Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem musculoskeletal merupakan salah satu system tubuh yang sangat berperan
terhadap fungsi pergerakan dan mobilitas seseorang. Komponen penununjang yang
paling dominan pada system ini adalah tulang. Masalah atau gangguan pada tulang
akan dapat mempengaruhi system pergerakan seseorang, mulai dari bayi, anak-anak,
remaja, dewasa, maupun pada lansia salah satu masalah musculoskeletal yang sering
kita temukan di sekitar kita adalah fraktur atau patah tulang (Smeltzer, 2008).
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa.
Struktur tulang dan jaringan ikat menyususn kurang lebih 25 % berat badan. Struktur
tulang memberikan perlindungan terhadap organ-organ penting dalam tubuh seperti
jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta tempat
melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, disamping itu tulang berfungsi
sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih (tepatnya di sumsum tulang)
dalam proses yang disebut hamatopoesis (W.F. Ganong, 2008).
Tubuh kita tersusun dari kurang lebih 206 macam tulang, dalam tubuh kita ada 4
kategori yaitu tulang panjang, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tidak baraturan.
Masing-masing tulang dihubungkan oleh jaringan yang disebut sendi. Menurut
pergerakan yang ditimbulkan sendi dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Sendi fibrous/sinatrosis/sendi tidak bergerak
2. Sendi tulang rawan / amfiartrose/sendi gerak
3. Sendi sinovial/diartrose (Smeltzer, 2008)..
Bentuk sendi diartrose ada beberapa macam : sendi putar, sendi engsel, sendi
kondiloid, sendi berporos serta sendi pelana. Bentuk-bentuk sendi beserta contohnya :
 Sendi putar : sendi bahu dan sendi panggul
 Sendi engsel : sendi siku, sendi antara ruas-ruas jari
 Sendi kondiloid : hampir sama dengan sendi engsel tapi dapat bergerak dalam
2 bidang seperti pada pergelangan tangan.
 Sendi berporos: sendi antara kepala dengan tulang leher pertama
 Sendi pelana : sendi metacarpal pertama, yang memungkinkan ibu jari ergerak
bebas. (Smeltzer, 2008).

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa memahami tentang sistem muskuloskeletal

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi sistem muskuloskeletal
b. Mengetahui sistem rangka dan sendi
c. Mengetahui tenteng tulang
d. Mengetahui tentang sendi
e. Mengetahui tentang otot

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


a. Otot
Otot membentuk kelompok jaringan terbesar ditubuh, menghasilkan sekisar
separuh dari berat tubuh. Otot rangka saja membentuk sekitar 40% bert tubuh pada
pria dan 32% pada wanita dengan otot polos dan otot jantung memebentuk 10%
lainnya dari berat total. Fungsional berbeda namun mereka dapat diklasifikasika
dalam dua craberlinan berdasarkan karakteristik umumnya. Pertama otot akan
dikategorikan sebagai lurik atau seran lintang (otot rangka dan otot jantung) atau
polos( otot polos), bergantung pada ada tidaknya pita terang gela bergantian atau
garis-garis, jika dilihat dibawah mikroskop cahaya. Kedua otot dapat dikelompokan
sebagai volunter (otot rangka) atau involunter (otot jantug dan otot polos), masing-
masing bergantung pada apakah otot tersebut disarafi oleh sistem saraf somatik dan
berada dibawah kontrol kesadaran atau disarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak
berada dibawah kontrol kesadaran. Meskipun otot rangka digolongkan sebagau
volunter,karena di kontrol oleh kesadara, namun banyak aktivitas otot rangka juga
berada dibawah kontrol involunter bawah sadar misalnya aktivitas yang berkaitan
dengan postur, keeseimbngan dan gerakan sterotipikal seperti berjalan. (Sherwood,
2012).

Struktur otot rangka


Satu sel otot rangka yang dikenal sebagai serat otot adalah relatif besar,
memanjang dan berbentuk silindris dengan ukurn garis tngah berkisar dri 10 hingga
100 mikrometer dan panjang hingga 750.000 um atau 2,5 kaki (75cm) (1 um =
seperjuta meter) otot ranga terdiri dari sejumlah serat otot yang terletak sejajar satu
sama lain dn disatukan oleh jaringn ikat. Serat-serat biasanya
terebentangdikeseluruhan panjang otot. Selama perkembangan masa mudigah
terbentuk serat otot rangka besar melalui fusi sel-sel lebih kecil yang dinamai mioblas
(mioartiya oto dan blas artinya pembentuk) karena itu satu gambaran mencolok
adalah adanya banyak nukleus disebuah sel otot. Fitur lain adalah adanya
mitokondria, organel penghasil energi seperti diharapkan pada jaringan seaktiv otot
rangka dengan kebutuhan energi yang tinggi. Serat otot rangka tampak lurik karena
susunan internal yang sngat tertata
3
Gambaran struktural utama pda sebuah serat otot rangka adalah banyaknya
miofibril. Elemen kontraktil khusus ini yang membentuk 80% volume serat otot
adalah struktur silindris intrasel dengan garis tengah 1um dan terbentang diseluruh
panjang serat otot. Setiap miofibril terdiri dari susunan teratur elemen-elemen
sitoceleton filamen tipis dan tebal yang tertata rapi . filamen tebal yng bergaris tengah
12 sampai 8 mm dan panjang 1,0 um terutama dibentuk oleh rangka (Sherwood,
2012).
Otot keseluruhan ( suatu organ ) – serat otot ( sebuah sel) – miofibril (struktur
intrasel khusus) – filamen tebal dan tipis (elemen sitoskeleton) – miosin dan aktin
(molekul protein) (Sherwood, 2012).

Mekanika otot rangka


a. Otot lengkap adalah kelompok serat otot yang disatukann dan melekat ke tulang.
Setiap orang memiliki sekitar 600 otot rangka yang ukuran nya berkisar dari otot mata
eksternal yang halus dan mengontrol gerakan mata serta mengandng hanya bebarapa
ratus serat hingga otot kaki yang besar dan kuat mengandung beberapa ratus ribu
serat. Setiap otot diselubungi oleh jarigan ikat yang membungkus masig serat otot dan
membagi otot menjadi kolom-kolom atau berkas . jaringan ikat meluas melewati
ujung-ujung otot untuk membentuk tendonkologenosa yang kuat untuk melekatkan
otot ke tulang. Tendon kologenosa yang kuat untuk melekatkan otot ke tulang.
Tendon dapat cukup panjang, melekat ke suatu tulang yang berjarak dari bagian
daging otot. Sebagai contoh, sebagian dari otot yang berperan dalam tendon panjang
menjulur turun untuk melekat ke tulang jari tangan (Sherwood, 2012).

b. Kekuatan kontraksi suatu otot dapat bervariasi.


Satu potensial aksi disebuah serat otot menghasilkan kontraksi singkat lemah yang
disebut kedutan yang terlalu singkat dan terlalu lemah untuk dapat digunakan dan
secara normal tidak berlangsung di tubuh. Serat-serat otot tersusun membentuk otot
lengkap yang berfungsi secara koperatif untuk menghasilkan kontraksi dengan
kekuatan bervariasi dan lebih kuat daripada kedutan yang dihasilkan olehb otot yang
sama, bergantung pada apakah anda mengambil sehelai kertas, sebuah buku atau
kurang 50 pon. Dua faktor utama yang dapat diubah untuk menghasilkan variasi
tegangan otot utuh adalah 1. Jumlah serat otot yag berkontraksi didalam satu otot dan
teegangan yang dihasilkan oleh masing-masig serat yang berkontraksi.
4
c. Jumlah serat yang berkontraksi disuat otot bergantung pada tingkat rekrutmen uniy
motorik. Semakin besar jumlah serat yang berkontraksi semakin besar tegangan total
otot. Karena itu, otot yang lebih besar dari pada otot kecil dengan sedikit serat otot.
Setiap otot disarafi oleh sejumlah neuron motorik berbeda. Ketika asuk ke otot,
sebuah neuron motorik membentuk cabang-cabang dengan setiap terminal akson
mensyarafi satu serat otot. Satu neuron metorikmensyarafi sejumlah serat otot, tetapi
setiap serat otot hanya disarafi oleh satu neuron motorik. Ketika sebuah neuron
motorik diaktivkan semua serat otot yang disarafinya akan terangsang untuk
berkontraksi serentak. Kelompok komponen yang diaktivkan bersama ini satu neuron
motorik plus semua serat otot yngdisarafinya disebut unit motorik. Serat otot yang
membentuk satu unit motorik tersebar diseluruh otot karena itu kontraksi serentak
serat- serat tersebut menghasilkan kontraksi otot keseluruhan yang merata meskipun
lemah. Setiap otot terdiri dari sejumlah unit motorik yang saling bercampur. Untuk
kontraksi lemah yang diaktivkan. Untuk kontraksi yang lebih kuat, lebih banyak unit
motorik yang direkrut atau dirangsang untuk berkontraksi, suatufenoena yang dikenal
sebagai rekrutment unit motorik. Seberapa besar penambahan kuat kontraksi yang
akan terjadi untuk setiap penambahan unit motorik yang direkrut bergantung pada
ukuran unit motorik ( jumlah serat otot perunit yang dikontrol oleh satu neuron
motorik). Jumlah serat otot perunit motorik dan jumlah unit motorik persatu otot
bervariasi bergantung pada fungsi spesifik otot. Unit motorik yang kecil ini
memungkinkan kita melakukan kontrol tegangan otot dengan sangat halus sebaliknya
di otot yag dirancang untuk gerakan kasar berrtenaga misalnya dikaki satu unit
motorik mungkin mengandung 1500 sampai 2000 serat otot. Rekrutmen unit motorik
diotot ini menyebabkaan penambahan besar pada tegangan otot keseuruhan. Untuk
menunda tau mencegah kelelahan (ketidakmampuan tubuh mempertahankan tegangan
otot dalam tingkat tertentu) selama kontraksi menetap hanya melibatkan sebagian dari
unit motorik suatu otot seperti diperlkan bagi otot yang menahanbberat tubuh terhadap
gaya tarik bumi (Sherwood, 2012).

d. Frekuensi stimulasi dapat mempengaruhi tegangan yang dihasilka oleh masing-


masing serat otot. Ketegangan sebuah otot bergantung tidak saja pada jumlah serat
berkontraksi tetap juga pada tegangan yang dibentuk oleh masing-masing serat yag
berkontraksi tersebut. Berbagai faktor yang mempengaruhi kekuatan egangn yang
dapat dicapai, faktor tersebut mencakup:
5
1. Frekuensi rangsangan
2. Panjang serat pada awal kontraksi
3. Tingkat kelelahan
4. Ketebalan serat (Sherwood, 2012).

