Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN KASUS

“Dengue Fever”

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti


Program Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Disusun Oleh:
Elvira Rahma Karmeilia
22712068

Pembimbing:
dr. Zustain Noor Adhim, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2022
UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

ISLAM

INDONESIA
STATUS UJIAN (PASIEN BUKAN NEONATUS)
FAKULTAS
KEDOKTERAN

Nama Dokter Muda Elvira Rahma Karmeilia Tanda Tangan

NIM 22712068

Tanggal Ujian

Rumah Sakit RSUD dr. Soediran MS Wonogiri

Gelombang Periode

A. IDENTITAS
Nama : An. R Nama Ayah : Tn. S

Umur : 15 th 6 bl 4 hr Umur : 41 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP

Alamat : Gandul, Giriwono Pekerjaan :Karyawan


swasta

Nama Ibu : Ny. A

Masuk RS : 29 – 09 – 2022 Umur : 35 tahun

No. CM : 005*** Pendidikan : SMA

Tgl. Diperiksa : 05– 10 – 2022 Pekerjaan : Satpam swasta


B. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis terhadap ibu pasien, serta autoanamnesis kepada pasien
secara langsung, pada hari Rabu tanggal 05 Oktober 2022, pukul 07.00 WIB di bangsal
Anggrek 3 bed 4C.
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso pada hari
Kamis tanggal 29 September 2022 pukul 22.45 WIB, diantar oleh kedua orang
tuanya dengan keluhan utama demam. Demam dirasakan sudah 5 hari, muncul
mendadak, demam dirasakan terus menerus dan membaik dengan pemberian
antipiretik. Berdasarkan keterangan keluarga, demam dirasakan sejak 4 hari
SMRS, pada hari Minggu, 25 September 2022 sekitar pukul 20.00 WIB pasien
mendadak merasa tidak enak badan dan sedikit demam, keluhan membaik setelah
mengonsumsi obat penurun panas yang dibeli di apotek. Keluhan juga disertai
nyeri perut. BAB dan BAK tidak ada keluhan. BAB sehari 1x, konsistensi padat,
warna coklat, bau amis/telur busuk (-), lendir (-), darah (-). BAK 3-4x/hari.
3 hari SMRS, pada 26 September 2022 ibu pasien menceritakan bahwa
pada malam harinya pasien merasa lemas, mual dan demam meningkat, sempat
diukur menggunakan thermometer dirumah didapatkan suhu nya 38,5oC namun
demam tidak kunjung turun meskipun diberikan obat penurunan panas. BAB dan
BAK tidak ada keluhan. BAB sehari 1x, konsistensi padat, warna coklat, bau
amis/telur busuk (-), lendir (-), darah (-). BAK 4-5x/hari. Pasien tidak memiliki
kebiasaan menahan BAK ataupun BAB.
2 dan 1 hari SMRS, pada 27-28 September 2022 pasien masih merasa
demam dan sangat lemas sehingga pasien hanya bisa berbaring dan terganggu
aktifitasnya. BAB sehari 1x, konsistensi padat, warna coklat, bau amis/telur
busuk (-), lendir (-), darah (-). BAK 3-4x/hari. Pasien tidak memiliki kebiasaan
menahan BAK ataupun BAB. Keluhan pembengkakan, keringat dingin,
perdarahan spontan, ruam, batuk, sesak, mual, muntah dan diare disangkal.
Hari Kamis (29/10) pagi pasien diperiksakan ke IGD dan didapatkan suhu
39oC, namun pasien menolak untuk dirawat inap. Malam harinya demam
dirasakan meningkat menjadi 40,2oC sehingga pasien datang kembali ke IGD
disertai keluhan nyeri kepala, mual dan nyeri seluruh tubuh. Keluhan demam
selama ini tidak disertai menggigil, kejang, dan penurunan kesadaran. Keluhan
batuk, pilek, sesak, nyeri telan, perdarahan spontan, muncul ruam, muntah, diare
dan konstipasi juga disangkal.
Hari ke-1 di rumah sakit, yaitu 30 September 2022 pasien masih
mengeluhkan demam, lemas, nyeri kepala, nyeri perut dan merasakan nafsu
makannya berkurang. BAB tidak keluar tetapi BAK lancar, sebanyak 3-4x/hari.
Hari ke-2 di rumah sakit, yaitu 1 Oktober 2022 pasien masih mengeluhkan
demam, lemas, nyeri kepala, nyeri perut, mual dan merasakan nafsu makannya
berkurang. Keluhan batuk disangkal. BAB tidak keluar, BAK lancar sebanyak 3-
4x/hari. Pasien mengatakan sering mengonsumsi mie instan.
Hari ke-3 di rumah sakit, yaitu 2 Oktober 2022 pasien masih mengeluhkan
panas dan muncul ruam konvalesen di sekitar kaki dan tangan. BAB 1x/hari
dengan konsistensi padat, lendir (-) darah (-) bau busuk (-), BAK lancar sebanyak
3-4x/hari,
Hari ke-4 di rumah sakit, yaitu 3 Oktober 2022 pasien mengeluhkan
demam, lemas, dan mual. Makan dan minum masih sedikit. Keluhan sakit kepala
sudah tidak dirasakan. BAB tidak keluar tetapi BAK lancar sebanyak 3-4x/hari.
Hari ke-5 di rumah sakit, yaitu 4 Oktober 2022 pasien mengeluhkan
demam dan linu pada kaki kiri. Namun nafsu makan dan minum sudah mulai
membaik. BAB tidak keluar tetapi frekuensi BAK meningkat sebanyak 4-5x/hari.
Hari ke-6 di rumah sakit, yaitu 5 Oktober 2022 pasien mengeluhkan
demam, lemas, dan mual. BAB tidak keluar tetapi BAK lancar 3-4x/hari.

