Anda di halaman 1dari 31

MANAJEMEN KASUS

Disentri

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti


Program Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Disusun Oleh:
June Refonda Sangpa Safira
22712018

Pembimbing:
dr. Dwi Sariningsih, Sp.A., M. Kes

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA 2023
UNIVERSITAS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
ISLAM
INDONESIA
FAKULTAS STATUS UJIAN (PASIEN BUKAN NEONATUS)
KEDOKTERAN
Nama Dokter Muda June Refonda Sangpa Safira Tanda Tangan
NIM 22712018
Tanggal Ujian 11-04-2023
Rumah Sakit RSUD dr. Soediran MS Wonogiri
Gelombang Periode 13 Maret – 27 Mei 2024

A. IDENTITAS
Nama : An. A Nama Ayah : Tn. P
Umur : 9 bulan 13 hari Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA
Alamat : Kerdukepik 4/1 Pekerjaan : Karyawan
Giripurwo, Wonogiri pabrik

Nama Ibu : Ny. Y


Masuk RS : 01 – 04 – 2023 Umur : 34 tahun
No. CM : 00747*** Pendidikan : SMP
Tgl. Diperiksa : 03 – 04 – 2023 Pekerjaan : ART

B. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis terhadap ibu secara langsung pada hari Senin, 3 April
2023, pukul 12.00 WIB di Bangsal Anggrek 3 Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri.

1. Keluhan Utama:
Diare dengan lendir dan darah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso pada hari
Sabtu, 1 April 2023 pukul 16.15 WIB, diantar oleh kedua orang tuanya.
dengan keluhan diare dengan darah.
Berdasarkan keterangan ibu, 1 hari SMRS anak demam jam 19.00 lalu
diberi obat Sanmol dan suhu turun. Lalu keluhan diare bermula pada hari Sabtu,
1 April 2023 mulai jam 10.00, diare sebanyak 4x. Feses berbau busuk, cair,
berlendir, dan ada darah. Darah tidak melekat pada feses dan berwarna merah
tua. Volume feses setiap keluar sekitar setengah gelas. Ibu mengatakan anak
tidak muntah, nafsu makan baik dan anak sering minum seperti kehausan,
dari 24 jam SMRS anak sudah 8 kali ganti pampers karena BAK. Saat di
IGD pasien rewel dan lemas.
Sabtu jam 20.00 saat sudah di rumah sakit diare lagi hingga 2x. Feses
berbau busuk, lembek sedikit air, berlendir, dan disertai darah. Lalu hari
Minggu 2 April 2023 pasien BAB 1x berbau busuk dengan konsistensi
feses lembek, berlendir, namun sudah tidak disertai darah. Saat di RS
hingga saat ini tidak ada keluhan demam lagi, tidak ada mutah, dan anak
aktif.
Ibu mengatakan sebelumnya anak pernah diare disertai darah saat
anak usia 5,5 bulan namun tidak diperiksakan ke dokter. Ketika orang tua
bekerja, anak diasuh di rumah neneknya, bila sore dijemput pulang.
Keluhan serupa tidak dialami oleh nenek, maupun orang tuanya, begitu
juga tetangga lingkungan sekitar. Air minum yang digunakan air rebusan
dari PDAM.

Kesan : Pasien memiliki keluhan diare cair berlendir, disertai darah dan
berbau busuk disertai dengan demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a) Penyakit
Demam : (+)
Keluhan serupa : (+) saat usia 5,5 bulan
namun tidak
diperiksakan
Tuberkulosis : (-)
ISPA : (-)
Keracunan makanan : (-)
Hepatitis : (-)
Demam tifoid : (-)
Demam berdarah : (-)
b) Riwayat Mondok : (-)

c) Riwayat Operasi : Tidak pernah.


Kesan : Terdapat Riwayat diare cair disertai lendir dan darah

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan serupa : (-)


Riwayat asma : (-)
Riwayat alergi : (-)
Riwayat tuberkulosis : (-)
Riwayat demam berdarah : (-)
Riwayat demam tifoid : (-)
Kesan : Tidak terdapat risiko penyakit dari keluarga pasien
5. Silsilah/Ikhtisar Keturunan :

Kesan : Tidak ada penyakit yang beresiko diturunkan dari keluarga pasien.

