnitude yang besar melalui rangkaian aftershock. Pada gambar 7 terlihat
sangat jarang. Pada gambar 7 menunjukkan time jelas jika tidak ada aftershock yang memiliki
window dari wilayah penelitian. kedalaman yang melebihi kedalam mainevent
Time window yang diperlihatkan oleh gambar 7 sehingga dapat dinyatakan jika batuan yang rentan
merupakan batuan kerak dengan karakteristik
memperlihatkan jika selama periode 2017 aktivitas
homogen.
seismik disekitar wilayah mainevent terus bertambah
hingga akhirnya mainevent terjadi. Hal tersebut terjadi

143
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

tidak berada di nodal plane 2 atau bidang yang


berwarna hijau sehingga bidang berwarna merah
merupakan bidang patah yang teraktifkan. Hal tersebut
juga didukung oleh jarak hiposenter ke nodal plane 1
yang lebih dekat dibandingkan dengan jarak
hipocenter ke nodal plane 2 dimana jarak hiposenter
dari nodal plane 1 sebesar 3.16 km dan nodal plane 2
sebesar 15.04 km.

Gambar 9. Geometri patahan gempabumi Lebak M 6.1

Gambar 9 menunjukkan distribusi aftershock


Gambar 8. Penampang vertikal wilayah gempa Lebak gempa Lebak M 6.1 dengan jenis patahan merupakan
M 6.1 strike-slip namun dominan thrust fault. Hasil
identifikasi menunjukkan jika gempabumi Lebak M
Hal tersebut berdasarkan penggolongan tipe 6.1 memiliki aftershock yang mengarah mendekat ke
gempabumi oleh mogi 1963 yang menggolongkan pulau Jawa. Dari mekanisme fokus gempa Lebak
gempabumi menjadi 3 yakni gempa tipe 1, tipe 2, dan memilki strike 312, dip 39, dan slip 176 pada fault
tipe 3. Gempa Lebak teremasuk kedalam tipe plane 1 sedangkan pada fault plane 2 memiliki strike
gempabumi tipe 1 karena merupakan rangkaian 45, dip 88, dan slip 51. Terlihat jika pada gempa
gempabumi dengan mainshock yang diikuti oleh Lebak M 6.1 bidang patah yang teraktifkan
banyak aftershock namun tidak didahului oleh merukapan nodal plane 1 dengan arah strike menuju
foreshock [13]. Sehingga jenis lapisan yang berada sesar Cimandiri.
disekitar daerah mainevent bersifat semi homogeny. Aftershock dari gempa Lebak M6.1 tidak
mengarah ke area subduksi lempeng Indo-Australia
dan Eurasia namun lebih condong mengarah ke sesar
Cimandiri yang merupakan salah satu sesar aktif yang
berada di Jawa. Sehingga hipotesa awal penyebab
utama gempa Lebak merupakan sesar major yang ada
di pulau Jawa yaitu sesar Cimandiri dan bukan akibat
pergeseran lempeng besar dunia yaitu pertemuan
lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Meskipun demikian perlu penelitian lebih lanjut
Gambar 9. Geometri patahan gempabumi Lebak M 6.1 untuk memastikan penyebab utama gempa Lebak M
6.1 karena geometri sesar dari bidang patah
Pada gambar 9 diperlihatkan hasil perhitungan teraktifkan hanya sebuah model pendekatan dan bukan
geometri fokal mekanisme gempa Lebak M 6.1 merupakan kejadian yang sebenarnya terjadi
menggunakan metode HC-plot. Diperoleh jika gempa dilapangan.
Lebak memilliki jarak hiposenter ke centroid sebesar
15.99 km dengan jarak hiposenter dari nodal plane 1 4. KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar 3.16 km dan nodal plane 2 sebesar 15.04 km. Berdasarkan hasil penelitian nilai b-value yang
Pada gambar 9 terlihat jelas jika hipocenter berada di berasa disekitaran wilayah mainevent gempa Lebak M
nodal plane 1 atau bidang yang berwarna merah dan

144
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

6.1 sebesar 0.576 dengan angka kesalahan kurang Tectonics Earthquake Distribution Pattern
lebih 0.03 serta memiliki a-value sebesar 4.13 dengan Analysis Based Focal Mechanisms (Case Study
a annual sebesar 4.08. Jenis lapisan tanah disekitar Sulawesi Island, 1993–2012). In Aip Conference
wilayah main event bersifat semi homogen hal Proceedings (Vol. 1658, Hal. 30013). Aip
tersebut karena gempa Lebak M 6.1 merupakan Publishing.
gempa tipe 1 yang memiliki mainshock dan banyak
10. Khoiridah, S., & Santosa, B. J. (2014). Estimasi
aftershock namun tidak memiliki foreshock. Hasil
Centroid Moment Tensor (Cmt), Bidang Sesar,
untuk bidang patah teraktifkan gempa Lebak
Durasi Rupture, Dan Pemodelan Deformasi
memilliki jarak hiposenter ke centroid sebesar 15.99
Vertikal Sumber Gempa Bumi Sebagai Studi
km dengan jarak hiposenter dari nodal plane 1 sebesar
Potensi Bahaya Tsunami Di Laut Selatan Jawa.
3.16 km dan nodal plane 2 sebesar 15.04 km.
Jurnal Sains Dan Seni Its, 3(2), B74–B79.
Sehingga pada gempa lebak bidang patah teraktifkan
merupakan nodal plane 1. Hasil identifikasi 11. Madlazim, M., & Santosa, B. J. (2015). Estimasi
menunjukkan jika aftershock dari gempa Lebak M 6.1 Parameter Sumber Gempa Bumi Padang 30
tidak mengarah ke area subduksi lempeng Indo- September 2009, Mw= 7, 6 Dan Korelasinya
Australia dan Eurasia namun lebih condong mengarah Dengan Aftershocks-Nya. Jurnal Matematika Dan
ke sesar Cimandiri yang merupakan salah satu sesar Sains, 19(3), 86–91.
aktif yang berada di jawa.
12. Melgar, D., Bock, Y., & Crowell, B. W. (2012).
5. REFERENSI Real-Time Centroid Moment Tensor
Determination For Large Earthquakes From Local
1. Agustiawati, A., Mei, I. B. H., & Si, M. (N.D.).
And Regional Displacement Records. Geophysical
Studi B-Value Untuk Analisis Seismisitas
Journal International, 188(2), 703–718.
Berdasarkan Data Gempabumi Periode 1904-2014.
13. Mogi, K. (1963). Some Discussions On
2. Aki, K. (1965). 17. Maximum likelihood estimate
Aftershocks, Foreshocks And Earthquake Swarms:
of b in the formula logN= a-bM and its confidence
The Fracture Of A Semi-Infinite Body Caused By
limits.
An Inner Stress Origin And Its Relation To The
3. Bormann, P. (2002). New Manual of Earthquake Phenomena (Third Paper).
Seismological Observatory Practice (NMSOP),
14. Nuannin, P., Kulhanek, O., & Persson, L. (2005).
vol. 1. GeoForschungs Zentrum Potsdam,
Spatial And Temporal B Value Anomalies
Potsdam.
Preceding The Devastating Off Coast Of Nw
4. Cardwell, R. K., Isaacks, B. L., & Karig, D. E. Sumatra Earthquake Of December 26, 2004.
(1980). The spatial distribution of earthquakes, Geophysical Research Letters, 32(11).
focal mechanism solutions, and subducted
15. Pondrelli, S., Morelli, A., & Boschi, E. (1995).
lithosphere in the Philippine and northeastern
Seismic Deformation In The Mediterranean Area
Indonesian islands. The Tectonic and Geologic
Estimated By Moment Tensor Summation.
Evolution of Southeast Asian Seas and Islands, 1–
Geophysical Journal International, 122(3), 938–
35.
952.
5. Gephart, J. W., & Forsyth, D. W. (1984). An
16. Rachmawati, L. E., & Santosa, B. J. (2014).
improved method for determining the regional
Estimasi Moment Tensor Dan Pola Bidang Sesar
stress tensor using earthquake focal mechanism
Pada Zona Subduksi Di Wilayah Sumatera Utara
data: application to the San Fernando earthquake
Periode 2012-2014. Jurnal Sains Dan Seni Its,
sequence. Journal of Geophysical Research: Solid
3(2), A1–A5.
Earth, 89(B11), 9305–9320.
17. Rohadi, S., Grandis, H., & Ratag, M. A. (2008).
6. Gutenberg, B., & Richter, C. F. (1942).
Studi Potensi Seismotektonik Sebagai Precursor
Earthquake magnitude, intensity, energy, and
Tingkat Kegempaan Di Wilayah Sumatera. Jurnal
acceleration. Bulletin of the Seismological Society
Meteorologi Dan Geofisika, 9(2).
of America, 32(3), 163–191.
18. Rohadi, S., Grandis, H., & Ratag, M. A. (2014).
7. Ibrahim, G. (2010). Tektonik dan Mineral di
Studi Variasi Spatial Seismisitas Zona Subduksi
Indonesia. Jakarta, Puslitbang BMKG.
Jawa. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 8(1).
8. Ikmahtiar, T. (2017). Pengaruh Hiposenter
19. Santosa, B. J. (2013). Fault Plane Identification
Terhadap Ketelitian Penentuan Bidang Patahan
Using Three Components Local Waveforms.
Teraktifkan Menggunakan Metode Hc-Plot Di
International Journal of Geosciences, 4(6), 993.
Wilayah Papua. Inovasi Fisika Indonesia, 6(3).
20. Smith, G. P., & Ekström, G. (1997). Interpretation
9. Ismullah M, M. F., Lantu, Aswad, S., Massinai, M.
of earthquake epicenter and CMT centroid
A., Saepuloh, A., Meilano, I., & Zulhan, Z. (2015).

145
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

locations, in terms of rupture length and direction. Research Letters, 84(4), 656–665.
Physics of the earth and planetary interiors,
24. Virieux, J. (1986). P-SV wave propagation in
102(1–2), 123–132.
heterogeneous media: Velocity-stress finite-
21. Snoke, J. A. (2003). FOCMEC: Focal mechanism difference method. Geophysics, 51(4), 889–901.
determinations. International Handbook of
25. Woodcock, N. H., & Fischer, M. (1986). Strike-
Earthquake and Engineering Seismology, 85,
slip duplexes. Journal of structural geology, 8(7),
1629–1630.
725–735.
22. Soehaimi, A. (2008). Seismotektonik dan potensi
26. Zahradnik, J., Gallovic, F., Sokos, E., Serpetsidaki,
kegempaan wilayah Jawa. Indonesian Journal on
A., & Tselentis, A. (2008). Quick fault-plane
Geoscience, 3(4), 227–240.
identification by a geometrical method:
23. Sokos, E., & Zahradník, J. (2013). Evaluating Application to the M w 6.2 Leonidio earthquake, 6
centroid‐moment‐tensor uncertainty in the new January 2008, Greece. Seismological Research
version of ISOLA software. Seismological Letters, 79(5), 653–662.

146
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Kajian Potensi Energi Angin di Wilayah Sulawesi Selatan Guna


Mendukung Indonesia Menuju Pembangunan PLTB
Reynold Mahubessy*, Otniel Tino Jawa Nduruk, Andreas Kurniawan Silitonga, Hasti Amrih Rejeki
Meteorologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
*Email : reynoldmahubessy@gmail.com

Jl. Perhubungan I no 5, Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia

Abstrak — Kebutuhan energi di Indonesia pada umumnya terus meningkat karena pertambahan penduduk, pertumbuhan
ekonomi dan pola konsumsi energi yang senantiasa meningkat. Sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber
energi utama ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi. Solusi dalam menghadapi ancaman krisis energi
adalah dengan menciptakan dan menerapkan sumber energi terbarukan, salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu (PLTB). Indonesia merupakan negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai
terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 km merupakan wilayah potensial untuk pengembangan PLTB. PLTB dapat
dimaksimalkan pemberdayaannya di sekitar pantai di Indonesia. Akan tetapi, tidak semua pantai dan daerah dapat dijadikan
PLTB, karena itu perlu dipilih daerah yang memiliki topografi dan keadaan angin yang stabil. Data yang digunakan sebagai
dasar penentuan daerah potensial angin adalah data reanalisis ERA-Interim ECMWF yang telah disesuaikan dengan kriteria
kondisi atmosfer yang ideal untuk mendeteksi kecepatan dan arah angin permukaan di Indonesia. Energi potensial ini dapat
dijadikan sebagai sumber energi dalam pembangunan PLTB. Penelitian ini mencoba untuk menentukan daerah-daerah yang
memiliki potensi sumber energi angin di wilayah Sulawesi Selatan. Berdasarkan kriteria, angin kelas 3 adalah batas
minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi
listrik. Berdasarkan kriteria tersebut, angin kelas 3 berkisar 1,6-3,3 m/s sedangkan angin kelas 8 berkisar antara 13,9-17,1
m/s. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa daerah Sulawesi Selatan yang direkomendasikan sebagai daerah yang
potensial adalah Bira, Makassar, Parepare, dan Watampone. Rata-rata kecepatan angin dalam rentang lima tahun yaitu tahun
2013-2017 menunjukan bahwa daerah Makassar yang paling berpotensi dengan kecepatan angin rata-rata 2,78 m/s dan
menghasilkan daya sebesar 196,2 watt day/tahun. Oleh karena itu, daerah Sulawesi Selatan teridentifikasi sebagai daerah
potensial dalam pembangunan PLTB.

Kata Kunci — ECMWF, energi terbarukan, PLTB, potensi energi angin.

1. PENDAHULUAN tersebut. Gas diperkirakan akan habis dalam kurun


waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun, seperti yang
Kebutuhan energi di dunia termasuk di Indonesia
diperlihatkan Tabel I di bawah ini.
terus meningkat karena pertambahan penduduk,
pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu Tabel I. Cadangan Energi Fosil
sendiri yang senantiasa meningkat. Energi fosil yang Sumber : DESDM 2005, WEC 2004
selama ini merupakan sumber energi utama—seperti
yang diperlihatkan Gambar1—ketersediaannya sangat Cad/Prod
terbatas dan terus mengalami deplesi (depletion: No Jenis Energi Indonesia Dunia
Fosil
kehabisan, menipis). Proses alam memerlukan waktu 1 Minyak 18 tahun 40 tahun
yang sangat lama untuk dapat kembali menyediakan
2 Gas 61 tahun 60 tahun
energi fosil ini [1].
3 Batu bara 147 tahun 200 tahun
Menghadapi krisis energi (khususnya energi
listrik), Indonesia perlu memperbaharui sumber
energi terbarukan. Sumber energi terbarukan
khususnya energi tenaga angin belum mendapat
perhatian yang cukup karena sebagian masyarakat
memiliki pemahaman Indonesia tidak memiliki
kecepatan angin yang memadai. Sehingga masalah
Gambar 1. Energi mix di Indononesia dan di Dunia utama yang di hadapi Indonesia adalah tentang
Sumber : DESDM , Simmons 2005 bagaimana memanfaatkan sumber energi dan cara
menentukan wilayah potensial untuk pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
Menurut Blueprint Pengelolaan Energi Nasional menggunakan data Era Interim-ECMWF.
yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan
Secara umum, wilayah Indonesia memiliki
Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005
potensi relatif kecil karena terletak di garis
[2], cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun
khatulistiwa. Namun, terdapat wilayah Indonesia
2004 diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18
yang berpotensi untuk dibangun pembangkit listrik
tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun
tenaga bayu (PLTB) yang merupakan wilayah nozzle

147
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

effect, penyempitan antara dua pulau atau daerah kecepatan udara rendah, sedangkan hijau, kuning,
lereng gunung antara dua gunung yang saling merah dan sekitarnya menyatakan semakin besarnya
berdekatan [3]. Salah satu wilayah yang berpotensi kecepatan angin. Berdasarkan gambar 1 tampak jelas
untuk pembangunan PLTB ialah Sulawesi Selatan. bahwa Indonesia memiliki potensi angin yang
Wilayah Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang melimpah utamanya di wilayah pesisir Kawasan
didominasi oleh topografi yang ideal. Kondisi ini Timur Indonesia [7].
ditengarai memiliki potensi angin yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan energi terbarukan
sebagai alternatif pembangkit listrik yang selama ini
lebih banyak menggunakan bahan bakar minyak
bumi. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian
ini merupakan jawaban atas permasalahan yang
muncul dalam penelitian yaitu untuk
menginformasikan daerah-daerah di Sulawesi Selatan
yang berpotensi untuk pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Gambar 2. Peta Potensi Kecepatan Angin di
Energi adalah potensi yang dimiliki untuk Indonesia
melakukan sesuatu yang tersimpan dalam beberapa Sumber: http//indonesia.wordpress.com
bentuk [4]. Energi merupakan motor penggerak utama
kehidupan manusia. Di dunia ini, terdapat berbagai Proses pemanfaatan energi angin dilakukan
jenis energi diantaranya, energi potensial dan energi melalui dua tahapan konversi energi, pertama aliran
kinetik. Energi potensial adalah energi yang dimiliki angin akan menggerakkan rotor (baling-baling) yang
oleh suatu benda karena ketinggiannya dari tanah. menyebabkan rotor berputar selaras dengan angin
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda yang bertiup, kemudian putaran dari rotor
karena pergerakan yang dilakukannya. Selain itu, dihubungkan dengan generator, dari generator inilah
energi juga terdapat pada beberapa benda di alam dihasilkan arus listrik. Jadi proses tahapan konversi
seperti air, sinar matahari, dan angin. Pada saat ini, energi bermula dari energi kinetik angin menjadi
energi yang berasal dari alam ini banyak diteliti untuk energi gerak rotor kemudian menjadi energi listrik.
kemudian bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk Besarnya energi listrik yang dihasilkan dipengaruhi
keperluan manusia. Salah satu yang menjadi fokus oleh beberapa faktor di antaranya adalah sebagai
penelitian pada saat ini yaitu energi angin yang juga berikut [8] :
diteliti di situs Ciheras, Tasikmalaya. Alasan energi a. Rotor (kincir), rotor turbin sangat bervariasi
angin ini banyak diteliti karena energi ini merupakan jenisnya, diameter rotor akan berbanding lurus
jenis energi terbarukan yang efektif untuk mengurangi dengan daya listrik. Semakin besar diameter
dampak perubahan iklim, meningkatkan tingkat semakin besar pula listrik yang dihasilkan, dilihat
keamanan energi, dan mendukung industri rendah dari jumlah sudut rotor (baling-baling), sudut
karbon [5]. Tempat penelitian energi angin ini dengan jumlah sedikit berkisar antara 3 - 6 buah
mayoritas ada di daerah pantai karena di pantai lebih banyak digunakan.
terdapat banyak angin yang berhembus.
b. Kecepatan angin, kecepatan angin akan
Sumber utama dari energi angin adalah matahari mempengaruhi kecepatan putaran rotor yang akan
dan penyebab terjadinya yaitu karena adanya menggerakkan generator.
perbedaan tekanan diantara permukaan bumi [6].
Perbedaan tekanan tersebut dihasilkan karena c. Jenis generator, generator terbagi dalam beberapa
perbedaan panas radiasi yang diterima oleh berbagai karakteristik yang berbeda, generator yang cocok
wilayah di permukaan bumi itu berbeda. panas radiasi untuk Sistem Konversi Energi Angin (SKEA)
matahari di daerah khatulistiwa tentu lebih besar adalah generator yang dapat menghasilkan arus
daripada di daerah kutub. Angin berhembus listrik pada putaran rendah.
daridaerah yang bertekanan tinggi menuju ke daerah Listrik yang dihasilkan dari Sistem Konversi
yang bertekanan rendah, oleh karenanya angin Energi Angin akan bekerja optimal pada siang hari
berhembus dari daerah khatulistiwa berakhir di daerah dimana angin berhembus cukup kencang
kutub. dibandingkan dengan pada malam hari, sedangkan
penggunaan listrik biasanya akan meningkat pada
Berdasarkan data dari GWEC, potensi sumber malam hari. Untuk mengantisipasinya sistem ini
angin dunia diperkirakan sebesar 50.000 Twh/tahun, sebaiknya tidak langsung digunakan untuk keperluan
sedangkan untuk Indonesia dapat kita amati pada produk-produk elektronik, namun terlebih dahulu
gambar 2 yang dapat menunjukkan peta potensi disimpan dalam satu media seperti baterai atau aki
energi angin di Indonesia. Perbedaan kecepatan udara sehingga listrik yang keluar besarnya stabil dan bisa
terlihat dari perbedaan warnanya. Biru menyatakan digunakan kapan saja. Syarat dan kondisi angin yang

