PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem musculoskeletal merupakan salah satu system tubuh yang sangat berperan
terhadap fungsi pergerakan dan mobilitas seseorang. Komponen penununjang yang
paling dominan pada system ini adalah tulang. Masalah atau gangguan pada tulang
akan dapat mempengaruhi system pergerakan seseorang, mulai dari bayi, anak-anak,
remaja, dewasa, maupun pada lansia salah satu masalah musculoskeletal yang sering
kita temukan di sekitar kita adalah fraktur atau patah tulang (Smeltzer, 2008).
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa.
Struktur tulang dan jaringan ikat menyususn kurang lebih 25 % berat badan. Struktur
tulang memberikan perlindungan terhadap organ-organ penting dalam tubuh seperti
jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta tempat
melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, disamping itu tulang berfungsi
sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih (tepatnya di sumsum tulang)
dalam proses yang disebut hamatopoesis (W.F. Ganong, 2008).
Tubuh kita tersusun dari kurang lebih 206 macam tulang, dalam tubuh kita ada 4
kategori yaitu tulang panjang, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tidak baraturan.
Masing-masing tulang dihubungkan oleh jaringan yang disebut sendi. Menurut
pergerakan yang ditimbulkan sendi dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Sendi fibrous/sinatrosis/sendi tidak bergerak
2. Sendi tulang rawan / amfiartrose/sendi gerak
3. Sendi sinovial/diartrose (Smeltzer, 2008)..
Bentuk sendi diartrose ada beberapa macam : sendi putar, sendi engsel, sendi
kondiloid, sendi berporos serta sendi pelana. Bentuk-bentuk sendi beserta contohnya :
Sendi putar : sendi bahu dan sendi panggul
Sendi engsel : sendi siku, sendi antara ruas-ruas jari
Sendi kondiloid : hampir sama dengan sendi engsel tapi dapat bergerak dalam
2 bidang seperti pada pergelangan tangan.
Sendi berporos: sendi antara kepala dengan tulang leher pertama
Sendi pelana : sendi metacarpal pertama, yang memungkinkan ibu jari ergerak
bebas. (Smeltzer, 2008).
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa memahami tentang sistem muskuloskeletal
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi sistem muskuloskeletal
b. Mengetahui sistem rangka dan sendi
c. Mengetahui tenteng tulang
d. Mengetahui tentang sendi
e. Mengetahui tentang otot
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Terdapat 3 langkah berbeda dalam proses kontraksi dan relaksasi yang memerlukan
atp :
1. Penguraian atp oleh atpase miosis menghasilkan energi untuk kayuhan bertenaga
jembatan silang.
2. Pengikatan molekul baru atp ke miosin memungkinkan jembatan silang terlepas
dari silamen akting pada akhir kayuhan bertenaga sehingga siklus dapat di ulang .
Atp ini kemudi terurai untuk menghasilkan energi bagi kayuhan jembatan silang
selanjutnya.
3. Transpot aktif ca2+ kembali ke dalam retikulum sarkoplasma selama relaksasi
,bergantung pada energi yang berasal dari penguraian ATP (Sherwood, 2012).
Kreatin fosfat
Kreatin fosfat adalah sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas,
sewaktu cadangan energi di otot bertambah, peningkatan konsentrasi atp mendorong
pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari atp untuk membentuk kreatin fosfat.
Sebaliknya pada permulaan kontraksi ketika atpasemiosin menguraikan cadangan atp
6
yang sekedarnya. Penurunan atp yang kemudian terjadimendorong pemindahan gugus
fosfat berenergi tinggidarikreatin fosfat simpanan untuk membentuk lebih banyak
ATP. Otot yang beristirahat mengandung kratin fosfat. Lima kali lebih banyak dari
ATP. Karena itu sebagian besar energi yang di simpan yaitu kreatin fosfat (Sherwood,
2012).
Fosforilasi oksidatif
Jika aktivitas kontraktil dependen energi akan di lanjutkan nakal otot beralih ke
jalur fosforilasioksidatif dan glikolisis untuk menghasilkan ATP. fosforilasioksidatif
berlangsung di mitokandria otot jika tersedia O2. Oksigen dibutuhkan
untukmenunjang rantai transpor elektron mitokondria, yang memanen energi yang di
ambil dari penguraian molekul nutrien dan menggunakannya untuk menghasilkan
ATP. Jalur ini di lakukan oleh glukosa atau asam lemak tergantung aktivitas
(Sherwood, 2012).