6. Riwayat Kelahiran
Riwayat Kehamilan : Kehamilan ketiga, keluhan trimester
pertama mual muntah namun masih
dalam batas normal. ANC rutin sesuai
jadwal.
Riwayat Persalinan : Lahir sectio caesar et causa fetal distress,
cukup bulan
Riwayat Pasca-lahir : BBL 3400 gram, PBL 50 cm, segera
menangis dan IMD.
Kesan : Tidak terdapat kelainan.

7. Riwayat Makanan :
 0 - 4 bulan : ASI dengan susu formula SGM.
 4 bulan – 6 bulan: Pemberian susu formula Frisian flag saja, karena ibu
ketika pagi bekerja dan anak diasuh oleh nenek.
 6 bulan – 8 bulan : Pemberian susu formula ganti menjadi soya dan
diberikan MPASI. MPASI yang diberikan seperti bubur ditambah lauk
pauk seperti telur, ikan-ikanan, sayuran dan kuah kare yang dihaluskan.
Pemberian MPASI 2-3x sehari. Awal pemberian MPASI hanya bisa 5
suapan, lalu hingga setengah mangkuk. Lauk yang paling sering
diberikan adalah ikan, ayam dan udang. Pasien diberikan makanan
selingan 1-2 kali sehari. Durasi pemberian makan anak sekitar 20-30
menit.
 9 bulan: Pemberian susu formula lactogen dan pemberian MPASI yang
diberikan bubur kasar, dengan lauk seperti telur, ikan, sayur yang
dicincang disertai kuah sop atau kare lalu diaduk dengan bubur kasar.
Durasi pemberian makan anak sekitar 20-30 menit. Anak makan 3 kali
sehari saat pagi, siang, dan sore. Diberikan makan selingan seperti telur
ayam yang dicampur dengan kentang dihaluskan. Namun ibu jarang
mencuci tangan anak.
Kesan : Pasien tidak menerima ASI eksklusif saat usia 1-6 bulan.
Pemberian makan pada usia saat ini sudah tepat waktu, adekuat, diberikan
dengan cara yang benar, namun kurang aman karena jarang mencuci
tangan sebelum makan.
Total tes KPSP 10
Kesan: perkembangan anak sesuai tahap perkembangan.
9. Riwayat Imunisasi
Jenis Jumlah Umur +/- Tempat
Imunisasi Dasar
Hepatitis B : 4x : 0,2,3,4 bln :+ Puskesmas
OPV : 4x : 1,2,3, 4 bln :+ Puskesmas
IPV : 1x : 4 bln :+ Puskesmas
BCG : 1x : 1 bln :+ Puskesmas
DPT-Hib-Hb : 3x : 2,3,4 bln :+ Puskesmas
Campak : 1x : 9 bln :+ Puskesmas
DPT-Hib-Hb : 1x : 18 bln :-
Lanjutan
MR Lanjutan : 1x : 18 bln :-
Imunisasi Tambahan
PCV : 4x : 2,4,6,12 bln :- -
DPT-Hib-Hb : 1x : 24 bln :- -
Lanjutan
Rotavirus : 4x : 2,4,6 bln :- -
Influenza : 1x : 6 bln (+booster 1x/thn) :- -
MR Lanjutan : 1x : 18 bln :- -
Tifoid : 1x : 24 bln (+booster 1x/3 :- -
thn)
Hepatitis A : 2x : dalam 12-24 bln :- -
Varisela : 2x : dalam 12-18 bln :- -
HPV : 2x : 9-14 thn :- -
JE : 2x :9 bln, 2 thn :- -
Dengue : 3x : dalam 9-16 thn :- -
COVID-19 : 2x : sesuai jadwal :-
pemerintah
Imunisasi BIAS
Campak-MR, : 1x : kelas 1 SD :-
DT
Td : 1x : kelas 2 SD :- -
10. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Sosial ekonomi : Ayah pasien bekerja sebagai karyawan pabrik, ibu
pasien sebagai asisten rumah tangga. Bila orangtua
pasien bekerja, pasien diasuh oleh nenek, dan sore
dijemput pulang. Pasien terdaftar sebagai BPJS PBI.
Lingkungan : Lantai rumah di pel seminggu sekali. Tempat cuci
piring rumah di bawah. Ventilasi rumah baik. Dot
pasien dicuci dan di rebus menggunakan panci, setelah
itu dot diletakan di baskom tanpa tutup. Sampah
dibuang di belakang rumah tanpa di tutup setelah itu
dibakar setiap sore hari. Asap pembakaran sampah
masuk ke rumah hingga menjelang maghrib. Lalat
banyak di sekitar rumah. Popok dibuang ibu ke sungai.
Sumber air rumah pasien berasal dari PDAM.Keluarga
pasien tidak ada yang merokok. Rumah pasien tidak
diberada disekitar pabrik.

