Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENUGASAN BLOK 3.

MASALAH PADA USIA LANJUT

Kelompok Tutorial 14

Elvira Rahma Karmeilia (18711107)

Alfia Qurrota Ayun (18711170)

Tutor: dr. M Bherbudi Wicaksono M.Sc. Sp.A

Program Pendidikan Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Indonesia

2021
Kasus 3

Analisis Anamnesis
Pada hasil anamnesis didapatkan data berupa identitas pasien, keluhan
utama, faktor pemicu keluhan, keluhan pada sistem organ lainnya dan riwayat
penyakit a degenrasi pada sistem vestibuler. Jumlah neuron di nucleus vestibularis
berkurang, deformasi dinding labirin, deposisi debris di kupula, dan fragmentasi
otokonia juga sering terjadi. Hal tersebut mendasari mengapa angka kejadian
vertigo meningkat seiring dengan pertambahan usia (Jusuf, 2014).
Pasien mengeluhkan adanya gangguan pendengaran berupa tinnitus atau
perasaan mendengar bunyi tanpa ada rangsangan suara dari luar, berupa suara
berdenging, bergemuruh, atau variasi lainnya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
fluktuasi yang abnormal pada cairan endolimfe mengakibatkan degradasi pada sel-
sel rambut sehingga terjadi gangguan pada input sensoris terhadap saraf
vestibulokoklearis, oleh karena itu sistem saraf pusat beradaptasi dengan cara
meningkatkan aktivitas saraf pada korteks auditorius di otak. Keluhan juga disertai
mual akibat inhibisi tonus intestinum dan muntah yang timbul akibat aktivasi pusat
muntah pada batang otak secara tidak langsung akibat aktivasi reseptor H1 dan M1
pada regio vestibular. Keringat dingin muncul akibat kegiatan berlebihan dari
sistem saraf otonom (Becker, 2010; Jusuf, 2014).
Riwayat asma persisten ringan dapat menjadi faktor resiko munculnya
keluhan vertigo pada pasien. Pasien dengan penyakit meniere memiliki angka
hipersensitivitas lebih tinggi dibandingkan orang normal. Hal ini menunjukkan
bahwa reaksi alergi dapat memicu kondisi rekasi imunitas berupa hidrops
endolimfatik pada telinga bagian dalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kadar hormon yang berkaitan dengan stress seperti antidiuretik dan katekolamin
meningkat dalam kondisi hidrops endolimfatik. Hormon tersebut mengubah
dinamika cairan telinga bagian dalam sehingga mengakibatkan disfungsi pada
system vestibuli dan auditori. Sebaliknya, serangan vertigo juga mengakibatkan
penderita mengalami kecemasan sehingga memperburuk gejala yang terjadi (Orji,
2014; Pyykko & Hardy, 2020)
Analisis Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg
menunjukkan pasien sudah masuk dalam kategori prehipertensi, nadi 98 x/menit
masih dalam rentang normal, frekuemsi napas 22 x/menit menunjukkan adanya
percepatan laju napas, dan suhu 36,5°C masih dalam batas normal. Berdasarkan
hasil tersebut, pasien mengalami prehipertensi dimana hal ini dapat menjadi faktor
tercetus nya kondisi hidrops limfatikus. Pada pasien berusia > 50 tahun faktor resiko
vaskular seperti hipertensi lebih sering terjadi (Nakashima et al., 2016).
Pada pemeriksaan nervus kranialis terdapat hasil yang abnormal pada
nervus kranialis I, II, VIII. Pemeriksaan nervus kranialis I dilakukan untuk menilai
fungsi indra penciuman, nervus kranialis II abnormal kemungkinan dikarenakan
adanya gangguan presbiop dimana pasien tidak mampu melihat benda dekat dengan
jelas dan perlu dibantu dengan koreksi lensa sferis +0.5. Pemeriksaan nervus
kranialis VIII kemungkinan menunjukkan hasil abnormal, pada penyakit meniere
pemeriksaan tes weber, ters schwabach, dan tes rinne akan menunjukkan hasil tuli
sensorineural (Pribadi, 2009)
Pemeriksaan koordinasi berupa pemeriksaan Romberg dan tes jalan tandem
dilakukan untuk menilai fungsi dari faktor motorik, sensorik dan sinergik dalam
melakukan gerakan. Pada pemeriksaan Romberg penderita diminta berdiri dengan
kedua tumit saling merapat dengan mata terbuka kemudian penderita diminta
menutup matanya, hasil tes Romberg positif dikarenakan penderita jatuh pada satu
sisi. Tes jalan tandem dilakukan dengan meminta penderita berjalan pada satu garis
lurus di atas lantai, satu tumit ditempatkan langsung di depan ujung jari kaki yang
berlawanan, baik dengan mata terbuka atau tertutup, hasil tes jalan tandem positif,
penderita jatuh pada satu sisi (Panduan Keterampilan Medik Blok 3 . 6 , 2021)
Analisis Diagnosis
Pada pasien tersebut didapatkan keluhan pusing berputar yang dipicu oleh
perubahan kepala dan berlangsung singkat disertai keluhan mual, muntah, keringat
dingin, dan tinnitus. Pada pemeriksaan nervus kranialis terdapat hasil abnormal
pada nervus I, II, dan XIII disertai adanya hasil positif pada pemeriksaan
koordinasi. Hal tersebut mengarah pada diagnosis probable meniere disease, hal ini
didasarkan pada kriteria diagnosis penyakit meniere menurut American Academy
of Otolaryngology Head and Neck Surgery (AAO-NHS) (Tanto et al., 2014).

