Anda di halaman 1dari 55

Thypoid Fever + DCA

Pembimbing :
dr. Astri Pinilih, Sp.A

Oleh:
Bayu Prasetyo (19360173)

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak


Universitas Malahayati – RS. Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung 2021
Identitas Pasien
 No. Rekam Medik : 16.24.96 Identitas Orang tua
Nama : An. KN
Pasien

 Jenis Kelamin : Perempuan


 Tanggal Lahir : 22 Desember 2017 Ayah
 Umur : 3 tahun 7 bulan Nama: Tn E
 Agama : Islam
Umur: 31 Th
Pekerjaan : Buruh
 Alamat : Bumi Sari, Natar- Lampung Selatan
Pendidikan terakhir: SMP
 Masuk IGD RSPBA : Jumat, 30 juli 2021, pukul : 08.31 WIB
 Masuk Rawat Inap : Jumat, 30 juli 2021, pukul : 10.30 WIB
 Diagnosis Masuk : GEA dengan dehidrasi ringan-sedang Ibu
 Ruang Perawatan : Lantai 7 RS Pertamina Bintang Amin Nama: Ny. M
 Hubungan Dengan Orang Tua : Anak Kandung Umur: 33 Th
Pekerjaan: Ibu Rumah
Tangga
Pendidikan Terakhir: SMP
Anamnesa
Diperoleh secara alloanamnesis dari ibu pasien pada hari
jumat, 30/07/2021 di IGD pukul 09.00 WIB

Keluhan Utama Keluhan Tambahan

BAB cair sejak 2 hari yang Demam (+), mual (+), muntah (+), lemas (+),
lalu dengan frekuensi > 5x Nafsu makan menurun (+)
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke IGD RS Pertamina Bintang Amin dengan
keluhan BAB cair sejak 2 hari yang lalu SMRS, BAB awal nya masih dengan ampas
nya , lalu hanya air tanpa ampas yg keluar, warna coklat, pasien tampak lemas (+), mual
(+), muntah (+) setiap makan dan minum, disertai demam (+) sejak 2 hari sebelumnya,
BAK baik, ibu pasien mengatakan bahwa pasien nafsu makannya menurun, keluar bintik-
bintik merah di kulit (-).
Ibu os sudah ke mantri tapi tidak ada perubahan. Pasien tidak pernah keluar kota atau
kontak dengan penderita COVID 19 sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami
keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat penyakit lain
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien mengatakan, pada keluarga tidak ada yang
mengalami hal yang serupa.
Riwayat Imunsasi :
Ibu os mengatakan os mengikuti imunisasi sebagai berikut :
BCG : 0 bulan
DPT : 2,3,4 bulan
Polio : 0,2,3,4 bulan
Hepatitis B : 0,2,3,4 bulan
Campak : 9 bulan
Riwayat Kehamilan
Ibu G1P1A0, berat badan saat hamil dinyatakan tidak berlebihan, tekanan
darah normal, ibu memeriksakan kehamilan ke bidan, tidak ada riwayat
trauma maupun infeksi, tidak pernah mengalami keguguran.

Riwayat Persalinan Riwayat Pemberian Makan & Minum


Cara Lahir : Sectio Ceasarea
ASI : Diberikan pada usia 0 bulan – 13 bulan
Tempat Lahir : RSPBA
Setelah 6 bulan os diberikan MPASI berupa pisang yang
Ditolong Oleh : Dokter Spesialis Obgyn
dilumat halus, bubur , nasi tim, dan buah.
Masa gestasi : Cukup Bulan
Pola makan anak saat ini biasa mengkonsumsi nasi, tahu,
Berat lahir : 3000 gram
tempe, ikan, daging, telur, dan kadang buah-buahan. Anak
Panjang lahir : 47 cm
tidak suka makan sayur.
Lahir langsung menangis, sianosis (-), kejang (-)
Frekuensi makan 2-3 kali dalam sehari.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang  Antropometri :