Metabolisme otot rangka dan jenis serat

Terdapat 3 langkah berbeda dalam proses kontraksi dan relaksasi yang memerlukan
atp :

1. Penguraian atp oleh atpase miosis menghasilkan energi untuk kayuhan bertenaga
jembatan silang.
2. Pengikatan molekul baru atp ke miosin memungkinkan jembatan silang terlepas
dari silamen akting pada akhir kayuhan bertenaga sehingga siklus dapat di ulang .
Atp ini kemudi terurai untuk menghasilkan energi bagi kayuhan jembatan silang
selanjutnya.
3. Transpot aktif ca2+ kembali ke dalam retikulum sarkoplasma selama relaksasi
,bergantung pada energi yang berasal dari penguraian ATP (Sherwood, 2012).

Serat otot memiliki jalur alternatif untuk membentuk ATP


ATP merupakan satu-satunya sumber energi yang dapat secara langsung
digunakan untuk berbagai aktivitas tersebut, maka agar aktivitas kontraktil dapat
berlanjut, atp harus terus menerus diberikan. Di jaringan otot persediaan atp yang
dapat segera digunakan berjumlah terbatas, terdapat segera digunakan berjumlah
terbatas, tetapi terdapat 3 jalur yang memebrikan tambahan atp esai kebutuhan selama
kontraksi otot (Sherwood, 2012).
1. Transfer fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat ke adp
2. Fosforilasioksidatif
3. Glikolisis (Sherwood, 2012).

Kreatin fosfat
Kreatin fosfat adalah sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas,
sewaktu cadangan energi di otot bertambah, peningkatan konsentrasi atp mendorong
pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari atp untuk membentuk kreatin fosfat.
Sebaliknya pada permulaan kontraksi ketika atpasemiosin menguraikan cadangan atp
6
yang sekedarnya. Penurunan atp yang kemudian terjadimendorong pemindahan gugus
fosfat berenergi tinggidarikreatin fosfat simpanan untuk membentuk lebih banyak
ATP. Otot yang beristirahat mengandung kratin fosfat. Lima kali lebih banyak dari
ATP. Karena itu sebagian besar energi yang di simpan yaitu kreatin fosfat (Sherwood,
2012).

Fosforilasi oksidatif
Jika aktivitas kontraktil dependen energi akan di lanjutkan nakal otot beralih ke
jalur fosforilasioksidatif dan glikolisis untuk menghasilkan ATP. fosforilasioksidatif
berlangsung di mitokandria otot jika tersedia O2. Oksigen dibutuhkan
untukmenunjang rantai transpor elektron mitokondria, yang memanen energi yang di
ambil dari penguraian molekul nutrien dan menggunakannya untuk menghasilkan
ATP. Jalur ini di lakukan oleh glukosa atau asam lemak tergantung aktivitas
(Sherwood, 2012).

Glikolisis
Glikolisis menghasilkan produk yang masuk ke fosforilasioksidatif, selama
glikolisis satu molekul glukosa diuaraikan menjadi 2 molekul asam piruvat,
menghasilkan 2 molekul atp dalam prosesnya. Glikolisis ada 2 keunggulan.
1. Glikolisis dapat membentuk atp tanpa keberadaan o2
2. Jalur ini dapat lebih cepat daripada fosforilasioksidatif (Sherwood, 2012).

Kelelahan dapat berasal dari otot sentral


Kelelahan dap terjadi jika otot yang per aktivitas tidak lagi dapat merespon.
Ketidakmampuan menghasilkan atp dapat menyebabkan regio morris . Faktor yang
berperan penting:
1. Meningkatnya adp dan fosfat anorganik lokal dari penguraian atp dapat secara
langsung mengganggu siklus jembatan silang atau menghambat pelepasan dan
penyerapan kembali ca2+oleh retikulum sarkoplasma
2. Akumulasi asam laktat dapat menghambat enzim-enzim kunci jalur penghasil
energi atau proses penggabungan eksitasi-kontraksi.
3. Akumulasi k+ekstensi yang terjadi di otot ketika pompa na+- k+tidak dapat secara
aktif memindahkan k+kembali ke dalam sel otot secepat keluarnya ion ini selama dae
turun potensial aksi berulang.
7
4. Terkurasnya cadangan energi glikogen dapat menyebabkan kelelahan otot pada
olahraga yang berat
Terdapat 3 jenis serat otot rangka berdasarkan perbedaan dalam hidrolisis dan sintesis
ATP.
1. Serat oksidatif lambat (tipe i)
2. Serat oksidatif cepat (tipe ii)
3. Serat glikolitik cepat (tipe iix) (Sherwood, 2012).

Serat cepat versus lambat


Serat cepat memiliki aktivitas atpasemiosin(pengurai atp) yang lebih cepat
daripada yang dimiliki serat lambat.semakin tinggi aktivitas atpase semakin cepat atp
teratai dan semakin cepat penyediaan energi untuk siklus jembatan silang, hasilnya
adalah kedutan cepat dibandingkan dengan kedutan lambat dari serat yang lebih
lambat menguraikan atp, pada kecepatan maksimal, serat glikolitik cepat berkontraksi
sekitar 10 x lebih cepat daripada serat oksidatif lambat (Sherwood, 2012).

Struktur gelendong Otot


Glendong otot yang tersebar di seluruh bagian daging otot rangka terdiri dari
kumpulan serat otot khusus yang dikenal sebagai serat intrafusal yang terletak dalam
kapsul jaringan ikat berbentuk gelendong yang sejajar dengan serat ekstrafusal
(Sherwood, 2012).
Setiap gelendong otot memiliki persarafaneferen dan aferennya sendiri. Neuron
eferen yang mensarafi serat intrafusal gelendong. Otot dikenal sebagai neuron motorik
gama. Sedangkan neuron motorik yang mensarafi serat ekstrafusal dinamai neuron
motorik alfa. Kedua jenis ujung sensori aferen berakhir diseratintrafusal dan
berfungsisebagai reseptor gelendong otot, dimana keduanya diaktifkan oleh regangan
(Sherwood, 2012).

Refleksi Regang
Jika sebuah otot utuh dirgangkan secara pasif maka serat-serat intrafusal
gelendong ototnya juga tegang sehingga terjadi peningkatan frekuensi lepas muatan di
serat saraf aferen yang ujung-ujung sensorinya berakhir di serat gelendong yang
teregang neuron aferen secara langsung bersinapi dengan neuron motorik alfa yang

8
mensyarafi ekstrafusal otot yang sama sehingga terjadi kontraksi otot tersebut
(Sherwood, 2012).

Organ tendon gigi


Terletak di tendon otot tempat organ ini dapat berespon terhadap perubahan
tegangan bukan panjang otot. Karena sejumlah faktor menentukan teganagan bukan
panjang otot. Karena sejumlah faktor menentukan tegangan yang terbentuk di otot
keseluruhan sewaktu kontraksi (Sherwood, 2012).

Sel otot polos kecil dan tidak lurik


Sebagian besar sel otot polos ditemukan di dinding organ berongga dan saluran.
Kontraksi otot ini menimbulkan tekanan dan mnegatir gerakan maju isis struktur
tersebut (Sherwood, 2012).
Baik otot polos ataupun otot rangka berbentuk memanjang tetapi berbeda dengan
otot rangka yang besar di silindris sel otot polos berbentuk gelondong memiliki satu
nukleus dan jauh lebih kecil (Sherwood, 2012).
Sel oto polos memiliki 3 jenis filamen :
1. Filamin tebal miosin.
2. Filamin tipis akting yang mengandung tropomiotin tetapi tidak mengandung
protein regulatoriktroponin.
3. Filamen ukuran sedang yang tidak secara langsung ikut serta dan kontraksi tetapi
merupakan bagian dari rangka sikokeleton yang menunjang bentuk sel (Sherwood,
2012).

Sel polos unit tunggal membentuk sinsitium fungsional


Sebagian besar otot polos adalah otot polos unit tunggal yang dinamai otot polos
viseral karena ditemukan di dinding organ berongga atau visera (saluran cerna,
reproduksi dan kemih serta pembuluh darah (Sherwood, 2012).

Otot polos multiunit bersifat neurogenik


Ditemukan di dinding pembuluh darah besar, saluran napas halus paru, otot mata
yang menyesuaikan lensa untuk melihat dekat atau jauh, iris mata, yang mengubah
ukuran pupil (Sherwood, 2012).

9
Otot polos unit tunggal bersifat miogenik
Otot polos unit tunggal bersifat sendiri sehingga tidak memerlukan rangsangan
saraf untuk berkontraksi (Sherwood, 2012).

Respons relaksasi stres


Ketika otot di regangkan secara mendadak maka pada awalnya otot tersebut
meningkatkan tegangannya seperti tegangan yang terbentuk ketika pita karet
diregangkan namun otot cepat menyesuaikan diri dengan panjangnya yang baru, Pada
peregangan mendadak diperkirakan bahwa setiap jembatan silang yang melekat akan
menahan regangan,ikut serta meningkatkan secara pasif tegangan. Sewaktu jembatan
silang tersebut terlepas tegangan ke tingkat semula sifat inheren otot polos ini disebut
respons relaksasi stres (Sherwood, 2012).

