Anda di halaman 1dari 8

1 Korintus 10:31

Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah .

1 Korintus 6:19
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait h Roh Kudus1 yang diam di
dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik
kamu sendiri?
Efesus 5:18
Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu
(kata bahasa Yunani untuk “hawa nafsu” berarti “hidup yang disia-siakan, tidak
bermoral; tidak bersusila, berfoya-foya”).

Efesus: 5:11

“Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak


berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu,”
Matius: 16:24

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya : “Setiap yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikuti Aku,”
Ibrani: 12:2

“Marilah kita melakukannya dengan mata tertuju kepada Yesus, yang memimpin dalam iman
dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan
kehinaan…..,”

Alkitab tidak secara langsung membahas topik penyalahgunaan narkoba. Tidak ada larangan
secara harafiah terhadap kokain, heroin, ekstasi, sabu-sabu, ganja, peyote, jamur
halusinogen, atau LSD. Secara harafiah penggunaan narkoba baik dirokok, disuntik, dihirup,
dihisap, tidak disebutkan. Namun ini tidak berarti penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan
diperbolehkan. Sebaliknya, ada beberapa prinsip alkitabiah yang secara tegas mengutuk
penyalahgunaan narkoba.

Kita harus memulai diskusi ini dengan pengertian bahwa umat Kristen harus menghormati dan
menaati hukum negara dan daerah yang berlaku dimana mereka tinggal (Pengkhotbah 8:2-5;
Matius 22:21, 23:2-3; Roma 13:1-7; Titus 3:1; 1 Petrus 2:13-17). Hanya ada SATU perbolehan
untuk melanggar hukum, yaitu jika hukum tersebut bertentangan dengan peraturan ilahi
(Daniel pasal 3 dan 6; Kisah 5:29). Tidak ada pengecualian selain ini. Walaupun mungkin kita
tidak setuju dengan hukum yang berlaku, kita tidak diperbolehkan melanggarnya.
Banyak orang berdebat bahwa ganja tidak seharusnya dilarang. Mereka berpendapat bahwa
walaupun dilarang, mereka membenarkan konsumsi ganja dengan alasan bahwa (menurut
mereka) ada standar ganda dimana ganja dilarang sedangkan alkohol dan nikotin
diperbolehkan. Mungkin para pembela ganja tulus dalam kepercayaan mereka, tapi mereka
tetap salah. Memandang rendah suatu hukum tidak memperbolehkan kita melanggarnya,
sebagaimana Tuhan kita telah mengajar. Sambil Ia mengecam para Farisi atas penyalahgunaan
Hukum Musa sebagai cara menindas orang, Kristus tetap menyaratkan pengikut-Nya untuk
memenuhi segala tuntutannya (Matius 23:1-36, terutama ayat 1-4). Allah menetapkan standar
yang tinggi bagi kita, yakni supaya kita tunduk kepada otoritas dan bersabar dalam
penderitaan yang tidak adil (1 Petrus 2:18-23). Standar Allah harus kita penuhi dalam halnya
menaati peraturan yang "bermuka dua" dan "tidak adil."

Selain ketundukan pada otoritas demi ketaatan kita pada Allah, umat Kristen yang telah lahir
baru juga dihimbau untuk hidup tidak bercela demi Injil (1 Korintus 10:32; 2 Korintus 4:2, 6:3;
Titus 2:1-8; 2 Petrus 3:14). Dengan demikian, tindakan yang melanggar hukum tentunya
tercela dan tidak memuliakan Injil.

Cukup jelas bahwa prinsip pertama ini tidak berlaku bagi pengguna narkoba yang tinggal di
negara Belanda dimana penggunaan narkoba diperbolehkan menurut hukum. Akan tetapi, ada
beberapa prinsip global yang perlu kita pertimbangkan. Sebagai contoh, umat Kristen
dihimbau untuk bertanggung-jawab atas segala yang telah Allah percayakan pada kita (Matius
25:14-30). Ini mencakup tubuh jasmani kita. Penggunaan narkoba adalah cara yang efektif
merusak kesehatan kita, baik secara jasmani, mental, maupun emosional.