• Kesadaran : Compos Mentis  BB : 14 kg


• Tanda Vital :  PB : 95 cm
•HR : 109x / menit  LK : 47 cm
•RR : 24x / menit
 LILA : 16 cm
•T : 38C
•SpO2 : 98%  LD : 51 cm
 LP : 47 cm
Berdasarkan kurva Antropometri WHO dengan gambaran kurva sebagai berikut:
•Kurva Panjang Badan Menurut Usia

Berdasarkan panjang badan menurut usia


atau HAZ (Height for Age Z-score), os
berada di 0 sd sampai -2 sd
Pada kasus ini kesan anak dengan
Perawakan normal

Berat Badan : 14 Kg
Panjang Badan : 95 Cm
Usia : 3 tahun 7 bln
Berdasarkan kurva Antropometri WHO dengan gambaran kurva sebagai berikut:
•Kurva Berat Badan Menurut Usia

Berdasarkan panjang badan menurut usia


atau WAZ (Weight for Age Z-score), os
berada di 0 sd sampai -2 sd
Pada kasus ini kesan anak dengan Gizi Baik

Berat Badan : 14 Kg
Panjang Badan : 95 Cm
Usia : 3 tahun 7 bln
Berdasarkan kurva Antropometri WHO dengan gambaran kurva sebagai berikut:
•Kurva Berat Badan Menurut Panjang Badan

Berdasarkan berat badan dan panjang badan


WHZ (Weight for Height Z-score), os berada
pada 0 SD.
Pada anak ini kesan normal

Berat Badan : 14 Kg
Panjang Badan : 95 Cm
Usia : 3 tahun 7 bln
Status Generalisata
Kepala
 Bentuk : normosefali.
 Rambut : hitam, lebat, tidak mudah dicabut.
 Mata : Sklera ikterik (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), pupil
isokor (+/+), mata cekung (-/-)
 Telinga : Nyeri tekan auricular (-), massa (-).
 Hidung : Pernafasan cuping hidug (-/-), sekret (-/-).
 Mulut : lidah kotor (+), Bibir kering (+), pecah-pecah (-).
Leher
Add a Slide Title
 Kelenjar linfe & kelenjar tiroid tidak tampak membesar
-4
Thorax :
Inspeksi : sianosis (-), retraksi dada (-), massa (-), perubahan warna kulit (-)
Palpasi : Vokal fremitus (+/+) pada kedua lapang paru, nyeri tekan (-/-)
Perkusi : Sonor (+/+) pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) pada kedua lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, DBN, massa (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : DBN
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : DBN, warna sama dengan kulit sekitar, massa (-).
Auskultasi :bising usus (+), massa (-), tenderness (-), hepar dan lien tidak teraba.
Palpasi : Tidak ada pembesaran, turgor kulit menurun (+), nyeri tekan regio
epigastric (+)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen

Genitalia : Dalam Batas Normal


Ekstremitas : sianosis (-), akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan Penunjang
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan Pemeriksaan Darah Rutin
Hemoglobin 13 Lk 14-18 Wn 12-16 gr/dl
Tanggal : 30 Juli 2021
Leukosit 16.100 4.500 - 10.700 ul
Hit. Jenis Leukosit Basofil 0 0–1 %
Hit. Jenis Leukosit Eosinofil 0 0–3 %
PEMERIKSAAN HASIL
Hit. Jenis leukosit Batang 1 2–6 %
Hit. Jenis Leukosit Segmen 81 50 – 70 % SARS- NEGATIF
Hit. Jenis Leukosit Limposit 15 20 – 40 % COV2ANTIGEN
Hit. Jenis Monosit 3 2–8 %
Eritrosit 4,4 Lk 4,6-6,2 Wn 4,2-6,4 10^6/ul