Kontraksi Otot Dan Rangka


Kira – kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka, dan mungkin 10
persen lainnya berupa otot polos dan otot jantung. Beberapa prinsip dasar yang sama
mengenai kontraksi dapat diterapkan pada semua jenis otot yang berbeda ini (W.F.
Ganong, 2008)
.
Fisiologi Anatomi Otot Rangka
Serabut Otot Rangka
Pada sebagian besar otot rangka, masing – masing serabutnya membentang di seluruh
panjang otot. Kecuali pada sekitar 2 persen serabut , masing-masing serabut biasanya
hanya dipersarafi oleh satu ujung saraf, yang terletak di dekat bagian tengah serabut
(W.F. Ganong, 2008).

Sarkolema adalah membran sel dari serabut otot. Sarkolema terdiri dari
membran sel yang sebenarnya, yang disebut membran plasma, dan sebuah lapisan luar
yang terdiri dari satu lapisan tipis amteri polisakarida yang mengandung sejumlah
fibril kolagen tipis. Di setiap ujung serabut otot, lapisan permukaan sarkolema ini
bersatu dengan serabut tendon, dan serabut – serabut tendon kemudian berkumpul
menjadi berkas untuk membentuk tendon otot dan kemudian menyisip ke dalam
tulang (W.F. Ganong, 2008).

10
Miofibril, Filamen Aktin dan Miosin. Setiap serabut otot mengandung
beberapa ratus sampai beberapa ribu miofibril. Setiap miofibril tersusun oleh sekitar
15000 filamen miosin yang berdekatan dan 3000 filamen aktin, yang merupakan
molkul dan protein polimer besar yang bertanggung jawab untuk kontraksi otot
sesungguhnya. Filamen – filamen ini dapat dilihat pada pandangan longitudional
dengan mikrogaf elektron dan diluliskan secara diagram, bagian E sampai L. Filamen
tebal dalam diagram adalah miosin dan filamen tipis adalah aktin (W.F. Ganong,
2008).
Bagian miofibril (atau seluruh serabut otot) yang terletak antara dua lempeng
Z yang berurutan disebut sarkomer. Bila serabut otot berkontraksi, panjang sarkomer
kira – kira 2 mikrometer. Pada ukuran panjang ini, filamen aktin bertumpang tindih
seluruhnya dengan filamen miosin, dan ujung filamen aktin mulai bertumpang tindih
satu sama lain. Kita akan lihat kemudian bahwa pada ukuran yang panjang ini ototo
juga mampu menimbulkan daya kontraksi terbesarnya (W.F. Ganong, 2008).
Sarkoplasma. Banyak miofibril dari setiap serabut otot terletak bersisian
dengan serabut otot. Ruang di antara miofibril diisi oleh cairan intra sel yang disebut
sarkoplasma, yang mengandung sejumlah besar kalsium, magnesium, dan fosfat,
ditambah berbagai enzim protein. Juga terdapat mitokondria dalam jumlah besar
yang terletak sejajar dengan miofibril. Hal ini menyuplai miofibril sejumlah besar
energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) yang dibentuk oleh mitokondria (W.F.
Ganong, 2008).
Retikulum sarkoplasma. Di dalam sarkoplasma juga terdapat banyak
retikulum yang mengelilingi miofibril setiap serabut otot disebut retikilum
sarkoplasma. retikulum ini mempunyai susunan khusus yang sangat penting pada
pengaturan kontraksi otot. Semakin cepat kontraksi suatu serabut retikulum
sarkoplasma (W.F. Ganong, 2008).

Mekanisme Umum Kontraksi Otot


Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap – tahap berikut.
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf mototrik sampai ke ujungnya
pada serabut otot.
2. Di setiap ujung, saraf menyekresi substansi neutrasnmitter, yaitu asetilkolin, dalam
jumlah sedikit.

11
3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka
banyakkanal “berbagai asetilkolin” melalui molekul – molekul protein yang terapung
pada membran.
4. Terbukanya kanal bergerbang asetikolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium
untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Persitiwa ini akan
menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran oto, dan banyak aliran listrik
potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menybabkan
retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan
di dalam retikulum ini.
7. Ion – ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin,
yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan
proses kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membran Ca dan ion – ion ini tetap disimpan dalam
retiukulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi, pengeluaran ion kalsium
dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti (W.F. Ganong, 2008).

b. Tulang
a. Tipe dan Fisiologi Tulang
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka kolagen yang
mengandung garam Ca2+ dan PO43-, terutama hidroksiapatit. Sistem skelet (tulang)
dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein yang diperkeras dengan
kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Bahan-bahan tersebut berasal dari embrio
hyalin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian menjadi tulang, proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Terdapat 206 tulang di tubuh yang
diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar, dan tak beraturan, sesuai dengan
bentuknya. Secara umum tulang mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Tulang berperan dalam homoestasis Ca2+ dan PO43- secara keseluruhan.
b. Tulang berfungsi untuk melindungi organ vital.
c. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh

12
d. Melindungi organ –organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak).
e. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan
bergerak).
f. Merupakan tempat penyimpanan mineral, seperti kalsium.
g. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum tulang).
(W.F. Ganong, 2008).

b. Struktur Tulang
Periosteum
Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar tulang yang tipis.
Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat
dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka
(skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan
reparasi tulang rusak (W.F. Ganong, 2008).

Tulang kompak (korteks)


Tulang kompak merupakan lapisan kedua pada tulang yang memiliki tekstur
halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak
mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang
menjadi padat (W.F. Ganong, 2008).
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
Delapan puluh persen tulang di tubuh dibentuk oleh tulang kompak. Sel tulang
kompak berada di lakuna dan menerima nutrisi dari kanalikulus yang bercabang di
seluruh tulang kompak dan disalurkan melalui kanal havers yang mengandung
pembuluh darah. Di sekeliling tiap kanal havers, kolagen tersusun dalam lapisan
konsentris dan membentuk silinder yang disebut osteon (sistem Havers) atau
disebut juga tulang keras (W.F. Ganong, 2008).
Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers, yaitu suatu saluran yang
sejajar dengan sumbu tulang. Disekeliling sistem havers terdapat lamella-lamella
yang konsentris dan berlapis-lapis. Pada lamella terdapat rongga-rongga yang
disebut lakuna. Di dalam lakuna terdapat osteosit. Dari lakuna keluar saluran-
saluran kecil yang menuju ke segala arah disebut kanalikuli yang berhubungan
dengan lakuna lain. Di antara sistem havers terdapat lamella interestial yang
lamella-lamellanya tidak berkaitan dengan sistem havers. Pembuluh darah dari
13
periosteum menembus tulang kompak melalui saluran volkman yang berhubungan
dengan pembuluh darah saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak
lurus (W.F. Ganong, 2008).

Tulang Spongiosa
Pada lapisan ketiga disebut dengan tulang spongiosa, berada di dalam korteks
dan membentuk sisa 20% tulang di tubuh. Sesuai dengan namanya tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah
yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis
tulang yang disebut trabekula (W.F. Ganong, 2008).
Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan
lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang ke dalam trabekula. Lebih
dari 90 % protein dalam matriks tulang tersusun atas kolagen tipe I (W.F. Ganong,
2008).

Sumsum Tulang (Bone Marrow)


Lapisan terakhir tulang yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum
tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh
tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum
tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel
darah yang ada dalam tubuh (W.F. Ganong, 2008).

c. Tipe – tipe tulang


1. Berdasarkan Jaringan Penyusun dan Sifat-sifat Fisiknya
a) Tulang Rawan ( Kartilago )
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah
dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki
sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang
berbentuk jelly yaitu condroithin sulfat yang di dalamnya terdapat
serabut kolagen elastin. Maka dari itu, tulang rawan bersifat lentur dan
lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa (W.F. Ganong, 2008).

14
Pada saat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang
disebut lakuna yang berisi sel tulang rawan yaitu kondrosit. Tulang rawan
terdiri dari tiga tipe, yaitu :

 Tulang rawan hialin


Yaitu tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan,
mengandung serat-serat kolagen dan kondrosit. Tulang rawan hialin
dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang
panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung, dan rangka janin
(W.F. Ganong, 2008).

 Tulang rawan elastic


Yaitu tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang
rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachi
(pada telinga ) dan laring(W.F. Ganong, 2008).

 Tulang rawan fibrosa


Yaitu tulang yang mengandung banyak sekali bundle-bundel
serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih
kaku. Tulang inio dapat kita temukan pada discus diantara tulang
vertebrae dan pada simfisis pubis diantara dua tulang pubis (W.F.
Ganong, 2008).
Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit
dibandingkan dengan anak-anak. Pada orang dewasa tulang rawan
hanya ditemukan di beberapa tempat, yaitu cuping hidung, cuping
telinga, antar tulang rusuk (cortal cartilage) dan tulang dada, sendi-
sendi tulang, antar ruas tulang belakang dan pada cakra epifisis (W.F.
Ganong, 2008).

b) Tulang Keras ( Osteon )


Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang yang
sebenarnya berfungsi untuk menyusun berbagai sistem rangka. Tulang

15
tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar, yaitu osteoblas, osteosit, dan osteoklas (W.F.
Ganong, 2008).
1. Osteoblas
Merupakan sel pembentuk tulang yang memproduksi kolagen
tipe I dan berespon terhadap perubahan PTH. Tulang baru dibentuk
oleh osteoblast yang membentuk osteoid dan mineral pada matriks
tulang. Bila proses ini selesai osteoblast menjadi osteosit dan
terperangkap dalam matriks tulang yang mengandung mineral (W.F.
Ganong, 2008).
2. Osteosit
Berfungsi memelihara kontent mineral dan elemen organik
tulang. Osteosit ini merupakan sel-sel tulang dewasa (W.F. Ganong,
2008).
3. Osteoklas
Osteoklas mengikis dan menyerap tulang yang sudah terbentuk
di sekitarnya dengan mengeluarkan asam yang melarutkan kristal
kalsium fosfat dan enzim yang menguraikan matriks organik. Sel ini
berinti banyak, dapat bergerak, serta melekat di tulang melalui
integrin di tonjolan membran yang disebut sealing zone (W.F.
Ganong, 2008).