Walaupun ganja merupakan salah satu narkotik yang paling tidak berbahaya, masih ada
potensi untuk mematikan. Para penggemar ganja sering menyebut bahwa, berbeda dari
narkoba lainnya, cukup mustahil untuk mengalami overdosis ganja jika digunakan sewajarnya
(contoh: dengan dirokok). Akan tetapi, pengertian ini gagal mempertimbangkan resiko kanker
paru, emphysema, dan penyakit COPD lainnya yang disebabkan oleh merokok ganja.
Walaupun ganja dapat dikonsumsi tanpa dibakar, tetap ada dampak negatif terhadap tubuh
jasmani maupun psikologis, termasuk dampak negatif terhadap sistem reproduksi, sistem
imun, dan kemampuan kognitif.

Selain penatalayanan tubuh kita, sebagai orang Kristen, tubuh kita bukan lagi milik kita. Kita
"telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar" (1 Korintus 6:19-20), bukan dengan "barang
yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu
darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat" (1
Petrus 1:17-19). Karena telah menebus kita dengan hidup-Nya, Kristus berkenan menciptakan
sesuatu yang baru. Dengan Roh-Nya yang mendiami kita, kita menjadi bait yang organik. Jadi,
menjaga kesehatan bukan hanya bersangkut paut dengan penatalayanan saja, melainkan
kesalehan dan kehormatan. Kesadaran ini sesuatu yang istimewa dan menakutkan sekaligus.

Adapun prinsip Alkitab yang berkenaan dengan ketahanan kita terhadap penipuan. Sebagai
makhluk yang mudah menyimpang, kita mudah sekali digiring ke dalam tipuan. Dan karena
kita merupakan umat yang dikasihi Allah, musuh-Nya adalah musuh kita. Ini termasuk SANG
musuh, Iblis, bapa segala dusta (Yohanes 8:44), yang merupakan musuh kita yang paling kuat
dan paling bertekad menjatuhkan kita. Semua himbauan dari para rasul untuk sadar-diri dan
selalu waspada (1 Korintus 15:34; 1 Tesalonika 5:4-8; 2 Timotius 4:5; 1 Petrus 1:13, 4:7; 5:8)
ditulis untuk mengingatkan kita agar kita siaga terhadap siasat Iblis (1 Petrus 5:8), yang ingin
menjerat kita melalui tipuannya. Kesadaran juga penting dalam doa (1 Petrus 4:7),
sebagaimana juga ketaatan kepada Allah (Yesaya 1:10-17).

Dalam hal kecanduan narkoba, memang tidak semua narkoba membuat kecanduan secara
jasmani. Namun, semuanya dapat membuat kecanduan secara psikologis. Walaupun sebagian
besar orang pernah mendengar tentang kecanduan secara fisik, dimana tubuh membutuhkan
suatu zat untuk berfungsi secara normal, kecanduan secara psikologis tidak sering diketahui.
Kecanduan psikologis adalah perbudakan pikiran, yang dikenali oleh kecenderungan untuk
terobsesi dengan zat itu dan ketidakinginan untuk berhenti menggunakannya. Dimana
kecanduan jasmani menciptakan ketergantungan dalam tubuh seseorang, kecanduan
psikologis menaklukkan kehendak seseorang. Para pecandu akan melayangkan kalimat-kalimat
seperti, "Saya dapat berhenti jika saya mau, tetapi saya tidak ingin berhenti." Sikap ini
memastikan orang tersebut akan terus berlanjut dalam pola penggunaan narkoba dan
bersikeras melawan prinsip Alkitab yang sudah jelas. Faktanya ialah bahwa orang tidak dapat
melayani dua tuan (Matius 6:24; Lukas 16:13). Waktu yang digunakan menyembah berhala
narkoba adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk menyebah Allah yang benar, yang
diperkenalkan oleh Alkitab.

Sebagai penutup, Alkitab mengajar bahwa kita harus "meninggalkan kefasikan dan keinginan-
keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia
sekarang ini" (Titus 2:12).

Agama Kristen dikenal sebagai agama yang sangat menonjolkan cinta kasih.
Oleh karena itu, tidak heran jika dalam sumber-sumber agama ini jarang kita
dapati larangan-larangan dan ancaman-ancaman bagi yang melanggarnya.
Akan tetapi, agama Kristen Katolik dan Protestan juga memandang narkoba
sebagai barang haram, sebab dalam narkoba itu terdapat unsur-unsur yang
dapat merusak organ tubuh dan sistem saraf.

