EKOLOGI HEWAN
Pantai Cipatujah Kecamatan Cipatujah Tasik Malaya
1. Kolomang - - -
Bivalvia
2. - - 1
kecil
Bivalvia
3. - - -
besar
4. Kuwuk 1 - -
5. Karang - 4 -
Ikan kecil
6. - - -
hitam
7. Ikan karang - - -
8. Keong - - -
9. Polichaeta - - -
Bintang ular
10. - - -
laut
11. Porifera - - 1
7 (7−1)
D=
1 (1−1)+1 (1−1)+4 (4−1)+1 (1−1)
7(6) 42
D= = = 3,5
0+0+4(3)+0 12
Kerapatan
7
X= = 2,3
3
Variasi
(∑n)2
∑(n2 )−
plot
S2 = 2
72
(12 +12 +12 +42 )−
𝟑
= 2
49
19−
3
=
2
19−16,3
=
2
= 1,35
Pola Distribusi:
2,3
= 1,703 (Kelompok)
1,35
D (Indeks Keanekaragaman) – Tumbuhan
Rumus:
82 (81)
D=
14 (13)+24 (23)+44 (43)
6642
=
182+552+1892
6642
= = 2,529
2626
Kerapatan
82
X= = 27,3
3
Variasi
822
(142 +242 +442 )−
𝟑
S2 =
2
6724
196+576+1936−
𝟑
=
2
2708−2241,3
=
2
466,7
= = 233,35
2
Pola Distribusi
27,3
= 0,1169 (Seragam)
233,35
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan di pantai Sindang Kerta Cipatujah
diperoleh hasil sebagai berikut. Pengamatan yang kami lakukan terdidiri dari 3 plot dengan
masing jarak 50 meter. Pada plot 1 terdapat 1 kewuk. Pada plot 2 terdapat 4 coelenterata, 14
alga hijau, 24 Sargassum sp., dan 44 Padina sp. Pada plot 3 terdapat 1 Porifera dan 1
Bivalvia.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil yaitu indeks keragaman hewan sebesar
3,5 kerapatan sebesar 2,3 variasi sebesar 1,35 dan pola distribusi sebesar 1,703 yang berarti
tipe penyebaran hewan pada pengamatan tersebut terjadi secara berkelompok. Adapun indeks
keanekaragaman tumbuhan sebesar 2,59 kerapatan sebesar 27,3 variasi sebesar 233,35 dan
pola distribusi sebesar 0,1169 hal ini menunjukan bahwa penyebaran tumbuhan tersebut
terjadi secara seragam.
HASIL CUPLIKAN CACING TANAH DENGAN METODE KUADRAT
2. 5,8 30 62 0,412 - 5 - - -
3. 6 32 68 0,721 - - - - -
4. 6,3 34 61 0,206 - - - - -
5. 6,3 32 67 0,824 - 2 - - -
6. 6,2 32 64 1,236 - - - - -
7. 6,3 33 60 0,206 - - - - -
8. 6,2 31 64 0,412 - 1 - - -
9. 6,2 33 53 0,206 - 3 - - -
25
Purata = = 2,5 %
10
Variasi = 8,28
Keterangan :
KMO = Kandungan Materi Organik
Ph = Cacing Photerima sp.
Po = Cacing Pontoscolex sp.
Perhitungan Pola Persebaran
Kuadrat X X2
1 7 49
2 5 25
3 0 0
4 0 0
5 2 4
6 0 0
7 0 0
8 1 1
9 3 9
10 7 49
Jumlah ∑x = 25 ∑x2 = 137
Purata diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata kerapatan (X) jumlah cacing, dengan rumus :
Kerapatan:
∑𝑥
𝑥=
𝑁
N = jumlah kuadrat
25
Kerapatan : 𝑥 = = 2,5
10
Variasi/Pola persebaran:
s2 = ∑(x2) – (∑x)2 / N s2 = Variasi
N–1 N = jumlah cuplikan
2
s = ∑(137) – (25) / 102
10 – 1
2
s = ∑(137) – (625) / 10
9
s2 = ∑ (137 – 62,5 )
9
2
s = 74,5 = 8,28
9
s2
Pola persebaran =
𝑥
8,28
= 2,5
PEMBAHASAN
Cacing tanah merupakan komponen makrofauna tanah, karena ukuran tubuhnya
cukup besar. Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing
tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya
dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke dalam tanah dan mengeluarkan
secret mucus yang dapat memperbaiki struktur tanah.
