PENDAHULUAN
1
kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang
sangat berbahaya, seperti bunuh diri (Yosep, 2011).
World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari
450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan didunia, bahkan berdasarkan data
dari Study World Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan
global masyarakat(Global BurdenDisease)disebabkan oleh masalah gangguan
jiwa. Angka tersebut menunjukkan jumlah penderita gangguan jiwa
dimasyarakat sangat tinggi.
Jumlah penderita gangguan jiwa se-indonesia dalam satu tahun
dengan jumlah penduduk 220 juta orang. Jumlah klien Gangguan jiwa di
Indonesia terdiri dari psikosa fungsional 520.000, sindroma otak organic akut
65.000, sindroma otak organic menahun 130.000, retardasi mental 2.600.000,
nerosa 6.500.000, psikosomatik 6.500.000, gangguan kepribadian 1.300.000,
ketergantungan obat 1.000 (Yosep, 2011).
Dengan meningkatnya angka gangguan jiwa di Indonesia pada
umumnya, maka perlunya dilakukan perawatan yang lebih intensif pada klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi secara menyeluruh meliputi
biopsikososiospiritual, penanganan klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pada khususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan
ke arah profesionalisme profesi keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1998 ).
Berdasarkan fakta-fakta seperti itu sudah seharusnya menjadi cacatan
bagi kita di Indonesia dalam mengatasi kesehatan jiwa yang sudah
mengkhawatirkan Karena secara nyata kondisi seperti itulah yang merupakan
salah satu pemicu yang memunculkan rasa stress, depresi dan berbagai
gangguan jiwa pada manusia, sehingga perawatan masalah dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi sangat memerlukan perhatian yang sungguh-
sungguh, karena seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri
rendah pasti akan merasa dirinya tidak berharga, tidak mampu, dan selalu
mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, yang mana hal ini dapat memicu
seseorang mengalami stress. Menurut Mardiana (2008), dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi strategis dalam menurunkan
2
angka kekambuhan gangguan persepsi sensori : halusinasi, meningkatkan
kemandirian dan taraf hidupnya .
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas
masalah asuhan keperawatan pada Nn”M” dengan gangguan persepsi sensori
: Halusinasi pendengaran di ruangan Cempaka RS Ernaldi Bahar Palembang
Tahun 2019.
3
g. Dapat membandingkan antara kesenjangan teori dengan kenyataan
yang penulis temukan dilapangan.
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
Dapat memberikan informasi dan sumbangan pikiran dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa asuhan keperawatan pada Nn.
“M” dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2019 oleh mahasiswa
dan perawat.
1.5.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang
Laporan kasus seminar ini diharapkan menjadi referensi tambahan
yang bermanfaat khususnya bagi mahasiswa keperawatan serta dapat
dijadikan sumber rujukan bagi penulis yang akan datang tentang
asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan sensori
persepsi: halusinasi pendengaran.
1.5.3 Bagi Mahasiswa
a) Penulis dapat mengerti dan lebih menguasai teori halusinasi
b) Penulis dapat memperluas ilmu pengetahuan dan menambah
wawasan tentang halusinasi
c) Penulis dapat mengaplikasikan teori halusinasi secara benar kepada
pasien dengan halusinasi dalam praktek lapangan.
d) Penulis dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Kriteria sehat jiwa menurut (yahoda didalam Yosep & Sutini, 2016)
sebagai berikut :
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi (keseimbangan/ keutuhan)
d. Otonomi
e. Persefsi realitas
f. Enviromental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan
lingkungan.
5
Bagan 1.1 Rentang Sehat Jiwa
6
tindakan yang dapat digunakan acuan perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kesehatan jiwa.
7
rendah, self control ada terpapar stimulus suara, rabaan,
penglihatan, penciuman, dan pengecapan, gerakan berlebihan dan
kklien tidak bisa mengontrol
Factor social budaya : usia, gender, pendidikan rendah atau putus
atau gagal sekolah, pendapatan rendah, tidak punya pekerjaan,
status sosil jelek tidak terlibat dalam kegiatan masyarakat, latar
belakang budaya, tidak dapat menjalankan agama dan keyakinan,
keikutsertaan dalam politik, dan tidak dapat menjalankan peran
social.