Periode Demam

Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa
25/09 20.00 26/09 27/09 28/09 29/09 30/09 01/10 02/10 03/10 04/10

Kesan: Pasien memiliki keluhan demam (+) nyeri kepala (+) mual (+) nafsu
makan menurun (+). Sampai di IGD pasien mengeluhkan demam, sakit kepala,
nyeri seluruh tubuh dan mual.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a) Riwayat Penyakit

Keluhan serupa : (-) Diare : (+)

Tuberkulosis : (-) Hepatitis : (-)

ISPA : (-) Demam tifoid : (-)

Alergi : (-) Demam berdarah : (-)

b) Riwayat Mondok : Tidak pernah

c) Riwayat Operasi : Tidak pernah


Kesan: Pasien memiliki riwayat diare

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan serupa : (-)

Riwayat asma : (-)

Riwayat alergi : (+) Ibu alergi ibuprofen

Riwayat tuberkulosis : (-)

Riwayat batuk lama : (-)

Riwayat demam berdarah : (-)

Riwayat demam tifoid : (-)

Kesan: Terdapat riwayat alergi obat pada ibu


5. Silsilah/Ikhtisar Keturunan

HT
Kesan: Nenek pasien terdiagnosis hipertensi
6. Riwayat Pribadi
Riwayat Kehamilan : Kehamilan pertama, tidak ada penyulit,
ANC rutin di puskesmas

Riwayat Persalinan : Cukup bulan, Spontan di Bidan

Riwayat Pasca-lahir : BBL 3200 gram, PBL 50 cm, dan segera


menangis

Kesan : Tidak ada kelainan

7. Riwayat Makanan
⮚ 0 - 6 bulan : ASI eksklusif penuh, tanpa ada tambahan air putih, makanan, ataupun yang
lainnya.
⮚ 6 bulan - 9 bulan : ASI tetap diberikan, dan ditambah MPASI. MPASI yang diberikan
berupa bubur saring atau MPASI kemasan instan yang dijual di pasaran. Sesekali membuat
MPASI sendiri seperti nasi lembek yang ditambah lauk pauk, sayuran yang dihaluskan.
Sesekali diberikan buah sebagai selingan. Pemberian MPASI 2-3x sehari, sebanyak kira-
kira satu mangkuk kecil. Pasien tidak diberikan susu formula, pasien muntah bila diberikan
susu formula.
⮚ 9 bulan - 1 tahun : ASI masih tetap diberikan, MPASI dilanjutkan namun dengan tekstur
yang lebih kasar dan porsi lebih banyak seperti soto, sop dan sayur bening yang dimasak
sendiri. Pemberian MPASI 2-3x sehari. Pasien seringkali diberikan teh dan air putih.
⮚ 1 - 6 tahun : Makanan keluarga seperti nasi dan bayam atau sayuran lainnya, ditambah lauk
ayam, ikan atau tempe sudah diberikan dengan tekstur lebih kasar. Frekuensi makan 3-4x
sehari. Makanan selingan seperti biskuit juga diberikan 1-2x sehari. ASI disapih pada usia
24 bulan dan mulai minum susu formula.
⮚ 7 tahun – sekarang : Keluarga mengatakan pasien mudah untuk makan dan tidak pilih-pilih
makanan, biasanya makan 3-4 kali sehari, sekali makan sekitar 1 mangkuk ditambah lauk
dan sayuran atau apapun sesuai yang ada di rumah. Semua makanan dimasak sendiri oleh
ibu pasien dan terjaga higienitasnya. Konsumsi jajanan di luar rumah terbilang jarang.
Pasien akhir-akhir ini suka mengonsumsi mie instan. Konsumsi buah dan sayur cukup.
Kesan: Riwayat pemberian makanan pasien normal sesuai usianya
8. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a) Pertumbuhan Anak
- BBL : 3500 gram
- PBL : 50 cm
- BB sekarang : 48,5 kg
- TB sekarang : 165 cm
- Lingkar kepala : 53,5 cm
Status Gizi
BB/U
Laki-laki usia 15 th 6 bl 4 hr, BB: 48,5 kg
Grafik CDC

Interpretasi:
• Berada diantara persentil 10 dan 25
• BB aktual/BB ideal x 100%
48,5/59 x 100 = 82,2% (Wasted)
Interpretasi menurut Waterlow 1972:
≥ 120% : Obesitas
110-120% : Overweight
90-110% : Gizi baik
70-90% : Wasted
<70% : Severe wasted
TB/U

Interpretasi:
• Berada diantara persentil 10 dan 25
• TB aktual/TB ideal x 100%
165/172 x 100 = 95,9% (Normal)
Interpretasi menurut Waterlow 1972:
>95% : Normal
87,5-95% : Mild stunting
80-87,5% : Moderate stunting
<80% : Severe stunting
BB/TB

