Waktu : 35 menit
I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Tanda Bahaya Nifas diharapkan klien yang
merupakan para ibu hamil trimester III dan pendamping mengerti dan memahami
dapat memahami hal-hal mengenai tanda bahaya masa nifas dan pencegahannya.
III. MATERI
(Terlampir)
1) Pengertian Tanda Bahaya Nifas secara Umum
2) Jenis-jenis Tanda Bahaya Nifas beserta Penjelasan
3) Pencegahan dan Penatalaksanaan Tanda Bahaya Nifas
IV. METODE
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
V. MEDIA
Leaflet tentang Tanda Bahaya Masa Nifas
Poster tentang Tanda Bahaya Masa Nifas
Power Point materi Tanda Bahaya Masa Nifas
VIII. PENGORGANISASIAN
Pembicara : Aan Hidyat
Perlengkapan :
Operator :
Observer :
IX. LAMPIRAN
Tanda Bahaya Nifas adalah tanda-tanda bahaya yang terjadi pada masa nifas yang perlu diketahui
oleh ibu post partum terutama yang dapat mengancam keselamatan ibu. Pengetahuan tentang
tanda bahaya masa nifas adalah pengetahuan ibu tentang tanda bahaya yang terjadi pada masa
nifas yang perlu diketahui karena dapat mengancam keselamatan ibu.( Rustam Mochtar , 2002).
1. Perdarahan postpartum
2. Lochea yg berbau busuk
3. Subinvolusi uterus
4. Nyeri pada perut dan pelvis
5. Pusing dan lemas berlebihan
6. Suhu tubuh >38
7. Sakit kepala hebat
8. Pembengkakan wajah, tangan, kaki
9. Payudara merah, panas, terasa sakit
10. Nyeri berkemih
11. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
12. Merasa sangat letih atau nafas terengah engah (Bahiyatun, 2009.)
Tanda Bahaya Masa Nifas
1. Perdarahan Post Partum
Menurut Bahiyatun, (2009) perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefinisikan sebagai perdarahan parca persalinan.Terdapat beberapa masalah mengenai
perdarahan per vaginam, antaralain :
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang
hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur cairan amnion atau urine.
Darah tersebar pada spon, handuk, dan kain di dalam ember dan lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi. Kekuatan darah dapat diketahui dari kadar
hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar hb normal dapat menyesuaikan diri
terhadap kehilangan darah yang mungkin dapat menyebabkan anemia. Seorang ibu
yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan postpartum dapat terjadi secara lambat dalam jangka waktu beberapa jam
dan kondisi ini mungkin tidak dikenali hingga terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan terjadinya perdarahan
pascapersalinan.Oleh sebab itu penanganan aktif kala III sebaiknya di lakukan pada semua
wanita bersalin.Karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan akibar
atonia uteri.Oleh karena itu semua ibu nifas harus dipantau ketat untuk kemungkinan
persalinan.
Penanganan yang dapat dilakukan kepada pasien adalah menstabilkan terlebih dahulu dengan
memberikan cairan, menghentikan perdarahan dan rujukan.
Selama proses involusi, lochia (cairan yang mengandung darah) mengalir dari Rahim
dan keluar dari vagina. Selama beberapa hari pertama sesudah melahirkan, aliran lochia yang
berwarna merah umumnya cukup banyak.Mengeluarkan bekuan darah seperti jelly,
khususnya pada hari-hari pertama sesudah melahirkan adalah normal.Lochia sering kali
memiliki bau seperti ikan yang kuat.Jumlah aliran dapat berubah sesuai dengan aktivitas dan
posisi tubuh anda. Lochia umumnya akan banyak keluar jika anda berganti posisi seperti
berdiri atau duduk sehabis berbaring, saat anda menyusui, atau buang air besar. Juga menjadi
banyak karena gerak berlebihan. Dalam waktu sepuluh hari, lochia akan berkuarang dan
menjadi berwarna pink pucat atau berbau tidak sedap. Selama beberapa minggu kemudian,
lochia menjadi berwarna putih kekuningan, putih, atau coklat.Lochia dapat terus ada hingga 6
minggu.
