Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan jiwa
sebagai “keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan
tanpa penyakit atau kelemahan.” Definisi ini menekankan kesehatan sebagai
suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar tanpa penyakit. Tidak ada
satupun definisi universal kesehatan jiwa, tetapi kita dapat menyimpulkan
kesehatan jiwa seseorang dari prilakunya. Suatu kondisi sehat emosional,
psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan. Pada kasus skizofrenia hal itu tidak terjadi karena kerusakan
pada sistem neurotransmilter di otak.
Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada
fungsi otak. Menurut Nancy Andreasen 2008 (dalam yosep 2011) dalam
Broken Brain, the Biological Revolutionin Psychiatry,bahwa bukti-bukti
terkini tentang skizofrenia merupakan suat hal yang melibatkan banyak sekali
faktor. Faktor-faktor ini meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan
struktur kimia otak, dan faktor genetik.
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang
aneh dan terganggu (Videbeck, 2008). Skizofrenia tidak disebabkan oleh
suatu penyakit badaniah, sebab dari dahulu hingga sekarang para sarjana tidak
dapat menemukan kelainan patologis-anatomis atau fisiologis yang khas pada
susunan saraf (dalam buku ilmu kedokteran Maramis 2009).
Adapun salah satu gejala dari skizofrenia adalah halusinasi.
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, di mana tidak
terdapat stimulus seperti mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang
sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak ada pada
tubuhnya. Gejala yang biasanya timbul, yaitu klien merasakan ada suara dari
dalam dirinya. Kadang suara itu datang menyejukkan hati, memberi

1
kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang
sangat berbahaya, seperti bunuh diri (Yosep, 2011).
World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari
450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan didunia, bahkan berdasarkan data
dari Study World Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan
global masyarakat(Global BurdenDisease)disebabkan oleh masalah gangguan
jiwa. Angka tersebut menunjukkan jumlah penderita gangguan jiwa
dimasyarakat sangat tinggi.
Jumlah penderita gangguan jiwa se-indonesia dalam satu tahun
dengan jumlah penduduk 220 juta orang. Jumlah klien Gangguan jiwa di
Indonesia terdiri dari psikosa fungsional 520.000, sindroma otak organic akut
65.000, sindroma otak organic menahun 130.000, retardasi mental 2.600.000,
nerosa 6.500.000, psikosomatik 6.500.000, gangguan kepribadian 1.300.000,
ketergantungan obat 1.000 (Yosep, 2011).
Dengan meningkatnya angka gangguan jiwa di Indonesia pada
umumnya, maka perlunya dilakukan perawatan yang lebih intensif pada klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi secara menyeluruh meliputi
biopsikososiospiritual, penanganan klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pada khususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan
ke arah profesionalisme profesi keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1998 ).
Berdasarkan fakta-fakta seperti itu sudah seharusnya menjadi cacatan
bagi kita di Indonesia dalam mengatasi kesehatan jiwa yang sudah
mengkhawatirkan Karena secara nyata kondisi seperti itulah yang merupakan
salah satu pemicu yang memunculkan rasa stress, depresi dan berbagai
gangguan jiwa pada manusia, sehingga perawatan masalah dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi sangat memerlukan perhatian yang sungguh-
sungguh, karena seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri
rendah pasti akan merasa dirinya tidak berharga, tidak mampu, dan selalu
mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, yang mana hal ini dapat memicu
seseorang mengalami stress. Menurut Mardiana (2008), dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi strategis dalam menurunkan

2
angka kekambuhan gangguan persepsi sensori : halusinasi, meningkatkan
kemandirian dan taraf hidupnya .
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas
masalah asuhan keperawatan pada Nn”M” dengan gangguan persepsi sensori
: Halusinasi pendengaran di ruangan Cempaka RS Ernaldi Bahar Palembang
Tahun 2019.

1.2 Ruang Lingkup


Dalam laporan seminar mahasiswa profesi Ners membahas tentang
asuhan keperawatan pada Nn”M” dengan gangguan persepsi sensori :
Halusinasi pendengaran di ruangan Cempaka RS Ernaldi Bahar Palembang
pada tanggal 10-13 Juli 2019.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengimplementasikan tentang asuhan keperawatan pada
Nn”M” dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran di
ruangan Cempaka RS Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi sensori
: Halusinasi pendengaran.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
e. Mengevaluasi hasil tindakan pada klien gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.
f. Mendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

3
g. Dapat membandingkan antara kesenjangan teori dengan kenyataan
yang penulis temukan dilapangan.

1.4 Tempat dan Waktu


1.4.1 Tempat
Asuhan keperawatan ini dilakukan di ruang cempaka Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2019.
1.4.2 Waktu
Asuhan keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juli-13 Juli
2019.

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
Dapat memberikan informasi dan sumbangan pikiran dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa asuhan keperawatan pada Nn.
“M” dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2019 oleh mahasiswa
dan perawat.
1.5.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang
Laporan kasus seminar ini diharapkan menjadi referensi tambahan
yang bermanfaat khususnya bagi mahasiswa keperawatan serta dapat
dijadikan sumber rujukan bagi penulis yang akan datang tentang
asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan sensori
persepsi: halusinasi pendengaran.
1.5.3 Bagi Mahasiswa
a) Penulis dapat mengerti dan lebih menguasai teori halusinasi
b) Penulis dapat memperluas ilmu pengetahuan dan menambah
wawasan tentang halusinasi
c) Penulis dapat mengaplikasikan teori halusinasi secara benar kepada
pasien dengan halusinasi dalam praktek lapangan.
d) Penulis dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kesehatan Jiwa


2.1.1 Pengertian Kesehatan jiwa
Kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungannya untuk
berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai
kesejahteraan, perkembangan yang optimal, dengan mengginakan
kemampuan mentalnya (kognisi.afeksi, dan relasi) memiliki prestasi
individu serta kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku.
(Australian Health Minister, Mental Health Nursing Practice, 1996:25
didalam Yosep & Sutini, 2016)

2.1.2 Kriteria sehat jiwa menurut (yahoda didalam Yosep & Sutini, 2016)
sebagai berikut :
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi (keseimbangan/ keutuhan)
d. Otonomi
e. Persefsi realitas
f. Enviromental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan
lingkungan.

Menurut (Yosep & Sutini, 2016 ) Rentang sehat jiwa yaitu :


a. Dinamis bukan titik statis
b. Rentang dimulai dari sehat optimal
c. Adanya variasi tiap individu
d. Menggambarkan kemampuan adaptasi
e. Berfungsi secara efektif :sehat

5
Bagan 1.1 Rentang Sehat Jiwa

Sehat Optimal Sakit kronis - mati

(Yosep & Sutini, 2016)

2.1.3 Karakteristik gangguan jiwa


Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan
gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang
itu tetapi juga dengan masyarakat. (Maramis, 2010 di dalam Ah Yusuf,
dkk, 2015)
2.1.4 Menurut (Ah, Yusuf, dkk, 2015) Klasifikasi gangguan jiwa yaitu :
a. Perilaku kekerasan.
b. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan,
verbal).
c. Gangguan persepsi sensori: halusinasi (pendengaran, penglihatan,
pengecap, perabaan, penciuman).
d. Gangguan proses pikir.
e. Kerusakan komunikasi verbal.
f. Risiko bunuh diri.
g. Isolasi sosial.
h. Kerusakan interaksi sosial.
i. Defisit perawatan diri (mandi, berhias, makan, eliminasi).
j. Harga diri rendah kronis.
Dari seluruh klasifikasi diagnosis keperawatan yang paling sering
ditemukan di rumah sakit jiwa ini, telah dibuat standar rencana

6
tindakan yang dapat digunakan acuan perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kesehatan jiwa.

