Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini merupakan pembahasan dari konsep teori asuhan keperawatan jiwa Isolasi
sosial yang dibandingkan dengan tinjauan kasus asuhan keperawatan jiwa pada Tn.D dengan
maslah utama Isolasi sosial. Pembahasan meliputi segi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implemetasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
masalah utama pada klien. Hal ini kami lakukan pada tahap pengkajian, pengumpulan data
yang dilakukan meliputi tahap-tahap tersebut. Pada kasus, hasil pengkajian yang di dapatkan
mulai dari tahap wawancara, observasi dan studi dokumentasi, sebagian besar sesuai dengan
konsep yang ada. Faktor predisposisi yang mendasari masalah isolasi sosial pada klien yaitu
faktor perkembangan sosial budaya, klien pendidikan SMA. Klien tidak punya pekerjaan dan
belum pernah bekerja, dan klien belum menikah, kondisi tersebut mengakibatkan klien tidak
percaya diri, dan menimbulkan masalah harga diri rendah. Rentang respon klien berada pada
respon antara adaptif dan maladaptif. Data subyektif dan obyektif sangat jelas menunjukan
klien mengalami masalah isolasi sosial. Kami menyimpulkan tidak di dapatkan perbedaan
yang berarti antara pengkajian sesuai konsep dengan hasil pengkajian kasus.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan kepada pasien
mengenai respon individu untuk menjaga penurunan kesehatan, status, dan mencegah serta
merubah (NANDA,2011). Pada konsep diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien
dengan isoasi sosial sesuai pohon masalah ada empat (4), diantaranya adalah : (1) Isolasi
sosial, (2) Harga diri rendah, (3) Defisit perawatan diri, (4) Resiko gangguan sensori persepri :
Halusinasi.
Berdasarkan hasil pengkajian, pada kasus ini kami menegakan 6 diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan pertama adalah Isolasi sosial. Kami menegakan diagnosa ini karena
didapatkan data klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain, klien mengatakan
tidak mempunyai teman dekat di lingkungan rumahnya, klien mengatakan tidak mengenal
dengan orang-orang disini, wajah klien tampak murung dan sedih, klien tampak menyendiri di
kamar, tidak berinteraksi dengan klien lain, klien tampak lesu, apek tumpul, suara pelan dan
bicara lambat. Diagnosa keperawatan ini sesuai dengan konsep 4 diagnosa yang lazim muncul
pada klien dengan isolasi sosial.
Diagnosa keperawatan kedua yaitu Harga diri rendah. Kami menegakan diagnosa ini
karena didapatkan data klien mengatakan tidak punya pekerjaan dan belum pernah bekerja,
dan klien belum menikah, klien mengatakan merasa sedih, kontak mata negatif, klien tampak
lesu, apek tumpul, suara pelan dan bicara lambat. Diagnosa keperawatan ini sesuai dengan
konsep 4 diagnosa yang lazim muncul pada klien dengan isolasi sosial.
Diagnosa keperawatan ketiga yaitu Defisit perawatan diri : Kebersihan diri dan Berhias.
Kami menegakan diagnosa ini berdasarkan data yang kami dapat, yaitu Klien mengatakan
tidak menyisir rambut, klien mengatakan mandi satu kali sehari, klien mengatakan tidak
menggosok gigi, klien mengatakan malas untuk melakukan itu semua, klien tampak tidak
rapih, rambut berantakan, gigi kotor, dan baju tidak rapih. Diagnosa keperawatan ini sejalan
dengan konsep 4 diagnosa yang lazim muncul pada klien dengan isolasi sosial.
Diagnosa keperawatan keempat yaitu Regimen terapeutik inefektif. Diagnosa ini
ditegakan berdasarkan data klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSJ Padang,
pengobatan sebelumya kurang berhasil, klien terakhir dirawat kontrol pada 2 bulan kemaren.
