Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN KASUS

“Bronkopneumonia”

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti

Program Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Disusun Oleh:

Elvira Rahma Karmeilia

22712068

Pembimbing:

dr. Khairunisa Wardani, Sp. A., M.Kes

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2022
UNIVERSITAS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
ISLAM

INDONESIA
STATUS UJIAN (PASIEN BUKAN NEONATUS)
FAKULTAS
KEDOKTERAN

Nama Dokter Muda Elvira Rahma Karmeilia Tanda Tangan

NIM 22712068

Tanggal Ujian

Rumah Sakit RSUD dr. Soediran MS Wonogiri

Gelombang Periode 26 September – 10 Desember 2022

A. IDENTITAS
Nama : An. K Nama Ayah : Tn.N
Umur : 4 Th, 1 bl, 1 hr Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA
Alamat : Mojo 1/3 Pulutan Pekerjaan : Supir
Kulon
Nama Ibu : Ny. P
Masuk RS : 20 November 2022 Umur : 35 tahun
No. CM : 007***** Pendidikan : SMA
Tgl Diperiksa : 21 November 2022 Pekerjaan : Ibu rumah tangga

B. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis terhadap ibu dan autoanamnesis, ke pasien. Alloanamnesis
dan autoanamnesis dilakukan pada Hari Senin, 21 November 2022 pukul 13.00 WIB di
Bangsal Anggrek Bed 5E
1. Keluhan Utama : Sesak
Sesak dirasakan sejak minggu jam 9 pagi. Sesak disertai nyeri dada, tidak disertai
mengi, pasien masih mampu berbicara dan sesak tidak memberat dengan posisi
berbaring, keluhan pucat pada wajah ataupun ekstremitas disangkal. Sesak membaik
dengan pemberian obat uap di IGD.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
7 hari SMRS pasien mengeluh batuk, pilek dan demam ketika bangun tidur. Batuk
berdahak disertai pilek berlendir encer dan bening. Pagi harinya, ibu pasien membawa
pasien ke puskesmas untuk posyandu dan ibu disarankan untuk berobat ke puskesmas,
pasien diberi obat puyer, tetapi pasien muntah setelah minum obat tersebut sehingga
ibu tidak melanjutkan pemberian obat. Namun keluhan dirasa berangsur-angsur
membaik tanpa pemberian obat sampai 2 hari SMRS. Keluhan lain seperti nyeri kepala,
kejang, nyeri telan, sesak, mual, muntah disangkal. Nafsu makan dan minum anak
menurun. BAB dan BAK tidak ada keluhan. BAB sehari 1x, konsistensi padat, warna
coklat, bau amis/telur busuk (-), lendir (-), darah (-). BAK 3-4x/hari.
2 dan 1 hari SMRS pasien mengeluh tidak enak badan dan demam saat pagi hari.
Demam dirasakan naik dan turun tanpa pemberian obat. Pasien masih mampu
beraktifitas fisik dengan baik. Keluhan lain seperti nyeri kepala, kejang, nyeri telan,
batuk dan pilek, sesak, mual dan muntah. Pasien masih aktif bermain. Ibu tidak
mengeluhkan penurunan berat badan pada pasien. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
1 hari MRS saat bangun tidur pasien kembali merasakan demam, batuk dan pilek
sehingga ibu pasien kembali memberikan obat yang didapat dari puskesmas dan pasien
kembali muntah, isi muntah berupa cairan lendir < ½ gelas belimbing. Batuk berdahak,
dahak sulit keluar. Saat jam 9 pagi ibu pasien mengeluhkan nafas pasien terasa cepat,
tidak disertai bunyi mengi dan sianosis. Pasien masih mampu berbicara dan tidak
bertambah parah bila berbaring. Sakit kepala (+) Nyeri dada (+). Keluhan lain
disangkal. Lalu ibu membawa pasien ke Puskesmas Muryantoro dan dirujuk ke RSUD
Wonogiri. BAB sehari 1x, konsistensi padat, warna coklat, bau amis/telur busuk (-),
lendir (-), darah (-). BAK berwarna kuning jernih sebanyak 3x/hari.