Glikolisis
Glikolisis menghasilkan produk yang masuk ke fosforilasioksidatif, selama
glikolisis satu molekul glukosa diuaraikan menjadi 2 molekul asam piruvat,
menghasilkan 2 molekul atp dalam prosesnya. Glikolisis ada 2 keunggulan.
1. Glikolisis dapat membentuk atp tanpa keberadaan o2
2. Jalur ini dapat lebih cepat daripada fosforilasioksidatif (Sherwood, 2012).
Refleksi Regang
Jika sebuah otot utuh dirgangkan secara pasif maka serat-serat intrafusal
gelendong ototnya juga tegang sehingga terjadi peningkatan frekuensi lepas muatan di
serat saraf aferen yang ujung-ujung sensorinya berakhir di serat gelendong yang
teregang neuron aferen secara langsung bersinapi dengan neuron motorik alfa yang
8
mensyarafi ekstrafusal otot yang sama sehingga terjadi kontraksi otot tersebut
(Sherwood, 2012).
9
Otot polos unit tunggal bersifat miogenik
Otot polos unit tunggal bersifat sendiri sehingga tidak memerlukan rangsangan
saraf untuk berkontraksi (Sherwood, 2012).
Sarkolema adalah membran sel dari serabut otot. Sarkolema terdiri dari
membran sel yang sebenarnya, yang disebut membran plasma, dan sebuah lapisan luar
yang terdiri dari satu lapisan tipis amteri polisakarida yang mengandung sejumlah
fibril kolagen tipis. Di setiap ujung serabut otot, lapisan permukaan sarkolema ini
bersatu dengan serabut tendon, dan serabut – serabut tendon kemudian berkumpul
menjadi berkas untuk membentuk tendon otot dan kemudian menyisip ke dalam
tulang (W.F. Ganong, 2008).
10
Miofibril, Filamen Aktin dan Miosin. Setiap serabut otot mengandung
beberapa ratus sampai beberapa ribu miofibril. Setiap miofibril tersusun oleh sekitar
15000 filamen miosin yang berdekatan dan 3000 filamen aktin, yang merupakan
molkul dan protein polimer besar yang bertanggung jawab untuk kontraksi otot
sesungguhnya. Filamen – filamen ini dapat dilihat pada pandangan longitudional
dengan mikrogaf elektron dan diluliskan secara diagram, bagian E sampai L. Filamen
tebal dalam diagram adalah miosin dan filamen tipis adalah aktin (W.F. Ganong,
2008).
Bagian miofibril (atau seluruh serabut otot) yang terletak antara dua lempeng
Z yang berurutan disebut sarkomer. Bila serabut otot berkontraksi, panjang sarkomer
kira – kira 2 mikrometer. Pada ukuran panjang ini, filamen aktin bertumpang tindih
seluruhnya dengan filamen miosin, dan ujung filamen aktin mulai bertumpang tindih
satu sama lain. Kita akan lihat kemudian bahwa pada ukuran yang panjang ini ototo
juga mampu menimbulkan daya kontraksi terbesarnya (W.F. Ganong, 2008).
Sarkoplasma. Banyak miofibril dari setiap serabut otot terletak bersisian
dengan serabut otot. Ruang di antara miofibril diisi oleh cairan intra sel yang disebut
sarkoplasma, yang mengandung sejumlah besar kalsium, magnesium, dan fosfat,
ditambah berbagai enzim protein. Juga terdapat mitokondria dalam jumlah besar
yang terletak sejajar dengan miofibril. Hal ini menyuplai miofibril sejumlah besar
energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) yang dibentuk oleh mitokondria (W.F.
Ganong, 2008).
Retikulum sarkoplasma. Di dalam sarkoplasma juga terdapat banyak
retikulum yang mengelilingi miofibril setiap serabut otot disebut retikilum
sarkoplasma. retikulum ini mempunyai susunan khusus yang sangat penting pada
pengaturan kontraksi otot. Semakin cepat kontraksi suatu serabut retikulum
sarkoplasma (W.F. Ganong, 2008).
