EKOLOGI HEWAN
Pantai Sindangkerta Kecamatan Cipatujah Tasikmalaya
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kuliah lapangan Ekologi Hewan dengan tepat
waktu. Laporan kuliah lapangan Ekologi Hewan ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas
akhir yang telah dilaksanankan pada semester genap.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Praktikum Ekologi
Hewan yaitu Drs. H. Ahmad Mulyadi, M. Pd, Drs.Suhara, M.Pd dan Iwan Setia Kurniawan,
M. Pd yang telah mengarahkan kami selama praktikum dan kuliah lapangan, terutama juga
kepada asisten praktikum yang telah membantu penulis pada saat melakukan praktikum.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kuliah lapangan Ekologi Hewan masih
jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, namun dalam hal ini penulis telah
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan ini secara cermat. Oleh karena itu mohon
kiranya dapat dimaklumi, selain itu juga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan oleh penulis demi terciptanya hasil laporan yang maksimal.
Akhir kata “ Tiada gading yang tak retak “. Demikian kata pengantar yang dapat
penulis sampaikan, atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGAMATAN PLANKTON
1. Pengamatan Muara
LEMBAR DATA
JUMLAH INDIVIDU BERBAGAI JENIS PLANKTON
Lokasi : Muara Pantai Sindangkerta
Tanggal : 20 -04-2019
No. Takson Hewan Jumlah Individu Gambar Total
1 Diaptomus sp 29 29
Cyclops sp
2 243 243
3 Microcystis aeruginosa 57 57
4 Ulothrix confervicula 48 48
5 Noctiluca 24 24
2
6 Peranema sp 1 1
7 Phacus sp 11 11
8 Brachionus bidentata 5 5
9 Cryptomonas sp 24 24
10 Staurastrum pantanale 4 4
11 Euglena acus 29 29
3
12 Rhabdomonas sp 21 21
13 Euglena sp (1) 1 1
14 Tetrastru sp 6 6
Euglena sp (2)
15 29 29
16 Diaphanosoma sp 6 6
4
18 Plankton 1 10 10
19 Zooplankton larva 1 1
20 Gyrosigma sp 25 25
21 Asplanchna girodi 6 6
22 Cymbella sp 10 10
23 Pediastrum sp 22 22
24 Arcella sp 8 8
5
25 Botrydiopsis sp 18 18
26 Cyliandrocapsa sp 17 17
27 Arcella 57 .57
28 Microcystis sp 37 37
29 Navicula sp 10 10
Penghitungan jumlah total plankter dalam satu liter sampel air muara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Ket :
n = jumlah plankter per liter air
a = jumlah rata-rata plankter dalam 1 ml sub sampel
c = adalah ml planton pekat ( 300 ml)
l = volume sampel air semula dalam liter
maka :
n = ( a 1000 ) c :
n = ( 253 x 1000) 300 ml : 50
6
n = 253.000 x 300 : 50
n = 1.518.000 plankter
LEMBAR DATA
JUMLAH INDIVIDU BERBAGAI JENIS PLANKTON
Lokasi : Pantai Sindangkerta
Tanggal : 20 -04-2019
Jumlah Individu
Biddulphia
1. 4 7 3 14
2. Cladophora - 2 2 4
3. Calothrix 2 6 11 19
4. Spirogyra 13 11 19 43
7
5. Tribonema 13 5 10 28
6. Rhodomonas 16 12 14 42
7. Chrysococcus 22 13 19 54
8. Diatoma 9 8 13 30
9. Cyclotella 42 11 27 80
10. Dinobryon 10 4 5 19
12. Surirela 6 6 6 18
8
13. Cocconeis 31 29 45 105
14. Staurastrum 8 2 2 12
15. Tabellaria 8 6 8 22
16. Ulothrix 9 4 24 37
2
17 Ophiura sp - - 2
18 Diaphanasoma sp 1 1 - 2
19 Simocephalus sp 1 - - 1
20 Arcella sp 44 18 20 82
9
21 Karatella sp 2 - - 2
Cyliandrocapsa
22 3 1 2 6
sp
23 Rhizoclonium sp 3 - 4 7
Platyias
24 quadricornis - 1 - 1
25 Navicula - 16 - 16
26 Sarcodina - 8 - 8
27 Euglena - 15 - 15
28 Trypanosoma - 1 - 1
10
29 Asterionella - 3 - 3
30 Chlorella - 9 - 9
31 Oscilatoria - 1 - 1
32 Microgoleus - 3 - 3
33 Rhizoclonium - 1 - 1
34 Anacystis - 13 - 13
35 Euglena acus - 3 - 3
11
36 Hildenbrandia - 7 - 7
37 Euglena - 9 - 9
38 Zooplankton - 6 - 6
39 Entophysalis - 3 - 3
40 Plankton 1 - 1 - 1
41 Lemanea - 1 - 1
42 Ulothrix zonata - 8 - 8
12
Penghitungan jumlah total plankter dalam satu liter sampel air Laut :
Ket :
n = jumlah plankter per liter air
a = jumlah rata-rata plankter dalam 1 ml sub sampel
c = adalah ml planton pekat
l = volume sampel air semula dalam liter
maka :
n = ( a 1000 ) c : 1
n = ( 246 x 1000) 300 ml : 50