b. Origin
Internal : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang
lain dan lingkungannya
Eksternal : kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, dan kurang
dukungan kelompok teman sebaya
c. Timing
Stres terjadi dalam waktu dekat stres terjadi secara berulang-ulang
dan terus-menerus
d. Number
Sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai masalah
yang berat
8
pelayanan bantuan kesehatan. Riwayat penggunaan obat
halusinogen riwayat terkena infeksi dan trauma serta radiasi dan
riwayat pengobatan. Dan paparan terhadap racun, paparan virus
influenza, pada trimester ketiga kehamilan karena gangguan
fisiologi otak.
b. Psikologis
- Intelegensi : Riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dan
kurangnya suplai oksigen dan glukosa sehingga
mempengaruhi fungsi kopgnitif sejak kecil. Gangguan
keterampilan verbal akibat factor komunikasi dalam keluarga
seperti komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi,
komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup ,
adanya riwayat gangguan fungsi bicara akibatnya adanya
riwayat stroke trauma kepala, dan adanya riwayat gagap yang
mempengaruhi fungsi verbal.
- Moral : riwayat tunggal di lingkungan yang dapat
mempengaruhi moral individu misalnya lingkungan keluarga
yang broken home dan konflik
- Kepribadian : mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus
asa, dan menutupi diri
- Pengalaman masa lalu : Orang tua yang otonter dan selalu
membandingkan, Konflik orang tua sehingga salah satu orang
tua terlalu menyayangi anaknya, Anaknya yang dipelihara
oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak
berperasaan, Ayah yang mengambil jarak dengan anaknya,
Mengalami penolakan atau tindakan kekerasan dan tentang
hidup klien baik sebagai korban, pelaku maupun saksi, dan
Penilaian negative yang terus menerus dan orang tua
- Konsep diri : Adanya riwayat ideal diri yang tidak realitas,
identitas diri tidak jelas, harga diri rendah, krisi peran dan
gambaran diri negative, Motivasi riwayat kurangnya
penghargaan dan riwayat kegagalan
9
- Pertahanan psikologis : Ambang toleransi terhadap stres
rendah dan adanya riwayat gangguan perkembangan
- Self control : Adanya riwayat tidak bisa mengontrol stimulus
yang dating misalnya suara, rabaan, penglihatan, penciuman,
pengecapan, dan pergerakan
c. Sosial budaya
- Usia : riwayat perkembangan yang tidakn sesuai
- Gender : riwayat tidak jelasnya identitas dan kegagalan
sekunder
- Pendidikan yang rendah riwayat putus sekolah dan gagal
sekolah
- Pekerjaan : stress full dan pekerjaan beresiko tinggi
- Pendapatan : penghasilan rendah
- Status social : tunawisma dan kehidupan tunasosial
- Keterbelakangan bidaya : tuntutan social budaya seperti
paternalistic dan adanya stigma masyarakat, adanya
kepercayaan terhadap hal-hal magis dan sihir serta adanya
pengalaman keagamaan
- Agama dan keyakinan : riwayat tidak bisa menjalankan
aktivita keagamaan secara rutin dan kesalahan persepsi
terhadap ajaran agam tertentu
- Keikutsertaan dalam politik : riwayat kegagalan dalam politik
- Pengalaman social : perubahan dalam kehidupan misalnya
bencana perang, kerusuhan, perceraian, dengan istri, tekanan
dalam pekerjaan dan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan
- Peran social : isolasi social khusus untuk usia lanjut, stigma
yang negative dari masyarakat, dan diskriminasi
10
a. Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi penglihatan mengatakan bahwa klien
1) melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster
2) merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
b. Data objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi penglihatan melakukan hal –hal berikut :
1) Berbicara atau tertawa sendiri
2) marah-marah tanpa sebab
3) menunjuk-nujuk ke arah tertentu
4) ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
2.2.5 Akibat
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A,
1998:27 didalam Wijayaningsih, 2015). Seseorang yang dapat beresiko
melakukan tindakkan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat
menunjukkan perilaku :
a. Data subjektif :
1) Mengungkapkan, mendengar, atau melihat objek yang
mengancam
2) Mengungkapkan perasaan takut, cemas, dam khawatir.
b. Data obyektif :
1) Wajah tegang, merah
2) Mondar – mandir
3) Mata melotot, rahang mengatup,
4) Tangan mengepal
5) Keluar keringat banyak
6) Mata merah
11
2.2.6 Rentang respon
Menurut Stuart (2013) didalam Sutejo (2017) Rentang respon
neurobiologi halusinasi adalah sebagai berikut :
Bagan 1.2 Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
12
4) Perilaku sesuai : Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang
tidak bertentangan dengan moral.
5) Hubungan social : Hubungan seseorang dengan orang lain dalam
pergaulan di tengah-tengah masyarakat.
b. Respon transisi
1) Pikiran kadang menyimpang : Kegagalan dalam mengabstrakkan dan
mengambil kesimpulan.
2) Ilusi : Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3) Reaksi emosi berlebihan atau berkurang : Emosi yang diekspresikan
dengan sikap yang tidak sesuai.
4) Perilaku aneh atau tak lazim : Perilaku aneh yang tidak enak
dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal
orang lain.
5) Menarik diri : Perilaku menghindar dari orang lain.
c. Respon maladaptif
1) Gangguan pikiran atau waham : Keyakinan yang salah yang secara
kokoh dipertahankan walau tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita sosial.
2) Halusinasi : Persepsi yang salah terhadap rangsang.
3) Ketidakmampuan untuk kontrol emosi : Ketidakmampuan atau
menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,
keakraban dan kedekatan.
4) Ketidakteraturan perilaku : Ketidakselarasan antara perilaku dan
gerakan yang ditimbulkan.
5) Isolasi sosial : Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
13
2.2.7 Pohon masalah
Bagan 1.2 Pohon masalah
Core problem
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
14
2) Perubahan sensori persepsi : Halusinasi
Data Subjektif :
a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
b) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
c) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata
d) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
e) Klien takut pada suara/ bunyi/ gambaran yang dilihat dan
didengar
f) Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.
Data Objektif :
a) Klien berbicara dan tertawa sendiri
b) Klien bersikap seperti mendengar/ melihat sesuatu
c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
d) Disorietasi
3) Isolasi sosial : Menarik diri
Data Subjektif :
a) Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa
b) Klien mengatakan dirinya bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
Data Objektif :
a) Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alterative tindakan.
b) Ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup, apatis,
ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang, aktifitas menurun,
15
posisi janin pada saat tidur, menolak berhubungan, kurang
memperhatikan kebersihan.
16
BAB III
PROFIL RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
17
bagian penyakit jiwa KEMENKES RI menjadi rumah sakit jiwa suka
bangun yang dipimpin oleh Dr. Chasanah Geopito.
Selanjutnya sesuai perkembangannya Rumah Sakit Ernaldi Bahar
yang merupakan unit pelaksanaan tehnis daerah ( UPTD Provinsi
Sumatera Selatan dibentuk berdasarkan peraturan daerah No. 9 tahun 2001
sebagaimana telah diubah dengan peraturan daerah ( Perda ) No. 3 tahun
2006 kemudian peraturan daerah No. 9 tahun 2008 pasal 247 mempunyai
wewenang menyelenggarakan tugas umum pemerintah dibidang
kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan jiwa sebagai unggulan dan
kesehatan dasar lainnya. Sesuai peraturan Gubernur Sumatera Selatan No.
481/KPTS/BPKAD/2013 Tanggal 9 desember 2013 tentang penetapan
Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai satuan kerja perangkat daerah yang
menerapkan pola pengelolaan keuaangan badan layanan umum daerah (
PPK-BLUD ) bertahap, kemudian pada tahun 2016 sesuai dengan
keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor : 437/KPTS/BPKAD/2016
tentang peningkatan status pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum Daerah (BLUD penuh). Pola pengelolaan keuangan BLUD ( PPK
BLUD ) merupakan pola pengelola keuangan yang memberikan
fleksibilitas berupa kelulusan untuk menerapkan praktik – praktik bisnis
yang sehat.
Pemimpin yang pernah menjabat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
1. Dr. R Setiardjo pemimpin RSPD kurangannyawa
2. D.r Chasana Goepito, SpkJ Tahun 1958 – 1978
3. Dr. Achamad Hardiman, SPKJ, MARS Tahun 1978 – 1985
4. Dr. Jusmansyah Hardiman, SPKJ, MM Tahun 1985 – 1992
5. D.r F soenartoBoediadi, SPKJ, MM Tahun 1992 – 2003
6. Dr. Nurlaila Atika, MM Tahun 2003 – 2005
7. D.r H. Syahrul Muhammad, Msc Tahun 2005 – 2005
8. Dr. H. Chairil Zaman, Msc Tahun 2005 – 2009
9. D.r Latifah, SPKJ, M. Kes Tahun 2009 – 2012
10. Dr. Hj. Yumidiansi F, M.Kes Tahun 2012 – Sekarang
18
2. Luas Wilayah
Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan berada
dalam wilayah kota Palembang, dengan luas tanah 100.300 m² dan luas
bangunan 28.378 m². Gedung Rumah Sakit Ernaldi Bahar di bangun tahun
2010 dan mulai Beroprasional tahun 2012.