Periode Demam

Kesan: Pasien memiliki keluhan demam semlenget naik turun (+) nyeri kepala
(+) batuk berdahak (+) pilek (+) sesak (+) mual (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Penyakit
Keluhan serupa : (-) Diare : (-)
Tuberkulosis : (-) Hepatitis : (-)
ISPA : (-) Demam tifoid : (+) 2 bulan yang lalu
Parotitis : (-) Demam berdarah : (-)
b. Riwayat Mondok : (+) 2 bulan yang lalu demam tifoid
c. Riwayat Operasi : (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa : (+) Kakak pasien batuk malam hari
Riwayat asma : (-)
Riwayat alergi : (-)
Riwayat batuk lama : (-)
Riwayat demam berdarah : (-)
5. Silsilah/Ikhtisar Keluarga

60 tahun
70 tahun 75 tahun 70 tahun

50 tahun 43 tahun
40 tahun 37 tahun 35 tahun

16 tahun 12 tahun

Kesan: Terdapat riwayat penyakit jantung pada kakek yang beresiko diturunkan
6. Riwayat Pribadi
Riwayat Kehamilan : Kehamilan ketiga, tidak ada penyulit, ANC rutin di puskesmas
Riwayat Persalinan : Cukup bulan, spontan di Puskesmas Muryantoro
Riwayat Pasca-lahir : BBL 3700 gram, PBL 46 cm, dan segera menangis
Kesan : Tidak ada kelainan
7. Riwayat Makanan
• 0 - 6 bulan : ASI dan saat usia 4 bulan sudah diberikan MPASI instan berupa
bubur SUN atau merk lainnya, frekuensi makan 2 kali sehari. Sekali pemberian
±2 sendok makan.
• 6 bulan - 9 bulan : ASI masih tetap diberikan. MPASI yang diberikan berupa
bubur saring atau MPASI kemasan instan yang dijual di pasaran. Sesekali
membuat MPASI sendiri seperti nasi lembek yang ditambah lauk pauk, sayuran
yang dihaluskan. Sesekali diberikan buah sebagai selingan. Pemberian MPASI
2-3x sehari, sebanyak kira-kira satu mangkuk kecil. Pasien tidak diberikan susu
formula
• 9 bulan - 1 tahun : ASI masih tetap diberikan. MPASI masih tetap dilanjutkan
namun dengan tekstur yang lebuh kasar dan porsi lebih banyak, ibu sering kali
membuat MPASI olahan yang dikukus dan ditambahkan sayur-sayuran.
Frekuensi makan 3 kali dalam sehari, Pasien sering diberi cemilan berupa roti.
Pasien tidak susah makan
• 1 tahun – 2 tahun : 1,5 tahun diberikan makanan keluarga berupa nasi dan
olahan sayur serta daging sesekali. Pemberian makan 3 kali dalam sehari,
sebanyak 1 mangkuk sedang setiap makan. Pasien makan buah dan sayur
dengan rutin, biasanya buah apel. ASI disapih pada usia 2 tahun
• 2 tahun – sekarang : Saat ini makanan berupa nasi, sayur, olahan ayam dan
ikan. Pasien tidak menyukasi daging sapi atau kambing. Frekuensi makan tidak
beraturan, sedikit-sedikit tetapi sering karena anak susah makan. Ibu pasien
terkadang mencuci tangan sebelum memberi makan pasien.
Kesan : Riwayat pemberian makanan tidak normal sesuai usianya
8. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a) Pertumbuhan
BBL : 3700 gram TB sekarang : 106 cm
PBL : 46 cm LiLa : 17 cm
BB sekarang : 14,7 kg LK : 49 cm
Status Gizi
• BB/U
Perempuan usia 4 th, 1 bl 1 hr BB 14,7 kg

Interpretasi BB/U:
Berada diantara -2 SD < Z < -2 SD (normoweight)
• TB/U
Perempuan usia 4 th, 1 bl 1 hr TB 106 cm
Interpretasi BB/U:
Berada diantara -2 SD < Z < -2 SD (normoheight)
• BB/TB
Perempuan usia 4 th, 1 bl 1 hr. BB 14,7 kg, TB 106 cm

Interpretasi BB/TB:
Berada diantara -2 SD < Z < -1 SD (Gizi baik)
• Lingkar Kepala