n = 1,476,000 Plankter
PEMBAHASAN
Pada sampel air Muara 50 ml yang telah identifikasi takson dan jumlah planktonnya,
diperoleh total plankton yaitu ada sebanyak 759 plankton yang berasal dari 29 takson baik
dari zooplankton maupun dari fitoplankton. Diantara seluruh takson tersebut, plankton jenis
Cyclops sp adalah yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 243 plankton. Sedangkan
yang terbanyak kedua yaitu dengan jumlah 57 plankton yaitu berasal dari takson Arcella,
Volvox sp , dan Microcystis aeruginosa. Adapun plankton yang jumlahnya paling sedikit
sebanyak 1 plankton saja yaitu Peranema sp, Euglena sp, dan Zooplankton larva. Setelah
dilakukan Penghitungan jumlah total plankter dalam satu liter sampel air muara dengan
rumus n = ( a 1000 ) c : 1 , diperoleh hasil yaitu jumlah plankter per liter air adalah
1.518.000 plankter /individu plankton.
Pada sampel air Laut ( Titik awal, titik tengah, dan titik akhir) 50 ml yang telah
identifikasi takson dan jumlah planktonnya, diperoleh total plankton yaitu ada sebanyak 738
plankton yang berasal dari 42 takson baik dari zooplankton maupun dari fitoplankton.
Diantara seluruh takson tersebut, plankton jenis cocconeis adalah yang paling banyak
ditemukan yaitu sebanyak 105 plankton. Sedangkan yang terbanyak kedua yaitu dengan
jumlah 82 plankton yaitu berasal dari takson arcella sp, serta yang terbanyak ketiga adalah
cyclotella dengan jumlah 80. Setelah dilakukan Penghitungan jumlah total plankter dalam
satu liter sampel air muara dengan rumus n = ( a 1000 ) c : 1 , diperoleh hasil yaitu jumlah
plankter per liter air adalah 1,476,000 plankter/ individu plankton.
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah total plankter, terlihat bahwa sampel air muara
lebih banyak mengandung plankton dibandingkan pada sampel air laut. Hal ini dikarenakan
muara sungai banyak mengandung nutrien yang terbawa arus sungai dan terbawa ke arah laut
13
sehingga dapat dimanfaatkan oleh plankton. Plankton merupakan organisme yang menyebar
dengan cara hanyut dan mengikuti arus.
B. PENGAMATAN BENTHOS
LEMBAR DATA
JUMLAH INDIVIDU BERBAGAI JENIS BENTHOS
Lokasi : Pantai Sindang Kerta Cipatujah
Tanggal : 19 April 2019
1. Kolomang - - -
Bivalvia
2. - - 1
kecil
Bivalvia
3. - - -
besar
4. Kuwuk 1 - -
5. Karang - 4 -
Ikan kecil
6. - - -
hitam
7. Ikan karang - - -
8. Keong - - -
9. Polichaeta - - -
Bintang ular
10. - - -
laut
11. Porifera - - 1
14
12. Alga hijau - 14 -
Dokumentasi
D (Indek Keanekaragaman)-Hewan
Rumus:
𝑁 (𝑁−1)
D=
∑ 𝑛 (𝑛−1)
7 (7−1)
D=
1 (1−1)+1 (1−1)+4 (4−1)+1 (1−1)
7(6) 42
D= = = 3,5
0+0+4(3)+0 12
Kerapatan
7
X= = 2,3
3
Variasi
(∑n)2
∑(n2 )−
plot
S2 = 2
72
(12 +12 +12 +42 )−
𝟑
= 2
49
19− 3
=
2
19−16,3
=
2
= 1,35
Pola Distribusi:
2,3
= 1,703 (Kelompok)
1,35
15
D (Indeks Keanekaragaman) – Tumbuhan
Rumus:
82 (81)
D=
14 (13)+24 (23)+44 (43)
6642
=
182+552+1892
6642
= = 2,529
2626
Kerapatan
82
X= = 27,3
3
Variasi
822
(142 +242 +442 )−
2 𝟑
S =
2
6724
196+576+1936−
𝟑
=
2
2708−2241,3
=
2
466,7
= = 233,35
2
Pola Distribusi
27,3
= 0,1169 (Seragam)
233,35
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan di pantai Sindang Kerta Cipatujah
diperoleh hasil sebagai berikut. Pengamatan yang kami lakukan terdidiri dari 3 plot dengan
masing jarak 50 meter. Pada plot 1 terdapat 1 kewuk. Pada plot 2 terdapat 4 coelenterata, 14
16
alga hijau, 24 Sargassum sp., dan 44 Padina sp. Pada plot 3 terdapat 1 Porifera dan 1
Bivalvia.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil yaitu indeks keragaman hewan sebesar
3,5 kerapatan sebesar 2,3 variasi sebesar 1,35 dan pola distribusi sebesar 1,703 yang berarti
tipe penyebaran hewan pada pengamatan tersebut terjadi secara berkelompok. Adapun indeks
keanekaragaman tumbuhan sebesar 2,59 kerapatan sebesar 27,3 variasi sebesar 233,35 dan
pola distribusi sebesar 0,1169 hal ini menunjukan bahwa penyebaran tumbuhan tersebut
terjadi secara seragam.