2.2 Konsep Dasar Penyakit


2.2.1 Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek
tanpa adanya rangsangan dari luar,gangguan persepsi sensori ini
meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala
gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi
serta merasakan sensasi palsu berupa suara,penglihatan,pengecapan,
perabaan, atau pencium. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (Ah Yusuf, dkk, 2015).
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang,
dimana tidak terdapat stimulus, dimana pasien merasakan stimulus
yang sebenarnya tidak ada seperti melihat bayangan orang atau sesuatu
yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut.
(Varcarolis,Carson, Shoemaker, 2006 didalam Yosep & Sutini, 2016).
Halusinasi penglihatan adalah kondisi dimana klien melihat suatu
bayangan yang menakutkan, padahal tidak ada bayangan tersebut,
salah satu manifetasi yang timbul dapat membuat klien tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari. (Sutejo, 2017).

2.2.2 Faktor pencetus/presipitasi


a. Nature
Factor biologis : kurang nutrisi, ada gangguan kesehatan secara
umum (menderita penyalit jantung, kanker, mengaalami trauma
kepala atau sakit panas hingga kejang-kejang) dan sensitivitas
biologi yaitu terpapar zat racun
Faktor Psikologis : mengalami gangguan atau hambatan dalam
keterampilan nkomunikasi verbal, ada kepribadian menutup diri,
ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, konsep diri
yang negative, kurangnya penghargaan, pertahanan psikologis

7
rendah, self control ada terpapar stimulus suara, rabaan,
penglihatan, penciuman, dan pengecapan, gerakan berlebihan dan
kklien tidak bisa mengontrol
Factor social budaya : usia, gender, pendidikan rendah atau putus
atau gagal sekolah, pendapatan rendah, tidak punya pekerjaan,
status sosil jelek tidak terlibat dalam kegiatan masyarakat, latar
belakang budaya, tidak dapat menjalankan agama dan keyakinan,
keikutsertaan dalam politik, dan tidak dapat menjalankan peran
social.
b. Origin
Internal : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang
lain dan lingkungannya
Eksternal : kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, dan kurang
dukungan kelompok teman sebaya
c. Timing
Stres terjadi dalam waktu dekat stres terjadi secara berulang-ulang
dan terus-menerus
d. Number
Sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai masalah
yang berat

2.2.3 Faktor pendukung/predisposisi


a. Biologi
Genetik diturunkan melalui kromoson orang tua, Kelainan fisik,
lesi pada daerah frontal, temporal, dan lembik, riwayat janin pada
saat prenatal dan prenatal meliputi trauma penurunan O2 pada saat
melahirkan, premature, preeklamsia, malnutrisi, stres, ibu perokok,
alcohol, pemakai obat-obatan, infeksi, hipertensi dan agen
moteragenik. Ada riwayat gangguan nutrisi disertai dengan
penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulmian nervosa,
keadaan kesehatan secara umum, misalnya kurang gizi kurang
tidur, kelemahan. Infeksi penurunan aktivita, malas untuk mencari

8
pelayanan bantuan kesehatan. Riwayat penggunaan obat
halusinogen riwayat terkena infeksi dan trauma serta radiasi dan
riwayat pengobatan. Dan paparan terhadap racun, paparan virus
influenza, pada trimester ketiga kehamilan karena gangguan
fisiologi otak.
b. Psikologis
- Intelegensi : Riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dan
kurangnya suplai oksigen dan glukosa sehingga
mempengaruhi fungsi kopgnitif sejak kecil. Gangguan
keterampilan verbal akibat factor komunikasi dalam keluarga
seperti komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi,
komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup ,
adanya riwayat gangguan fungsi bicara akibatnya adanya
riwayat stroke trauma kepala, dan adanya riwayat gagap yang
mempengaruhi fungsi verbal.
- Moral : riwayat tunggal di lingkungan yang dapat
mempengaruhi moral individu misalnya lingkungan keluarga
yang broken home dan konflik
- Kepribadian : mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus
asa, dan menutupi diri
- Pengalaman masa lalu : Orang tua yang otonter dan selalu
membandingkan, Konflik orang tua sehingga salah satu orang
tua terlalu menyayangi anaknya, Anaknya yang dipelihara
oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak
berperasaan, Ayah yang mengambil jarak dengan anaknya,
Mengalami penolakan atau tindakan kekerasan dan tentang
hidup klien baik sebagai korban, pelaku maupun saksi, dan
Penilaian negative yang terus menerus dan orang tua
- Konsep diri : Adanya riwayat ideal diri yang tidak realitas,
identitas diri tidak jelas, harga diri rendah, krisi peran dan
gambaran diri negative, Motivasi riwayat kurangnya
penghargaan dan riwayat kegagalan

9
- Pertahanan psikologis : Ambang toleransi terhadap stres
rendah dan adanya riwayat gangguan perkembangan
- Self control : Adanya riwayat tidak bisa mengontrol stimulus
yang dating misalnya suara, rabaan, penglihatan, penciuman,
pengecapan, dan pergerakan

c. Sosial budaya
- Usia : riwayat perkembangan yang tidakn sesuai
- Gender : riwayat tidak jelasnya identitas dan kegagalan
sekunder
- Pendidikan yang rendah riwayat putus sekolah dan gagal
sekolah
- Pekerjaan : stress full dan pekerjaan beresiko tinggi
- Pendapatan : penghasilan rendah
- Status social : tunawisma dan kehidupan tunasosial
- Keterbelakangan bidaya : tuntutan social budaya seperti
paternalistic dan adanya stigma masyarakat, adanya
kepercayaan terhadap hal-hal magis dan sihir serta adanya
pengalaman keagamaan
- Agama dan keyakinan : riwayat tidak bisa menjalankan
aktivita keagamaan secara rutin dan kesalahan persepsi
terhadap ajaran agam tertentu
- Keikutsertaan dalam politik : riwayat kegagalan dalam politik
- Pengalaman social : perubahan dalam kehidupan misalnya
bencana perang, kerusuhan, perceraian, dengan istri, tekanan
dalam pekerjaan dan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan
- Peran social : isolasi social khusus untuk usia lanjut, stigma
yang negative dari masyarakat, dan diskriminasi

2.2.4 Tanda dan gejala


Menurut Sutejo (2017) tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien (Do) serta ungkapan klien (Ds). Adapun
tanda dan gejala klien halusinasi adalah :

10
a. Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi penglihatan mengatakan bahwa klien
1) melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster
2) merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
b. Data objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi penglihatan melakukan hal –hal berikut :
1) Berbicara atau tertawa sendiri
2) marah-marah tanpa sebab
3) menunjuk-nujuk ke arah tertentu
4) ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
2.2.5 Akibat
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A,
1998:27 didalam Wijayaningsih, 2015). Seseorang yang dapat beresiko
melakukan tindakkan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat
menunjukkan perilaku :
a. Data subjektif :
1) Mengungkapkan, mendengar, atau melihat objek yang
mengancam
2) Mengungkapkan perasaan takut, cemas, dam khawatir.
b. Data obyektif :
1) Wajah tegang, merah
2) Mondar – mandir
3) Mata melotot, rahang mengatup,
4) Tangan mengepal
5) Keluar keringat banyak
6) Mata merah

11
2.2.6 Rentang respon
Menurut Stuart (2013) didalam Sutejo (2017) Rentang respon
neurobiologi halusinasi adalah sebagai berikut :
Bagan 1.2 Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses


menyimpang pikir : waham
Persepsi akurat
Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten
dengan Emosi tidak stabil Ketidakmampuan
pengalaman untuk mengalami
Perilaku aneh emosi
Perilaku sesuai
Menarik diri Ketidakteraturann
Hubungan sosial
isolasi

Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham


merupakan gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan
dari respon neurobiologi. Oleh karenanya secara keseluruhan, rentang
respon halusinasi mengikuti kaidah rentang respon neurobiologi.
Rentang respon neurobiologi yang paling adaptif adalah adanya
pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang
respon yang paling maladaptif adalah adanya waham, halusinasi, termasuk
isolasi sosial menarik diri.. Dari bagan diatas bisa dilihat rentang respon
neurobiologis bahwa respon adaptif sampai maladaptif yaitu:
a. Respon adaptif
1) Pikiran logis : Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
2) Persepsi akurat : Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa
secara cermat.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman : Kemantapan perasaan jiwa
sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.