Berdasarkan hasil lapangan, pada garis transek 100m ditemukan cacing pada kuadran
ke 1, 2, 5, 8, 9, dan 10. Dari terkstur tanah kuadran 1, 2, 3, dan 4 berbeda dengan tanah pada
kuadran 5,6, 7, 8, 9 dan 10. Pada kuadran 1, 2, 3, dan 4 tanahnya berpasir sedangkan pada
kuadran 5,6, 7, 8, 9 dan 10 tanah biasa. pH pada semua kuadran cenderung asam yaitu dari
5,8-6,3. Suhu pada semua kuadran cukup tinggi yaitu sekitar 29-34 oC. Hal ini sangat sedikit
berbeda dengan literasi yang kami baca. Karena seharusnya kondisi lingkungan tanah yang
baik untuk organisme Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya
tidak terlalu dingin. Suhu media yang baik untuk pertumbuhan cacing Tanah adalah 15 –
25oC Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam
sampai netral. Derajat keasaman (pH) media yang dibutuhkan oleh cacing tanah adalah
sekitar 6 -7,2.
Sedangkan, Kelembapan sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah
berfungsi normal. Kelembapan media yang dibutuhkan cacing tanah adalah sekitar 15 - 30 %.
Namun dari hasil kelembaban yang kami peroleh sekitar 58 – 68 %. Hal ini sangat berbeda
jauh dengan kelembaban cacing yang seharusnya. Karena bila udara terlalu kering, akan
merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang
dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Akan tetapi pada kuadran
kami di temukan beberapa cacing, mungkin hal ini bisa jadi di sebabkan oleh
disfungsionalnya alat yang digunakan.
Pada hal ini, Bahan organik juga penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik
secara fisik, kimia, maupun biologi tanah. Proses penting yang berlangsung dan berhubungan
dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang selalu mencapai tingkat
keseimbangan. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat
lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses yaitu penambahan residu atau
sisa-sisa hewan dan perombakan bahan organik tersebut oleh jasad mikro perombak tanah.
Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam
pembentukan agregat tanah yang stabil.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum c-organik agar
mengetahui kandungan material organik didalam tanah tersebut. Adapun hasil pengamatan
dari kelompok kami pada plot 1 kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,206% dari 0,5
gram tanah, pada plot 2 kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,412% dari 0,5 gram tanah,
pada plot 3 kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,721% dari 0,5 gram tanah, pada plot 4
kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,206% dari 0,5 gram tanah, pada plot 5 kadar bahan
organik pada tanah sebesar 0,824% dari 0,5 gram tanah , pada plot 6 kadar bahan organik
pada tanah sebesar 1,236% dari 0,5 gram tanah, pada plot 7 kadar bahan organik pada tanah
sebesar 0,206% dari 0,5 gram tanah, pada plot 8 kadar bahan organik pada tanah sebesar
0,412% dari 0,5 gram tanah, pada plot 9 kadar bahan organik pada tanah sebesar 0,206% dari
0,5 gram tanah, dan pada plot 10 kadar bahan organik pada tanah sebesar 1,854% dari 0,5
gram tanah. Jadi pada praktikum ini menunjukan bahwa tanah (sampel) mengandung bahan
organik yang cukup sedikit, sehingga populasi cacing didalam tanah tersebut sedikit.
Dapat disimpulkan bahwa pola distribusi cacing tanah pada Pantai Cipatujah dapat
dikatakan berkelompok. Jumlah cacing yang ditemukan hanya sedikit disebabkan oleh
perbedaan struktur tanah, perbedaan suhu dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan
perhitungan terhadap kerapatan populasi cacing tanah pada Pantai Cipatujah maka dapat
diketahui kerapatannya rendah yaitu sebesar 2,5 hal ini menunjukkan bahawa cacing ini tidak
memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada lingkungannya.
Dari hasil pengamatan juga diketahui bahwa setiap jenis tanah mempunyai kandungan
bahan organik yang berbeda-beda, Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Iklim
Bahan organik cenderung meningkat dari iklim lebih dingin ke tempat yang
beriklim tropis.