Interpretasi LK:
Berada diantara -2 SD < Z < +2 SD (Normal)
b) Perkembangan Fisik
• Perubahan Tinggi dan Berat Badan
Pasien mengalami perubahan tinggi dan berat badan yang cukup
signifikan seiring pertambahan usia. Tinggi badan pasien sepantaran
dengan anak-anak seusianya.
• Perubahan Proporsi Tubuh
Wajah khas anak-anak masih ada, sesuai usia
• Perubahan Pubertas
Ciri pubertas belum tampak
• Perkembangan Psikomotor
Motorik kasar
• Mengangkat kepala : ± 2,5 bln
• Miring dan tengkurap : 4 bulan dan 6 bulan
• Duduk sendiri : 7 bulan
• Berdiri (tanpa bantuan) : 11 bulan
• Berjalan dan berlari : 1 th 3 bln
• Melompat dengan 1 kaki, memanjat : 4 tahun
Motorik halus
• Meraih, menaruh benda dalam mulut : 3 bulan
• Menggenggam dg permukaan tangan : 6 bulan
• Menggambar abstrak : 15 bulan
• Menggambar lingkaran : 2 tahun
Bicara
• Mengoceh spontan : 2 bulan
• Bereaksi saat dipanggil : 5 bulan
• Mengeluarkan 1 kata yang diulang : 6 bulan
• Menirukan suara yang didengar : 8 bulan
• Mengeluarkan 1 kata bermakna : 9 bulan
• Mengeluarkan 5-10 kata bermakna : 1 tahun
• Menyusun kalimat sederhana : 2 tahun
• Membentuk kalimat lengkap > 2 kata :3,5 tahun
• Mampu bercerita : 4 tahun
Sosial
• Mengenali ibu : 1 bulan
• Tersenyum/tertawa saat diajak interaksi: 3 bulan
• Mempelajari ciluk ba dan tepuk tangan : 7 bulan
• Gembira bermain dengan benda-benda : 7 bulan
• Berpartisipasi dalam permainan : 10 bulan
• Menyebutkan nama saat dipanggil : 1 tahun
Mengontrol BAK dan BAB : 2 tahun
c) Perkembangan Kognitif
Pasien dapat berpikir dan mengekspresikan diri dengan pola pikir konkrit.
Pasien dapat melakukan penyelesaian masalah sederhana, misalnya membantu
ibu mempersiapkan barang-barangnya sendiri yang akan dipakai ke sekolah.
Pola pikir egosentris masih dapat dilihat dengan jelas, memiliki keinginan yang
ingin dicapai dan mampu melakukan usaha untuk mencapai keinginan tersebut.
d) Perkembangan Emosional
Mulai mampu mengenali emosi pribadi yang sedang dihadapi. Pasien mampu
menyikapi emosi negative yang dirasakan dan tidak mengekspresikan emosi
tersebut secara berlebihan. Tidak mudah tersinggung dan bertengkar dengan
teman sebayanya.
e) Perkembangan Seksualitas
Belum ada ketertarikan dengan lawan jenis.
f) Perkembangan Moral dan Spiritual
Pasien sudah mulai mampu membedakan hal baik dan buruk. Menurut
keterangan ibu, saat ini pasien sudah mulai memahami dan mempelajari nilai-
nilai agama, pasien sudah mampu menghafal huruf hijaiyah dan rutin belajar
membaca iqra di PAUD.
g) Perkembangan Sosial dan Aktivitas
Pasien mampu berkomuniksi baik dengan teman namun cenderung menyendiri
dan takut bergaul dengan teman-temannya. Aktifitas di rumah juga seringkali
dihabiskan dengan bermain sendiri di dalam rumah. Pasien menyukai binatang.
9. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Sosial ekonomi : Ayah pasien bekerja sebagai supir di Tangerang Selatan dan
ibu pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ayah pulang 3 bulan sekali,
tetapi komunikasi dengan ayah berjalan lancar. Pekerjaan ayah
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Pasien
dan keluarga berkomunikasi baik dengan tetangga sekitar.
Pasien dan keluarga merupakan peserta BPJS.
Lingkungan : Rumah mendapat cahaya matahari yang cukup, ventilasi baik,
kamar mandi didalam rumah dengan sumber air PDAM. Area
sekitar rumah berdempetan dengan tetangga, tetangga kerap kali
merokok diluar rumah. Sesekali terdapat tikus dan nyamuk
dirumah. Ibu memelihara 5 kucing di rumah.
10. Status Imunisasi
Jenis Jumlah Umur +/- Tempat
Imunisasi Dasar < 1 tahun
Hepatitis B : 4x : 0,2,3,4 bln :+ Puskesmas
OPV : 4x : 0,2,3,4 bln :+ Puskesmas
IPV : 1x : 4 bln :+ Puskesmas
BCG : 1x : 1 bln (skar 5 mm) :+ Puskesmas
DPT-Hib-Hb : 3x : 2,3,4 bln :+ Puskesmas
Campak-MR : 1x : 9 bln :+ Puskesmas
DPT-Hib : 1x : 18 bln :+ Puskesmas
HB lanjutan
Campak- : 1x : 18 bln :+ Puskesmas
Rubella (MR)
lanjutan
Imunisasi Lain: -
Imunisasi pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
Campak : 1x : kelas 1 SD :- Sekolah
MR : 1x : kelas 1 SD :- Sekolah
DT : 1x : kelas 1 SD :- Sekolah
Td : 2x : kelas 2 SD :- Sekolah