Berikut ini adalah beberapa bukti dalam Alkitab bahwa agama Kristiani
sangat menolak penggunaan narkoba:

1 Korintus 10:31
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika
engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk
kemuliaan Allah.

1 Korintus 6:19

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah baith Roh Kudus 1 yang
diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan
bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?

Efesus 5:18

Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan


hawa nafsu (kata bahasa Yunani untuk “hawa nafsu” berarti “hidup yang
disia-siakan, tidak bermoral; tidak bersusila, berfoya-foya”).

Efesus: 5:11

“Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan


yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-
perbuatan itu,”

Matius: 16:24

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya : “Setiap yang mau mengikut Aku, ia


harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikuti Aku,”

Ibrani: 12:2

“Marilah kita melakukannya dengan mata tertuju kepada Yesus, yang


memimpin dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada
kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan…..,”

Pertanyaan: Apakah kata Alkitab tentang narkoba dan minuman keras, selain untuk mengobati
penyakit dan makanan?

Dalam terjemahan Inggris, tidak ada ayat dalam Alkitab yang membicarakan secara jelas dan
spesifik tentang penggunaan obat-obatan untuk menenangkan atau untuk merangsang halusinasi,
tetapi kita akan melihat bahwa kata dalam bahasa Yunani pharmakeia menunjuk kepada hal ini.
Akan tetapi, ada beberapa ayat yang menyinggung tentang penyalahgunaan minuman alkohol,
yang menghasilkan keadaan mental yang terganggu. Mari melihat beberapa ayat untuk
memberikan suatu struktur dalam memeriksa topik ini.

Efesus 5:18

Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu (kata bahasa
Yunani untuk “hawa nafsu” berarti “hidup yang disia-siakan, tidak bermoral; tidak bersusila,
berfoya-foya”).

Amsal 23:21a

Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin.

1 Korintus 5:11

Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang
sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, lapar uang, penyembah berhala,
pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali
makan bersama-sama.

Walaupun apa yang beberapa orang Kristen mengajarkan, tidak ada larangan dalam Firman
Tuhan terhadap meminum minuman keras. Bukan dosa jika meminum bir, atau bahkan whiskey.
Akan tetapi, ada larangan yang jelas mengenai kalau mabuk. Jadi seorang Kristen mungkin dapat
menyimpulkan bahwa tidak meminum minuman keras sama sekali, sudah pasti akan
menyingkirkan kemungkinan untuk menyalahgunakannya, dan memilih untuk tidak pernah
terlibat di dalamnya. Masing-masing kita harus memilih untuk diri kita sendiri bagaimana kita
berhubungan dengan ”minum minuman keras”, tetapi kita tidak mempunyai dasar alkitabiah
untuk berfikir jelek terhadap saudara-saudara kita di dalam Kristus yang sekali-kali suka
menegak minuman keras, tetapi tidak menjadi mabuk.

Mengapa Tuhan melarang kita menjadi mabuk? Karena hidup ini adalah peperangan rohani, dan
kita harus mengendalikan diri dan berjaga-jaga (1 Tes. 5:6). Pertama, kita perlu berjaga-jaga
untuk melayani Tuhan. Tuhan senantiasa menghendaki kita selaras dengan Dia, dan orang-orang
mempunyai kebutuhan pada saat yang tidak terduga. Hamba Tuhan selalu ”siap sedia” dan harus
siap dan bersedia untuk melayani. Kedua, musuh kita, Iblis, berjalan keliling seperti singa yang
mengaum-aum mencari seseorang untuk ditelannya (1 Pet. 5:8). Roh-roh jahat biasanya
menyusupi manusia melalui pikiran mereka, dan Alkitab dipenuhi dengan instruksi mengenai
cara mengelola pikiran kita secara tepat yaitu melalui mengendalikan pikiran kita dan
menjadikannya pikiran ilahi. Misalnya:

1 Petrus 1:13
Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah [mengendalikan diri] dan letakkanlah
pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu
penyataan Yesus Kristus.

Roma 12:2

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan apakah kehendak Tuhan: kehendakNya yang baik, yang
berkenan dan yang sempurna.

1 Tesalonika 5:6-8

(6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan
sadar (mengendalikan diri, pikiran harus terang-Bahasa Indonesia Sehari-hari).
(7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.
(8) Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar (mengendalikan diri,
pikiran yang terang-Bahasa Indonesia Sehari-hari), berbajuzirahkan iman dan kasih, dan
berketopongkan pengharapan keselamatan.