2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah mempengaruhi persentase humus dan nitrogen dalam tanah. Hal
ini terkait dengan kemampuan mikroorganisme menguraikan sisa jasad makhluk
hidup pada masing-masing tekstur dan ruang yang tersedia bagi humus.
3. Topografi
Topografi mempengaruhi jenis vegetasi dan organisme yang hidup
diantaranya sehingga berpengaruh juga terhadap bahan organik yang terkandung
dalam tanah.
4. Vegetasi
Vegetasi yang ada diatas tanah merupakan penyumbang bahan organik tanah
melalui serasah yang dihasilkannya.
LEMBAR DATA
HASIL METODE BITING TRAY
Pohon Ke - Takson Hewan Jumlah
Araneidae (Laba-laba) 1
2
Formicidae (semut merah besar) 9
4 Acrididae (Belalang) 4
D=
75 (75−1)
6 (6−1)+32 (32−1)+1 (1−1)+1 (1−1)+4 (4−1)+(4−1)+1 (1−1)+4 (4−1)+1(1−1)+9 (9−1)+1(1−1)+2)2−1)+1(1−1)+4(4−1)+1(1−1)+2(2−1)+1(1−1)
5550
= 1146 = 4,84
D= 4,84 / 6 pohon
PEMBAHASAN (BITTING TRAY)
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan diperoleh data sebagai berikut. Pada jalur
transek sepanjang 100 m terdapat enam pohon. Pada pohon ke-1 terdiri lima famili dengan
tujuh spesies. Pada famili Gryllidae terdapat 6 jangkrik coklat dan 1 jangkrik hitam, famili
Formicidae terdapat 12 semut merah, dan 1 semut hitam, famili Ectobiidae terdapat 1 kecoa
kecil, famili Geometridae terdapat 1 ulat kecil dan 1 serangga kecil yang tidak diketahui
familinya. Pada pohon ke-2 terdiri dari empat famili dengan empat spesies. Pada famili
Gryllidae terdapat 4 jangkrik coklat tua, famili Araneidae terdapat 1 laba-laba, famili
Formicidae terdapat 9 semut merah besar dan 1 serangga kecil bokong merah. Pada pohon
ke-3 terdiri dari 3 famili dari 4 spesies. Pada famili Gryllidae terdapat 3 jangkrik hitam dan 2
jangkrik coklat muda, famili Formicidae terdapat 3 semut hitam, dan 1 serangga kecil yang
mirip kutu beras yang tidak diketahui familinya. Pada pohon ke-4 hanya terdapat 1 famili
yaitu Acrididae yang terdiri dari 4 belalang. Pada pohon ke-5 terdapat dua famili dengan 2
spesies. Pada famili Araneidae terdapat 1 laba-laba kuning kaki berbintik dan pada famili
Formicidae terdapat 2 semut merah kecil. Pada pohon ke-6 terdapat dua famili dengan dua
spesies yaitu famili Formicidae terdapat 20 semut merah dan famili Gryllidae terdapat 1
jangkrik hijau.
Adapun indeks kerapatan pada pengamatan bitting tray ini menggunakan rumus
simpson dan diperoleh hasil yaitu 4,84. Hal ini menunjukan bahwa indeks kerapatan dari 6
pohon itu sebesar 4,84.
LEMBAR DATA
HASIL JUMLAH INDIVIDU BERBAGAI JENIS HEWAN
(FIT FALL TRAP)
Catatan
Malam : 60
Siang : 88
Sedangkan pada malam hari pada plot 1 terdapat kutu air berjumlah 2, plot 2 terdapat
bangbung dan semut hitam yang masing-masing berjumlah 1, plot 3 terdapat laba-laba dan
semut merah yang masing-masing berjumlah 1, plot 4 hanya terdapat semut hitam yang
berjumlah 3, plot 5 terdapat laba-laba berjumlah 3 lalu jangkrik berjumlah 1 dan semut hitam
berjumlah 4, plot 6 tidak terdapat serangga, plot 7 terdapat semut hitam berjumlah 8 dan
serangga kecil berjumlah 1, plot 8 terdapat laba-laba berjumlah 2 lalu ada jangkrik,serangga
terbang dan semut merah berjumlah 1 dan semut hitam serta nyamuk berjumlah 4, plot 9
tidak terdapat serangga, dan plot 10 terdapat kecoa dan jangkrik berjumlah 1 lalu laba-laba
berjumlah 2 dan nyamuk berjumlah 10. Jadi jenis serangga yang mendominasi di permukaan
tanah pada daerah amatan adalah semut kecil.