148
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik Luas daerah sapuan angin dapat dicari dengan
dengan kincir angin dan jari-jari 1 meter dapat dilihat rumus sebagai berikut:
seperti pada tabel II berikut [9]. Klasifikasi angin pada A = π.r2
kelompok 3 adalah batas minimum dan angin pada Dengan:
kelompok 8 adalah batas maksimum energi angin A : luas daerah sapuan angin (m2)
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi r : Jari-jari lingkaran turbin (3,5 m)
listrik D: diameter baling-baling (7 m)
Keterangan: (diameter baling-baling untuk
Tabel II. Tingkatan kecepatan angin 10 meter PLTB berdasarkan studi literatur potensi
permukaan tanah energi angin di kota Palu untuk
Tingkat Kecepatan Angin 10 meter permukaan tanah
membangkitkan energi listrik [13]
Kelas Kecepatan Kondisi Alam di Daratan

1 0,00 - 0,2 --------------------------------------------------- Distribusi angin baik arah maupun kecepatan


dapat dihitung dengan menggunakan software
2 0,3 - 1,5 Angin tenang, asap lurus keatas WRPLOT View berbasis Windows yang
memunculkan perhitungan wind rose dan tampilan
3 1,6 – 3,3 Asap bergerak mengikuti arah angina
grafis yang menggambarkan variable meteorologi
4 3,4 – 5,5 Wajah terasa ada angin, daun-daun untuk rentang waktu dan tanggal sesuai kebutuhan
bergoyang pelan, petunjuk arah angin pengguna. Wind rose menggambarkan frekuensi
bergerak kejadian angin pada tiap arah mata angin dan kelas
5 5,5 – 7,9 Debu jalan, kertas beterbangan, ranting
pohon bergoyang kecepatan angin pada lokasi dan waktu tertentu.
6 8,0 – 10,7 Ranting pohon bergoyang, bendera Wind rose dapat pula digunakan untuk
berkibar
7 10,8 13,8 Ranting pohon besar bergoyang, air menampilkan grafik dari kecenderungan arah
plumpang berombak kecil pergerakan angin pada suatu wilayah. Oleh karena
8 13,9 – Ujung pohon melengkung, hembusan pengaruh dari kelerengan lokal, kemungkinan efek
17,1 angin terasa di telinga pesisir, jangkauan alat, dan variabilitas temporal dari
9 17,2 – Dapat mematahkan ranting pohon, jalan
20,7 berat melawan arah angina
angin, perhitungan wind rose tidak selalu mewakili
10 20,8 – Dapat mematahkan ranting pohon, rumah pergerakan riil angin di wilayah tersebut. Manfaat
24,4 rubuh Wind rose biasa digunakan dalam bidang Pelayaran
11 24,5 – Dapat merubuhkan pohon, menimbulkan dan Penerbangan (rancang bangun), Angin Musim
28,4 kerusakan (perubahan arah angin musiman), sebagai analisa
12 28,5 – Menimbulkan kerusakan parah
32,6 untuk pengembangan sumber energi (PLT Angin)
13 32,7 – Tornado dan lain-lain. Gambar 3 menunjukkan tampilan awal
36,9 dari software yang digunakan untuk mengolah data
angin berupa wind rose dan klasifikasi kecepatan
serta frekuensi angin pada suatu wilayah [10].
Perhitungan Potensi Energi Angin secara
matematis berdasarkan rumus sebagaiberikut [6] :
P = ½.C.p.A.v3 (1)
dengan:
P = potensi energi angin (wattday/year)
C = konstanta betz
Konstanta Betz adalah konstanta harganya 16/27
(=59.3%) - batas Betz (Betz limit, diambil dari
ilmuwan Jerman Albert Betz). Angka ini
menunjukkan efisiensi maksimum yang dapat dicapai
oleh rotor turbin angin .
Besarnya nilai C ini memiliki nilai antara 0 – 0,6 Gambar 3. Wind Rose Plot View Software
dan juga tergantung pada jenis turbin yang akan Sumber: http://www.weblakes.com
digunakan.
2. METODOLOGI PENELITIAN
p = kerapatan angin pada waktu tertentu (1,2
kg/m3) Penelitian ini dilakukan di wilayah Sulawesi
Selatan dengan memanfaatkan data reanalisis ERA-
v = kecepatan angin pada waktu tertentu (m/s ) Interim European Centre for Medium-Range Weather
A = luas daerah sapuan angin (m2 ) Forecasts (ECMWF) untuk data angin sinoptik selama

149
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

tahun 2013-2017 dengan resolusi spasial 0,750 x MULAI


0,750. Metode yang digunakan untuk menentukan
wilayah yang berpotensi untuk pembangunan PLTB di
Sulawesi Selatan pada daeah Bira, Makassar, Parepare Data angin UV
dan Watampone berdasarkan literature jurnal Kajian dari ECMWF
potensi angin di wilayah Sulawesi dan Maluku [13].
Kemudian dianalisis menggunakan tabel kondisi angin Download data melalui
sebagai acuan, sehingga didapatkan daerah yang website ECMWF

paling cocok dan berpotensi untuk pembangunan


Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Sulawesi Angin harian u10 dan
Selatan. v10 selama 2013-2017

Data diambil dari web ECMWF, yaitu data angin


permukaan u10 dan v10 di 4 daerah Sulawesi Selatan ODV GrADS 2.0.2
yaitu Bira, Makassar, Parepare dan Watampone, pada Convert
tahun 2013-2017 dalam bentuk .netCDF. Selanjutnya
menggunakan perangkat lunak Ocean Data View Excel Rata-rata
Peta potensi
untuk mengubah ektensi file dari .netCDF menjadi bulanan kecepatan angin
.txt. Setelah mendapatkan data rata-rata bulanan dalam
.txt. Gunakan Microsoft Excel untuk mengolah data
Data rata-rata arah
latitude,longitude,u10,v10 dan daya turbin angin dan kecepatan angin
berdasarkan persamaan (1) dengan diameter baling-
baling 7 m ,kemudian kita menggunakan software
GrADS 2.0.2 serta WRPLOT View untuk WR Plot view

menganalisis secara visual dengan melihat pola


sebaran angin di 4 wilayah penelitian yaitu Bira,
Wind rose angin
Makassar, Parepare dan Watampone. Metode yang
digunakan untuk melihat pola sebaran angina
menggunakan analisis deskriptif. Pola sebaran terlihat Microsoft excel
dari pola gradasi warna dari parameter angin.
Berdasarkan pola gradasi warna tersebut juga dapat di
ketahui besarnya nilai rata-rata arah dan kecepatan Daya listrik
angin di 4 wilayah penelitian. Nilai rata-rata kecepatan
angin kemudian di bandingkan dengan kriteria kondisi
angin untuk menentukan daerah yang berpotensi untuk
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Analisis
(PLTB).
Hasil

SELESAI

Gambar 4. Diagram Alir penelitian


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Skala pemanfaatan Tenaga angin pada umumnya
dikelompokkan dalam skala kecil, menengah dan
besar. Pada wilayah Sulawesi Selatan terdapat daerah-
daerah yang berpotensi sebagai daerah potensi tenaga
angin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Daerah yang berpotensi adalah Bira, Makassar,
Parepare dan Watampone. Tingkat potensi dari
keempat daerah tersebut dapat diinterpretasikan
melalui statistik dari tingkat kecepatan angin rata-rata
dalam periode 2013 – 2017 (5 tahun).
Hasil dari statistik potensi angin Bira, Makassar,
Pare-pare dan Watampone dapat dilihat pada grafik 1.

150
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Kecepatan Angin Rata-rata


tahunan di Sulawesi Selatan
2013-2017
3.0
Kecepatan Angin (m/s)

2.8
2.6
2.4
2.2
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Bira Makassar Parepare Watampone

Lokasi

Grafik 1. Kecepatan Angin Sulawesi Selatan

Berdasarkan grafik 1, hasil pengolahan data


observasi angin di wilayah Sulawesi Selatan dalam
periode 2013 – 2017. Pada periode ini, hasil rata – rata
menunujukkan bahwa rata-rata kecepatan angin
tertinggi terdapat pada daerah Makassar dengan
kecepatan rata-rata sebesar 2,78 m/s. Daerah Bira dan
Pare-pare memiliki kecepatan angin rata-rata sebesar
2,60 m/s, dan Watampone memiliki kecepatan angin
rata-rata sebesar 2,22 m/s.
Selain dari kecepatan angin yang cukup untuk
daerah potensi tenaga angin, arah kecepatan angin
juga merupakan faktor yang penting dalam
menentukan daerah potensi yang cocok untuk
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB). Hasil analisis arah kecepatan angin dapat
dilihat pada gambar 4.