Amsal 23:7 berkata bahwa seperti seseorang berpikir, demikianlah dia. Itu karena pikiran adalah
benih perkataan dan perbuatan kita. Cara kita ”memperbaharui budi (pikiran)”, dan ”sadar”
adalah dengan memilih apa yang Firman Tuhan mengatakan kepada kita untuk dipikir. 2
Korintus 10:5 menyebut ini ”Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada
Kristus”. Beginilah caranya kita meneguhkan pikiran kita terhadap musuh kita, Setan, yang terus
menerus menyerang kita dengan perangsang yang dirancang untuk menawan pikiran kita dalam
arah yang tidak kudus, yang menyebabkan kita bertindak dalam cara hidup yang tidak kudus, dan
akhirnya membuka pikiran kita kepada pengaruh roh jahat.

Dalam Alkitab, Tuhan memakai kata “hati” yang menunjuk kepada lubuk hati terdalam (nurani),
kedalaman pikiran, di mana iman yang sejati atau ketidakpercayaan berdiam. Dia menasihati
orang percaya untuk menjaga hati kita agar kita tidak memberikan peluang bagi pengaruh jahat
masuk ke dalam hati kita, karena jika pengaruh jahat itu masuk, akan mengakibatkan kehancuran.

Amsal 4:23

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Pada kenyataannya, ketika seseorang mabuk, dia kehilangan pikiran. Dia tidak dapat menjaga
hatinya, dan sulit atau mustahil bagi dia untuk melayani Tuhan atau umat Tuhan dengan cara
yang efektif. Seseorang yang mabuk tidak efektif dalam mendoakan atau melayani orang lain.
Lebih lagi, seorang pemabuk membuka dirinya sendiri kepada kemungkinan masuknya roh jahat
ke dalam pikirannya dan mengakibatkan kebingungan atau kerusakan kepada dirinya sendiri atau
orang lain.

Alkitab menyebutkan bahwa pemakaian obat-obatan berada dalam kategori yang sama seperti
menjadi mabuk (Gal. 5:19-21), keduanya dilarang oleh Tuhan karena apa yang bisa terjadi
kepada seorang, dan bagaimana keduanya membuat orang itu tidak layak untuk melayani orang
lain. Akan tetapi, sebelum kita melanjutkan ke dalam ayat-ayat spesifik yang menyinggung soal
obat-obatan, kita perlu mengerti sesuatu tentang Firman Tuhan. Alkitab ditulis dalam suatu cara
di mana hanya mereka yang mencari kehendak Tuhan-lah yang dapat menemukannya. Mustahil
bagi Tuhan untuk menulis sebuah buku yang mencakup semua dosa – kita dapat berdosa dengan
cara seperti di masa ini yang tidak seorang pun dalam masa alkitabiah dulu bisa bayangkan,
misalnya pornografi anak di Internet. Firman Tuhan adalah “untuk mendidik orang dalam
kebenaran” (2 Tim. 3:16), instruksi umum yang dapat diterapkan oleh orang bijaksana. LSD,
metana kristal, ganja, dsb, tidak ada pada masa alkitabiah, jadi Tuhan tidak menyinggungnya di
Alkitab. Apa yang Tuhan katakan, dengan berbagai cara, adalah bahwa orang Kristen adalah
pelayan Tuhan kepada umat-Nya, dan harus waspada serta siap sedia untuk melayani kapan saja,
meskipun hal itu hanyalah untuk mendoakan orang-orang. Mabuk atau kecanduan obat-obatan
membuat seseorang tidak mampu bertindak efektif bagi Tuhan.

Obat-obatan dipakai untuk mengubah keadaan mental seseorang jadi “melarikan diri dari
kenyataan” memberikan keadaan yang sama seperti yang dilakukan alkohol, yaitu, membuat
orang “kehilangan kendali” pikirannya. Seperti alkohol, orang yang “kecanduan” obat-obatan
tidak dapat memenuhi perintah “”berjaga-jaga dan sadar (mengendalikan diri).” Banyak obat-
obat yang memberi halusinasi, dan sebuah halusinasi adalah ”kesadaran, keyakinan, atau impresi
yang palsu; ilusi; atau khayalan.” Dalam Alkitab, kata bahasa Yunani untuk ”kebenaran”
berarti ”kenyataan.” Sasaran Setan adalah membuat orang bertindak berdasarkan kenyataan
palsu.