11. Anamnesis Sistem


Sistem serebrospinal : Demam (-) pusing (-)
Sistem kardiovaskular : Sesak (-) berdebar (-)
Sistem respirasi : Batuk (-), takipnea (-), pilek (-)
Sistem gastrointestinal : Nyeri perut (-), mual (-) muntah (-), BAB 6x
saat di rumah dengan konsistensi feses cair,
berlendir, darah, dan berbau busuk saat hari Sabtu.
Minggu BAB 1x cair, lender, disertai darah tidak
melekat feses, berbau busuk.
Sistem urogenital : BAK (+), warna kuning, nyeri saat BAK (-),
Volume BAK sama seperti biasanya.
Sistem integumentum : Ruam (-)
Sistem muskuloskeletal : Nyeri pada sendi (-), nyeri otot (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum : Tampak sakit sedang, compos mentis
2. Tanda Vital
Nadi : 110 x/menit, reguler, kuat
Pernapasan : 35 x/menit, reguler, napas cuping hidung (-)
Suhu : 36.9 °C
Saturasi oksigen : 98%

3. Status Gizi
Berat badan : 8 kg
Panjang badan : 70 cm
Lingkar kepala : 44,5 cm
Lingkar lengan atas : 14,5 cm
➢ BB/U
Anak perempuan / 9 bulan 13 hari / 8kg kg.
Intepretasi : pada -2 SD s.d. +1 SD, Berat badan
normal

➢ TB/U
Anak perempuan / 9 bulan 13 hari / 70 cm.
Interpretasi : pada -2 SD s.d. +3 SD, Normal
➢ BB/TB
Anak perempuan / 9 bulan 13 hari / BB 8 kg dengan TB 70 cm.
Intepretasi : pada -2 SD s.d. +1 SD, Gizi baik (normal)

➢ Lingkar Kepala
Anak perempuan / 9 bulan 13 hari / LK 44,5 cm.
Intepretasi : pada -2 SD s.d. +2 SD (normocephal)
➢ Lingkar Lengan Atas
Anak perempuan / 9 bulan 13 hari / LK 14,5 cm.
Intepretasi : normal

Kesimpulan : Status Gizi baik dan normocephal


4. Kepala
Bentuk : Mesocephal
Lingkar Kepala : 44,5 cm (normocephal)
Rambut : Berwarna hitam, alopesia (-)
Ubun-ubun : Cekung (-) Penonjolan (-)
Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), mata cowong (-/-) produksi air mata (+/+)
Hidung : Sekret (-), deformitas (-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Sekret (-/-), nyeri (-/-) pembesaran kelenjar sekitar
auricula (-/-)
Bibir : kering (-), pucat (-) mukosa tampak kering (-)
Mulut : Stomatitis (-), perdarahan gusi (-), lidah kotor (-),
perdarahan gusi (-)
Tenggorokan : Pembesaran tonsil (-) tonsil hiperemis (-) detritus (-),
faring hiperemis (-)
Gigi : Karies (-)
Simpulan : Kepala dalam batas normal.

5. Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-).


Simpulan : Leher dalam batas normal

6. Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung;
Batas atas: SIC II linea sternalis sinistra
Batas kanan: SIC IV linea parasternalis dextra
Pinggang jantung: SIC III linea parasternalis sinistra
Batas kiri: SIC V linea midklavikularis sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising jantung (-)
Simpulan : Jantung dalam batas normal
Paru-paru
Depan
Inspeksi : Normochest¸ diameter lateral > AP, retraksi dinding
dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+),
pemakaian otot bantu napas (-), benjolan (-),
kemerahan (-), sikatrik (-),
Palpasi : Fremitus taktil (+/+) simetris
Perkusi : Sonor (+/+) pada seluruh lapang paru
Auskultasi : SDV (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Belakang
Inspeksi : Sikatrik (-), benjolan (-), kemerahan (-)
Palpasi : Fremitus taktil (+/+) simetris
Perkusi : Sonor (+/+) pada seluruh lapang paru
Auskultasi : SDV (+/+),wheezing (-/-), ronkhi (-/-).