Gambar 5. Ploting arah angin rata-rata bulan Januari


dan Februari tahun 2013 – 2017 di Bira, Makassar,
Parepare, dan Watampone

151
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Gambar 6. Ploting arah angin rata-rata bulan Maret-Juni tahun 2013 – 2017 di Bira, Makassar, Parepare, dan
Watampone

Berdasarkan ploting arah angin di Sulawesi pada musim kemarau. Berdasarkan arah angin ini juga
selatan pada Gambar 5 ,6 dan 7, terlihat bahwa daerah dapat digunakan untuk konsep peletakan arah kincir
yang berpotensi dijadikan pembangunan PLTB angin sehingga dapat di desain berlawanan arah
meliputi daerah Bira, Makassar, Pare-pare, dan dengan arah datangnya angin.
Watampone. Dari keseluruhan wilayah tersebut rata-
rata arah angin dominan dari arah utara. Berdasarkan
arah angin tersebut, jika dikaitkan dengan faktor
klimatologi terlihat pada saat puncak hujan bulan
November-Desember variasinya kecil dibandingkan

152
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Gambar 7. Ploting arah angin rata-rata bulan Juli-Desember tahun 2013 – 2017 di Bira, Makassar, Parepare, dan
Watampone

153
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

daerah Makassar sebesar 2,78 m/s, dan daerah


Watampone sebesar 2,22 m/s. Kecepatan angin rata-
rata ini dapat menjadi acuan dalam menetukan daerah
potensi energi angin. Dari keseluruhan wilayah
tersebut daerah yang memiliki rata-rata arah dan
kecepatan angin tertinggi yaitu daerah Makassar
dengan kecepatan angin rata-rata 2,78 m/s.
Berdasarkan kriteria kondisi angin untuk wilayah
Makassar masuk dalam kelas 3, yang dikategorikan
berpotensi untuk pembangunan PLTB.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di daerah Bira,
Makassar, Pare-pare, dan Watampone menunjukan
bahwa keempat wilayah tersebut berpotensi menjadi
lokasi pembangunan PLTB, karena kecepatan angin
rata-rata bulanannya memenuhi kriteria untuk
Grafik 2. Potensi Daya Listrik Sulawesi Selatan tahun menghasilkan energi listrik dari gerakan angin.
2013-2017 Berdasarkan pengolahan arah angin rata-rata arahnya
didominasi oleh arah utara, sehingga dapat dijadikan
Berdasarkan hasil grafik 2, terlihat bahwa acuan untuk peletakan arah kincir. Dari keempat
potensi angin di wilayah Sulawesi Selatan sangatlah lokasi tersebut yang paling berpotensi ialah Makassar,
besar. Daya rata-rata pertahun yang dihasilkan karena kecepatan anginnya lebih besar sehingga daya
berkisar 101.0 – 196.2 watt/tahun. Daerah Sulawesi listrik yang dihasilkan bisa lebih besar dibanding 3
Selatan yang paling berpotensi dan menghasilkan daya lokasi tersebut.
paling besar adalah daerah Makassar dengan daya
rata-rata 196.2 watt/tahun. Hasil dari penelitian agar dapat dikembangkan
dan diajukan kepada Pemerintah daerah sehingga
menjadi bahan acuan dalam meningkatkan
pembangunan di Sulawesi Selatan dalam hal ini
khususnya energi terbarukan. Selain itu, diperlukan
adanya kerjasama lintas sektoral untuk mewujudkan
pengembangan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB), baik dari kalangan pemerintah,
swasta, serta masyarakat yang ada di wilayah
Sulawesi Selatan.
Instansi pemerintah yang dimaksud dalam hal
ini meliputi Perseroan Terbatas Pembangkit Listrik
Negara (PT-PLN) yang bertanggung jawab atas
ketersediaan listrik dan pengembangan pembangunan
pembangkit listrik. Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) yang bertanggung jawab atas
segala informasi iklim dan cuaca yang dapat
membantu memberikan pandangan terhadap potensi
energi yang dalam hal ini potensi angin yang ada di
Sulawesi Selatan terkait pengembangan Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Gambar 8. Peta Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata 5. REFERENSI
di Sulawesi Selatan
1. Daryanto, Y,2007. Kajian Potensi Angin Untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu. Balai PPT
Berdasarkan peta arah dan kecepatan angin rata-
rata di Sulawesi Selatan pada Gambar 8, terlihat AGG,1-2. Yogyakarta.
bahwa daerah yang berpotensi dijadikan pembangunan 2. DESDM, 2005, Blueprint Pengolahan Energi
PLTB meliputi daerah Bira, Makassar, Pare-pare, dan Nasional 2005-2025, Jakarta.
Watampone. Pada daerah Sulawesi Selatan dalam
periode 2013-2017 memiliki rentang nilai kecepatan 3. Stell,A,2017. Potensi Pembangunan Listrik
angin rata-rata sebesar 2,22 m/s –2,78 m/s. Pada hasil (PLTA) di Indonesia, http://www..Alpen
pengolahan data angin ini, daerah Biradan Parepare Steel.com/article. Diunduh pada tanggal 29 Maret
memiliki kecepatan angin rata-rata sebesar 2,60 m/s, 2018.

154
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

4. Elfajar,A.B., B. D. Setiyawan and C. Dewi, 9. Pembangkit Listrik Tenaga Angin,


"Peramalan Jumlah Wisatawan Kota Batu http://www.kincirangin.info/plat-table.php#.
Menggunakan Metode Time Invariant Fuzzy Diunduh pada tanggal 29 Maret 2018
Time Series, Jurnal Pengembangan Teknologi
10. WRPLOT View, Wind Rose Plots for
Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 1, No. 2, pp.
Meteorological Data. Lakes Environmental
85-94, 2017.
Software, http://www.weblakes.com.Diunduh pada
5. Hemami. 2012. Wind Turbine Technology. New tanggal 29 Maret 2018.
York: Cengage Learning,.
11. Rizkyan, G. A., 2009. Studi Pembangkit Listrik
6. J. Li, F. Cai, L. Qiao dan H. Xie, China Wind Tenaga Angin Laut Untuk memenui Kebutuhan
Energy Outlook 2012, Beijing: Chinese Penerangan Jembatan Suramadu. Thesis. Intitut
Renewable Energy Industry Association, Teknologi Surabaya. Surabaya.
Greenpeace, Global Energy Council, Chinese
12. Habibie,N,M., A.Sasmito dan R.Kurniawan, 2011.
Wind Energy Association, 2012.
Kajian Potensi Energi Angin di Wilayah Sulawesi
7. Klara,S.,A.L. Hand, Baharuddin, dan M.U. dan Maluku. Meteorologi dan geofisika, 12(2),
Pawara., 2013. Kajian Potensi Energi Angin Di 181–187.
Perairan Barat Dan Selatan Pulau Sulawesi.
13. Sam, A, dan D.Patabang,2005. Studi Potensi
Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik.
Energi Angin di Kota Palu Untuk Membangkitkan
Desember 7, 2-3, 2013. Makassar.
Energi Listrik. SMARTek, 3(1),21-2006.
8. Pembangkit Listrik Tenaga Angin,
http://www.community.gunadarma.ac.id.Diunduh
pada tanggal 29 Maret 2018.

155
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Hubungan Nilai SBA (Simple Bouger Anomaly) Terhadap Intensitas


Gempabumi
Emelda Meva Elsera
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar
Email : emeldameva@mail.com
Jln. Prof. Dr. Abdurrahman Basalamah No. 4 Makassar 90231

Abstrak — Intensitas gempabumi merupakan suatu indikator ketika terjadi gempabumi dirasakan. Tingkat intensitas
tersebut dikaitkan dengan nilai percepatan tanah atau lebih dikenal dengan PGA (Peak Ground Acceleration). SBA (Simple
Bouger Anomaly) merupakan perbedaan harga gravitasi bumi sebenarnya dengan nilai gravitasi dari model tanpa
memasukkan koreksi medan (terrain). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan nilai SBA terhadap intensitas
kejadian gempabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode gravitasi dengan mengolah data topex
hingga memperoleh nilai SBA dengan mempertimbangkan nilai densitas berdasarkan metode Parasnis dan Netletton. Kontur
nilai SBA diplot dan dihubungkan dengan nilai intensitas gempabumi MMI (Modified Mercally Intensity). Hasil yang
diperoleh yaitu kontras densitas dari hiposenter ke daerah sekitarnya berbanding terbalik terhadap tingkat guncangan
gempabumi yang dirasakan, jika nilai SBA hiposenter lebih besar dari daerah wilayah sekitarnya. Maka wilayah disekitarnya
akan merasakan guncangan, begitupula sebaliknya. Kemudian nilai SBA yang rendah memiliki intensitas gempabumi yang
tinggi, sehingga hubungan yang didapatkan yaitu berbanding terbalik.

Kata Kunci — Intensitas, Peak Ground Acceleration, Simple Bouger Anomaly

1. PENDAHULUAN Acceleration). Ada beberapa jenis skala intensitas


gempabumi di dunia, diantaranya MMI (Modified
Indonesia merupakan daerah dengan seismisitas
Mercally Intensity), Rossi-Forrel, Medvedev-
yang cukup tinggi. Berdasarkan data BMKG telah
Sponheuer-Karnik (MSK), Japan Meteorological
terjadi sebanyak 6089 kejadian gempabumi di
Agency (JMA) dan lain-lain. Skala tersebut biasanya
Indonesia selama tahun 2017. Gempabumi yang
ditulis dengan angka romawi (I, II, III).
terjadi diakibatkan oleh pertemuan lempeng tektonik
dan akibat aktivitas sesar-sesar lokal yang ada di Salah satu skala intensitas gempabumi yang
wilayah Indonesia. digunakan di Indonesia, yaitu MMI. Skala tersebut
digunakan untuk menggambarkan tingkat guncangan
Efek gempabumi dapat dirasakan di permukaan
yang diakibatkan oleh gempabumi. Skala
bumi. Efek yang dirasakan berupa getaran yang
Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan
menyebabkan tanah dan bangunan juga bergetar.
gempa bumi. Satuan ini diciptakan oleh seorang
Tingkat getaran yang dirasakan di suatu wilayah dapat
vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe
bervariasi. Jenis tanah merupakan salah satu faktor
Mercalli pada tahun 1902. Skala Mercalli terbagi
yang mempengaruhi tingkat getaran. Jika bangunan
menjadi 12 tingkatan berdasarkan informasi dari
dibangun diatas tanah lunak, maka guncangan tersebut
orang-orang yang selamat dari gempabumi tersebut
akan mengalami amplifikasi.
dan juga dengan melihat serta membandingkan
Pengukuran kekuatan gempabumi yang paling tingkat kerusakan akibat gempabumi.
tua yaitu menggunakan nilai intensitas. Intensitas
Shakemap awalnya ditemukan oleh David Wald
gempabumi adalah ukuran kerusakan akibat
didesain dan diimplementasikan oleh Wald dan
gempabumi berdasarkan hasil pengamatan efek
Vincent Quitoriano pada tahun 1996 ketika jumlah
gempabumi terhadap manusia, struktur bangunan dan
stasiun real-time strongmotions sudah mencukupi
lingkungan pada tempat tertentu [6]. Kerusakan yang
dan tersedia dengan menggabungkan jaringan
ditimbulkan akibat gempabumi dapat diklasifikasikan
seismik di California. Shakemap merepresentasikan
ke beberapa tingkat, seperti rusak ringan, sedang, dan
getaran tanah yang dihasilkan oleh suatu gempabumi
berat. Klasifikasi kerusakan dinyatakan dalam suatu
dan berfokus pada bergetarnya tanah akibat
skala dan deskripsi tertentu serta hasilnya bersifat
gempabumi, bukan pada parameter yang
subjektif. Klasifikasi tersebut dikenal dengan istilah
menggambarkan sumber gempa. Shakemap
intensitas gempabumi.
dikembangkan dan menghasilkan peta percepatan
Intensitas gempabumi merupakan skala tingkat tanah maksimum, peta kecepatan maksimum dan
kekuatan getaran di suatu tempat selama gempabumi peta intensitas untuk memperkirakan skala MMI
terjadi [3]. Intensitas gempabumi adalah ukuran untuk menyederhanakan dan memaksimalkan
kekuatan gempabumi yang dirasakan di permukaan. informasi kepada masyarakat. Peta tersebut untuk
Intensitas gempabumi umumnya digambarkan lebih memudahkan dalam menghubungkan antara
dengan skala. Tingkat skala dikaitkan dengan nilai gerakan tanah yang didapat dengan tingkat kerusakan
percepatan tanah atau PGA (Peak Ground yang terjadi.

