PENDAHULUAN
1
menyeimbangkan pertumbuhannya (yaitu, peningkatan massa sel) dengan
pembelahannya.1
Pada tahun 2001, ketiga pionir biologi sel, yaitu: Leland Hartwell, Paul
Nurse dan Tim Hunt mendapatkan hadiah nobel dalam bidang Physiology of
Medicine. Hadiah tersebut diberikan karena keberhasilan mereka dalam
menemukan mekanisme regulasi siklus sel dengan menggunakan kombinasi
genetik dan pendekatan biologi molekuler. Dibantu oleh peneliti-peneliti yang
lain, mereka menemukan bahwa protein cyclin dan cyclin dependent kinase
(CDKs) membawa sel dari suatu fase dalam siklus sel masuk ke fase berikutnya. 2
Multiplikasi sel somatik (mitosis) dan germ (meiosis) adalah yang paling
kompleks dari semua fungsi sel. Mitosis dikendalikan oleh gen yang menyandi
untuk melepaskan molekul protein spesifik yang mempromosikan atau
menghambat proses mitosis pada langkah yang berbeda. Molekul protein yang
mempromosikan mitosis adalah cyclins A, B dan E. Cyclin ini mengaktifkan
cyclin dependent kinases (CDKs) yang bertindak bersama dengan cyclin. Setelah
mitosis selesai, cyclin dan CDK terdegradasi dan residu molekul yang digunakan
diambil oleh protein di sitoplasma, ubiquitin, ke peroksisom untuk degradasi lebih
lanjut. Masa antara mitosis disebut interfase. Siklus sel adalah fase antara dua
divisi berturut-turut.3
Siklus sel pada sel eukariotik merupakan suatu tahapan kompleks meliputi
penggandaan materi genetik, pengaturan waktu pembelahan sel, dan interaksi
antara protein dan enzim.4 Siklus sel pada sel eukariotik dapat dibagi menjadi 4
fase, yaitu: G1 (gap 1), S (sintesis), G2 (gap 2), dan M (mitosis).4,5 Secara umum
fase G0, G1, S, dan G2 disebut juga sebagai fase interfase.6 Sedangkan
pembelahan sel atau sering disebut dengan fase mitosis, terdiri dari empat sub
tahapan, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Pada kondisi tertentu, sel-
sel yang tidak membelah, karena tidak berdiferensiasi, meninggalkan fase G1 dan
pindah ke dalam fase G0. Sel-sel yang berada dalam fase G0 sering disebut tahap
istirahat/diam (quiescent).7
2
Fase G1 (Pre-mitotic gap) adalah tahap ketika mRNA untuk protein dan
protein itu sendiri diperlukan untuk sintesis DNA (mis. DNA polimerase)
disintesis. Proses ini di bawah kendali cyclin E dan CDK.3 Fase G1 merupakan
selang antara fase M dengan fase S. Pada fase ini sel terus tumbuh dan melakukan
persiapan untuk sintesis DNA. Sel akan melakukan sintesis DNA dan terjadi
proses replikasi kromosom pada saat berada di fase S.8,9 Sel anak yang terbentuk
selama mitosis kemudian akan memasuki fase G1. Untuk sel-sel yang cepat
membelah (sel-sel embrionik), G1 berlangsung sangat cepat sedangkan untuk sel-
sel lain (fibroblast, spermatogonia prepubertal), fase G1 berlangsung sangat lama
sehingga diperkirakan berada dalam fase G0.10 Dalam fase G1 terjadi
pembentukan makromolekul yang penting untuk dimulainya duplikasi DNA.
Selain itu, sel juga mensintesis RNA, protein regulator yang penting untuk
replikasi DNA dan enzym untuk membawa keluar aktivitas sintesis ini serta
volume sel yang berkurang karena pembelahan sel ketika mitosis akan kembali
normal. Nukleoli juga terbentuk kembali, mulai terjadi duplikasi centrioles.