12
4) Perilaku sesuai : Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang
tidak bertentangan dengan moral.
5) Hubungan social : Hubungan seseorang dengan orang lain dalam
pergaulan di tengah-tengah masyarakat.
b. Respon transisi
1) Pikiran kadang menyimpang : Kegagalan dalam mengabstrakkan dan
mengambil kesimpulan.
2) Ilusi : Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3) Reaksi emosi berlebihan atau berkurang : Emosi yang diekspresikan
dengan sikap yang tidak sesuai.
4) Perilaku aneh atau tak lazim : Perilaku aneh yang tidak enak
dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal
orang lain.
5) Menarik diri : Perilaku menghindar dari orang lain.
c. Respon maladaptif
1) Gangguan pikiran atau waham : Keyakinan yang salah yang secara
kokoh dipertahankan walau tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita sosial.
2) Halusinasi : Persepsi yang salah terhadap rangsang.
3) Ketidakmampuan untuk kontrol emosi : Ketidakmampuan atau
menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,
keakraban dan kedekatan.
4) Ketidakteraturan perilaku : Ketidakselarasan antara perilaku dan
gerakan yang ditimbulkan.
5) Isolasi sosial : Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam

13
2.2.7 Pohon masalah
Bagan 1.2 Pohon masalah

Effect Risiko mencederai diri sendiri, orang lain , dan lingkungan

Core problem
Perubahan sensori persepsi : halusinasi

Cause Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

(Keliat,2006 didalam Sutejo, 2017)

2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Masalah keperawatan
1) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
2) Perubahan sensori persepsi : Halusinasi
3) Isolasi sosial : menarik diri
b. Data yang perlu dikaji
1) Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
Data Subjektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
Data Objektif :
a) Mata merah, wajah agak merah
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/ orang lain
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
d) Merusak dan melempar barang

14
2) Perubahan sensori persepsi : Halusinasi
Data Subjektif :
a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
b) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
c) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata
d) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
e) Klien takut pada suara/ bunyi/ gambaran yang dilihat dan
didengar
f) Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.
Data Objektif :
a) Klien berbicara dan tertawa sendiri
b) Klien bersikap seperti mendengar/ melihat sesuatu
c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
d) Disorietasi
3) Isolasi sosial : Menarik diri
Data Subjektif :
a) Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa
b) Klien mengatakan dirinya bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
Data Objektif :
a) Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alterative tindakan.
b) Ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup, apatis,
ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang, aktifitas menurun,

15
posisi janin pada saat tidur, menolak berhubungan, kurang
memperhatikan kebersihan.

2.4 Diagnosa keperawatan


Menurut Sutejo (2017) dari pohon masalah diatas maka dapat diambil
masalah keperawatan yang mungkin muncul :
a. Risiko tinggi perilaku kekerasan.
b. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronis

16
BAB III
PROFIL RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR

A. Profil Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan


1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan
Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada mulanya bernama Rumah sakit
jiwa yang di dirikan pada tahun 1920 seperti tertuang dalam besluit
tanggal 21 mei 1920 No. 21 dari Burgelijky Geneeskunding Dienst,
kemudian Besluit No. 41 tanggal 25 febuari 1922 tentang personalia yang
bertugas ditempat itu.
Pada tahun 1923 dibangun “Verpleecchtehuiz” ( Rumah Perawatan
) pertama di Indonesia yaitu di ujung pandang dan Palembang, untuk
Palembang terletak di jalan Wirangga Wiro Sentiko yang sekarang
ditempati oleh polisi militer kodam II Sriwijaya. Pada tahun 1942 di
pindahkan di Baturaja kemudian dipindahkan lagi ke Kurungwan Nyawa
Ogan Komering Ulu ( OKU ) yang dipimpin oleh R.R Setiardjo.
Rumah sakit Jiwa Palembang Mulai di bangun tahun 1954 – 1955
dengan nama Rumah Sakit Sukabangun. Karena situasi keamanan saat itu
maka sebagian bangunan di tempati Batalion Basis TNI AD. Setelah
keadaan aman pada tahu 1957 mulai dirintis terdirinya unit pelayanan
kesehatan jiwa berupa poliklinik penyakit jiwa dan syaraf yang dipimpin
oleh Dr. Chasanah Goepito, dan secara resmi dibuka pada tanggal 13 juli
1958.
Berdasarkan surat pemimpin Rumah Perawatan Sakit jiwa kurang
nyawa tanggal 4 januari 1957 No. 10/20/A/Rpsd dan tanggal 3 juli 1958
No.365/20/B/Rpsd/V/58 dan tanggal 24 juli 1958 No. 258/peg/V/58
pegawairumah sakit jiwa sukabangun dan kurungan 44 dipindahkan ke
rumah sakit jiwa sukabangun berdasarkan SK Menkes No.
4287/PAL/1958 disertai mutasi 21 orang pegawai rumah sakit kurangan
nyawa. Pada tanggal 18 agustus 1958 dilakukan peresmian oleh kepala

17
bagian penyakit jiwa KEMENKES RI menjadi rumah sakit jiwa suka
bangun yang dipimpin oleh Dr. Chasanah Geopito.
Selanjutnya sesuai perkembangannya Rumah Sakit Ernaldi Bahar
yang merupakan unit pelaksanaan tehnis daerah ( UPTD Provinsi
Sumatera Selatan dibentuk berdasarkan peraturan daerah No. 9 tahun 2001
sebagaimana telah diubah dengan peraturan daerah ( Perda ) No. 3 tahun
2006 kemudian peraturan daerah No. 9 tahun 2008 pasal 247 mempunyai
wewenang menyelenggarakan tugas umum pemerintah dibidang
kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan jiwa sebagai unggulan dan
kesehatan dasar lainnya. Sesuai peraturan Gubernur Sumatera Selatan No.
481/KPTS/BPKAD/2013 Tanggal 9 desember 2013 tentang penetapan
Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai satuan kerja perangkat daerah yang
menerapkan pola pengelolaan keuaangan badan layanan umum daerah (
PPK-BLUD ) bertahap, kemudian pada tahun 2016 sesuai dengan
keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor : 437/KPTS/BPKAD/2016
tentang peningkatan status pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum Daerah (BLUD penuh). Pola pengelolaan keuangan BLUD ( PPK
BLUD ) merupakan pola pengelola keuangan yang memberikan
fleksibilitas berupa kelulusan untuk menerapkan praktik – praktik bisnis
yang sehat.
Pemimpin yang pernah menjabat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
1. Dr. R Setiardjo pemimpin RSPD kurangannyawa
2. D.r Chasana Goepito, SpkJ Tahun 1958 – 1978
3. Dr. Achamad Hardiman, SPKJ, MARS Tahun 1978 – 1985
4. Dr. Jusmansyah Hardiman, SPKJ, MM Tahun 1985 – 1992
5. D.r F soenartoBoediadi, SPKJ, MM Tahun 1992 – 2003
6. Dr. Nurlaila Atika, MM Tahun 2003 – 2005
7. D.r H. Syahrul Muhammad, Msc Tahun 2005 – 2005
8. Dr. H. Chairil Zaman, Msc Tahun 2005 – 2009
9. D.r Latifah, SPKJ, M. Kes Tahun 2009 – 2012
10. Dr. Hj. Yumidiansi F, M.Kes Tahun 2012 – Sekarang