Kriteria diagnosis penyakit meniere (Tanto et al., 2014)

Penyakit meniere merupakan kelainan pada telinga disebabkan kondisi


hidrops endolimfe yang ditandai dengan gejala vertigo, tinnitus, dan tuli
sensorineural. Hidrops endolimfatik dapat disebabkan karena adanya kelebihan
sekresi endolimfie koklea, kegagalan resorpsi ke dalam ruang subarachnoid, atau
keduanya. Selain itu pasien juga memiliki riwayat asma dan gangguan kecemasan
yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit meniere. (Orji, 2014; Pyykko &
Hardy, 2020)
Diagnosis banding pada pasien tersebut yaitu benign paroxysmal positional
vertigo (BPPV) dan neuritis vestibular. BPPV merupakan sebuah perasaan berputar
yang mendadak muncul setelah perubahan posisi kepala dan berlangsung singkat
(10-20 detik) tanpa disertai gangguan pendengaran, sedangkan neuritis vestibular
adalah disfungsi akut pada sistem vestibular yang disertai vertigo, mual, dan
muntah namun tidak disertai penurunan pendengaran. Neuritis vestibular sering
terjadi pada usia paruh baya biasanya didahului dengan riwayat infeksi virus
ataupun mekanisme imunologi lainnya (Tanto et al., 2014).
Pada pemeriksaan visus dekat pasien mengalami kesulitan sehingga perlu
bantuan dengan lensa koreksi sferis +0.5. Hal ini mengarah pada kondisi
presbyopia, kondisi yang muncul akibat berkurangnya elastisitas lensa akibat
proses penuaan dan berujung pada tidak cukupnya daya akomodasi untuk kerja
dekat (Tanto et al., 2014).

Pemeriksaan fisik akan lebih baik apabila dilengkapi dengan pemeriksaan


posisi berupa perasat Dix-Hallpike dan supine roll test untuk menyingkirkan
dugaan diagnosis ke arah benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) pada
pasien (Tanto et al., 2014)

Analisis Penatalaksanaan

Tatalaksana simptomatik untuk mengobati gejala pusing berputar, mual,


dan muntah dapat diberikan pengobatan yang bersifat menekan sistem vestibular
(vestibular suppressant). Obat ini akan mengurangi intensitas vertigo dan
nistagmus yang dipicu oleh ketidakseimbangan vestibular. Vestibular suppressant
tidak direkomendasikan digunakan dalam jangka panjang karena bisa
mempengaruhi mekanisme kompensasi sentral dan dapat menyebabkan
kebergantungan terhadap obat. Antikolinergik, antihistamin generasi I dan
benzodiazepin merupakan vestibular suppressant (Yacovino et al., 2016). Selain
itu, obat diuretik juga kerap diberikan pada pasien meniere untuk mengurangi
cairan endolimfatik dengan membuang cairan berlebih yang menyebabkan gejala
pusing berputar, tinittus, dan penurunan kemampuan perdengaran menurun
(Aninditha dan Wiratman., 2017).