LEMBAR DATA
HASIL JUMLAH INDIVIDU BERBAGAI JENIS HEWAN
(FIT FALL TRAP)
1.
Kutu air
8 2 10
Kutu air
25 - 25
2.
Bangbung
- 1 1
17
Belalang 4 - 4
Laba-laba 5 1 6
3 Semut merah - 1 1
Semut hitam
2 - 2
Jangkrik 1 - 1
Laba-laba
2 - 2
Belalang
4. 1 - 1
Semut hitam
1 3 4
Laba-laba 3 3 6
Jangkrik - 1 1
5.
Semut hitam - 4 4
Semut hitam - 6 6
6.
Smut hitam - 8 8
Serangga kecil - 8 8
Kutu air 3 - 3
7.
18
Laba-laba 2 1 3
Semut hitam 2 4 6
8. Jangkrik - 1 1
Serangga terbang - 1 1
Nyamuk - 4 4
Semut kecil 30 - 30
Kecoa - 1 1
9. Laba-laba - 2 2
Jangkrik - 1 1
Nyamuk - 10 10
Catatan
Malam : 60
Siang : 88
19
PEMBAHASAN
Kuliah lapangan ekologi hewan tentang pitfall trap dilakukan pada tanggal 19 April
2019 dan dilakukan pengamatan berkala selama 2 hari di area amatan Sidang Kerta
Cipatujah. Metode pitfall trap merupakan metode penangkapan hewan dengan sistem
jebakan, khususnya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari metode pitfall
trap adalah untuk menjebak hewan-hewan permukaan tanah (serangga) agar jatuh
kedalamnya sehingga bisa dilakukan identifikasi atau untuk mengoleksi/ mengiventarisasi
jenis hewan permukaan tanah yang berada pada lingkungan perangkap. Hal pertama yang
dilakukan yaitu Pitfall traps dipasang dengan cara menanamkan aqua gelas ditanah, aqua
gelas diisi dengan detergen secukupnya dan formalin sebanyak 1/3 tinggi aqua gelas,
permukaan gelas harus benar-benar rata dengan permukaan tanah. Pemasangan pit fall trap
dilakukan dua kali, pertama pada pukul 14.00 – 17.00 untuk menangkap hewan yang
beraktivitas pada siang hari dan kedua pada pukul 17.00 – 06:00 untuk menangkap hewan
yang beraktivitas pada malam hari.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pengamatan yang kami lakukan terdiri dari 10
plot dengan masing jarak 10 meter. Pada siang hari plot 1 terdapat keong yang berjumlah 1
air dan kutu air berjumlah 8, plot 2 terdapat kutu air yang berjumlah 25, plot 3 terdapat
belalang berjumlah 4 lalu laba-laba berjumlah 5 dan semut hitam 2, plot 4 terdapat jangkrik
yang berjumlah 1 lalu laba-laba berjumlah 2 kemudian belalang dan semut hitam berjumlah
1, plot 5 terdapat laba-laba berjumlah 3, pada plot 6 dan plot 7 tidak terdapat serangga, plot 8
terdapat kutu air berjumlah 3 dan semut hitam berjumlah 3, plot 9 tidak terdapat serangga dan
plot 10 terdapat semut kecil yang berjumlah 30.