3. Alamat Rumah Sakit
Alamat : Jl. Tembusan Terminal Km 12 No. 02 Kelurahan Alang –
Alang Lebar Kecamatan Alang – Alang Lebar Palembang. Telp : ( 0711 )
5648126 No Fax : ( 0711 ) 5648124
19
1. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Jiwa.
2. Mengembangkan Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Jiwa.
20
BAB IV
GAMBARAN KASUS
A. Identitas Klien
Nama : Nn. “M”
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status perkawinan : Belum Menikah
No. RM : 03.08.65
Pendidikan : Tamat SMA
Tanggal Masuk RS : 3 Juli 2019
Tanggal Pengkajian : 9 Juli 2019
Masalah Keperawatan :
- GSP: Halusinasi pendengaran
- Resiko perilaku Kekerasan
C. Faktor Predisposisi
1. Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS Ernaldi Bahar pada
tahun 2010 yang lalu
2. Pengobatan sebelumnya tidak minum obat secara teratur
21
Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik - - -
Aniaya seksual - - -
Penolakan - - -
Tindakan kriminal - - -
Klien mengatakan bahwa klien tidak pernah ada terkena aniaya fisik, seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga maupun tindakan kriminal.
Masalah Keperawatan :GSP Halusinasi Pendengaran
D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda – tanda vital
TD : 100/70 mmHg HR : 90 x/menit
T : 36oc RR : 20 x/menit
2. Ukur
BB: 68 kg TB : 148cm
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah
22
E. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
Perempuan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
Laki-Laki Orang yang tinggal serumah
X Meninggal Klien
Jelaskan :
Keluarga klien mengatakan bahwa ibu klien anak kedua dari 5 bersaudara,
sedangkan ayah klien anak ketiga dari6 bersaudara. Klien sendiri adalah anak ke 3
dari 4 bersaudara. 3 saudara laki laki dan klien adalah perempuan sendiri, klien
tinggal dengan kedua orang tuanya dan saudara laki-lakinya yang tertua.
Komunikasi lancar, pengambil keputusan dalam keluarga adalah keluarganya.
23
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin pulang dan ingin sembuh dan kembali
membantu ibunya
e. Harga diri : Klien mengatakan putus asa dengan keadaannya dan sering
merasa malu
Masalah Keperawatan :harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah
ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan apapun dimasyarakat
ataupun kelompok.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien berbicara dengan orang sekitar merasa malu
Masalah Keperawatan :Harga diri rendah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa beragama islam dan percaya kepada
Allah SWT dengan menjalankan sholat.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang shalat, klien mengatakan malas untuk
beribadah.
Masalah Keperawatan : Distres spiritual
F. Status Mental
1. Penampilan
Hasil observasi menunjukkan penampilan cukup rapi, klien menggunakan
seragam rumah sakit, rambut disisir rapi, kuku klien pendek dan bersih, klien
juga menggunakan sandal sebagai alas kaki.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
24
2. Pembicaraan
Hasil observasi menyatakan nada bicara pelan dan tampak bingung, tetapi
klien tahu dan mengerti apa yang dikatakan oleh perawat dan terkadang klien
tampak berbicara sendiri saat sedang bicara dengan perawat.
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
3. Aktivitas motorik
Klien Nampak lesu dan malas beraktivitas dan tidak bersemangat dalam
beraktivitas dan lebih memilih untuk tidur karena malam sulit tidur karena
banyak suara-suara ditelinga .terkadang klien mengobrol dengan orang yang
ada didekatnya dan bercanda.
Masalah Keperawatan :Halusinasi pendengaran
4. Alam perasaan
Klien mengatakan putus asa dengan keadannya karena tidak memiliki
teman di sekitar rumah, dan tidak menerima keadaan keluarga karena keadaan
ekonomi keluarga.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
5. Afek
Klien Nampak labil,dengan emosi yang berubah-ubah, kadang terlihat
sedih, terkadang terlihat tersenyum dan sesekali ekspresi wajah tampak serius
Masalah Keperawatan :Harga diri rendah
6. Interaksi selama wawancara
Hasil observasi dan interaksi selama wawancara menunjukkan klien tidak
kooperatif saat diajak bicara, dan merasa curiga. Hanya beberapa pertanyaan
saja yang ia jawab dan tampak bicara sendiri
Masalah Keperawatan :Halusinasi pendengaran
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara/ bisikan yang mengganggunya
pada saat malam hari dan ketika klien sendirian, respon pasien : takut, kadang
sedih.
