Anda di halaman 1dari 45

PAPER PENYAKIT DALAM

MALARIA

Paper ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Mengikuti Kepaniteraan


Klinis Senior Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Haji Medan

DISUSUN OLEH :
Muhammad Ilham Mufid
711608911041

PEMBIMBING :
dr. Armon Rahimi, Sp.PD KPTI

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis beerupa paper di Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjudul “Malaria
Plasmodium Vivax” dapat tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada dr. Armon Rahimi, Sp.PD KPTI selaku
pembimbing saya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah
disusun ini masih banyak erdapat kekurangan di dalam penulisannya, baik dalam
penyusunan kalimat maupun di dalam teorinya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Medan, 13 September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka........................................................................................2
2.1. Definisi Malaria................................................................................................2
2.2. Epidemiologi.....................................................................................................2
2.3. Etiologi.............................................................................................................4
2.4. Siklus Hidup Plasmodium................................................................................5
2.5. Patogenesis Malaria..........................................................................................7
2.6. Manifesti Klinis Malaria...................................................................................8
2.6.1. Manifesti Klinis Malaria Tertiana/Vivax/Benigna..............................10
2.7. Diagnosis Malaria.............................................................................................11
2.8. Diagnosa Banding.............................................................................................11
2.9. Penatalaksanaan................................................................................................11
2.10. Monitoring Respon Obat................................................................................15
2.11. Pencegahan dan Vaksin Malaria.....................................................................16
BAB III Laporan Kasus...........................................................................................18
BAB IV Penutup.......................................................................................................36
4.1. Kesimpulan.......................................................................................................36
Daftar Pustaka............................................................................................................37

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global.


Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa), berdampak luas terhadap kualitas
hidup dan ekonomi, serta mengakibatkan kematian. Penyebaran malaria
tergantung pada interaksi antara agent, host, dan lingkungan. Faktor lingkungan
umumnya sangat dominan sebagai penentu kejadian malaria pada suatu wilayah
daerah endemis malaria. ¹·²
Penduduk yang terancam malaria pada umumnya adalah penduduk yang
bertempat tinggal di daerah endemis malaria, baik daerah yang kategori daerah
endemis malaria tinggi dan daerah endemis malaria sedang diperkirakan ada
sekitar 15 juta. Malaria infeksi berat pada anak di daerah endemis dapat
menyebabkan anemia berat, gangguan pernapasan akibat asidosis metabolic atau
malaria serebral, sedangkan pada orang dewasa dapat menyebabkan gangguan

34
pada berbagai macam anggota tubuh. ·

Menurut WHO pada tahun 2000 kasus malaria dan kematian akibat
malaria tidak mengalami perubahan selama dekade, 274 kasus dan 1,1 kematian
akibat malaria akan terjadi kenaikan di tahun 2001 dan 2010. Insiden Malaria
pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1, 9 persen menurun dibanding tahun
2007 (2, 9%), tetapi di Papua Barat mengalami peningkatan tajam jumlah

1
penderita malaria.
Faktor lingkungan meliputi kondisi fisik tempat tinggal, dan perilaku
Masyarakat yang berhubungan dengan kejadian malaria yaitu kebiasaan
menggunakan kelambu, mencari pertolongan untuk berobat dan kebiasaan

3
mengurangi gigitan nyamuk.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Infeksi malaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodium didalam darah
atau jaringan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, adanya antigen
malaria dengan tes cepat, ditemukan DNA/RNA parasit pada pemeriksaan PCR.
Infeksi malaria dapat memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. Pada individu yang imun dapat berlangsung tanpa gejala
(asimtomatis). Penyakit Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
parasit plasmodium didalam eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala demam.
Dapat berlangsung akut atau kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa
komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria
berat. Sejenis infeksi yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang

5
menyebabkan babesiosis.

2.2 EPIDEMIOLOGI
Pada surveilens malaria di masyarakat, tingginya slide positive rate (SPR)
menentukan endemitas suatu daerah dan pola klinis penyakit malaria akan
berbeda. Secara tradisi endemitas daerah dibagi menjadi:
a. HIPOENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rate 0-10%
b. MESOENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rate 10-50%
c. HIPERENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rate 50-75%
d. HOLOENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rate >75%
Parasit rate dan spleen rate ditentukan pada pemeriksaan anak-anak usia 2-9
tahun. Pada daerah holoendemik banyak penderita anak-anak dengan anemia
berat, pada daerah hiperendemik dan mesoendemik mulai banyak malaria
serebral pada usia kanak-kanak (2-10 tahun), sedangkan pada daerah
hipoendemik/daerah tidak stabil banyak dijumpai malaria serebral, malaria
5
dengan gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal pada usia dewasa.
2
Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2011 adalah
0,6% dimana provinsi di atas angka rata-rata nasional adalah Nusa Tenggara Barat,
Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Aceh. Tingkat prevalensi
tertinggi ditemukan di wilayah timur Indonesia, yaitu di Papua Barat (10,6%),
Papua (10,1%) dan Nusa Tenggara Timur (4,4%). Dari hasil Riskesdas diperoleh
Point prevalence malaria adalah 0,6%, namun hal ini tidak menggambarkan
kondisi malaria secara keseluruhan dalam satu tahun karena setiap wilayah dapat
mempunyai masa-masa puncak (pola epidemiologi) kasus yang berbeda-beda.
Spesies parasit malaria yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium
falciparum (86,4%) sedangkan sisanya adalah Plasmodium vivax dan campuran
antara P. falciparum dan P. Vivax. Namun data sebaran parasit perwilayah tidak
diperoleh, sehingga tidak dapat diketahui jenis parasit yang dominan per suatu
6
wilayah.
Sumatera Utara merupakan daerah yang endemis malaria di antaranya
Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Labuhan Batu, Serdang Bedagai, Asahan,
Samosir, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal,
Nias, Nias Selatan, Batu Bara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan
Kabupaten Labuhan Batu Utara. Salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
endemis malaria seperti Kabupaten Nias Selatan merupakan daerah tertinggi kasus
malaria di Sumut dengan 1.163 kasus (3,73 persen), Madina dengan 1.225 kasus
(3,12 persen), Batu Bara dengan 785 kasus (2,07 persen), Labuhan Batu Utara

7
(Labura) dengan 658 kasus (1,97 persen).