Sedangkan pada malam hari pada plot 1 terdapat kutu air berjumlah 2, plot 2 terdapat
bangbung dan semut hitam yang masing-masing berjumlah 1, plot 3 terdapat laba-laba dan
semut merah yang masing-masing berjumlah 1, plot 4 hanya terdapat semut hitam yang
berjumlah 3, plot 5 terdapat laba-laba berjumlah 3 lalu jangkrik berjumlah 1 dan semut hitam
berjumlah 4, plot 6 tidak terdapat serangga, plot 7 terdapat semut hitam berjumlah 8 dan
serangga kecil berjumlah 1, plot 8 terdapat laba-laba berjumlah 2 lalu ada jangkrik,serangga
terbang dan semut merah berjumlah 1 dan semut hitam serta nyamuk berjumlah 4, plot 9
tidak terdapat serangga, dan plot 10 terdapat kecoa dan jangkrik berjumlah 1 lalu laba-laba
berjumlah 2 dan nyamuk berjumlah 10. Jadi jenis serangga yang mendominasi di permukaan
tanah pada daerah amatan adalah semut kecil.
20
D. PENGAMATAN METODE KUADRAT
2. 5,8 30 62 0,412 - 5 - - -
3. 6 32 68 0,721 - - - - -
4. 6,3 34 61 0,206 - - - - -
5. 6,3 32 67 0,824 - 2 - - -
6. 6,2 32 64 1,236 - - - - -
7. 6,3 33 60 0,206 - - - - -
8. 6,2 31 64 0,412 - 1 - - -
9. 6,2 33 53 0,206 - 3 - - -
25
Purata = = 2,5 %
10
Variasi = 8,28
Keterangan :
KMO = Kandungan Materi Organik
Ph = Cacing Photerima sp.
Po = Cacing Pontoscolex sp.
21
Perhitungan Pola Persebaran
Kuadrat X X2 Dokumentasi
1 7 49
2 5 25
3 0 0
4 0 0
5 2 4
22
6 0 0
7 0 0
8 1 1
9 3 9
10 7 49
23
Purata diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata kerapatan (X) jumlah cacing, dengan rumus :
Kerapatan:
∑𝑥
𝑥=
𝑁
N = jumlah kuadrat
25
Kerapatan : 𝑥 = = 2,5
10
Variasi/Pola persebaran:
s2 = ∑(x2) – (∑x)2 / N s2 = Variasi
N–1 N = jumlah cuplikan
2
s = ∑(137) – (25) / 10 2
10 – 1
2
s = ∑(137) – (625) / 10
9
s2 = ∑ (137 – 62,5 )
9
2
s = 74,5 = 8,28
9
s2
Pola persebaran =
𝑥
8,28
= 2,5
PEMBAHASAN
Cacing tanah merupakan komponen makrofauna tanah, karena ukuran tubuhnya
cukup besar. Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing
tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya
24
dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke dalam tanah dan mengeluarkan
secret mucus yang dapat memperbaiki struktur tanah.
Berdasarkan hasil lapangan, pada garis transek 100m ditemukan cacing pada kuadran
ke 1, 2, 5, 8, 9, dan 10. Dari terkstur tanah kuadran 1, 2, 3, dan 4 berbeda dengan tanah pada
kuadran 5,6, 7, 8, 9 dan 10. Pada kuadran 1, 2, 3, dan 4 tanahnya berpasir sedangkan pada
kuadran 5,6, 7, 8, 9 dan 10 tanah biasa. pH pada semua kuadran cenderung asam yaitu dari
5,8-6,3. Suhu pada semua kuadran cukup tinggi yaitu sekitar 29-34 oC. Hal ini sangat sedikit
berbeda dengan literasi yang kami baca. Karena seharusnya kondisi lingkungan tanah yang
baik untuk organisme Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya
tidak terlalu dingin. Suhu media yang baik untuk pertumbuhan cacing Tanah adalah 15 –
25oC Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam
sampai netral. Derajat keasaman (pH) media yang dibutuhkan oleh cacing tanah adalah
sekitar 6 -7,2.
Sedangkan, Kelembapan sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah
berfungsi normal. Kelembapan media yang dibutuhkan cacing tanah adalah sekitar 15 - 30 %.
Namun dari hasil kelembaban yang kami peroleh sekitar 58 – 68 %. Hal ini sangat berbeda
jauh dengan kelembaban cacing yang seharusnya. Karena bila udara terlalu kering, akan
merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang
dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Akan tetapi pada kuadran
kami di temukan beberapa cacing, mungkin hal ini bisa jadi di sebabkan oleh
disfungsionalnya alat yang digunakan.