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat
lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan
berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya placenta).
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah kemungkinan
diagnosisnya adalah metritis.Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan
salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat
dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik (Mochtar, 2012).
3. Sub Involusi
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000
gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang
baik atau terganggu disebut sub-involusi (Mochtar, 2012).Sub involusi merupakan istilah
yang digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran
reproduktif,kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang
mengarah ke ukurannya (Varney, 2007).
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya
mioma uteri (Prawirohardjo, 2010).
a) Letak fundus uteri tetap tinggi atau penurunan fundus uteri lambat
b) Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
c) Terdapat bekuan darah
d) Lochea berbau menyengat
e) Uterus tidak berkontraksi
f) Terlihat pucat
g) Tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
h) lemah
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas seperti : Peritonitis.
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan
kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam
rongga perut.
Menurut Rustam Mochtar (2012) gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :
a) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis
Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik,
pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada abses.
b) Peritonitis umum
Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka
cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.
Menurut Manuaba (2007), pusing merupakan tanda bahaya pada nifas , Pusing bisa
disebabkan oleh karena tekanan darah rendah. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga
disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin 9 . Lemas yang berlebihan juga merupakan
tanda tanda bahaya , dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan
kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat , tekanan darah rendah .
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara 37,2 ˚C
-37,8 ˚C oleh karena reabsopsi benda benda dalam rahim dan mulainya laktasi , dalam hal ini
disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal. Namun bila terjadi peningkatan berlebih
38˚C secara berturut turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi . (Mochtar , 2012).
Penyebab demam di masa puerperium yang berkaitan dengan persalinan dibagi menjadi 2
yaitu penyebab infeksius dan non infeksius
Penyebab Infeksius
1. Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang terjadi setiap saat pada
awitan pecah ketuban (rupture membrane) atau persalinan dan lebih dari 42 jam
postpartum atau lebih dimana terdapat 2 atau lebih gejala berikut:
a. Nyeri pelvik
b. Demam 38,5 C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja.
c. Rabas-vagina yang abnormal
d. Rabas vagina yang berbau busuk.
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
2. Infeksi pada payudara, seperti mastitis atau stadium lanjut , abses payudara
3. Infeksi saluran kemih
4. Infeksi luka ( jaringan parut pada SC)
5. Gangguan pada tromboembolik , temasuk tromboflebitis superficial dan thrombosis
vena dalam
Penyebab Non-infeksius
Peningkatan suhu badan yang tidak banyak merupakan hal yang sangat umum selama
periode post partum terutama dalam 24 jam pertama. Penyebab demam seperti antara lain
dehidrasi , luka / trauma pada jaringan , reaksi terhadap protein janin , pembengkakan
payudara . Meskipun demam yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan dianggap
tidak berkaitan dengan infeksi , suhu sekitar 38,5⁰C atau lebih selama 24 jam pertama harus
menyiagakan bidan akan kemungkinan terjadinya sepsis puerperalis
a) Istirahat baring
b) Rehidrasi per pral / infuse
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d) Jika ada syok segera beri pengobatan , untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat
memburuk dengan cepat (WHO, 2012)
7. Sakit kepala
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur.
Penanganan terhadap gangguan ini meliputi:
Kadang - kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang.Sakit kepala yang hebat disebabkan karena
terjadinya edema pada otak dan meningkatnya resistensi otak yang mempengaruhi Sistem
Saraf Pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan
penglihatan.