Diagnosa keperawatan ini tidak sejalan dengan konsep 4 diagnosa yang lazim muncul pada
klien dengan isolasi sosial. Menurut kami hal ini wajar saja terjadi, dikarenakan masalah
isolasi sosial dapat terjadi pada klien dengan riwayat gangguan jiwa sebelumnya ataupun pada
klien dengan gangguan jiwa baru.
Diagnosa keperawatan kelima yaitu Koping keluarga inefektif. Hampir sama dengan
diagnosa ke empat, diagnosa ini ditegakan berdasarkan data klien mengatakan sebelumnya
pernah dirawat di RSJ Padang, pengobatan sebelumya kurang berhasil, klien terakhir terakhir
dirawat kontrol pada 2 bulan kemaren. Sama halnya dengan diagnosa keperawatan keempat,
diagnosa kelima ini juga tidak sejalan dengan konsep 4 diagnosa yang lazim muncul pada
klien dengan isolasi. Koping keluarga inefektif berpengaruh terhadap kekambuhan klien,
karena klien dengan gangguan jiwa sangat membutuhkan dukungan penuh dari keluarga.
Diagnosa keperawatan keenam yaitu Resiko gangguan sensori persepsi : Halusinasi.
Diagnosa ini kami angkat berdasarkan data yang sama dengan data diagnosa pertama (isolasi
sosial). Halusinasi merupakan resiko atau akibat yang terjadi dari isolasi sosial. Hasil
pengkajian, kami tidak menemukan data subyektif atau pun obyektif yang menunjukan klien
mengalami masalah halusinasi. Artinya akibat dari isolasi sosial ini belum terjadi. Maka dari
itu dengan penanganan yang lebih awal terhadap isolasi sosialnya, diharapkan masalah
halusinasi ini tidak terjadi. Diagnosa ini sejalan dengan konsep 4 diagnosa yang lazim
muncul pada klien dengan isolasi sosial.
3. Perencanaan Keperawatan
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua rencana tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Perencanaan di buat perdiagnosa berdasarkan problem, etiologi, tanda dan gejala yang
mengacu pada perencanaan kriteria evaluasi dan intervensi keperawatan. Sudah
tersatandarnya intervensi keperawatan untuk keperawatan jiwa, memudahkan kami untuk
menyusun perencanaan pada kasus ini. Perencanaan keperawatan kami tuangkan dalam
bentuk tabel intervensi keperawatan dan acuan tindakan keperawatan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi yang diberikan
semuanya disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pada kasus ini
intervensi keperawatan tidak semua dilaksanakan dikarenakan kontak perawat dengan klien
hanya 4 hari. Klien pulang. Dari 6 diagnosa keperawatan, baru intervensi diagnosa
keperawatan pertama yang diimplementasikan kepada klien, itupun belum semua intervensi
dilakukan. Implementasi keperawatan hanya diberikan selama 4 hari kepada klien. Dalam 4
hari tersebut kami hanya memberikan intervensi yang mengacu pada tujuan khusus 1 sampai
4 saja, sementara 3 tujuan khusus lainnya belum sempat kami lakukan. Hal seperti ini
mungkin sering terjadi terhadap beberapa klien, karena memang hal tersebut merupakan salah
satu hak dan kewajiban klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Pada kasus ini evaluasi baru dilakukan terhadap
diagnosa keperawatan pertama. Diagnosa keperawatan pertama secara ideal sebenarnya belum
dapat di evalusi secara keseluruhan, karena memang tindakan keperawatan belum semua
diberikan sesuai dengan perencaaan yang telah di buat. Untuk evalusi diagnosa pertama,
dalam 2 hari pemberian intervensi keperawatan, klien sudah mulai berinteraksi dengan klien
lain walaupun belum berkualitas. Kami tidak dapat membandingkan evalusi kasus dengan
evaluasi konsep dikarenakan intervensi keperawatan yang diberikan tidak berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai