Anda di halaman 1dari 126

CASEREPORT II

DIARE CAIR AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG PADA


ANAK USIA 3 TAHUN 2 BULAN
Pembimbing :
dr. Isna Nurhayati, Sp.A, M.Kes

Disusun oleh :
Delvi Okvitatimur Islami, S.Ked J510185050

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
ANAMNESIS
Umur : 3th 2bl
Nama lengkap : An. AAQ Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan tanggal lahir : Sukoharjo, 28/07/2016 Umur : 3tahun 2bulan

Nama Ayah : Tn. N Pendidikan Ayah : SLTA

Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta Umur : 33 tahun

Nama Ibu : Ny.S Pendidikan Ibu : SLTA

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Umur : 33 tahun

Alamat : Wero 002/004, Sukoharjo

Masuk RS tanggal : 26 November 2019 Diagnosis Masuk : Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Ringan
Sedang
Keluhan
Utama •BAB Cair

Keluhan •Muntah
Tambahan •Demam
1 HSMRS
Senin, 25 November 2019 sekitar pukul 21.00 pasien mengalami BAB cair
sebanyak >5x sekitar ±100cc terdapat ampas, berwarna kecoklatan, tidak
terdapat lendir, darah (-), berbau busuk (-), keruh seperti air cucian beras (-).
BAK (+) mulai berkurang dengan frekuensi 2-3 kali sehari, nyeri (-).
Keluhan disertai muntah (+) >2x dimulai beberapa saat sebelum BAB cair.
Pasien muntah setiap kali makan maupun minum. Muntah berisi
makanan/minuman yang dimakan, darah (-), berwarna hijau (-). Nafsu
makan berkurang (+), minum (+) meningkat dan terasa haus dari biasanya.
Keluhan muntah dialami beberapa saat setelah pasien makan dari rumah
kakeknya.
Demam (+) naik turun sejak pukul 22.00, kejang (-), penurunan kesadaran (-
), rewel (+), batuk (-), pilek (+), sekret (-), bibir kering (+).
HMRS
Selasa, 26 November 2019 pasien masih mengalami BAB cair sebanyak
>10x sekitar ±100cc (ganti pampers setiap 1jam mulai sejak pagi). Terdapat
ampas, berwarna kecoklatan, tidak terdapat lendir, darah (-), berbau busuk (-),
keruh seperti air cucian beras (-). BAK(+) berkurang dengan frekuensi 2-3
kali sehari,nyeri(-).
Keluhan muntah (+) >5x. Pasien masih muntah setiap kali makan maupun
minum. Muntah berisi makanan/minuman yang dimakan, darah (-), berwarna
hijau (-). Nafsu makan berkurang (+), minum (+) meningkat dan terasa
haus dari biasanya. Demam (+) naik turun, kejang (-), ptekie (-), nyeri
periorbita (-), penurunan kesadaran (-), rewel (+), batuk (-), pilek (+), bibir
kering (+).
Pagi harinya pasien dibawa ke Puskesmas untuk periksa. Pasien diberi terapi
inf. RL 20tpm. Setelah itu oleh pihak puskesmas pasien dirujuk ke RSUD
Sukoharjo.
KESAN
• BAB cair >10x, sekitar ±100cc , ampas (-), darah (-)
• BAK berkurang
• Muntah frekuensi >5x setiap kali makan maupun minum.
• Muntah berisi makanan/minuman yang dimakan
• Nafsu makan menurun
• Minum meningkat (Tampak kehausan)
• Demam naik turun
• Tidak terdapat kejang dan penurunan kesadaran
• Rewel (+)
• Bibir kering (+)
25 November 2019 26 November 2019
22.00 11.00

I
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa (BAB cair) : diakui (usia 2th dan 2th 3bl)
Riwayat BAB hitam/darah : disangkal
Riwayat kejang (dengan/tanpa demam) : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat demam dengue : disangkal
Riwayat demam tifoid : disangkal
Riwayat ISPA : diakui (kadang-kadang dan sembuh sendiri)
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat operasi (colostomy) : diakui (2x pada usia 4hr dan 8bl  atresia ani)
KESAN

Terdapat riwayat penyakit sebelumnya pada


pasien yaitu BAB cair dan riwayat operasi
colostomy e.c atresiaani yang mungkin
berhubungan dengan kondisi sakit pasien
saat ini.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa (BAB cair) : diakui (sembuh sendiri)
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat demam dengue : disangkal
Riwayat demam tifoid : disangkal
Riwayat ISPA : diakui
Riwayat batuk lama : diakui (kakek pengobatan TB)
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat hipertensi : diakui (nenek dan kakek dari ibu)
Riwayat DM : diakui (nenek dan kakek dari ibu)
KESAN

Terdapat riwayat penyakit yang ditularkan


yaitu TB Paru dan penyakit yang diturunkan
dalam keluarga yang tidak berhubungan
dengan kondisi sakit pasien saat ini.
Pohon Keluarga
TB 62 59
HT,DM 61 59 HT,DM

35 32 29 29
31 29

2
6 3

33 33

Keterangan:
3
Pasien
Pasien
Laki-laki

perempuan
KESAN

Pasien merupakan anak tunggal.


Pasien tinggal brsama kedua orang tua,
kakek dan nenek. Terdapat riwayat penyakit
yang dapat ditularkan dan penyakit yang
dapat diturunkan
Riwayat Kehamilan
• Ibu P1A0 hamil saat usia 29th
• Ibu mulai periksa kehamilan saat usia kehamilan ±4minggu
• Ibu kontrol rutin di bidan maupun di puskesmas, tidak pernah
melakukan USG ke dokter spesialis obsgyn
• Ibu mendapatkan vitamin serta obat tambah darah yang selalu
dihabiskan
• Saat hamil,ibu merasakan mual dan muntah hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari,pusing (+), anemia (+), perdarahan (-),
trauma (-).
• Tekanan darah serta gula darah ibu selama kontrol dalam kisaran
normal
Riwayat Persalinan
• Ibu melahirkan spontan di bidan, usia kehamilan cukup bulan
• JK : peremuan, BBL : 2800gram,PB : 49cm
• Saat lahir bayi langung menangis, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, tidak kuning. Terdapat cacat bawaan pada saat lahir
(atresia ani)

Riwayat Pasca Lahir


• Pasien mendapatkan IMD
• BAK <24jam, BAB >24jam
• Tidak terdapat riwayat kulit kuning/kebiruan
KESAN

• Riwayat kehamilan kurang baik


• Riwayat persalinan spontan
• Riwayat PNC kurang baik
• Terdapat kelainan bawaan pada pasien
• BAB >24jam
Riwayat Makanan
Umur 0-4 bulan ASI semau bayi
Umur 4-5 bulan Susu Formula + ASI semau bayi

Umur 6-9 bulan Susu Formula + bubur susu (3x makan, sekali makan ½ mangkuk ukuran
±250 ml) + selingan buah yang dihaluskan
Umur 9-12 bulan Susu Formula + nasi tim + sayur + ayam/ikan/tahu/tempe dihaluskan kasar
(3x sehari, sekali makan ½ mangkuk ukuran ±250 ml) + selingan buah
potong/snack
Umur 12-24bulan Susu Formula + nasi tim semangkuk penuh ukuran 250 ml (3x sehari) +
terkadang lauk sama dengan makanan keluarga cincang kasar + selingan
buah potong
Umur 24-36 bulan Susu Formula + nasi semangkuk penuh ukuran ±300 ml (3x sehari) + lauk
sama dengan makanan keluarga + selingan buah potong/snack
KESAN

Pasien tidak mendapat ASI eksklusif.


