MALARIA
DISUSUN OLEH :
Muhammad Ilham Mufid
711608911041
PEMBIMBING :
dr. Armon Rahimi, Sp.PD KPTI
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis beerupa paper di Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjudul “Malaria
Plasmodium Vivax” dapat tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada dr. Armon Rahimi, Sp.PD KPTI selaku
pembimbing saya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah
disusun ini masih banyak erdapat kekurangan di dalam penulisannya, baik dalam
penyusunan kalimat maupun di dalam teorinya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka........................................................................................2
2.1. Definisi Malaria................................................................................................2
2.2. Epidemiologi.....................................................................................................2
2.3. Etiologi.............................................................................................................4
2.4. Siklus Hidup Plasmodium................................................................................5
2.5. Patogenesis Malaria..........................................................................................7
2.6. Manifesti Klinis Malaria...................................................................................8
2.6.1. Manifesti Klinis Malaria Tertiana/Vivax/Benigna..............................10
2.7. Diagnosis Malaria.............................................................................................11
2.8. Diagnosa Banding.............................................................................................11
2.9. Penatalaksanaan................................................................................................11
2.10. Monitoring Respon Obat................................................................................15
2.11. Pencegahan dan Vaksin Malaria.....................................................................16
BAB III Laporan Kasus...........................................................................................18
BAB IV Penutup.......................................................................................................36
4.1. Kesimpulan.......................................................................................................36
Daftar Pustaka............................................................................................................37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
34
pada berbagai macam anggota tubuh. ·
Menurut WHO pada tahun 2000 kasus malaria dan kematian akibat
malaria tidak mengalami perubahan selama dekade, 274 kasus dan 1,1 kematian
akibat malaria akan terjadi kenaikan di tahun 2001 dan 2010. Insiden Malaria
pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1, 9 persen menurun dibanding tahun
2007 (2, 9%), tetapi di Papua Barat mengalami peningkatan tajam jumlah
1
penderita malaria.
Faktor lingkungan meliputi kondisi fisik tempat tinggal, dan perilaku
Masyarakat yang berhubungan dengan kejadian malaria yaitu kebiasaan
menggunakan kelambu, mencari pertolongan untuk berobat dan kebiasaan
3
mengurangi gigitan nyamuk.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Infeksi malaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodium didalam darah
atau jaringan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, adanya antigen
malaria dengan tes cepat, ditemukan DNA/RNA parasit pada pemeriksaan PCR.
Infeksi malaria dapat memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. Pada individu yang imun dapat berlangsung tanpa gejala
(asimtomatis). Penyakit Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
parasit plasmodium didalam eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala demam.
Dapat berlangsung akut atau kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa
komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria
berat. Sejenis infeksi yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang
5
menyebabkan babesiosis.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Pada surveilens malaria di masyarakat, tingginya slide positive rate (SPR)
menentukan endemitas suatu daerah dan pola klinis penyakit malaria akan
berbeda. Secara tradisi endemitas daerah dibagi menjadi:
a. HIPOENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rate 0-10%
b. MESOENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rate 10-50%
c. HIPERENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rate 50-75%
d. HOLOENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rate >75%
Parasit rate dan spleen rate ditentukan pada pemeriksaan anak-anak usia 2-9
tahun. Pada daerah holoendemik banyak penderita anak-anak dengan anemia
berat, pada daerah hiperendemik dan mesoendemik mulai banyak malaria
serebral pada usia kanak-kanak (2-10 tahun), sedangkan pada daerah
hipoendemik/daerah tidak stabil banyak dijumpai malaria serebral, malaria
5
dengan gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal pada usia dewasa.