a. Gejala :
b. Penanganan
1) Informed consent
2) Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga
3) Pemberian Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet zat besi 1x/hari
4) Jika tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik
5) Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih
6) Ukur keseimbangan cairan
7) Persiapan rujukan
8) Periksa Hb
9) Periksa protein urine
10) Observasi tanda-tanda vital
11) Lebih banyak istirahat
1) Adanya tekanan hidrostatik yang sangat tinggi pada pembuluh kapiler seperti
misalnya bila aliran darah vena tersumbat
2) Tekanan osmotik terlalu rendah, karena kadar protein plasma, terutama albumin
sangat rendah
3) Sumbatan pada aliran limfe
4) Kerusakan dinding kapiler sehingga plasma dapat merembes keluar dan masuk ke
dalam jaringan serta menimbulkan tekanan osmotik yang melawan tekanan osmotik
protein dalam aliran darah
Udem juga terlihat pada adanya trombosis pada vena – vena betis yang terletak dalam,
biasanya merupakan komplikasi berbahaya akibat berbaring yang terlalu lama, yang
menyebabkan aliran dalam darah vena menjadi lambat sehinga membeku.Trombosis seperti
ini terjadi akibat infeksi.
Keadaan pembengkakan wajah dan ekstremitas, sering menyertai kelainan – kelainan pada
masa nifas, sebagai berikut
1. Preeklampsi
2. Syndrom Nefrotik
9. Payudara bengkak
Menurut Bahiyatun (2009) payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat
menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, dan akhirnya terjadi mastitis.
Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. BH/bra
yang terlalu ketat mengakibatkan engorgement segmental. Bila payudara ini tidak disusukan
dengan adekuat, dapat terjadi mastitis. Kelainan pada payudara pada masa nifas diantaranya:
Bendungan ASI
Disebabkan oleh pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar-kelenjar yang tidak dikosngkan secara sempurna atau karena kelainan pada putting
susu. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
Penanganan sebaiknya dimulai sejak hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelianan-kelainan. Bila terjadi juga berikan terapi simtomatis untuk sakitnya
(analgetika), sebelum menyusukan pengurutan dahulu atau dipompa sehingga sumbatan
hilang.
Mastitis dan abses mamae
Adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan kuman, terutama
staphylococcus aureus melalui luka pada puttimng susu, atau melalui peredaran darah.
Mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara yang bisa pecah ke
permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya adalah payudara
membesar, keras, nyeri kulit memerah, dan membisul (abses), dan akhirnya pecah dengan
borok serta keluarnya cairan nanah bercampur dengan air susu.
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami infeksi. Gejala
gangguan ini meliputi :
1. Menyusui tetap dilanjutkan. Pertama, bayi disusukan pada payudara yang sakit selama
dan sesering mungkin. Hal ini dilakukan agar payudara kosong.selanjutnya, susukan bayi
pada payudara yang normal.
2. Beri kompres panas. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan shower hangat atau
lap basah panas pada payudara yang terkena.
3. Ubah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi berbaring, duduk, atau
posisi memegang bola (football position).
4. Pakai BH longgar.
5. Istirahat yang cukup dan makanan yang bergizi.
6. Banyak minum (2 liter per hari).
Dengan penatalaksanaan tersebut, biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam,
dan jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi bila dengan cara-cara tersebut tidak ada
perbaikan setelah 12 jam, ibu perlu diberi antibiotik selama 5-10 hari dan analgesik
(Bahiyatun, 2009).
10. Nyeri berkemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. Kejadian
infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal inidihubungkan dengan hipotoni
kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktupersalinan, pemeriksaan dalam yang
sering, kontaminasi kuman dari perineum, ataukaterisasi yang sering (sulaiman,2004).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering dijumpai pada perempuan setelah
infeksi saluran nafas. Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK
makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal yang terjadi
pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan yang membuat urin tertahan di saluran kencing.
Juga adanya peningkatan hormon progesterone pada kehamilan akan menambah besar dan
berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.
Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan awal trimester
tiga yang merupakan factor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada kehamilan. Saluran
kencing yang pendek pada perempuan dan kebersihan daerah sekitar kelamin luar yang
menjadi bagian yang sulit dipantau pada perempuan hamil akan mempermudah ISK.