Imunisasi yang dianjurkan :


Imunisasi lain sesuai rekomendasi IDAI berdasarkan perkembangan usia
Simpulan :
1. 5 imunisasi dasar usia < 1 tahun sudah lengkap
2. Imunisasi secsra keseluruhan belum lengkap
11. Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal : Nyeri kepala (+) Demam semlenget (+) naik turun 7
hari SMRS, Penurunan Kesadaran (-)
Sistem kardiovaskular : Nyeri Dada (+), Dada Berdebar (-)
Sistem respirasi : Batuk berdahak (+) Pilek (+) hilang timbul 7
hariSMRS. Sesak Nafas (+) 1 hari MRS
Sistem gastrointestinal : Nyeri Perut (-),Mual(-), Muntah (-), BAB (-) diare
berwarna kuning, cair dengan sedikit ampas, keluar
menyembur, lendir (-), darah (-), berbau amis (-)
Sistem urogenital : BAK (+), warna kuning jernah, nyeri saat BAK (-),
BAK 3-4x sehari
Sistem integumentum : Ruam (-), Gatal-gatal (-)
Sistem musculoskeletal : Pegal (-), Nyeri Ekstremitas (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
(dilakukan pada tanggal 21 November pukul 13:00 WIB di Bangsal Anggrek bed 5E)
1. Keadaan Umum :
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/71 x menit
Nadi : 103x/menit, regular, teraba cukup kuat
Pernapasan : 42x/menit, reguler, pernapasan kusmaul (-) cheyne stokes (-)
Suhu : 36,8°C
SpO2 : 91%
3. Status Gizi
Berat badan : 14,7 kg
Tinggi badan : 106cm
Lingkar kepala : 49 cm
Lingkar lengan atas : 17 cm
Pemeriksaan Head To Toe
4. Kepala
Bentuk : normocephal
Lingkar Kepala : 49cm
Rambut : Berwarna Hitam Kecoklatan (-) Rambut Seperti Jagung (-)
Alopesia (-)
Mata : Mata cowong (-/-), Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-),
Produksi Air Mata (+ )
Hidung : Sekret (-), Nafas Cuping Hidung (-)
Telinga : Sekret (-/-), Pembesaran Kelenjar Sekitar Auricula (-/-)
Bibir : Pucat (-) Sianosis (-) Mukosa tampak kering (-)
Mulut : Stomatitis (-), Perdarahan Gusi (-), Lidah Kotor (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-) Pembesaran Tonsil (-) Detritus (-)
Simpulan : Kepala dalam batas normal
1. Leher : Pembesaran KGB (-/-) Pembesaran Tiroid (-/-) Gerakan Menelan
Simetris Kanan-Kiri (-) Bruit (-) Tracheal tug (+)
Simpulan : Terdapat tracheal tug saat inspirasi
5. Thorax
Inspeksi Umum: Iga Gambang (-) Sikatrik (-)
Jantung
Inspeksi : Tak tampak Ictus Cordis
Palpasi : Tak teraba Ictus Cordis
Perkusi :
Batas Atas : SIC II Linea Sternalis Sinistra
Batas Kanan : SIC IV Linea Parasternalis Dextra
Pinggang Jantung: SIC III Linea Parasternalis Sinistra
Batas Kiri : SIC V Linea Midklavikularis Sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, tidak terdengar adanya bising jantung
Paru-paru
Depan
Inspeksi : Diameter lateral > AP, Retraksi dinding dada (-),
Pergerakan dinding dada simetris (+), Pemakaian otot bantu
pernafasan (-), benjolan (-), kemerahan (-), sikatrik (-),
Palpasi : Fremitus taktil (+/+) simetris
Perkusi : Sonor (+/+) pada seluruh lapang paru
Auskultasi : SDV (+/+), Wheezing (+/+), Ronkhi basah kasar (+/+)
Belakang
Inspeksi : Sikatrik (-), benjolan (-), kemerahan (-)
Palpasi : Fremitus taktil (+/+) simetris
Perkusi : Sonor (+/+) pada seluruh lapang paru
Auskultasi: SDV (+/+), wheezing (+/+), ronkhi basah kasar (+/+)
Simpulan : Terdapat bunyi wheezing serta ronkhi basah kasar pada kedua
lapang paru
6. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), Benjolan (-), Sikatrik (-)
Auskultasi : Bising usus +7 x/menit, Borborygmus Sound (-)
Perkusi : Timpani (-), Tes Undulasi dan Pekak Beralih (-)
Palpasi : Supel (-), Nyeri tekan (-), Tidak teraba massa abnormal.
Turgor kulit kembali dengan cepat (+)
Hati : Tidak teraba pembesaran
Limpa : Tidak teraba pembesaran
Simpulan : Abdomen dalam batas normal
Anus : Kemerahan (-), benjolan (-), iritasi sekitar anus (-) feses (-) cacing (-)
Genital : Kemerahan (-), sekret (-), benjolan (-)
Simpulan : Anogenital dalam batas normal
7. Anggota Gerak
Inspeksi : Baggy Pants (-/-)
Akral : Teraba cukup dingin (-/-)
CRT : 2 detik (-/-)
Arteri dorsalis pedis : Teraba lemah (-/-)
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan B B B B
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus N N N N
Trofi N N N N
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -
Klonus - - - -
Sensibilitas + + + +
Tanda meningeal kaku kuduk (-)
Simpulan: Anggota gerak dalam batas normal
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. LABORATORIUM DASAR
Darah (Tanggal 20/11/2022)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 12.0 12 – 16
Eritrosit 4.70 4.2 – 5.4
Hematokrit 35.7 38-47
MCV 76.1 80 – 97
MCH 25.5 26 – 32
MCHC 33.5 31 – 36
Leukosit 15.3 4.1 – 10.9
Trombosit 400 140 – 440
Golongan Darah O
RDW-CV 14.0 11.5 – 14.5
RDW-SD 44.8 35-56
Eosinofil% 1.1 1–3
Basofil% 0.2 0–1
Neutrofil% 68 44-77
Limfosit% 23.9 22 – 40
Monosit% 6.8 2–8
Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif

Simpulan: Terdapat penurunan hematokrit, MCV, dan MCH. Terdapat peningkatan leukosit

RADIOLOGI

Foto Thorax AP/PA Tanggal 20/11/2022


Simpulan : Besar cor dalam batas normal, bronchopneumonia

V. RINGKASAN DATA DASAR:

A. ANAMNESIS
1) Demam semlenget muncul medadak (± 7 hari SMRS), Demam dirasakan naik turun,
tidak menggigil, tidak disertai kejang maupun penurunan kesadaran.
2) Batuk dan pilek, batuk ngikil berdahak, dahak sulit keluar. Pilek berlendir bening
dan encer. Keluhan batuk dan pilek hilang timbul
3) Sesak nafas muncul mendadak, sesak disertai nyeri dada, tidak disertai mengi, pasien
masih mampu berbicara dan sesak tidak memberat dengan posisi berbaring
4) Nafsu makan dan minum pasien berkurang.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Pada pemeriksaan tanda vital terdapat peningkatan frekuensi napas
2) Pemeriksaan leher didapatkan tracheal tug.
3) Pada auskultasi thoraks terdapat suara wheezing dan ronkhi basah kasar di kedua
lapang paru.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Darah:
Terdapat penurunan penurunan hematokrit, MCV, dan MCH. Terdapat peningkatan
leukosit
2) Foto Thorax: Besar cor dalam batas normal, bronkhopneumonia
VI. DAFTAR PERMASALAHAN

Masalah aktif:

- Sesak
- Batuk
- Pilek
- Demam semlenget
- Nyeri kepala
- Nafas cepat
- Rhonkhi basah kasar
- Tracheal tug
Masalah inaktif:

- Tetangga sekitar perokok aktif


- Ibu memelihara 5 kucing di rumah
- Kakak pasien sering batuk di malam hari
VII. PENYEBAB MASALAH/DIAGNOSIS BANDING

- Pneumonia
- TB paru
- Bronkhitis akut
- Astma
VIII. RENCANA PENGELOLAAN

A. Rencana pemeriksaan/penegakan diagnosis:

Diagnosis dapat ditegakan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah rutin disertai foto thorax. Selain itu,
dilakukan mantoux test dan rontgen posisi right lateral decubitus untuk menyingkirkan
diagnosis banding. Evaluasi hasil pemeriksaan penunjang dan pengobatan.

B. Rencana terapi:

- Rawat Inap
- Inf KAEN 3A 17 tpm
- Inj Ampicillin 735 mg/6 jam
- Inj Parasetamol 150 mg/8 jam
- Nebulizer dengan NaCl 0,9% 3ml + Ventolin 1 mL per 8 jam
C. Rencana perawatan

- Pemantauan pasien
- Evaluasi hasil pemeriksaan penunjang dan pengobatan
- Konsultasi ke dokter spesialis anak
D. Kebutuhan Kalori

Pasien tidak tergolong dalam kondisi kritis dan penyakit lain yang memerlukan diet khusus:
BB ideal x RDA (Recommended Dietary Allowances)

- Kebutuhan kalori : 16,2 kg x 102 kkal/kg = 1652,4 kkal


- Kebutuhan protein : 16,2kg x 1,23 g/kg = 19, 926 g
- Kebutuhan cairan : 16,2kg x 112-125 ml/kg = 1814,4-2025 ml
-
E. Rencana edukasi

Memberikan informasi terkait hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Edukasi yang perlu
diberikan kepada pasien yaitu apabila terdapat warning sign maka sebaiknya pasien segera
kembali ke fasilitas kesehatan terdekat. Warning sign ini antara lain adalah gejala yang
menetap dalam 48–72 jam, yang ditandai dengan tidak ada perbaikan klinis walaupun telah
diberikan terapi dengan antibiotik adekuat dan bila ditemukan tanda distress napas seperti,
takipneu, dispneu serta perubahan status mental. Selain itu pasien disarankan untuk
melakukan vaksinasi pneumokokus (PCV). Pasien dihimbau untuk tidak mengurangi
kontak dengan hewan peliharaan terlebih dahulu dan dihimbau untuk menghindari paparan
asap rokok dari tetangga. Selain itu, pasien diingatkan terkait pentingnya etika batuk yang
baik serta sanitasi dan hygiene yang baik. Anjurkan ibu untuk memeriksa kondisi kesehatan
kakak pasien.

IX. DIAGNOSIS:

Pneumonia
X. TERAPI

- Rawat Inap
- Inf KAEN 3A 17 tpm
- Inj Ampicillin 735 mg/6 jam
- Inj Parasetamol 150 mg/8 jam
- Nebulizer dengan NaCl 0,9% 3ml + Ventolin 1 mL per 8 jam

XI. PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : Bonam

b. Quo ad sanam : Dubia

c. Quo ad fungsionam : Bonam


PNEUMONIA

DEFINISI
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan paru yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Secara klinis, pneumonia
didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat.

KLASIFIKASI
a. Berdasarkan Asal Infeksi

- Pneumonia komunitas/ Community Acquired Pneumonia (CAP) yang terjadi akibat infeksi di
luar rumah sakit

- Hospital Acquired Pneumonia (HAP) atau pneumonia nosokomial yang terjadi lebih dari 48
jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit

- Ventilator Associated Pneumonia (VAP) yang sering terjadi di ruang perawatan intensif
(ICU) sebagai komplikasi pemberian ventilasi mekanis invasif

b. Berdasarkan Lokasi Infeksi pada Paru-Paru

- Lobar pneumonia terjadi pada salah satu lobus paru

- Multilobar pneumonia terjadi pada lebih dari satu lobus

- Bronchial pneumonia terjadi pada area bronkus

- Interstitial/ atipikal pneumonia yang terjadi pada jarngingan interstitial dari kedua sisi
(bilateral)

c. Berdasarkan Kondisi Pasien

- Pneumonia rekurens : pneumonia yang terjadi berulang kali berdasarkan penyakit paru kronik

- Pneumonia aspirasi : infeksi dan peradangan pada paru-paru akibat masuknya benda asing ke
dalam paru-paru, seperti air liur, muntahan, minuman, atau makanan.

- Pneumonia pada gangguan imun : pneumonia pada pasien transplantasi organ, onkologi, dan
AIDS
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian pneumonia lebih sering terjadi di negara berkembang. Pneumonia
menyerang sekitar 450 juta orang setiap tahunnya. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018,
prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan yaitu sekitar 2% sedangkan
tahun 2013 adalah 1,8%. Berdasarkan data Kemenkes 2014, Jumlah penderita pneumonia di
Indonesia pada tahun 2013 berkisar antara 23%-27% dan kematian akibat pneumonia sebesar
1,19%. Tahun 2010 di Indonesia pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di
rumah sakit dengan crude fatality rate (CFR) 7,6%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia,
pneumonia menyebabkan 15% kematian balita yaitu sekitar 922.000 balita tahun 2015. Dari
tahun 2015- 2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak dibawah 5 tahun
meningkat sekitar 500.000 per tahun, tercatat mencapai 505.331 pasien dengan 425 pasien
meninggal.
Pneumonia dapat ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan berasal dari
penderita pneumonia yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab pneumonia dalam bentuk
droplet pada saat berbicara, bersin, maupun batuk. Selain itu, penyebab pneumonia juga dapat
tersebar melalui kontak secara tidak langsung pada saat seseorang memasukkan benda yang
terkontaminasi droplet dari penderita pneumonia ke dalam mulut ataupun mendekatkan barang
tersebut ke hidung. Mikroorganisme dapat juga terinpirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari
peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi. Pada individu yang sakit atau higenitas gigi
yang buruk, flora normal orofaring dapat menjadi patogenik. Staphylococcus dan bakteri gram-
negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang
terkontaminasi.
Faktor resiko penularan pneumonia meliputi rendahnya sistem imun pasien serta
lingkungan rumah yang kurang baik. Sistem imun yang rendah dapat dipengaruhi oleh adanya
malnutrisi, berat badan lahir rendah serta ASI non eksklusif. Sedangkan lingkungan rumah
yang kurang baik di dalamnya meliputi rendahnya kualitas udara dalam rumah. Kualitas udara
dalam rumah yang rendah dapat dipengaruhi oleh adanya pembakaran dari penggunaan minyak
tanah atau kayu. Selain itu, asap rokok di dalam rumah serta kurangnya ventilasi juga dapat
menurunkan kualitas udara dalam rumah. Kepadatan hunian rumah juga berpengaruh pada
resiko terjadinya pneumonia. Balita yang tinggal di kepadatan hunian tinggi mempunyai peluan
mengalami pneumonia sebanyak 2,20 kali dibandingkan dengan balita yang tidak tinggal di
kepadatan hunian tinggi.

ETIOLOGI
Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme meliputi:
- Bakteri organisme gram positif seperti Streptococcus pneumonia, S. aureus, dan
Streptococcus pyogen maupun bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, Klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.

- Virus influenza seperti Cytomegalovirus

- Jamur histoplamosis yang dapat berasal dari penghirupan udara yang mengandung spora dan
biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.

- Protozoa
Penyebab pneumonia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi penyebaran penyebab
pneumonia.
- Penularan di masyarakat : Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae,
Haemophilus influenza, Legionella pneumophila, Chlamydia pneumoniae, anaerob oral,
adenovirus, influenza tipe A dan B

- Penularan di di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella pneumonia),
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral.

PATOGENESIS
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan tiga faktor yaitu keaadan (imunitas) pasien,
mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini
disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Adanyanya bakteri di paru merupakan
akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.
Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan: 1) Inokulasi langsung; 2)
Penyebaran melalui darah; 3) Inhalasi bahan aerosol, dan 4) Kolonosiasi di permukaan mukosa.
Dari keempat cara tersebut, cara yang terbanyak adalah dengan kolonisasi. Secara inhalasi
terjadi pada virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteria
dengan ikuran 0,5-2,0 mikron melalui udara dapat mencapai brokonsul terminal atau alveolus
dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,
orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru.
Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga
pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse). Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang sanagt tinggi 108-10/ml, sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia.

Gambar 1. Patogenesis dan manifestasi klinis pneumonia pada anak


Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuk antibodi. Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sistoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian terjadi proses fagositosis. pada waktu
terjadi perlawanan antara host dan bakteri maka akan nampak empat zona (Gambar 2) pada
daerah pasitik parasitik terset yaitu : 1) Zona luar (edama): alveoli yang tersisi dengan bakteri
dan cairan edema; 2) Zona permulaan konsolidasi (red hepatization): terdiri dari PMN dan
beberapa eksudasi sel darah merah; 3) Zona konsolidasi yang luas (grey hepatization): daerah
tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak; 4) Zona resolusi E:
daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar
makrofag.

MANIFESTASI KLINIS
1. Anamnesis
Gejala infeksi umum timbul mendadak, didahului dengan gejala ISPA yakni
demam disertai sekret dari hidung pada 3 hari pertama. Sekret hidung awalnya bening
dan encer kemudian berubah menjadi kental dan purulen. Hal ini tanda bahwa terjadi
peningkatan jumlah sel PMN. Kemudian timbul gejala khas trias yaitu batuk, demam
tinggi terus menerus disertai sesak dengan nafas dangkal dan cepat (takipnea). Batuk
awalnya kering kemudian mejadi produktif dengan dahak purulen hingga berdarah.
Umunya gejala penyerta pada bayi ialah gelisah, rewel, sulit minum dan perut
kembung. Dan pada anak yang lebih besar disertai gejala sakit kepala, penurunan nafsu
makan, mual, muntah. Pada keadaan berat terdapat sianosis serta kebiruan pada mulut
pasien.