2
Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2011 adalah
0,6% dimana provinsi di atas angka rata-rata nasional adalah Nusa Tenggara Barat,
Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Aceh. Tingkat prevalensi
tertinggi ditemukan di wilayah timur Indonesia, yaitu di Papua Barat (10,6%),
Papua (10,1%) dan Nusa Tenggara Timur (4,4%). Dari hasil Riskesdas diperoleh
Point prevalence malaria adalah 0,6%, namun hal ini tidak menggambarkan
kondisi malaria secara keseluruhan dalam satu tahun karena setiap wilayah dapat
mempunyai masa-masa puncak (pola epidemiologi) kasus yang berbeda-beda.
Spesies parasit malaria yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium
falciparum (86,4%) sedangkan sisanya adalah Plasmodium vivax dan campuran
antara P. falciparum dan P. Vivax. Namun data sebaran parasit perwilayah tidak
diperoleh, sehingga tidak dapat diketahui jenis parasit yang dominan per suatu
6
wilayah.
Sumatera Utara merupakan daerah yang endemis malaria di antaranya
Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Labuhan Batu, Serdang Bedagai, Asahan,
Samosir, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal,
Nias, Nias Selatan, Batu Bara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan
Kabupaten Labuhan Batu Utara. Salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
endemis malaria seperti Kabupaten Nias Selatan merupakan daerah tertinggi kasus
malaria di Sumut dengan 1.163 kasus (3,73 persen), Madina dengan 1.225 kasus
(3,12 persen), Batu Bara dengan 785 kasus (2,07 persen), Labuhan Batu Utara
7
(Labura) dengan 658 kasus (1,97 persen).
3
sebelumnya yang hanya mencapai 1,01 per 1.000 penduduk. Data dari Dinas
4
Kesehatan Kabupaten Asahan selama tahun 2012 menunjukkan masih tingginya
angka kesakitan akibat malaria. Mulai Bulan Januari sampai Bulan Desember
8
2012 terdapat 313 kasus positif malaria.
2.3 ETIOLOGI
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang dapat ditandai dengan demam, hepatosplenomegali dan anemia. Plasmodium
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara
alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Spesies Plasmodium
pada manusia adalah:
a. Plasmodium falciparum (P. falciparum).
b. Plasmodium vivax (P. vivax)
c. Plasmodium ovale (P. ovale)
d. Plasmodium malariae (P. malariae)
e. Plasmodium knowlesi (P. knowlesi)
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah
P.falciparum dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan dibeberapa
provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P ovale pernah
ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Pada tahun 2010 di Pulau
Kalimantan dilaporkan adanya P. Knowlesi yang dapat menginfeksi manusia
dimana sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet dan sampai saat
1
ini masih terus diteliti.
5
2.4 SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk Anopheles betina. Berikut ini adalah gambaran siklus siklus
hidup plasmodium:
6
Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit
sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan
aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah
dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini
disebut siklus eritrositer. Pada P. falciparum setelah 2-3 siklus skizogoni darah,
sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium
seksual (gametosit jantan dan betina). Pada spesies lain siklus ini terjadi secara
bersamaan. Hal ini terkait dengan waktu dan jenis pengobatan untuk eradikasi.
Siklus P. knowlesi pada manusia masih dalam penelitian. Reservoar utama
Plasmodium ini adalah kera ekor panjang (Macaca sp). Kera ekor panjang ini
banyak ditemukan di hutan-hutan Asia termasuk Indonesia. Pengetahuan
mengenai siklus parasit tersebut lebih banyak dipahami pada kera dibanding
manusia.
B. Siklus pada nyamuk anopheles betina.
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat
infektif dan siap ditularkan ke manusia. Berikut ini adalah tabel masa inkubasi
plasmodium:
P. falciparum
Plasmodium Masa9Inkubasi
Tabel 2.1 Masa Inkubasi Penyakit –Malaria
14 hari(rata-rata)
(12)
P. vivax 12 – 17 hari (15)
P. ovale 16 – 18 hari (17)
P. malariae
Masa 18 – 40 hari
inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium. Masa (28)
inkubasi adalah
P.knowlesi 10 – 12 hari (11)
rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala
klinis yang ditandai dengan demam. Masa prepaten adalah rentang waktu sejak
7
sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah
1
merah dengan pemeriksaan mikroskopik.