11
3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka
banyakkanal “berbagai asetilkolin” melalui molekul – molekul protein yang terapung
pada membran.
4. Terbukanya kanal bergerbang asetikolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium
untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Persitiwa ini akan
menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran oto, dan banyak aliran listrik
potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menybabkan
retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan
di dalam retikulum ini.
7. Ion – ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin,
yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan
proses kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membran Ca dan ion – ion ini tetap disimpan dalam
retiukulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi, pengeluaran ion kalsium
dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti (W.F. Ganong, 2008).
b. Tulang
a. Tipe dan Fisiologi Tulang
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka kolagen yang
mengandung garam Ca2+ dan PO43-, terutama hidroksiapatit. Sistem skelet (tulang)
dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein yang diperkeras dengan
kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Bahan-bahan tersebut berasal dari embrio
hyalin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian menjadi tulang, proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Terdapat 206 tulang di tubuh yang
diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar, dan tak beraturan, sesuai dengan
bentuknya. Secara umum tulang mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Tulang berperan dalam homoestasis Ca2+ dan PO43- secara keseluruhan.
b. Tulang berfungsi untuk melindungi organ vital.
c. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
12
d. Melindungi organ –organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak).
e. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan
bergerak).
f. Merupakan tempat penyimpanan mineral, seperti kalsium.
g. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum tulang).
(W.F. Ganong, 2008).
b. Struktur Tulang
Periosteum
Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar tulang yang tipis.
Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat
dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka
(skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan
reparasi tulang rusak (W.F. Ganong, 2008).
Tulang Spongiosa
Pada lapisan ketiga disebut dengan tulang spongiosa, berada di dalam korteks
dan membentuk sisa 20% tulang di tubuh. Sesuai dengan namanya tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah
yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis
tulang yang disebut trabekula (W.F. Ganong, 2008).
Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan
lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang ke dalam trabekula. Lebih
dari 90 % protein dalam matriks tulang tersusun atas kolagen tipe I (W.F. Ganong,
2008).
14
Pada saat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang
disebut lakuna yang berisi sel tulang rawan yaitu kondrosit. Tulang rawan
terdiri dari tiga tipe, yaitu :
15
tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar, yaitu osteoblas, osteosit, dan osteoklas (W.F.
Ganong, 2008).
1. Osteoblas
Merupakan sel pembentuk tulang yang memproduksi kolagen
tipe I dan berespon terhadap perubahan PTH. Tulang baru dibentuk
oleh osteoblast yang membentuk osteoid dan mineral pada matriks
tulang. Bila proses ini selesai osteoblast menjadi osteosit dan
terperangkap dalam matriks tulang yang mengandung mineral (W.F.
Ganong, 2008).
2. Osteosit
Berfungsi memelihara kontent mineral dan elemen organik
tulang. Osteosit ini merupakan sel-sel tulang dewasa (W.F. Ganong,
2008).
3. Osteoklas
Osteoklas mengikis dan menyerap tulang yang sudah terbentuk
di sekitarnya dengan mengeluarkan asam yang melarutkan kristal
kalsium fosfat dan enzim yang menguraikan matriks organik. Sel ini
berinti banyak, dapat bergerak, serta melekat di tulang melalui
integrin di tonjolan membran yang disebut sealing zone (W.F.
Ganong, 2008).
2. Berdasarkan Bentuk
Tulang Pipa
Tulang pipa bentuknya bulat, memanjang, bagian tengahnya berlubang,
seperti pipa. Di bagian dalam ujungnya terdapat sum-sum merah berfungsi
untuk pembentukan sel darah merah (W.F. Ganong, 2008).
Tulang pipa terdiri atas tiga bagian, yaitu kedua ujung yang bersendian
(epifisis), bagian tengah (diafisis), dan cakra epifisis yang berada di antara
epifisis dengan diafisis. Pada anak-anak cakra epifisis berupa tulang rawan
yang mengandung osteoblas, sehingga masih mengalami pertumbuhan.