2. Berdasarkan Bentuk
 Tulang Pipa
Tulang pipa bentuknya bulat, memanjang, bagian tengahnya berlubang,
seperti pipa. Di bagian dalam ujungnya terdapat sum-sum merah berfungsi
untuk pembentukan sel darah merah (W.F. Ganong, 2008).
Tulang pipa terdiri atas tiga bagian, yaitu kedua ujung yang bersendian
(epifisis), bagian tengah (diafisis), dan cakra epifisis yang berada di antara
epifisis dengan diafisis. Pada anak-anak cakra epifisis berupa tulang rawan
yang mengandung osteoblas, sehingga masih mengalami pertumbuhan.
Sedangkan pada orang dewasa, cakra epifisis berupa tulang keras yang
menyebabkan epifisis dan diafisisnya menyatu, sehingga tidak lagi
mengalami pertumbuhan (W.F. Ganong, 2008).
16
Contoh : Tulang lengan, tulang paha, tungkai dan ruas-ruas tulang jari.

 Tulang Pipih
Tulang pipih bentuknya pipih, terdiri atas lempengan tulang kompak
dan tulang spongiosa. Didalamnya terdapat sumsum merah yang berfungsi
untuk pembuatan sel darah merah dan sel darah putih. Contoh : Tulang
rusuk, tulang dada, tulang belikat, tulang panggul, dan tulang dahi (W.F.
Ganong, 2008).

 Tulang Pendek
Tulang pendek bentuknya bulat dan pendek (ruas tulang). Didalamnya
juga terdapat sumsum merah berfungsi untuk pembuatan sel darah merah
dan sel darah putih. Contoh : Tulang-tulang pada pergelangan tangan,
pergelangan kaki, dan telapak tangan (W.F. Ganong, 2008).
 Tulang tidak beraturan
Selain ke tiga macam tulang tersebut di atas yang sudah dijelaskan
secara rinci, ada juga kelompok tulang yang tidak beraturan karena
bentuknya tidak teratur. Contoh : Tulang punggung dan tulang rahang
(W.F. Ganong, 2008).

d. Osifikasi
Merupakan proses penulangan, yaitu perubahan tulang rawan menjadi tulang
keras. Osifikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
 Osifikasi kondral, yaitu pembentukan tulang keras dari tulang rawan.
Contoh: tulang pipa dan tulang pendek
 Osifikasi desmal, yaitu pembentukan tulang keras dari jaringan mesenkim.
Contoh: tulang pipih (W.F. Ganong, 2008).
Selama perkembangan janin, sebagian tulang dibentuk dalam tulang rawan,
kemudian diubah menjadi tulang melalui osifikasi. Osifikasi dimulai dari sel-sel
mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung
pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh
darah akan membentuk kondoblas (W.F. Ganong, 2008).

17
Mula-mula pembuluh darah menembus perikondrium di bagian tengah batang
tulang rawan, merangsang sel-sel perikondrium berubah menjadi osteoblas.
Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perikondrium
berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam
tulang rawan di daerah diafisis se-sel tulang rawannya membesar kemudian pecah
sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan,
nutrisi terganggu, akibatnya terjadi kematian pada semua sel-sel tulang rawan
(W.F. Ganong, 2008).
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan
pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan
masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk
sumsum tulang. (W.F. Ganong, 2008).
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epifise
sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan
demikian masih tersisa tulang rawan di kedua ujuang epifise yang berperan
penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan
diafise yang disebut dengan cakram epifise (W.F. Ganong, 2008).
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus menerus
membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah
diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan
tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah
rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar,
dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-
lapisan tulang baru di daerah permukaan (W.F. Ganong, 2008).

c. Sendi
Sendi atau artikulasio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan
antara dua atau beberapa tulang kerangka. Terdapat tiga jenis sendi utama yaitu sendi
fibrus (sendi yang tak dapat bergerak), sendi tulang rawan (sendi dengan gerakan
sedikit), sendi sinovial (sendi yang bergerak bebas) (Evelin C. P. 2009).

Persendian menurut tempatnya :


1. Sendi gerak atas
a. Sendi pergelangan bahu
Art. Stemoklavikular: hubungan antara gelang bahu dan batang badan antara
pars sternalis klavikula dan manubrium sterni rawan iga I, sebelah atas

18
berhubungan dengan klavikula dan sebelah bawah dengan sternum. Alat – alat
khususnya terdiri dari :

- Kapsular tijularis : jaringan fibrosa sekeliling sendi.


- Ligamen sterno klavikular yang menghubungkan ujung medialis klavikula
dengan manubriu sterni.
- Ligamentum internal klavikular yang menghubungkan kedua ujung
klavikula dengan ujung krania sternum.
- Diskus artikularis : terletak diantara permukaan sendi sterna lisklavikula,
melekat pada tepi atas belakang permukaan sendi klavikula (Syarifudin,
2014).

Art. Akromioklavikular : sendi ini merupakan hubungan antara ektremitas


akrominilis dan klavikula alat khusus nya yaitu :

- Kapsula artikularis terletak di atas dan di bawah ligamentum akromio


klavikularis superior dan inferior.
- Ligamentum akromioklavikularis menghubungkan prosesus korakoideus
dengan tubero sitas korakoklavikula.
- Ligamentum akromioklavikularis superor menghubungkan bagian atas
ekstremitas akromioklavikular dengan permukaan atas akromin.
- Ligamentum trapezoideum bagian anterior dan lateral (Syarifudin, 2014).

Art. Humeri merupakan sendi peluru karena kaput humeri merupakan sebuah
bola yang melekat pada bagian dalam bidang skapula dengan kaput humeri.

- Gerakan antefleksi dan retrofleksi, gerakan berlangsung sekeliling sumbu


gerakan horizontal.
- Gerakan abduksi dan adduksi, gerakan berlangsung dalam bidang skapula.
Sekeliling sumbu, gerak tegak lurus pada bidang skapula.
- Gerakan rotasi sekeliling sumbu gerak memanjang pada sumbu humerus.
Ketika sumbu gerak berpotongan tegak lurus di kaput humeri (Syarifudin,
2014).

b. Sendi siku (artikulasio kubiti) merupakan artikula asio komposita. Pada sumbu
ini bertemu humerus, ulna dan radius, sedangkan menurut faalnya sendi ini
merupakan suatu sendi engsel dengan tiga bagian :

- Art. Humero ulnaris. Sendi antara trokhlea humeri dan insisura


seminularisulnae. Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertemuan
yang tersebar pada sikap lengan yang sedikit diketulkan sehingga
merupakan sikap terbaik bagi lengan untuk menerima tumpuan lengan
(Syarifudin, 2014).
- Art. Humeroradialis. Sendi antara kapitulum humeri dengan fovea
kapitulum radii (Syarifudin, 2014).

19
- Art. Radio ulnarisproksimal. Sendi antara sirkum farensia artikularis radii
dan insisura radialis ulna bawah fibule ke distal sampai batas 1/3 distal os
tibia dan os fibula. Arah serabut membran untero sakrusis dari medil atas os
tibia ke lateral bawah menuju os fibula (Syarifudin, 2014).
- Art. Intermeta karpae. Basi ossismetakarpalia II-V bersendi atau sama
lainnya denga satu permukaan sendi yang kecil (Syarifudin, 2014).
- Art. Metakarpofangeal merupakan sendi antara kapitulum ossismetakarpalia
kepala sendi dengan bassi ossis falang merupakan lekuk sendi (Syarifudin,
2014).
- Art. Digitoriummanus, sendi antara falang I, II. III merupakan sendi engsel
yang diperkuat oleh lig. Vaginale, ligkoloteral dan lig posterior (Syarifudin,
2014).

2. Persendian gelang panggul


- Artikulasi sakroiliaka. Persendian antara os sakrum dan os ileum melalui
fascies artikularis ossis dan fascies artikularis ossis sakrum. Sendi ini
meruakan hubungan antara gelang panggul dan rangka badan yang identik
dengan artikulasi sternoklavikularis. Artikulasi ini mempunyai gerakan
yang kecil karena banyak cekugan , cembungan dan persendian tidak rata,
disamping itu banyak logamentum pada sendi (Syarifudin, 2014).
- Art. Simfisis pubis. Hubungan antar kedua os pubis. Didalamnya ada suatu
yang disebut pseudokrutis berupa kartilago dinamakan juga fibro kartilago
interpubis (Syarifudin, 2014).
- Artikulasi koksea , merupakan anarthosissferoidea yang di perkuat oleh
ligamentum illeo femorale sehingga kapulfemoris dapat keluar dari
lekuknya dan berada dibawah os illeum (Syarifudin, 2014).

3. Persendian tungkai atas dan lutut


- Artikulasiogeno menghubungkan permukaan ujung distal os femur dan
permukaan ujung proksimaltibia yaitu antara kondilus medialis dan lateralis
ossisfemur dan fasces artikularis superior ossistibia. Didepan sendi ini
terdapat patela (Syarifudin, 2014).