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten endemis malaria di


Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan
tahun 2008-2010, jumlah kasus malaria di Kabupaten Asahan selama 2 tahun
terakhir menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2010, terdapat 2.416 kasus klinis
malaria dengan 241 kasus positif dan pada tahun 2011 naik menjadi 4.056 kasus
klinis dengan 687 kasus positif. API malaria di Kabupaten Asahan tahun 2011
mencapai 1,03 per 1.000 penduduk. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun

3
sebelumnya yang hanya mencapai 1,01 per 1.000 penduduk. Data dari Dinas

4
Kesehatan Kabupaten Asahan selama tahun 2012 menunjukkan masih tingginya
angka kesakitan akibat malaria. Mulai Bulan Januari sampai Bulan Desember

8
2012 terdapat 313 kasus positif malaria.

2.3 ETIOLOGI
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang dapat ditandai dengan demam, hepatosplenomegali dan anemia. Plasmodium
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara
alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Spesies Plasmodium
pada manusia adalah:
a. Plasmodium falciparum (P. falciparum).
b. Plasmodium vivax (P. vivax)
c. Plasmodium ovale (P. ovale)
d. Plasmodium malariae (P. malariae)
e. Plasmodium knowlesi (P. knowlesi)
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah
P.falciparum dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan dibeberapa
provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P ovale pernah
ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Pada tahun 2010 di Pulau
Kalimantan dilaporkan adanya P. Knowlesi yang dapat menginfeksi manusia
dimana sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet dan sampai saat
1
ini masih terus diteliti.

5
2.4 SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk Anopheles betina. Berikut ini adalah gambaran siklus siklus
hidup plasmodium:

Gambar 2.1 Siklus Hidup Plasmodium

A. Siklus Pada Manusia.


Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia,
sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran
darah selama lebih kurang setengah jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke
dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon
hati yang terdiri dari 10,000-30,000 merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus
ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.
Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.
Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Merozoit yang berasal dari skizon
hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah.

6
Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit
sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan
aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah
dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini
disebut siklus eritrositer. Pada P. falciparum setelah 2-3 siklus skizogoni darah,
sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium
seksual (gametosit jantan dan betina). Pada spesies lain siklus ini terjadi secara
bersamaan. Hal ini terkait dengan waktu dan jenis pengobatan untuk eradikasi.
Siklus P. knowlesi pada manusia masih dalam penelitian. Reservoar utama
Plasmodium ini adalah kera ekor panjang (Macaca sp). Kera ekor panjang ini
banyak ditemukan di hutan-hutan Asia termasuk Indonesia. Pengetahuan
mengenai siklus parasit tersebut lebih banyak dipahami pada kera dibanding
manusia.
B. Siklus pada nyamuk anopheles betina.
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat
infektif dan siap ditularkan ke manusia. Berikut ini adalah tabel masa inkubasi
plasmodium:

P. falciparum
Plasmodium Masa9Inkubasi
Tabel 2.1 Masa Inkubasi Penyakit –Malaria
14 hari(rata-rata)
(12)
P. vivax 12 – 17 hari (15)
P. ovale 16 – 18 hari (17)
P. malariae
Masa 18 – 40 hari
inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium. Masa (28)
inkubasi adalah
P.knowlesi 10 – 12 hari (11)
rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala
klinis yang ditandai dengan demam. Masa prepaten adalah rentang waktu sejak

7
sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah

1
merah dengan pemeriksaan mikroskopik.

2.5 PATOGENESIS
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang
mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel sel
makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin,
antara lain TNF (Tumor Nekrosis Factor) dan IL-6 (Interleukin-6). TNF dan IL-6
akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu
tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada keempat plasmodium
memerlukan waktu yang bebeda-beda. Plasmodium falciparum memerlukan
waktu 36-48 jam, P. vivax/P. ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam pada
P. falciparum dapat terjadi setiap hari, P. vivax/P. ovale selang waktu satu hari,
dan P. malariae demam timbul selang waktu 2 hari.
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel darah
merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah,
sedangkan P. malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya
1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax ,
P. ovale dan P. malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis. Plasmodium
falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat
terjadi pada infeksi akut dan kronis.
Splenomegali Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana
Plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel
radang ini akan menyebabkan limpa membesar.
Malaria berat akibat P. falciparum mempunyai patogenesis yang khusus.
Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi, yaitu
tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam
tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akanmembentuk knob
yang berisi berbagai antigen P. falciparum. Sitokin (TNF, IL-6 dan lain lain) yang
diproduksi oleh sel makrofag, monosit, dan limfosit akan menyebabkan

8
terekspresinya reseptor endotel kapiler. Pada saat knob tersebut berikatan dengan
reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses sitoadherensi. Akibat dari proses ini
terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan
terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses
terbentuknya “rosette”, yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit
dengan sel darah merah lainnya. Pada proses sitoaderensi ini juga terjadi proses
imunologik yaitu terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF, IL-6
dan lain lain), dimana mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan

1
fungsi pada jaringan tertentu.

2.6 MANIFESTASI KLINIS MALARIA


Trias malaria adalah keadaan menggigil yang diikuti dengan demam dan
keluar keringat yang banyak. Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas
penderita, dan tingginya transmisi infeksi malaria. Berat/ringannya infeksi
dipengaruhi oleh jenis plasmodium (P. Falciparum sering memberikan komplikasi)
daerah asal infeksi (polaresistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan
bayi sering lebih berat), ada gunaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan
nutrisi, kemoprofilaksisdan pengobatan sebelumnya. Berikut ini adalah gambaran
klinis malaria yang ditentukan oleh faktor parasit, pejamu dan sosial-geografi:

9
Gambar 2.2: Gambaran klinis ditentukan oleh faktor parasit, pejamu dan sosial

10
2.6.1 MANIFESTASI KLINIS MALARIA TERTIANA/M.VIVAX/M.
BENIGNA.
Secara epidemiologi pada tahun 1999 diperkirakan terdapat 72-80 juta
penderita malaria vivaks di dunia dan 52% ada di Asia. Saat ini terjadi
peningkatan 2.5 kali lipat jumlah penderita dan secara global beban malaria
vivaks adalah 132-391 juta orang per tahun.
Inkubasi 12-17 hari, bisa lebih panjang 12-20 hari.pada hari-hari pertama
panas iregular, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat tersebut
perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas
menjadi intermiten dan periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria.
Serangan paroksimal biasanya terjadi waktu sore hari. Kepadatan parasit
mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari.
Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun
setelah 14 hari, limpa masih dapat membesar dan panas masih berlangsung. Pada
akhir minggu kelima panas mulai turun. Pada malaria vivaks, limpa dapat
membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran Hackett). Malaria serebral jarang
terjadi. Edema tungkai disebabkan karena hipoalbuminemia. Malaria vivaks
sering menyebabkan relaps. Pada penderita yang semi imun infeksi malaria vivaks
tidak spesifik dan ringan saja; parasitemia hanya rendah; serangan demam hanya
pendek dan penyembuhan lebih cepat. Resistensi terhadap kloroquin pada malaria
vivaks juga dilaporkan di irian jaya dan diaerah lainnya (Sumatera). Relaps sering
terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal di hati pada saat status
imun tubuh menurun. Malaria vivaks saat ini dapat juga berkembang menjadi
malaria berat dan memberikan komplikasi seperti gagal pernapasan, malaria

5
serebral, disfungsi hati dan anemia berat.

9
2.7 DIAGNOSIS

Manifestasi klinis malaria dapat berupa malaria tanpa komplikasi dan


malaria berat. Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium. Untuk malaria berat diagnosis
ditegakkan berdasarkan kriteria WHO. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat
(Rapid Diagnostic Test = RDT).
A. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
a. Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
c. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Setiap penderita dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu
ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria
B. Pemeriksaan fisik
a. Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Sklera ikterik
d. Pembesaran Limpa (splenomegali)
e. Pembesaran hati (hepatomegali)
C. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/rumah
sakit/laboratorium klinik untuk menentukan:
1. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
2. Spesies dan stadium plasmodium
3. Kepadatan parasit.
b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metode imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT perlu
10
dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal kaladuarsanya. Pemeriksaan dengan

9
RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi pengobatan.

2.8 DIAGNOSIS BANDING


Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga
dijumpai pada hampir semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem
respiratorius, influenza, bruselosis, demam tifoid, demam dengue, dan infeksi
bakterial lainnya seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, dan tuberkulosis. Pada
daerah hiper-endemik sering dijumpai penderita dengan infeksi malaria tetapi
tidak menunjukan gejala klinis malaria. Pada malaria berat diagnosis banding
tergantung manifestasi malaria beratnya. Pada malaria dengan ikterus, diagnosis
banding ialah demam tifoid dengan hepatitis, kolesistitis, abses hati, dan
leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul ikterus biasanya tidak dijumpai demam
lagi. Pada malaria serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak lainnya
seperti meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis. Penurunan
kesadaran dan koma dapat terjadi pada gangguan metabolik (diabetes atau uremi),

5
gangguan serebro-vaskular (stroke),eklampsia, epilepsi dan tumor otak.

2.9 PENATALAKSANAAN
1. Malaria Vivaks
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT
(Artemisinin-based Combination Therapy). Pemberian kombinasi ini untuk
meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi
diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi
Artesunat atau Artemeter dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping itu diberikan
primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal. Pengobatan malaria vivaks saat
ini menggunakan ACT di tambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria vivaks
selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB.

a. Pengobatan malaria vivaks lini pertama


Pengobatan malaria vivaks lini pertama adalah seperti yang tertera di bawah ini:
11
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
Hari Jenis
≤5kg 6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥60
Obat
kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 . ≥15 ≥15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - 1/4 1/2 3/4 1 1
Tabel 2.2 Pengobatan lini pertama Malaria Vivaks menurut berat bdan dengan
DHP dan primakuin.

Catatan : sebaiknya dosis pemberian DHP (Dihidroartemisinin+Piperakuin)


berdasarkan berat badan, apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan
maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur.

ATAU

Jumlah tablet perhari menurut berat badan


Hari Jenis Obat
≤5 6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 50-59 ≥60 kg
Kg kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 . ≥15 ≥15 ≥ 15
bulan bulan tahun tah tahun tahun tahun tahun

un
1-3 Artesunat 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4 4

Amodiakuin 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4 4

1-14 Primakuin - - ¼ 1/2 ¾ 1 1 1

Tabel 2.3 Pengobataan lini pertama malaria vivax menurut berat badan
dengan artesunat + amodiakuin dan primakuin

b. Pengobatan malaria vivaks lini kedua


Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak

12
respon terhadap pengobatan ACT. Berikut ini adalah tabel pengobatan lini kedua
malaria vivaks.
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
Hari Jenis Obat
≤5 6-10 11-17 18-30 31-33 34-40 41-45 46-60 ≥60 kg
Kg kg kg kg kg Kg kg kg

0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15 ≥15 ≥15


bulan bulan tahun tahun tahun tahun Tahun tahun tahun
1-7 Kins Sesuai 3 x ½ 3x1 3x 1½ 3x1½ 3x2 3x2½ 3x2½ 3x3
BB
1-14 Primakuin - - 1/4 ½ ¾ ¾ 1 1 1

Tabel 2.4 Pengobataan lini kedua malaria vivax menurut berat badan dengan kina
+ primakuin

2. Pengobatan Malaria Vivaks yang relaps


Pengobatan malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan ACT yang sama
tapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.

3. pengobatan infeksi campuran P.falciparum + P.Vivaks/P.ovale


Pada penderita infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin

13
dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari

Jumlah tablet perhari menurut berat badan


Hari Jenis
≤5kg 6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥60
Obat
kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 . ≥15 ≥15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ¼ 1/2 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ 3/4 1 1
Tabel 2.5 Pengobatan infeksi campur P. Falciparum + P. Vivaks/ P. Ovale dengan
DHP + Primakuin

ATAU

Jumlah tablet perhari menurut berat badan


Hari Jenis Obat
≤5 6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 50-59 ≥60 kg
kg kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 . ≥15 ≥15 ≥ 15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun

1-3 Artesunat 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4 4

Amodiakuin 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4 4

1-14 Primakuin - - ¼ 1/2 ¾ 1 1 1

Tabel 2.6 pengobatan infeksi campur P.falciparum + P.vivaks atau P.ovale


dengan artesunat + amodiakuin dan primakuin
Dosis obat:
a. Amodiakuin basa = 10 mg/kgBB
b. Artesunat = 4 mg/kgBB

Catatan:
a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan, apabila

14
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur
b. Apabila ada ketidakseusaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan
c. Untuk anak obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal
d. ACT tidak boleh diberikan pada ibu hamil trimester 1 dan primakuin tidak

9
boleh diberikan pada ibu hamil.