2.5 PATOGENESIS
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang
mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel sel
makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin,
antara lain TNF (Tumor Nekrosis Factor) dan IL-6 (Interleukin-6). TNF dan IL-6
akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu
tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada keempat plasmodium
memerlukan waktu yang bebeda-beda. Plasmodium falciparum memerlukan
waktu 36-48 jam, P. vivax/P. ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam pada
P. falciparum dapat terjadi setiap hari, P. vivax/P. ovale selang waktu satu hari,
dan P. malariae demam timbul selang waktu 2 hari.
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel darah
merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah,
sedangkan P. malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya
1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax ,
P. ovale dan P. malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis. Plasmodium
falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat
terjadi pada infeksi akut dan kronis.
Splenomegali Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana
Plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel
radang ini akan menyebabkan limpa membesar.
Malaria berat akibat P. falciparum mempunyai patogenesis yang khusus.
Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi, yaitu
tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam
tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akanmembentuk knob
yang berisi berbagai antigen P. falciparum. Sitokin (TNF, IL-6 dan lain lain) yang
diproduksi oleh sel makrofag, monosit, dan limfosit akan menyebabkan
8
terekspresinya reseptor endotel kapiler. Pada saat knob tersebut berikatan dengan
reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses sitoadherensi. Akibat dari proses ini
terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan
terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses
terbentuknya “rosette”, yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit
dengan sel darah merah lainnya. Pada proses sitoaderensi ini juga terjadi proses
imunologik yaitu terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF, IL-6
dan lain lain), dimana mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan
1
fungsi pada jaringan tertentu.
9
Gambar 2.2: Gambaran klinis ditentukan oleh faktor parasit, pejamu dan sosial
10
2.6.1 MANIFESTASI KLINIS MALARIA TERTIANA/M.VIVAX/M.
BENIGNA.
Secara epidemiologi pada tahun 1999 diperkirakan terdapat 72-80 juta
penderita malaria vivaks di dunia dan 52% ada di Asia. Saat ini terjadi
peningkatan 2.5 kali lipat jumlah penderita dan secara global beban malaria
vivaks adalah 132-391 juta orang per tahun.
Inkubasi 12-17 hari, bisa lebih panjang 12-20 hari.pada hari-hari pertama
panas iregular, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat tersebut
perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas
menjadi intermiten dan periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria.
Serangan paroksimal biasanya terjadi waktu sore hari. Kepadatan parasit
mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari.
Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun
setelah 14 hari, limpa masih dapat membesar dan panas masih berlangsung. Pada
akhir minggu kelima panas mulai turun. Pada malaria vivaks, limpa dapat
membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran Hackett). Malaria serebral jarang
terjadi. Edema tungkai disebabkan karena hipoalbuminemia. Malaria vivaks
sering menyebabkan relaps. Pada penderita yang semi imun infeksi malaria vivaks
tidak spesifik dan ringan saja; parasitemia hanya rendah; serangan demam hanya
pendek dan penyembuhan lebih cepat. Resistensi terhadap kloroquin pada malaria
vivaks juga dilaporkan di irian jaya dan diaerah lainnya (Sumatera). Relaps sering
terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal di hati pada saat status
imun tubuh menurun. Malaria vivaks saat ini dapat juga berkembang menjadi
malaria berat dan memberikan komplikasi seperti gagal pernapasan, malaria
5
serebral, disfungsi hati dan anemia berat.
9
2.7 DIAGNOSIS
9
RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi pengobatan.
5
gangguan serebro-vaskular (stroke),eklampsia, epilepsi dan tumor otak.