Pada hal ini, Bahan organik juga penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik
secara fisik, kimia, maupun biologi tanah. Proses penting yang berlangsung dan berhubungan
dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang selalu mencapai tingkat
keseimbangan. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat
lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses yaitu penambahan residu atau
sisa-sisa hewan dan perombakan bahan organik tersebut oleh jasad mikro perombak tanah.
Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam
pembentukan agregat tanah yang stabil.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum c-organik agar
mengetahui kandungan material organik didalam tanah tersebut. Adapun hasil pengamatan
dari kelompok kami pada plot 1 kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,206% dari 0,5
gram tanah, pada plot 2 kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,412% dari 0,5 gram tanah,
pada plot 3 kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,721% dari 0,5 gram tanah, pada plot 4
25
kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,206% dari 0,5 gram tanah, pada plot 5 kadar bahan
organik pada tanah sebesar 0,824% dari 0,5 gram tanah , pada plot 6 kadar bahan organik
pada tanah sebesar 1,236% dari 0,5 gram tanah, pada plot 7 kadar bahan organik pada tanah
sebesar 0,206% dari 0,5 gram tanah, pada plot 8 kadar bahan organik pada tanah sebesar
0,412% dari 0,5 gram tanah, pada plot 9 kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,206% dari
0,5 gram tanah, dan pada plot 10 kadar bahan organik pada tanah sebesar 1,854% dari 0,5
gram tanah. Jadi pada praktikum ini menunjukan bahwa tanah (sampel) mengandung bahan
organik yang cukup sedikit, sehingga populasi cacing didalam tanah tersebut sedikit.
Dapat disimpulkan bahwa pola distribusi cacing tanah pada Pantai Cipatujah dapat
dikatakan berkelompok. Jumlah cacing yang ditemukan hanya sedikit disebabkan oleh
perbedaan struktur tanah, perbedaan suhu dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan
perhitungan terhadap kerapatan populasi cacing tanah pada Pantai Cipatujah maka dapat
diketahui kerapatannya rendah yaitu sebesar 2,5 hal ini menunjukkan bahawa cacing ini tidak
memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada lingkungannya.
Dari hasil pengamatan juga diketahui bahwa setiap jenis tanah mempunyai kandungan
bahan organik yang berbeda-beda, Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Iklim
Bahan organik cenderung meningkat dari iklim lebih dingin ke tempat yang
beriklim tropis.
2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah mempengaruhi persentase humus dan nitrogen dalam tanah. Hal
ini terkait dengan kemampuan mikroorganisme menguraikan sisa jasad makhluk
hidup pada masing-masing tekstur dan ruang yang tersedia bagi humus.
3. Topografi
Topografi mempengaruhi jenis vegetasi dan organisme yang hidup
diantaranya sehingga berpengaruh juga terhadap bahan organik yang terkandung
dalam tanah.
4. Vegetasi
Vegetasi yang ada diatas tanah merupakan penyumbang bahan organik tanah
melalui serasah yang dihasilkannya.
26
E. PENGAMATAN CMMR
LEMBAR DATA
HASIL METODE CMMR
Pencuplikan Ke – 1 Pencuplikan Ke – 2
Dissosteira
carolina
(Belalang 41 32 41 27 5 22
hidung
pesek)
Jumlah
68 Individu
Seluruhnya
Maka :
Variasi N = ( 322 x 27 ( 27-5) ) : 53
= ( 1.024 x 594 ) : 125
= 608.254 : 125
Variasi N = 4.866
27
PEMBAHASAN
Pada hasil kegiatan Menaksir Kelimpahan Populasi Belalang Hidung Pesek atau
Dissosteira carolina dengan Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (CMMR),
telah dilakukan pencuplikan ke- 1 sepanjang 100 M (20 penjaringan x 5 meter) pada pukul
14.30 WIB di Pantai Cipatujah, Sindangkerta dan diperoleh hasil yaitu jumlah belalang yang
ditangkap dan dilepas sebanyak 41 ekor, hal ini dikarenakan semua belalang yang tertangkap
dalam kondisi baik. Namun, hanya 32 belalang saja yang ditandai yang termasuk kedalam
belalang pesek, karena 9 belalang lainya merupakan belalang mancung. Adapun pada
pencuplikan ke 2 yang dilakukan pada pukul 16.00 WIB diperoleh sebanyak 27 belalang
yang mana ada 5 ekor yang ditemukan bertanda, sedangkan 22 ekor belalang tidak bertanda.