Kualitas tidak baik dan kuantitas makanan
baik sesuai dengan usianya.
Riwayat Perkembangan
Motorik Halus Motorik kasar Bahasa Sosial
Melihat sekitar Mengangkat kepala Berkata “Aaah Uuuh” Tersenyum spontan
(1 bulan) (2 bulan) (2 bulan) (1 bulan)
Meraih benda yang ada Berguling Meniru bunyi kata-kata Berusaha mencapai benda (6
disekitarnya ( 4 bulan) ( 6 bulan ) bulan)
(7 bulan )
Membenturkan kubus (11 bulan) Duduk tanpa berpegangan 2 kata (13 bulan) Tepuk tangan (10 bulan)
(6 bulan )
Menaruh benda di tempat Berjalan (12,5 bulan) Berbicara kalimat belum jelas Dah dah dengan tangan
( 14 bulan) (12 bulan) ( 10 bulan)
Mencorat-coret Berjalan (12 bulan) Berbicara kalimat jelas (18 Bisa menggunakan sendok (14
(18 bulan) bulan) bulan)
Menggambar 3-4 objek (24 bulan) Berlari (2-3 tahun) Menyebutkan gambar (24 Memakai baju
bulan) (24 bulan)
Menggoyangkan Ibu jari (29 bulan) Melompat jauh Mengenal warna Gosok gigi sendiri
(3tahun) (3 tahun) (3 tahun)
Menggambar orang (3 tahun) Berdiri 1 kaki 3 detik (3 Bisa menghitung Megambil makanan (3 tahun 2
tahun) (3 tahun) bulan)

KESAN : Motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial sesuai usia.
Riwayat Vaksinasi
Jenis Usia Tempat Ulangan

Hepatitis B 4 kali 0, 2, 3, 4 bulan Puskesmas -

BCG 1 kali 1 bulan Puskesmas -

DPT 3 kali 2, 3,4 bulan Puskesmas 18 bulan

Polio 4 kali 0, 2, 3, 4 bulan Puskesmas 18 bulan

HiB 3 kali 2,3,4 bulan Puskesmas 18 bulan

-
Campak 1 kali 9 bulan Puskesmas

-
MR kali 24 bulan Puskesmas

KESAN : Vaksinasi dasar dinyatakan lengkap berdasarkan PPI, dan vaksinasi ulangan sudah
diberikan
Sosial ekonomi, lingkungan, dan personal
hygine
Ayah seorang karyawan swasta dan ibu pasien adalah ibu
Sosial rumah tangga. Total penghasilan orang tua pasien kurang
ekonomi lebih 4.500.000,- tiap bulan. Menurut ibu pasien,
penghasilan tersebut cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Pasien tinggal dirumah bersama kakek, nenek, ayah, dan ibu.
Rumah pasien 1 lantai terdiri dari 3 kamar tidur, 1 dapur, 1
ruang tamu dan 1 kamar mandi. Kamar mandi menyatu
dengan WC, kamar mandi kadang-kadang dikuras seminggu
sekali. Rumah pasien memiliki atap yang terbuat dari
genteng, dinding batu bata, dan lantai dari keramik. Ventilasi
udara dan penerangan cukup. Sumber air yang digunakan
Lingkungan adalah air sumur. Air sumur digunakan untuk masak, mandi,
dan mencuci pakaian. Air sumur yang digunakan jernih, tidak
berasa, dan tidak berbau. Untuk minum, kadang
menggunakan air galon. Pembuangan sampah dengan cara
dibakar di kebun samping rumah pasien. Terdapat binatang
peliharaan dirumah yaitu ayam dan burung. Ayah pasien
merokok (+)
Personal
Hygine Pasien suka bermain apa saja dan
dengan benda apapun yang berada
di dekatnya. Orang tua pasien
mengatakan kadang-kadang
mencuci tangan ketika akan
menyuapi anaknya. Apabila makan
sendiri, pasien jarang cuci tangan.
Pakaian pasien ganti 2 kali sehari
dan dicuci setiap hari.
KESAN

Sosial ekonomi cukup, lingkungan


kurang baik, personal hygiene kurang
baik.
Anamnesis Sistem
Serebrospinal Demam (+), kejang (-), penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-)

Kardiopulmoner Nyeri dada (-), berdebar-debar (-), kebiruan (-), keringat dingin (-)

Respiratorius Batuk (-), pilek (-), sekret (-), sesak (-)

Gastrointestinal Nyeri tenggorokan (-), mual (+), muntah (+) setelah makan, BAB (+) cair, nyeri perut (-
), sariawan (-), nafsu makan menurun (+).

Urogenital BAK (+), frekuensi berkurang, sering menahan BAK (-), nyeri berkemih (-), panas saat
berkemih (-), sering berkemih (-).

Integumentum Pucat (-), bintik merah (-), kuning (-), gatal-gatal (-)

Muskuloskeletal Lemas (+), nyeri otot (-), kaku (-), akral dingin (-)
KESAN

Didapatkan gangguan pada serebrospinal,


gastrointestinal, urogenital dan
muskuloskeletal.
Kesan Umum

Keadaan Umum • Lemas, tampak haus, rewel

Kesadaran • Composmentis

Suhu badan • 36,8

Respirasi • 31x/menit

Nadi • 145x/menit

SpO2 • 99%

Kesan : kesadaran umum tampak lemas, rewel, kesadaran composmentis,


Status Gizi

BB : 11,5kg

TB : 91cm

LK : 48cm

BMI : 11,5/(0.91)² = 14.1kg/m²


BB//U  nilai Z-Score : Berada diantara median sampai -2 SD
TB//U = nilai Z-Score : Berada diantara median sampai -2 SD
BB//TB = nilai Z-Score : Berada diantara -1SD sampai -2 SD
BMI//U = nilai Z-Score : Berada diantara -1SD sampai -2 SD
LK//U = nilai Z-Score : Berada diantara Median sampai -1 SD
KESAN

Status gizi baik


PEMERIKSAAN FISIK
Kulit Warna sawo matang, pucat (-), petekie (-), ikterik (-), sianosis (-)
bintik kemerahan (-)
Kelenjar limfe Tidak ada pembesaran

Otot Kelemahan (-), atrofi (-) , nyeri otot (-)

Tulang Tidak didapatkan deformitas tulang

Sendi Gerakan bebas

Kesan : Pemeriksaan kulit, kelenjar limfe, otot, tulang dan sendi dalam batas normal
Pemeriksaan Khusus
Kepala
• Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut., mata cowong (+/+), CA (-/-), SI (-/-), mata merah (-), reflek
cahaya (+/+) ,mukosa bibir kering (+)
Leher
• Tidak ada pembesaran limfonodi leher, tidak teraba massa abnormal dan tidak ada peningkatan vena jugularis.

Thoraks
• Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-).
• Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tak tampak.
• Palpasi : Tidak kuat angkat.
• Perkusi
• Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra.
• Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra.
• Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra.
• Kiri bawah : SIC V linea midclavicularis sinistra.
• Auskultasi : Suara jantung I/II interval regular, bising jantung (-).
Kesan :
 Pemeriksaan kepala mata cowong (+/+), mukosa bibir kering (+)
 Pemeriksaan leher, thoraks dan jantung dalam batas normal.
Paru
Kanan DEPAN Kiri
Simetris (+), retraksi (-) Inspeksi Simetris (+), retraksi (-)

Ketinggalan gerak (-), fremitus kanan kiri Palpasi Ketinggalan gerak (-), fremitus kanan kiri
sama (+) sama (+)

Sonor Perkusi Sonor


SDV (+) tidak menurun, Ronkhi (- Auskultasi SDV (+) tidak menurun, Ronkhi (-
),wheezing (-) ),wheezing (-)

Kanan BELAKANG Kiri


Simetris (+) Inspeksi Simetris (+)
Ketinggalan gerak (-), fremitus kanan kiri Palpasi Ketinggalan gerak (-), fremitus kanan kiri
sama (+) sama (+)

Sonor Perkusi Sonor


SDV (+) tidak menurun, Ronkhi (-), Auskultasi SDV (+) tidak menurun, Ronkhi (-),
wheezing (-) wheezing (-)

KESAN: Pemeriksaan fisik paru dalam batas normal.