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Malaria Vivaks
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT
(Artemisinin-based Combination Therapy). Pemberian kombinasi ini untuk
meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi
diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi
Artesunat atau Artemeter dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping itu diberikan
primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal. Pengobatan malaria vivaks saat
ini menggunakan ACT di tambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria vivaks
selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB.
ATAU
un
1-3 Artesunat 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4 4
Tabel 2.3 Pengobataan lini pertama malaria vivax menurut berat badan
dengan artesunat + amodiakuin dan primakuin
12
respon terhadap pengobatan ACT. Berikut ini adalah tabel pengobatan lini kedua
malaria vivaks.
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
Hari Jenis Obat
≤5 6-10 11-17 18-30 31-33 34-40 41-45 46-60 ≥60 kg
Kg kg kg kg kg Kg kg kg
Tabel 2.4 Pengobataan lini kedua malaria vivax menurut berat badan dengan kina
+ primakuin
13
dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari
ATAU
Amodiakuin 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4 4
Catatan:
a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan, apabila
14
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur
b. Apabila ada ketidakseusaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan
c. Untuk anak obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal
d. ACT tidak boleh diberikan pada ibu hamil trimester 1 dan primakuin tidak
9
boleh diberikan pada ibu hamil.
15
5
klinik biasa.
16
2.11 PENCEGAHAN DAN VAKSIN MALARIA
Lebih dari 100 negara di dunia merupakan daerah yang memberikan
transmisi infeksi malaria dan umumnya atau sebagian besar adalah daerah dengan
resistensi obat malaria. Pencegahan terhadap infeksi malaria diperlukan untuk
melindungi pendatang dalam arti turis domestik/ internasional ataupun pelaku
bisnis yang umumnya ialah pendatang yang tinggal dalam waktu pendek.
Sebagian lain ialah pendatang sebagai pekerja ataupun pendatang yang akan
tinggal tetap baik berupa migrasi spontan maupun program transmigrasi.
Tindakan pencegahan umumnya diperlukan karena untuk menghindari infeksi dari
kelompok yang rentan terhadap infeksi malaria dimana umumnya tidak memiliki
kekebalan tubuh sehingga manifestasi malaria sangat mungkin berlaku berat dan
dapat menyebabkan kematian.
Kemungkinan terjangkitan infeksi malaria pada pendatang tergantung
resiko transmisi disuatu daerah, dari studi terbaru didapatkan realtif risk di asia
tenggara (termasuk indonesia) ialah 11,5 (8,3-15,8), di asia selatan 53,8 (37,4-77,4)
dan tertinggi di afrika 207,6 (164,7-261,8). Umumnya gejala klinis malaria pada
pelancong timbul 30 hari setalah kembali dari perjalanan (95%): akan tetapi dapat
terjadi pada kurun waktu 12 hari sampai berbulan bulan.
Managemen pencegahan terjadi dari:
1. Tingkah laku dan intervensi non-obat: ini meliputi pengetahuan
tentang transmisi malaria di daerah kunjungan, pengetahuan tentang
ifeksi malaria, menghindarkan dari gigitan nyamuk
2. Pemilihan obat kemoprofilaktis tergantung dari pola reisistensi daerah
kunjungan, usia pelancong, lama kunjungan, kehamilan, kondisi
penyakit tertentu penderita, toleransi obat dan faktor ekonomi
3. Obat kemoprofilaktis: yang dapat dipakai sebagai obat pencegahan
ialah atovaquone-proguani (malarone),dosisiklin, klorokuin, dan
meflokuin harus diteruskan sampai 4 minggu selesai perjalanan.
Malarone dan dosisiklin dapat dimulai 1-2 hari sebelum perjalanan
sedangkan untuk klorokuin harus mulai 1 minggu sebelum mulai
17
perjalanan, sedangkan meflokuin harus mulai 2-3 minggu sebelum
perjalanan. Primakuin merupakan obat yang digunakan untuk
profiaksis dengan resiko terjadinya hemolisis karenanya dianjurkan
pemeriksaan enzim G-6-PD sebelum memakai profilaksis primakuin.