Pada pencuplikan ini tidak ada belalang yang rusak atau mati sehingga 27 belalang
dilepaskan dengan hati-hati. Untuk hasil penghitungan kelimpahan, diperoleh nilai N (Indeks
Petersen-Lincoln) yaitu sebesar 172,8. Adapun variasi kelimpahan/N yaitu sebesar 4.866.
dari hasil perhitungan diatas, dapat dikatakan bahwa kelimpahan populasi belalang pesek atau
Dissosteira carolina di Pantai Cipatujah, Sindangkerta relatif tinggi.
LEMBAR DATA
HASIL METODE BITING TRAY
Pohon
Takson Hewan Jumlah Foto
Ke -
1. Gryllidae (jangkrik 6
coklat)
Formicidae (semut 12
merah)
28
Ectobiidae (kecoa kecil) 1
Formicidae (semut 1
hitam)
Gryllidae (jangkrik 1
hitam)
2 Gryllidae (jangkrik 4
coklat tua)
Araneidae (Laba-laba) 1
29
Formicidae (semut merah 9
besar)
3. Gryllidae (jangkrik 3
hitam)
Gryllidae (jangkrik 2
coklat muda)
Formicidae (semut 3
hitam)
4. Acrididae (Belalang) 4
30
5. Araneidae (Laba-laba 1
kuning kaki berbintik)
6. Formicidae (semut 20
merah)
Rumus Simpson
N ( N−1)
D = ∑ n ( n−1 )
D=
75 (75−1)
6 (6−1)+32 (32−1)+1 (1−1)+1 (1−1)+4 (4−1)+(4−1)+1 (1−1)+4 (4−1)+1(1−1)+9 (9−1)+1(1−1)+2)2−1)+1(1−1)+4(4−1)+1(1−1)+2(2−1)+1(1−1)
5550
= 1146 = 4,84
D= 4,84 / 6 pohon
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan diperoleh data sebagai berikut. Pada jalur
transek sepanjang 100 m terdapat enam pohon. Pada pohon ke-1 terdiri lima famili dengan
tujuh spesies. Pada famili Gryllidae terdapat 6 jangkrik coklat dan 1 jangkrik hitam, famili
Formicidae terdapat 12 semut merah, dan 1 semut hitam, famili Ectobiidae terdapat 1 kecoa
31
kecil, famili Geometridae terdapat 1 ulat kecil dan 1 serangga kecil yang tidak diketahui
familinya. Pada pohon ke-2 terdiri dari empat famili dengan empat spesies. Pada famili
Gryllidae terdapat 4 jangkrik coklat tua, famili Araneidae terdapat 1 laba-laba, famili
Formicidae terdapat 9 semut merah besar dan 1 serangga kecil bokong merah. Pada pohon
ke-3 terdiri dari 3 famili dari 4 spesies. Pada famili Gryllidae terdapat 3 jangkrik hitam dan 2
jangkrik coklat muda, famili Formicidae terdapat 3 semut hitam, dan 1 serangga kecil yang
mirip kutu beras yang tidak diketahui familinya. Pada pohon ke-4 hanya terdapat 1 famili
yaitu Acrididae yang terdiri dari 4 belalang. Pada pohon ke-5 terdapat dua famili dengan 2
spesies. Pada famili Araneidae terdapat 1 laba-laba kuning kaki berbintik dan pada famili
Formicidae terdapat 2 semut merah kecil. Pada pohon ke-6 terdapat dua famili dengan dua
spesies yaitu famili Formicidae terdapat 20 semut merah dan famili Gryllidae terdapat 1
jangkrik hijau.
Adapun indeks kerapatan pada pengamatan bitting tray ini menggunakan rumus
simpson dan diperoleh hasil yaitu 4,84. Hal ini menunjukan bahwa indeks kerapatan dari 6
pohon itu sebesar 4,84.
Bahan Diskusi :
1. Apakah jenis plankton yang ditemukan di perairan laut (daerah litoral) sama dengan yang
ditemukan di kolam? Jenis-jenis apa saja yang anda temukan?
2. Bandingkan kepadatan populasinya untuk tempat-tempat yang berbeda!
Mana yang lebih padat populsinya dan jelaskan sebabnya!
3. Apa yang dapat anda simpulkan mengenai kerapatan jumlah cacing tanah di area studi
anda? Bagaimanakah kerapatan telur cacing?
4. Bagaimanakah pola penyebaran individu-individu cacing tanah maupun telur-telurnya
(bila ada), apakah berpola acak, seragam atau berkelompok?
5. Apakah ada hubungan antara pola dispersi dengan kondisi faktor-faktor lingkungan
cacing tanah?