Abdomen
• Inspeksi : Distensi (-), sikatrik (-), purpura (-)
• Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat
• Perkusi : Timpani (+)
• Palpasi : Supel, massa abnormal (-), nyeri tekan (+)
epigastrium, hepatomegali (-), splenomegali (-), turgor kulit menurun (-)

Anogenital
• Warna cokelat, rambut mons pubis (-), labia mayor dan minor (+) normal,
anus tidak terdapat benjolan.

KESAN: Pemeriksaan abdomen suara peristaltik meningkat dan Nyeri tekan epigastrium, hati,
limpa, anogenital dalam batas normal.
Ekstremitas dan Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral lembab (-/-), petekie (-/-), a. dorsalis pedis teraba
status neurologis kuat, capillary refill time < 2 detik.

Lengan Tungkai

Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra


Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas

Tonus Normal Normal Normal Normal


Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Clonus - - Tidak ada Tidak ada

Reflek fisiologis Biseps(+), triceps (+) Patella (+), achilles (+)


Reflek patologis Hoffman (-), tromner (-) Babinski (-), chaddock (-), gordon (-)

Meningeal sign Kaku kuduk (-),brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)
Sensibilitas Normal

Kesan : Akral hangat, tidak didapatkan meningeal sign, tidak didapatkan tanda-
tanda defisit neurologis
Pemeriksaan Khusus
Kepala
• Normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, laserasi (-).

Mata
• CA (-/-), SI (-/-), mata cowong (+/+), reflek cahaya (+/+) normal, pupil isokor (+/+) 3 mm, air mata (+/+).

Hidung
• Sekret (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (- /-), deviasi septum (-).

Telinga
• Sekret (-), hiperemis (-).

Mulut
• Mukosa mulut dan bibir kering (+)

Gigi
• Caries (-),.
KESAN : Pemeriksaan mata didapatkan kedua mata cowong, Pemeriksaan mulut didapatkan bibir kering.
HASIL LABORATORIUM
Nilai Normal
IGD 26-11-2019 Hematologi
Leukosit 22,5 (H) 5,5 – 15,5 103/ uL
Eritrosit 5,50 3,7 – 5.7 106/ uL
Hemoglobin 14,1 10,7 – 14,7 g/dL
Hematokrit 41,9 31 – 43 %
Index eritrosit
MCV 76,2 72 – 88 fl
MCH 25,6 23 – 31 pg
MCHC 33,7 32 – 36 g/dL
Trombosit 420 229 - 553 103/uL
RDW – CV 13,7 11.5 – 14 .5 %
PDW 8,4
MPV 8,7
P-LCR 14,0
PCT 0,37
Diff Count
Kesan : NRBC 00,0 0-1
Pemeriksaan laboratorium darah Neutrofil 44,9 17-68
Limfosit 6,9 (L) 20,00-70,00
rutin terdapat Leukositosis,
Monosit 11,10 (H) 1,00-11,00
penurunan limfosit, monositosis, Eosinofil 36,80 (H) 1,00-5,00
dan eosinofilia Basofil 0,30 0-1
IG 3,20
Anamnesis
• BAB cair >10x, sekitar ±100cc , ampas (-), darah (-) • Terdapat riwayat penyakit yang ditularkan yaitu TB Paru dan
• BAK berkurang penyakit yang diturunkan dalam keluarga yang tidak
• Muntah frekuensi >5x setiap kali makan maupun berhubungan dengan kondisi sakit pasien saat ini.
minum. • Riwayat kehamilan kurang baik, Riwayat persalinan spontan,
• Muntah berisi makanan/minuman yang dimakan Riwayat PNC kurang baik. Terdapat kelainan bawaan pada
• Nafsu makan menurun (terakhir makan kemarin pasien (atresia ani BAB >24jam)
sore) • Pasien tidak mendapat ASI eksklusif. Kualitas tidak baik dan
• Minum meningkat kuantitas makanan baik sesuai dengan usianya.
• Tampak kehausan • Perkembangan pasien sesuai dengan usia
• Demam naik turun • Vaksinasi dasar dinyatakan lengkap berdasarkan PPI
• Tidak terdapat kejang dan penurunan kesadaran • Sosial ekonomi cukup, lingkunga baik, personal hygine
• Batuk /pilek(-) kurang baik.
• Rewel (+) • Terdapat gangguan pada sistem serebrospinal,
• Bibir kering (+) gastrointestinal, dan muskuloskeletal
• Terdapat riwayat penyakit sebelumnya pada pasien
yaitu BAB cair dan riwayat operasi yang mungkin
berhubungan dengan kondisi sakit pasien saat ini.
Pemeriksaan Fisik Hasil Laboratorium
• KU : Lemah, tampak kehausan, rewel Pemeriksaan laboratorium darah rutin saat di IGD
• Vital sign dalam batas normal (26/11/19) menunjukkan :
• Status gizi baik 1. Leukositosis, penurunan limfosit, monositosis,
• Kulit, kelenjar limfe, otot, tulang dan sendi dalam batas normal tidak dan eosinofilia
ada kelainan.
• Mata : CA (-/-), SI (-/-), mata cowong (+/+), air mata (+/+), refleks
cahaya (+/+) normal, pupil isokor 3 mm.
• Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-).
• Mulut : mukosa bibir-mulut kering (+)
• Paru : normal, tidak terdapat tanda abnormal
• Abdomen : turgor kulit nromal, peristaltik (+) meningkat,Nyeri
tekan epigastrium (+)
• Ekstremitas : akral hangat, tidak didapatkan meningeal sihn, dan
tanda defisit neurologi
DAFTAR MASALAH
1. Aktif
• BAB cair >10x, sekitar ±100cc , ampas (-), darah (-) SMRS
• Muntah frekuensi >5x setiap kali makan maupun minum.
• Keluhan muncul setelah makan sesuatu dirumah kakek
• Terdapat keluhan serupa (BAB cair)  2th dan 2th 3bl
• Lingkungan dan personal hygiene kurang baik.
• Terdapat cacat bawaan pada saat lahir (Atresiaani)
Pemeriksaan fisik
• Peristaltik meningkat, nyeri tekan epigastrium

Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan laboratorium darah rutin menunjukkan
leukositosis, penurunan lifosit, monositosis, dan
eosinofilia

2. Inaktif
• ASI tidak ekslusif
KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

• Diare cair akut dengan dehidrasi ringan sedang


• Observasi febris 1 hari

46
RENCANA PENGELOLAAN

Rencana Tindakan Rencana Diagnosis


• Rehidrasi • Planning pemeriksaan feses rutin
• Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu,
frekeuensi pernafasan)/6jam
• Monitoring KU
• Observasi tanda dehidrasi
• Observasi diare dan muntah berulang

47
RENCANA TERAPI
Infus RL 96cc/jam selama 3 jam  dilanjutkan maintenance 11 tpm makro

• Perhitungan cairan resusitasi  (25cc x 11,5 kg)/3 = 287,5/3 = 95,8cc/jam =96cc/jam selama 3jam
• Perhitungan cairan maintanance (holiday segar)  (100cc x 10kg) + (1,5x50) = 1075/96 = 11,19 tpm = 11 tpm
makro

Injeksi Ondancetron 1mg/8 jam bila muntah

• 0,1 mg x 11,5kg = 1,15 mg/8 jam= 1 mg/8 jam

Lbio 2x1sach

Zinc 1x20mg

Paracetamol syr 1cth K/P demam/4jam

• 10-15mg x 11,5kg = 115-72,5mg = 120mg


48
Rencana Edukasi

Istirahat yang cukup.