Simpulan: Paru dalam batas normal

7. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), bekas luka (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 19x/menit, intensitas suara sedang
Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-), undulasi (-)
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (+) - - -
+ + +
- - -
Tidak teraba massa abnormal.
Turgor kulit Kembali cepat.
Hati : Tidak ada pembesaran
Limpa : Tidak ada pembesaran
Px lain : Psoas sign (-), obturator sign (-), turgor kulit elastis
Simpulan: Terdapat nyeri tekan abdomen dan peningkatan bising usus.

8. Anogenital
Anus : Kemerahan (-), benjolan (-)
Genital : Kemerahan (-), sekret (-), benjolan (-)
Simpulan: Anogenital dalam batas normal

9. Anggota Gerak
Akral Hangat (+/+)
CRT < 2 detik (+/+)
Arteri dorsalis pedis Teraba kuat (+/+)

Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan B B B B
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus N N N N
Trofi N N N N
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -
Klonus - - - -
Sensibilitas + + + +
Tanda meningeal kaku kuduk (-) Brudzinski(-)
kernig sign (-)
Simpulan : Anggota gerak dalam batas normal

D. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
LABORATORIUM
Darah (Sabtu, 1 April 2023, pukul 16:23:10)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 12.0 12-16
Eritrosit 4.56 4.2 – 5.4
Hematokrit 34.8 38 – 47
MCV 76.4 80 – 97
MCH 26.4 26 – 32
MCHC 34.6 31 – 36
Leukosit 18.7 5.7-18
Trombosit 479 140 – 440
Golongan Darah B
RDW-CV 14.2 11.5 – 14.5
MPV 7.9 0.1 – 14
PDW 15.8 0.9-17.0
Eosinofil% 0.5 1-3
Basofil% 0.3 0-1
Neutrofil% 63.2 44-77
Limfosit 30.5 22 – 40
Monosit% 5.5 2–8
Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif
Simpulan : Hematokrit menurun, MCV menurun, leukositosis,
trombositosis , eosinofilia.
Feses (Sabtu, 1 April 2023, pukul 22:08:36)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Warna Kuning kecoklatan
Konsistensi Lunak
Lendir Positif Negatif
Darah Negatif Negatif
Eritrosit 0-1 0-5
Leukosit 0-2 0-3

Simpulan : Feses terdapat lendir


E. RINGKASAN DATA DASAR
a. ANAMNESIS
Pasien memiliki keluhan diare sebanyak 4x di rumah, cair berlendir,
disertai darah dan berbau busuk. Darah tidak melekat pada feses dan
berwarna merah tua. Makan dan minum tidak ada keluhan. BAK sama
dengan hari biasanya yaitu 8 kali ganti pampers. Sehari SMRS pasien
demam.

b. PEMERIKSAAN FISIK
● HR : 110 x./menit, frekuensi napas 22 x/menit, suhu 36,9 C ,
Saturasi Oksigen 98%
● Pemeriksaan fisik abdomen ditemukan bising usus saat ini normal.

c. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium: Hematokrit menurun, MCV menurun, leukositosis,
trombositosis , eosinofilia.
 Feses: terdapat lendir.

F. DAFTAR
PERMASALAHAN Masalah
aktif :
- Diare dengan lendir dan darah sebanyak 4x di rumah
- Volume tiap feses kurang dari satu gelas, cair, lendir (+), darah (+) tidak
menyatu dengan feses.
- Demam SMRS
- Leukositosis
Masalah inaktif :
- Kebiasaan anak yang tidak cuci tangan sebelum makan
- Riwayat diare lendir dan darah
- Perawatan rumah yang kurang baik

G. PENYEBAB MASALAH/ DIAGNOSIS BANDING


 Disentri
 EHEC
 EIEC

H. RENCANA PENGELOLAAN
a. Rencana pemeriksaan/ penegakan diagnosis
- Pemantauan melalui pemeriksaan fisik untuk menegakkan derajat
dehidrasi.
b. Rencana
terapi
 Rawat inap
 Inf. KAEN 3A 35cc/jam
 Inj. Metronidazol 80mg/8jam
 Inj. Paracetamol 80 mg / 8jam bila perlu
 PO. Zinc syr 1x2 cth
 Po. L-Bio 2 x 1 sachet
c. Rencana perawatan
 Pemantauan pasien terutama tanda vital dan tanda dehidrasi
 Evaluasi hasil pemeriksaan penunjang dan pengobatan.
 Konsultasikan ke dokter spesialis anak.