4. Persendian tungkai bawah. Perendian antara tiibia dan fibula


- Artikula siotibi fibula proksimal : sendi yang terdapat antara fascies
artikularis kapitulum fibula ossis pada kondilus dengan fascies artikularis
fibulri sossis pada kondilus tibia, ikat sendi ligamentum tibia fibularis
proksimal (Syarifudin, 2014).
- Sindes mosistibio fibularis : persendian antara fascies artikularis tibula ossis
fibular dan insisura fibulari sossis tibialis (Syarifudin, 2014).

20
- Hubungan antara krista interosta fibula dan krista interoseatibia, terbentang
melalui membran interosakrusis yang terbentan dari proksimalis di bawah
kolumfibulae ke distal sampai batas 1/3 distal os tibia dan os fibula . arah
serabut membran unterosakruris dari medial atas os tibia ke lateral bawah
menuju os fibula (Syarifudin, 2014).
5. Persendian kaki

a. Art o tibiafibukaris (pergeangan kaki) antara fasciees artikularis taliostibia dan os


fibula dengan trocklea tali bagian medial dan lateral .bentuk sendi engsel . gerakan
sendi ini dapat dilakukan dorsal fleksio da plantarfleksio(ekstensi) (Syarifudin,
2014).

b. Art. Talotrasila ( sendi lonncat) karena pada gerakan meloncat ada 2 bagian yaitu

1. arttalokalkenea (sendi loncat atas) antara fascies artikularis kalkanci posterior


ossis dan facies artikularis tali posterior ossiskalkaneus (Syarifudin, 2014).

2. Arttalokalkaneonavikularis ( sendi loncat bagian bawah) antara fascies


artikulais navikula rekalkanei media anterior dan fascies arrtikuaris navikula
rekalkanei media anterior dan fascies artikularis navikula reossisalus dengan
fascies tali media anterior ossiskalkaneus dan fascies artikularis tali
ossisnavikulare pada gerakan sendi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
gerakan plantar fleksi dan adduksi serta gerakan dorsal fleksi kaki disertai
adduksi (Syarifudin, 2014).

3. Art.tarsotranyersa merupakan lineaamputasioneskhopartidaaduaa bagian :

- Art. Talonavikularis pedis antara kapituum tali dan fasciesantikularis tali


navikularis pedis (Syarifudin, 2014).

- Art.kalkaneakuboidea antara artikularis kuboidea dari os kolumna dan afscie


artikularis kalkanei dari os kuboideum gerakan rotasi sumbu gerak searah
dengan panjang kaki (Syarifudin, 2014).

4. Arttarsometatarsea antara permukaan distal ossakunaiformi I, II, dan III


dengan permukaan proksimalossametatarsalia I, II dan III permukaan sendi
distal os koboideum dengan permukaan proksimalossametatarsalia IV dan V
antara permukaan ossafalangea I digiti I, II, III, IV, V (Syarifudin, 2014).

21
5. Artinterfalangeal antara ruas jari I , II dan III dan masing-masing jari ( digiti)
I, II, III,IV dan V . gerakan fleksi dan ekstensi bentuk sendi engsel
(Syarifudin, 2014).

6. Sendi kolumnis vertebralis. Kecuali vertebra servikalis I, semua vertebra


lainnya Saling berartikulasi dengan perantara artikulasikartilaginea dan
artikulasio sinovial antara prosesus artikulatoris :

a. Sendi antara korpus vertebra. Permukaan bawah korpus vertebra yang


berdekatan di lapisi oleh tulang rawan Halim tipis. Dintara lempeng tersebut
terdapat diskus intervertebralis yang tersususn oleh jaringan fibrokartilago. Di
daerah servkal bawah terdapat banyak sendi sinovial kecil di kiri dan kanan
diskus intervertebralis antara permukaan atas dan bawah korpus vertebrae
(Syarifudin,2014).
b. Sendi Siantar Markus vertebra terdiri dari sendi sinovial, prosesus artikularis
superior dan inferior vertebra yang berdekatan.Fasies artikularis tertutup oleh
tulang rawan Halim dan sendi dikelilingi oleh ligamentumkapsularis.
Ligamentumsuprasinalis menghubungkan ujung tulang prosesus vertebra.
Ligamentumintersionalis berjalan di antara prosesusspinosus yang berdekatan.
Ligamentum lava menghubungkan dua lamin berdekatan pada daerah
servikalligamentumsuprasinalis dan interspinalis yang sangat tebal membentuk
ligamentumnukhea meluas dari prosesusspinosus sampai ke
protuberonsiaoksipitalis ekstern. Permukaan anteriornya melekat erat pada
prosesusspinosusservikularis (Syarifudin,2014).
c. Artikulasioatlantooksipitalis merupakan sendi sinovial antara
kondilusoksipitalis di kiri foramen magnum di kanan,mfascies artikularis
superior masa lateral di atas atlas di bagian bawah (Syarifudin,2014).
d. Artikulasioatlantoaksilaris terdiri dari 3 endi sinovial yaitu antara dens aksis dan
Markus anterior atlas yang lain antara massa lateralis kedua lintang
(Syarifudin,2014):
a) Lig. Apsis Denis terletak di tengah menghubungkan apeks dengan tepi
anterior foramen magnum
b) Lig.alaria terletak di antara kiri dan kanan ligamentumapsis Denis
menghubungkan dens aksis dengan sisi medial kondilusoksipitalis

22
c) Lig.krusiforame atlantis terdiri dari Ling. Trasnversum atlantis yang
kuat dan faskulilongitudinalis yang lemah. Ujung transversum melekat
pada bagian dalam massa lateralis atlas dan mengikat aksis.

Fisiologi Pergerakan
Aktivitas motorik dari fungsi sistem pergerakan di atur oleh saraf tulang sendi dan
otot yang terbentuk saling menunjang dalam suatu kerja sama untuk melakukan
kegiatan dan pergerakan. Aktivitas volunter direncanakan oleh otak dan perintah
dikirim ke otot melalui sistem piramidal yang berhubungan dengan gerakan dan sikap
(Syarifudin,2014).
Gerakan pengungkit
Gaya yang dihasilkan suatu otot bergantung pada banyaknya serabut otot semakin
banyak serabut otot semakin besar gaya yang dapat di hasilkan tiga gaya macam
pengungkit (Syarifudin,2014) :
1. Titik penyokong
2. Beban dan gaya
3. Badan dan gaya

Gerakan kolumnis vertebralis


Sebagai sendi peluru kolumnis vertebralis mempunyai 3 gerakan yaitu antefleksi,
retroflektif, dan laterofleksi. Gerakan tulang menimbulkan tahanan dalam
keseimbangan sehingga gerakan di batasi dan di atur oleh tulang belakang
(Syarifudin,2014), fleksi tulang belakang memerlukan sedikit kerja otot :
1. Bagian leher
2. Bagian punggung
3. Bagian pinggang
Gerakan pernafasan
Terdiri dari 2 tingkat yaitu menarik napas dan mengeluarkan napas. Pada bagian ini
yang banyak bekerja hanya otot reguler dan frekuensi pernafasan 18-28 permenit
diperlukan untuk memperbesar rongga dada. Pada ekspirasi, diafragma melemas dan
tonus otot mendesak rongga perut dan diafragma (Syarifudin,2014).
Gerakan anggota badan
Gerakan lengan ke atas tidak dapat dilakukan oleh sendi bahu saja tetapi di bantu oleh
otot pada sendi bahu,otot dada, otot punggung, dan gerakan skapula memutar ke
23
depan. Lengan yang digerakan fleksi dan ekstensi dapat dilakukan sampai sudut
bidang sagital 180o. Gerakan pronasi dan supinasi terjadi ketika kapitulum adi
berputar dalam cincin yang dibentuk oleh ligamentumradii gerakan lengan diikuti
oleh artikulasiohumeroradialis. Jari dapat digunakan untuk memegang dengan baik
benda yang kecil sekalipun karena mempunyai gerakan oposisi dari kelima jari tangan
yang bekerja dengan baik (Syarifudin,2014).

Sikap
Sikap badan meliputi :
1. Sikap biasa : kemiringan panggul 60o badan berada dalam keadaan labil kara tik berat
badan letaknya diatas sumbu lintang melalui kedua artikulasiokoksae yang merupakan
titik penyokong badan.
2. Sikap istirahat : ttitk berat terletak di belakang sumbu lintang pangkal paha. Garis
berat berjalan di belakang artikulasio kolase, di depan artikulasio gen, dan memotong
kaki pada tempat tertinggi dari talus.
3. Sikap militer : Panggul di putar ke depan dan sudut lumbosakralis mengecil titik berat
badan terdapat di depan sumbu lintang pangkal paha.
Gerakan jalan dari sikap berdiri tegak pada kedua kaki dimulai dengan pemindahan
berat badan ke satu kaki. Antefleksi tungkai iri dilakukan oleh M.ileopsoas dan
M/erektus temporalis. Dengan demikian kaki terangkat dari tanah (Syarifudin,2014) .

B. Biokimia Sistem Muskuloskeletal


a. Biokimia Pada Otot

Otot Mengubah Energi Kimia Menjadi Energi Mekanis

Otot adalah transduser (mesin) biokimia utama yang mengubah energi potensial
(kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis). Otot, jaringan tunggal terbesar di tubuh
manusia, membentuk sekitar 25% massa tubuh saat lahir, lebih dari 40% pada orang
dewasa muda, dan sedikit lebih kecil dari 30% pada usia lanjut. Ketiga jenis otot yang
terdapat pada vertebrata: rangka, jantung, dan polos. Otot rangka maupun jantung
tampak bergaris-garis (striata, lurik, seran-lintang) pada pemeriksaan dengan
mikroskop; otot polos tidak memiliki pola garis (nonstriata). Meskipun otot rangka
berada dalam kontrol kesadaran, namun kontrol bagi otot jantung dan polos bersifat
involuter (Sherwood, 2012).