Interpretasi:
• Berada diantara persentil 10 dan 25
• BB aktual/BB ideal untuk TB aktual x 100%
48,5/51 x 100 = 95,09% (Gizi Baik)
Interpretasi menurut Waterlow 1972:
≥ 120% : Obesitas
110-120% : Overweight
90-110% : Gizi baik
70-90% : Gizi kurang
<70% : Gizi buruk
Simpulan: Pasien mengalami wasted

LINGKAR KEPALA
Simpulan: An. Laki-laki/15 th 6 bl 4 hr
Lingkar kepala terketak pada area 0 sd. -2SD (normal)
b) Perkembangan Anak
➢ Perkembangan Fisik
Pasien mengalami perubahan tinggi dan berat badan yang cukup
signifikan seiring pertumbuhan usia.
➢ Perkembangan Psikomotor
Perkembangan motorik kasar seperti kemampuan berlari dan
berjalan normal, pasien dapat berjalan di usia 1 tahun. Kemampan
motorik halus dan berbicara pasien juga tidak ada kendala. Pasien
terbiasa untuk BAK dan BAB di kamar mandi sejak usia 1 tahun.
➢ Perkembangan Kognitif
Pasien dapat berpikir dan mengekspresikan diri dengan pola pikir
konkrit. Pasien sesekali dapat menyelesaikan permasalahan secara
mandiri. Saat ini pasien bersekolah di SMK jurusan teknik otomotif
dan dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik.
➢ Perkembangan Emosional
Pasien kurang mampu mengontrol emosi pribadi yang sedang
dihadapi. Saat memasuki usia sekolah pasien lebih sensitif, mudah
marah dan berkomentar apabila terdapat hal yang tidak sesuai
keinginannya.
➢ Perkembangan Seksualitas
Sudah ada ketertarikan terhadap teman lawan jenis. Pasien lebih
banyak bermain dengan teman sejenis. Tanda pubertas seperti
muncul jerawat timbul saat kelas 6 SD, usia 12 tahun tumbuh jakun,
disunat dan suara memberat. Tingkat kematangan seksual dinilai
menggunakan tanner staging dan didapatkan pasien sudah
memasuki stage 5, dimana penis dan testis sudah membesar dengan
ukuran ± 4x3x2 cm dan pertumbuhan rambut pubis sudah mencapai
sekitar paha medial.
➢ Perkembangan Moral dan Spiritual
Pasien cukup bisa mengidentifikasikan hal baik dan buruk. Pasien
termasuk anak penurut. Pasien melakukan ibadah dengan baik dan
kerap kali membantu pekerjaan rumah ibunya.
➢ Perkembangan Sosial dan Aktifitas
Pasien sering bermain video game bersama teman sebayanya dan
sering berkumpul bersama teman. Tidak ada hambatan dalam
berkomunikasi dengan individu yang lebih tua ataupun lebih muda.
9. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Sosial : Ayah pasien bekerja sebagai kondektur bus Agra di Bogor
dan pulang hanya beberapa hari dalam seminggu. Ibu
bekerja sebagai satpam swasta di RSUD Wonogiri. Pasien
dan keluarga merupakan peserta BPJS. Pasien masih sering
berkomunikasi dengan ayah kandungnya walaupun tidak
tinggal serumah.
Lingkungan : Rumah mendapat cahaya matahari yang cukup, ventilasi
baik, kamar mandi di dalam rumah dengan sumber air dari
sumur. Area sekitar rumah adalah pemukiman penduduk
dan terdapat kandang kambing di halaman belakang.
Sesekali terdapat nyamuk di rumah. Tidak banyak tikus
yang berkeliaran di rumah. Sampah dibakar secara berkala
dan belum ada program penyemprotan fogging.
10. Status Imunisasi
Jenis Jumlah Umur +/- Tempat

Imunisasi Dasar < 1 tahun

Hepatitis B : 4x : 0,2,3,4 bln :+ Puskesmas

OVP : 4x : 0,2,3,4 bln :+ Puskesmas

IVP : 1x : 4 bln :+ Puskesmas

BCG : 1x : 1 bln (skar 5 mm) :+ Puskesmas

DPT-Hib-Hb : 3x : 2,3,4 bln :+ Puskesmas


Campak- : 1x : 9 bln :+ Puskesmas
Rubella (MR)

Dpt-Hib-HB : 1x : 18 bln :+ Puskesmas


lanjutan

Campak- : 1x : 18 bln :+ Puskesmas


Rubella (MR)
lanjutan

Imunisasi Lain: -

Covid-19 : 2x : sesuai jadwal :+ Sekolah


pemerintah

Imunisasi pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah

Campak : 1x : Kelas 1 SD :+ Sekolah

MR : 1x : Kelas 1 SD :+ Sekolah

DT : 1x : Kelas 1 SD :+ Sekolah

TD : 2x : Kelas 2 SD :+ Sekolah

Kelas 5 SD :+ Sekolah

Imunisasi yang dianjurkan :

-Imunisasi lain sesuai rekomendasi IDAI berdasarkan perkembangan usia

Simpulan :
1. 5 imunisasi dasar usia < 1 tahun sudah lengkap.
11. Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal : Demam (+), pusing (-), nyeri kepala (+)

Sistem kardiovaskular : Nyeri dada (-), berdebar (-)

Sistem respirasi : Batuk (-), sesak (-), pilek (-)


Sistem gastrointestinal : Nyeri perut area epigastrium (+), mual (+)
muntah (-), BAB 1x/ hari tanpa keluhan.