Masalah Keperawatan :
Perubahan persepsi sensori :Halusinasi pendengaran
8. Isi pikir
25
Klien mengatakkan tidak memiliki obsesi atau curiga terhadap sesuatu
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah
9. Proses pikir
Hasil observasi dan saat wawancara menunjukkan sirkumtansial, klien
mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan yang datang pada saat
klien sendiri, bisikan itu membuat klien menangis dan sedih
Masalah Keperawatan :Halusinasi pendengaran
10. Tingkat kesadaran
Hasil observasi, orientasi, waktu, tempat dan orang masih baik. Saat
ditanya orientasi waktu, sekarang pagi atau malam klien mengatakan pagi,
sekarang berada dimana klien menjawab berada di RS. Terkadang klien
tampak bingung dengan pertanyaan yang di tanyakan perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
11. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang
Klien tidak ingat kapan terakhir sekolah dan pendidikan
terakhirnya adalah SMA.
b. Gangguan daya ingat jangka pendek
Klien mampu mengingat kejadian yang terjadi dalam bulan
terakhir misalnya, klien dibawa ke RS oleh keluarganya.
c. Gangguan daya ingat saat ini
Klien mampu mengingat kejadian yang baru terjadi, misalnya saat
ditanya kegiatan yang dilakukan klien tadi pagi, klien menjawab senam
dan keliling-keliling rumah sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih, pada saat ditanya klien mampu mempertahankan kontak
mata. Klien mampu berhitung 1-10, kemudian lupa dan ingat kembali
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian
26
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang
lain seperti klien memutuskan untuk memilih mandi dulu sebelum makan
atau makan dulu sebelum mandi
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa dirinya sadar akan kondisinya yang sedang
mengalami gangguan pada pendengarannya yang suka mendengar bisikan-
bisikan yang tidak nyata.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
27
2. Penggunaan Obat
Klien mampu minum obat secara mandiri sesuai dengan jadwal
namun cara menggunakan obat dibantu oleh perawat sesuai 5B (Benar
obat, pasien, dosis, waktu dan cara pemakaian).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan saat ini apabila sembuh, klien akan rutin kontrol
ke rumah sakit dan minum obat secara teratur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
H. Mekanisme Koping
Klien terkadang bereaksi lambat dan klien masih suka menghindar dari
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah
28
ibu klien mengatakan setelah tamat sekolah klien tidak bekerja atau tidak
memiliki pekerjaan.
Masalah Keperawatan : koping individu inefektif
J. Aspek Medis
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Terapi Medik :
Nama obat Dosis Rute Warna Manfaat
Trihexyphenidyl (THP) 2x 2 mg Oral Putih Supaya tidak
tegang
Olanzapine 1x 10 mg Oral Putih Untuk
mencegah
halusinasi
Clozapine 1x 100 mg Oral Kuning Untuk
menghilangkan
kegelisahan
29
ANALISA DATA
DO :
- Klien tampak menyendiri
- Klien banyak diam
30
4. Ds:
- Klien mengatakan jarang sholat Distres Spritual
Do:
- Klien tampak jarang melakukan
ibadah
31
POHON MASALAH
32
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
DS : -
DO :
Klien tampak kooperatif
Kontak mata mudah dialihkan
Klien tampak tertawa sendiri tanpa ada sebab yang jelas
2. Diganosa : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuaan
Klien mampu membina hubungan saling percaya
Klien mampu menjelaskan: jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi,
respon klien terhadap halusinasi
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Klien mampu mempraktikkan cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
Klien mampu memasukkan kejadwal harian klien
4. Rencana Tindakan Keperawatan :
Bina hubungan saling percaya
Identifikasi halusinasi klien (jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi,
respon)
Latih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Motivasi klien untuk mempraktikkan ulang cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
Anjurkan klien untuk memasukkan ke jadwal harian klien
33
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase orientasi
Salam teraupetik
“selamat pagi bu....assalamuaikum,perkenalkan saya mahasiswa
keperawatan profesi ners STIK bina husada palembang yang akan
merawat ibu. Nama saya iis indria damayanti panggil saya iis. Kalau
nama ibu siapa ?senang nya di pangil apa ?”