18
2. Luas Wilayah
Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan berada
dalam wilayah kota Palembang, dengan luas tanah 100.300 m² dan luas
bangunan 28.378 m². Gedung Rumah Sakit Ernaldi Bahar di bangun tahun
2010 dan mulai Beroprasional tahun 2012.
3. Alamat Rumah Sakit
Alamat : Jl. Tembusan Terminal Km 12 No. 02 Kelurahan Alang –
Alang Lebar Kecamatan Alang – Alang Lebar Palembang. Telp : ( 0711 )
5648126 No Fax : ( 0711 ) 5648124

B. Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit Ernaldi Bahar


1.1 Visi Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Pernyatan Harapah Rumah Sakit Ernaldi BaharTertuang dalam
sebuah Visi Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai berikut :
“ Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sebagai Pusat Rujukan Pelayanan dan
Pendidikan Kesehatan Jiwa yang Prima dan Berdaya Saing Nasional”
Mengandung Makna :
1. Pusat rujukan pelayanan kesehatan jiwa mengandung makna bahwa
Rumah Sakit Ernaldi Bahar menjadi tempat pelayanan kesehatan jiwa akhir
dari daerah yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.
2. Pusat pendidikan kesehatan jiwa berarti bahwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
menjadi tempat pusat belajar tentang kesehatan jiwa bagi institusi kesehatan.
3. Prima mengandung harapan bahwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar memiliki
kemmpuan, ketangguhan serta keunggulan dibandingkan Rumah Sakit
lainnya.

1.2 Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar


Dalam rangka mewujudkan Visi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan tersebut diatas, maka kemudian diterjemahkan dalam misi
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, yaitu sebagai berikut :

19
1. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Jiwa.
2. Mengembangkan Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Jiwa.

1.3 Tujuan Rumah Sakit Ernaldi Bahar


Adapun tujuan yang akan dicapai oleh Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan dalam mewujudkan Misinya adalah sebagai
berikut :
1. Dalam mewujudkan misi kesatu yaitu “meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan jiwa” maka tujuan yang ingin dicapai adalah “ Tersedianyan
Pelayanan Kesehatan Jiwa yan Bermutu”.
2. Dalam mewujudkan Misi keduanya yaitu “mengembangkan fasilitas
pendidikan dan pelatihan kesehatan jiwa” maka tujuan yang ingin dicapai
adalah “meningkatkan pelayanan Rumah sakit Ernaldi Bahar sebagai Rumah
Sakit Pendidikan yang Berkualitas.

1.4 Sarana dan Prasarana


Rumah sakit ernaldi bahar menyediakan banyak sekali layanan kepada
masyarakat luar. Beberapa diantaranya adalah gawat darurat, psikiatri atau
kejiwaan, psikologi, klinik spesialis, klinik NAPZA, rehabilitas medik,
rehabilitas mental dan social, radiologi, pendidikan dan pelatihan atau diklat,
farmasi laboratorium, perpustakaan, tempat ibadah, dan ruang pertemuan.
Untuk ruang rawat inapnya sendiri terdiri dari cempaka dan kenanga khusus
untuk perempuan sedangkan cendrawasi, merpati dan bangau khusus untuk
laki-laki. Kemudian ada 2 ruanga khusus yaitu ruang asoka (gaduh gelisah)
dan camar (NAPZA).

20
BAB IV
GAMBARAN KASUS

A. Identitas Klien
Nama : Nn. “M”
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status perkawinan : Belum Menikah
No. RM : 03.08.65
Pendidikan : Tamat SMA
Tanggal Masuk RS : 3 Juli 2019
Tanggal Pengkajian : 9 Juli 2019

B. Alasan Masuk/ Faktor Presipitasi


Keluarga klien datang ke RS Ernaldi Bahar untuk berobat ke poliklinik,
saat diperiksa, dokter memutuskan klien untuk rawat inap karena klien mendengar
suara bisikan dan berbicara sendiri, klien juga putus minum obat saat di rumah
dan cepat lelah hingga ketakutan. Keluarga klien mengatakan klien pernah hampir
memukul tetangganya. Keluarga klien mengatakan klien sering terlihat
memandang dengan tatapan tajam.

Masalah Keperawatan :
- GSP: Halusinasi pendengaran
- Resiko perilaku Kekerasan

C. Faktor Predisposisi
1. Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS Ernaldi Bahar pada
tahun 2010 yang lalu
2. Pengobatan sebelumnya tidak minum obat secara teratur

21
Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik - - -

Aniaya seksual - - -

Penolakan - - -

Kekerasan dalam keluarga - - -

Tindakan kriminal - - -

Klien mengatakan bahwa klien tidak pernah ada terkena aniaya fisik, seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga maupun tindakan kriminal.
Masalah Keperawatan :GSP Halusinasi Pendengaran

3. Anggota keluarga yang gangguan jiwa


Keluarga Klien mengatakan kakak pertama Nn”M” mengalami gangguan
jiwa, suka bicara dan tertawa sendiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai banyak teman dan sering
menyendiri, bingung, dan keluarga klien mengatakan klien dulu ingin kuliah
tetapi karena keterbatasan ekonomi orang tua klien tidak bisa melanjutkan
kuliah, klien juga minder dengan teman-temannya karena ekonomi.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah

D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda – tanda vital
TD : 100/70 mmHg HR : 90 x/menit
T : 36oc RR : 20 x/menit
2. Ukur
BB: 68 kg TB : 148cm
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah

22
E. Psikososial
1. Genogram

Keterangan :
Perempuan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
Laki-Laki Orang yang tinggal serumah

X Meninggal Klien

Jelaskan :
Keluarga klien mengatakan bahwa ibu klien anak kedua dari 5 bersaudara,
sedangkan ayah klien anak ketiga dari6 bersaudara. Klien sendiri adalah anak ke 3
dari 4 bersaudara. 3 saudara laki laki dan klien adalah perempuan sendiri, klien
tinggal dengan kedua orang tuanya dan saudara laki-lakinya yang tertua.
Komunikasi lancar, pengambil keputusan dalam keluarga adalah keluarganya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah


2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Klien merasa percaya diri dan senang dengan bentuk
tubuh dan penampilannya terutama bagian rambut.
b. Identitas : Klien mengatakan bahwa namanya Nn “M” yang berjenis
kelamin perempuan dan belum menikah
c. Peran : Klien mengatakan ia tidak bekerja dan hanya dirumah dan
membantu pekerjaan rumah bersama ibunya.

23
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin pulang dan ingin sembuh dan kembali
membantu ibunya
e. Harga diri : Klien mengatakan putus asa dengan keadaannya dan sering
merasa malu
Masalah Keperawatan :harga diri rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah
ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan apapun dimasyarakat
ataupun kelompok.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien berbicara dengan orang sekitar merasa malu
Masalah Keperawatan :Harga diri rendah

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa beragama islam dan percaya kepada
Allah SWT dengan menjalankan sholat.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang shalat, klien mengatakan malas untuk
beribadah.
Masalah Keperawatan : Distres spiritual

F. Status Mental
1. Penampilan
Hasil observasi menunjukkan penampilan cukup rapi, klien menggunakan
seragam rumah sakit, rambut disisir rapi, kuku klien pendek dan bersih, klien
juga menggunakan sandal sebagai alas kaki.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