Alkitab secara tidak langsung membicarakan tentang penggunaan obat-obatan secara


menyimpang, dan itu berhubungan dengan kemabukan, seperti ayat berikut, di mana kata bahasa
Yunani untuk “ilmu sihir” adalah pharmakeia, yang mencakup “penggunaan atau pemakaian
obat-obatan,” “diracuni [oleh obat-obatan]” (Thayer’s Lexicon), dan kata lain, pharmakon, dalam
Wahyu 9:2 berfokus pada “penggunaan racun atau obat-obatan tertentu” dan bentuk mantra
(Louw Nida Greek Lexicon). Akar kata yang sama ini diterjemahkan juga sebagai “sihir” (lihat
Why. 9:21, 18:23, 21:8, 22:15). Terjemahan ”ilmu sihir” yang dipakai dalam sebagian besar
versi Inggris karena pharmakeia berhubungan dengan pemakaian obat-obat, di mana obat-obat
dipergunakan untuk racun, mantra, dsb. Dengan memahami bahwa pharmakeia berkaitan dengan
pemaikaian obat-obat, perhatikan bagaimana kata itu muncul, seiring dengan kemabukan, di
dalam daftar ”perbuatan daging” dalam Galatia.

Galatia 5:19-21

(19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
(20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah,
(21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya
Obat-obat penenang dan perangsang halusinasi tidak ditemukan dalam Haight-Asbury dalam
tahun 1960-an. Itu sudah menjadi senjata dalam persenjataan Setan selama beribu-ribu tahun,
dan benda-benda itu sudah dipakai secara signifikan untuk menghancurkan jutaan hidup manusia,
seperti yang diteguhkan oleh Alkitab dan sejarah.
Ada kebenaran alkitabiah yang lain yang memperjelas bahwa penggunaan obat-obat penenang
dan yang merangsang halusinasi adalah berbahaya. Kita harus merawat tubuh kita agar dapat
melayani Tuhan selama bertahun-tahun, dan obat-obat secara jasmani melemahkan tubuh. Juga,
kita harus mengurus sumber keuangan yang diberikan Tuhan kepada kita, dan memakai uang
kita untuk membeli obat-obat seperti itu sama sekali bukanlah penatalayanan yang baik. Lebih
dari itu, banyak pemakai obat-obat terlarang melakukan kejahatan untuk membiayai kebiasaan
mereka, dan kejahatan itu berkisar antara mencuri dari pecandu yang lain hingga membunuh
orang yang tidak bersalah untuk memperoleh “barang haram” itu. Jadi, jauh melampaui dosa
kemabukan atau pemakaian obat terlarang itu sendiri adalah menjurus kepada gaya hidup
berbohong, mencuri dan membunuh. Singkatnya, pemakaian obat-obat terlarang merenggut kita
dari “hidup yang sejati.”

Banyak pemakai obat-obat terlarang berkata bahwa mereka mencari kedamaian, sukacita dan
“merasa melayang” yang diberikan oleh obat-obat itu. Betapa menyedihkan. Apa saja yang
dikategorikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baik yang dapat dilakukan obat terlarang
adalah sesuatu yang hanya dapat diberikan Tuhan, Bapa Surgawi kita, melalui Yesus Kristus.
Tuhan merancang kita untuk menikmati hidup dan terlibat di dalamnya, dan yang disebutkan
sebagai manfaat obat terlarang dan minuman keras adalah sesuatu yang sangat palsu. Pemakaian
obat penenang dan mabuk adalah mementingkan diri sendiri dan berbahaya, dan kecanduan
bukanlah suatu jalan keluar dari rasa sakit, justru itulah rasa sakit yang paling parah, seperti yang
disaksikan dengan sedih oleh ribuan orang mantan pecandu. Sebaliknya, sebuah hubungan yang
intim dengan Tuan Yesus memberikan kita segalanya itu, bahkan lebih. Jadi kita tidak perlu
merasa kecewa dan mencari pemecahan palsu untuk perubahan keadaan mental. Kita akan begitu
penuh dengan sukacita dan damai sejahtera sehingga apa saja yang mengubah itu adalah ”obat
yang tidak benar.”

Anda mungkin juga menyukai