Antikolinergik merupakan vestibular suppresant yang bekerja dengan


menghambat aktifasi dari neuron di nukelus vestibularis. Apabila aktifasi dihambat,
maka hal ini akan mengurangi kecepatan nistagmus. Antikolinergik tunggal yang
paling efektif untuk meredakan vertigo adalah skolpolamin. Mulut kering, pupil
melebar, dan sedasi merupakan efek samping yang disebabkan oleh antikolinergik
(Yacovino et al., 2016).

Antihisamin merupakan obat yang bekerja dengan cara memblokir atau


menghambat reseptor histamin. Antihistamin dibagi menjadi dua berdasarkan
reseptor yang ditargetkan untuk dihambat yaitu H1 dan H2. Pada vertigo,
antihistamin yang digunakan adalah antihistamin-1 generasi 1 karena selai sebagai
antiemetik, obat ini memiliki efek sentral dan memberikan efek sedatif yang
menenangkan. Lokasi reseptor H1 berada di otot polos disekitar bronkus dan
nasofaring, sel endotel pada pembuluh darah, jantung dan sistem syaraf pusat.
Antihistamin yang sering digunakan untuk vertigo yaitu dimenhidrinat dan
difenhidramin (Amboss, 2021).

Benzodiazepine dalam dosis kecil dapat digunakan untuk pengobatan


vertigo akut. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan dalam meminimalisir
keparahan dan mengendalikan kecemasan serta panik yang sering berhubungan
dengan vertigo. Obat ini harus digunakan hati-hati dan tidak boleh dalam jangka
panjang. Apabila pengobatan sudah selesai, akan dilakukan pengurangan dosis
secara perlahan supaya tidak muncul efek withdrawal (Yacovino et al., 2016).
Benzodiazepine bekerja dengan mengikat reseptor GABAa spesifik pada sistem
syaraf pusat sehingga dapan menekan kerja vestibular dan memberikan efek sedasi
(Katzung et al., 2018).

Diuretik mengurangi jumlah natrium total tubuh dan volume air yang berada
didalam tubuh. Sesuai dengan patologi meniere, terdapat peningkatan cairan
endolimfa di telinga bagain tengah sehingga menyebabkan adanya pusing berputar,
sakit pada telinga, dan ketulian. Obat ini bekerja dengan meningkatkan sekresi
natrium dan air di tubuh sehingga mengurangi jumlah cairan dalam tubuh secara
umum dan juga cairan endolimfa pada telinga bagian dalam. Pada penyakit
meniere, diuretik yang sering digunakan adalah hydrochlorotiazide (HCTZ) dari
golongan thiazide. Thiazide memblokade kanal transporter Na-Ca sehingga
menghambat reabsorpsi NaCl pada duktus kolektivus distal,sehingga Na yang
otomatis akan menarik air tidak akan di reabsorbsi sehingga mengurangi volume
air pada tubuh. Obat ini lebih sering digunakan daripada furosemide karena lebih
aman, efektif dan resiko yang menyebabkan hipotensi jauh lebih rendah (Katzung
et al., 2018).

Saat ini, antidepresan golongan trisiklik digunakan pada kasus depresi yang
tidak responsif terhadap pengobatan antidepresan yang lebih umum digunakan
seperti SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) dan SNRI (Serotonin-
Norepinephrine Reuptake Inhibitors). Selain sebagai obat depresi, trisiklik juga
memiliki kegunaan lain untuk pengobatan vertigo, nyeri, enuresis dan insomnia.
Obat ini biasanya hanya diberikan pada malam hari karena memiliki waktu paruh
yang panjang dan efek penenangnya. Cara kerja trisiklik mirip dengan SNRI yaitu
dengan cara menghambat pengambilan kembali serotonin dan norepinefrin. Efek
samping umum dari trisiklik, termasuk mulut kering dan konstipasi, disebabkan
oleh efek antimuskarinik yang kuat dari obat ini. trisiklik juga cenderung menjadi
antagonis kuat dari reseptor histamin H1. Blokade adrenoseptor dapat
menyebabkan hipotensi ortostatik yang substansial, terutama pada pasien yang
lebih tua (Katzung et al., 2018). Dosis rendah amitriptyline (10mg) sebelum tidur
terbukti memberikan hasil bagus terhadap vertigo dan terdapat peningkatan kualitas
hidup pada pasien meniere. Selain itu, dosis rendah amitriptyline juga dapat
digunakan dalam jangka waktu panjang sebagai kontrol/pencegahan kejadian
berulang atau pada kasus resisten kronis (Rajamani dan Sahu, 2018).