2.10 MONITORING RESPON PENGOBATAN


Pemakaian obat-obat kombinasi ini juga harus dilakukan monitoring
terhadap respon pengobatan sebab perkembangan resistensi terhadap obat malaria
berlangsung cepat dan luas. Untuk itu semua pengobatan malaria harus dilakukan
monitoring sesuai dengan pedoman WHO 2001, 2003, dan 2009 sebagai berikut:
Dalam pedoman WHO 2010 dituliskan bahwa sejak digunakannya ACT
sebagai pengobatan malaria belum pernah ditemukan kegagalan obat dini (dalam
3 hari pertama). Majoritas kegagalan pengobatan dengan ACT terjadi setelah 14
hari. Dari 39 trial pengobatan artemisinin, yang melibatkan 6124 penderita, pada
32 trial dengan 4917 penderita tidak pernah terjadi kegagalan pengobatan sampai
hari ke-14, sisanya pada 7 trial terjadi kegagalan pada hari ke-14 sekitar 1-7%.
Kegagalan yang terjadi dalam waktu 14 hari harus diobati dengan obat lini ke-2,
yang berdasarkan WHO ada 3 pilihan yaitu:
1. ACT lain yang diketahui lebih efektif
2. Artesunat dengan kombinasi doksisiklin, terasiklin atau klindamisin
selama 7 hari
3. Kina tablet denga kombinasi doksisiklin, terasiklin atau klindamisin
selama 7 hari.
Apabila terjadi kegagalan sesudah 14 hari dari mulai pengobatan ACT,
timbulnya parasit ini dapat disebakan oleh re-infeksi (digigit kembali oleh
nyamuk dan terjadi infeksi) atau rekrudensi. Keadaan hanya dapat dibedakan
dengan PCR (Polimerase Chain Reaction) yang tidak tersedia dilaboratorium

15
5
klinik biasa.

16
2.11 PENCEGAHAN DAN VAKSIN MALARIA
Lebih dari 100 negara di dunia merupakan daerah yang memberikan
transmisi infeksi malaria dan umumnya atau sebagian besar adalah daerah dengan
resistensi obat malaria. Pencegahan terhadap infeksi malaria diperlukan untuk
melindungi pendatang dalam arti turis domestik/ internasional ataupun pelaku
bisnis yang umumnya ialah pendatang yang tinggal dalam waktu pendek.
Sebagian lain ialah pendatang sebagai pekerja ataupun pendatang yang akan
tinggal tetap baik berupa migrasi spontan maupun program transmigrasi.
Tindakan pencegahan umumnya diperlukan karena untuk menghindari infeksi dari
kelompok yang rentan terhadap infeksi malaria dimana umumnya tidak memiliki
kekebalan tubuh sehingga manifestasi malaria sangat mungkin berlaku berat dan
dapat menyebabkan kematian.
Kemungkinan terjangkitan infeksi malaria pada pendatang tergantung
resiko transmisi disuatu daerah, dari studi terbaru didapatkan realtif risk di asia
tenggara (termasuk indonesia) ialah 11,5 (8,3-15,8), di asia selatan 53,8 (37,4-77,4)
dan tertinggi di afrika 207,6 (164,7-261,8). Umumnya gejala klinis malaria pada
pelancong timbul 30 hari setalah kembali dari perjalanan (95%): akan tetapi dapat
terjadi pada kurun waktu 12 hari sampai berbulan bulan.
Managemen pencegahan terjadi dari:
1. Tingkah laku dan intervensi non-obat: ini meliputi pengetahuan
tentang transmisi malaria di daerah kunjungan, pengetahuan tentang
ifeksi malaria, menghindarkan dari gigitan nyamuk
2. Pemilihan obat kemoprofilaktis tergantung dari pola reisistensi daerah
kunjungan, usia pelancong, lama kunjungan, kehamilan, kondisi
penyakit tertentu penderita, toleransi obat dan faktor ekonomi
3. Obat kemoprofilaktis: yang dapat dipakai sebagai obat pencegahan
ialah atovaquone-proguani (malarone),dosisiklin, klorokuin, dan
meflokuin harus diteruskan sampai 4 minggu selesai perjalanan.
Malarone dan dosisiklin dapat dimulai 1-2 hari sebelum perjalanan
sedangkan untuk klorokuin harus mulai 1 minggu sebelum mulai

17
perjalanan, sedangkan meflokuin harus mulai 2-3 minggu sebelum
perjalanan. Primakuin merupakan obat yang digunakan untuk
profiaksis dengan resiko terjadinya hemolisis karenanya dianjurkan
pemeriksaan enzim G-6-PD sebelum memakai profilaksis primakuin.
Dapat dimulai 1 hari sebelum berangkat dan 7 hari setelah selesai
perjalanan (minimal 14 hari).
Pada daerah dengan resisten klorokuin dianjurkan doksisiklin 100 mg/hari
atau meflokuin 250 mg/minggu atau klorokuin 2 tab/minggu + proguanil 200
mg/hari. Obat lain yang dipakai untuk pencegahan yaitu primakuin doisi 0,5
mg/kgbb/hari; etakuin, atovakuin atau proguanil (malarone) dan azitromicin.
Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang
menyulitkan ialah banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium selain pada
masing-masing bentuk stadium pada daur plasmodium. Oleh karena yang
berbahaya adalah P. Falciparum sekarang baru ditujukan pada pembuatan vaksin
untuk proteksi terhadap P. Falciparum. Pada dasarnya 3 jenis vaksin yang
dikembangkan yaitu vaksin sporozoit (bentuk intrahepatik), vaksin terhadap
bentuk aseksual yang pernah dicoba ialah SPF-66 atau yang dikenal sebagai
vaksin Patarroyo, yang pada penelitian akhir-akhir ini tidak dapat dibuktikan
manfaatnya. Vaksin sporozoit bertujuan mencegah sporozoit menginfeksi sel hati
sehingga diharaokan infeksi tidak terjadi. Vaksin ini dikembangkan melalui
ditemukannya antigen circumsporozoit. Uji coba pada manusia tampaknya
memberikan perlindungan yang bermanfaat, walaupun demikian uji lapangan
sedang dalam persiapkan. HOFFMAN berpendapat bahwa vaksin yang ideal ialah
vaksin yang multi-stage (sporozoit, aseksual) multivalent (terdiri beberapa
antigen) sehingga memberikan respon multi-imun. Vaksin ini dengan teknologi
5
DNA akan diharapkan memberikan respons terbaik dan harga yang tidak mahal.