Sedangkan pada orang dewasa, cakra epifisis berupa tulang keras yang
menyebabkan epifisis dan diafisisnya menyatu, sehingga tidak lagi
mengalami pertumbuhan (W.F. Ganong, 2008).
16
Contoh : Tulang lengan, tulang paha, tungkai dan ruas-ruas tulang jari.
Tulang Pipih
Tulang pipih bentuknya pipih, terdiri atas lempengan tulang kompak
dan tulang spongiosa. Didalamnya terdapat sumsum merah yang berfungsi
untuk pembuatan sel darah merah dan sel darah putih. Contoh : Tulang
rusuk, tulang dada, tulang belikat, tulang panggul, dan tulang dahi (W.F.
Ganong, 2008).
Tulang Pendek
Tulang pendek bentuknya bulat dan pendek (ruas tulang). Didalamnya
juga terdapat sumsum merah berfungsi untuk pembuatan sel darah merah
dan sel darah putih. Contoh : Tulang-tulang pada pergelangan tangan,
pergelangan kaki, dan telapak tangan (W.F. Ganong, 2008).
Tulang tidak beraturan
Selain ke tiga macam tulang tersebut di atas yang sudah dijelaskan
secara rinci, ada juga kelompok tulang yang tidak beraturan karena
bentuknya tidak teratur. Contoh : Tulang punggung dan tulang rahang
(W.F. Ganong, 2008).
d. Osifikasi
Merupakan proses penulangan, yaitu perubahan tulang rawan menjadi tulang
keras. Osifikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Osifikasi kondral, yaitu pembentukan tulang keras dari tulang rawan.
Contoh: tulang pipa dan tulang pendek
Osifikasi desmal, yaitu pembentukan tulang keras dari jaringan mesenkim.
Contoh: tulang pipih (W.F. Ganong, 2008).
Selama perkembangan janin, sebagian tulang dibentuk dalam tulang rawan,
kemudian diubah menjadi tulang melalui osifikasi. Osifikasi dimulai dari sel-sel
mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung
pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh
darah akan membentuk kondoblas (W.F. Ganong, 2008).
17
Mula-mula pembuluh darah menembus perikondrium di bagian tengah batang
tulang rawan, merangsang sel-sel perikondrium berubah menjadi osteoblas.
Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perikondrium
berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam
tulang rawan di daerah diafisis se-sel tulang rawannya membesar kemudian pecah
sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan,
nutrisi terganggu, akibatnya terjadi kematian pada semua sel-sel tulang rawan
(W.F. Ganong, 2008).
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan
pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan
masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk
sumsum tulang. (W.F. Ganong, 2008).
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epifise
sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan
demikian masih tersisa tulang rawan di kedua ujuang epifise yang berperan
penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan
diafise yang disebut dengan cakram epifise (W.F. Ganong, 2008).
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus menerus
membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah
diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan
tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah
rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar,
dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-
lapisan tulang baru di daerah permukaan (W.F. Ganong, 2008).
c. Sendi
Sendi atau artikulasio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan
antara dua atau beberapa tulang kerangka. Terdapat tiga jenis sendi utama yaitu sendi
fibrus (sendi yang tak dapat bergerak), sendi tulang rawan (sendi dengan gerakan
sedikit), sendi sinovial (sendi yang bergerak bebas) (Evelin C. P. 2009).
18
berhubungan dengan klavikula dan sebelah bawah dengan sternum. Alat – alat
khususnya terdiri dari :
Art. Humeri merupakan sendi peluru karena kaput humeri merupakan sebuah
bola yang melekat pada bagian dalam bidang skapula dengan kaput humeri.
b. Sendi siku (artikulasio kubiti) merupakan artikula asio komposita. Pada sumbu
ini bertemu humerus, ulna dan radius, sedangkan menurut faalnya sendi ini
merupakan suatu sendi engsel dengan tiga bagian :
19
- Art. Radio ulnarisproksimal. Sendi antara sirkum farensia artikularis radii
dan insisura radialis ulna bawah fibule ke distal sampai batas 1/3 distal os
tibia dan os fibula. Arah serabut membran untero sakrusis dari medil atas os
tibia ke lateral bawah menuju os fibula (Syarifudin, 2014).