Proses duplikasi centrioles ini baru sempurna pada fase G2.11
Faktor-faktor yang memicu sel memasuki siklus sel, antara lain: beban
mekanis (teregangnya otot polos), cidera pada jaringan (iskemia), dan kematian
sel. Seluruh faktor-faktor tersebut mengakibatkan pelepasan ligand oleh sel-sel
signaling pada jaringan yang terlibat. Seringkali ligand ini adalah growth factor
yang secara tidak langsung menginduksi protooncogen, yaitu suatu gen yang
berperan dalam mengatur proliferasi sel. Ligand yang menginduksi proliferasi
berikatan dengan cell surface receptor protein dari sel target dan mengaktivasi
salah satu jalur transduksi signal. Umumnya, signal terbanyak yang diterima pada
permukaan sel adalah cytoplasmic protein kinases. Protein ini mengaktivasi
serangkaian faktor transkripsi yang mengendalikan ekspresi protooncogenes dan
akhirnya menghasilkan pembelahan sel.11
Fase S melibatkan replikasi nuclear DNA dan cyclin A dan CDK yang
mengendalikannya.3 Selama fase S (fase sintesis) siklus sel, terjadi sintesis dan
replikasi DNA dan centriole serta duplikasi genome.11,12 Semua yang diperlukan
oleh nukleoprotein, termasuk histon didatangkan dan digabungkan ke dalam
molekul DNA, membentuk materi kromatin. Sel sekarang memiliki komplemen
3
DNA dua kali normal. Jumlah sel autosom dan germinal berbeda, dimana DNA
pada sel autosom adalah diploid sedangkan sel germinal yang dihasilkan dari
meiosis memiliki kromosom yang haploid. 11
Fase G2 (Pre-mitotic gap) adalah fase gap pendek di mana DNA disintesis
dinilai. Tahap ini dipromosikan oleh cyclin B dan CDKs.3 Pada fase G2, sel yang
telah mereplikasi kromosom akan menduplikasi keseluruhan komponen seluler
lainnya. Selain itu terjadi pula sintesis messenger RNA (mRNA) dan beberapa
protein tertentu.9 Dalam fase G2, RNA dan protein yang penting untuk
pembelahan sel akan disintesis, terjadi penyimpanan energi yang diperlukan untuk
mitosis, sintesis tubulin untuk kumpulan dalam microtubule yang diperlukan
untuk mitosis, replikasi DNA dianalisa dan kesalahan yang terjadi akan
diperbaiki. 11,13
Fase M adalah tahap di mana proses mitosis untuk membentuk dua sel
anak selesai. Ini terjadi dalam 4 tahap berurutan: profase, metafase, anafase, dan
telofase (akronim = PMAT). Prophase. Setiap kromosom terbagi menjadi 2
kromatid yang disatukan oleh sentromer. Sentriol membelah dan dua sentriol anak
bergerak menuju kutub berlawanan dari inti dan membran inti hancur. Metafase.
Mikrotubulus menjadi tersusun di antara dua sentriol yang membentuk gelendong,
sementara kromosom berbaris di lempeng ekuator gelendong. Anafase. Sentromer
membelah dan setiap set kromosom yang terpisah bergerak menuju kutub yang
berlawanan dari poros. Membran sel juga mulai membelah. Telofase. Ada
pembentukan membran inti di sekitar setiap set kromosom dan pemulihan inti.