Evaluasi / validasi
“Bagimana perasaaan ibu hari ini ? apakah tidurnya nyenyak?”
Kontrak
Topik :
“sesuai janji kita kemarin, hari ini kita mau berbincang-bincang
tentang hal yang M Rasakan?”
Waktu :
“sekarang sudah pukul 09.pagi selama 15 menit kedepan kita akan
berbincang-bincang ya M?”
Tempat :
“kita duduk diteras saja ya M ?”
2. Fase kerja
“M saya tanyakan kembali ya kepada M apakah M mendnegar suara-
suara yang tidak jelas sumbernya dari mana?” bisa M ceritakan kepada
saya tentang suara-suara yang M dengar? Apa yang M dengar? Apa yang
dikatakan oleh suara itu? “dalam sehari berapa kali suara itu muncul?”
apakah suaranya hilang? Nah M sekarang bagaimana kalau kita belajar
cara mengontrol halusinasi M?” jadi cara mengontrol halusinasi ada 4
cara, yaitu yang peryama dengan cara menghardik yang kedua minum
obat secara teratur, yang ketiga bercakap-cakap dengan orang lain dan
terakhir yaitu menyusun aktivitas terjadwal” hari ini kita belajar cara
yang pertama terlebih dahulu yaitu cara menghardik”.
“ saya akan membantu M, caranya ketika M tidak dapat mendengar suara
yang ada disekitar M sambil mengatakan “ pergi, saya tidak mau dengar,
34
kamu suara palsu. Begitu M, kita coba lagi ya, “ pergi-pergi saya tidak
mau dengar, kamu suara palsu! Kamu tidak nyata! Begitu terus diulang
sampai suara itu tidak ada lagi, “ coba sekarang M ulangi dan praktikkan!
Ya bagus, sekali lagi M, bagus M!”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
“bagimana perasaan M setelah kita berbincang dan belajar
mengontrol halusinasi M? “
b. Evaluasi objektif
“coba M sebutkan dan praktekkan lagi apa yang sudah saya ajarkan?”
c. Rencana tindak lanjut
‘jadi M, suara-suara yang M dengar dan tidak ada wujudnya adalah
halusinasi, sebenarnya itu tidak ada, cara mengontrolnya itu bisa
dengan yang saya ajarkan, bagaimana kalau kita masukkan cara
menghardik tadi kejadwal harian M? bagaiamana kalau latihannya
setiap jam 09.00 pagi??”
d. Kontrak yang akan datang
Topik :
“baik M sampai disini dulu yah, besok kita belajar tentang cara
mengontrol halusinasi M dengan cara lain ya M?”
Waktu :
“kira-kira jam berapa M? bagaimana kalau sehabis senam dan
cek tekanan darah sekitar jam 09.30 pagi? Bagaimana kalau
selama 15 menit?”
Tempat :
“dimana M, bagaimana kalau diteras depan?”
Baiklah M, saya permisi dulu ya, semoga M lekas sembuh
35
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subjektif
Klien mengatakan sudah jarang mendengar suara aneh
Klien mengatakan bias menghardik halusinasi
Klien mengatakan minum obat teratur, jadi jarang mendengar bisikan
Klien menyebutkan obatnya :
1. THP ( 2x 2 mg)
2. Olanzapine (1x10 mg)
3. Clozapine (1x100 mg)
b. Data objektif
Klien ketika di ajak bicara tersenyum
Kontak mata ada namun mudah beralih
Penampilan klien rapi
Suara klien kuat dan lambat
2. Klien tampak paham obatnya Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Klien dapat menyebutkan obat yang dikonsumsi dan efek
sampingnya
Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat secaraa teratur
Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat
Klien mampu memasukkan kejadwal harian klien
Klien mampu menyebutkan cara mengntrol halusinasi menghardik
dan minum obat
4. Intervensi Keperawatan
Evaluasi kemampuan klien dalam menghardik halusinasi
36
Diskusikan pentingnya minum obat secara teratur
Anjurkan memasukkan kejadwal harian
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
” Selamat pagi M? Masih ingat dengan suster” coba sebutkan nama
suster?”
b. Evaluasi validasi
” bagaimana perasaan M hari ini ? apa keluhan M hari ini ? apakah
semalam tidurnya nyenyak? Bagaimana dengan suara-suara yang M
dengar?”
“coba M ulangi lagi! Bagus sekali.
c. Kontrak
Topik
”sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan belajar cara mengontrol
halusinasi dengan cara berikutnya yaitu minum obat teratur, bgaimana
M?”