156
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

. Peta shakemap terbagi menjadi dua jenis, yaitu kegiatan ekplorasi. Sedangkan pemanfaatan motode
peta shakemap corrected dan shakemap non- ini terhadap kejadian gempabumi belum banyak. Hal
corrected. Shakemap corrected adalah shakemap tersebut melatarbelakangi penulis untuk menerapkan
yang diperoleh berdasarkan laporan gempabumi data SBA dari metode gaya berat dengan gempabumi
dirasakan dari masyarakat dan rekaman alat salah satunya mengaitkan dengan intensitas
akselerometer. Sedangkan peta shakemap non- gempabumi.
corrected dibuat berdasarkan model persamaan 2. METODOLOGI PENELITIAN
percepatan tanah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Gayaberat merupakan salah satu metode adalah metode gaya berat. Data yang digunakan dalam
geofisika yang digunakan untuk menggambarkan penelitian adalah data yang berasal dari data topex
struktur geologi bawah permukaan berdasarkan dengan alamat web topex.ucsd.edu/cgi-
variasi medan gravitasi akibat perbedaan densitas bin/get_data.cgi seperti tampilan pada Gambar 1.
secara lateral [7]. Metode ini digunakan untuk Kemudian isi batas koordinat wilayah penelitian dan
membedakan rapat massa suatu material terhadap data yang ingin diperoleh data FAA atau data
lingkungan sekitarnya, sehingga struktur bawah topografi. Data yang diperoleh yaitu data lintang,
permukaan dapat diketahui. bujur, FAA, dan topografi dalam bentuk grid per 1
SBA (Simple Bouger Anomaly) merupakan menit atau 0,0166667 derajat.
perbedaan atau anomali harga gravitasi bumi yang
sebenarnya dengan model nilai gravitasi tanpa
memasukkan koreksi medan (terrain). Nilai anomali
ini telah terkoreksi oleh koreksi alat, pasang surut
(tidal), koreksi apungan (drift), koreksi Bouger, dan
koreksi ketinggian. Nilai SBA diperoleh dengan
rumus:
SBA = FAA – BC (1)
Keterangan:
SBA : Simple Bouger Anomaly Gambar 1. Jendela awal tampilan website topex
FAA : Free Air Anomaly Data tersebut kemudian diolah dengan Microsoft
Excel seperti pada Gambar 2. Nilai BC dan SBA
BC : Bouger Correction dihitung dengan masing-masing rumus (2) dan (1),
sedangkan x dan y digunakan untuk mengestimasi
densitas dengan menerapkan regresi linier.
FAA adalah anomali gayaberat yang dihitung
dari model teoritis dan elevasi di atas permukaan
laut, sedangkan koreksi Bouger (BC) digunakan
untuk menghilangkan efek tarikan suatu massa yang
diperoleh dengan rumus:
BC = 0,04192 * h* ρ (2)
Keterangan:
h : ketinggian (km)
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
rho : densitas batuan (cm/gr3)
Data lain yang digunakan dalam penelitian ini
Intensitas gempabumi bersifat subjektif karena
adalah peta shakemap yang diperoleh dari website
setiap orang atau daerah memiliki respon yang
BMKGhttp://inatews.bmkg.go.id/new/shakemap_diras
berbeda-beda terhadap suatu guncangan. Selain itu,
akan.php dan data rekaman akselerometer jaringan
jarak dan jenis tanah juga mempengaruhi besarnya
non-colocated milik BMKG sebagai validasi. Peta
guncangan akibat gempabumi. Metode gaya berat
kontur SBA yang dihasilkan penulis kemudian
dapat digunakan untuk mengestimasi struktur bawah
dibandingkan dengan peta shakemap BMKG.
permukaan dengan mengestimasi berdasarkan
Kemudian kedua peta tersebut dianalisis berdasarkan
kontras densitas batuan. Berdasarkan nilai densitas
sebaran nilai SBA dan divalidasi dengan nilai PGA
maka kemungkinan jenis tanah dapat diketahui.
rekaman akselerometer. Adapun diagram alir pada
Penelitian terkait metode gaya berat sering penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.
digunakan dalam penentuan struktur bawah
permukaan, identifikasi posisi dan jenis sesar, dan

157
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
-50
1.9
-100 2
2.1
-150 2.2
2.3
2.4
-200 2.5
2.6
-250 2.7
2.8
-300 2.9

Gambar 4. Model Bouger Correction dengan rentang


densitas 1.9 gr/cm3 hingga 2,9 gr/cm3

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian -500
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
-1000
Pengolahan data dimulai dengan menghitung
nilai densitas batuan. Metode yang digunakan untuk
menghitung nilai densitas ada dua, yaitu metode -1500
Parasnis dan Nettleton. Metode Parasnis mencari nilai
rho (ρ) atau densitas batuan pada daerah tersebut -2000
dengan rumus regresi linier:
-2500
(𝑛 ⅀𝑥𝑦)−(⅀𝑥⅀𝑦)
(𝑛 (⅀𝑥2 ))−((⅀𝑥)2 ) (3) Gambar 5. Model topografi wilayah penelitian
Terdapat perbedaan nilai densitas yang diperoleh
Keterangan x adalah nilai FAC (Free Air
menggunakan metode Parasnis dan Nettleton. Nilai
Correction), y adalah nilai FAA, dann adalah jumlah
densitas yang dihasilkan metode Parasnis lebih kecil
data. FAC merupakan koreksi nilai gravitasi terhadap
dibandingkan dengan nilai densitas yang diperoleh
perbedaan ketinggian dengan asumsi bumi dianggap
metode Nettleton. Perbedaan nilai densitas
datar. Estimasi dalam metode Parasnis diturunkan dari
menghasilkan kontur SBA yang berbeda karena nilai
anomali gaya berat. Ekstraksi hubungan persamaan
SBA bergantung pada nilai densitas.
yang mengandung unsur ρ dan membentuk pola
regresi linear y = mx+c. Dimana y dan x adalah Pada penelitian ini, penulis mengambil studi
koordinat ketinggian dan nilai gravitasi yang terukur. kasus kejadian gempabumi dirasakan yang terjadi di
Nilai densitas permukaan merupakan gradien (m) dari Lebak Banten pada tanggal 23 Januari 2018.
grafik tersebut.
Gempabumi Lebak Banten
Metode Nettleton merupakan suatu metode
mencari nilai rho (ρ) densitas batuan dengan cara Parameter gempabumi
membuat model nilai densitas batuan pada daerah
Waktu Gempabumi : 23-01-2018 pukul
tersebut dalam bentuk range nilai. Nilai densitas
batuan yang dipilih adalah yang paling mendekati 13:34:50 WIB
lurus (linear). Penulis mengambil nilai range yakni Koordinat episenter : 7,21LS dan 105,91 BT
mulai dari nilai ρ=1,9 g/cm3 hingga ρ= 2,9 g/cm3 Kedalaman : 10 Km
dengan pertimbangan densitas batuan dasar penyusun Magnitudo : 6,4 SR
kerak berada pada sekitar range tersebut. Penulis Info dirasakan : Jakarta (IV-V MMI)
memilih nilai densitas batuan ρ=2,6 g/cm3 Tangsel (IV-V MMI)
Bogor (IV-V MMI)
Bandung (II-III MMI)
Kebumen (II MMI)

158
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Bantul (I-II MMI) 400


Lampung (III MMI)
Purwakarta (II - III MMI) y = 1.3246x + 90.685 300
Lokasi gempabumi : di Laut, 81 km Barat Daya R² = 0.6229 200
Lebak Banten 100
Gambar 7 merupakan peta shakemap kejadian 0
gempabumi Lebak pada tanggal 23 Januari 2018. -400 -200
Berdasarkan peta tersebut wilayah Jakarta, Banten, -100 0 200
Lampung dan Jawa Barat merasakan guncangan -200
gempabumi, terutama di wilayah Jakarta, Bogor, dan
Tangerang Selatan yang merasakan guncangan -300
hingga intensitas IV-V MMI. Sedangkan Bandung -400
dan Lampung merasakan guncangan dengan
intensitas II-III MMI. Gambar 8. Nilai densitas berdasarkan metode parasnis
Berdasarkan nilai sebaran SBA, daerah yang
berwarna ungu merupakan daerah SBA rendah
dengan kisaran nilai -60 hingga 40 mgal. Daerah
sekitar hiposenter memiliki kontras densitas yang
lebih tinggi yang ditandai dengan warna hijau hingga
merah dengan SBA 120 – 240 mgal. Kemudian,
daerah dengan nilai SBA rendah tersebut
diindikasikan sebagai daerah yang merasakan
guncangan gempabumi yang cukup kuat, diantaranya
wilayah Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bogor
memiliki nilai SBA 20 - 60 mgal, serta Bandung
memiliki nilai SBA 0 - 40 mgal seperti yang
digambarkan pada gambar 9.