Hematokrit 39 Lk 50-54 Wn 38-47 %


Trombosit 313.000 159.000 - 400.000 ul
MCV 85 80 – 96 fl
MCH 29 27 – 31 pg
MCHC 34 32 - 36 g/dl
Analisis Faeces
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Warna (Makroskopis) Kuning
Konsistensi (Makroskopis) Cair
Bau (Makroskopis) Khas
Lendir (Makroskopis) Negatif
Darah (Makroskopis) Negatif Pemeriksaan Analisis Faeces
Telur Cacing (Makroskopis) Tidak ditemukan Tanggal : 30 Juli 2021
Amoeba (Makroskopis) Tidak ditemukan
Epitel (Makroskopis) Beberapa
Sisa Makanan (Makroskopis) Sedikit
Leukosit (Makroskopis) 2-3 1-2
Eritrosit (Makroskopis) 1-2 1-2
Lain-lain Negatif
Resume

Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke IGD RS Pertamina Bintang Amin dengan keluhan
BAB cair sejak 2 hari yang lalu SMRS, BAB awal nya masih dengan ampas nya , lalu hanya air
tanpa ampas yg keluar, warna coklat, pasien tampak lemas (+), mual (+), muntah (+) setiap makan
dan minum, disertai demam (+) sejak 2 hari sebelumnya, BAK baik, ibu pasien mengatakan bahwa
pasien nafsu makannya menurun, keluar bintik-bintik merah di kulit (-). Ibu os sudah ke mantri tapi
tidak ada perubahan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, kesadaran composmentis, tanda vital: nadi 109 kali/menit,
suhu badan 38 ºC, respirasi 24 kali/menit, spo2 98%. lidah kotor (+), pemeriksaan thorax dalam batas
normal, Pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus (+), turgor kulit menurun (+), dan
pemeriksaan neurologi dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 30 juli 2021, didapatkan, leukosit 16.100, hitung jenis
leukosit batang : 1%, hitung jenis leukosit segmen : 81%, hitung jenis leukosit limfosit : 15%.
Pada pemeriksaan Analisis Faeces ditemukan Leukosit (makroskopis) : 2-3
Diagnosis

Diagnosis Differensial Diagnosis Kerja


• DCA
Diagnosis : Typhoid fever + DCA.
• Tyfoid fever
• Disentri
Penatalaksanaan

Tatalaksana Awal di IGD Tatalaksana Lanjutan oleh DPJP

• IVFD RL XV tpm makro  IVFD KaEN 3B XV tpm makro


• Zamel 1x1  Inj. Ceftriaxone 700mg/24 jam (+NaCl 50cc)
• Lacto B 2x1 puls  Inj. Ondansentron 3x1 mg
• Metronidazole syr 2x1 cth  Sanmol syr 4x6 cc
• Inj. Ondansentron 2x2  Orezinc syr 1x1 cth
• Paracetamol syr 3x1 1/4 cth  Lacto B 1x1
Prognosis & edukasi

 Prognosis
 Edukasi
Quo ad vitam: Dubia ad bonam

Quo ad fungsionam: Dubia ad bonam • Istirahat yang cukup


• Minum air yang cukup
Quo ad sanactionam: Dubia ad bonam
• Makanan tetap diberikan untuk mencegah
kehilangan berat badan dan sbg pengganti
nutrisi yg hilang
• Biasakan cuci tangan
• Menjaga kebersihan
FOLLOW UP
Jumat, 30/07/2021 Sabtu, 31/07/2021
S: Demam naik turun, tidak nafsu S: Demam naik turun, BAB cair
makan (+), mual, lemas, BAB cair (+) berkurang
O: KU : Compos mentis , Hr :109 O: KU : Compos mentis , Hr : 100 x/menit,
x/menit, Rr : 24 x/menit , T : 38°C , Rr : 24 x/menit, T : 36,3°C SPO2 : 98%
SPO2 : 98% A: Thypoid fever + Diare cair akut
A: Thypoid fever + Diare cair akut P:
P:  IVFD KaEN 3B XV tpm
 IVFD KaEN 3B XV tpm makro
makro  Inj. Ceftriaxone 700mg/24 jam
 Inj. Ceftriaxone 700mg/24 (+NaCl 50cc)
jam (+NaCl 50cc)  Inj. Ondansentron 3x1 mg
 Inj. Ondansentron 3x1 mg  Sanmol syr 4x6 cc
 Sanmol syr 4x6 cc  Orezinc syr 1x1 cth
 Orezinc syr 1x1 cth  Lacto B 1x1
 Lacto B 1x1
FOLLOW UP
Minggu, 1/07/2021
S: Demam (-), BAB cair (-)
O: KU : Compos mentis , Hr :94
x/menit , Rr : 22 x/menit , BLPL
T : 36,7°C , SPO2:99%
A: Thypoid fever + Diare cair akut Obat pulang :
P:
 IVFD KaEN 3B XV tpm  Cefixime syr 2x½ cth
makro
 Sanmol syr 4x6 cc
 Inj. Ceftriaxone 700mg/24
jam (+NaCl 50cc)  Orezinc syr 1x1 cth
 Inj. Ondansentron 1 mg  Lacto B 1x1
 Sanmol syr 6cc
 Orezinc syr 1x1 cth
 Lacto B 1x1
Analisa Kasus
ANAMNESA
Pada Kasus Teori