18
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS ORANG SAKIT

Anamnesa Pribadi
Nama : Zainul Arifin
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pekerjan : Buruh
Alamat :
Suku : Mandailing

Anamnesa Penyakit
Keluhan Utama : Demam
Telaah : Pasien datang ke Rumash Sakit Haji Medan
dengan keluhan demam. Demam sudah dialami
pasien sejak 1 bulan inin. Demam yang dialami
pasien naik turun terutama pada malam hari, pasien
juga mengeluhkan mengigil, mengigil yang dialami
pasien pada saat pasien demam.

Pasien mengatakan pernah bekerja di papua selama


2 bulan, selama bekerja di papua pasien pernah
mengalami demam. Dokter menyatakan bahwa
pasien mengalami penyakit malaria. Setelah pulang
dari papua, pasien kembali demam dan dirawat
dipuskesmas terdekat.

Muntah tidak dirasakan pasien namun pasien


mengeluhkan mual, mual dialami pasien kurang
lebih satu minggu yang lalu, pasien juga

19
mengeluhkan perut kembung pada waktu yang tidak
tentu, penurunan nafsu makan disangkal.

BAK : (+) normal, 3-4 x sehari warna kuning pekat


BAB : (+) normal, 1-2 x perhari
RPT : Malaria
RPK : tidak ada
RPO : tidak ada

Anamnesa Umum
-Badan kurang enak : ya - Tidur : terganggu
-Merasa capek/lemas : ya - Berat badan : normal
-Merasa kurang sehat : ya - Malas : ya
- Menggigil : ya - Demam : ya
-Nafsu makan : Tidak - Pening : ya

Anamnesa Organ
1.Cor
- Dyspneu d’effort : tidak - Cyanosis : tidak
- Dyspneu d’repost : tidak - Angina pectoris : tidak
- Oedema : tidak - Palpitasi cordis : tidak
- Nocturia : tidak - Asma cardial : tidak

2. Sirkulasi Perifer
- Claudicatio intermitten : tidak - Gangguan tropis : tidak
- Sakit waktu istirahat : tidak - Kebas-kebas : tidak

20
- Rasa mati ujung jari : tidak

3. Tractus Respiratorius
- Batuk : tidak - Stridor : tidak
- Berdahak : tidak - Sesak nafas : tidak
- Hemaptoe : tidak - Suara parau : tidak
- Sakit dada waktu bernafas : tidak
- Pernafasan cuping hidung : tidak

4. Tractus Digestivus
A. Lambung
- Sakit diepigastrium sblm/ssdh makan : tidak - Sendawa : tidak
- Rasa panas di epigastrium : tidak - Anoreksia : tidak
- Muntah (freq, warna, isi, dll) : tidak - Dysphagia : tida
- Foetor es ore :
tidak
- Mual–mual : ya - Pyrosis : tidak
- Hematemesis: tidak
- Ructus : tidak
B. Usus
- Sakit di abdomen : tidak - Melena : tidak
- Borborygmi : tidak - Tenesmi : tidak
- Obstipasi : tidak - Flatulensi : ya
- Defekasi (freq, warna, konsistensi) : ya - Haemorrhoid :tidak
- Diare (freq, warna,konsistensi) : tidak
C. Hati dan saluran empedu

- Sakit perut kanan : tidak - Gatal-gatal di kulit : tidak


- memancar ke : tidak - Asites : tidak
- Kolik : tidak - Oedema : tidak
- Ikterus : tidak - Berak dempul : tidak

21
5. Ginjal dan Saluran Kencing

22
-Muka Sembab : tidak
- Oliguria : tidak
-Kolik : tidak - Poliuria : tidak
- Anuria : tidak
-Miksi, mengedan) : Ya (2-3x/hari)
- Polakisuria : tidak
warna kuning jernih.
- Sakit pinggang memancar ke: tidak
6. Sendi
- Sakit : tidak - Sakit digerakkan : tidak
- Sendi kaku : tidak - Bengkak : tidak
- Merah : tidak - Stand abnormal : tidak

7. Tulang
- Sakit : tidak - Fraktur spontan : tidak
- Bengkak : tidak - Deformasi : tidak

8. Otot
- Sakit : tidak - Kejang-kejang : tidak
- Kebas-kebas : tidak - Atrofi : tidak

9. Darah
- Sakit di mulut dan lidah : tidak -Muka pucat : tidak
- Mata berkunang-kunang : tidak - Bengkak : tidak
- Pembengkakan kelenjar : tidak - Penyakit darah : tidak
- Merah di kulit : tidak - Perdarahan Subkutan : tidak

10.Endokrin
A. Pankreas
- Polidipsi : tidak - Pruritus : tidak
- Polifagi : tidak - Pyorrhea : tidak

23
- Poliuri : tidak
B. Tiroid
- Nervositas : tidak - Struma : tidak
- Exoftalmus : tidak - Miksodem : tidak
C. Hipofisis
- Akromegali : tidak - Distrofi adipos kongenital : tidak

11. Fungsi Genital

- Menarche :- - Ereksi: tidak ditanyakan


- Siklus haid : - -Libidoseksual: tidak ditanyakan
- Menopause : - - Coitus: tidak ditanyakan
-G/P/Ab :-