Gambar 7. Peta shakemap gempabumi Lebak


(Sumber: BMKG)
Nilai densitas rata-rata yang diperoleh
berdasarkan metode parasnis (Gambar 8) bernilai Gambar 9. Peta sebaran nilai SBA (parasnis)
1,3246 cm/gr3. Nilai densitas tersebut digunakan pada Hasil nilai sebaran SBA yang diperoleh
perhitungan BC dan SBA. Nilai sebaran SBA yang berdasarkan nilai densitas metode netletton (rho=2,6
diperoleh tersebut kemudian diplot dengan gr/cm3) menunjukkan hasil sebaran nilai yang lebih
menggunakan software Surfer. Peta yang dihasilkan merata. Daerah Banten dan Jawa Barat memiliki
adalah peta kontur SBA. sebaran nilai SBA yang rendah dengan rentang nilai -
100 hingga 100 mgal.
Pada Gambar 10 daerah Jakarta, Tangerang
Selatan, Bogor dan wilayah Jawa Barat memiliki nilai
SBA -100 hingga 50 mgal. Untuk daerah banten nilai
SBA berkisar antara 0 hingga 150 mgal. Jika
dibandingkan dengan peta shakemap BMKG, daerah
Banten, Jakarta, dan Jawa Barat merasakan guncangan
dengan intensitas yang cukup besar. Daerah-daerah
tersebut merupakan daerah yang memiliki nilai
sebaran SBA rendah yang ditandai dengan daerah
berwarna ungu. Sedangkan daerah sekitar hiposenter

159
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

memiliki kontras densitas yang besar juga dengan nilai dengan data PGA observasi dari akselerometer yang
100 – 250 mgal. dipasang di Tangerang Selatan dan Jakarta.
Kedua metode penentuan nilai SBA
menunjukkan bahwa nilai sebaran SBA yang
dihasilkan oleh metode nettleton lebih merata
menggambarkan indikasi guncangan jika
dibandingkan dengan metode parasnis. Namun, hasil
tersebut akan lebih baik jika divalidasi dengan struktur
geologi wilayah penelitian, agar lebih detail terkait
densitas batuan dan struktur bawah permukaan
wilayah penelitian.
Berdasarkan hasil tersebut, penulis mendapatkan
indikasi guncangan akibat gempabumi memiliki
hubungan dengan nilai sebaran SBA. Jika kontras
Gambar 10. Peta sebaran nilai SBA (netleton) densitas di daerah hiposenter besar, maka daerah
sekitarnya akan mengalami guncangan yang lebih
Hasil tersebut didukung dengan nilai rekaman
besar, begiupula sebaliknya. Kemudian nilai SBA
PGA yang terekam dibeberapa sensor akselerometer
yang rendah memiliki intensitas gempabumi yang
di wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat yang
tinggi, sehingga hubungan yang didapatkan yaitu
ditunjukkan pada Tabel I.
berbanding terbalik.
Tabel I. Nilai PGA yang terekam pada akselerometer
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Z(gals PGA Intens
No Kode N(gals) E(gals)
) Maksimum itas Berdasarkan penelitian tersebut, penulis
AMG 11,402 13,828
1
I
9,3416
0 6
13,8286 IV menyimpulkan bahwa tingkat guncangan dapat
BAC 4,2255 3,9813 diindikasikan dari nilai sebaran SBA. Kontras
2 2,6307 4,22551 II-III
E 1 4 densitas dari hiposenter ke daerah sekitarnya
BAL 17,344 29,258 35,077
3
B 4 9 0
35,0770 V berbanding terbalik terhadap tingkat guncangan
4 CLJO
60,083 179,46 178,33
178,3314 VII
gempabumi yang dirasakan, jika nilai SBA hiposenter
4 85 14 lebih besar dari daerah wilayah sekitarnya. Maka
6,6576 11,034 13,386
5 JACE 13,3866 IV wilayah disekitarnya akan merasakan guncangan.
9 0 6
7,4640 9,3350 11,284
6 JAPE 11,2846 IV Nilai SBA yang rendah memiliki intensitas
8 8 6
7
JAR 13.994 47.240 52.852
52,8525 V gempabumi yang tinggi dan nilai sebaran SBA tinggi
U 7 8 5
JAT 6,2737 9,1592 9,4328 memiliki intensitas gempabumi yang rendah. Nilai
8 9,43288 IV
A 9 8 8 SBA merupakan identifikasi awal terkait densitas di
7,8869 15,536 18,271 suatu wilayah. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian
9 JAUI 18,2710 IV
3 5 0
4,6729 14,480 11,123 yang lebih lanjut dengan mempertimbangkan struktur
10 PUGI 14,4809 IV
8 9 7 geologi dan jenis tanah wilayah penelitian.
TAS 11,265 16,506 32,677
11 32,6770 V
E 1 8 0 5. REFERENSI
Sensor AMGI, JAPE, JARU dan TASE terletak 1. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,
di daerah Tangerang Selatan memiliki intensitas IV-V 2018, Indonesia [online]
MMI, sensor BALB dan CLJO terletak di Lebak V-
VII MMI, JAUI, JATA dan PUGI terletak di Jakarta http://repogempa.bmkg.go.id, diakses pada tanggal
dengan intensitas berikisar IV-V MMI serta BACE 25 Maret 2018
terletak di Bandung dengan intensitas II-III MMI. 2. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,
Sensor-sensor tersebut mewakili daerah-daerah yang 2018, [online],
memiliki nilai SBA rendah dengan indikasi intensitas
guncangan yang tinggi. http://inatews.bmkg.go.id/new/query_eqfelt.php,
diakses pada tanggal 25 Maret 2018
Peta sebaran nilai SBA yang dihasilkan kedua
metode secara umum menggambarkan wilayah 3. Bormann P., 2002, New Manual of Seismological
Tangerang Selatan dan Jakarta memiliki sebaran nilai Observatory Practice
SBA yang rendah. Perbedaan nilai terjadi karena (MNSOP),GeoForschungsZentrum, Postdam,
adanya perbedaan nilai densitas antara metode Jerman.
Parasnis dan Nettleton. Hasil keduanya menunjukkan 4. http://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi diakses
daerah yang memiliki SBA rendah memiliki intensitas pada tanggal 25 Maret 2018
sebesar IV-V MMI. Hal tersebut didukung juga

160
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

5. Imbron, A. A, 2017, Indonesia [online], Anomali Cekungan Melawi – Ketungau, Kalimantan Barat
Bouguer (Bouguer Anomaly), dengan Metode Gayaberat. JTM Vol. XVIII
No.2/2011. 57-66
https://gefisi.blogspot.co.id/2017/04/ anomali-
bouguer-bouguer-anomaly.html, diakses pada 8. Sriyanto, S. P. Dwi dan Indri Ifantyana. 2016.
tanggal 25 Maret 2018 Identifikasi Patahan Mikro Penyebab Gempa Bumi
Tarakan 21 Desember 2015. Proseding Seminar
6. Kramer, S.L., 1996, Geotechnical Earthquake
Nasional Fisika SNF2016, Vol V 79-84
Engineering. Prentice-Hall.Inc, New Jersey
9. Syirojudin, M, 2017, Materi Pengamatan Bidang
7. Ningrum, T., Kadir, W.G.A., Alawiyah S.,dan
Geofisika Potensial dan Tanda Waktu Diklat Ahli,
Wahyudi, E.J., 2011. Studi Identifikasi Struktur
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan
dan Prospek Hidrokarbon Daerah Frontier Pada
Geofisika, Jakarta

161
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Integrasi Surface Related Multiple Elimination dan Radon dalam Mereduksi


Multiple di Lapangan X
Dewi Rahma Ahmadi1*, Sufrida Hardianti1, Riana Trisartika1, Tumpal Bernhard Nainggolan2
1Fisika,
Universitas Hasanuddin
2Geophysicists,Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
*Email : dewirahmahmadi@gmail.com
Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10, Tamalanrea Indah, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan

Abstrak — Pengolahan data seismik refleksi bertujuan untuk menghasilkan penampang kualitas tinggi dengan S/N yang
rendah. Sehingga dalam pengolahannya, noise yang terkandung dalam penampang tersebut sebisa mungkin diredam. Salah
satu noise yang sering muncul dalam data seimik marine akibat kontras impedansi antar batuan yaitu multiple. Metode yang
digunakan dalam meredam multiple adalam metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan Metode Radon.
Metode SRME dilakukan prediksi multiple kemudian disubstraksikan dengan multiple aslinya. Subtraksi yang digunakan
yaitu subtraksi adaptif yang bertujuan mengurangkan model multiple dan data. Sedangkan metode radon merupakan teknik
demultiple dengan pemisahan sinyal primer dengan mengubah domain data seismik dari domain time-offsett menjadi tau-p.
Berdasarkan hasil pengolahan integrasi dari metode SRME dan radon dapat mereduksi multipe secara optimal.

Kata Kunci — Multiple, Surface Related Multiple Elimination, Radon

1. PENDAHULUAN seismik dalam air laut atau lapisan batuan lunak


sebelum diterima di permukaan oleh receiver.
Metode seismik merupakan salah satu kegiatan
Menurut waktu penjalarannya multiple terbagi atas
eksplorasi hidrokarbon yang terdiri atas tiga tahapan
dua yaitu short period multiple dan long period
yaitu akusisi, pengolahan, dan interpretasi data
multiple.
seismik. Ketiga tahap tersebut saling berkaitan satu
sama lain. Pengolahan data seismik memiliki peran
yang penting yaitu untuk meningkatkan kualitas data
seismik secara maksimal, sehingga dihasilkan
penampang seismik yang mendekati geologi bawah
permukaan yang sebenarnya.
Salah satu masalah yang sering muncul dalam
pengolahan data seismik yaitu banyak terdapat noise
yang membuat gambaran penampang seismik tidak
jelas. Salah satu jenis noise yang sering ditemukan
pada data seismik laut adalah multiple. Keberadaan Gambar 1. Raypath penjalaran gelombang short
multiple membuat gelombang primer sulit dibedakan period mutiple [1]
karena energi multiple menyebabkan energi
gelombang primer menjadi tidak fokus. Padahal
model dasar dalam pengolahan data seismik
berasumsi bahwa data refleksi hanya mengandung
gelombang primer. Sehingga, diperlukan metode
yang dapat mereduksi keberadaan multiple.
Surface related multiple elimination (SRME)
Gambar 2. Raypath penjalaran gelombang long
merupakan metode yang cukup efektif dalam
period mutiple [1]
mereduksi multiple pada data seismik laut, karena
dapat memprediksi keberadaan multiple dari data Short period multiple memiliki waktu tiba gelombang
seismik. Selain itu, metode yang dapat digunakan yang tidak terlalu jauh dari waktu tiba gelombang
dalam mereduksi keberadaan multiple yaitu primer, sehingga multiple dalam data seismik tidak
transformasi radon. Radon transform bekerja dengan jauh dari waktu tiba gelombang primer, sehingga
mentransformasikan data dari domain T-K ke domain multiple dalam data seismik tergambarkan tidak jauh
τ – p dengan tujuan memisahkan data primer dan dari gelombang primer. Sedangkan long period
multiple, sehingga mempermudah dalam melakukan multiple memiliki waktu tiba gelombang yang sangat
proses filtering. besar dari pada waktu tiba gelombang primer,
sehingga multiple jenis long period multiple akan
1.1 Gelombang Multiple
tergambarkan jauh dari gelombang primer [3].
Multiple merupakan salah satu noise yang
muncul karena gelombang seismik mengalami
refleksi berulang akibat terperangkapnya gelombang