Sitoplasma dari dua sel anak sepenuhnya terpisah. 3
Fase G0. Sel-sel anak dapat terus tetap dalam siklus sel dan membelah
lebih lanjut, atau mungkin keluar dari siklus sel ke dalam fase istirahat, yang
disebut fase G0.3 Terdapat sel-sel yang tidak membelah terus menerus (sel neuron
dan sel otot), aktivitas sel (sementara ataupun tetap) tidak melalui siklus ini dan
tetap dalam fase istirahat (fase G0). 12,14
Stimulasi mitosis dapat dipelajari dalam beberapa cara seperti di bawah
ini: 1) Stimulasi kompensasi mitosis dengan pengangkatan sebagian organ, 2)
Stimulasi mitosis reparatif terjadi ketika jaringan terluka, 3) Stimulasi organ target
4
mitosis terjadi di bawah pengaruh hormon spesifik yang memiliki efek mitogenik
pada sel-sel organ target.3
Gambar 1. Siklus sel dalam mitosis. Fase premitotik adalah fase G1, S dan G2 sedangkan fase M
(mitosis) dicapai dalam 4 tahap berurutan: profase, metafase, anafase, dan telofase. Pada
penyelesaian pembelahan sel, dua sel anak terbentuk yang dapat terus tetap dalam siklus sel atau
keluar dari itu dalam fase istirahat (interphase), fase G0. (CDK = cyclin dependent kinase).3
Gambar 2. Empat fase dari siklus sel. Dalam sebagian besar sel, fase gap memisahkan fase S dan
fase M. G1 adalah jarak antara fase M dan fase S, sedangkan G2 adalah jarak antara fase S dan
fase M.1
5
Tabel 1. Tugas setiap fase dalam siklus sel15
G0 Resting
6
Terdapat 4 tempat terjadinya checkpoint, yaitu pada perbatasan fase G1/S, intra
fase S, perbatasan fase G2/M dan dalam mitosis.2 Menurut Albert et al,
checkpoint terjadi pada perbatasan G1/S, G2/M dan M. 1
Gambar 4. Kontrol siklus sel. Sistem kontrol siklus sel memicu proses penting dari siklus —
seperti replikasi DNA, mitosis, dan cytokinesis. Sistem kontrol diwakili di sini sebagai lengan
tengah — pengendali — yang berputar searah jarum jam, memicu proses-proses penting ketika
mencapai transisi tertentu pada cakram luar (kotak kuning). Informasi tentang penyelesaian
peristiwa siklus sel, serta sinyal dari lingkungan, dapat menyebabkan sistem kontrol menghentikan
siklus pada transisi ini.1
7
Rangkaian di sebelahnya juga memberikan spesifisitas karena S 15Q dari p53
8
Gambar 6. Jalur signal menuju G1/S checkpoint.2
9
dikontrol oleh aktivitas cyclin, yaitu suatu protein yang mengatur transisi dari satu
fase ke fase yang lainnya.14
Cyclin
Kemampuan sel untuk memulai siklus sel tergantung dari adanya protein
cyclin dan cyclin-dependent kinase (CDKs).11 Cyclin mengontrol siklus sel dengan
mengatur cyclin dependent kinases (CDKs). CDKs menjadi aktif ketika berikatan
dan membentuk kompleks dengan protein cyclin.14
CDKs yang aktif akan menstimulasi siklus sel terus menerus dengan
memfosforilasi (dan karena itu mengaktivasi) protein spesifik dalam sel yang
diperlukan untuk transisi ke tahap yang selanjutnya. Misalnya, pada awal profase
mitosis, pemecahan membran nukleus diinisiasi oleh fosforilasi lamins, yang
membentuk bagian dari kerangka nukleus. Demikian pula ketika kromosom
berkondensasi di awal mitosis akan dinisiasi oleh fosforilasi histon H1, yaitu suatu
nuclear-associated protein. Contoh yang lain adalah, perpindahan fase G1
menjadi S diinisiasi oleh fosforilasi Rb protein (pRb) oleh CDKs (pRb yang tidak
terfosforilasi berikatan dengan faktor transkripsi E2F). Akibatnya, pRb yang
terfosforilasi ini akan melepaskan ikatannya dengan E2F sehingga E2F dapat