- Art. Intermeta karpae. Basi ossismetakarpalia II-V bersendi atau sama
lainnya denga satu permukaan sendi yang kecil (Syarifudin, 2014).
- Art. Metakarpofangeal merupakan sendi antara kapitulum ossismetakarpalia
kepala sendi dengan bassi ossis falang merupakan lekuk sendi (Syarifudin,
2014).
- Art. Digitoriummanus, sendi antara falang I, II. III merupakan sendi engsel
yang diperkuat oleh lig. Vaginale, ligkoloteral dan lig posterior (Syarifudin,
2014).
20
- Hubungan antara krista interosta fibula dan krista interoseatibia, terbentang
melalui membran interosakrusis yang terbentan dari proksimalis di bawah
kolumfibulae ke distal sampai batas 1/3 distal os tibia dan os fibula . arah
serabut membran unterosakruris dari medial atas os tibia ke lateral bawah
menuju os fibula (Syarifudin, 2014).
5. Persendian kaki
b. Art. Talotrasila ( sendi lonncat) karena pada gerakan meloncat ada 2 bagian yaitu
21
5. Artinterfalangeal antara ruas jari I , II dan III dan masing-masing jari ( digiti)
I, II, III,IV dan V . gerakan fleksi dan ekstensi bentuk sendi engsel
(Syarifudin, 2014).
22
c) Lig.krusiforame atlantis terdiri dari Ling. Trasnversum atlantis yang
kuat dan faskulilongitudinalis yang lemah. Ujung transversum melekat
pada bagian dalam massa lateralis atlas dan mengikat aksis.
Fisiologi Pergerakan
Aktivitas motorik dari fungsi sistem pergerakan di atur oleh saraf tulang sendi dan
otot yang terbentuk saling menunjang dalam suatu kerja sama untuk melakukan
kegiatan dan pergerakan. Aktivitas volunter direncanakan oleh otak dan perintah
dikirim ke otot melalui sistem piramidal yang berhubungan dengan gerakan dan sikap
(Syarifudin,2014).
Gerakan pengungkit
Gaya yang dihasilkan suatu otot bergantung pada banyaknya serabut otot semakin
banyak serabut otot semakin besar gaya yang dapat di hasilkan tiga gaya macam
pengungkit (Syarifudin,2014) :
1. Titik penyokong
2. Beban dan gaya
3. Badan dan gaya
Sikap
Sikap badan meliputi :
1. Sikap biasa : kemiringan panggul 60o badan berada dalam keadaan labil kara tik berat
badan letaknya diatas sumbu lintang melalui kedua artikulasiokoksae yang merupakan
titik penyokong badan.
2. Sikap istirahat : ttitk berat terletak di belakang sumbu lintang pangkal paha. Garis
berat berjalan di belakang artikulasio kolase, di depan artikulasio gen, dan memotong
kaki pada tempat tertinggi dari talus.
3. Sikap militer : Panggul di putar ke depan dan sudut lumbosakralis mengecil titik berat
badan terdapat di depan sumbu lintang pangkal paha.
Gerakan jalan dari sikap berdiri tegak pada kedua kaki dimulai dengan pemindahan
berat badan ke satu kaki. Antefleksi tungkai iri dilakukan oleh M.ileopsoas dan
M/erektus temporalis. Dengan demikian kaki terangkat dari tanah (Syarifudin,2014) .
Otot adalah transduser (mesin) biokimia utama yang mengubah energi potensial
(kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis). Otot, jaringan tunggal terbesar di tubuh
manusia, membentuk sekitar 25% massa tubuh saat lahir, lebih dari 40% pada orang
dewasa muda, dan sedikit lebih kecil dari 30% pada usia lanjut. Ketiga jenis otot yang
terdapat pada vertebrata: rangka, jantung, dan polos. Otot rangka maupun jantung
tampak bergaris-garis (striata, lurik, seran-lintang) pada pemeriksaan dengan
mikroskop; otot polos tidak memiliki pola garis (nonstriata). Meskipun otot rangka
berada dalam kontrol kesadaran, namun kontrol bagi otot jantung dan polos bersifat
involuter (Sherwood, 2012).