12. Susunan Saraf


- Hipoastesia : tidak - Sakit kepala : ya
- Parastesia : tidak - Gerakan tics : tidak
- Paralisis : tidak

13. Panca Indera


- Penglihatan : normal - Pengecapan : normal
- Pendengaran : normal - Perasaan : normal
- Penciuman : normal

14. Psikis
- Mudah tersinggung : tidak - Pelupa : tidak
- Takut : tidak - Lekas marah : tidak
- Gelisah : tidak
15. Keadaan Sosial
- Pekerjaan : wiraswasta - Hygiene : baik

24
- Anamnesa Penyakit Terdahulu : Malaria

Riwayat Pemakaian obat : tidak ada

Anamnesa Penyakit Veneris


- Bengkak kelenjar regional : tidak - Pyuria : tidak
- Luka – luka di kemaluan : tidak - Bisul – bisul :
tidak Anamnesa Intoksikasi : tidak ada
Anamnesa Makanan:

- Nasi : Freq 3x/hari - Sayur : ya


- Ikan : ya - Daging : ya
Anamnesa Family:
- Penyakit-penyakit family :-
- Penyakit seperti orang sakit :-
- Anak-anak :2, Hidup : 2, Mati : -

Status Presents
Keadaan Umum:
Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Temperatur : 38, 2°C
Pernafasan : 20x/menit, reg, tipe pernafasan: Abdominal
Thoracal

Nadi : 86x/menit, equal, tegangan sedang,


volume sedang
Keadaan Penyakit

- Anemi : tidak - Eritema : tidak


- Ikterik : tidak - Turgor : kembali cepat
- Sianosis : tidak - Gerakan aktif : ya
:
- Dispnoe : tidak - Sikap tidur paksa : tidak
- Edema : tidak

25
Keadaan Gizi
BB : 60 kg TB : 162 cm
2 RBW = BB : TB-100 x
IMT = BB : (TB/100) = 22,9 kg/m2
100%=96%
Kesan : Normoweight Kesan : Normoweight

Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
- Pertumbuhan rambut : normal
- Sakit kalau dipegang : tidak
- Perubahan lokal : tidak
a. Muka
- Sembab : tidak - Parese : tidak
- Pucat : tidak - Gangguan lokal : tidak
- Kuning : tidak
b. Mata
- Stand mata : normal - Ikterus : tidak
- Gerakan : kesegala arah - Anemi : tidak
- Exoftalmos : tidak - Reaksi pupil : RC(+/+) isokor
- Ptosis : tidak - Gangguan : tidak
c. Telinga
- Sekret : tidak -Bentuk : normal
- Radang : tidak -Atrofi : tidak
d. Hidung
- Sekret : tidak - Benjolan-benjolan : tidak
- Bentuk : normal
e. Bibir
- Sianosis : tidak - Kering : tidak
- Pucat : tidak - Radang : tidak
f. Gigi
-Karies : tidak - Jumlah : tidak dihiung
-Pertumbuhan : normal - Pyorrhoe alveolaris: tidak
26
g. Lidah

- Kering : tidak - Beslag : tidak


- Pucat : tidak - Tremor : tidak
- Oral trush : tidak

h. Tonsil
- Merah : tidak - Membran : tidak
- Bengkak : tidak - Angina lacunaris : tidak
- Beslag : tidak

2. Leher
Inspeksi
- Struma : tidak - Torticolis : tidak
- Kelenjar bengkak : tidak - Venektasi : tidak
- Pulsasi vena : tidak
Palpasi
- Posisi trachea : Medial - Kosta servikalis : tidak
- Tekanan vena jugularis : R-2 cm H2O
- Sakit/nyeri tekan : tidak
- Opistotonus : tidak

3. Thorax Depan
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis - Venektasi : tidak
- Simetris/asimetris : Simetris - Pembengkakan : tidak
- Bendungan vena : tidak - Pulsasi verbal: tidak
- Ketinggalan bernafas : tidak - Mammae: Normal
Palpasi

27
-N t b. L if
y :
o
e :
k
-
r
i t a
t i
e d l
k a i
a k
n s
a
: a. I
t s
k
i i
d t
:
a
u
k -
s
-F
c. K
r
u
e
k a
m
o t
i
a
t
r n
u
d g
s
k
i a
s
s t
u
:
a
-
r
:
a d. M
e
: t l
t e
i i b
d d a
a r
k a :
k -
-F
r e. I
e k
m t
i u
s s
s n
e e
m g
e a
n t
28
Perkusi

- Suara perkusi paru : Sonor pada kedua lapang paru


- Batas hati :

 Relatif : ICS V Dekstra


 Absolut : ICS VI Dekstra
 Gerakan bebas : 2 cm
Batas jantung :
 Atas : ICS II Linea Sternalis Sinistra
 Kanan : ICS IV Linea Sternalis Dextra
 Kiri : ICS V 2cm lateral Linea Midclavicularis Sinistra
Auskultasi
 Paru-paru
 Suara pernafasan : Vesikuler pada paru kanan dan kiri
 Suara tambahan : tidak ada
a. Ronkhi basah : (-)
b. Ronkhi kering : (-)
c. Krepitasi : (-)
d. Gesek pleura : (-)
 Cor
 Heart rate : 86 x/menit, reguler, intensitas : sedang
 Suara katup :
M1 > M2 A2 > A1
P2 > P1 A2 > P2
 Suara tambahan :
 Desah jantung fungsionil/organis : tidak
 Gesek pericardial/pleurocardial : tidak

4. Thorax Belakang
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis

29
- Simetris/asimetris : Simetris
- Benjolan-benjolan : tidak
- Scapula alta : tidak
- Ketinggalan bernafas : tidak
- Venektasi : tidak
Palpasi
- Nyeri tekan : tidak
- Fremitus suara : Kanan = kiri
- Penonjolan – Penonjolan : Tidak
Perkusi
- Suara perkusi paru : Sonor pada kedua paru
- Batas bawah paru :
 Kanan : proc. Spin. Vert. Thorakalis IX
 Kiri : proc. Spin. Vert. Thorakalis X
- Gerakan bebas : 2 cm
Auskultasi
- Suara pernafasan : Vesikuler pada paru kanan dan kiri
- Suara tambahan : Tidak ada