Sistem urogenital : BAK (+), warna kuning, nyeri saat BAK (-),

BAK 3-5x/hari

Sistem integumentum : Ruam (-)

Sistem muskuloskeletal : Nyeri pada sendi (+), nyeri otot (+)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum : Tampak sakit sedang, compos mentis

2. Tanda Vital

Nadi : 96 x/menit, reguler, kuat

Pernapasan : 24 x/menit, reguler, napas cuping hidung (-)

Tekanan darah : 112/62 mmHg

TB/U sesuai usia pasien = pada persentil 10-25

sistolik = tepat pada persentil 50

diastolik = tepat pada persentil 50

interpretasi: tekanan darah sistolik dan diastolik dalam


batas normal ( < persentil 90)

Suhu : 38,8°C

3. Status Gizi

Berat badan : 48,5 kg

Panjang badan : 165 cm

Lingkar kepala : 53,5 cm


4. Kepala

Bentuk : Normocephal

Rambut : Berwarna hitam kecoklatan, alopesia (-), rambut


seperti jagung (-)

Ubun-ubun : Penonjolan (-)

Mata : Edema palpebra (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), sklera


ikterik (-/-), mata cowong (-/-), air mata (+/+)

Hidung : Sekret (-), deformitas (-), napas cuping hidung (-),


epistaksis (-)

Telinga : Sekret (-/-), nyeri (-/-)

Bibir : kering (-), pucat (-)

Mulut : Stomatitis (-), perdarahan gusi (-), lidah kotor (-)

Tenggorokan : Pembesaran tonsil (-) tonsil hiperemis (-) detritus (-),


faring hiperemis (-)

Gigi : Karies (-)

Simpulan : Kepala dalam batas normal

5. Leher : Pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-), gerakan


menelan simetris kanan-kiri (+/+), bruit (-)

Simpulan : Leher dalam batas normal

6. Thorax

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midklavikularis


sinistra
Perkusi : Batas jantung;

Batas atas: SIC II linea sternalis sinistra

Batas kanan: SIC IV linea parasternalis dextra

Pinggang jantung: SIC III linea parasternalis sinistra

Batas kiri: SIC V linea midklavikularis sinistra

Auskultasi : S1-S2 reguler, bising jantung (-)

Simpulan : Jantung dalam batas normal

Paru-paru

Depan

Inspeksi : Normochest¸ diameter lateral > AP, retraksi dinding


dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+),
pemakaian otot bantu napas (-), benjolan (-),
kemerahan (-), sikatrik (-)

Palpasi : Fremitus taktil (+/+) simetris

Perkusi : Sonor (+/+) pada seluruh lapang paru

Auskultasi : SDV (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Belakang

Inspeksi : Sikatrik (-), benjolan (-), kemerahan (-)

Palpasi : Fremitus taktil (+/+) simetris

Perkusi : Sonor (+/+) pada seluruh lapang paru

Auskultasi : SDV (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Simpulan: Paru-paru dalam batas normal


7. Abdomen

Inspeksi : Distensi (-), petekie (-), bekas luka (-)

Auskultasi : Bising usus (+)

Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-), undulasi (-)

Palpasi : teraba supel (+), defans muscular (-), nyeri tekan (+)
pada regio epigastrium, tidak teraba massa
abnormal, turgor kulit kembali sangat cepat.

Hati : Tidak ada pembesaran

Limpa : Tidak ada pembesaran

Simpulan: Terdapat nyeri tekan abdomen.

8. Anogenital

Anus : Kemerahan (-), benjolan (-)

Genital : Kemerahan (-), sekret (-), benjolan (-)

Simpulan: Anogenital dalam batas normal

9. Anggota Gerak

Ekstremitas Terdapat ruam konvalesen pada kedua


tungkai bawah

Akral Hangat (+/+)

CRT < 2 detik (+/+)

Arteri dorsalis pedis Teraba kuat (+/+)

Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan B B B B
Kekuatan 5 5 5 5

Tonus N N N N

Trofi N N N N

Refleks fisiologis + + + +

Refleks patologis - - - -

Klonus - - - -

Sensibilitas + + + +

Tanda meningeal kaku kuduk (-)

Simpulan : Anggota gerak dalam batas normal

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Darah (Tanggal 29 September 2022, pukul 07:28)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 15.1 12 – 16

Eritrosit 5.00 4.2 – 5.4

Hematokrit 43.0 38 – 47

MCV 86.0 80 – 97

MCH 30.2 26 – 32

MCHC 35.1 31 – 36

Leukosit 4.3 4.1 – 10.9

Trombosit 143 140 – 440

Golongan Darah AB

RDW-CV 13.0 11.5 – 14.5


MPV 8.6 0.1 – 14

Eosinofil% 3.6 1–3 H

Basofil% 0.2 0–1

Neutrofil% 55.6 44-77

Limfosit 31.3 22 – 40

Monosit% 9.3 2–8 H

Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif

Simpulan : Eusinofilia, monositosis


Darah (Tanggal 03 Oktober 2022, pukul 08:00)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 13.5 12 – 16