24
Sarkoplasma Sel Otot Mengandung ATP, Fosfokreatin, dan Enzim Glikolisis
Otot lurik terdiri dari sel-sel serabut otot multinukleus yang dikelilingi oleh
membran plasma yang dapat tereksitasi oleh listrik, yaitu sarkolema. Sel serabut otot
individual yang panjangnya dapat menyamai panjang keseluruhan otot, mengandung
berkas banyak miofibril yang tersususn sejajar yang terbenam dalam cairan intrasel
dan disebut sarkoplasma. Di dalam cairan ini terdapat glikogen, senyawa berenergi
tinggi ATP dan fosfokreatin, serta enzim-enzim glikolisis (Sherwood, 2012).
25
tipis terletak secara simetris di antara tiga filamen tebal, dan masing-masing filamen
tebal dikelilingi secara simetris oleh enam filamen tipis (Sherwood, 2012).
Filamen tebal dan tipis berinteraksi melalui jembatan silang (cross-bridges) yang
muncul setiap 14 nm di sepanjang filamen tebal. Jembatan silang memiliki polaritas
berlawanan di kedua ujung filamen tebal. Kedua kutub filamen tebal dipisahkan oleh
sebuah segmen 150 nm yang terbebas dari proyeksi (Sherwood, 2012).
26
yang berikatan dengan membran sel. Miosin-I berfungsi sebagai penghubung antara
mikrofilamen dan membran sel di lokasi tertentu (Sherwood, 2012).
Miosin membentuk 55% protein otot berdasarkan berat dan membentuk filamen
tebal. Miosin adalah heksamer asimetris dengan massa molekul sekitar 460 kDa.
Miosin memiliki sebuah ekor fibrosa yang terdiri dari dua heliks yang saling
menggulung. Masing-masing heliks memiliki sebuah bagian kepala globular yang
melekat pada satu sisi. Heksamer terdiri dari satu pasang rantai panjang (heavy [H])
yang masing-masing memiliki massa molekul 200 kDa, dan dua pasang rantai pendek
(light [L]) masing-masing dengan massa molekul 20 kDa. Rantai L dibedakan lagi
yakni satu rantai disebut rantai ringan esensial dan yang lain rantai ringan regulatorik.
Miosin otot rangka mengikat aktin untuk membentuk aktomiosin (aktin-miosin) dan
aktivitas ATPase intrinsiknya sangat meningkat dala kompleks ini. Terdapat isoform-
isoform miosin yang jumlahnya bervariasi pada keadaan patologis, fisiologis, dan
anatomis yang berbeda (Sherwood, 2012).
31
d. Hormon Paratiroid (PTH)
PTH termasuk hormone peptide. Berguna untuk merangsang aktivitas osteoklas,
pembentukan osteoklas, menghambat aktivitas osteoblas, serta meningkatkan
konsentrasi kalsium plasma. PTH bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan
resorpsi tulang. Pengatur utama sekresi PTH adalah konsentrasi kalsium bebas dalam
plasma. Jika konsentrasi klasium plasma turun, maka sekresi PTH naik atau
sebaliknya (W. F. Ganong, 2008).
e. Kalsitosin
Kalsitosin termasuk hormone polipeptida yang biasa bekerja pada tulang dan hanya
memiliki efek kecil pada ginjal dan usus. Kalsitonin ini tidak esensial
mempertahankan homeostasis kalsium, sehingga tidak pernah ditemukan kelainan
karena kekurangan atau kelebihan kalsitonin. Kalsitosin bekerja menurunkan kadar
kalsium plasma dalam tulang dengan cara sebagai berikut :
Menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma (efek jangka
pendek)
Menurunkan resorpsi tulang dengan menghambat aktivitas osteoklas (efek jangka
panjang)
Menghambat absorpsi kalsium di usus halus
Pengatur utama sekresi kalsitosin adalah kadar kalsium bebas dalam plasma. Jika
kalsium bebas dalam plasma meningkat, maka sekresi kalsitosin juga akan meningkat.