Tempat :
” Di mana M mau berbincang-bincang ? bagaimana kalau di teras ?”
Waktu :
” kita berbincang-bincang selama 15 menit ya M?”
2. Fase Kerja
“apakah M sudah minum obat hari ini? “ berapa macam obatnya? “
bagaimana perasaan M setelah minum obat ? “ apakah ada bedanya minum
obat secara terartur disini ?” minum obat teratur sangatlah penting M
supaya bisikan yang M dengar dan mengganggu M tidak terdengar lagi
serta M bisa cepat sehat. Jadi obat M ada 3 macam, diminum ketika jam 6
pagi dan 6 sore. Obat M ada olanzapine 10 mg, clozapine 100 mg dan
THP 2 mg, olanzapine fungsinya membuat M merasa tenang, clozapine
100 mg itu untuk menghilangkan halusinasi M, dan THP digunakan
supaya M tidak merasa Tegang atau kaku” semu obat dimimun 2 x sehari.
37
Sebelum minum obat M lihat dulu label nama dikotak apakah benar nama
M bukan, berapa banyak yang harus diminum. Jam berapa harus diminum.
Baca juga apakah obatnya sudah benar, jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter, karena dapat terjadi
kekambuhan!” bagaimana apakah M sudah jelas ?’ baiklah M kita
lanjutkan ya, sebelum minum obat lihat dulu lebel yang yang menempel
di bungkus obat. Apakah benar nama M yang terrtulis disitu. Selain itu M
perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosisnya, jam berapa saja
obatnya harus diminum. Cara minum obatnya M harus minum obat secara
teratur.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
”bagimana perasaan M setelah kita mengobrol tadi?”
b. Evaluasi obyektif
”coba M ulangi apa saja yan M minum!”
c. Tindak lanjut
”jadi sudah berapa cara yang kita yang kita latih untuk mengontrol suara-
suara? Coba M sebutkan ? jadi harus M patuh minum obat secara teratur,
“ minum obatnya sesuai jam M” dirmah nanti lakukan demikian juga”
selain itu lakukan juga cara yang sudah saya ajarkan, sekarang kita
masukkan dalam jadwalnya. Jam 6 sore nanti M minum obat ya!”
d. Kontrak yang akan datang
Topik:
”baiklah M saya akan menemuai M besok untuk melanjutkan cara ke 3
untuk menghilangkan suara-suara dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain?”
Waktu :
”mau jam berapa M?” jam 08.30 bagaimana? Sekitar 15 menit ya ?
Tempat :
”mau dimana M? diteras depan bagaimana?”
38
Baiklah saya permisi dulu ya M, saya doakan supaya M lekas sembuh
selamat pagi, samapi jumpa besok ya”
39
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subjektif
Klien mengatakan sudah jarang mendengar suara aneh
Klien mengatakan “ selama disini minum obat teratur, jadi jarang
mendengar yang aneh-aneh”
Klien mengatakan mengerti pentingnya obat
d. Data objektif
Klien tampak tenang
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Klien mampu menyebutkan cara mengntrol halusinasi menghardik
dan minum obat
Klien mampu mempratekkan cara mengontrol halusinasi dnegan
bercakap-cakap
Klien mampu memasukkan ke jadwal harian
4.Intervensi Keperawatan
Evaluasi kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya:
menghardik & minum obat
Latih pasien cara mengontrol dengan bercakap-cakap dengan
teman satu kamar
Anjurkan klien memraktekkan cara bercakap-cakap
Anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
40
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
” Selamat pagi M? Masih ingat dengan suster” coba sebutkan nama
suster?”
b. Evaluasi validasi
” bagaimana perasaan M hari ini ? apa keluhan M hari ini ? apakah
semalam tidurnya nyenyak? Bagaimana dengan suara-suara yang M
dengar?”
“ M masih ingat tidak dnegan yang saya ajarkan!””coba bisa ibu
praktekkan?”
c. Kontrak
Topik
” Sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan belajar cara ke 3 dari 4
cara mengontrol halusinasi yaitu,bercakap-cakap dengan orang lain,
apakah M bersedia?”
Waktu :
”berapa lama M mau berbincang?”bagaimana kalau 20 menit?”
Tempat :
”M mau berbincang di mana?”