Eritrosit 4.53 4.2 – 5.4

Hematokrit 38.6 38 – 47

MCV 80.1 80 – 97

MCH 27.0 26 – 32

MCHC 33.7 31 – 36

Leukosit 5.6 4.1 – 10.9

Trombosit 66 140 – 440 L

Golongan Darah AB

RDW-CV 13.6 11.5 – 14.5

MPV 8.2 0.1 – 14

Eosinofil% 1.0 1–3

Basofil% 0.4 0–1


Neutrofil% 81.6 44-77 H

Limfosit 13.8 22 – 40 L

Monosit% 6.5 2–8

IgM Dengue Positif Negatif

IgG Dengue Positif Negatif

Simpulan : Trombositopenia, neutrofilia, limfopenia, igM dengue (+), igG dengue (+)
Darah (Tanggal 04 Oktober 2022, pukul 08:00)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 13.8 12 – 16

Eritrosit 4.55 4.2 – 5.4

Hematokrit 38.9 38 – 47

Leukosit 7.0 4.1 – 10.9

Trombosit 71 140 – 440 L

Simpulan : Trombositopenia

Darah (Tanggal 05 Oktober 2022, pukul 07:35)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 14.3 12 – 16

Eritrosit 4.7 4.2 – 5.4

Hematokrit 41.8 38 – 47

Leukosit 7.2 4.1 – 10.9

Trombosit 81 140 – 440 L

Simpulan : Trombositopenia
Darah (Tanggal 06 Oktober 2022, pukul 07:28)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 14.4 12 – 16

Eritrosit 4.77 4.2 – 5.4

Hematokrit 42.2 38 – 47

Leukosit 8.6 4.1 – 10.9

Trombosit 103 140 – 440 L

Simpulan : Trombositopenia
E. RINGKASAN DATA DASAR
a. ANAMNESIS
● Demam sejak 4 hari SMRS, demam timbul mendadak dan terus menerus, hanya
menurun bila diberikan obat antipiretik. Demam tidak disertai dengan kejang,
menggigil ataupun penurunan kesadaran.
● Keluhan nyeri kepala (+) batuk (-), sesak (-), mual (+), muntah (-), ruam (-),
perdarahan spontan (-), edema (-).
● Penurunan frekuensi makan dan minum
b. PEMERIKSAAN FISIK
● Suhu 38,8°C
● Nyeri tekan (+) area epigastrium
● Pada ekstremitas terdapat ruam konvelesen pada kedua tungkai bawah
● Berdasarkan hasil pengukuran grafik CDC dan Kemenkes, pasien tergolong
wasted
c. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Laboratorium: eosinophilia, monositosis, trombositopenia, neutrofilia,
limfopenia, igM dengue (+), igG dengue (+)
F. DAFTAR PERMASALAHAN
Masalah aktif :
- Demam
- Sakit kepala
- Mual
- Nyeri perut epigastrium
- Nyeri seluruh tubuh
- Frekuensi makan dan minum berkurang
- Wasted
- Trombositopenia
Masalah inaktif :
- Pasien suka makan mie instan
- Terdapat kandang kambing di halaman belakang
- Sesekali terdapat nyamuk di rumah
G. PENYEBAB MASALAH/ DIAGNOSIS BANDING
- Typhoid fever
- Dengue fever
- Gastroenteritis Akut
H. RENCANA PENGELOLAAN
a. Rencana pemeriksaan/ penegakan diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan darah rutin setiap 12 jam untuk evaluasi. Pemeriksaan penunjang
tambahan yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan
tubex test serta USG abdomen untuk menyingkirkan diagnosis banding.
b. Rencana terapi
- Rawat inap
- Inf. Asering 30 tpm
- Inj. Paracetamol 700 mg/8 jam
- Inj. Norages 700 mg/8 jam
c. Rencana perawatan
- Pemantauan tanda-tanda vital, adanya warning sign, perfusi perifer dan volume
urin.
- Evaluasi hasil pemeriksaan penunjang dan pengobatan
- Konsultasikan ke dokter spesialis anak
d. Kebutuhan Kalori
Pasien tidak tergolong dalam kondisi sakit kritis, gizi kurang, ataupun penyakit lain
yang memerlukan diet khusus :
RDA (Recommended Dietary Allowances) X BB ideal
- Kebutuhan kalori : 45 kkal x 59 kg = 2655 kkal
- Kebutuhan protein : 0,8 gram x 59 kg = 47,2 gram
- Kebutuhan cairan : 50-60 ml x 59 kg = 2950 ml – 3540 ml
e. Rencana edukasi
• Memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan.
• Menganjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan guna mengganti cairan
yang hilang karena demam.
• Meminta bantuan kepada keluarga untuk memantau suhu tubuh, keluhan mual
dan keluhan lain pada pasien serta cairan yang masuk dan keluar.
• Memberikan peringatan kepada pasien bila timbul tanda syok yaitu gelisah,
lemah, akral dingin dan BAK kurang.
• Memberikan edukasi mengenai sanitasi lingkungan, hygiene makanan dan
minuman, higiene perorangan, dan pencegahan gigitan nyamuk.
I. DIAGNOSIS
Demam Dengue
J. TERAPI
- Rawat inap
- Inf. Asering 30 tpm
- Inj. Paracetamol 700 mg/8 jam
- Inj. Norages 700 mg/8 jam
K. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Bonam
b. Quo ad sanam : Bonam
c. Quo ad fungsionam : Bonam
INFEKSI DENGUE