30
Flatulensi Pada region Umbilical

5. Abdomen
Inspeksi
- Bengkak : tidak
- Venektasi/pembentukan vena : tidak
- Gembung : tidak
- Sirkulasi kolateral : tidak
- Pulsasi : tidak
Palpasi
- Defens muskular : tidak
- Nyeri tekan : tidak
- Lien : teraba hacket 1
- Ren : tidak teraba
-Hepar :tidak teraba

Perkusi
- Pekak hati : ya
- Pekak beralih : tidak

28
Auskultasi
- Peristaltik usus : (+) normal

6. Genitalia
- Luka : tidak - Nanah : tidak
- Hernia : tidak - Sikatriks : tidak

7. Extremitas
a. Atas Dextra |Sinistra
- Bengkak : tidak | tidak
- Merah : tidak | tidak
- Stand abnormal : tidak | tidak
- Gangguan fungsi : tidak | tidak
- Tes rumpelit : tidak | tidak
Reflex : Biceps : ++ | ++
Triceps : ++ | ++
Radio periost : ++ | ++
b. Bawah Dextra |Sinistra
- Bengkak : tidak | tidak
- Merah : tidak | tidak
- Oedem : tidak | tidak
- Pucat : tidak | tidak
- Ganguuan fungsi : tidak | tidak
- Varises : tidak | tidak
Reflex : KPR : ++ | ++
APR : ++ | ++
Struple : ++ | ++

29
8. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 24/4/2017)

DarahRutin Hasil Nilai normal

Hb 11,7g/dL 13 – 18

Hitung Eritrosit 6 4,5 – 6,5


4,2 /µL
Leukosit 8.100/µL 4.000 – 11.000

Hematokrit 37,4% 40 – 54

Trombosit 67.000/µL 150.000 – 450.000

Index Eritrosit

MCV 95,3fL 80 – 96

MCH 30,0pg 27 – 31

MCHC 31,6% 30 – 34

Hitung Jenis Leukosit

Eosinofil 2% 1–3

Basofil 0% 0–1

N.Stab 0% 2–6

N.Seg 79% 53 – 75

Limfosit 13% 20 – 45

Monosit 6% 4– 8

30
RESUME
Anamnesa

Keluhan Utama : Demam


Telaah : Pasien datang ke Rumash Sakit Haji Medan
dengan keluhan demam. Demam sudah dialami
pasien sejak 1 bulan inin. Demam yang dialami
pasien naik turun terutama pada malam hari , pasien
juga mengeluhkan mengigil, mengigil yang dialami
pasien pada saat pasien demam.

Pasien mengatakan pernah bekerja di papua selama


2 bulan, selama bekerja di papua pasien pernah
mengalami demam. Dokter menyatakan bahwa
pasien mengalami penyakit malaria. Setelah pulang
dari papua, pasien kembali demam dan dirawat
dipuskesmas terdekat.

Muntah tidak dirasakan pasien namun pasien


mengeluhkan mual, mual dialami pasien kurang
lebih satu minggu yang lalu, pasien juga
mengeluhkan perut kembung pada waktu yang tidak
tentu, penurunan nafsu makan disangkal.

BAK : (+) normal , 3-4 x sehari warna kuning pekat


BAB : (+) normal , 1-2 x perhari
RPT : Malaria
RPK : tidak ada
RPO : tidak ada

31
Status Present:

Keadaan umum Keadaan Penyakit Keadaan Gizi


Sensorium: Compos Mentis Anemia : Tidak TB : 162cm
Tekanan Darah :100/60mmHg Ikterus : Tidak BB :60 kg
Nadi :86x/menit Sianosis : Tidak
Nafas:20 x/menit Dyspnoe : Tidak RBW = 96%
Suhu : 38.2°C Edema : Tidak Kesan : Normoweight
Eritema : Tidak
Turgor : Baik IMT :22,9 kg/m2
Gerakan aktif : Ya Kesan
Sikap paksa : Tidak :Normoweight

Pemeriksaan Fisik
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thoraks : Dalam batas normal
Abdomen : Flatulensi di region umbilical
Ekstremitas : Dalam batas normal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Rutin dan Kimia Darah
- Darah : Hb menurun, Trombosit menurun, Hematokrit menurun, MCHC
menurun, N.Stab menurun, N.Seg Menurun, Limfosit Menurun
- Urin : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Tinja : tidak dilakukan pemeriksaan
- Radiologi : tidak dilakukan pemeriksaan

32
Diagnosa Banding :
Obs Febris ec Malaria fever + DHF grade 1
Obs Febrs ec Thyphoid fever + DHF grade 1
Obs Febris ec Chikungunyah + DHF grade 1

Diagnosa :
Obs Febris ec Malaria fever + DHF grade 1

Terapi :

- Aktifitas : Tirah Baring


- Diet : Diet M
- Medikamentosa:
 IVFD NaCl 0,9% 20gtt/menit
 Fima Hess
 Paracetamol 3x1
 Inj Ondansetron 1 amp /8 jam

Pemeriksaan Anjuran/Usul :
 Darah rutin
 Hapusan darah tepi
 IgG dan IgM
 Widal test

33
DISKUSI KASUS

MALARIA TEORI KASUS


VIVAK

Keluhan : Keluhan:
Anamnesa 1.demam, menggigil, berkeringat dan 1.demam, menggigil, Berkeringat,
dapat disertai sakit kepala, mual, mual dan disertai muntah, nyeri
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal kepala
-pegal 2.riwayat sakit malaria dan riwayat
minum obat malaria disangkal
2.Riwayat sakit malaria dan riwayat 3.riwayat berkunjung ke daerah
minumobat malaria endemis malaria yaitu ke papua
3.riwayat berkunjung ke daerah untuk bekerja
endemis malaria 4.riwayat tinggal di daerah endemis
4.riwayat tinggal di daerah endemis malaria di sanggah
malaria

- Suhu tubuh melebihi 37,5 C - Demam 38,2 C


Pemeriksaan - Konjungtiva atau telapak tangan
Fisik pucat - Flatulensi di region Umbilical
- Sklerai kterik
- Splenomegali
- Hepatomegali