• Demam stepladder,
• Demam terus terus menerus tinggi
menerus terutama malam
hari
• Mual (+)
• Delirium, malaise
• nafsu makan letargi, anoreksia,
berkurang nyeri kepala, nyeri
perut, konstipasi,
• Minum sedikit diare, perut
kembung
• BAK sedikit
• Demam tifoid berat:
• BAB cair penurunan
kesadaran, kejang
dan ikterus
PEMERIKSAAN FISIK
Pada Kasus Teori
• Kesadaran:
• Kesadaran: cm cm/penurunan
kesadaran
• Demam, T: 38°C
• Demam, T: >37,5°C
• Px mulut: lidah kotor
tepi hiperemis, • Rose spot ruam
mukosa mulut makulopapular
kering
• Px mulut: typoid
• Px abdomen: nyeri tongue
tekan regio
epigastrik • Px abdomen: nyeri
tekan regio
epigastrik,
meteorismus,
hepatosplenomegal
i
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada Kasus Teori

• Darah lengkap (tidak


spesifik)
• Hb 13 gr/dl
Kultur empedu (Gold
Leukosit 16.100 ul


Standard), minggu 1-2
(darah), minggu 2 (feses),
minggu 2-3 (urin)

• Widal mulai positif pada


minggu akhir >5 hari
minimal titer 1/200

• Antibodi: IgM s.thypii


(tubex) → 4-5 hari
setelah demam
Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi
kuantitatif 10 menit untuk deteksi Demam Tifoid akut
yang disebabkan oleh salmonella typhi, melalui deteksi
spesifik adanya serum antibodi lgM tersebut dalam
menghambat (inhibasi) reaksi antara antigen berlabel
partikel lateks magnetik (reagen warna coklat)
ANALISIS TERAPI
• Terapi cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
parenteral. cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada
komplikasi, penurunan kesadaran serta sulit makan. Cairan harus
mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Pemberian cairan seberapa
banyak yang diberikan bergantung perhitungan kehilangan cairan yang
sesuai dengan umur dan berat badannya.

Rumus holiday segar


10-20 kg = 1.000 + ((BB-10) x 50) Makro = 1,52x20
= 1.000 + ((14-10) x 50) = 30 tpm
= 1.200 cc/hari
1.200 : 24 = 91.6 cc/jam
91,6 : 60 = 1,52 cc/menit

Pemberian terapi cairan sebanyak 30 tetes makro/menit


Antipiretik

Paracetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang bekerja pada pusat


penghantaran suhu di hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh (antipiretik).
Diberikan Paracetamol 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 3-4x sehari. Sediaan
120ml/5ml.
Dosis pada kasus: 140-210 mg/kgbb/kali = 6 cc 3-4x/hari.

Ceftriaxon

Merupakan obat yang diberikan pada infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri.
Dosis yang diberikan 20 - 50 mg/kg/hari sampai 80 mg/kg/hari.
Dosis pada kasus 280 – 1120 mg/hari.
Ondansentron

Merupakan obat untuk mencegah mual dan muntah. Dosis yang diberikan 0,15
mg/kgBB.
Dosis pada kasus 2,1 mg.