Dapat dimulai 1 hari sebelum berangkat dan 7 hari setelah selesai
perjalanan (minimal 14 hari).
Pada daerah dengan resisten klorokuin dianjurkan doksisiklin 100 mg/hari
atau meflokuin 250 mg/minggu atau klorokuin 2 tab/minggu + proguanil 200
mg/hari. Obat lain yang dipakai untuk pencegahan yaitu primakuin doisi 0,5
mg/kgbb/hari; etakuin, atovakuin atau proguanil (malarone) dan azitromicin.
Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang
menyulitkan ialah banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium selain pada
masing-masing bentuk stadium pada daur plasmodium. Oleh karena yang
berbahaya adalah P. Falciparum sekarang baru ditujukan pada pembuatan vaksin
untuk proteksi terhadap P. Falciparum. Pada dasarnya 3 jenis vaksin yang
dikembangkan yaitu vaksin sporozoit (bentuk intrahepatik), vaksin terhadap
bentuk aseksual yang pernah dicoba ialah SPF-66 atau yang dikenal sebagai
vaksin Patarroyo, yang pada penelitian akhir-akhir ini tidak dapat dibuktikan
manfaatnya. Vaksin sporozoit bertujuan mencegah sporozoit menginfeksi sel hati
sehingga diharaokan infeksi tidak terjadi. Vaksin ini dikembangkan melalui
ditemukannya antigen circumsporozoit. Uji coba pada manusia tampaknya
memberikan perlindungan yang bermanfaat, walaupun demikian uji lapangan
sedang dalam persiapkan. HOFFMAN berpendapat bahwa vaksin yang ideal ialah
vaksin yang multi-stage (sporozoit, aseksual) multivalent (terdiri beberapa
antigen) sehingga memberikan respon multi-imun. Vaksin ini dengan teknologi
5
DNA akan diharapkan memberikan respons terbaik dan harga yang tidak mahal.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS ORANG SAKIT
Anamnesa Pribadi
Nama : Zainul Arifin
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pekerjan : Buruh
Alamat :
Suku : Mandailing
Anamnesa Penyakit
Keluhan Utama : Demam
Telaah : Pasien datang ke Rumash Sakit Haji Medan
dengan keluhan demam. Demam sudah dialami
pasien sejak 1 bulan inin. Demam yang dialami
pasien naik turun terutama pada malam hari, pasien
juga mengeluhkan mengigil, mengigil yang dialami
pasien pada saat pasien demam.
19
mengeluhkan perut kembung pada waktu yang tidak
tentu, penurunan nafsu makan disangkal.
Anamnesa Umum
-Badan kurang enak : ya - Tidur : terganggu
-Merasa capek/lemas : ya - Berat badan : normal
-Merasa kurang sehat : ya - Malas : ya
- Menggigil : ya - Demam : ya
-Nafsu makan : Tidak - Pening : ya
Anamnesa Organ
1.Cor
- Dyspneu d’effort : tidak - Cyanosis : tidak
- Dyspneu d’repost : tidak - Angina pectoris : tidak
- Oedema : tidak - Palpitasi cordis : tidak
- Nocturia : tidak - Asma cardial : tidak
2. Sirkulasi Perifer
- Claudicatio intermitten : tidak - Gangguan tropis : tidak
- Sakit waktu istirahat : tidak - Kebas-kebas : tidak
20
- Rasa mati ujung jari : tidak
3. Tractus Respiratorius
- Batuk : tidak - Stridor : tidak
- Berdahak : tidak - Sesak nafas : tidak
- Hemaptoe : tidak - Suara parau : tidak
- Sakit dada waktu bernafas : tidak
- Pernafasan cuping hidung : tidak
4. Tractus Digestivus
A. Lambung
- Sakit diepigastrium sblm/ssdh makan : tidak - Sendawa : tidak
- Rasa panas di epigastrium : tidak - Anoreksia : tidak
- Muntah (freq, warna, isi, dll) : tidak - Dysphagia : tida
- Foetor es ore :
tidak
- Mual–mual : ya - Pyrosis : tidak
- Hematemesis: tidak
- Ructus : tidak
B. Usus
- Sakit di abdomen : tidak - Melena : tidak
- Borborygmi : tidak - Tenesmi : tidak
- Obstipasi : tidak - Flatulensi : ya
- Defekasi (freq, warna, konsistensi) : ya - Haemorrhoid :tidak
- Diare (freq, warna,konsistensi) : tidak
C. Hati dan saluran empedu
21
5. Ginjal dan Saluran Kencing
22
-Muka Sembab : tidak
- Oliguria : tidak
-Kolik : tidak - Poliuria : tidak
- Anuria : tidak
-Miksi, mengedan) : Ya (2-3x/hari)
- Polakisuria : tidak
warna kuning jernih.