ISK postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus urinarius, terjadi sesudah melahirkan,
ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat celcius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.(Sulaiman,2004)
Tanda-tanda ISK tidak khas, sebagian diantaranya bahkan tanpa gejala. Biasanya, keluhan
yang sering dijumpai antara lain:
Etiologi
Etiologi ISK sebagian besar didominasi bakteri gram negatif, seperti E. coli (pada hampir
80% kasus), sedangkan bakteri gram positif lebih jarang menyebabkan ISK. Berdasarkan
Toronto Notes 2008, kelompok bakteri yang dapat menyebabkan ISK adalah bakteri-bakteri
KEEPS, yaitu : K = Klebsiella, E = E. Coli, E = Enterobacter, P = Pseudomonas, S = S.
aureus. Namun secara garis besar Organisme yang menyerang traktus urinarius akibat
persalinan adalah penghuni normal dari area perineum, mungkin juga dari luar.
Menurut Sarwono (2007) Faktor predisposisi infeksi saluran kemih postpartum yaitu:
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan, dan kurang
gizi atau malnutrisi
Patofisiologi
Menurut Sarwono (2007) Terdapat 2 hal utama mengapa ISK dapat terjadi:
1. Rute infeksi
2. Host-defence
Normalnya, ISK dapat dicegah dengan adanya proses wash-out oleh saluran kemih sehingga
bakteri-bakteri yang ada dapat dikeluarkan melalui urin. Di dalam urin juga terdapat pH,
osmolalitas, dan kadar urea yang dapat menghambat perkembangan bakteri.Jika mekanisme
pertahanan host tersebut terganggu, misalkan akibat retensi urin, statis atau refluks urin,
bakteri-bakteri tersebut dapat berkembang biak dan berkolonisasi sehingga bisa menimbulkan
infeksi.(Sarwono,2007)
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih pada dapat pula melalui :
b. Hematogen.
c. Limfogen.
1) Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau
operasi membawa bakteri ke traktus urinarius. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan
atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-
kuman.(Nugroho,2007)
2) Peralatan tidak steril, missal sarung tangan, gunting epis, hingga kateter sehingga
terkontaminasi bakteri dan invasi ke traktus urinarius.(Nugroho,2007)
3) Infeksi rumah sakit (hospital infection)/lingkungan inpartum. Dalam rumah sakit banyak
sekali kuman-kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah sakit.
Kuman-kuman ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda rumah sakit yang sering
dipakai para penderita (Nugroho,2007)
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih antara lain: anatomi
konginetal, batu saluran kemih, oklusi ureter (sebagian atau total). Infeksi tractus urinarius
terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan
kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri
harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius
untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan
inflamasi. Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap,
gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal.(Nugroho,2007)
1. Uretritis merupakan suatu inflamasi yang biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal.
2. Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam
kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
3. Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus
dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih
melalui uretra dan naik ke ginjal. Pielonefritis dapat dibagi menjadi dua, yaitu pielonefritis
akut dan pielonefritis kronik. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih
asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi
di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan
biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks
vesikoureter.
1) Masa kehamilan
b. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
c. Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena
dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.(Nugroho,2010)
2) Selama persalinan
c. Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan tranfusi darah.
e. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah. (Nugroho,2010)
3) Selama nifas
a. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
b. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu sehat.
1. Penanganan umum
• Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang
dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
• Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
• Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada
saat kehamilan ataupun persalinan.
• Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
• Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang
harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
• Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami
infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya. (pernoll,2009)
Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan mungkin juga lemas dan karena
kehabisan tenaga. Hendaknya ibu lekas diberi minuman hangat, susu, atau teh yang bergula.
Apabila ibu menghandaki makanan, berikan makanan yang sifatnya ringan. walaupun dalam
persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan,
tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya. Sehingga alat pencernaan
perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu
diberikan makanan sebanyak-banyak nya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya
disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun terganggu sehingga ibu tidak
ingin makan sampai kehilangan itu hilang.(Sunarsih,2011)
Menurut Sunarsih (2011) Penyebab hilangnya nafsu makan pada si ibu, yaitu, :
1) Ibu post partum blues
5) Kurang istirahat.
Penatalaksanaan
2) Anjurkan ibu untuk makan yang segar dan bervariasi setiap hari, yaitu :
Makan sumber protein nabati dan hewani, seperti : daging, telur, kacang-kacangan
dan ayam.