5. Fase Kerja
“ kemarin kita sudah belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara
pertama dan kedua, sekarang kita belajar cara yang ketiga yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain. Caranya jika M mendengar suara bisikan, M
langsung mencari teman dan ajak dia berbicara. Atau bisa juga langsung
mengajak suster berbicara dan katakan pada suster mulai mendengar suara
itu, “suster-suster tolong ajak saya ngobrol ada suara-suara””sekarang
coba M praktekkan.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
41
”bagimana perasaan M setelah kita kita berlatih cara mengatasi suara
dengan bercakap-cakap?”
b. Evaluasi obyektif
” jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara
coba sebutkan?”
c. Tindak lanjut
”jadi jika M mendnegar suara tanpa ada wujudnya, M bisa mencegahnya
dengan bercakap-cakap dengan teman atau dengan cara menghardik, M
bisa memasukkan cara ini kedalam jadwal kegiatan harian M?”
42
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subjektif
Klien mengatakan sudah tidak mendengar suara-suara lagi
Klien mengatakan suah berlatih cara mengontrol halusinasi :
menghardik halusinasi, minum obat teratur
Klien mengatakan akan bercakap-cakap dengan teman satu
kamarnya jika suara itu datang.
b. Data objektif
Klien memperagakan cara menghardik dan masih ingat obat yang
dikonsumsi, dan cara bercakap-cakap
Konntak mata ada namun mudah beralih
Klien memasukkan kejadwal harian
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Klien dapat mempratekkan cara menghardik halusinasi, minum
obat dan bercakap
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan membuat aktivitas
terjadwal
Klien mampu memasukkan kedalam jadwal harian
43
4. Intervensi Keperawatan
Evaluasi kemampuan klien mengontrol halusinasi : menghardik,
minum obat, bercakap-cakap
Latih klien mengontrol halusinasi dengan melawan aktivitas
terjadwal
Anjurkan klien untuk memasukkan kejadwal harian
B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
Salam Terapetik
Selamat pagi M, akhirnya kita ketemu lagi?
Evaluasi Validasi
“bagaiamana perasaan M hari ini ? “ apa yang M lakukan?”
“apakah semalam tidurnya nyenyak? “apakah M masih mendengar suara-
suara? “
Kontrak
- Topik
“sesuai janji kita kemarin, hari ini kita mau belajar cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ke empat yaitu melakukan aktivitas
terjadwal?”
- Waktu
“kita nanti akan berbincang lebih kurang 20 menit, bagaimana M
setuju?”
- Tempat
“Dimana M? diteras ya M?”
2. Fase Kerja
“cara mengontrol halusinasi ada beberapa, kita sudah berdiskusi tentang
cara pertama, kedua dan ketiga. Cara lain mengntrol halusinasi yaitu cara
keempat adalah dengan melakukan aktivitas terjadwal. Jika M mendengar
suara-suara segera menyibukkan diri dengan kegiatan seperti membereskan
tempat tidur/kegiatan lain. Coba M jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi
yang keempat, “ bagus sekali M”.”Bisa M sebutkan apa saja kegiatan M dari
44
bangun tidur sampai tidur malam?”.” waah.. banyak sekali ya kegiatan M.bisa
M tuliskan di kertas ini kegiatan yang m sebutkan tadi..”
3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
bagaimana perasaan M setelah kita bercakap-cakap cara yang keempat
untuk mencegah suara-suara itu?
- Evaluasi Objektif
Sudah berapa berapa cara yang kita latih untuk mengontrol
halusinasi?coba M sebutkan?”
- Rencana tindak lanjut
Jadi M, jika M mendengar suara tanpa wujudnya dan bisa melakukan
aktivitas yang sudah kita jadwalkan, supaya M lupa akan suara-suara.
Suara itu setelah itu, jangan melupakan cara yang saya ajarka. Mari kita
masukkan kejadwal harian M”
- Kontrak yang akan datang
Topik
Sampai disini dulu ya M, besok ketemu lagi ya M untuk mengevaluasi
kemampuan M “ bagaimana M?”
Waktu
“jam berapa M? bagimana jam 13.00, selama 15 menit”
Tempat
“” dimana M? bagaimana kalau diteras depan?”
Baiklah saya permisi dulu ya M, semoga lekas sembuh
45
CATATAN PERKEMBANGAN
46
Ajarkan klien melapor perawat jika
halusinasi timbul
CATATAN PERKEMBANGAN
47
CATATAN PERKEMBANGAN
48
CATATAN PERKEMBANGAN
49
CATATAN PERKEMBANGAN
50
saat tanda-tanda halusinasi datang
Anjurkan klien untuk mempratekkan
sesuai jadwal kegiatan
51