- Sakit pinggang memancar ke: tidak
6. Sendi
- Sakit : tidak - Sakit digerakkan : tidak
- Sendi kaku : tidak - Bengkak : tidak
- Merah : tidak - Stand abnormal : tidak
7. Tulang
- Sakit : tidak - Fraktur spontan : tidak
- Bengkak : tidak - Deformasi : tidak
8. Otot
- Sakit : tidak - Kejang-kejang : tidak
- Kebas-kebas : tidak - Atrofi : tidak
9. Darah
- Sakit di mulut dan lidah : tidak -Muka pucat : tidak
- Mata berkunang-kunang : tidak - Bengkak : tidak
- Pembengkakan kelenjar : tidak - Penyakit darah : tidak
- Merah di kulit : tidak - Perdarahan Subkutan : tidak
10.Endokrin
A. Pankreas
- Polidipsi : tidak - Pruritus : tidak
- Polifagi : tidak - Pyorrhea : tidak
23
- Poliuri : tidak
B. Tiroid
- Nervositas : tidak - Struma : tidak
- Exoftalmus : tidak - Miksodem : tidak
C. Hipofisis
- Akromegali : tidak - Distrofi adipos kongenital : tidak
14. Psikis
- Mudah tersinggung : tidak - Pelupa : tidak
- Takut : tidak - Lekas marah : tidak
- Gelisah : tidak
15. Keadaan Sosial
- Pekerjaan : wiraswasta - Hygiene : baik
24
- Anamnesa Penyakit Terdahulu : Malaria
Status Presents
Keadaan Umum:
Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Temperatur : 38, 2°C
Pernafasan : 20x/menit, reg, tipe pernafasan: Abdominal
Thoracal
25
Keadaan Gizi
BB : 60 kg TB : 162 cm
2 RBW = BB : TB-100 x
IMT = BB : (TB/100) = 22,9 kg/m2
100%=96%
Kesan : Normoweight Kesan : Normoweight
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
- Pertumbuhan rambut : normal
- Sakit kalau dipegang : tidak
- Perubahan lokal : tidak
a. Muka
- Sembab : tidak - Parese : tidak
- Pucat : tidak - Gangguan lokal : tidak
- Kuning : tidak
b. Mata
- Stand mata : normal - Ikterus : tidak
- Gerakan : kesegala arah - Anemi : tidak
- Exoftalmos : tidak - Reaksi pupil : RC(+/+) isokor
- Ptosis : tidak - Gangguan : tidak
c. Telinga
- Sekret : tidak -Bentuk : normal
- Radang : tidak -Atrofi : tidak
d. Hidung
- Sekret : tidak - Benjolan-benjolan : tidak
- Bentuk : normal
e. Bibir
- Sianosis : tidak - Kering : tidak
- Pucat : tidak - Radang : tidak
f. Gigi
-Karies : tidak - Jumlah : tidak dihiung
-Pertumbuhan : normal - Pyorrhoe alveolaris: tidak
26
g. Lidah
h. Tonsil
- Merah : tidak - Membran : tidak
- Bengkak : tidak - Angina lacunaris : tidak
- Beslag : tidak
2. Leher
Inspeksi
- Struma : tidak - Torticolis : tidak
- Kelenjar bengkak : tidak - Venektasi : tidak
- Pulsasi vena : tidak
Palpasi
- Posisi trachea : Medial - Kosta servikalis : tidak
- Tekanan vena jugularis : R-2 cm H2O
- Sakit/nyeri tekan : tidak