mengaktifkan gen-gen transkripsi yang diperlukan untuk transisi fase G1 menjadi
fase S.14
Gambar 8. Dua komponen utama dari sistem kontrol siklus-sel. Ketika cyclin membentuk
kompleks dengan Cdk, protein kinase diaktifkan untuk memicu peristiwa siklus sel tertentu. Tanpa
cyclin, Cdk tidak aktif.1
10
Gambar 9. Dasar struktural aktivasi Cdk. Gambar-gambar ini didasarkan pada struktur tiga
dimensi Cdk2 manusia dan cyclin A, sebagaimana ditentukan oleh kristalografi x-ray. Lokasi ATP
terikat ditunjukkan. Enzim ditunjukkan dalam tiga keadaan. (A) Dalam keadaan tidak aktif, tanpa
ikatan cyclin, tempat aktif terhalang oleh daerah protein yang disebut T-loop (merah). (B) Ikatan
cyclin menyebabkan T-loop keluar dari lokasi aktif, menghasilkan aktivasi Cdk2 parsial. (C)
Fosforilasi Cdk2 (oleh CAK) pada residu treonin dalam T-loop lebih lanjut mengaktifkan enzim
dengan mengubah bentuk T-loop, meningkatkan kemampuan enzim untuk mengikat substrat
proteinnya.1
11
Gambar 10. Jenis-jenis Cyclin dan CDK pada siklus sel.2
Gambar 12. Regulasi aktivitas Cdk oleh fosforilasi. Kompleks cyclin-Cdk aktif dimatikan ketika
kinase Wee1 memfosforilasi dua tempat yang berjarak dekat di atas tempat yang aktif. Pergantian
fosfat ini dengan fosfatase Cdc25 mengaktifkan kompleks cyclin-Cdk. Untuk sederhananya, hanya
satu fosfat penghambat yang ditampilkan. CAK (CDK-activating kinase) menambahkan fosfat
aktif.1
12
Cyclin Inhibitor
Gambar 13. Penghambatan kompleks cyclin-Cdk oleh CKI. Gambar ini didasarkan pada struktur
tiga dimensi kompleks cyclin manusia A-Cdk2 yang terikat pada CKI p27, sebagaimana ditentukan
oleh kristalografi x-ray. P27 mengikat cyclin dan Cdk di komplek, mendistorsi tempat aktif Cdk.
Ini juga memasukkan ke dalam tempat pengikatan ATP, lebih lanjut menghambat aktivitas enzim.1
MITOSIS
Mitosis dimulai pada akhir fase G2 dan mengakhiri siklus sel. Mitosis
adalah suatu proses terbaginya sitoplasma dan nukleus sama besar menjadi 2 anak
sel yang identik. Pertama-tama, materi nukleus terbagi dalam suatu proses yang
disebut karyokinesis. Proses ini kemudian diikuti oleh pembagian sitoplasma yang
disebut cytokinesis. Fase mitosis dibagi lagi menjadi 5 tahap, yaitu: profase,
prometafase, metafase, anafase dan telofase. 11,18
13
Awal profase, kromosom berkondensasi sehingga dapat terlihat secara
mikroskopis. Tiap kromosom terdiri dari 2 sister kromatid yang paralel, yang
bergabung pada satu titik, yaitu: centromere. Kondensasi kromosom akan diikuti
dengan menghilangnya nukleolus. Centrosome terbagi menjadi 2 bagian, setiap
bagian terdiri atas sepasang centriole dan sebuah microtubule-organizing center
(MTOC) yang akan bermigrasi menuju ke kutub yang berlawanan.11
Dari setiap MTOC, akan berkembang menjadi astral rays dan spindle
fibers. Keduanya akan menjadi mitotic spindle apparatus. Astral rays merupakan
microtubule yang berjalan keluar dari kutub spindle. Microtubule ini akan
membantu menyesuaikan dengan MTOC pada kutub sel. Bila microtubule terletak
di daerah centromere, maka disebut sebagai spindle fibers yang membantu
mengarahkan migrasi kromosom ke kutub. Tanpa adanya centriole, microtubule-
nucleating material akan menyebar dalam sitoplasma sehingga astral rays dan
spindle fibers tidak tepat terbentuk dan mitosis tidak terbentuk secara tepat.11
Pada daerah centromere dari tiap kromatid akan terbentuk kinetochore.