DEFINISI
Infeksi dengue adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4,
dengan manifestasi klinis berupa: demam mendadak 2-7 hari dengan/tanpa gejala perdarahan
dan/atau gejala syok, disertai bukti hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
trombositopenia (AT<100.000) dan adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma
(peningkatan hematokrit > 20%, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-
gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola
mata.
EPIDEMIOLOGI
Insidens infeksi dengue meningkat dramatis secara global dan diperkirakan 390 (284-
528) juta orang setiap tahunnya mulai asimtomatis sampai 96 (67-136) juta diantaranya
bermanifestasi klinis. Studi prevalens memperhitungkan bahwa 3,9 milyar orang di 129 negara
beresiko terinfeksi dengue, 70% diantaranya mengancam penduduk Asia. Kejadian infeksi
dengue dan perawatan yang memerlukan rumah sakit lebih tinggi pada anak dibandingkan
dewasa.
Di Indonesia demam berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun
1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka
Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.
Pada tahun 2017 terdapat 68.407 kasus demam berdarah di Indonesia dengan provinsi dengan
jumlah kasus tertinggi adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah, dengan 493 kasus
diantaranya mengalami kematian. Kasus infeksi dengue di Indonesia pada tahun 2019
meningkat menjadi 138.127 dengan angka kesakitan (incidence rate) 51.48 per 100.000
penduduk dan 919 kasus mengalami kematian.
ETIOLOGI
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviviridae terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
DENV-3 serotype terbanyak. Diantara virus ini yang memiliki virulensi tertinggi adalah
DENV-3. Sedangkan untuk DENV-4 memiliki kejadian infeksius terendah selain itu gejala
klinis pada tipe ini lebih rendah (2%). Virus ini akan menunjukkan antibodi yang berbeda
dimana pasien yang telah terkena virus dengue tidak menutup kemungkinan akan terkena virus
dengue dengan tipe lain. Bahkan infeksi kedua bisa menunjukkan klinis yang lebih buruk
dibandingkan dengan sebelumnya.
Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus
betina. Biasanya terjadi penularan trans seksual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina dan
penularan trans ovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Ciri-ciri nyamuk penyebab
penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti):
• Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih di punggung dan kakinya
• Dapat hidup di dalam maupun sekitar rumah
• Menggigit/menghisap darah pada siang hari
• Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
• Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam maupun di sekitar rumah (bukan di
got/comberan). Jika di dalam rumah, dapat ditemukan di sekitar: bak mandi, tempayan, vas
bunga, tempat minum burung, dan lain-lain.

PATOGENESIS
Dengue adalah infeksi dengan manifestasi kompleks dengan masa inkubasi 4-10 hari,
dan memiliki 3 fase dalam perjalanan penyakitnya, yaitu fase demam, kritis dan pemulihan.
Ketika virus masuk ke dalam vaskular maka akan menimbulkan reaksi tubuh. Sebelum timbul
gejala akan terjadi viremia yang berlangsung selama 2 hari dan berakhir setelah lima hari
timbul gejala panas. Makrofag akan menjadi antigen presenting cell (APC) dan mengaktivasi
sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper
mengaktivasi sel T-sitotoksik yang bertugas untuk melisiskan makrofag yang sudah
memfagosit virus serta mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi.
Proses diatas menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya
gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya. Dapat terjadi
manifestasi perdarahan karena terjadi agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia,
tetapi trombositopenia ini bersifat ringan. Imunopatogenesis DBD dan DSS masih merupakan
masalah yang kontroversial.
Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung selama 5-7 hari.
Infeksi tersebut akan menyebabkan munculnya respon tubuh humoral maupun seluler, yaitu
antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinin dan antibodi komplemen. Antibodi yang muncul
pada umumnya adalah immunoglobulin G (IgG) dan immunoglobulin M (IgM), pada infeksi
primer antibodi tersebut mulai terbentuk sedangkan pada infeksi sekunder antibodi yang telah
ada akan meningkat. Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan dalam darah sekitar
demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai ketiga dan menghilang setelah 60-
90 hari. Infeksi primer IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi
sekunder IgG meningkat pada hari kedua.
Oleh karena itu, diagnosis dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan setelah
mendeteksi IgM setelah hari ke-5, diagnosis dini infeksi sekunder dapat ditegakan dengan
peningkatan IgM dan IgG yang cepat.