Orezinc

Merupakan obat yang digunakan untuk membantu memperkuat sistem kekebalan


tubuh, dan mengatasi defisiensi zinc pada kasus diare. Dosis yang diberikan umur
>6 bulan yaitu 20 mg/hari selama 10 hari.
Dosis pada kasus 20 mg/hari.

Lacto B

Merupakan obat dengan kandungan probiotik yang membantu fungsi saluran


pencernaan. Pada kasus diberikan 1 sach/hari.
TINJAUAN
PUSTAKA
DEMAM TIFOID
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 91% kasus demam
Suatu infeksi akut tifoid terjadi pada umur 3-19
yang disebabkan oleh tahun, kejadian meningkat setelah
bakteri Salmonella. umur 5 tahun.

ETIOLOGI PENULARAN
 Salmonella Typhi Penyebaran demam tifoid terjadi
melalui makanan dan air yang
telah tercemar oleh tinja atau urin
 Salmonella penderita demam tifoid dan
Paratyphi mereka yang diketahui sebagai
carrier (pembawa) demam tifoid.
PATOFISIOLOGI

Makanan
Lumen Respon imun humoral (IgA) Kuman menembus
terkontaminasi
usus mukosa usus kurang baik sel-sel epitel usus
Salmonella
duktus Magrofag melakukan Berkembangbiak di
torasikus fagositosis lamina propria

Kuman Masuk kedalam Kelenjar Kuman dibawa Kuman dapat hidup


sirkulasi darah mesenterika ke Plaque peyeri dalam makrofag
Menyebar ke organ berkembangbiak di
Bakterimia I luar sel atau ruang
asimptomatik retikuloendotelial : Hepar dan lien
sinusoid

Sebagian masuk kembali ke disekresikan ke dalam


sirkulasi darah lumen usus
kandung empedu

Feses
Bakterimia II simptomatik
Bakterimia II fagositosis Salmonella kembali
simptomatik Makrofag telah teraktifasi

Sejumlah mediator
radang dilepaskan
(sitokin)

GEJALA reaksi inflamasi

Demam
Malaise
Mialgia
Sakit kepala
Sakit perut
Instabilitas vaskuler
Koagulasi
FAKTOR RESIKO

Pengetahuan
Penderita carrier kesehatan kurang

Kebiasaan makan Higiene yang


yang jelek jelek
Sanitasi lingkungan kurang
mendukung
GEJALA KLINIS
Masa inkubasi : 7 – 14 hari
1. Demam
2. Gangguan saluran
cerna
3. Gangguan kesadaran

Demam
1
Mgg I : meningkat, berangsur meningkat
Mgg II : merata
Mgg III : menurun, berangsur menurun
Setiap hari, sore & malam lebih tinggi
GEJALA KLINIS
Gangguan saluran
2
cerna 3 Gangguan
 Bibir → kering, terkelupas, kesadaran
Apatis → Somnolen, Suporous, Koma
pecah-pecah
 Lidah kotor (coated tongue)
Gejala lain :
 Anorexia  Kulit & rambut kering
 Mual  Bradikardi relatif

 Muntah  Roseola
 Lesu, pusing & sakit kepala
 Meteorismus
 Konstipasi / Diare
 Hepatomegali / Splenomegali
Diagnosis

 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik


 Pemeriksaan Laboratorium
DIAGNOSIS

1. Klinis : 2. Laboratorium :
Demam tiap hari > 1 mgg Biakan darah (+)
 Sore & malam > tinggi Test Widal
Kesan Tifosa / status Tifosa  Tube = titer O > 1/160

 Kesadaran menurun  Kenaikan titer O progresif

 Rambut & kulit kering


 Bibir kering, pecah-pecah
 Lidah kotor, muka pucat
LABORATORIUM

1. Darah Tepi : 2. Laboratorium :

Anemia ringan Isolasi S. typhosa


 Darah  mgg I
Lekosit = normal, turun atau
 Tinja  mgg II
naik Lekopeni
 Urine  mgg III
 Aneosinofili & limfopenia

Trombosit = normal atau


trombositopenia
LABORATORIUM

3. Serologi
Antibodi (aglutinin) yang spesifik terhadap Salmonella
akan positif dalam serum pada :
Reaksi Widal = suatu reaksi aglutinasi antara
- Pasien demam tifoid.
antibodi (aglutinin) dan antigen yang bertujuan

untuk menentukan adanya antibodi. - Orang yang pernah tertular Salmonella.