Spindle fibers berikatan dengan kinetochore sebagai persiapan migrasi kromatid
untuk karyokinesis.11
14
proses mitosis. Microtubule mitotic spindle turut membantu dalam migrasi
kromosom sehingga bergabung menjadi 1 baris dengan mitotic spindle.11
15
mulai terbentuk celah (cleavage furrow) pada plasmalemma, yang akhirnya akan
menjadi tempat sel membelah selama cytokinesis.11
Pada telophase, tiap kromosom telah mencapai kutub yang dituju, terjadi
defosforilasi nuclear lamina dan membran nukleus kembali dibentuk. Kromosom
terurai dan terorganisasi menjadi heterokromatin dan eukromatin pada sel
interfase.11
16
Gambar 19. Cytokinesis mitosis.1
MEIOSIS
Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang khusus dan akan menghasilkan
sel germinal, yaitu: ovum dan spermatozoa. Hasil yang penting dari proses ini
ialah: pengurangan jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n). Tiap
gamet membawa jumlah DNA dan kromosom yang haploid. Selain itu terjadi pula
rekombinasi gen sehingga terjadi variasi dan perbedaan kelompok gen.11
17
Proses ini memiliki 2 tahap: meiosis I dan meiosis II. Pada meiosis I
(reductional division), terjadi: pasangan kromosom yang homolog berderet,
anggota tiap pasangan berpisah dan menuju ke kutub yang berlawanan, sel
membelah namun tiap anak sel hanya menerima setengah dari jumlah kromosom
(haploid). Sedangkan pada meiosis II (equatorial division), 2 kromatid dari
masing-masing kromosom berpisah seperti pada mitosis kemudian diikuti migrasi
kromatid ke kutub yang berlawanan dan pembentukan 2 sel anak. Peristiwa ini
menghasilkan 4 sel anak (gamet) dengan jumlah kromosom dan DNA yang
haploid.11
Awal meiosis terjadi setelah interfase. Dalam gametogenesis, sewaktu sel-
sel germinal berada pada fase S, jumlah DNA dan kromosom adalah 4n. Profase I
memerlukan waktu yang panjang dan terbagi menjadi 5 tahap, yaitu: leptotene,
zygotene, pachytene, diplotene dan diakinesis. Pada leptotene, kromosom yang
terdiri atas 2 kromatid yang bergabung di centromere, mulai berkondensasi,
membentuk rantai yang panjang dalam nukleus. Pada zygotene, pasangan-
pasangan kromosom yang homolog saling mendekati dan berada dalam 1 deret
dan bersinaps melalui synaptonemal complex, membentuk tetrad. Ketika
kromosom melanjutkan diri berkondensasi dan menebal serta memendek, ini
merupakan tahap pachytene. Terbentuk pula chiasmata (tempat terjadinya
crossing over) sebagai pertukaran materi genetik antara kromosom-kromosom
yang homolog. Dalam tahap diplotene, kromosom terus berkondensasi dan mulai
memisah, menampakkan chiasmata. Pada tahap diakinesis, kromosom
berkondensasi maksimal dan nukleolus menghilang, demikian pula dengan
membran nucleus sehingga kromosom berada bebas dalam sitoplasma.11
Tanda dimulainya metafase I ialah bahwa masing-masing pasangan
kromosom yang homolog, terdiri dari 2 kromatid yang berderet pada bidang
equatorial. Selama fase ini, kromosom yang homolog berderet berpasangan pada
bidang equatorial secara acak, dan spindle fibers kemudian melekat pada
kinetochore.11
Sementara dalam anafase I terjadi migrasi kromosom menuju ke kutub
yang berlawanan. Di sini, kromosom masih mengandung 2 kromatid. Sedangkan
telofase I seperti telofase pada mitosis. Pada fase ini, kromosom telah mencapai
18
kutub yang berlawanan, nukleus terbentuk kembali dan terjadi cytokinesis
sehingga terbentuk 2 sel anak. Tiap sel berjumlah 23 kromosom namun karena
masing-masing kromosom memiliki 2 kromatid, maka isi DNA masih diploid.