24
Sarkoplasma Sel Otot Mengandung ATP, Fosfokreatin, dan Enzim Glikolisis
Otot lurik terdiri dari sel-sel serabut otot multinukleus yang dikelilingi oleh
membran plasma yang dapat tereksitasi oleh listrik, yaitu sarkolema. Sel serabut otot
individual yang panjangnya dapat menyamai panjang keseluruhan otot, mengandung
berkas banyak miofibril yang tersususn sejajar yang terbenam dalam cairan intrasel
dan disebut sarkoplasma. Di dalam cairan ini terdapat glikogen, senyawa berenergi
tinggi ATP dan fosfokreatin, serta enzim-enzim glikolisis (Sherwood, 2012).

Sarkomer Adalah Unit Fungsional Otot


Jika miofibril dilihat dibawah mikroskop elektron, dapat diamati pita gelap dan
terang yang berselingan (pita anisotropik, berarti bersifat birefringen dalam sinar
terpolarisasi; dan pita isotropik, berarti tidak berubah oleh sinar terpolarisasi). Oleh
karena itu, masing-masing pita ini disebut pita A dan I. Bagian tengah pita A tampak
kurang padat dibandingkan bagian pita lain. Pita I terbagi dua oleh garis Z yang
sangat padat dan sempit (Sherwood, 2012).
Sarkomer didefinisikan sebagai regio antara dua garis Z dan berulang di sepanjang
aksis sebuah fibril dengan jarak 1500-2300 nm yang bergantung pada keadaan
kontraksi (Sherwood, 2012).
Gambaran lurik pada otot volunter dan jantung terjadi karena derajat organisasi
organ ini yang tinggi, dan sebagian besar sel serabut otot tersusun sehingga
sarkomernya berada dalam sususnan sejajar (Sherwood, 2012).

Filamen Tebal Mengandung Miosin; Filamen Tipis Mengandung Aktin,


Tropomiosin. & Troponin
Jika miofibril diperiksa di bawah mikroskop elektron, tampak masing-masing
miofibril terdiri dari dua jenis filamen longitudinal. Salah satu tipe, filamen tebal
terbatas di pita A, mengandung protein miosin. Filamen ini memiliki garis tengah
sekitar 16 nm dan tersusun dalam potongan melintang membentuk heksagon
(Sherwood, 2012).
Filamen tipis (garis tengah sekitar 7 nm) terletak di pita I dan memanjang ke dalam
pita A, tetapi tidak sampai ke dalam zona H-nya. Filamen ini mengandung protein
aktin, tropomiosin, dan troponin. Di pita A, filamen tipis tersusun mengelilingi
filamen tebal (miosin) sebagai susunan heksagonal sekunder. Masing-masing filamen

25
tipis terletak secara simetris di antara tiga filamen tebal, dan masing-masing filamen
tebal dikelilingi secara simetris oleh enam filamen tipis (Sherwood, 2012).
Filamen tebal dan tipis berinteraksi melalui jembatan silang (cross-bridges) yang
muncul setiap 14 nm di sepanjang filamen tebal. Jembatan silang memiliki polaritas
berlawanan di kedua ujung filamen tebal. Kedua kutub filamen tebal dipisahkan oleh
sebuah segmen 150 nm yang terbebas dari proyeksi (Sherwood, 2012).

Model Jembatan Silang Filamen Geser Merupakan Dasar Pengembangan


Konsep Kontraksi Otot
Model ini sebagian besar didasarkan pada pengamatan morfologik pad otot dalam
keadaan istirahat, teregang, dan berkontraksi. Pada dasarnya ketika otot berkontraksi
tidak terjadi perubahan panjang filamen tebal dan tipis, tetapi zona H dan pita I
memendek. Oleh karena itu, susunan filamen yang saling menjalin harus
bergeser/meluncur melewati satu sama lain sewaktu kontraksi. Jembatan silang yang
menghubungkan filamen tebal dan tipis di tahap-tahap tertentu siklus berkontraksi
menghasilkan dan mempertahankan tegangan otot. Tegangan yang terbentuk sewaktu
kontraksi otot setara dengan overlap (tumpang-tindih) filamen dan jumlah jembatan
silang. Setiap kepala jembatan silan terhubung dengan filamen tebal melalui segmen
fibrosa lentur yang dapat menekuk keluar dari filamen tebal. Segmen lentur ini
mempermudah kontak kepala dengan filamen tipis jika diperlukan, tetapi segmen ini
juga cukup mudah ditekuk untuk diakomodasi di ruang antarfilamen (Sherwood,
2012).

Aktin & Miosin Merupakan Protein Utama Otot


Massa otot terbentuk 75% dari air dan lebih dari 20% protein. Dua protein utama
adalah aktin dan miosin (Sherwood, 2012).
Monomer G-aktin (43 kDa; G, globular) membentuk 25% protein otot berdasarkan
berat. Pada kekuatan ionik fisiologis dan dengan keberadaan Mg2+, g-aktin mengalami
polimerisasi secara nonkovalen untuk membentuk filamen heliks-ganda tak larut yang
disebut F-aktin. Serabut F-aktin memiliki tebal 6-7 nm dan memiliki puncak atau
struktur berulang setiap 35,5 nm (Sherwood, 2012).
Miosin adalah suatu famili protein dengan paling sedikit 12 kelas yang telah
berhasil diidentifikasi dalam genom manusia. Miosin-I adalah suatu spesies monomer

26
yang berikatan dengan membran sel. Miosin-I berfungsi sebagai penghubung antara
mikrofilamen dan membran sel di lokasi tertentu (Sherwood, 2012).
Miosin membentuk 55% protein otot berdasarkan berat dan membentuk filamen
tebal. Miosin adalah heksamer asimetris dengan massa molekul sekitar 460 kDa.
Miosin memiliki sebuah ekor fibrosa yang terdiri dari dua heliks yang saling
menggulung. Masing-masing heliks memiliki sebuah bagian kepala globular yang
melekat pada satu sisi. Heksamer terdiri dari satu pasang rantai panjang (heavy [H])
yang masing-masing memiliki massa molekul 200 kDa, dan dua pasang rantai pendek
(light [L]) masing-masing dengan massa molekul 20 kDa. Rantai L dibedakan lagi
yakni satu rantai disebut rantai ringan esensial dan yang lain rantai ringan regulatorik.
Miosin otot rangka mengikat aktin untuk membentuk aktomiosin (aktin-miosin) dan
aktivitas ATPase intrinsiknya sangat meningkat dala kompleks ini. Terdapat isoform-
isoform miosin yang jumlahnya bervariasi pada keadaan patologis, fisiologis, dan
anatomis yang berbeda (Sherwood, 2012).

Digesti Terbatas Miosin oleh Protease Membantu Mengungkapkan Struktur &


Fungsi Miosin
Jika miosin dicerna oleh tripsin, dua fragmen misoin (meromiosin) akan
dihasilkan. Meromiosin ringan terdiri dari agregat serabut β-heliks tak larut dari ekor
miosin. LMM tidak memperlihatkan aktivitas ATPase dan tidak mengikat F-aktin
(Sherwood, 2012).
Meromiosin berat adalah protein larut yang memiliki satu bagian fibrosa dan satu
bagian globular. Protein ini memperlihatkan aktivitas ATPase dan mengikat F-aktin.
Pencernaan HMM dengan papain menghasilkan dua subfragmen, S-1 dan S-2.
Fragmen S-2 bersifat seperti serabut, tidak memiliki aktivitas ATPase dan tidak
berikatan dengan F-aktin (Sherwood, 2012).

Perubahan Konformasi Kepala Miosin Memacu Kontraksi Otot


Kontraksi otot terdiri dari perlekatan dan pembebasan siklik kepala S-1 miosin ke
filamen F-aktin. Pelekatan aktin pada miosin diikuti oleh perubahan konformasi di
kepala S-1 dan bergantung pada nukleotida yang tersedia (ADP atau ATP). Perubahan
ini mengahasilkan power stroke (kayuhan bertenaga) yang mendorong pergerakan
filamen aktin melewati filamen miosin. Energi untuk power stroke pada akhirnya
dipasok oleh ATP yang dihidrolisis menjadi ADP dan Pi. Namun kayuhan bertenaga
27
terjadi karena perubahan konformasi di kepala miosin saat ADP meninggalkannya.
Proses biokimia utama selama satu siklus kontraksi dan relaksasi otot terdapat dalm
lima tahap :
1) Fase relaksasi kontraksi otot, kepala S-1 pada miosin menghidrolisis ATP menjadi
ADP dan Pi, tetapi produk-produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi-miosin yang
terbentuk telah mengalami penguatan dan disebut konformasi berenergi tinggi.
2) Ketika kontraksi otot distimulasi, aktin dapat diakses dan kepala S-1 miosin
menemukannya, mengikatnya, membentuk kompleks aktin-miosin-ADP-Pi.
3) Pembentukan kompleks ini mendorong pembebasan Pi, yang memicu power stroke.
Hal ini diikuti oleh pembebasan ADP dan disertai oleh perubahan konformasi
mencolok di kepala miosin dalam kaitannya dengan ekornya, yang menarik aktin
sekitar 10 nm ke arah pusat sarkomer. Ini adalah power stroke. Miosin sekarang
dikatakan berada dalam keadaan berenergi rendah yang ditunjukkan sebagai aktin–
miosin.
4) Molekul ATP lain mengikat kepala S-1 dan membentuk kompleks aktin-miosin-ATP.
5) Miosin ATP memiliki afinitas yang rendah terhadap aktin sehingga aktin terlepas.
Lngkah terakhir ini adalah komponen kunci pada relaksasi dan bergantung pada
pengikatan ATP dengan kompleks aktin-miosin (Sherwood, 2012).
Siklus lain kemudian dimulai dengan hidrolisis ATP yang membentuk kembali
konformasi berenergi tinggi. Oleh karena itu, hidrolisis ATP digunakan untuk
menjalankan siklus, power stroke yang terjadi karena perubahan konformasi kepala S-
1 yang terjadi sewaktu ADP dibebaskan. Bagian engsel miosin memungkinkan S-1
bergerak leluasa dan juga menemukan filamen aktin (Sherwood, 2012).
Jika kadar ATP intrasel turun, ATP tidak tersedia untuk mengikat kepala S-1
(tahap 4), aktin tidak terlepas, dan relaksasi (tahap 5) tidak terjadi. Hal ini merupakan
penjelasan dari timbulnya kaku mayat, yakni mengerasnya tubuh yang terjadi setelah
kematian (Sherwood, 2012).

Tropomiosin & Kompleks Troponin di Filamen Tipis Melakukan Fungsi Kunci


di Otot Rangka
Di otot lurik terdapat dua protein lain yang jumlahnya sedikit, tetapi memiliki
fungsi penting. Tropomiosin adalah suatu molekul fibrosa yang terdiri dari dua rantai,
alfa dan beta, yang melekat pada F-aktin di alur antara filamen-filamennya.
Tropomiosin terdapat di semua otot dan struktur mirip-otot. Kompleks troponin
28
bersifat unik bagi otot lurik dan terdiri dari tiga polipeptida. Troponin T (TpT)
mengikat tropomiosin dan dua komponen troponin lainnya. Troponin I (TpI)
menghambat interaksi F-aktin-miosin dan juga mengikat komponen-komponen
troponin lain. Troponin C (TpC) adalah polipeptida pengikat kalsium yang secara
struktural dan fungsional analog dengan kalmodulin, suara protein pengikat kalsium
penting yang tersebar luas di alam. Setiap molekul troponin C atau kalmodulin
mengikat empat molekul ion kalsium dan kedua molekul ini memiliki massa molekul
sebesar 17 kDa (Sherwood, 2012).

Ca2+ Berperan Sentral dalam Pengaturan Kontraksi Otot


Pada semua sistem Ca2+berperan kunci dalam regulasi. Terdapat dua mekanisme
umum mengenai regulasi kontraksi otot: berbasis aktin dan berbasis miosin.
Mekanisme pertama bekerja di otot rangka dan jantung, dan yang kedua di otot polos
(Sherwood, 2012).

Regulasi berbasis aktin terajdi di otot lurik


Regulasi berbasi aktin pada otot terjadi pada otot rangka dan jantung vetebrata, yang
keduanya merupakan otot bergaris. Pada keadaan istirahat sistem otot rangka
terhambat untuk mengaktifkan kontraksi, penghambatan ini di hilangkan inhibitor otot
rangka adalah sistem troponin yang terikat pada tropomiosin dan F-aktin di vilamen
tipis. Pada otot lurik tidak terdapat kontrol kontraksi, kecaulai jika sistem
tropomiosin-troponin terdapat bersama dengan vilamen aktin dan miosin.
Tropomiosin terletak di sepanjang alur F-aktin dan 3 komponen troponin: TpT,
TpI,TpC terikat pada kompleks f-aktin tropomiosin TpI mencegah terikatnya kepala
miosin ke tempat perlekatannya di F-aktin dengan mengubah bentuk F-aktin melalui
molekul tropomiosin atau hanya menggulirkan tropomiosin ke posisi secara langsung
menghambat bagian F-aktin yang sehrusnya di tempeli oleh kepala miosin. Keduanya
mencegah keaktifan ATPase miosin yang di perantarai oelh pengikatan keoala miosin
pada F-aktin hal ini menjelaskan keadaaa penghambatan pada otot lurik saat istirahat
(Sherwood, 2012).

Retikulum sarkoplasma pegaturkadar Ca2+ intrasel otot rangka


Dalam sarkoplasma otot yang beristirahat konsentrasiCa2+adalah 10-8 sampe 10-7
mol/l. Keadaan istiraht di capai karena Ca2+ dipompa ke dalam retikulum sarkoplasma
29
melalui kerjasistem tranpor aktif yang disebut Ca2+ ATPase yang memicu relaksasi.
Di dalam retikulum sarkoplasma Ca2+ terikat pada protein pengikat Ca2+ spesifik yang
disebut kalsekuestrin. Sakomer dikelilingi oleh suatu membran yang dapat tereksitasi
(sistem tubulus T) dna terdiri dari kanal-kanal melintang (T) yang berkaitan erat
dengan retikulum sarkoplasma (Sherwood, 2012).
Jika sarkolema tereksitasi oleh implus saraf sinyal di salurkan kedalam sistem
tubulus T dan kanal pengeluaran Ca2+ di retikulum sarkoplasma di dekatnya
membuka, yang membebaskan Ca2+ dari retikulum ssarkoplsma ke dalam
sarkoplasma (Sherwood, 2012).
Konsentrasi Ca2+ bisarkoplasma meningakat cepat hingga 10-5 mol/l. Tempat
pengikatan Ca2+ di TpC pada filamen tipis dengan cepat diisi oleh Ca2+. TPC-Ca2+
berinteraksi dengan TpI dan TpT untuk mengubah interaksi tropomin tersebut dengan
tropomiosin. Tropomiosin tergeser atau mengubah konformasi F-aktin sehingga
kepala miosin- ADP-Pi dapat berinteraksi dengan f-aktin untuk memulai siklus
kontraksi (Sherwood, 2012).
Kanal pengeluaran Ca2+ dieknal sebagai reseptor rianodin (RYR) terdapat 2 isoform
dari reseptor ini, RYR1 dan RYR2.RYR1 terdapat di otot rangka, RYR2 di otot
jntung dan otak (Sherwood, 2012).
Relaksasi terjadi jika kadar Ca2+ sarkoplasma turun dibawah 10-7 mol/l akibat
resekuestrasinya kedalam retikulum sarkoplasma oleh Ca2+ ATPase. Oleh karena itu
TpC-4CA2+ kehilangan Ca2+ akibatnya troponin melalui interaksi dengan tropomiosin
mengahambat interaksi lebih lanjut kepala miosin dan F-aktin, dengan adanya ATP
kepala miosin terlepas dari F-aktin. Oleh karena itu Ca2+ mengontrol kontraksi dan
relaksasi otot rangka melalui mekanisme alosterik yamg diperentarai oleh TpC, TpI,
TpT, Tropomiosindan F-aktin. Kontraksi otot adalah suatu keseimbangan dinamik
perlekatan dan pembebasan kepala misoin dari F-aktin yang diatur secara detail
melalui sistem saraf (Sherwood, 2012).

b. Biokimia Pada Tulang


Mineral Utama dalam Tulang
Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia. Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 1100 g (27,5 mol) kalsium.
Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu pada tulang dan gigi.
30
Sedangkan sisanya, 1% kalsium terdapat pada darah dan jaringan lunak. Untuk
memenuhi 1% kebutuhan ini, tubuh mengambilnya dari makanan yang dimakan atau
dari tulang (W. F. Ganong, 2008).
Apabila makanan yanag dimakan tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka tubuh
akan mengambilnya dari tulang. Sehingga tulang dapat dikatakan sebagai cadangan
kalsium tubuh. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang lama, maka tulang akan
mengalami pengeroposan tulang (W. F. Ganong, 2008).
Kalsium sangat penting karena mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Diperlukan untuk pemeliharaan permeabilitas natrium normal di saraf.
b. Terlibat dalam memicu pelepasan asetilkolin dari ujung saraf pada sambungan otot
saraf.
c. Terlibat dalam eksitasi kontraksi dalam sel otot.
d. Sebagai sinyal intraseluler untuk beberapa hormone.
e. Diperlukan beberapa enzim untuk aktivitas normal.
f. Sekresi protein (W. F. Ganong, 2008).

Zat-zat yang Berperan dalam Metabolisme Kalsium


Terdapat tiga hormon yang berperan penting dalam pengaturan metabolisme
kalsium, yaitu :
c. 1,25-Dihidroksikolekalsiferol
1,25-Dihidroksikolekalsiferol merupakan hormon steroid yang dibentuk dari
vitamin D. Reseptor 1,25-dihidrokolekalsiferol ditemukan di banyak jaringan selain
usus, ginjal, dan tulang. Jaringan tersebut di antaranya adalah kulit, limfosit, monosit,
otot rangka dan jantung, payudara, dan kelenjar hipofisis anterior. Berguna untuk
meningkatkan penyerapan kalsium dari usus dan meningkatkan responsifitas tulang
terhadap hormon paratiroid. Sintesis dan sekresi 1,25-Dihidroksikolekalsiferol
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor hormonal dan faktor mineral. Faktor
hormonalnya antara lain :
- Peningkatan kadar PTH
- GH yang meningkat pada masa pertumbuhan
- Peningkatan kadar prolaktin dan estrogen selama masa kehamilan
- Sedangkan faktor mineralnya adalah hipokalsemia (kekurangan kalsium) (W. F.
Ganong, 2008).

31
d. Hormon Paratiroid (PTH)
PTH termasuk hormone peptide. Berguna untuk merangsang aktivitas osteoklas,
pembentukan osteoklas, menghambat aktivitas osteoblas, serta meningkatkan
konsentrasi kalsium plasma. PTH bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan
resorpsi tulang. Pengatur utama sekresi PTH adalah konsentrasi kalsium bebas dalam
plasma. Jika konsentrasi klasium plasma turun, maka sekresi PTH naik atau
sebaliknya (W. F. Ganong, 2008).

e. Kalsitosin
Kalsitosin termasuk hormone polipeptida yang biasa bekerja pada tulang dan hanya
memiliki efek kecil pada ginjal dan usus. Kalsitonin ini tidak esensial
mempertahankan homeostasis kalsium, sehingga tidak pernah ditemukan kelainan
karena kekurangan atau kelebihan kalsitonin. Kalsitosin bekerja menurunkan kadar
kalsium plasma dalam tulang dengan cara sebagai berikut :
 Menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma (efek jangka
pendek)
 Menurunkan resorpsi tulang dengan menghambat aktivitas osteoklas (efek jangka
panjang)
 Menghambat absorpsi kalsium di usus halus
Pengatur utama sekresi kalsitosin adalah kadar kalsium bebas dalam plasma. Jika
kalsium bebas dalam plasma meningkat, maka sekresi kalsitosin juga akan meningkat.
Namun jika kalsium bebas dalam plasma menurun, maka sekresi kalsitosin juga akan
menurun. Sekresi kalsitonin lebih tinggi terjadi pada individu muda, ibu hamil, serta
ibu menyusui. Pada individu muda, kalsitonin berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan tulang rangka. Pada ibu hamil dan menyusui, kalsitonin berfungsi
untuk melindungi tulang maternal dari proses resorbsi yang berlebihan untuk
penyediaan kalsium bagi pertumbuhan janin (W. F. Ganong, 2008).