Namun jika kalsium bebas dalam plasma menurun, maka sekresi kalsitosin juga akan
menurun. Sekresi kalsitonin lebih tinggi terjadi pada individu muda, ibu hamil, serta
ibu menyusui. Pada individu muda, kalsitonin berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan tulang rangka. Pada ibu hamil dan menyusui, kalsitonin berfungsi
untuk melindungi tulang maternal dari proses resorbsi yang berlebihan untuk
penyediaan kalsium bagi pertumbuhan janin (W. F. Ganong, 2008).
Metabolisme Kalsium
Kalsium plasma dalam tubuh manusia sebagian besar ada yang berdifusi, antara
lain terionisasi menjadi Ca2+ atau berkompleks dengan HCO3-, sitrat, dan lain-lain.
Sedangkan sisanya yang tidak berdifusi berikatan dengan protein albumin dan
globulin (W. F. Ganong, 2008).
32
Metabolisme kalsium dalam tulang terdiri atas dua tipe :
Cadangan pertukaran cepat terjadi pada pertukaran antara tulang dan CES dan
penyesuaian ekskresi kalsium melalui urine.
Cadangan pertukaran lambat terjadi pada penyesuaian penyerapan kalsium di
usus dan penyesuaian ekskresi kalsium melalui urine. Penyerapan berlangsung
lebih stabil (W. F. Ganong, 2008).
Terdapat dua sistem homeostatik yang independen, namun berinteraksi dalam
mempengaruhi kalsium tulang, yaitu:
Sejumlah besar kalsium disaring di ginjal dan sebagian besar diserap kembali di
tubulus proksimal, distal, dan lengkung henle. Setelah diserap di saluran cerna, Ca2+
dibawa keluar usus oleh suatu sistem dalam brush border sel epitel yang diaatur oleh
1,25-dihidrokolekalsiferol. Jika asupan Ca2+ tinggi, maka Ca2+ plasma meningkat, dan
kadar 1,25-dihidrokalsiferol meenurun. Penyerapan Ca2+ mengalami adaptasi berupa
peningkatan, jika asupan kalsium rendah dan penurunan jika asupan kalsium tinggi.
Penyerapan kalsium juga menurun oleh zat-zat yang membentuk garam tidak larut
dengan Ca2+ atau oleh alkali, sedangkan peningkatan penyerapan dapat dilakukan
dengan diet tinggi protein pada orang dewasa (W. F. Ganong, 2008).
Fosfor
Fosfor merupakan zat penting dari semua jaringan tubuh. Fosfor penting untuk
fungsi otot dan sel-sel darah merah, pembentukan adenosine trifosfat (ATP) dan 2,3-
difosfogliserat (DPG), dan pemeliharaan keseimbangan asam-basa, juga untuk sistem
saraf dan perantara metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Kadar normal serum
fosfor berkisar 2,5 dan 4,5 mg/dl dan dapat setinggi 6 mg/dl pada bayi dan anak-anak
(W. F. Ganong, 2008).
33
Fosfor adalah anion utama dari cairan intraseliler (CIS). Kira-kira 85% fosfor
tubuh terdapat didalam tulang dan gigi, 14% adalah jaringan lunak, dan kurang dari
1% dalam cairan ekstraseluler (CES). Karena simpanan intraseluler besar, pada
kondisi akut tertentu, fosfor dapat bergerak ke dalam atau ke luar sel, menyebabkan
perubahan dramatik pada fosfor plasma. Secara kronis, peningkatan subtansial atau
penurunan dapat terjadi dalam kadar fosfor intraseluler tanpa perubahan kadar
bermakna. Jadi, kadar fosfor plasma tidak selalu menunjukan kadar intraselular (W. F.
Ganong, 2008).
Meskipun kebanyakan laboratorium dan laporan elemen fosfor, hampir semua
fosfor yang ada dalam tubuh berbentuk fosfat (PO43-) dan istilah fosfor dan fosfat
sering digunakan secara bertukaran (W. F. Ganong, 2008).