24
2. Pembicaraan
Hasil observasi menyatakan nada bicara pelan dan tampak bingung, tetapi
klien tahu dan mengerti apa yang dikatakan oleh perawat dan terkadang klien
tampak berbicara sendiri saat sedang bicara dengan perawat.
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
3. Aktivitas motorik
Klien Nampak lesu dan malas beraktivitas dan tidak bersemangat dalam
beraktivitas dan lebih memilih untuk tidur karena malam sulit tidur karena
banyak suara-suara ditelinga .terkadang klien mengobrol dengan orang yang
ada didekatnya dan bercanda.
Masalah Keperawatan :Halusinasi pendengaran
4. Alam perasaan
Klien mengatakan putus asa dengan keadannya karena tidak memiliki
teman di sekitar rumah, dan tidak menerima keadaan keluarga karena keadaan
ekonomi keluarga.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
5. Afek
Klien Nampak labil,dengan emosi yang berubah-ubah, kadang terlihat
sedih, terkadang terlihat tersenyum dan sesekali ekspresi wajah tampak serius
Masalah Keperawatan :Harga diri rendah
6. Interaksi selama wawancara
Hasil observasi dan interaksi selama wawancara menunjukkan klien tidak
kooperatif saat diajak bicara, dan merasa curiga. Hanya beberapa pertanyaan
saja yang ia jawab dan tampak bicara sendiri
Masalah Keperawatan :Halusinasi pendengaran
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara/ bisikan yang mengganggunya
pada saat malam hari dan ketika klien sendirian, respon pasien : takut, kadang
sedih.
Masalah Keperawatan :
Perubahan persepsi sensori :Halusinasi pendengaran
8. Isi pikir

25
Klien mengatakkan tidak memiliki obsesi atau curiga terhadap sesuatu
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah
9. Proses pikir
Hasil observasi dan saat wawancara menunjukkan sirkumtansial, klien
mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan yang datang pada saat
klien sendiri, bisikan itu membuat klien menangis dan sedih
Masalah Keperawatan :Halusinasi pendengaran
10. Tingkat kesadaran
Hasil observasi, orientasi, waktu, tempat dan orang masih baik. Saat
ditanya orientasi waktu, sekarang pagi atau malam klien mengatakan pagi,
sekarang berada dimana klien menjawab berada di RS. Terkadang klien
tampak bingung dengan pertanyaan yang di tanyakan perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
11. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang
Klien tidak ingat kapan terakhir sekolah dan pendidikan
terakhirnya adalah SMA.
b. Gangguan daya ingat jangka pendek
Klien mampu mengingat kejadian yang terjadi dalam bulan
terakhir misalnya, klien dibawa ke RS oleh keluarganya.
c. Gangguan daya ingat saat ini
Klien mampu mengingat kejadian yang baru terjadi, misalnya saat
ditanya kegiatan yang dilakukan klien tadi pagi, klien menjawab senam
dan keliling-keliling rumah sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih, pada saat ditanya klien mampu mempertahankan kontak
mata. Klien mampu berhitung 1-10, kemudian lupa dan ingat kembali
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian

26
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang
lain seperti klien memutuskan untuk memilih mandi dulu sebelum makan
atau makan dulu sebelum mandi
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa dirinya sadar akan kondisinya yang sedang
mengalami gangguan pada pendengarannya yang suka mendengar bisikan-
bisikan yang tidak nyata.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

G. Kebutuhan Perencanaan Pulang


1. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Klien mandi 2 kali sehari pagi dan sore hari secara mandiri.
2) BAK/BAB
Klien BAK/BAB secara sendirian tanpa bantuan, menggunakan kamar
mandi ketika BAB/BAK.
3) Makan
Klien makan 3 kali sehari secara mandiri.
4) Ganti pakaian
Klien mengganti pakaian dengan pakaian yang disediakan.
5) Kebersihan
Klien mengatakan terbiasa membuang sampah pada tempatnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
b. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan saat dirumah jarang tidur siang, saat di rumah sakit
klien selalu tidur siang karena tidak ada kerjaan lain. Saat di rumah
sakit, klien mengatakan tidur siang sekitar jam 13.00 s.d 15.30 dan pada
saat malam hari klien sulit tidur karena terkadang mendengar suara-
suara.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

27
2. Penggunaan Obat
Klien mampu minum obat secara mandiri sesuai dengan jadwal
namun cara menggunakan obat dibantu oleh perawat sesuai 5B (Benar
obat, pasien, dosis, waktu dan cara pemakaian).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

3. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan saat ini apabila sembuh, klien akan rutin kontrol
ke rumah sakit dan minum obat secara teratur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

4. Aktivitas di dalam rumah


Klien mengatakan saat dirumah sering membantu ibunya mengurus
rumah tangga seperti mencuci baju, membereskan rumah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. Aktivitas di luar rumah


Klien mengatakan kegiatan di luar rumah sering membantu ibunya
untuk membeli kebutuhan rumah di warung dekat rumah klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

H. Mekanisme Koping
Klien terkadang bereaksi lambat dan klien masih suka menghindar dari
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah

I. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien memiliki masalah dengan dukungan kelompok yaitu klien tidak mampu
berkumpul dengan orang lain, dengan lingkunganny klien mengatakan ia tidak
bisa berinteraksi dengan lingkungan, ibu klien mengatakan klien tidak
memiliki teman di lingkungan sekitar rumahnya, masalah dengan pekerjaan

28
ibu klien mengatakan setelah tamat sekolah klien tidak bekerja atau tidak
memiliki pekerjaan.
Masalah Keperawatan : koping individu inefektif
J. Aspek Medis
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Terapi Medik :
Nama obat Dosis Rute Warna Manfaat
Trihexyphenidyl (THP) 2x 2 mg Oral Putih Supaya tidak
tegang
Olanzapine 1x 10 mg Oral Putih Untuk
mencegah
halusinasi
Clozapine 1x 100 mg Oral Kuning Untuk
menghilangkan
kegelisahan

29
ANALISA DATA

No. Data Masalah


1. DS : Perubahan sensori persepsi :
Klien mengatakan sering mendengar halusinasi pendengaran
suara/ bisikan yang membuat ia sedih.
DO :
- Klien tampak mengeluarkan air
mata
- Klien tampak melamun
2. DS : Harga diri rendah
- Klien mengatakan bahwa ia putus
asa dan gelisah
- Klien mengatakan ia jarang keluar
rumah

DO :
- Klien tampak menyendiri
- Klien banyak diam

3. DS : Resiko Perilaku Kekerasan


- Keluarga klien mengatakan klien
pernah hampir memukul
tetangganya
- Keluarga klien mengatakan klien
sering memandang dengan tatapan
tajam
DO :
- Klien tampak melamun
- Klien tampak bingung
- Klien tampak melihat dengan
pandangan

30
4. Ds:
- Klien mengatakan jarang sholat Distres Spritual

- Klien mengatakan malas untuk


beribadah

Do:
- Klien tampak jarang melakukan
ibadah

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
2. Harga diri rendah
3. Resiko Perilaku kekerasan
4. Distress Spritual

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Harga diri rendah
4. Distres Spritual

31
POHON MASALAH

Gambar. Pohon masalah diagnosis Halusinasi

(Efect) Resiko Perilaku Kekerasan

Perubahan sensori persepsi : halusinasi


(Core Problem) DistresSpritual
pendengaran

(Etiologi) Harga Diri rendah

32
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Nama : Nn.M Ruangan : Cempaka


Umur : 36 thn Hari/tgl : Rabu 10 Juli 2019
No. RM : 03-08-65 pertemuan : 1 sp 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
DS : -
DO :
 Klien tampak kooperatif
 Kontak mata mudah dialihkan
 Klien tampak tertawa sendiri tanpa ada sebab yang jelas
2. Diganosa : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuaan
 Klien mampu membina hubungan saling percaya
 Klien mampu menjelaskan: jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi,
respon klien terhadap halusinasi
 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
 Klien mampu mempraktikkan cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
 Klien mampu memasukkan kejadwal harian klien
4. Rencana Tindakan Keperawatan :
 Bina hubungan saling percaya
 Identifikasi halusinasi klien (jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi,
respon)
 Latih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
 Motivasi klien untuk mempraktikkan ulang cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
 Anjurkan klien untuk memasukkan ke jadwal harian klien

33
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase orientasi
 Salam teraupetik
“selamat pagi bu....assalamuaikum,perkenalkan saya mahasiswa
keperawatan profesi ners STIK bina husada palembang yang akan
merawat ibu. Nama saya iis indria damayanti panggil saya iis. Kalau
nama ibu siapa ?senang nya di pangil apa ?”
 Evaluasi / validasi
“Bagimana perasaaan ibu hari ini ? apakah tidurnya nyenyak?”
 Kontrak
Topik :
“sesuai janji kita kemarin, hari ini kita mau berbincang-bincang
tentang hal yang M Rasakan?”
Waktu :
“sekarang sudah pukul 09.pagi selama 15 menit kedepan kita akan
berbincang-bincang ya M?”
Tempat :
“kita duduk diteras saja ya M ?”