MANIFESTASI KLINIS
Perjalanan infeksi virus di dalam tubuh manusia sangat tergantung dari interaksi antara
kondisi imunologik dan umur seseorang. Oleh karena itu infeksi virus dengue dapat tidak
menunjukan gejala (asimptomatik) ataupun bermanifestasi klinis ringan yaitu demam tanpa
penyebab yang jelas, demam dengue (DD) dan bermanifestasi berat dengan demam berdarah
dengue (DBD) tanpa syok atau sindrom syok dengue (SSD). Namun, untuk alasan praktis,
infeksi dengue yang tidak berat (non-severe dengue) dapat dikelompokkan ke dalam 2
kelompok yaitu pasien dengan warning sign dan tanpa warning sign.
➢ Demam Dengue
Demam dengue terjadi pada usia anak-anak, remaja hingga dewasa. Kejadian
manifestasi klinis ditemukan berupa demam tinggi bifasik atau kontinyu mendadak (biasanya
≥ 39º) selama 2-7 hari ditambah 2 atau lebih gejala/tanda penyerta:
• Nyeri kepala
• Nyeri belakang bola mata
• Nyeri otot & tulang
• Ruam kulit
• Leukopenia (Lekosit ≤ 5000 /mm³)
• Trombositopenia (Trombosit < 150.000 /mm³ )
• Peningkatan hematokrit 5 – 10 %
• Tidak ada bukti adanya kebocoran plasma
➢ Demam Berdarah Dengue
Manifestasi klinis pada DBD memiliki keadaan yang sama dengan demam dengue. Namun
pada gejala DBD disertai dengan adanya ekstravasasi plasma, seperti edema pada wajah (facial
flushing), efusi pleura. Selain itu dapat ditemukan juga kemerahan pada konjungtiva dan faring
(pharyngeal injection and ciliary injection). Perdarahan spontan juga dapat terjadi seperti
epistaksis dan perdarahan gusi. Menurut Pedoman Penanganan dan Pengendalian Demam
Berdarah Dengue di Indonesia, diagnosis DBD dapat ditegakkan bila ditemukan manifestasi
berikut:
• Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus. Akhir fase demam setelah
hari ke-3 saat demam mulai menurun, hati-hati karena pada fase tersebut dapat terjadi syok.
Demam Hari ke-3 sampai ke-6, adalah fase kritis terjadinya syok.
• Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji tourniquet
positif (≥10 petekie dalam luas wilayah 2,8 X 2,8 cm). Petekie sering sulit dibedakan
dengan bekas gigitan nyamuk, untuk membedakannya: lakukan penekanan pada bintik
merah yang dicurigai dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan, atau dengan
meregangkan kulit. Jika bintik merah menghilang saat penekanan/ peregangan kulit berarti
bukan petekie
• Trombositopenia (Trombosit ≤ 100.000/mm³)
• Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) akibat dari peningkatan permeabilitas
vaskular yang ditandai salah satu atau lebih tanda berikut:
o Peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi ≥ 20% dari nilai baseline atau penurunan
sebesar itu pada fase konvalesens
o Efusi pleura, asites atau hipoproteinemia/hipoalbuminemia
Berdasarkan Kriteria CDC terdapat kriteria pada DHF yaitu;
● Demam 2-7 hari
● Manifestasi perdarahan
● Trombositopenia (AT <100.000/mm3)
● Peningkatan pada permeabilitas vaskular
Manifestasi pada kebocoran plasma yang diakibatkan oleh permeabilitas
● Peningkatan pada hematokrit > 20% diatas rata rata hematokrit usia dan jenis kelamin
● Penurunan hematokrit setelah diberikan cairan >20% dari nilai dasar hematokrit
● Terdapat efusi pleura atau asites berdasarkan pemeriksaan radiologi
● Hipoproteinemia atau hypoalbuminemia dari test lab
Berdasarkan kriteria WHO 2009 klasifikasi diagnosis dengie dibagi menjadi:
• Dengue tanpa warning sign
• Dengue dengan warning sign
• Severe dengue
Gambar 1. Klasifikasi Infeksi Dengue
Sedangkan berdasarkan WHO 2011 terdapat grading pada DHF

Gambar 2. Klasifikasi DHF berdasar WHO 2011


Berdasarkan perjalanan penyakit pada DHF dibagi menjadi tiga yaitu
1. Fase Demam
Kejadian ini menyebabkan penurunan suhu secara cepat dan tidak bertahap. Menghilangnya
demam diikuti dengan perubahan sirkulasi akibat kebocoran plasma.
2. Fase Kritis
Fase kritis pada hari ke 3-6 dimana terjadi kebocoran plasma dan penurunan dari suhu tubuh.
Dalam keadaan ini perlu melihat warning sign. Ditunjukkan dengan manifestasi adanya
pendarahan yaitu nyeri perut, pendarahan mukosa, akral semakin dingin, CRT meningkat.
Hasil laboratorium adanya peningkatan HMT dan penurunan platelet secara drastis. Apabila
dalam fase ini tidak tertangani maka dapat mengakibatkan shock.
3. Fase Konvalesens
Setelah melalui fase kritis 24-48 jam yang dilakukan secara bertahap 48-72 jam perlu
dipastikan nafsu makan membaik gejala gastrointestinal membaik, dan stabilnya
hemodinamik. Pada beberapa kasus dapat ditemukan pruritus. Pada hasil laboratorium terdapat
penurunan jumlah hematokrit, kenaikan trombosit meningkat secara bertahap.