6. Bandingkan hasil pengamatan anda dengan hasil kelompok kerja lain. Apa kesimpulan
anda mengenai persamaan maupun perbedaan yang di dapat?
7. Apabila pencuplikan cacing tanah dilakukan pada siang hari sekitar jam 13.00 – 14.00,
kiranya angka-angka kerapatan yang di dapat akan serupakah, lebih rendah atau lebih
tinggi daripada hasil cuplikan di pagi hari ? Jelaskan jawaban anda !
8. Apakah peranan cacing tanah dalam dinamika ekosistem tanah?
32
9. Sebutkan aspek-aspek terapan atau kegunaan cacing tanah bagi manusia !
Hasil Diskusi :
1. Plankton yang ditemukan di daerah muara berbeda dengan plankton yang ditemukan di
air laut. Ada beberapa spesies plankton yang ditemukan di muara ditemukan juga di laut.
Spesies yang ditemukan di laut lebih banyak dibanding dengan jumlah spesies di muara.
Tetapi jumlah plankton yang ada di muara lebih banyak daripada plankton yang ada di air
laut
2. Plankton yang ditemukan di daerah muara berbeda dengan plankton yang ditemukan di
air laut. Ada beberapa spesies plankton yang ditemukan di muara ditemukan juga di laut.
Spesies yang ditemukan di laut lebih banyak dibanding dengan jumlah spesies di muara.
Tetapi jumlah plankton yang ada di muara lebih banyak daripada plankton yang ada di air
laut. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, bahwa populasi plankton di air laut
lebih padat daripada populasi plankton di muara. Hal ini disebabkan karena kondisi muara
yang mempengaruhi jumlah spesies plankton yang mendiami muara. Jumlah spesies
plankton pada umumnya lebih sedikit daripada yang mendiami habitat air tawar ataupun
air laut didekatnya. Hal ini antara lain karena ketidakmampuan organisme air tawar
mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas
estuaria
3. Berdasarkan perhitungan terhadap kerapatan populasi cacing tanah pada Pantai Cipatujah
maka dapat diketahui kerapatannya rendah yaitu sebesar 2,5 hal ini menunjukkan bahawa
cacing ini tidak memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada lingkungannya. Sedangkan
untuk kerapatan telur cacing tidak ada.
4. Pola penyebaran cacing tanah pada Pantai Cipatujah dapat dikatakan berkelompok.
5. Ada, pola dispersi ini di pengaruhi/disebabkan oleh perbedaan struktur tanah, perbedaan
suhu, Ph, kelembaban tanah dan udara yang berada di antara pemukiman warga
6. Dapat disimpulkan yaitu terdapat persamaan antara hasil pengamatan kelompok kami
dengan kelompok lain yaitu bahwa pola distribusi cacing tanah pada Pantai Cipatujah
dapat dikatakan berkelompok. Jumlah cacing yang ditemukan juga hanya sedikit karena
disebabkan oleh perbedaan struktur tanah, perbedaan suhu, Ph, kelembaban, dan yang
lainnya bahkan tidak ditemukan cacing tanah pada beberapa plot.
7. Angka kerapatannya tidak akan serupa, karena pada siang hari kondisi lingkungan atau
faktor lingkungannya cenderung labil bahkan suhunya dapat menigkat sehingga angka
kerapatannya rendah. Sedangkan jika dilakukan pengamatannya pada pagi hari mungkin
33
angka kerapatannya akang lebih tinngi karena sesuai dengan habitat cacing yang suka
dengan kondisi sejuk/lembab maka jumlah cacing yang akan di temukannya juga akan
lumayan banyak.
8. Peranan cacing tanah dalam ekosistem tanah yaitu menghasilkan kompos berlendir yang
kaya akan nutrisi bagi tanah, membantu meningkatkan mineral-mineral kunci untuk
tanaman bisa tumbuh dengan baik, membantu terbentuknya humus pada tanah, membantu
membangun struktur tanah yang baik bagi tanaman, membantu menghilangkan puing-
puing di permukaan tanah.