2. Fase kerja
“M saya tanyakan kembali ya kepada M apakah M mendnegar suara-
suara yang tidak jelas sumbernya dari mana?” bisa M ceritakan kepada
saya tentang suara-suara yang M dengar? Apa yang M dengar? Apa yang
dikatakan oleh suara itu? “dalam sehari berapa kali suara itu muncul?”
apakah suaranya hilang? Nah M sekarang bagaimana kalau kita belajar
cara mengontrol halusinasi M?” jadi cara mengontrol halusinasi ada 4
cara, yaitu yang peryama dengan cara menghardik yang kedua minum
obat secara teratur, yang ketiga bercakap-cakap dengan orang lain dan
terakhir yaitu menyusun aktivitas terjadwal” hari ini kita belajar cara
yang pertama terlebih dahulu yaitu cara menghardik”.
“ saya akan membantu M, caranya ketika M tidak dapat mendengar suara
yang ada disekitar M sambil mengatakan “ pergi, saya tidak mau dengar,

34
kamu suara palsu. Begitu M, kita coba lagi ya, “ pergi-pergi saya tidak
mau dengar, kamu suara palsu! Kamu tidak nyata! Begitu terus diulang
sampai suara itu tidak ada lagi, “ coba sekarang M ulangi dan praktikkan!
Ya bagus, sekali lagi M, bagus M!”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
“bagimana perasaan M setelah kita berbincang dan belajar
mengontrol halusinasi M? “
b. Evaluasi objektif
“coba M sebutkan dan praktekkan lagi apa yang sudah saya ajarkan?”
c. Rencana tindak lanjut
‘jadi M, suara-suara yang M dengar dan tidak ada wujudnya adalah
halusinasi, sebenarnya itu tidak ada, cara mengontrolnya itu bisa
dengan yang saya ajarkan, bagaimana kalau kita masukkan cara
menghardik tadi kejadwal harian M? bagaiamana kalau latihannya
setiap jam 09.00 pagi??”
d. Kontrak yang akan datang
 Topik :
“baik M sampai disini dulu yah, besok kita belajar tentang cara
mengontrol halusinasi M dengan cara lain ya M?”
 Waktu :
“kira-kira jam berapa M? bagaimana kalau sehabis senam dan
cek tekanan darah sekitar jam 09.30 pagi? Bagaimana kalau
selama 15 menit?”
 Tempat :
“dimana M, bagaimana kalau diteras depan?”
Baiklah M, saya permisi dulu ya, semoga M lekas sembuh

35
STRATEGI PELAKSANAAN

Nama : Nn.M Ruangan : Cempaka


Umur : 36 thn Hari/tgl : kamis 11 Juli 2019
No. RM : 03-08-65 pertemuan/sp : 3 sp 2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subjektif
 Klien mengatakan sudah jarang mendengar suara aneh
 Klien mengatakan bias menghardik halusinasi
 Klien mengatakan minum obat teratur, jadi jarang mendengar bisikan
 Klien menyebutkan obatnya :
1. THP ( 2x 2 mg)
2. Olanzapine (1x10 mg)
3. Clozapine (1x100 mg)
b. Data objektif
 Klien ketika di ajak bicara tersenyum
 Kontak mata ada namun mudah beralih
 Penampilan klien rapi
 Suara klien kuat dan lambat
2. Klien tampak paham obatnya Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
 Klien dapat menyebutkan obat yang dikonsumsi dan efek
sampingnya
 Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat secaraa teratur
 Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat
 Klien mampu memasukkan kejadwal harian klien
 Klien mampu menyebutkan cara mengntrol halusinasi menghardik
dan minum obat
4. Intervensi Keperawatan
 Evaluasi kemampuan klien dalam menghardik halusinasi

36
 Diskusikan pentingnya minum obat secara teratur
 Anjurkan memasukkan kejadwal harian
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
” Selamat pagi M? Masih ingat dengan suster” coba sebutkan nama
suster?”
b. Evaluasi validasi
” bagaimana perasaan M hari ini ? apa keluhan M hari ini ? apakah
semalam tidurnya nyenyak? Bagaimana dengan suara-suara yang M
dengar?”
“coba M ulangi lagi! Bagus sekali.
c. Kontrak
Topik
”sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan belajar cara mengontrol
halusinasi dengan cara berikutnya yaitu minum obat teratur, bgaimana
M?”
Tempat :
” Di mana M mau berbincang-bincang ? bagaimana kalau di teras ?”
Waktu :
” kita berbincang-bincang selama 15 menit ya M?”

2. Fase Kerja
“apakah M sudah minum obat hari ini? “ berapa macam obatnya? “
bagaimana perasaan M setelah minum obat ? “ apakah ada bedanya minum
obat secara terartur disini ?” minum obat teratur sangatlah penting M
supaya bisikan yang M dengar dan mengganggu M tidak terdengar lagi
serta M bisa cepat sehat. Jadi obat M ada 3 macam, diminum ketika jam 6
pagi dan 6 sore. Obat M ada olanzapine 10 mg, clozapine 100 mg dan
THP 2 mg, olanzapine fungsinya membuat M merasa tenang, clozapine
100 mg itu untuk menghilangkan halusinasi M, dan THP digunakan
supaya M tidak merasa Tegang atau kaku” semu obat dimimun 2 x sehari.

37
Sebelum minum obat M lihat dulu label nama dikotak apakah benar nama
M bukan, berapa banyak yang harus diminum. Jam berapa harus diminum.
Baca juga apakah obatnya sudah benar, jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter, karena dapat terjadi
kekambuhan!” bagaimana apakah M sudah jelas ?’ baiklah M kita
lanjutkan ya, sebelum minum obat lihat dulu lebel yang yang menempel
di bungkus obat. Apakah benar nama M yang terrtulis disitu. Selain itu M
perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosisnya, jam berapa saja
obatnya harus diminum. Cara minum obatnya M harus minum obat secara
teratur.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
”bagimana perasaan M setelah kita mengobrol tadi?”
b. Evaluasi obyektif
”coba M ulangi apa saja yan M minum!”
c. Tindak lanjut
”jadi sudah berapa cara yang kita yang kita latih untuk mengontrol suara-
suara? Coba M sebutkan ? jadi harus M patuh minum obat secara teratur,
“ minum obatnya sesuai jam M” dirmah nanti lakukan demikian juga”
selain itu lakukan juga cara yang sudah saya ajarkan, sekarang kita
masukkan dalam jadwalnya. Jam 6 sore nanti M minum obat ya!”
d. Kontrak yang akan datang
Topik:
”baiklah M saya akan menemuai M besok untuk melanjutkan cara ke 3
untuk menghilangkan suara-suara dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain?”
Waktu :
”mau jam berapa M?” jam 08.30 bagaimana? Sekitar 15 menit ya ?
Tempat :
”mau dimana M? diteras depan bagaimana?”