 O  Spesifik - Orang yang pernah divaksinasi terhadap demam


tifoid.
H

Akhir mgg I / awal mgg II Nilai diagnosis Titer O :

Tube / Tabung : > 1/160


PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan demam typhoid yaitu :

Istirahat dan perawatan

Diet dan terapi penunjang

Pemberian antibiotik
TERAPI SIMPTOMATIK

 1. Tirah baring
 Mobilisasi

 2. Masukan cairan & makanan


o Makan biasa
o Cukup cairan, kalori, tinggi protein, vitamin
o Tidak merangsang
o Tidak banyak serat & gas

 3. Demam  kompres & Antipiretik


TERAPI KAUSAL

1. Pilihan pertama :


 Kloramfenikol 50 – 100 mg/kgBB/hari  10 hari

2. Pilihan lain :


o Kotrimoxazole : 6mg/kgBB/hari  10 hari
o Amoksisilin : 50-150 mg/kgBB/hari  2 minggu
o Seftriakson : 80 mg/kgBB/hari  5 hari
PENCEGAHAN

Ada 3 pilar strategis yang menjadi program pencegahan yakni :

1. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam


tifoid.

2. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai


penularan.

3. Perlindungan dini agar tidak tertular.


DIARE AKUT
DEFINISI
Buang air besar lebih dari 3x dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan tidak mengandung darah yang
berlangsung kurang dari 1 minggu

ETIOLOGI
• Faktor infeksi : infeksi enteral, infeksi parenteral
• Faktor malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
• Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan
• Faktor psikologi : rasa takut dan cemas
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
• Bayi/anak → cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
nafsu makan menurun
• Muntah
• Kalau banyak kehilangan cairan dan elektrolit jadi
dehidrasi → berat badan menurun, turgor kulit menurun,
mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lendir dan
mulut serta kulit kering
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Lama diare berlangsung, frekuensi • KU, kesadaran, dan tanda vital
diare sehari, warna dan konsentrasi
tinja, lendir dan/darah dalam tinja • Tanda utama: KU gelisah/cengeng
atau lemah/letargi/koma, rasa
• Muntah, rasa haus, rewel, anak haus, turgor kulit abdomen
lemah, kesadaran menurun, BAK menurun
terakhir, demam, sesak, kejang,
kembung • Tanda tambahan: ubun2 besar,
kelopak mata, air mata, mukosa
• Jumlah cairan yang masuk selama bibir, mulut, dan lidah
diare
• Berat badan
• Jenis makanan dan minuman yang
diminum selama diare, mengonsumsi • Tanda gangguan keseimbangan
makanan yang tidak biasa asam basa dan elektrolit

• Penderita diare di sekitarnya dan • Penilaian derajat dehidrasi (Tanpa


sumber air minum dehidrasi, Dehidrasi ringan
sedang/tidak berat, Dehidrasi
berat)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

 Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare


akut, kecuali apabila ada tanda intoleransi laktosa
dan kecurigaan amubiasis
 Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
 Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah,
bau
 Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
 Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
 Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada
diare akut
 Analisis gas darah dan elektrolit, bila secara klinis
dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
PENCEGAHAN
1. ASI Ekslusif tetap diberikan.
2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan.
3. Kebersihan lingkungan, BAB di jamban.
4. Imunisasi campak.
5. Memberikan makanan penyapihan yang benar.
6. Penyediaan air minum yang bersih.
7. Selalu memasak makanan.

Anda mungkin juga menyukai