Obat adrenoreseptor beta 2 selective, terutama albuterol (salbutamol)


merupakan simpatomimetik yang paling sering digunakan untuk pengobatan asma.
Obat ini memiliki efek yang cepat dalam melegakan bronkokonstriksi sehingga
pasien asma dapat bernafas dengan lega. Obat yang bekerja selektif pada reseptor
B2 merupakan bronkodilator paling efektif dengan efek samping yang lebih
minimal pada terapi asma. Obat ini tersedia dalam berbagai macam bentuk sediaan
namun, selektifitas pada reseptor beta-2 akan meningkat, sehingga memberikan
efek yang lebih cepat, dan memberikan efek perlindungan yang lebih besar terhadap
rangsangan yang menimbulkan bronkospasme dibandingkan jika diberikan secara
sistemik (Katzung et al., 2018).
Usulan Penatalaksanaan

Penatalaksanaan non-farmakologi pada penyakit meniere memiliki prinsip


untuk membantu menjaga tekanan agar tidak naik. Hal yang dapat dilakukan
untuk membantu antara lain:

1. Konsumsi air secukupnya sesuai kebutuhan tubuh perhari.


Asupan cairan yang cukup, terutama air putih, sangat penting untuk fungsi
ginjal dan cairan endolimfe. Air dalam tubuh dapat mempengaruhi tekanan
darah didalam tubuh. Apabila konsumsi terlalu banyak, maka akan tidak
baik karena akan membuat cairan endolimfe juga meningkat. Bagi individu
yang mengkonsumsi diuretik, asupan air yang cukup sangat penting. Harus
ada aliran cairan yang cukup untuk menghilangkan garam ekstra yang
dikeluarkan sebagai akibat dari pengobatan diuretik. Diuretik tidak dapat
bekerja jika volume air dalam tubuh rendah. Cara menghitung kebutuhan
asupan air perhari dapat dihitung dengan cara kilogram berat badan dikali
30ml.
2. Kurangi konsumsi garam (1,5-2g sehari)
3. Diet tinggi kalium dan protein
4. Hindari faktor pencetus yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Faktor pemicu antara lain: kopi, alkohol, rokok, perubahan tekanan
barometer, dan stimulus visual yang dapat menimbulkan nistagmus.

Pada perjalanan penyakit meniere, gangguan pendengaran lama-lama akan


mulai menggangu. Gangguan pendengaran unilateral menyebabkan terjadinya
keterbatasan pendengaran pada lingkungan yang tenang tetapi akan menjadi sangat
menggangu pada lingkungan yang bising. Terkadang, pasein akan membutuhkan
alat bantu dengar yang dapat disesuaikan sehingga pasien dapat menyesuaikan
pengaturan daya dengan ambang pendengarannya. Jika gangguan pendengaran
sangat parah, dapat diberikan pula implan koklea. Pada pasein yang terdapat
keluhan tinnitus, dapat diberikan terapi suara dan benzodiazepin jangka pendek atau
antidepresan (Cruz, 2014).
Penulisan resep

dr. Alfia
SIP: xxxxxxxxx
+62-xxx-xxx-xxx
Alamat: jl. Mars No.1

Yogyakarta, 28 Juli 2021


R/ Hydrochlorotiazide tab 50 mg no. VII
S 1 dd tab I p.c
-------------------------------------------------------------£
R/ Dimenhidrinat tab 50 mg no. XXI
S 3 dd tab I
-------------------------------------------------------------£
R/ Alprazolam tab 1 mg no. XXI
S 3 dd tab I
-------------------------------------------------------------£
R/ Amitriptyline tab 50 mg no. VII
S 1 dd tab I O.n
-------------------------------------------------------------£
R/ Salbutamol inhaler Fl no.I
S 4 dd puff 2 (prn)
-------------------------------------------------------------£