Bahan Diskusi :
1. Apakah jenis plankton yang ditemukan di perairan laut (daerah litoral) sama dengan yang
ditemukan di kolam? Jenis-jenis apa saja yang anda temukan?
2. Bandingkan kepadatan populasinya untuk tempat-tempat yang berbeda!
Mana yang lebih padat populsinya dan jelaskan sebabnya!
3. Apa yang dapat anda simpulkan mengenai kerapatan jumlah cacing tanah di area studi
anda? Bagaimanakah kerapatan telur cacing?
4. Bagaimanakah pola penyebaran individu-individu cacing tanah maupun telur-telurnya
(bila ada), apakah berpola acak, seragam atau berkelompok?
5. Apakah ada hubungan antara pola dispersi dengan kondisi faktor-faktor lingkungan
cacing tanah?
6. Bandingkan hasil pengamatan anda dengan hasil kelompok kerja lain. Apa kesimpulan
anda mengenai persamaan maupun perbedaan yang di dapat?
7. Apabila pencuplikan cacing tanah dilakukan pada siang hari sekitar jam 13.00 – 14.00,
kiranya angka-angka kerapatan yang di dapat akan serupakah, lebih rendah atau lebih
tinggi daripada hasil cuplikan di pagi hari ? Jelaskan jawaban anda !
8. Apakah peranan cacing tanah dalam dinamika ekosistem tanah?
9. Sebutkan aspek-aspek terapan atau kegunaan cacing tanah bagi manusia !
Hasil Diskusi :
1.
2.
3. Berdasarkan perhitungan terhadap kerapatan populasi cacing tanah pada Pantai Cipatujah
maka dapat diketahui kerapatannya rendah yaitu sebesar 2,5 hal ini menunjukkan bahawa
cacing ini tidak memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada lingkungannya. Sedangkan
untuk kerapatan telur cacing tidak ada.
4. Pola penyebaran cacing tanah pada Pantai Cipatujah dapat dikatakan berkelompok.
5. Ada, pola dispersi ini di pengaruhi/disebabkan oleh perbedaan struktur tanah, perbedaan
suhu, Ph, kelembaban tanah dan udara yang berada di antara pemukiman warga
6. Dapat disimpulkan yaitu terdapat persamaan antara hasil pengamatan kelompok kami
dengan kelompok lain yaitu bahwa pola distribusi cacing tanah pada Pantai Cipatujah
dapat dikatakan berkelompok. Jumlah cacing yang ditemukan juga hanya sedikit karena
disebabkan oleh perbedaan struktur tanah, perbedaan suhu, Ph, kelembaban, dan yang
lainnya bahkan tidak ditemukan cacing tanah pada beberapa plot.
7. Angka kerapatannya tidak akan serupa, karena pada siang hari kondisi lingkungan atau
faktor lingkungannya cenderung labil bahkan suhunya dapat menigkat sehingga angka
kerapatannya rendah. Sedangkan jika dilakukan pengamatannya pada pagi hari mungkin
angka kerapatannya akang lebih tinngi karena sesuai dengan habitat cacing yang suka
dengan kondisi sejuk/lembab maka jumlah cacing yang akan di temukannya juga akan
lumayan banyak.
8. Peranan cacing tanah dalam ekosistem tanah yaitu menghasilkan kompos berlendir yang
kaya akan nutrisi bagi tanah, membantu meningkatkan mineral-mineral kunci untuk
tanaman bisa tumbuh dengan baik, membantu terbentuknya humus pada tanah, membantu
membangun struktur tanah yang baik bagi tanaman, membantu menghilangkan puing-
puing di permukaan tanah.
9. Kegunaan cacing tanah dalam kehidupan di dunia kesehatan adalah sebagai antipiretik
yaitu penghilang demam, cacing tanah juga mempengaruhi kesuburan dan produktivitas
tanah, dalam hal menjaga lingkungan cacing tanah berperan dalam sustainable
agriculture karena mampu mengurangi kandungan pupuk kimia di dalam tanah serta air
tanah, juga di dunia kecantikan dan kesehatan cacing tanah berperan melalui asam amino
yang menurut penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan ikan dan daging.
Kesimpulan :