2. Pemeriksaan fisik
Terdapat tanda inspiratory effort yaitu takipnea, chest indrawing, nafas cuping
hidung, retraksi dinding dada dan sianosis. Pada pemeriksaan thoraks, gerakan dinding
dada akan tertinggal pada sisi yang terkena disertai dengan peningkatan fremitus taktil
dan pada perkusi cenderung redup. Pada pemeriksaan auskultasi terdapat suara nafas
mengeras (bronkovesikular atau bronkial), suara nafas tambahan seperti ronkhi,
crackles dan wheezing. Pada bayi dan neonatus tanda pneumonia tidak terlihat jelas,
pada perkusi dan auskultasi bisa tidak ditemukan kelainan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah
Dapat ditemukan adanya leukositosis >15.000 dengan dominasi PMN pada virus,
neutrofil pada bakteri dan eosinofil pada penyakit klamidia. Temuan adanya peningkatan LED,
CRP dan procalcitonin dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya proses inflamasi
namun tidak dapat membedakan infeksi virus maupun bacterial.

2. Pemeriksaan sputum
Pewarnaan gram dapat dilakukan untuk mengetahui jenis penyebab pneumonia.
3. Pemeriksaan radiologi
- Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular, peribronchial
cuffing, dan hiperaerasi.
- Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram. Konsolidasi dapat
mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris, atau terlihat sebagai lesi tunggal yang
biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi
tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia.
- Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa
bercakbercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial.

4. Kultur
Pemeriksaan kultur darah maupun dahak merupakan pemeriksaan baku emas untuk
mengetahui penyebab pneumonia, namun seringkali terdapat banyak kedala teknis maupun
biaya.
TATALAKSANA
Terapi suportif dapat diberikan oksigenasi pada pasien dengan saturasi oksigen <92%
room air menggunakan nasal kanul atau sungkup hingga ventilator apabila terjadi gagal nafas,
dan di observasi setiap 4 jam sekali sampai dengan target satuasi >92%. Selanjutnya diberikan
cairan dan kalori yang cukup sesuai dengan berat badan dan derajat dehidrasi.
Terapi simtomatik dapat diberikan sesuai dengan gejala yang muncul. Aapabila terjadi
sekresi lendir berlebih dapat diberikan nebulisasi dengan ẞ2 agonis dan/atau NaCl untuk
memperbaiki mucocilliary clearance. Apabila terjadi demam dapat diberikan paracetamol.
Terapi kausatif dapat diberikan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum dan di
evaluasi setiap 2-3 hari. Penggunaan amoksisilin merupakan pilihan pertama antibiotik untuk
pasien dengan usia <5 tahun karena efektif melawan patogen. Antibiotik diberiksan selama 3
hari dengan jumlah pemeberian 2 kali per hari.
Pada pneumonia berat diberikan terapi antibiotik Ampicilin 50mg/kgBB atau
Benzylpenicillin 50.000 IU/kg IM setiap 6 jam selama minimal 5 hari disetai dengan
Gentamicin 7,5mg/kg IM/24 jam selama 5 hari.
Kriteria Rawat inap pada bayi jika saturasi oksigen <92%, sianosis, frekuensi nafas
>60x/menit, distres pernapasan, apnea intermiten atau grunting, tidak mau minum, keluarga
tidak dapat merawat. Kriteria rawat inap pada anak ialah saturasi oksigen <92%, sianosis,
frekuensi nafas >50x/menit, distres pernapasan, grunting, dan terdapat tanda dehidrasi. Kriteria
pulang pasien jika gejala dan tanda pneumonia menghilang, asupan oral adekuat, pemberian
antibiotik dapat diteruskan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan A, Aminullah A. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid II. 11 th ed. Jakarta : Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007.

Harris M., Clark J., Coote N., Fletcher P., Harnden A., McKean M. and Thomson A., 2011,
Guidelines for the management of community acquired pneumonia in children: update
2011, BMJ Group, 66, 1–26.

IDAI. Pedoman Pelayanan Medis, Pujiadi, A. H. et al., eds., Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2009.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2009.

Rohim A, Saharso D. Ilmu penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan. Jakarta : Salemba
Medika. 2002.

Anda mungkin juga menyukai