Pro: Tn.X (60 thn)


Alamat: Sleman
Form Pemeriksaan Geriatri (10 menit skrining geriatri)

A. IDENTITAS
Nama Pasien : Kartini
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 76 tahun
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat :-

B. 10 MENIT PEMERIKSAAN PENYARING/SKRINING TERHADAP


KONDISI GERIATRI

No. PROBLEM CARA PEMERIKSAAN HASIL POSITIF HASIL


Ada 2 bagian : Terdapat Tidak
1. Pertanyaan : “apakah ketidakmampuan
anda mempunyai kesulitan melihat dalam jarak
dalam berkendara, > 20/40 dengan
menonton TV atau membaca kartu Snellen (atau
atau melakukan aktivitas hitung jari)
sehari-hari karena
penglihatan anda?”
1. Penglihatan

2. Jika ya ;Lakukan tes


mata dengan kartu snellen
saat pasien memakai
lensa koreksi (bila
memungkinkan)Atau jika
tidak memungkinkan bisa
juga dilakukan tes membaca
koran

KETERANGAN:
Pasien masih mampu
membaca koran tanpa lensa
koreksi
Menggunakan audioskope Ketidakmampuan Ya
pada 40 dB,tes pendengaran untuk mendengar
dengan 1000 dan 2000 Hz frekuensi 1000-
Jika tidak memungkinkan 2000 Hz atau tes
lakukan tesbisik pada bisik pada kedua
masing-masing telinga telinga atau di salah
pasien satu telinga.

Cat : melakukan tes berbisik


pada jarak60 cm dari
samping pasien, dengan cara
menyebutkan tiga angka atau
2. Pendengaran huruf, kemudian meminta
responden menyebutkan apa
yang dibisikkan

KRITIK:
Sebaiknya pemeriksa tidak
mengepalkan tangan di
samping pasien, cukup
dengan memperkirakan jarak
60 cm saja. Selain itu,
sebaiknya pasien diminta
menutup telinga kiri saat
telinga kanan diperiksa dan
sebaliknya.

Catat waktu yang Tidak mampu Tidak


dipergunakan pasienuntuk melakukan instruksi
melakukan instruksi : dalam 15 detik
“Berdiri darikursi, jalan 10
langkah (jarak 3 meter),
kembali ke kursi, duduk
3. Mobilitas Kaki kembali” secara berurutan.
Cat : jalan paling cepat
semampunya.

KRITIK: Sebaiknya
disampaikan jalan cepat
semampunya.
Ada 2 bagian : Ya untuk kedua Tidak
1. Pertanyaan : “Tahun pertanyaan
lalu apakahanda pernah
mengompol?”
Inkontinensia
4. 2. Jika Ya : “Pernahkah
urin
anda mengompol dalam
waktu enam hari
terakhir?”
Ada 2 bagian: Jika terdapat Ya
1. Pertanyaan: penurunan berat
“ Apakah berat anda turun 5 badan 5 kg dalam
kg dalam 6bulan ini tanpa 6 bulan atau berat
usaha untuk itu?” badan yang < 50 kg
2. Timbanglah berat badan
pasien.

KETERANGAN:
Nutrisi, terdapat penurunan BB
5. penurunan sebulan yang lalu dari 45
berat badan menjadi 41kg.
BB sudah ditimbang lagi
hasilnya masih 41kg

KRITIK:
Penyebab penurunan berat
badan belum digali,
pertanyaan yang diajukan
kurang luas.