Gambar 3. Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue

➢ Dengue Shock Syndrome


Keadaan ini diakibatkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler akibat ekstravasasi plasma.
Kejadian Dengue shock syndrome diawali dengan warning sign sebelum kejadiannya.
Shock terkompensasi
Kejadian terkompensasi merupakan proses fisiologis hipovolemik, melalui mekanisme
neurohumoral sebagai penurunan hipoperfusi pada organ vital. Pada awal syok, terjadi
mekanisme kompensasi untuk menjaga agar tekanan sistolik normal, menyebabkan takikardi
dan vasokontriksi perifer. Pada saat ini tekanan diastolik meningkat sehingga tekanan nadi
menyempit diikuti dengan kenaikan tahanan perifer. Tetapi pada beberapa waktu takikardia
tidak terjadi remaja dan dewasa.
Dalam keadaan selanjutnya, ekstravasasi plasma terjadi dengan mengurangi sirkulasi ke daerah
perifer (vasokonstriksi perifer), Keadaan ini ini menyebabkan adanya Capillary Refill Time
lebih dari 2 detik dan lembab, sianosis, tubuh menjadi bercak-bercak (mottled). Selain itu
pernapasan melakukan kompensasi dengan takipnea sebagai asidosis metabolik, dimana pCO2
rendah dan HCO3- yang rendah.
Shock dekompensasi
Keadaan ini menyebabkan fisiologi menurun dan kerja dari sistem kardiovaskuler
gagal, tekanan sistolik dan diastolik menurun disebut sebagai shock hipotensif. Apabila tidak
mendapatkan cairan maka akan terjadi profound shock nadi tidak teraba tekanan darah tidak
terukur dan terdapat sianosis. Dalam keadaan ini juga terdapat gangguan perfusi otak sehingga
pasien menjadi bingung, gelisah atau letargi. Ketika pasien tidak merasakan rasa nyeri menjadi
salah satu pertanda terjadinya hipoperfusi korteks serebri.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan dapat dilakukan berdasarkan waktu virulensi pada pasien. Gold standar dalam
pemeriksaan Dengue menggunakan RT-PCR tetapi memerlukan biaya lebih mahal. Darah rutin
dilakukan untuk melihat adanya penurunan trombosit dan peningkatan hematokrit. Uji
serologis IgM dan IgG anti dengue dilakukan pada hari ke 7.

TATALAKSANA
Pemberian tatalaksana bertujuan untuk mengurangi dari morbiditas dan mortalitas.
Pemberian tatalaksana ini bersifat suportif salah satunya dengan pemberian cairan. Penilaian
terhadap hematokrit perlu diperhatikan agar tidak terjadi cairan berlebih.
Dengue Fever
• Anti-piretik
Antipiretik dapat diberikan paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan bisa
suhu >38 C dengan 4-6 jam. Hindari pemberian aspirin/NSAID/Ibuprofen.
• Cairan
Cairan yang dapat diberikan pada Dengue bersifat isotonis kristaloid. Pemberian koloid
dapat diberikan diberikan apabila
● Terdapat hematokrit yang meningkat walaupun mendapatkan kristaloid
● Shock tidak berhasil dengan pemberian kristaloid
Cairan yang dapat diberikan berdasarkan berat badan pasien. Apabila pasien terjadi
obesitas maka menggunakan BB ideal dengan kebutuhan maintenance. Apabila
ditemukan peningkatan pada hematokrit maka dapat dicurigai terjadi DHF.
Gambar 4. Algoritma Tatalaksana Dengue Disertai Tanda Bahaya

Shock terkompensasi
Keadaan ini dapat diberikan terapi oksigen 2-4L/menit. Lalu dapat diberikan kristaloid
10-20 ml/KgBB dalam waktu 1 jam diikuti dengan pemeriksaan hematokrit, analisis gas darah,
gula darah dan Calcium. Analisis gas darah bertujuan untuk melihat apabila terjadi kegagalan
organ. Pendarahan dapat dilihat melalui hematokrit. Selain itu apabila terjadi kegagalan maka
perlu dilihat gangguan fungsi hati

Gambar 5. Algoritma Tatalaksana syok dengue terkompensasi


Shock dekompensasi

Gambar 6. Tatalaksana Syok Dengue Dekompensasi

Expanded dengue syndrome


Dalam keadaan ini ketika terjadi kelebihan cairan. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap
Analisa gas Darah, Kalsium, Hematokrit dan Gula darah.
● Turunkan jumlah cairan menjadi 1 ml/kgBB/Jam ganti cairan kristaloid menjadi koloid.
● Apabila terdapat tanda edema paru maka berikan furosemid 1 mg/kgBB/dosis apabila
tekanan darah stabil dan ureum kreatinin normal. Pemberian furosemid dapat diberikan 2
kali. Dan dipantau 15 menit untuk melihat keberhasilan lakukan diuresis menggunakan
kateter.
● Apabila tidak membaik pada dapat dilakukan dialisis dalam keadaan gagal ginjal akut.
DAFTAR PUSTAKA

CDC (no date) ‘Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever Information for Health Care
Practitioners’, pp. 1–4.
Gerna, Herry, dkk (2008) Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.
Kemenkes, 2017. Pedoman Pencegahan dan Penatalaksanaan Demam Berdarah di Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes. 2021. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Infeksi Dengue
Anak dan Remaja. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes, 2018. Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Infodatin Kemenkes
Muller, D. A., Depelsenaire, A. C. I. and Young, P. R. (2017) ‘Clinical and laboratory diagnosis
of dengue virus infection’, Journal of Infectious Diseases, 215(Suppl 2), pp. S89–S95.
doi: 10.1093/infdis/jiw649.
Scott, T. W. (2009) ‘Dengue Guidelines for Diagnosis Treatment and Prevention’,
Encyclopedia of Insects, pp. 257–259. doi: 10.1016/B978-0-12-374144-8.00078-3.
Tsang, T. K. et al. (2019) ‘Effects of infection history on dengue virus infection and
pathogenicity’, Nature Communications. Springer US, 10(1). doi: 10.1038/s41467-
019-09193-y.
Universitas Udayana. 2020. Buku Panduan Belajar Dokter Muda Ilmu Kesehatan Anak.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Yusoff, N.S., Suardamana, K. (2018) ‘Demam Berdarah Dengue’ ; p. 1-36

Anda mungkin juga menyukai