- Opistotonus : tidak
3. Thorax Depan
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis - Venektasi : tidak
- Simetris/asimetris : Simetris - Pembengkakan : tidak
- Bendungan vena : tidak - Pulsasi verbal: tidak
- Ketinggalan bernafas : tidak - Mammae: Normal
Palpasi
27
-N t b. L if
y :
o
e :
k
-
r
i t a
t i
e d l
k a i
a k
n s
a
: a. I
t s
k
i i
d t
:
a
u
k -
s
-F
c. K
r
u
e
k a
m
o t
i
a
t
r n
u
d g
s
k
i a
s
s t
u
:
a
-
r
:
a d. M
e
: t l
t e
i i b
d d a
a r
k a :
k -
-F
r e. I
e k
m t
i u
s s
s n
e e
m g
e a
n t
28
Perkusi
4. Thorax Belakang
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis
29
- Simetris/asimetris : Simetris
- Benjolan-benjolan : tidak
- Scapula alta : tidak
- Ketinggalan bernafas : tidak
- Venektasi : tidak
Palpasi
- Nyeri tekan : tidak
- Fremitus suara : Kanan = kiri
- Penonjolan – Penonjolan : Tidak
Perkusi
- Suara perkusi paru : Sonor pada kedua paru
- Batas bawah paru :
Kanan : proc. Spin. Vert. Thorakalis IX
Kiri : proc. Spin. Vert. Thorakalis X
- Gerakan bebas : 2 cm
Auskultasi
- Suara pernafasan : Vesikuler pada paru kanan dan kiri
- Suara tambahan : Tidak ada
30
Flatulensi Pada region Umbilical
5. Abdomen
Inspeksi
- Bengkak : tidak
- Venektasi/pembentukan vena : tidak
- Gembung : tidak
- Sirkulasi kolateral : tidak
- Pulsasi : tidak
Palpasi
- Defens muskular : tidak
- Nyeri tekan : tidak
- Lien : teraba hacket 1
- Ren : tidak teraba
-Hepar :tidak teraba
Perkusi
- Pekak hati : ya
- Pekak beralih : tidak
28
Auskultasi
- Peristaltik usus : (+) normal
6. Genitalia
- Luka : tidak - Nanah : tidak
- Hernia : tidak - Sikatriks : tidak
7. Extremitas
a. Atas Dextra |Sinistra
- Bengkak : tidak | tidak
- Merah : tidak | tidak
- Stand abnormal : tidak | tidak
- Gangguan fungsi : tidak | tidak
- Tes rumpelit : tidak | tidak
Reflex : Biceps : ++ | ++
Triceps : ++ | ++
Radio periost : ++ | ++
b. Bawah Dextra |Sinistra
- Bengkak : tidak | tidak
- Merah : tidak | tidak
- Oedem : tidak | tidak
- Pucat : tidak | tidak
- Ganguuan fungsi : tidak | tidak
- Varises : tidak | tidak
Reflex : KPR : ++ | ++
APR : ++ | ++
Struple : ++ | ++
29
8. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 24/4/2017)
Hb 11,7g/dL 13 – 18
Hematokrit 37,4% 40 – 54
Index Eritrosit
MCV 95,3fL 80 – 96
MCH 30,0pg 27 – 31
MCHC 31,6% 30 – 34
Eosinofil 2% 1–3
Basofil 0% 0–1
N.Stab 0% 2–6
N.Seg 79% 53 – 75
Limfosit 13% 20 – 45
Monosit 6% 4– 8
30
RESUME
Anamnesa
31
Status Present:
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thoraks : Dalam batas normal