38
Baiklah saya permisi dulu ya M, saya doakan supaya M lekas sembuh
selamat pagi, samapi jumpa besok ya”

39
STRATEGI PELAKSANAAN

Nama : Nn.M Ruangan : Cempaka


Umur : 36 thn Hari/tgl : Jumat 12 Juli 2019
No. RM : 03-08-65 pertemuan : 3 sp 3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subjektif
 Klien mengatakan sudah jarang mendengar suara aneh
 Klien mengatakan “ selama disini minum obat teratur, jadi jarang
mendengar yang aneh-aneh”
 Klien mengatakan mengerti pentingnya obat
d. Data objektif
 Klien tampak tenang
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

3. Tujuan
 Klien mampu menyebutkan cara mengntrol halusinasi menghardik
dan minum obat
 Klien mampu mempratekkan cara mengontrol halusinasi dnegan
bercakap-cakap
 Klien mampu memasukkan ke jadwal harian

4.Intervensi Keperawatan
 Evaluasi kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya:
menghardik & minum obat
 Latih pasien cara mengontrol dengan bercakap-cakap dengan
teman satu kamar
 Anjurkan klien memraktekkan cara bercakap-cakap
 Anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

40
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
” Selamat pagi M? Masih ingat dengan suster” coba sebutkan nama
suster?”
b. Evaluasi validasi
” bagaimana perasaan M hari ini ? apa keluhan M hari ini ? apakah
semalam tidurnya nyenyak? Bagaimana dengan suara-suara yang M
dengar?”
“ M masih ingat tidak dnegan yang saya ajarkan!””coba bisa ibu
praktekkan?”
c. Kontrak
Topik
” Sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan belajar cara ke 3 dari 4
cara mengontrol halusinasi yaitu,bercakap-cakap dengan orang lain,
apakah M bersedia?”
Waktu :
”berapa lama M mau berbincang?”bagaimana kalau 20 menit?”
Tempat :
”M mau berbincang di mana?”

5. Fase Kerja
“ kemarin kita sudah belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara
pertama dan kedua, sekarang kita belajar cara yang ketiga yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain. Caranya jika M mendengar suara bisikan, M
langsung mencari teman dan ajak dia berbicara. Atau bisa juga langsung
mengajak suster berbicara dan katakan pada suster mulai mendengar suara
itu, “suster-suster tolong ajak saya ngobrol ada suara-suara””sekarang
coba M praktekkan.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif

41
”bagimana perasaan M setelah kita kita berlatih cara mengatasi suara
dengan bercakap-cakap?”
b. Evaluasi obyektif
” jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara
coba sebutkan?”
c. Tindak lanjut
”jadi jika M mendnegar suara tanpa ada wujudnya, M bisa mencegahnya
dengan bercakap-cakap dengan teman atau dengan cara menghardik, M
bisa memasukkan cara ini kedalam jadwal kegiatan harian M?”

d. Kontrak yang akan datang


Topik:
”M sampai diisni dulu ya, bagaimana kalau besok kita belajar cara yang
keempat yaitu melakukan kegiatan yang biasa dilakukan?”
Waktu :
”bagaimana kalau besok jam 09 pagi setelah cek tekanan darah?”
Tempat :
”besok dimana M? bagaimana kalau kita berbincang diteras lagi?”

Baiklah saya permisi dulu ya M, saya doakan supaya M lekas sembuh


selamat pagi”

42
STRATEGI PELAKSANAAN

Nama : Nn. M Ruangan : Cempaka


Umur : 36 thn Hari/tgl :selasa,16 Juli 2019
No. RM : 03.08.65 pertemuan / : 4/4

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subjektif
 Klien mengatakan sudah tidak mendengar suara-suara lagi
 Klien mengatakan suah berlatih cara mengontrol halusinasi :
menghardik halusinasi, minum obat teratur
 Klien mengatakan akan bercakap-cakap dengan teman satu
kamarnya jika suara itu datang.
b. Data objektif
 Klien memperagakan cara menghardik dan masih ingat obat yang
dikonsumsi, dan cara bercakap-cakap
 Konntak mata ada namun mudah beralih
 Klien memasukkan kejadwal harian

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

3. Tujuan
 Klien dapat mempratekkan cara menghardik halusinasi, minum
obat dan bercakap
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan membuat aktivitas
terjadwal
 Klien mampu memasukkan kedalam jadwal harian

43
4. Intervensi Keperawatan
 Evaluasi kemampuan klien mengontrol halusinasi : menghardik,
minum obat, bercakap-cakap
 Latih klien mengontrol halusinasi dengan melawan aktivitas
terjadwal
 Anjurkan klien untuk memasukkan kejadwal harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
 Salam Terapetik
Selamat pagi M, akhirnya kita ketemu lagi?
 Evaluasi Validasi
“bagaiamana perasaan M hari ini ? “ apa yang M lakukan?”
“apakah semalam tidurnya nyenyak? “apakah M masih mendengar suara-
suara? “
Kontrak
- Topik
“sesuai janji kita kemarin, hari ini kita mau belajar cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ke empat yaitu melakukan aktivitas
terjadwal?”
- Waktu
“kita nanti akan berbincang lebih kurang 20 menit, bagaimana M
setuju?”
- Tempat
“Dimana M? diteras ya M?”
2. Fase Kerja
“cara mengontrol halusinasi ada beberapa, kita sudah berdiskusi tentang
cara pertama, kedua dan ketiga. Cara lain mengntrol halusinasi yaitu cara
keempat adalah dengan melakukan aktivitas terjadwal. Jika M mendengar
suara-suara segera menyibukkan diri dengan kegiatan seperti membereskan
tempat tidur/kegiatan lain. Coba M jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi
yang keempat, “ bagus sekali M”.”Bisa M sebutkan apa saja kegiatan M dari

44
bangun tidur sampai tidur malam?”.” waah.. banyak sekali ya kegiatan M.bisa
M tuliskan di kertas ini kegiatan yang m sebutkan tadi..”
3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
bagaimana perasaan M setelah kita bercakap-cakap cara yang keempat
untuk mencegah suara-suara itu?
- Evaluasi Objektif
Sudah berapa berapa cara yang kita latih untuk mengontrol
halusinasi?coba M sebutkan?”
- Rencana tindak lanjut
Jadi M, jika M mendengar suara tanpa wujudnya dan bisa melakukan
aktivitas yang sudah kita jadwalkan, supaya M lupa akan suara-suara.
Suara itu setelah itu, jangan melupakan cara yang saya ajarka. Mari kita
masukkan kejadwal harian M”
- Kontrak yang akan datang
 Topik
Sampai disini dulu ya M, besok ketemu lagi ya M untuk mengevaluasi
kemampuan M “ bagaimana M?”
 Waktu
“jam berapa M? bagimana jam 13.00, selama 15 menit”
 Tempat
“” dimana M? bagaimana kalau diteras depan?”
Baiklah saya permisi dulu ya M, semoga lekas sembuh

45
CATATAN PERKEMBANGAN

Inisial / klien : Nn.M No. Rm : 03.08.65

Ruang : Cempaka Hari/tanggal : Rabu , 09 juli 2019

Umur : 36 tahun pertemuan/sp : 1/sp1

Hari/ Diagnosa Impelemntasi Evaluasi


Tanggaldan
keperwatan
jam
Rabu , 09 Halusinasi  Membina S:
juli 2019 hubungan saling  Klien mengatakan nama nya “M”
pendengaran
Jam 11.25 percaya  klien mengatakan alamatnya rumah
 Mendiskusikan nya di plaju
alasan klien  klien mengatakan ia masuk RS hanya
masuk Rumah ingin kontrol saja
sakit  klien mengatakan terkadang
 Mengidentifikasi mendengar suara-suara yang tidak
halusinasi klien jelas wujudnya, suara itu menyuruh
(jenis, isi, klien sedih dan menangis, datangnya
waktu, di waktu mau tidur, di saat keadaan
frekuensi,situasi, sepi dan klien sendiri, klien terkadang
respon). merespons dengan biasa terkadang
klien juga merasa ketakutan.
O:
 Klien tampak menunjukan rasa
percayanya kepada perawat
 Kontak mata ada namun mudah
beralih
 Klien tampak lesu dan tidak
bersemangat
 Klien tampak sesekali melihat dengan
tatapan kosong
 Klien tampak senyum2 sendiri
 Klien tampak menjelaskan isi
halusinasinya
A:
 Klien mampu membina hubungan
saling percaya
 Klien mampu mengidentifikasi
halusinasi
P:
Perawat :
 Lanjutkan sp 1
Klien :
 Anjurkan klien mengidentifikasi
keluhan dan masalah klien kembali