Laboratorium Laboraturium :
Pemeriksaan 1.darah rutin 1.Darah Rutin:
Penunjang 2.Pemeriksaan tetes darah malaria Hb 11,7 g/dL
( Pemeriksaan mikroskop darah tepi ) Eritrosit 4,2x
3. Pemeriksaan dengan uji diagnostik 6
10 /µL Trombosit
cepat (Rapid Diagnostic Test).
67.000

34
N N
o
n
-
f1
a .
r
m P
a e
k n
o g
l o
o b
g a
i t
PT a
ie n
rn
m
a a
ht l
a a
bl r
a i
rk a
is v
na i
gn v
aD a
ia k
e s
t1 s
. a
M a
I t
Is
It i
n
i i
F
r m
a e
rh n
m
a g
at g
kn u
o n
l2 a
o. k
g a
iD n
Ii 35
eV A
t
F C
D F
T
a
a A
c a
r k
l t o
e l
0 m
, o
i g
9 s
% i i
BAB IV n
2 i
PENUTUP 0 n
-
g
4.1. Kesimpulan t b
t a
/ usia
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki Zainul arifin s 48 tahun dengan diagnosa Obs
i e
Febris ec Malaria fever + DHF grade 1. Diagnosa ditegakkanF dberdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang. Pasien sudah diberikan terapii baik non farmakologi dan farmakologi.
m C
Keadaan pasien semakin membaik dan sudah diperbolehkan a pulang berobat jalan.
o
m
H
b
e
i
s
n
s
I
a
n
t
j i
o
O n
n
d T
a h
n e
s r
t a
e p
r y
o )
n
d
1 i
t
a a
m m
p b
/ a
h
8
j P
a r
m i
P m
a a
r k
a u
c i 36
e n
t .
a
m D
l s
i
3 s
x
A
5 C
0 T
0
m u
g n
DAFTAR PUSTAKA t
u
k

1. Pedoman Tatalaksana Malaria:Jakarta Kemenkes m RI 2013.


a
l
2. Yudhastuti Naskah Publikasi. Universitasa Muhamadyah Surakarta:
surakarta.2008 r
i
3. Friaraiyatini. . Pengaruh Lingkungan dan Perilaku
a Masyarakat Terhadap
Kejadian Malaria di Kab. Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, Edisi Januari 2006,
v II (2): 121-128 2006
i
4. Soedart . Malaria. Sagung Seto: Jakarta2011 v
a
k
5. Setiadi, Siti., Alwi, Idrus., dkk. Buku Ajar Ilmu
s Penyakit Dalam Jilid 2
edisi VI: Jakarta.2014
s
6. Riskesdas Buletin Jendela Data dan Informasi e Kesehatan Epidemiologi
Malaria di Indonesia. Triwulan 1: Jakarta.2011l
a
7. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Pemprovsu.
m 2010
a

8. . Epidemiologi Malaria di Sumatera Utara Dinkes


1 Asahan. 2012
4

9. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen


h Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan: kemenkes RI Jakarta
a 2012
r
i

d
e
n
g
a
n

d
o
s
i
s
37
0
,
2
5

Anda mungkin juga menyukai

  • Identitas Pasien
    Identitas Pasien
    Dokumen46 halaman
    Identitas Pasien
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • 13 22 3 PB
    13 22 3 PB
    Dokumen4 halaman
    13 22 3 PB
    Ratna Puspa Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Paper Siti
    Paper Siti
    Dokumen65 halaman
    Paper Siti
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Sle Ribka Sitanggang
    Sle Ribka Sitanggang
    Dokumen43 halaman
    Sle Ribka Sitanggang
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Identitas Pasien
    Identitas Pasien
    Dokumen46 halaman
    Identitas Pasien
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa Untuk BPPSDM
    Surat Kuasa Untuk BPPSDM
    Dokumen3 halaman
    Surat Kuasa Untuk BPPSDM
    Riezky Pratama
    Belum ada peringkat
  • Sle Ribka Sitanggang
    Sle Ribka Sitanggang
    Dokumen43 halaman
    Sle Ribka Sitanggang
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Revisi 1
    Revisi 1
    Dokumen61 halaman
    Revisi 1
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Bab I-V Miniproje Belum Fix
    Bab I-V Miniproje Belum Fix
    Dokumen43 halaman
    Bab I-V Miniproje Belum Fix
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Ujian Try Out Ke2
    Ujian Try Out Ke2
    Dokumen16 halaman
    Ujian Try Out Ke2
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Case 1 KD
    Case 1 KD
    Dokumen24 halaman
    Case 1 KD
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Bab I-V Miniproje Belum Fix
    Bab I-V Miniproje Belum Fix
    Dokumen43 halaman
    Bab I-V Miniproje Belum Fix
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Case 1 KD
    Case 1 KD
    Dokumen24 halaman
    Case 1 KD
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Paper Siti
    Paper Siti
    Dokumen65 halaman
    Paper Siti
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Somatoform
    Gangguan Somatoform
    Dokumen13 halaman
    Gangguan Somatoform
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Revisi 1
    Revisi 1
    Dokumen61 halaman
    Revisi 1
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Scribd 1
    Scribd 1
    Dokumen22 halaman
    Scribd 1
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Paper Neurologi
    Paper Neurologi
    Dokumen20 halaman
    Paper Neurologi
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Ujian Try Out Ke2
    Ujian Try Out Ke2
    Dokumen10 halaman
    Ujian Try Out Ke2
    Faisal Fitrah Nasution
    Belum ada peringkat
  • Foto Pemeriksaan Penunjang
    Foto Pemeriksaan Penunjang
    Dokumen4 halaman
    Foto Pemeriksaan Penunjang
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
    Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
    Dokumen17 halaman
    Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Ujian Try Out Ke2
    Ujian Try Out Ke2
    Dokumen1 halaman
    Ujian Try Out Ke2
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Paper Mata
    Paper Mata
    Dokumen9 halaman
    Paper Mata
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Hernia Inguinalis Lateralis
    Hernia Inguinalis Lateralis
    Dokumen20 halaman
    Hernia Inguinalis Lateralis
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • SKIZOFRENIA
    SKIZOFRENIA
    Dokumen24 halaman
    SKIZOFRENIA
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa
    Surat Kuasa
    Dokumen1 halaman
    Surat Kuasa
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Wawan Naufal Habib
    Belum ada peringkat