d. Kebutuhan Kalori
Pasien tidak tergolong dalam kondisi sakit kritis, gizi kurang, ataupun
penyakit lain yang memerlukan diet khusus :
RDA (Recommended Dietary Allowances) X BB
 Kebutuhan kalori : 98 kkal x 8,1 kg = 793,8 kkal
 Kebutuhan protein : 1,5 gram x 8,1 kg = 4,05 gram
 Kebutuhan cairan : 125-145 ml x 8,1 kg = 1012,5-1174,5 ml

e. Rencana edukasi
 Memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan serta diagnosis pasien,
prognosis, serta kemungkinan komplikasinya.
 Meminta bantuan kepada keluarga untuk memantau tanda hipoksia,
kesadaran pasien dan tanda dehidrasi pada pasien.
 Memberikan edukasi higienitas, seperti mencuci tangan sebelum
dan setelah makan, serta memastikan makanan dan minuman
dalam kondisi bersih.

I. DIAGNOSIS
Disentri dengan dehidrasi ringan-sedang

J. TERAPI
 Rawat inap
 Inf. KAEN 3A 35cc/jam
 Inj. Metronidazol 80mg/8jam
 Inj. Paracetamol 80 mg / 8jam bila perlu
 PO. Zinc syr 1x2 cth
 Po. L-Bio 2 x 1 sachet

K. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Bonam
b. Quo ad sanam : Bonam
c. Quo ad fungsionam : Bonam
DISENTRI

DEFINISI
Penyakit infeksi pada saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan
protozoa. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler yang
disebabkan oleh bakteri shigella, sedangkan infeksi yang disebabkan oleh protozoa
dikenal sebagai disentri amuba. Adapun yang dimaksud dengan penyakit infeksi saluran
pencernaan yang dapat menyebabkan diare adalah buang air besar dengan tinja yang
berbentuk cair atau lunak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI


Menurut WHO memperkirakan bahwa lebih dari 1,3 juta miliar serangan dan
3,2 juta kematian per tahun pada balita dan anak-anak usia 0-5 tahun dan 7 dari 10 nya
disebabkan oleh diare invasif. Setiap anak mengalami episode serangan diare ratarata 3
sampai 4 kali setiap tahun. 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua
tahun atau dibawah umur (balita). Penyakit diare tidak hanya terdapat di negara
berkembang saja, akan tetapi dijumpai pula di negara industri dan bahkan di negara
yang sudah maju sekalipun, hanya saja kejadian disentri karena infeksi nya pun jauh
lebih kecil.
Prevalensi penyakit disentri di setiap daerah sangat beragam, diperkirakan 10%
populasi di dunia dapat terinfeksi penyakit ini. Prevalensi tertinggi berada pada negara-
negara tropis termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berupa
iklim, letak geografis, dan demografi dari negara tersebut.
Sementara itu, kasus disentri di Indonesia, pada tahun 2015 terjadi pelonjakan
18 kali, KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah
penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2,47%). Angka kesakitan nasional
hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2016 yakni masih sebesar 214/1.000 penduduk.
memperkirakan bahwa jumlah penderita disentri di fasilitas kesehatan sebanyak
5.097.247 orang, sedangkan jumlah penderita diare yang 6 dilaporkan ditangani di
fasilitas kesehatan sebanyak 4.017.861 orang atau 74,33% dan targetnya sebesar
5.405.235 atau 100% (Sulistyawati, 2016).
PATOGENESIS
Penularan disentri diperantarai oleh lalat yang menghinggapi makanan dan
minuman yang kemudian dikonsumsi oleh manusia. Selain secara fekal oral, Shigella
dysenteriae juga dapat menular melalui hubungan seksual seperti pada kasus
homoseksual. Manusia merupakan reservoir natural satu satunya bakteri Shigella
dysenteriae. Patogenesis dimulai dari masuknya bakteri Shigella dysenteriae ke dalam
usus halus dan diikuti dengan proses memperbanyak diri. Kemudian bakteri ini akan
masuk ke dalam usus besar dan melakukan invasi pada mukosa usus besar untuk
selanjutnya akan menghasilkan enterotoksin.