Menjelaskan tentang
Konsumsi makanan penyakit pasien pada
bergizi. orangtua.

Menjaga kebersihan
lingkungan dan Perbanyak minum
makanan yang melalui oral.
dikonsumsi.

Menjelaskan tentang
personal hygien yang
baik.
SOAP Tatalaksana
Selasa, S/ pasien diare cair >10x, sebanyak 1/2 gelas belimbing (± 100cc), ampas (+), lendir (-), darah (-), Planning :
26-11-2019 muntah (+), ±1/4 gelas, berisi makanan/minuman yang dikonsumsi. nafsu makan menurun (+), minum 1. Rehidrasi Infus RL 96cc/jam selama 3jam
(+) kuat, nampak haus. demam (+) naik turun, batuk (-), pilek (-), rewel (+), lemas (+), BAK (+) 2. Maintenance : inf. RL 11tpm makro
berkurang,
3. Inj. Ondancetron 1mg/8jam K/P Muntah
4. Paracetamol syr cth 1 /4jam K/P demam
O/
5. Lbio 2x1
Vital sign:
6. Zinc 1x20mg
KU : Sedang, rewel, lemes
7. Observasi tanda dehidrasi, diare dan muntah
KS : Compos Mentis
8. Pemantauan vital sign (Nadi, Suhu,
T : 37,1°C HR: 129X/menit, RR : 26X/menit SpO2 : 98% BB : 11,5 kg
Respirasi)
K/L : Normocephal, mata cowong (+/+), CA (-/-), SI (-/-), air mata (+/+), PKGBL (-/-), faring
hiperemis (-), pupil isokor 3mm, reflek pupil (+), mukosa bibir kering (+), mimisan (-)
Thorax: Paru : SDV (+/+), Rh (-/-), Whz (-/-)
Cor : BJ I/II reguler
Abdomen: Supel (+) nyeri tekan (+), peristaltik (+) meningkat, turgor kulit menurun (-), asites
(-)
Ekstemitas: Akral dingin (-), CRT < 2detik

A/
Diare Cair Akut dengan dehidrasi ringan sedang
Observasi febris 1 hari ec viral infection dd DF, DHF, ISK
SOAP Tatalaksana
Rabu, S/ pasien diare cair >4x, sebanyak 1/2 gelas belimbing (± 100cc), ampas (+), lendir (-), darah (-), Planning :
27-11-2019 muntah (-), demam (+) naik turun, nafsu makan menurun (+), minum (+) kuat, rewwl (+), lemas berkurang, 1. Infus RL 11 tpm makro
BAK (+)
2. Inj. Ondancetron 1mg/8jam K/P Muntah
O/
3. Paracetamol syr cth 1 /4jam K/P demam
Vital sign:
4. Lbio 2x1
KU : Sedang, rewel, lemes
5. Zinc 1x20mg
KS : Compos Mentis
6. Plan Feses rutin
T : 37,1°c 38,3°C HR: 109X/menit, RR : 24X/menit SpO2 : 98% BB : 11,5 kg
7. Observasi tanda dehidrasi dan diare
K/L : Normocephal, mata cowong (-/-), CA (-/-), SI (-/-), air mata (+/+), PKGBL (-/-), faring
hiperemis (-), pupil isokor 3mm, reflek pupil (+), mukosa bibir sedikit kering (+), mimisan (-) 8. Pemantauan vital sign (Nadi, Suhu,
Thorax: Paru : SDV (+/+), Rh (-/-), Whz (-/-) Respirasi)
Cor : BJ I/II reguler
Abdomen: Supel (+) nyeri tekan (+), peristaltik (+) meningkat, turgor kulit menurun (-), asites
(-)
Ekstemitas: Akral dingin (-), CRT < 2detik

A/
Diare Cair Akut dengan dehidrasi ringan sedang
Observasi febris 2hari ec viral infection dd DF, DHF, ISK
Hasil Feses Rutin Pemeriksaan
FECES RUTIN
Hasil Satuan Nilai Rujukan

MAKROSKOPIS
Warna Coklat keruh Kuning

Konsistensi Lunak
Lendir Positif Negatif
Pus Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Makanan tidak dicerna Negatif Negatif

MIKROSKOPIS
Sel epitel Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Lekosit Negatif Negatif
Kesan : Amuba Negatif Negatif
Pemeriksaan laboratorium feces rutin Tidak ditemukan Negatif
menunjukkan adanya lendir pada telur cacing
feces
Lain lain Negatif Negatif
SOAP Tatalaksana
Kamis, S/ pasien diare cair 1x, sebanyak 1/4 gelas belimbing (± 40cc), ampas (+), lendir (-), darah (-), Planning :
28-11-2019 muntah (-), demam (-), nafsu makan menurun (-), minum (+) normal, rewel (-), lemas berkurang, BAK (+) 1. Infus RL 11 tpm makro
normal,
2. Inj. Ondancetron 1mg/8jam K/P Muntah
O/
3. Paracetamol syr cth 1 /4jam K/P demam
Vital sign:
4. Lbio 2x1
KU : Sedang, lemes
5. Zinc 1x20mg
KS : Compos Mentis
6. Cek Darah Rutin ulang besok
T : 37,3°C HR: 10X/menit, RR : 25X/menit SpO2 : 98% BB : 11,5 kg
7. Observasi dehidrasi dan diare
K/L : Normocephal, mata cowong (-/-), CA (-/-), SI (-/-), air mata (+/+), PKGBL (-/-), faring
hiperemis (-), pupil isokor 3mm, reflek pupil (+), mukosa bibir sedikit kering (-), mimisan (-) 8. Pemantauan vital sign (Nadi, Suhu,
Thorax: Paru : SDV (+/+), Rh (-/-), Whz (-/-) Respirasi)
Cor : BJ I/II reguler
Abdomen: Supel (+) nyeri tekan (-), peristaltik (+) normal, turgor kulit menurun (-), asites (-)
Ekstemitas: Akral dingin (-), CRT < 2detik

A/
Diare Cair Akut dengan dehidrasi ringan sedang
Observasi febris 3 hari ec viral infection dd DF, DHF, ISK
SOAP Tatalaksana
Jum’at, S/ pasien diare cair (-), mual (-), muntah (-), demam (+) naik turun, nafsu makan menurun (-), minum (+) Planning :
29-11-2019 normal, rewel (-), lemas berkurang, BAK (+) normal. 1. Infus RL 11 tpm makro
O/ 2. Inj. Ondancetron 1mg/8jam K/P Muntah
Vital sign: 3. Paracetamol syr cth 1 /4jam K/P demam
KU : Sedang, lemes 4. Lbio 2x1
KS : Compos Mentis 5. Zinc 1x20mg
T : 37,0°C  38,2°C HR: 105X/menit, RR : 22X/menit SpO2 : 99% BB : 11,5 kg 6. Pemantauan vital sign (Nadi, Suhu,
K/L : Normocephal, mata cowong (-/-), CA (-/-), SI (-/-), air mata (+/+), PKGBL (-/-), faring
Respirasi)
hiperemis (-), pupil isokor 3mm, reflek pupil (+), mukosa bibir kering (-), mimisan (-)
Thorax: Paru : SDV (+/+), Rh (-/-), Whz (-/-)
Cor : BJ I/II reguler
Abdomen: Supel (+) nyeri tekan (-), peristaltik (+) normal, turgor kulit menurun (-), asites (-)
Ekstemitas: Akral dingin (-), CRT < 2detik