46
 Ajarkan klien melapor perawat jika
halusinasi timbul

CATATAN PERKEMBANGAN

Inisial / klien : Nn.M No. Rm : 03.08.65

Ruang : Cempaka Hari/tanggal : Rabu , 10 juli 2019

Umur : 36 tahun pertemuan/sp : 2/sp1

Hari/ Diagnosa Impelemntasi Evaluasi


Tanggaldan
keperwatan
jam
Rabu , 10 Halusinasi  Membina S:
juli 2019 hubungan saling  Klien mengatakan mengerti
pendengaran
Jam 11.25 percaya menghardik halusinasi dan akan
 Melatih klien mencoba menghardik halusinasinya
cara mengontrol  Klien mengatakan mengantuk
halusinasi O:
dengan cara  Klien tampak menunjukan rasa
menghardik percayanya kepada perawat
 Memotivasi  Kontak mata ada namun mudah beralih
klien untuk  Klien tampak lesu dan tidak
mempratekan bersemangat
ulang  Klien tampak sesekali melihat dengan
caramengontrol tatapan kosong
halusinasi  Klien tampak mempratekan cara
dengan cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik menghardik dengan benar
 Menganjurkan A:
klien untuk  Klien mampu mengontrol
memasukkan ke halusinasinya dengan cara menghardik
jadwal harian P:
Perawat :
 Lanjutkan sp 2
Klien :
 Anjurkan klien mempratekkan cara
mengontrol halusinasinya dengan
cara menghardik halusinasinya

47
CATATAN PERKEMBANGAN

Inisial / klien : Nn.M No. Rm : 03.08.65

Ruang : Cempaka Hari/tanggal : Kamis , 11 juli 2019

Umur : 36 tahun pertemuan/sp : 3/sp2

Hari/ Diagnosa Impelemntasi Evaluasi


Tanggal
keperwatan
dan jam
kamis , 11 Halusinasi  Mengevaluasi S:
juli 2019 kemampuan  Klien mengatakan sudah jarang mendengar
pendengaran
Jam 10.15 klien cara suara aneh
wib menghardik  Klien mengatakan bias menghardik halusinasi
halusinasi  Klien mengatakan minum obat teratur, jadi
 Mendiskusikan jarangm endengar bisikan
kepada klien  Klien menyebutkan obatnya :
obat yang akan 1. THP ( 2x 2 mg)
dikonsumsi 2. Olanzapine (1x10 mg)
 Diskusikan 3. Clozapine (1x100 mg)
pentingnya O:
minum obat  Klien ketika di ajak bicara tersenyum
secara teratur  Kontak mata ada namun mudah beralih
 Menganjurkan  Penampilan klien rapi
memasukkan  Suara klien kuat dan lambat
ke jadwal  Klien tampak paham obatnya
harian A:
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan obat
yang dikonsumsi klien teratur
P:
Perawat :
 Evaluasi cara menghardik dan minum obat
secara teratur
 Lanjutkan sp 3
Klien :
 Anjurkan klien meminum obat secara
teratur dan menghardik halusinasi
 Anjurkan klien melakukan latihan sesuai
jadwal harian klien

48
CATATAN PERKEMBANGAN

Inisial / klien : Nn.M No. Rm : 03.08.65

Ruang : Cempaka Hari/tanggal : Jumat , 12 juli 2019

Umur : 36 tahun pertemuan/sp : 4/sp3

Hari/ Diagnosa Impelemntasi Evaluasi


Tanggaldan
keperwatan
jam
Jumat 12 Halusinasi  Mengevaluasi S:
juli 2019 kemampuan klien  Klien mengatakan sudah tidak
pendengaran
Jam 12.10 cara mendengar suara-suara bisikan
wib menghardikhalusi  Klien mengatakan akan bercakap-
nasi dan minum cakap dengan teman satu kamarnya
obat jika suara itu datang lagi
 Melatih klien cara  Klien mengatkan sudah berlatih cara
mengontrol menghardik dan minum obat
halusinasi dengan O:
bercakap-cakap  Klien mempragakan cara menghardik
dengan teman dan memngingat obat yang ia
 Menganjurkan konsumsi
klien  Kontak mata ada namun mudah
mempratekan cara teralihkan
bercakap-cakap  Klien tampak mempratekkan cara
 Menganjurkan bercakap-cakap dengan orang lain
klien memasukan  Klien memasukkan ke jadwal
cara mengontrol hariannya
halusinasi ke A:
dalam jadwal Klien mampu mengontrol halusinasinya
harian dengan cara bercakap-cakap
P:
Perawat :
 Evaluasi cara mengontrol
halusinasi, menghardik, minum
obat dan bercakap-cakap dengan
orang lain.
 Lanjutkan sp 4
Klien :
 Anjurkan klien melakukan kegiatan
harian sesuai jadwal kegiatanya

49
CATATAN PERKEMBANGAN

Inisial / klien : Nn.M No. Rm : 03.08.65


Ruang : Cempaka Hari/tanggal : Sabtu , 13 juli 2019
Umur : 36 tahun pertemuan/sp : 5/sp4
Hari/ Diagnosa Impelemntasi Evaluasi
Tanggaldan
keperwatan
jam
Sabtu 13 Halusinasi  Menjelaskan S:
juli 2019 tujuan dan  Klien mengatakan
pendengaran
Jam 12.10 kontrak waktu “05.30 – 06.00: bangun tidur, merapikan
wib  Mengevaluasi tempat tidur “
cara “06.00 – 06.30: mandi dan membantu
mengontrol memandikan teman“
halusinasi “06.30 – 07.00: sarapan dan minum obat”
 Mengajarkan “07.00 – 08.00: bercakap-cakap dengan
cara teman”
mengontrol “08.00 – 09.00: vital sign, senam pagi,
halusinasi berkeliling sekitar area RS”
dengan cara “09.00 – 10.00: makan snack dan
melakukan menonton TV”
aktivitas “10.00 – 12.00 : istirahat”
terjadwal “12.00 – 13.00: makan siang dan
 Menganjurkan membantu teman yang akan makan”
klien “13.00 – 15.00: istirahat siang “
memasukkan “15.00 – 15.30: menonton TV”
ke jadwal “15.30 – 16.00: bercakap-cakap dengan
harian teman”
“16.00 – 19.00:mandi sore dan membatu
teman mandi”
“17.00 – 18.00: makan malam dan minum
obat”
“18.00 – 18.30 : merapikan tempat tidur”
“18.30 – 05.30 : tidur malam”
O:
 Klien koperatif saat berinteraksi
 Kontak mata ada
 Klien tampak tenang
 Klien tampak dapat mempratekkan
cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, minum obat, dan
bercakap-cakap.
A:
Klien mampu mengontrol halusinasinya
dengan aktivitas terjadwal
P:
Perawat :
 Mengevaluasi cara mengontrol
halusinasi
Klien :
 Anjurkan klien untuk mempratekkan
cara mengontrol halusinasinya pada

50
saat tanda-tanda halusinasi datang
 Anjurkan klien untuk mempratekkan
sesuai jadwal kegiatan

51

Anda mungkin juga menyukai