162
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

1.2 Surface Related Multiple Elimination (SRME) Tahap yang dilakukan pada penelitian ini antara
lain tahap sebelum pemprosesan (Input data,
Metode Surface Related Multiple (SRME)
Geometri, Filter, Dekonvolusi, dan Muting), tahap
merupakan metode yang tidak memerlukan informasi
pemprosesan dengan menggunakan SMRE dan tahap
bawah permukaan dalam memprediksi keberadaan
pemprosesasan setelah menggunakan interasi metode
multiple. Pada seismik marine, penyebab utama
SRME dan tarnsformasi radon.
munculnya surface related multiple adalah akibat
adanya perbedaan akustik impedansi (AI) yang besar Input Data
antara medium air dengan dasar laut.
Geometri
Prosedur SRME yang diterapkan berdasarkan konsep
bahwa kejadian refleksi multiple adalah disusun oleh Filter

konvolusi dari refleksi primer [7]. Hal ini Dekonvolusi


diimplementasikan ke dalam dua langkah yaitu
melakukan prediksi dari multiple melalui auto-
SRME SRME
konvolusi trace dan melakukan pengurangan multiple Analisa Kecepatan
1. SRME Regularizaton
2. SRME Macro Analisa Kecepatan
hasil prediksi dengan data input [6]. Atenuasi NMO 3. SRME Un-Regularization NMO & Stacking
4. SRME Match Filter
multiple permukaan akan dapat menghilangkan 5. SRME Adaptive Subtraction

refleksi multiple secara efektif tanpa mempengaruhi Radon Profil Penampang Seismik

refleksi primer, bahkan jika pola antara keduanya Stacking


mirip karena metode SRME ini tidak bergantung
pada perbedaan jarak antara sumber dan penerima. Profil Penampang Seismik

Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Data Seismik


Metode SRME terdiri dari lima yaitu SRME
Regularization, SRME Macro, SRME Un- 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
regularization, SRME Match filter ,dan SRME Bagian ini akan dibahas mengenail hasil stack
Adaptivesubtraction. Dimana setiap langkah SRME data sebelum dan setelah dilakukan surface related
ini memiliki fungsi masing-masing dalam mereduksi mutiple elimination (SRME) dan SRME radon.
keberadaan multiple.
1.3 Transfomasi Radon
Metode radon merupakan metode dalam
mereduksi multiple dalam data seismik. Dimana
metode ini mrupakan modifikasi dari transformasi
dalam domain τ – p (Hampson, 1990). Untuk domain
τ – p dalam proses transformasinya dilakukan linear
moveout, dengan hubungan input kordinat (h,t) dan
transformasi koordinat (τ ,p) [8] yaitu,
Gambar 4. Hasil Stack Pre-Processing
t = τ + 2ph
Dimana, t = waktu tempuh; τ = waktu intercept; Gambar 4 merupakan hasil stack data seismik
h =setengah offset; dan p = ray parameter. setelah dilakukan pre-processing dalam hal ini
filtering, true amplitude recovery, muting, dan
Transformasi yang dilakukan dari domain waktu- dekonvolusi. Pada penampang seismik hasil stack pre
jarak ke domain tau-p dilakukan karena pada domain processing menunjukkan masih terdapat multiple
tau-p suatu multiple akan mudah dibedakan terhadap ditandai dengan tanda panah pada 1,3 s dan 1,6-1,8 s.
data primernya. Pada domain ini, sinyal akan Jenis multiple lintasan panjang hadir sebagai sinyal
bertumpuk sehingga dapat dibedakan lebih jelas. yang terpisah dengan sinyal primer atau multiple
Sinyal noise kemudian dipisahkan dari data primer memiliki waktu tiba yang sangat besar dari pada waku
dengan melakukan filter antara primer dan multiple. tiba gelombang primer, sehingga akan tergambarkan
Kemudian dilakukan transfomasi balik (invers) untuk jauh dari refleksi primer [2].
mengembalikan domain radon ke domain t-x
sehingga dihasilkan data refleksi prime multiple Proses awal dari penerapan metode SRME
teratenuasi. adalah mengkonvousikan data input untuk dibuat
2. METODOLOGI PENELITIAN prediksi multiple yang selanjutnya akan dikurangi
dengan data input itu sendiri. Menurut Rahadian
Data yang digunakan pada penelitian ini (2011) SRME yang diaplikasikan bertujuan untuk
merupakan data marine 2D pada lapangan X dengan menekan multiple. Gambar 5 merupakan hasil stack
menggunakan software ProMAX 5000.2. data setelah diaplikasikan metode SRME terlihat
multiple tereduksi ditandai dengan tanda panah.

163
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

mengatenuasi multiple lebih efektif dibandingkan


dengan penerapan tunggal SRME saja.
5. REFERENSI
1. Andrianto W., 2011, Analisis multiple pada data
seismik marine menggunakan metode F-K dan
Radon, Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi,
Program Studi Fisika, Universitas Islam Negeri
Gambar 5. Hasil Stack setelah SRME Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Besta. 2012. Penerapan Metode Dekonvolusi pada
Data Seismik. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Skripsi. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
3. Musto’in, 2007. Pereduksi multiple data seismik
offshore menggunakan metode Radon. Surabaya :
Jurusan Fisika FMIPA ITS.
Gambar 6. Hasil Stack setelah SRME dan Radon 4. Rahadian A. 2011. Penerapan Metode Surface
Penerapan integrasi metode SRME dan Related Multiple Elimination dalam Optimalisasi
transformasi radon lebih efektif dalam mengatenuasi Pengolahan Data Seismik 2D Marine. Fakultas
multiple secara keseluruhan (Gambar 6). Multiple Teknik Pertambangan dan Perminyakan. Tesis.
yang ditunjukkan oleh tanda panah terlihat hampir Bandung (ID) : Institut Teknologi Bandung.
seluruhnya hilang. Hal ini disebabkan karena metode 5. Russel, B, and H. Dan. 1990. Noise Elimination
SRME hanya menghilangkan multiple pada near- and The Radon Transform – Part 1: The Leading
offset sedangkan metode transformasi radon Edge.
menghilangkan multiple pada far-offset.
6. Verschuur D, Berkhout A, Wapernaar C. 1992.
4. KESIMPULAN DAN SARAN Adaptife Surface Related Multiple Elimination.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat Geophysics 57:1166-1177
ditarik kesimpulan penerapan metode Surface Related 7. Wiggins J. 1988. Attenuation of complex water-
Multiple Elimination (SRME) pada penampang bottom multiples by wave-equation-based
seismik di lapangan X cukup efektif dalam prediction and subtraction: Geophysics 53:1527-
mengatenuasi multiple. Integrasi metode Surface 1539
Related Multiple Elimination (SRME) dengan metode
transformasi radon dapat diterapkan untuk 8. Yilmaz, oz. 2001. Seismic Data Analysis (vol. 2).
Houston: Society Exploration Geophysicst

164
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Surface Related Multiple Elimination dalam Mereduksi Multiple di


Lapangan X
Dewi Rahma Ahmadi1*, Asriani1, Muhammad Nasri1,Tumpal Bernhard Nainggolan2
1Fisika, Universitas Hasanuddin
2Geophysicists,Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
*Email : dewirahmahmadi@gmail.com

Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10, Tamalanrea Indah, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan

Abstrak — Multiple merupakan refleksi berulang karena terperangkapnya gelombang di dalam air atau lapisan lapuk.
Keberadaan multiple akan mengganggu penampang seismik dalam pengolahan data dan mempengaruhi hasil interpretasi.
Dalam penelitian ini, proses demultiple yang digunakan adalah Surface Related Multiple Elimination (SRME). Prinsip dari
SRME ini memprediksi multiple dan melakukan pengurangan adaptif multiple prediksi dari data. Sehingga menghasilkan
data seismik yang teah tereduksi multiplenya. Hasil penelitian ini diperoleh metode SRME cukup efektif mereduksi multiple
permukaan.

Kata Kunci — Multiple, Surface Related Multiple Elimination

1. PENDAHULUAN
Dalam data hasil akusisi seismik refleksi
terdapat data primer dan noise, disebabkan perekam
tidak hanya merekam pantulan gelombang primer
tetapi juga merekam pantulan noise. Salah satu noise
yang direkam yaitu mutiple. Multiple merupakan
pengulangan refleksi akibat terperangkapnya
gelombang seismik dalam air laut atau
terperangkapnya dalam lapisan batuan lapuk [1].
Keberadaan multiple sangat mengganggu
pantulan gelombang primer dan memperburuk Gambar 1. Multiple berdasarkan akibat proses
penampang seismik. Didalam rekaman seismik, pembentukan (a) water-colomb reverberation, (b)
masing-masing multiple akan menunjukkan peg-leg multiple, (c) intrabed multiple [2]
morfologi reflektor yang sama dengan reflektor
primernya tetapi waktunya berbeda [1]. Multiple Salah satu metode yang dapat meredam
dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan waktu keberadaan multiple yaitu surface related multiple
penjalarannya, yaitu short period multiple dan long elimination (SRME). Prinsip dari metode SRME ini
period multiple [3]. Kedatangan long period multiple dapat memanipulasi gelombang permukaan secara
terihat jelas sebagai event setelah kedatangan event otomatis tanpa informasi tambahan lainnya (Syiswati,
primernya. Sedangkan short period multiple datang 2014).
lebih cepat daripada long period multiple yaitu Surface Related Multiple Elimination (SRME)
memiliki waktu kedatangan yang mendekati event
primer, sehingga sangat menggganggu event Menurut Verschuur (1991) Metode Surface Related
primernya [3]. Elimination Multiple yaitu metode yang dapat
menghilangkan semua jenis multiple yang penjalaran
Multiple dikategorikan dalam beberapa jenis gelombangnya berhubungan dengan permukaan.
akibat proses pembentukannya yaitu water-colomn
reverberations, peg-leg multiple dan intrabed
multiple. Peg-leg multiple merupakan multiple yang
muncul pada waktu tempuh geombang refleksi
primer di tambah waktu tempuh sea bottom.
Sedangkan intrabed mutiple dimana multiple akan
muncul pada waktu tempuh geombang primer top
gamping ditambah waktu tempuh shale [5].