A/
Diare Cair Akut dengan dehidrasi ringan sedang (dalam perbaikan)
Observasi febris 4 hari ec viral infection dd DF, DHF, ISK
HASIL LABORATORIUM
Nilai Normal
29-11-2019 Hematologi
Leukosit 9,4 5,5 – 15,5 103/ uL
Eritrosit 4,45 3,7 – 5.7 106/ uL
Hemoglobin 13,3 10,7 – 14,7 g/dL
Hematokrit 34,5 31 – 43 %
Index eritrosit
MCV 76,5 72 – 88 fl
MCH 25,4 23 – 31 pg
MCHC 32,8 32 – 36 g/dL
Trombosit 263 229 - 553 103/uL
RDW – CV 13,4 11.5 – 14 .5 %
PDW 8,9
MPV 8,8
P-LCR 15,3
PCT 0,23
Diff Count
Kesan : NRBC 00,0 0-1
Pemeriksaan laboratorium darah Neutrofil 36,3 17-68
Limfosit 54,0 20,00-70,00
rutin normal
Monosit 7,90 1,00-11,00
Eosinofil 1,40 1,00-5,00
Basofil 0,40 0-1
IG 4,60
SOAP Tatalaksana
Sabtu, S/ pasien diare cair (-), mual (-), muntah (-), demam (-), nafsu makan menurun (-), minum (+) normal, Planning :
30-11-2019 rewel (-), lemas berkurang, BAK (+) normal. 1. Infus RL 11 tpm makro
O/ 2. Inj. Ondancetron 1mg/8jam K/P Muntah
Vital sign: 3. Paracetamol syr cth 1 /4jam K/P demam
KU : Sedang, lemes 4. Lbio 2x1
KS : Compos Mentis 5. Zinc 1x20mg
T : 36,8°C HR: 100X/menit, RR : 23X/menit SpO2 : 100% BB : 11,5 kg 6. Pemantauan vital sign (Nadi, Suhu,
K/L : Normocephal, mata cowong (-/-), CA (-/-), SI (-/-), air mata (+/+), PKGBL (-/-), faring
Respirasi)
hiperemis (-), pupil isokor 3mm, reflek pupil (+), mukosa bibir kering (-), mimisan (-)
Thorax: Paru : SDV (+/+), Rh (-/-), Whz (-/-)
Cor : BJ I/II reguler
Abdomen: Supel (+) nyeri tekan (-), peristaltik (+) norma;, turgor kulit menurun (-), asites (-)
Ekstemitas: Akral dingin (-), CRT < 2detik BLPL
Obat pulang :
A/
- L-Bio 2x1
Diare Cair Akut dengan dehidrasi ringan sedang (dalam perbaikan)
- Zink 1x20mg
GRAFIK SUHU
ANALISI An. A 3th 2bl
S KASUS BAB Cair >10x HMRS Demam 1 hari
Naik turun

Muntah >5x HMRS Nafsu makan ↓ Peristaltik ↑


X
Viral Infection

Tidak nyaman di abdomen


Intake kurang DF
X
DHF
ISK

Mukosa bibir Turgor kulit Mata


Lemas Rewel Rasa haus↑
kering (Baik) cowong

BAK berkurang

Terapi:
Leukositosis, 1. Rehidrasi Infus RL 96cc/jam selama 3jam
2. Maintenance : inf. RL 11tpm makro
penurunan limfosit, Feses Rutin :
monositosis,
Laboratorium 3. Inj. Ondancetron 1mg/8jam K/P Muntah
lendir pada feces 4. Paracetamol syr cth 1 /4jam K/P demam
eosinofilia Normal
5. Lbio 2x1
6. Zinc 1x20mg
Tinjauan Pustaka
DEFINISI DIARE

Buang air besar dengan peningkatan frekuensi tiga kali atau


lebih dalam 24 jam dengan konsistensi lembek atau bahkan
dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir,
dan dapat disertai gejala lain seperti mual, muntah, demam,
atau nyeri perut

Neonatus - frekuensi buang air besar > 4 kali, sedangkan


untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak -
frekuensinya > 3 kali
KLASIFIKASI

• Diare cair akut


Secara Klinis • Diare akut berdarah
• Diare persisten

Menurut • Diare akut  terjadi 3-7hari (American Academy of Pediatrics


(AAP))
waktu • Diare kronik  terjadi >14hari (Soebagyo B, 2008).

• Infeksi

Penyebab • Non Infeksi


• Organik
• Fungsional

• Diare osmotik
Mekanisme • Diare sekretorik
• Diare exudative
Patofisiologi • Gangguan Motalitas usus
• Penurunan permukaan absorbsi
Faktor • Rasa takut dan cemas
Psikologi
Faktor • Makanan basi, beracun, alergi terhadapmakanan
Makanan
• Karbohidrat
Malabsobsi • Lemak
• Protein
DIARE AKUT

American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare akut dengan


karakteristik peningkatan frekuensi dan atau perubahan konsistensi, dapat
disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit
perut yang berlangsung selama 3 – 7 hari

DIARE KRONIK

Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Soebagyo B, 2008).


Diare kronis dan diare persisten seringkali dianggap suatu kondisi yang sama. Ghishan
menyebutkan diare kronis sebagai suatu episode diare lebih dari 2 minggu, sedangkan
kondisi serupa yang disertai berat badan menurun atau sukar naik didefinisikan sebagai
diare persisten (Ghisan; 2007; Chronic Diarrhea in Nelson Texbool of Pediatrics 18th Ed)
.
DIARE OSMOTIK

• Diare yang disebabkan karena sejumlah besar bahan makanan yang


tidak dapat diabsorbsi dalam lumen usus sehingga terjadi
hiperosmolaritas intra lumen yang menimbulkan perpindahan cairan
dari plasma ke dalam lumen.
• Terjadi pada malabsorbsi karbohidrat, penggunaan garam magnesium
ataupun bahan yang bersifat laksantia.
• Dikatakan diare osmotik bila osmotic gap feses > 125 mosmol/kg
(normal < 50 mosmol/kg)
• Berhenti bila pasien puasa
DIARE SEKRETORIK

• Diare yang terjadi bila ada gangguan transpor elektrolit baik absorbsi
yang berkurang maupun sekresi yang meningkat melalui dinding usus.
Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan oleh bakteri.
• Biasanya dengan volume banyak, cair, tidak ada pus/darah.
• Diare tetap berlangsung walaupun pasien dipuasakan.
DIARE EXUDATIVE

• Diare yang terjadi akibat proses inflamasi/peradangan yang


menyebabkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar.
• Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri ataupun
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, IBD, atau akibat
radiasi.
• Oleh karena terjadi kerusakan dinding usus, feses dapat mengandung
pus, darah atau mukus.
• Pada diare ini terjadi juga peningkatan beban osmotik, hipersekresi
cairan akibat peningkatan prostaglandin dan terjadi hiperperistaltik.
GANGGUAN MOTILITAS USUS

• Terjadi akibat gangguan motilitas yang menyebabkan waktu transit


usus menjadi lebih cepat.
• Pada usus halus menyebabkan waktu paparan untuk absorbsi
berkurang.
• Tipe ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, IBS, diabetes melitus,
paska gastrektomi (dumping syndrome).
Diare Non Infeksi

• Keracunan makanan karena toksin dari S.aureus, Baccillus cereus,


Clostridium perfringens, Clostridium botulinum. Dalam keadaan ini,
biasanya bersifat non inflamasi, invasi mukosa (-), cair.
• Obat dan toksin
• Ischemic bowl disease
• Alergi makanan
• Defisiensi laktosa
EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia, sekitar 10,6
juta anak masih meninggal setiap
tahun sebelum mencapai ulang
tahun kelima mereka.
Diare akut merupakan salah
Gastroenteritis sendiri Berdasarkan hasil survey
satu penyebab utama
bertanggung jawab atas hampir morbiditas dari diare yang
morbiditas dan mortalitas
20% kematian dilakukan oleh
anak-anak di berbagai negara
berkembang termasuk di Kementrian Kesehatan RI,
Indonesia angka morbiditas diare
meningkat dari tahun 1996
hingga tahun 2006 lalu
kemudian menurun pada
tahun 2010.