Menyebutkan kembali 3 Tidak dapat Tidak


benda menyebutkan
(pada awal pemeriksaan kembali setelah
pasien diberi perintah untuk lebih dari 1
6. Memori mengingat 3 benda yang menit.
diucapkan pemeriksa untuk
diingat kembali jika
ditanyakan oleh pemeriksa)
KETERANGAN:
Pasien dapat mengingat dan
menyebutkan benda yang
telah diperintahkan
KRITIK:
Pasien dapat menyebutkan
benda yang disebutkan
kemungkinan karena benda
terdapat di depan pasien.
Pertanyaan : Ya untuk Tidak
“Apakah anda sering pertanyaan
merasa tersebut.
sedih/kesepian/hidup
terasa hampa/merasa
7. Depresi
tidak puas dengan
kehidupan?” (Catatan:
dengan menggunakan
bahasa yang mudah
dipahami responden)
Ada 6 pertanyaan: Tidak untuk salah Tidak
Apakah anda dapat........... ” satu atau lebih dari .
pertanyaantersebut.
1. “melakukan aktivitas
berat sepertijalan cepat
8. Keterbatasan
atau bersepeda?” aman
Fisik
2. “pekerjaan berat
di rumah seperti
membersihkan jendela,
pintu, dinding?” aman
3. “pergi belanja ke
tempat grosir atau
kain?”aman
4. “pergi ke suatu
tempat yang agakjauh
dengan berjalan?” aman
5. “mandi, baik
dengan spon, bak
mandi, shower?”saat
mandi beberapa kali
gayung jatuh
6. “berpakaian seperti
memakai kaos,
mengancingkan dan menarik
ritsleting, memakai sepatu?”
aman

Keterangan:
Terdapat keterbatasan dalam
berpergian ke tempat yang
agak jauh dengan berjalan.

KESIMPULAN 10 MENIT PEMERIKSAAN SKRINING GERIATRI :

Ibu Kartini usia 76 tahun terdapat gangguan pendengaran, riwayat penurunan berat
badan 4kg dalam waktu sebulan, dan keterbatasan dalam berpergian dengan jarak
yang agak jauh jika berjalan.
Daftar Pustaka

Amboss. 2021. Antihistamines. [online] Available at:


<https://www.amboss.com/us/knowledge/Antihistamines/> [Accessed 28
July 2021].

Becker, D. E. 2010. Nausea, vomiting, and hiccups: a review of mechanisms and


treatment. Anesthesia Progress, 57(4), 150–157.
https://doi.org/10.2344/0003-3006-57.4.150

Anindita, T., Wiratman, W. 2017. Buku Ajar Neurologi 1 st ed. Jakarta: Penerbit
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Cruz, M. 2014. Ménière’s disease A stepwise approach. Medicine today 15(3): 18-
26

Jusuf, M. I. 2014. Vertigo. IDI Cabang Kota Gorontalo.

Katzung, B., Masters, S. and Trevor, A., 2018. Basic & clinical pharmacology.
New York: McGraw-Hill.

Nakashima, T., Pyykkö, I., Arroll, M. A., Casselbrant, M. L., Foster, C. A.,
Manzoor, N. F., Megerian, C. A., Naganawa, S., & Young, Y. H. 2016.
Meniere’s disease. Nature Reviews Disease Primers, 2(May), 1–19.
https://doi.org/10.1038/nrdp.2016.28

Orji, F. 2014. The influence of psychological factors in Meniere′s disease. Annals


of Medical and Health Sciences Research, 4(1), 3.
https://doi.org/10.4103/2141-9248.126601

Pribadi, F. W. 2009. Pemeriksaan Fisik Saraf Kranialis. Universitas Jendral


Soedirman. http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/modul
labskill/modul ganjil II/Ganjil II - Pemeriksaasn GCS dan PCS.pdf

Pyykko, I., & Hardy, T. A. 2020. Menière ’ s disease. 1–6.


https://doi.org/10.1001/jamaneurol.2020.0884.2
Rajamani, S. and Sahu, P., 2018. A randomized control trail on the effectiveness of
(Tricyclic antidepressant) Amitriptyline 10 mg bedtime in patients suffering
from Meniere’s disease. International Journal of Otorhinolaryngology and
Head and Neck Surgery, 4(2), p.532.

Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. A. 2014. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius.

Thursina, C., Dewati. E. 2017. Pedoman Tatalaksana Vertigo. Kelompok Studi


Nerutootologi dan Neurooftalmologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI).

Tim Blok 3.6. 2021. Panduan Keterampilan Medik Blok Masalah Pada Usia
Lanjut ( 3 . 6 ). Fakultas Kedokteran UII.

Yacovino, D., Carrea, R. and Luis, L., 2016. Medication for Treating Vestibular
Disorders. [online] Vestibular Disorder Association. Available at:
<https://vestibular.org/article/diagnosis-treatment/treatments/medication/>
[Accessed 24 July 2021].

Anda mungkin juga menyukai