Setelah itu setiap anak sel yang baru terbentuk akan memasuki meiosis II.11
Dalam meiosis II, equatorial division tidak terjadi sebelum fase S dan
sangat serupa dengan mitosis serta terbagi menjadi profase II, metafase II, anafase
II, telofase II dan cytokinesis. Kromosom berderet pada bidang equator,
kinetochore melekat pada spindle fibers yang kemudian diikuti dengan migrasi
kromatid ke kutub yang berlawanan dan cytokinesis akan membagi setiap sel
sehingga terbentuklah 4 anak sel yang memiliki jumlah kromosom dan DNA yang
haploid. Kadang-kadang terjadi kelainan jumlah kromosom akibat non disjunction
pada meiosis I, seperti misalnya pada klinefelter syndrome, down syndrome,
turner syndrome dan sebagainya.11
19
Gambar 22. Skema meiosis.15
20
menginduksi pertumbuhan sel sehingga sel berproliferasi terus menerus.
Sementara itu, tumor suppressor gene adalah gen yang normal terdapat dalam sel
dan berperan menghambat pertumbuhan sel. Mutasi gen ini mengakibatkan
hambatan terhadap pertumbuhan sel menghilang. Banyak dari gen-gen ini yang
normalnya terlibat dalam regulasi pembelahan dan diferensiasi sel.14
Salah satu tumor suppressor gene yang penting adalah p53 yang disebut
pula sebagai penjaga gen (guardian of the genome). Ini karena gen tersebut
meregulasi G1/S dan G2/M checkpoint.2 Pada dasarnya, gen ini merestriksi
masuknya sel yang memiliki kerusakan DNA untuk menuju fase S (setiap saat
meregulasi siklus sel melewati restriction point). Sebanyak 50% kanker terjadi
karena mutasi p53. Sel dengan mutasi p53, tidak tertahan pada fase G1 dan akan
terus melanjutkan siklus serta pembelahan sel dengan kesalahan DNA. Lokasi gen
p53 ini ialah pada kromosom 17 dan mengkode nuclear phosphoprotein sebesar
53 kD.14 Protein p53 mengaktivasi transkripsi sejumlah gen yang berpartisipasi
waf/cip1
dalam mengontrol siklus sel, termasuk gen yang mengkode p21 , GADD45
(suatu gen yang menahan pertumbuhan bila diinduksi oleh kerusakan DNA) dan
MDM2 (negative regulator p53).4
Fungsi utama p53, yaitu: sebagai transcription activator sehingga
meregulasi gen-gen tertentu yang terlibat dalam pembelahan sel, sebagai
restriction point pada fase G1 bila terdapat kesalahan DNA sehingga menghambat
pembelahan sel (memungkinkan perbaikan DNA sebelum replikasi DNA dan
pembelahan sel terjadi). Selain itu, berpartisipasi pula dalam menginisiasi
apoptosis bila kerusakan DNA terlalu berat dan tidak dapat diperbaiki. Mutasi p53
akan menyebabkan sel tidak dapat diperbaiki, siklus berlanjut terus walaupun
terdapat DNA yang rusak dan apoptosis tidak terjadi. 2,14
Protein p53 yang terfosforilasi akan aktif dan berfungsi sebagai faktor
transkripsi yang mengaktivasi banyak target gen. Salah satu gen yang penting
waf/cip1
adalah p21 . Setelah kerusakan DNA, p53 diaktifkan oleh fosforilasi pada
waf/cip1
asam amino spesifik dan kemudian menginduksi transkripsi p21 . Ini akan
meningkatkan kadar mRNA p21 dan protein. Selanjutnya, p21 akan berikatan
dengan kompleks cyclin E/CDK2 dan cyclin D/CDK4 atau cyclin D/CDK6 dan
21
menghambat aktivitas kinase CDKs. Salah satu target CDK2 adalah pRb, yaitu
suatu tumor suppressor gene yang lain. Fosforilasi pRb oleh CDK diperlukan
untuk meneruskan fase G1 menuju S. Namun dengan pengikatan kompleks
waf/cip1
CDK/cyclin, maka p21 menghambat fosforilasi pRb dan menahan siklus
SIMPULAN
Siklus sel pada dasarnya terbagi atas 2 fase, yaitu interfase dan mitosis.