69
•Infeksi bakteri (10-20%): vibrio, E.coli, salmonella, shigella,
campylobacter, yersenia, aeromonas
•Infeksi virus (70%) : enterovirus , adenovirus, rotairus,
astrovirus
•Infeksi parasit : cacing (ascaris , trichiuris, oxyuris,
strongyloides
•Protozoa (10%) : entamoeba histolytica, giardia lamblia,
trichomonas homonis
•Jamur : candida albicans

Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi protein
PATOGENESIS DIARE AKUT
• Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
• Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus
halus.
• Oleh jasad renik dikeluarkan toksin/toksin diaregenik).
• Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare
PATOGENESIS DIARE KRONIS DAN PERSISTEN
Patogenesis diare kronis dan diare persisten melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks.
Paparan berbagai faktor predisposisi, baik infeksi maupun non-infeksi, seperti malnutrisi, defisiensi
imun, defisiensi mikronutrient, dan ketidaktepatan terapi diare akut akan menyebabkan rangkaian
proses yang pada akhirnya memicu kerusakan mukosa usus dan mengakibatkan diare
kronis/persisten.
Seringkali diare kronis dan persisten tidak dapat dipisahkan, sehingga beberapa referensi hanya
menggunakan salah satu istilah untuk menerangkan kedua jenis diare tersebut. Meskipun sebenarnya
definisi diare kronik dan persisten berbeda, namun, kedua jenis diare tersebut lebih sering dianggap
sebagai diare karena infeksi. Mungkin karena untuk menyingkirkan kemungkinan tidak ada unsur
infeksi, terutama di negara berkembang, tidak mudah, sebagai contoh ISK (Infeksi Saluran Kencing)
dengan diare kronik/persisten Meskipun sebagian besar studi di negara maju membahas penyebab
non infeksi, seperti intoleransi protein susu sapi/kedelai; celiac disease (gluten-sensitive
enteropathy), dan cystic fibrosis, namun perhatian global seringkali tertuju pada diare
berkepanjangan yang bermula dari diare akut akibat infeksi saluran cerna, yang banyak terjadi di
negara-negara berkembang. (Bhutta ZA. ;2006)
Faktor utama mekanisme diare kronik dan persisten meliputi :
(1) faktor intralumen : Faktor intralumen berkaitan dengan proses pencernaan
dalam lumen, termasuk gangguan pankreas, hepar, dan brush border
membrane.
(2) faktor mukosal : Faktor mukosal adalah faktor yang mempengaruhi
pencernaan dan penyerapan, sehingga berhubungan dengan segala proses
yang mengakibatkan perubahan integritas membran mukosa usus (karena
infeksi ataupun non-infeksi, seperti intoleransi laktosa), ataupun gangguan
pada fungsi transport protein, antara lain gangguan penukar ion Natrium-
Hidrogen dan Khlorida-Bikarbonat.(Ghishan RE, 2007; Kere J, 1999)
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif, dan gangguan motilitas.

Diare Osmotik
• Bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolalitas dalam lumen yang
menarik air dari plasma, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat
akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.

Diare Sekretorik
• Bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun
sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri
misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau
laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal
polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik
Diare Eksudatif
• Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik
usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi
akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive
enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
Gangguan Motilitas
• akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit usus
menjadi lebih cepar. Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan
menimbulkan diare pula. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis,
sindroma usus iritabel atau diabetes melitus
BAKTERI
• Toksin  absorbsi natrium melalui vili ↓  sekresi chlorida dari kripta ↑  sekresi
air&elektrolit

• Bakteri  vili/fimbria menempel pada mukosa usus  perubahan epitel usus 


pengurangan kapasitas penyeraan/sekresi cairan

Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat menyebabkan
diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di
colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan
ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat
adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan
jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.
VIRUS
• Beberapa jenis virus seperti (Rotavirus)  berkembang biak
dalam epitel vili usus halus  kerusakan sel epitel dan
pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal
mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel
epitel berbentuk kripta yang belum matang  usus mensekresi
air dan elekrolit.
• Dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase
terutama laktase  berkurangnya absorbsi disakarida (laktosa).
• Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel
vilinya menjadi matang.
PARASIT
• G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel usus halus 
pemendekan vili  menyebabkan diare.
• Invasi mukosa. E. histolytica  menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum
 mikroabses dan ulkus  diare

Invasi ke mukosa dan tidak


timbul
gejala atau tanda-tanda,
meskipun
kista amoeba dan tropozoit
mungkin
ada di dalam tinjanya
MALABSORBSI (Karbohidrat, Lemak,
Protein)
Pada malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein  peningkatan tekanan osmotik
 pergeseran air dan elektrollit ke dalam rongga usus  BAB cair dan frekuansi
meningkat
Faktor makanan : Makanan tidak Faktor infeksi :
makanan basi, terserap oleh vili usus bakteri, virus,
beracun,alergi makanan, parasit Kolitis Ulserativa
makanan pedas, asam Melepaskan
Rangsangan di enterotoksin
Faktor malabsorbsi Hipotalamus Penyakit Crohn Inflamasi/radang
Masuk ke dalam
karbohidrat, protein, mukosa kolon
Masuk ke dalam tubuh tubuh bersama
dan lemak
makanan/minuman Mengiritasi otot
Faktor psikosis
: cemas, takut yang tercemar dan lapisan mukosa Peradangan usus
Mencapai usus halus intestinum kronis Kerusakan jaringan
Peningkatan tekanan mukosa
osmotik dalam lumen
Merangsang/menstimula usus Susunan syaraf Mencapai usus Merangsang
autonom (serabut halus Timbul jaringan
si dinding usus halus pembentukan siklik Perdarahan
syaraf ikat dan fibrosis
adeno monofosfat
Pergeseran air dan parasimpatis berlebih
Peningkatan isi rongga elektrolit ke dalam cabang nervus Menyebabkan Pembentukan abses
usus (lumen usus) lumen usus meningkat) infeksi dan Usus menjadi kaku
kerusakan usus Peningkatan terbukanya dan infleksibel
kanal CI
Peningkatan volume
serta berat feses Malabsorbsi makan Sinyal
dan cairan CI mengalir cepat dari Inflamasi mencapai
dalam sel ke kripta usus sistem saraf
Meningkatkan isi
pusat
rongga usus dan agen Akumulasi
infeksius Mengaktifkan pompa Na monosit,
ke dalam kripta makrofag, sel Pembentukan
T helper dan prostaglandin
fibroblas di otak
NaCl yang berlebihan
menyebabkan osmosis
Hiperperistaltik
air yang ekstrim dari Pelepasan Merangsang
darah pirogen hipotalamus
endogen meningkatkan
Peningkatan percepatan
(sitokin) ttik patokan
kontak antara makanan dan Hipersekresi air, suhu (Sel
air dengan mukosa usus elektrolit dan lendir point)
IL-1, IL 6