Gambar 2. Multiple Permukaan orde pertama dapat


dilihat sebagai kombinasi dua refleksi primer yang
dihubungkan satu sama lain pada titik refleksi
permukaan [7]

165
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

Gambar diatas menunjukan ide dasar dari


surface related multiple elimination (SRME).
Dimana multiple permukaan terekam pada multiple R
dengan shot S. Jenis multiple ini merupakan multiple
permukaan karena menghasilkan paing sedikit satu
downward dipermukaan, dalam hal ini A
Multiple
Metode SRME merupakan suatu metode untuk
menekan multiple yang terdapat pada data seismik
dengan memanfaatkan refleksi-refleksi yang terdapat
dalam data seismik untuk memprediksi multiple
permukaan. Dengan melakukan pengurangan adaptif Gambar 4. Hasil Pre-Processing Sebelum SRME
antara data input awal dengan prediksi multiple
permukaan maka akan diperoleh data seismik yang
bersih dari multiple permukaan.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Surface
Related Multiple Elimination (SRME) untuk
mereduksi multiple pada lapangan X. Data ini diolah
dengan menggunakan perangkat lunak ProMax.
Metode Surface Related Multiple Elimination
(SRME) diterapkan melalui tiga langkah yaitu
pertama dengan penghapusan noise non-fisik melalui Gambar 5. Hasil Pre-Processing Sebelum SRME
keteraturan data untuk mendapatkan konfigurasi
sumber seismik dan perekam yang konstan,
menghilangkan interpolasi near offsets dan
intermediate offsets, serta menghapus gelombang
langsung dan refleksi gelombang permukaan.
Selanjutnya adalah memprediksi keberadaan multiple
dengan didasarkan pada pengamatan bahwa setiap
multiple permukaan dapat diprediksi melalui
keteraturan data itu sendiri. Dan terakhir, input data
total dikurangi dengan prediksi multiple, sehingga
menghasilkan data yang bersih dari multiple.
Gambar 6. Hasil Pre-Processing Sebelum SRME

Input Data

Geometri

Filter Multiple
teredam
Dekonvolusi

SRME
1. SRME Regularizaton
2. SRME Macro Analisa Kecepatan
3. SRME Un-Regularization NMO & Stacking Gambar 7. Hasil Pre-Processing Setelah SRME
4. SRME Match Filter
5. SRME Adaptive Subtraction
Profil Penampang Seismik

Gambar 3. Alur Pengolahan Data


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil
penampang stack data data sebelum dan setelah
dilakukan surface related mutiple elimination
(SRME). Pada gambar 4, 5, dan 6 multiple ditandai
dengan adanya lingkaran yang berapada pada waktu 2-
8 s. Gambar 8. Hasil Pre-Processing Setelah SRME

166
Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Fisika Indonesia (PRESISI)
Himpunan Mahasiswa Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Makassar, 14-15 April 2018

5. REFERENSI
1. Abdullah, A., 2007. Ensiklopedia Seismik Online
Ebook, Jakarta.
2. Cao, Zhihing. 2006. Analysis and Application of
the Radon Transform. University of Calgary
3. Lillie and Robert, J. 1999. Whole earth
Geophysics. Prentice-Hall Inc : New Jersey
Gambar 9. Hasil Pre-Processing Setelah SRME 4. Nimamulla R. 2010. Atenuasi multiple
menggunakan Kombinasi SRME dan Radon.
Sedangkan pada gambar 7,8, dan 9 menunjukkan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeahuan Alam.
amplitudo multiple cukup efektif tereduksi Skripsi Depok : Universitas Indonesia.
menggunakan metode surface related multiple
elimination (SRME) sesuai dengan penelitian dari 5. Prihadi, S. 2004. Interpretasi Seismik Geologi.
Nimamulla (2010). Namun berdasarkan penelitian Institut Teknologi Bandung : Bandung.
tersebut SRME tidak sepenuhnya dapat 6. Verschuur, D. J,. 1991. Surface Related Multiple
menghilangkan multiple pada data seismik laut. Eleminatination, An Inversion Approach. Delft :
Karena motode SRME efektif dalam menghilangkan Delft University of Technology.
multiple pada near offsett saja.
7. Verschuur, D. J,. 2006. Seismic multiple removal
4. KESIMPULAN DAN SARAN techniques – past, present, and future: EAGE
Penggunaan metode surface related multiple Publications.
elimination dapat mereduksi multiple pada penampang
seismik dengan cukup efektif, sehingga kualitas data
seismik menjadi lebih baik.

167
INDEKS

A Dewi Rahma Ahmadi, 162 (GL-FU12), 165

Achmad Nasyori, 3 (TM-FU02) (GL-FU13)

Addinal Fikriyah, 107 (GL-FU04) Diah Ayu Suci Kinasi, 44 (IM-FU05)

Adeista Anggrainy Putri Arif, 84 (PF-FU06) Dini Fitriani, 134 (GL- FU08)

Afiat, 101 (GL-FU03) E

Afifah Rahma Kustanto, 101 (GL-FU03) Emelda Meva Elsera, 156 (GLFU11)

Agista Wibiane, 84 (PF-FU06) Erizal, 9 (TM-FU03)

Agus Santoso, 21 (IM-FU01) Erwan Susanto, 124 (GL-FU06)

Ahmad Afifur Rohman, 107 (GL-FU04) F

Alfu Alfin N.U, 107 (GL-FU04) Farhan Hamid Lubis, 134 (GL- FU08)

Ali Umar Dani, 60 (PF-FU02) Febri Yanto, 1 (TM-FU01)

Andi Dian Angriani, 60 (PF-FU02) Fikri Zain Karim, 89 (GL-FU01)

Andi Ferawati Jafar, 60 (PF-FU02) H

Andi Ikhtiar Bakti, 17 (TM-FU05) Hasofiana, 3 (TM-FU02)

Andreas Kurniawan Silitonga, 147 (GL- Hasti Amrih Rejeki, 147 (GL- FU10)

FU10) I
Angga Wijaya, 114 (GL- FU05) Ibnu Abdil Aziz, 49 (IM-FU06)

Anis Fitria Wulandari, 9 (TM-FU03) Ikal Maknun, 14 (TM-FU04)


Anjar Heriwaseso, 107 (GL-FU04) Inayah Mumpuni Budiati, 44 (IM-FU05)

Asriani, 165 (GL-FU13) Iswadi, 3 (TM-FU02)


Aswad, 24 (IM-FU02) J
B Jan Ady, 9 (TM-FU03)

Bagas Probo Wasono, 49 (IM-FU06) Jeni Idia, 66 (PF-FU03)


Bualkar Abdullah, 24 (IM-FU02) K

D Kusumawati Dwi Lestari, 35 (IM-FU04)

Dahlang Tahir, 24 (IM-FU02) Kyagus Maula Nugraha, 1 (TM-FU01)


Defi Rahma Santi, 14 (TM-FU04)
L Rahmat Hidayat, 95 (GL-FU02)
Lestari Agustiningtyas, 107 (GL-FU04) Raka Adhiyatama, 134 (GL- FU08)

M Ramadhan Priadi, 140 (GL- FU09)


M Nizar Firmansyah, 107 (GL-FU04) Rangga Alif Faresta, 71 (PF-FU04)
Mochammad Rizal Fadhillah, 35 (IM-FU04) Reynold Mahubessy, 147 (GL- FU10)
Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok, 28 (IM- Reza Afifudin, 28 (IM-FU03)
FU03) Riana Trisartika, 162 (GL-FU12)
Muh. Said L, 3 (TM-FU02) Riatna, 130 (GL- FU07)
Muh. Syihab Ikbal, 54 (PF-FU01) Rika Agustin, 21 (IM-FU01)
Muhammad Al Thariqsyah, 95 (GL-FU02) Riska Dewi Adelia Saputri, 21 (IM-FU01)
Muhammad F H Hiola, 114 (GL- FU05) Rofi’atul Aliyah, 84 (PF-FU06)
Muhammad Nasir, 66 (PF-FU03) S
Muhammad Nasri, 165 (GL-FU13) Santih Anggereni, 54 (PF-FU01)
Muhammad Nur Firdaus, 134 (GL- FU08) Sigit Setiawan, 71 (PF-FU04)
N Siti Nur Seha, 9 (TM-FU03)
Nabila Alifa Putri Harfi, 95 (GL-FU02) Sri Wahyuni, 130 (GL- FU07)
Nurjamilah, 71 (PF-FU04) Sufrida Hardianti, 162 (GL-FU12)
Nurul Annisa Rahmandita, 49 (IM-FU06) Sugeng Pribadi, 114 (GL- FU05)
O Suhardiman, 77 (PF-FU05)
Otniel Tino Jawa Nduruk, 147 (GL- FU10) Syifa Avicenna, 44 (IM-FU05)
P T
P. L. Gareso, 17 (TM-FU05) Tumpal Bernhard Nainggolan, 162 (GL-
Putri Widya Pangestika, 14 (TM-FU04) FU12), 165 (GL-FU13)

R Y
Rafiqah, 77 (PF-FU05) Yulinar Firdaus, 89 (GL-FU01)
Rahayu Yuliastri Fadhila, 140 (GL- FU09)

Anda mungkin juga menyukai