9. Kegunaan cacing tanah dalam kehidupan di dunia kesehatan adalah sebagai antipiretik
yaitu penghilang demam, cacing tanah juga mempengaruhi kesuburan dan produktivitas
tanah, dalam hal menjaga lingkungan cacing tanah berperan dalam sustainable
agriculture karena mampu mengurangi kandungan pupuk kimia di dalam tanah serta air
tanah, juga di dunia kecantikan dan kesehatan cacing tanah berperan melalui asam amino
yang menurut penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan ikan dan daging.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan plankton di pantai sindangkerta, sukabumi dapat
disimpulkan bahwa plankton yang ditemukan pada air muara terdiri atas 29 takson dengan
jumlah plankton per liter air yaitu 37,950,000, sedangkan plankton pada laut terdiri atas 42
takson dengan jumlah plankton per liter air yaitu 12,300,000. Zooplankton dan fitoplankton
lebih banyak terdapat di muara dibandingkan dengan di laut karena perbedaan jumlah nutrien
yang mempengaruhi kelimpahan plankton. Akan tetapi takson plankton lebih banyak terdapat
di laut, karena banyaknya zooplankton dipengaruhi oleh keberadaan fitoplankton (alga) yang
melimpah di laut.
Sedangkan hasil perhitungan pada benthos diperoleh hasil yaitu indeks keragaman
hewan sebesar 3,5 kerapatan sebesar 2,3 variasi sebesar 1,35 dan pola distribusi sebesar 1,703
yang berarti tipe penyebaran hewan pada pengamatan tersebut terjadi secara berkelompok.
Adapun indeks keanekaragaman tumbuhan sebesar 2,59 kerapatan sebesar 27,3 variasi
sebesar 233,35 dan pola distribusi sebesar 0,1169 hal ini menunjukan bahwa penyebaran
tumbuhan tersebut terjadi secara seragam.
Lalu hasil pengamatan pada fit fall trap yang terdiri dari 10 plot dengan masing jarak
10 meter. Pada siang hari plot 1 terdapat keong yang berjumlah 1 air dan kutu air berjumlah
8, plot 2 terdapat kutu air yang berjumlah 25, plot 3 terdapat belalang berjumlah 4 lalu laba-
laba berjumlah 5 dan semut hitam 2, plot 4 terdapat jangkrik yang berjumlah 1 lalu laba-laba
berjumlah 2 kemudian belalang dan semut hitam berjumlah 1, plot 5 terdapat laba-laba
berjumlah 3, pada plot 6 dan plot 7 tidak terdapat serangga, plot 8 terdapat kutu air berjumlah
3 dan semut hitam berjumlah 3, plot 9 tidak terdapat serangga dan plot 10 terdapat semut
kecil yang berjumlah 30. Sedangkan pada malam hari pada plot 1 terdapat kutu air berjumlah
2, plot 2 terdapat bangbung dan semut hitam yang masing-masing berjumlah 1, plot 3
terdapat laba-laba dan semut merah yang masing-masing berjumlah 1, plot 4 hanya terdapat
semut hitam yang berjumlah 3, plot 5 terdapat laba-laba berjumlah 3 lalu jangkrik berjumlah
1 dan semut hitam berjumlah 4, plot 6 tidak terdapat serangga, plot 7 terdapat semut hitam
berjumlah 8 dan serangga kecil berjumlah 1, plot 8 terdapat laba-laba berjumlah 2 lalu ada
jangkrik,serangga terbang dan semut merah berjumlah 1 dan semut hitam serta nyamuk
berjumlah 4, plot 9 tidak terdapat serangga, dan plot 10 terdapat kecoa dan jangkrik
35
berjumlah 1 lalu laba-laba berjumlah 2 dan nyamuk berjumlah 10. Jadi jenis serangga yang
mendominasi di permukaan tanah pada daerah amatan adalah semut kecil.
Untuk pengamatan metode kuadrat disimpulkan bahwa pola distribusi cacing tanah
pada Pantai Cipatujah dapat dikatakan berkelompok. Jumlah cacing yang ditemukan hanya
sedikit disebabkan oleh perbedaan struktur tanah, perbedaan suhu dan sebagainya. Sedangkan
berdasarkan perhitungan terhadap kerapatan populasi cacing tanah pada Pantai Cipatujah
maka dapat diketahui kerapatannya rendah yaitu sebesar 2,5 hal ini menunjukkan bahawa
cacing ini tidak memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada lingkungannya.
Untuk hasil penghitungan kelimpahan CMMR, diperoleh nilai N (Indeks Petersen-
Lincoln) yaitu sebesar 172,8. Adapun variasi kelimpahan/N yaitu sebesar 4.866. dari hasil
perhitungan diatas, dapat dikatakan bahwa kelimpahan populasi belalang pesek atau
Dissosteira carolina di Pantai Cipatujah, Sindangkerta relatif tinggi.
Adapun untuk indeks kerapatan pada pengamatan bitting tray ini menggunakan rumus
simpson dan diperoleh hasil yaitu 4,84. Hal ini menunjukan bahwa indeks kerapatan dari 6
pohon itu sebesar 4,84.
36