Penyerapan makanan, air, Meningkatkan isi rongga Menggigil,


dan elektrolit terganggu Merangsang meningkatkan HIPERTERMI
usus dan agen infeksius
saraf vaguss suhu basal

Diare
Diare

Frekuensi BAB Menurunnya Pergerakan usus


meningkat kesempatan usus berlebihan
menyerap makanan

Ketidaknyamanan
Peningkatan kehilangan MK : Defisit volume Iritasi kulit sekitar MK : Kerusakan abdomen
cairan dan elektrolit cairan perianal integritas kulit Nutrisi tidak
terserap dengan baik

Pelepasan mediator nyeri MK : Gangguan rasa


Pengeluaran NaHCO3 Dehidrasi (histamin, bradikinn, nyaman (Nyeri)
serotonin, dll) MK : Nutrisi kurang Malnutrisi
berlebihan
dari kebutuhan
Gangguan Merangsang nosiseptor tubuh
Kehilangan Buffer keseimbangan cairan (Reseptor nyeri) Metabolisme
HCO3 (Bikarbonat) dan elektrolit menurun

Dihantarkan serabut
Asidosis Metabolik Syok Hipovolemik tipe A, serabut tipe C Keletihan
MK : Intoleransi
Aktivitas

Kematian Medulla Spinalis

Sistem aktivasi Sistem aktivasi Area grisea


retikular retikular periakueduktus

Talamus Hipotalamus dan Talamus


sistem limbik

Otak (kortek
somatosnsorik

Persepsi nyeri

MK : Gangguan rasa
nyaman (Nyeri)
Demam

Nyeri Muntah
perut

Manifestasi
klinis

Nafsu
Perut
makan
kembung
turun

Rewel,
gelisah
Marsha H. Kay,
Diarrhea in Children,
Americans Collage of
Gastroentelogy
Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella E .coli entero E . coli entero cholera
sigenik invasif
Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering

Panas + ++ ++ - ++ -
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus kolik Tenesmus kolik Kadang” Tenesmus kolik Kolik

Gejala lain Sering distensi Pusing ,dapat ada Hipotensi Pusing bakterimia
abdomen kejang toksemia sistemik

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak


frekuensi 5-10 kali >10kali Sering Sering Sering Terus-menerus

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair


Darah - Sering Kadang - + -
Bau - - Busuk Tdk spesifik - Amis
Warna Kuning hijau Merah hijau Hijau Tdk berwarna Merah – hijau Seperti cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Sifat lain anoreksia Kejang Sepsis Meteorismus Infeksi sistemik -
DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan
fisik

Pemeriksaan
penunjang
ANAMNESIS
• Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan
konsistensi tinja, lendir atau darah dalam tinja
• Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun,
buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
• Jumlah cairan yang masuk selama diare
• Jenis makanan dan minuman yang diminum sebelum dan
selama diare, mengkonsumsi makanan yang tidak biasa
• Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital


• Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
• Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata,
mukosa bibir, mulut dan lidah
• Berat badan dan status gizi (antropometri)
• Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit seperti
napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung
(hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
• Penilaian derajat dehidrasi
1. Pemeriksaan Feses Rutin
• Makroskopis dan mikroskopis.
• Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab.
• Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika.
• pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus , bila diduga
terdapat intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
• Darah lengkap.
• pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan
keseimbangan asam – basa.
• Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal.
3. Pemeriksaan Elektrolit, terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita yang disertai kejang).

*Kasus dengan dehidrasi dilakukan pemeriksaan darah, feses dan urin rutin,
kimia darah dan jika perlu analisis gas darah.
TATALAKSANA

Rehidrasi cairan dan


elektrolit
Antibiotik sesuai
penyebab

Pemberian zinc

Nutrisi

Edukasi
TERAPI ETIOLOGIK
• E.coli : Quinolone, Cotrimoxazole
• Enterobacter : Quinolone, Cotrimoxazole
• Salmonella sp : Kloramfenikol, Tiamfenikol, Quinolone, Cotrimoxazole
• Shigella : Quinolone, Cotrimoxazole
• Campylobacter : Quinolone, Eritromisin
• Vibrio cholera : Tetracycline, Doxycicline, Quinolone
• Clostridium difficile : Metronidazole, Vankomisin
• Yersinia enterocolytica : Streptomisin, Cotrimoxazole, Quinolone
• Virus : terapi suportif dan simtomatis
• Giardia lamblia : Metronidazole
• Cryptosporidium : Paromomisin plus Azitromisin
• Entamoeba hystolytica : Metronidazole, Tinidazole, Seknidazole, Paromomisin
• Isospora belii : Cotrimoxazole
INDIKASI RAWAT INAP

• Dehidrasi sedang sampai berat


• Vomitus persisten
• Diare yang memberat dalam 48 jam
• Usia lanjut dan geriatri
• Pasien dengan imunkompromais
• Diare akut dengan komplikasi (misal gagal ginjal akut)
Dehidrasi

Gangguan
Gangguan keseimbang
sirkulasi Komplikasi
an asam
basa

Hipoglikemia
Pemberian
ASI

Perbaikan
Hygiene pola
yang baik Pencegahan penyapihan
dan makan

Imunisasi
campak
DEHIDRASI

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak


daripada pemasukan air (input).
Klasifikasi Tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi Terdapat dua atau lebih dari tanda dibawah ini  Beri cairan untuk diare dengan dehidrasi berat ( Rencana
berat : terapi C )
 Letargis/tidak sadar
 Mata cekung
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
(>2 detik)
Dehidrasi Terdapat dua atau lebih tanda dibawah in :  Beri cairan dan makanan untuk dehidrasi ringan ( Rencana
ringan-sedang  Rewel, gelisah terapi B )
 Mata cekung  Setelah rehidrasi, nasihati ibu untuk penanganan di rumah
 Minum dengan lahap, haus dan kapan kembali segera
 Cubitan kulit kembali lambat  Kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik
Tanpa Tidak terdapat cukup tanda untuk  Beri cairan dan makanan untuk menangani diare di rumah (
dehidrasi diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau Rencana terapi A )
berat  Nasihati kapan kembalik segera
 Kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik
ATRESIA ANI
ATRESIA ANI

Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi kongenital dimana


rectum tidak mempunyai lubang ke luar (Wong,2004).
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz,
2002).

3
EPIDEMIOLOGI

• Atresia ani terjadi pada 1 dari setiap 4000-5000 kelainan hidup.Secara


umum atresia ani lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada
perempuan.Fistula rektouretra merupakan kelainan yang paling banyak
ditemuai pada bayi laki-laki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada
bayi perempuan jenis atresia ani yang paling banyak ditemukan adalah
atresia ani diikuti fistula rektovestibular dan fistula perineal (Oldham
K,2005).
KELAINAN-KELAINAN
ANORECTAL
 Anorectal Atresia/Stenosis
- Low Tipe
- High Tipe
 Anal Fissures
 Fistula Dan Perianal Absess
 Rectal Prolapse
 Sacrococcygeal Teratoma
 Hemorroids
4
KLASIFIKASI
PENENTUAN LETAK

1. LETAK TINGGI :
Rectum Diatas PuboCoccygea Line
Kelainan tinggi mempunyai beberapa tipe antara lain: laki-laki ada anorektal
agenesis, rektouretral fistula yaitu rektum buntu tidak ada hubungan dengan
saluran urinary, fistula ke prostatic uretra. Rektum berakhir diatas muskulus
puborektal dan muskulus levator ani, tidak ada sfingter internal. Perempuan
ada anorektal agenesis dengan fistula vaginal tinggi, yaitu fistula antara
rectum dan vagina posterior. Pada laki dan perempuan biasanya rectal
atresia. 15
2. INTERMEDIATE :

Rectum diantara PuboCoccygea Line dan Satu Garis Sejajar PuboCoccygeal


Line dan Melalui Ischium Point.

