Analisis Faktor Gay
Analisis Faktor Gay
Homoseksual merupakan masalah global dan modern sekarang ini, gaya hidup atau
life style merupakan hal yang sangat penting dan kerap menjadi ajang untuk menunjukkan
identitas diri. Homoseksual sudah menjadi suatu fenomena yang banyak dibicarakan di dalam
masyarakat, baik di berbagai negara maupun di Indonesia.Di Indonesia sendiri homo seksual
masih menjadi suatu fenomena seksual yang masih terbilang tabu dan dianggap aneh oleh
sebagian masyarakat, Orientasi seksual disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara
faktor lingkungan, kognitif, dan biologis. Pada sebagian besar individu, orientasi
tertentu yaitu kedua pasangan tidak bertindak atas kecenderungan baik yang aktif maupun
pasif.Maka dari itu pemahaman seksualitas tidak dapat ditinjau dari segi natural semua
homoseksual gay ataupun lesbian pada saat ini menganggap diri mereka itu normal
merupakanperkembangan sosial smata, Berdasarkan data yang didapat oleh Gaya Nusantara
menyebutkan bahwa jumlah gay diIndonesia mencapai angka 20.000 orang. Menurut para
ahli dan PBB jumlah gay 2012 diperkirakan 3 juta,tahun 2010 diperkirakan 800ribu ,Jakarta
seksual sebenarnya merupakan hal yang tidak wajar. Kematangan seksual tidak selalu sejajar
menjadi gay. Selain faktor hormonal, bisa saja seseorang menjadi homoseksual dikarenakan
keluarga yang tidak harmonis, misalnya figur bapak sebagai lakilaki yang kejam membuat
seseorang dapat menjadi homoseksual serta faktor lingkungan (konstruksi sosial) sangat
lingkungan pergaulan dan pertemanan. ternyata juga menjadi penyuka sesama jenis. Atau
bisa saja karena interaksi berbagai faktor yaitu faktor lingkungan (sosiokultural), biologis,
dan faktor pribadi/personal (psikologis).Jadi banyak faktor penyebab, dan harus ditelaah dulu
lebih lanjut.
Pemicu seseorang individu menjadi homoseksual dibagi menjadi 3 hal yaitu yang
pertama precipating event yaitu pemicu awal seseorang menjadi homoseksual. Pemicu
awalnya adalah traumatis yaitu peristiwa disodomi waktu kecil, pernah ditolak wanita yang
dicintainya, pernah disakiti oleh wanita yang dicintainya, yang semuanya itu menjadi
Pemicu kedua yaitu conditioning event yaitu faktor penguat yang menyebabkan seseorang
dengan keadaan homoseksual. Faktor penguat ini berasal dari lingkungan yang terdiri dari
orang tua yang memperlakukan anaknya seperti wanita, memperbolehkan anak laki-lakinya
mengambil jurusan seni tari yang dimana itu identik dengan kondisi wanita. Orang tua juga
tidak mengetahui bahwa seorang anaknya seorang homoseksual sehingga anak tersebut
merasa bebas karena tidak ada yang menghukum atas pilihan hidupnya menjadi homoseksual.
Lingkungan kawan juga menjadi penguat kondisi homoseksual subyek sering bergaul dengan
homoseksual. Faktor pemicu ketiga yaitu consequensy event pada diri homoseksual yang
dapat dilihat dari faktor kenyamanan pada kondisi homoseksual. subyek penelitian lebih
himpitan ekonomi. Kawan-kawan dari subyek ini juga seorang homoseksual dan frekuensi
bertemu mereka dengan lingkungan homoseksual membuat ketiganya semakin tertarik pada
dunia homoseksual tersebut. Sebagian besar kawan-kawan mereka adalah laki-laki dan
Kawan-kawan pergaulan banyak memberi pengaruh dan mendorong subyek penelitian untuk
Lingkungan pergaulan lebih dapat membuat tertarik subyek penelitian karena teman-teman
memberikan perhatian lebih besar dibanding yang diberikan oleh keluarga. Keadaan ini
penelitian lebih sering berkumpul dan menceritakan masalah yang dihadapi dengan teman-
temannya dibandingkan dengan orangtua. nya merasa bahwa teman-teman lebih dapat
mengerti dan sedemikian dengan nya. Subyek penelitian lebih dapat terbuka dan tidak
didalam diri subyek penelitian baik masalah keluarga, pacar dan aktivitas yang dilakukan
menyebabkan ketiganya lebih tertarik pada hubungan homoseksual. Hasrat seksual dan
kepuasan dapat muncul setelah bertemu dengan pacar atau pasangan kencanya atau juga
orang yang dicintainya. Pada saat melakukan hubungan seksual tentu saja subyek penelitian
mendapatkan suatu kenikmatan atau kepuasan. Hal ini membenarkan teori dari freud. tentang
insting dimana freud membagi dua insting hidup juga disebut Eros yaitu dorongan yang
menjamin survival dari reproduksi seperti lapar, haus dan seks. Energi yang dipakai insting
hidup disebut libido. Dalam hal ini, subyek penelitian mendapat suatu kepuasan yang
berhubungan dengan organ seksual. Daerah erogen (erogen zone) yaitu daerah tubuh yang
peka perangsangan pada daerah itu menimbulkan kepuasan yang menghilangkan ketegangan
pada diri subyek penelitian terletak pada daerah anal (anus) saat melakukan hubungan seksual
pasangan homoseksual menyalurkan hasrat seksualnya melalui hubungan anal dan oral.
Sifat feminim yang ada pada diri homoseksual juga mempengaruhi kondisi
homoseksual pada diri subyek penelitian. Pada kenyataannya subyek penelitian tidak memliki
keturunan homoseksual namun sifat subyek penelitian ini ada yang mempunyai sifat feminim
yang ada pada diri mereka sejak kecil. Faktor yang lain yang membuktikan kebenarannya
yaitu menurut pendapat. bahwa faktor lingkungan yang menyebabkan seseorang menjadi
homoseksual dan ada faktor lain lagi yaitu faktor psikodinamika dan pengalaman waktu
kecil. Masa waktu kecil merupakan masa yang mempengaruhi seseorang bertingkah laku
dimasa dewasanya nanti. Pengalaman yang buruk pada masa kecil menyebabkan masa
homoseksual tersebut misalnya saja disodomi, diejek, dan disakiti. Hal-hal yang terjadi
dimasa lalu terus disimpan dialam bawah sadardan mempengaruhi tingkah laku dimasa
mendatang.
menjadi homoseksual dan seiring berjalannya waktu subyek penelitian ini menjadi lebih
nyaman dengan kondisi homoseksual yang ada pada diri masing-masing. Hal ini
membuktikan teori nuture, bahwa perilaku homoseksual disebabkan oleh faktor lingkungan
dan pengalaman tiap seseorang dan juga adanya faktor lingkungan dan pengalaman waktu
kecil dan adanya faktor psikodinamika yaitu adanya gangguan buruk pada masa kanak-kanak.
Sehinga faktor orang tua dan lingkungan sangat penting untuk pasangan homo seksual.
Daftar pustaka
Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Team Penyusun. (2013). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Dan Skripsi. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Kediri.