Abdomen : Flatulensi di region umbilical
Ekstremitas : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Rutin dan Kimia Darah
- Darah : Hb menurun, Trombosit menurun, Hematokrit menurun, MCHC
menurun, N.Stab menurun, N.Seg Menurun, Limfosit Menurun
- Urin : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Tinja : tidak dilakukan pemeriksaan
- Radiologi : tidak dilakukan pemeriksaan
32
Diagnosa Banding :
Obs Febris ec Malaria fever + DHF grade 1
Obs Febrs ec Thyphoid fever + DHF grade 1
Obs Febris ec Chikungunyah + DHF grade 1
Diagnosa :
Obs Febris ec Malaria fever + DHF grade 1
Terapi :
Pemeriksaan Anjuran/Usul :
Darah rutin
Hapusan darah tepi
IgG dan IgM
Widal test
33
DISKUSI KASUS
Keluhan : Keluhan:
Anamnesa 1.demam, menggigil, berkeringat dan 1.demam, menggigil, Berkeringat,
dapat disertai sakit kepala, mual, mual dan disertai muntah, nyeri
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal kepala
-pegal 2.riwayat sakit malaria dan riwayat
minum obat malaria disangkal
2.Riwayat sakit malaria dan riwayat 3.riwayat berkunjung ke daerah
minumobat malaria endemis malaria yaitu ke papua
3.riwayat berkunjung ke daerah untuk bekerja
endemis malaria 4.riwayat tinggal di daerah endemis
4.riwayat tinggal di daerah endemis malaria di sanggah
malaria
Laboratorium Laboraturium :
Pemeriksaan 1.darah rutin 1.Darah Rutin:
Penunjang 2.Pemeriksaan tetes darah malaria Hb 11,7 g/dL
( Pemeriksaan mikroskop darah tepi ) Eritrosit 4,2x
3. Pemeriksaan dengan uji diagnostik 6
10 /µL Trombosit
cepat (Rapid Diagnostic Test).
67.000
34
N N
o
n
-
f1
a .
r
m P
a e
k n
o g
l o
o b
g a
i t
PT a
ie n
rn
m
a a
ht l
a a
bl r
a i
rk a
is v
na i
gn v
aD a
ia k
e s
t1 s
. a
M a
I t
Is
It i
n
i i
F
r m
a e
rh n
m
a g
at g
kn u
o n
l2 a
o. k
g a
iD n
Ii 35
eV A
t
F C
D F
T
a
a A
c a
r k
l t o
e l
0 m
, o
i g
9 s
% i i
BAB IV n
2 i
PENUTUP 0 n
-
g
4.1. Kesimpulan t b
t a
/ usia
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki Zainul arifin s 48 tahun dengan diagnosa Obs
i e
Febris ec Malaria fever + DHF grade 1. Diagnosa ditegakkanF dberdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang. Pasien sudah diberikan terapii baik non farmakologi dan farmakologi.
m C
Keadaan pasien semakin membaik dan sudah diperbolehkan a pulang berobat jalan.
o
m
H
b
e
i
s
n
s
I
a
n
t
j i
o
O n
n
d T
a h
n e
s r
t a
e p
r y
o )
n
d
1 i
t
a a
m m
p b
/ a
h
8
j P
a r
m i
P m
a a
r k
a u
c i 36
e n
t .
a
m D
l s
i
3 s
x
A
5 C
0 T
0
m u
g n
DAFTAR PUSTAKA t
u
k
d
e
n
g
a
n
d
o
s
i
s
37
0
,
2
5