Ciri – cirinya adalah ujung rektum mencapai tingkat muskulus Levator ani
tetapi tidak menembusnya, rektum turun melewati otot puborektal sampai 1 cm
atau tepat di otot puborektal, ada lesung anal dan sfingter eksternal. Tipe
kelainan intermediet antara lain, untuk laki-laki bisa rektobulbar/rektouretral
fistula yaitu fistula kecil dari kantong rektal ke bulbar), dan anal agenesis tanpa
fistula.Sedangkan untuk perempuan bisa rektovagional fistula, analgenesis
tanpa fistula, danrektovestibular fistula.
3. LETAK RENDAH :
Rectum terletak di bawah garis yang melalui ischium point atau apabila akhiran
rektum berakhir bawah muskulus levator ani.
Kelainan Rendah (Low Anomaly/Kelainan Translevator), ciri - cirinya adalah rektum
turun sampai ke otot puborektal, spingter ani eksternal dan internal berkembang
sempurna dengan fungsi yang normal, rektum menembus muskulus levator ani
sehingga jarak kulit dan rektum paling jauh 2 cm. Tipe dari kelainan rendah antara
lain adalah anal stenosis, imperforata membrane anal, dan fistula ( untuk laki-laki
fistula ke perineum, skrotum atau permukaan penis, dan untuk perempuan anterior
ektopik anus atau anocutaneus fistulamerupakan fistula ke perineal, vestibular atau
vaginal).
BATAS LETAK ATRESIA

PC : Pubococcygeal Line P :
Pubis
C : Coccygeus 14
I : Ischium Point
Letak Tinggi

16
Letak intermediate

17
Letak Rendah

18
9
Fistula Perineal

11
13
PATHOPHYSIOLOGY
• Kelainan ini terjadi oleh karena adanya gangguan perkembangan
pertumbuhan dari

 Septum Urorectal
 Struktur Mesoderm Lateral
 Struktur Ectodermal

• Membentuk rectum yang normal dan sebagian bawah saluran kemih

7
Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitif
gut.Kegagalan perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis
menghasilkan anomali letak tinggi atau supra levator.Sedangkan anomali
letak rendah atau infra levator berasal dari defek perkembangan
proktoderm dan lipatan genital.Pada anomali letak tinggi, otot levator ani
perkembangannya tidak normal.Sedangkan otot sfingter eksternus dan
internus dapat tidak ada atau rudimenter (Faradilla, 2009).
Pada usia gestasi minggu ke-5, kloaka berkembang menjadi saluran urinari,
genital dan rektum. Usia gestasi minggu ke-6, septum urorektalmembagi
kloaka menjadi sinus urogenital anterior dan intestinalposterior. Usia
gestasi minggu ke-7, terjadi pemisahan segmen rectaldan urinari secara
sempurna. Pada usia gestasi minggu ke-9, bagianurogenital sudah
mempunyai lubang eksterna dan bagian anus tertutupoleh membrane.
Atresia ani muncul ketika terdapat gangguan padaproses tersebut.
Selama pergerakan usus, mekonium melewati usus besar ke rektum dan
kemudian menuju anus.Persarafan di anal kanal membantu sensasi
keinginan untuk buang air besar (BAB) dan juga menstimulasi aktivitas
otot.Otot tersebut membantu mengontrol pengeluaran feses saat buang air.
Pada bayi dengan malformasi anorektal (atresia ani) terjadi beberapa
kondisi abnormal sebagai berikut: lubang anus sempit atau salah letak di
depan tempat semestinya, terdapat membrane pada saat pembukaan anal,
rectum tidak terhubung dengan anus, rectum terhubung dengan saluran
kemih atau sistem reproduksi melalui fistula, dan tidak terdapat pembukaan
anus.
KELAINAN PENYERTA
V ertebral Defect
A nal Atresia
C ardiac Lesions ( VSA )
T racheo Fistula
E sophageal Fistula
R enal anomalies
L imb deformities

V– A– C – T – E– R– L
19
DIAGNOSA
 I NSPEKSI  PERHATIKAN :
- Anus : ada /tidak ?
- Apakah anus di tempat normal?
- Apakah kalibernya normal ?
- Apakah di temukan fistel ?
 “WANGENSTEEN– RICE” INVERTOGRAM Dari Pelvis foto dibuat :
• Usia > 24 J am
• Posisi terbalik, hip joint flexi max
• Arah cahaya dari lateral
• Untukmenentukan jenis atresia ani

BNO & IVP :


DiBuat Menjelang Operasi Definitif (±) Usia 1Tahun 20
THERAPY  OPERASI
 EMERGENCY :
- A. A. Tanpa Fistel
- A. A. Dengan fistel yang tidak adekuat
 ELEKTI F :
- A. A. dengan fistel yang adekwat
- ant er ior anus

A. A. Letak Rendah  Anoplasty


A. A. Letak Sedang / Tinggi :
- Colostomy (protektif)
 Transverso colostomy kiri
- Operasi definitif, PSA /pull through
- Tutup colostomy
Setelah anoplasty atau operasi defenitif di lakukan bouginage periodik
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Antonius H, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti dkk. 2010. Diare Akut Dalam : Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jilid 1. Jakarta.
2. Behraman RE, Kliegman RM, Arvin HB. 2004. Gastroenteritis. Nelson. 17th edition. EGC. Halaman 1272-1276
3. Canani, Roberto Berni et al. 2007. Probiotics for treatment of acute diarrhoea in children: randomised clinical trial of five different
preparations. Diakses dari http://www.bmj.com/content/335/7615/340.pdf%2Bhtml
4. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo. 2012. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke-4. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN
BANDUNG.
5. Koletzko, Sibylle and Osterrieder, Stephanie. 2009. Acute Infectious Diarrhea in Children. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2737434/
6. Rusepno Hassan, Husein Alatas. 2007. Diare Pada Bayi dan Anak Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI Edisi ke-4. Jakarta : Info
Medika
7. Satriya, dedi. 2010. Diare Akut Pada Anak Dalam : Upaya Mengurangi Kejadian Komplikasi Diare Akut. Riau. Departemen Ilmu Kesehatan
Anak RSUD Arifin Achmad.
8. Thawani, Vijay and Bajait Caitali. 2011. Role of zinc in pediatric Diarrhea. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3113371/ pada tanggal 18 Agustus 2013
9. Wijaya, Awi. 2012. Data Diare di Indonesia. Diakses dari http://www.infodokterku.com/index.php/component/content/article/25-data/data-
kesehatan/201-data-angka-diare-di-indonesia pada tanggal 1 November 2013
10.World Health Organization. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
11.Ghishan RE. 2007. Chronic Diarrhea. In Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. WB Saunders, Philadelphia
12.Soebagyo B. (2008). Diare Akut Pada Anak. UNS Press. Surakarta.
13.Bhutta ZA. Persistent diarrhea in developing countries. Ann Nestle 2006;64:39-47
14.Kere J, Lohi H, Hoglund P. Genetic disorder of membrane transport: III. Congenital Chloride Diarrhea. Am J Physiol (Gastrointest Liver
Physiol.39) 1999;276:7-13
15.IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. Hal :49-52
16.WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.

Anda mungkin juga menyukai