Metabolisme Kalsium

Kalsium plasma dalam tubuh manusia sebagian besar ada yang berdifusi, antara
lain terionisasi menjadi Ca2+ atau berkompleks dengan HCO3-, sitrat, dan lain-lain.
Sedangkan sisanya yang tidak berdifusi berikatan dengan protein albumin dan
globulin (W. F. Ganong, 2008).

32
Metabolisme kalsium dalam tulang terdiri atas dua tipe :

 Cadangan pertukaran cepat terjadi pada pertukaran antara tulang dan CES dan
penyesuaian ekskresi kalsium melalui urine.
 Cadangan pertukaran lambat terjadi pada penyesuaian penyerapan kalsium di
usus dan penyesuaian ekskresi kalsium melalui urine. Penyerapan berlangsung
lebih stabil (W. F. Ganong, 2008).
Terdapat dua sistem homeostatik yang independen, namun berinteraksi dalam
mempengaruhi kalsium tulang, yaitu:

 Sistem pengaturan Ca2+ plasma


Bergerak keluar masuk pada cadangan yang pertukarannnya cepat.

 Sistem pada remodelling tulang


Remodelling tulang meliput deposisi tulang (pembentukan dan pengendapan)
serta resorbsi tulang (pembuangan) yang berlangsung secara terus-menerus
(W. F. Ganong, 2008).

Sejumlah besar kalsium disaring di ginjal dan sebagian besar diserap kembali di
tubulus proksimal, distal, dan lengkung henle. Setelah diserap di saluran cerna, Ca2+
dibawa keluar usus oleh suatu sistem dalam brush border sel epitel yang diaatur oleh
1,25-dihidrokolekalsiferol. Jika asupan Ca2+ tinggi, maka Ca2+ plasma meningkat, dan
kadar 1,25-dihidrokalsiferol meenurun. Penyerapan Ca2+ mengalami adaptasi berupa
peningkatan, jika asupan kalsium rendah dan penurunan jika asupan kalsium tinggi.
Penyerapan kalsium juga menurun oleh zat-zat yang membentuk garam tidak larut
dengan Ca2+ atau oleh alkali, sedangkan peningkatan penyerapan dapat dilakukan
dengan diet tinggi protein pada orang dewasa (W. F. Ganong, 2008).

Fosfor
Fosfor merupakan zat penting dari semua jaringan tubuh. Fosfor penting untuk
fungsi otot dan sel-sel darah merah, pembentukan adenosine trifosfat (ATP) dan 2,3-
difosfogliserat (DPG), dan pemeliharaan keseimbangan asam-basa, juga untuk sistem
saraf dan perantara metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Kadar normal serum
fosfor berkisar 2,5 dan 4,5 mg/dl dan dapat setinggi 6 mg/dl pada bayi dan anak-anak
(W. F. Ganong, 2008).

33
Fosfor adalah anion utama dari cairan intraseliler (CIS). Kira-kira 85% fosfor
tubuh terdapat didalam tulang dan gigi, 14% adalah jaringan lunak, dan kurang dari
1% dalam cairan ekstraseluler (CES). Karena simpanan intraseluler besar, pada
kondisi akut tertentu, fosfor dapat bergerak ke dalam atau ke luar sel, menyebabkan
perubahan dramatik pada fosfor plasma. Secara kronis, peningkatan subtansial atau
penurunan dapat terjadi dalam kadar fosfor intraseluler tanpa perubahan kadar
bermakna. Jadi, kadar fosfor plasma tidak selalu menunjukan kadar intraselular (W. F.
Ganong, 2008).
Meskipun kebanyakan laboratorium dan laporan elemen fosfor, hampir semua
fosfor yang ada dalam tubuh berbentuk fosfat (PO43-) dan istilah fosfor dan fosfat
sering digunakan secara bertukaran (W. F. Ganong, 2008).
Fosfor adalah senyawa penting dari semua jaringan tubuh yang mempunyai
variasi luas dalam fungsi vital, termasuk pembentukan subtansi penyimpangan energi
( misal, adenosintrifosfat (ATP)), pembentukan sel darah merah 2,3 difosfogliserat
(DPG), yang memudahkan pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan, metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak, dan pemeliharaan keseimbangan asam basa. Selain
itu, fosfor adalah penting untuk saraf normal dan fungsi otot dan memberi struktur
penyokong untuk tulang dan gigi. Kadar PO43- plasma bervariasi sesuai usia, dengan
pengecualiaan sedikit peningkatan pada PO43- wanita setelah menopause. Makanan
yang mengandung glikosa, insulin atau gula menyebabkan penurunan sementara pada
PO43- karena perpindahan PO43- serum ke dalam sel-sel (W. F. Ganong, 2008).
Status asam basa juga akan mempengaruhi keseimbangan fosfor. Alkalosis,
terutama alkalosis pernafasan, dapat menyebabkan fosfatemia karena perpindahan
fosfor intraseluler. Mekanisme pasti untuk perpindahan ini tidak sepenuhnya
dipahami tapi mungkin berhubungan dengan glikolisis seluler karena alkalosis dengan
peningkatan pembentukan metabolik mengandung fosfor sedang. Asidosis respiratori
dapat menyebabkan perpindahan fosfor keluar dari sel-sel dan memperberat
hiperfosfatemia (W. F. Ganong, 2008).
Kadar fosfat CES diatur oleh kombinasi faktor-faktor, termasuk masukan diet,
absropsi usus, eksresi ginjal, dan secara hormonal terikat secara erat pada kalsium.
Rentang normal untuk fosfor serum 2,5-4,5 mg/dl (1.7-2,6 mEq/L) (W. F. Ganong,
2008).

Demineralisasi / Mineralisasi
34
Mineralisasi tulang merupakan proses penempatan kalsium ke dalam jaringan
tulang. Sedangkan demineralisasi merupakan proses yang antagonis dengan
mineralisasi yaitu proses pengambilan kalsium dari jaringan tulang.
Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresorpsi dan dibentuk tulang baru.
Kalsium dalam tulang mengalami pergantian dengan kecepatan 100% per tahun pada
bayi dan 18% per tahun pada orang dewasa. Remodeling tulang ini, sebagian bessar
adalah proses lokal yang berlangsung di daerah yang terbatas oleh populasi sel yang
disebut unit remodeling tulang. Dalam proses ini melibatkan dua komponen utama
yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas merupakan sel jaringan tulang yang berperan mensintesis kolagen untuk
membentuk osteoid sebagai bahan dasar tulang (W. F. Ganong, 2008).

b. Osteoklas
Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-
monosit yang terdapat di tulang (W. F. Ganong, 2008).

Mineralisasi Tulang
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa
pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama
hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor makanan, dan
jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel
pembentuk tulang yaitu osteoblas (W. F. Ganong, 2008).
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon
terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu
pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-
garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu
atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblas tetap menjadi bagian dari osteoid, dan
disebut osteosit atau sel tulang sejati (W. F. Ganong, 2008).

Faktor yang Mempengaruhi Mineralisasi


Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian ion
kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai

35
kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara
tulang, cairan interstisium, dan darah (W. F. Ganong, 2008).
Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi
aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa
pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron
akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang
penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang) (W. F. Ganong, 2008).
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung
dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang
penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang
mendorong kalsifikasi tulang (W. F. Ganong, 2008).

Demineralisasi Tulang
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut
osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel
mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai
asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas
biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit
tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan
muncul osteoblas. Osteoblas mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan
tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti dengan
tulang baru yang lebih kuat (W. F. Ganong, 2008).

Faktor yang Mempengaruhi Demineralisasi


Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang.
Akibatnya, aktivitas osteoklas akan lebih tinggi untuk menyerap tulang. Sehingga,
defisiensi hormon ini juga mengganggu pertumbuhan tulang (W. F. Ganong, 2008).
Vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan
meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar
tanpa diimbangi kalsium yang kuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi
tulang (W. F. Ganong, 2008).
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh
hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang
36
terletak tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat
sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid
meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk
membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja secara
umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut
(W. F. Ganong, 2008).

Remodeling Tulang
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus
menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Osteoklas membuat terowongan ke
dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling tulang
trabekular terjadi di permukaan trabekular. Pada kerangka manusia, setiap saat sekitar
5% tulang mengalami remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang.
Kecepatan pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak
dan 20% per tahun untuk tulang trabekular (W. F. Ganong, 2008).
Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga
kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi
aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda,
aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang
konstan. Pada usia pertengahan, khususnya pada wanita, aktivitas osteoklas melebihi
aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga
meningkat pada tulang. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas
osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah (W. F.
Ganong, 2008).

37
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)
dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi bahan referensi untuk
mahasiswa keperawatan dalam pembuatan makalah tentang hepatitis dan penulis juga
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran
bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia

Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6. Jakarta. EGC.

Smeltzer et al, 2008. Buku Ajar Keperwata Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC

39

Anda mungkin juga menyukai