Shigella menginvasi sel epitel usus besar dan menembus epitel basolateral usus
besar menggunakan mekanisme transport dan transitosis. Pada saat proses transitosis,
bakteri Shigella dysenteriae menginduksi makrofag dan apoptosis sel (kematian sel).
Proses ini mengakibatkan terjadinya pelepasan sel radang seperti interleukin 1 dan
interleukin 18, yang pada akhirnya mengakibatkan peradangan usus dan pengaktifan
mekanisme pertahanan tubuh dalam menghadapi peradangan yang terjadi.
Bakteri Shigella dysenteriae memiliki kemampuan untuk menempel pada
makrofag. Setelah terjadi apoptosis dan inflamasi, makrofag akan melepaskan Shigella.
Selanjutnya bakteri Shigella dysenteriae menginvasi lebih lanjut sel epitel yang
berdekatan dengan sel epitel yang sudah di invasi, menggunakan mekanisme
polimerisasi aktin interselular (the intercellular actin polymerization process). Proses
invasi yang terjadi pada sel epitel usus menyebabkan pengaktifan faktor nuklear (kappa
B) di dalam sel. Aktivasi kappa B di dalam sel, dan selanjutnya produksi interleukin 8,
akan mengakibatkan peradangan dan kerusakan epitel. Terjadilah gangguan nutrisi dan
diare.
Bakteri Shigella dysenteriae memiliki mekanisme lain dalam merusak sel selain
invasi sel, yakni pembentukan toksin. Dalam hal ini enterotoksin 1 dan 2 yang memiliki
peranan penting dalam gangguan absorbsi nutrisi dan cairan. Shigella
dysenteriae menghasilkan sitotoksin serotipe 1 yang berperan dalam kerusakan
pembuluh darah dan sitotoksisitas di dalam kolon dan organ lainnya seperti ginjal. Hal
ini mengakibatkan terjadinya diare berdarah dan hemolytic uremic syndrome (HUS),
hingga prolaps rectum.
Patofisiologi disentri amuba terdiri atas 3 tahapan yakni kematian sel penjamu,
inflamasi dan proses invasi. Infeksi dimulai dengan penempelan parasit pada sel
penjamu yang dimediasi oleh molekul lektin Gal / GalNAc yang merupakan salah satu
faktor virulensi dari protozoa. Sel epitel usus merupakan sel pertama yang menjadi
target infeksi protozoa, selanjutnya trofozoit yang menempel berpotensi membunuh sel
pejamu melalui mekanisme apoptosis, fagositosis dan trogositosis.
Kematian sel penjamu ini selanjutnya menyebabkan terjadinya proses inflamasi
di kolon sehingga menimbulkan gejala gejala kolitis amebiasis. Setelah terjadi
inflamasi, Entamoeba Hystolitica mengekskresikan protein homolog sitokin
proinflamatori yang disebut EHMIF (Entamoeba Hystolitica mammalian macrophage
migration inhibitory factor) yang selain dapat menginduksi inflamasi juga dapat
meningkatkan produksi matriks metaloproteinase yang menghancurkan matriks
ekstraseluler pada saluran pencernaan yang mengakibatkan peningkatan migrasi sel dan
invasi pejamu.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul berupa demam, volume kecil darah, tinja
berlendir, kram perut dan diare berdarah. Manifestasi klinis lainnya dapat berupa
mual, muntah, dan dehidrasi. Manifestasi tersebut tergantung pada potensi
virulensi strain dan status gizi individu dan shigellosis dapat berkembang menjadi
penyakit yang parah bila disertai dengan tenesmus rektal, dengan gejala
neurologis seperti sakit kepala dan kelesuan.

DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis pasien dengan keluhan diare perlu diketahui informasi
mengenai lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi
tinja, lendir dan/darah dalam tinja.
Disamping keluhan utama, perlu ditanyakan keluhan pernyerta seperti :
muntah, perasaan haus, perilaku rewel, kondisi anak lemah, kesadaran menurun,
waktu buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
Selama diare, tubuh dapat mengalami dehidrasi akibat air yang keluar saat
mengalami diare sehingga penting untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk
selama diare.
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi
makanan yang tidak biasa Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
Perlu diketahui karena dapat menjadi dasar etiologi diare yang di derita.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab dan
komplikasi yang dapat muncul dari diare. Umumnya penampilan sakit, membran
mukosa (bibir, mulut dan lidah) kering, waktu pengisian kapiler yang lambat,
peningkatan denyut jantung dan tanda-tanda vital lain yang abnormal seperti
penurunan tekanan darah, peningkatan laju nafas cepat dan dalam (asisdosis
metabolic), kembung (hipokalemia) dan kejang (hipo atau hypernatremia) dapat
membantu dalam mengidentifikasi dehidrasi. Pada pasien anak dilakukan
pemeriksaan tambahan pada ubun – ubun besar cekung , kelopak mata kering dan
air mata sedikit atau tidak keluar saat menangis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan feses rutin, terdapat kecurigaan kecurigaan
amubiasis. Pada pemeriksaan feses dapat diamati (mikroskopis: peningkatan
jumlah leukosit di feses pada inflammatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk
tropozoit, hifa pada jamur).
Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit (Na+, K+, Cl-) dapat
dilakukan bila secara klinis dicurigai terdapat ganguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit.

TATALAKSANA
Penatalaksanaan disentri dehidrasi ringan-sedang pada anak berbeda
dengan orang dewasa. Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah dengan
rehidrasi, tetapi bukan satu-satunya terapi melainkan untuk membantu
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan / menghentikan diare
dan mencegah anak dari kekurangan gizi akibat diare dan menjadi cara untuk
mengobati diare.
Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah / menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan
terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan
menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efektif harus
dilakukan secara rasional.
Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu: rehidrasi,
pemberian Zinc selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI dan
makanan, antibiotik selektif, nasihat kepada orang tua / pengasuh.
Langkah pertama adalah rehidrasi. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat
dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah,
dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan
osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit
merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang
hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.
Langkah kedua adalah berikan obat zinc. Zinc merupakan salah satu
mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama
diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare.
Dosis zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tab (10mg) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tab (20mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian yaitu dengan melarutkan tablet zinc dalam 1 sendok makan air matang
atau ASI, sesudah larut diberikan ke anak diare.
Langkah ketiga adalah pemberian ASI / Makanan. Pemberian makanan selama
diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak. Anak
yang menderita diare tetap diberikan makanan dan ASI untuk memberikan nutrisi
dan mencegah penurunan berat badan. ASI bukan penyebab diare. ASI justru
dapat mencegah diare. Bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI
untuk mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Langkah keempat adalah pemberian antiparasit. Antiparasit yang diberikan
merupakan obat pilihan untuk amuba yaitu metronidazole 30-50mg/kgbb/hari
terbagi dalam 3 dosis selama 5 hari.
Pada anak tidak perlu diberikan obat antidiare, karena saat diare akan terjadi
peningkatan motilitas dan peristaltik usus. Anti diare akan menghambat gerakan
itu sehingga kotoran yang seharusnya dikeluarkan, justru dihambat keluar. Selain
itu anti diare dapat menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus
(terlipat/terjepit).
Langkah kelima untuk menuntaskan diare yaitu memberi nasihat kepada
orangtua / pengasuh anak. Hal ini untuk mencegah diare berulang. Orangtua /
pengasuh diberi pemahaman bagaimana pengobatan diare di rumah, pemberian
oralit dan zinc serta menjaga kebersihan anak dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI.2011. Buku Saku Lintas Diare. Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia. 2011. (tanggal 10 Agustus 2014) Diakses
dari http://www.depkes.go.id/downloa ds /Buletin%20Diare_Final(1).pdf
Kementerian Kesehatan R.I, Riskerdas. 2018 diakses dari
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Pengendalian diare di
Indonesia, Morbiditas dan Mortalitas Balita di Indonesia tahun 2000-2007, vaksin
Rotavirus untuk pencegahan diare.
Ove Lundgren, Lennart Svensson, Pathogenesis of Rotavirus diarrhea, Microbes and
Infection, Volume 3, Issue 13, 2001, Pages 1145-1156, ISSN 1286-4579,
https://doi.org/10.1016/S1286-4579(01)01475-7.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1286457901014757).
Rivera-Dominguez G, Ward R. Pediatric Gastroenteritis. [Updated 2022 Apr 5]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499939/

Anda mungkin juga menyukai