Interfase sendiri terbagi lagi menjadi fase G1 (presintesis), S (sintesis) dan G2
(post duplikasi DNA). Siklus ini memiliki mekanisme kontrol pada checkpoint,
yaitu pada restriction point (fase G1/S), fase G2/M dan M untuk memperbaiki
kerusakan DNA. Respons target protein ini dapat berupa apoptosis, memperbaiki
DNA, dan menahan siklus pada tempat checkpoint. Gerakan menuju tempat
checkpoint diatur oleh cyclin dan CDKs. Ikatan cyclin dan CDKs ini dapat
diinhibisi oleh CDK inhibitor (CKI) yang dapat dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu:
INK4 dan CIP/KIP family. Akibatnya siklus sel tidak dapat berlanjut.
22
Dalam siklus sel, fase mitosis dimulai setelah fase G2. Dari mitosis, akan
dihasilkan 2 sel anak yang identik dengan induknya serta memiliki jumlah
kromosom dan DNA yang diploid. Sedangkan untuk pembelahan sel-sel germinal,
berlangsung melalui meiosis. Pada meiosis terdapat 2 siklus, yaitu: meiosis I dan
meiosis II. Dari meiosis I, akan menghasilkan 2 sel anak dengan jumlah
kromosom yang haploid namun DNA diploid. Sedangkan pada meiosis II,
dihasilkan 4 sel anak dengan jumlah kromosom dan DNA yang haploid.
Bila terjadi kesalahan replikasi DNA dalam siklus sel, dapat terjadi
kelainan-kelainan genetik (turner syndrome, klinefelter syndrome dan sebagainya)
dan kanker. Kanker dapat terjadi karena mutasi pada protooncogene maupun
tumor suppressor gene. Tumor suppressor gene yang penting adalah p53 dan pRb.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alberts B, Johnson A, Lewis J, Morgan D, Raff M, Roberts K, et al.
th
Molecular biology of the cell. 6 . Ed. USA: Garland Science. 2015.
p.963-1018.
rd
2. Goodman SR. Medical cell biology. 3 . Ed. London: Elsevier. 2008.
p.273-89.
3. Mohan H. Tex book of pathology. 6th. Ed. New Delhi: Jaypee brothers
medical publishers (P) LTD. 2010. p.26-7.
4. Campbell MK, Farrell SO. Biochemistry. 4th. Ed. London: Thomson
Learning Inc. 2003. p.272-3.
5. Johnson DG, Walker CL. Cyclins and cell cycle checkpoints. Ann
Rev Pharmacol Toxicol. 1999; 39: 295-312.
6. Tyson JJ, Czikasz-Nagy A, Novak B. The dynamics of cell cycle
regulation. BioEssays. 2002; 24: 1095-109.
7. Koolman J, Rohm KH. Atlas berwarna dan teks biokimia. Alih
bahasa: Septelia Inawati. Jakarta: Hipokrates. 2001. p.352-3.
8. Rang HP, Dale MM, Ritter JM, Moore PK. Pharmacology. 5 th. Ed.
London: Churchill Livingstone. 2003. p.69-73.
23
9. Doree M, Hunt T. From Cdc2 to Cdk1: When did the cell kinase joint
its partner?. Cell Sci. 2002; 115: 2461-4.
10. Henrikson RC, Kaye GL, Mazurkiewics JE. NMS Histology.
Baltimore: Williams and Wilkins.1997. p. 40-5.
11. Gartner LP, Hiatt JL. Nucleus. In: Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook
rd
of Histology. 3 . Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2007.p. 61-8.
th
12. Mescher AL. Junqueira’s basic histology text and atlas. 14 . Ed. USA:
2006. p.72-7.
15. Grisson RK, Song JW. Histology and medical cell biology. New
York: Mc Graw-Hill. 2007. p.211-22.
16. Malumbres M, Barbacid M. Cell cycle, CDKs and cancer: a changing
paradigm. Nat Rev Cancer. 2009; 9: 153–66.
17. Hanahan D, Weinberg RA. Hallmarks of cancer: the next generation.
Cell. 2011; 144: 646–74.
nd
18. Fawcett DW, Jensh RP. Concise histology. 2 . Ed. USA: Oxford
24