Fosfor adalah senyawa penting dari semua jaringan tubuh yang mempunyai
variasi luas dalam fungsi vital, termasuk pembentukan subtansi penyimpangan energi
( misal, adenosintrifosfat (ATP)), pembentukan sel darah merah 2,3 difosfogliserat
(DPG), yang memudahkan pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan, metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak, dan pemeliharaan keseimbangan asam basa. Selain
itu, fosfor adalah penting untuk saraf normal dan fungsi otot dan memberi struktur
penyokong untuk tulang dan gigi. Kadar PO43- plasma bervariasi sesuai usia, dengan
pengecualiaan sedikit peningkatan pada PO43- wanita setelah menopause. Makanan
yang mengandung glikosa, insulin atau gula menyebabkan penurunan sementara pada
PO43- karena perpindahan PO43- serum ke dalam sel-sel (W. F. Ganong, 2008).
Status asam basa juga akan mempengaruhi keseimbangan fosfor. Alkalosis,
terutama alkalosis pernafasan, dapat menyebabkan fosfatemia karena perpindahan
fosfor intraseluler. Mekanisme pasti untuk perpindahan ini tidak sepenuhnya
dipahami tapi mungkin berhubungan dengan glikolisis seluler karena alkalosis dengan
peningkatan pembentukan metabolik mengandung fosfor sedang. Asidosis respiratori
dapat menyebabkan perpindahan fosfor keluar dari sel-sel dan memperberat
hiperfosfatemia (W. F. Ganong, 2008).
Kadar fosfat CES diatur oleh kombinasi faktor-faktor, termasuk masukan diet,
absropsi usus, eksresi ginjal, dan secara hormonal terikat secara erat pada kalsium.
Rentang normal untuk fosfor serum 2,5-4,5 mg/dl (1.7-2,6 mEq/L) (W. F. Ganong,
2008).
Demineralisasi / Mineralisasi
34
Mineralisasi tulang merupakan proses penempatan kalsium ke dalam jaringan
tulang. Sedangkan demineralisasi merupakan proses yang antagonis dengan
mineralisasi yaitu proses pengambilan kalsium dari jaringan tulang.
Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresorpsi dan dibentuk tulang baru.
Kalsium dalam tulang mengalami pergantian dengan kecepatan 100% per tahun pada
bayi dan 18% per tahun pada orang dewasa. Remodeling tulang ini, sebagian bessar
adalah proses lokal yang berlangsung di daerah yang terbatas oleh populasi sel yang
disebut unit remodeling tulang. Dalam proses ini melibatkan dua komponen utama
yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas merupakan sel jaringan tulang yang berperan mensintesis kolagen untuk
membentuk osteoid sebagai bahan dasar tulang (W. F. Ganong, 2008).
b. Osteoklas
Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-
monosit yang terdapat di tulang (W. F. Ganong, 2008).
Mineralisasi Tulang
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa
pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama
hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor makanan, dan
jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel
pembentuk tulang yaitu osteoblas (W. F. Ganong, 2008).
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon
terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu
pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-
garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu
atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblas tetap menjadi bagian dari osteoid, dan
disebut osteosit atau sel tulang sejati (W. F. Ganong, 2008).
35
kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara
tulang, cairan interstisium, dan darah (W. F. Ganong, 2008).
Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi
aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa
pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron
akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang
penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang) (W. F. Ganong, 2008).
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung
dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang
penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang
mendorong kalsifikasi tulang (W. F. Ganong, 2008).
Demineralisasi Tulang
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut
osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel
mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai
asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas
biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit
tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan
muncul osteoblas. Osteoblas mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan
tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti dengan
tulang baru yang lebih kuat (W. F. Ganong, 2008).
Remodeling Tulang
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus
menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Osteoklas membuat terowongan ke
dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling tulang
trabekular terjadi di permukaan trabekular. Pada kerangka manusia, setiap saat sekitar
5% tulang mengalami remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang.
Kecepatan pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak
dan 20% per tahun untuk tulang trabekular (W. F. Ganong, 2008).
Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga
kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi
aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda,
aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang
konstan. Pada usia pertengahan, khususnya pada wanita, aktivitas osteoklas melebihi
aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga
meningkat pada tulang. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas
osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah (W. F.
Ganong, 2008).
37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)
dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.
B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi bahan referensi untuk
mahasiswa keperawatan dalam pembuatan makalah tentang hepatitis dan penulis juga
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran
bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6. Jakarta. EGC.
Smeltzer et al, 2008. Buku Ajar Keperwata Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
39