Makanan sumber kerbohidrat, seperti : beras, jagung, kentang, dan ubi.
Sayuran (sperti : bayam, kangkung) dan buah-buahan (seperti : jeruk, pepaya, pisang
dan mangga)
4) Anjurkan ibu untuk makan pil penambah darah, vitamin yang diberikan dari rumah
sakit (Sunarsih,2011)
1. Ibu yang mengalami kehilangan nafsu makan bisa dihindari dengan upaya menyajikan
hidangan dalam porsi kecil dan penampilan menarik.
2. Jangan lupa, konsumsi vitamin C dan vitamin B (vitamin larut air) serta beberapa
mineral seperti zinc, kalium, magnesium.
Vitamin C: buah jeruk, melon, semangka, bayam, brokoli, tomat, ubi, kubis, kembang
kol.
Coba cari variasi makanan, diluar makanan biasa ibu. Makanan yang paling enak
menurut ibu, (mungkin bisa mempercepat mengembalikan nafsu makannya).
(Bahiyatun,2009)
12. Merasa Sedih atau Tidak Mampu Mengasuh Sendiri Bayinya dan Diri Sendiri
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung
akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya seperti merasa sedih, tidak
mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab :
1) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang di alami
kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan.
2) Rasa nyeri pada awal masa nifas
3) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di
rumah sakit
4) Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah
sakit
5) Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi (Bahiyatun, 2009)
Nafas yang pendek selama kehamilan memiliki dua kunci penyebab. Di awal
kehamilan, tingkat hormon progesteron yang lebih tinggi akan menghabiskan kapasitas paru-
paru Anda, membuat Anda bernafas lebih sering supaya dapat menyalurkan sejumlah besar
oksigen untuk bayi Anda. Bukan berarti benar-benar kehabisan nafas, tapi rasanya seperti itu.
Saat kehamilan Anda mengalami kemajuan, rahim yang berkembang mendorong organ-organ
lain dan kemudian semakin menekan sekat rongga badan (diafrakma) antara dada dan perut,
membuat paru-paru Anda lebih berat untuk mengembang secara penuh ketika Anda bernafas.
(Ambarawati,2009)
Duduk tegak/ lurus akan memberi paru-paru lebih banyak ruang untuk mengembang.
Bergerak perlahan memberikan tekanan yang lebih sedikit pada jantung dan paru-paru
Anda.
Tidur dengan kepala Anda tersangga juga memberikan lebih sedikit tekanan pada
paru-paru Anda. (Ambarawati,2009)
Kelelahan
Merasa lelah adalah bagian dan paket dari kehamilan karena terjadinya serentetan
perubahan hormon dan fisik. Tubuh Anda memproduksi progesteron, yang bisa membuat
Anda merasa lemas dan volume darah Anda meningkat, memberikan beban tambahan pada
jantung Anda. Kemungkinan juga Anda mengalami stres secara mental atau emosional seolah
tanggung jawab masa depan mulai tenggelam. Ini merupakan masalah lain tambahan diluar
yang disebutkan di atas, bisa juga kemungkinan kurang tidur. Tapi meskipun itu normal,
kelelahan tidak seharusnya dianggap remeh. Mungkin masih ada yang lain, penyebab-
penyebab yang kurang tampak jelas seperti anemia, jadi bicarakan dengan dokter jika Anda
selalu merasa lelah berlebihan.(Bahiyatun,2009)
2. Kolaborasi yaitu pertolongan pertama pada kegawatdaruratan baik dengan kien atau
keluarga
3. Rujukan ke fasilitas yang lebih tinggi dan memadai untuk mengatasi masalah pasien masa
nifas (Bahiyatun,2009)
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun, Buku Ajar asuhan Kebidanan nifas normal / penulis, bahiyatun; editor. Monica
ester. – Jakarta : EGC, 2009.
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, Obstetri Patologi Jilid 1 Edisi
3. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.
Dewi, N. V., & Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta Selatan:
Salemba Medika
Ambarwati, R. E., & Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Mitra Cendikia
Offset
DAFTAR HADIR
PESERTA PENYULUHAN