A
DENGAN DEMENSIA
DISUSUN OLEH :
AHMAD SUMARLIN
NPM : 4118147
A. Latar Belakang
Dimensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi
kongnitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktifitas sosial dan
okupasi yang normal juga aktifitas kehidupan sehari- hari (Mickey Stanley, 2006)
sindrom dimensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat
diakibatkan oleh penyakit diotak. Sindrom ini ditandai leh gangguan kongnitif, emosional,
dan psikomotror.( Lumbantobing, 2006).
Dimensia tipe alzeimer aadalah proses degeneratif yang terjadi pertama-tama pada sel
yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks cerebral dan
hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemaampuanya untuk
mengeluarlkan asetilkolin lalu terjadi degenarasi, jika degenarasi ini mulai berlangsung tidak
ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau
megehentikanya ( Kusha Riadi,2010).
A. Rumusan masalah
1. Apa Definisi dari Dimensia ?
2. Apa saja Etiologi dari Dimensia ?
3. Bagaiaman Patofisiologi Dimensia s ?
4. Apa saja Manifestasi klinis Dimensia
5. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Dimensia?
6. Bagaiamana Penatalaksanaan Medis dari Dimensia
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Dimensia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Dimensia
2. Mengetahui Etiologi dari Dimensia
3. Mengetahui Patofiologi dari Dimensia
4. Mengetahui Manifestasi dari Dimensia
5. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dari Dimensia
6. Mengetahui Penatalaksanaan Medis dari Dimensia
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Dimensia
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia
merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara
lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa,pemecahan masalah, orientasi,
persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan
bersosialisasi (Corwin, 2009).
B. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar yaitu :
a. Sindroma
demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan
yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system
enzim, atau pada metabolisme.
b. Sindroma
demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab
utama dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino
- serebral
2. Subakut leuko
- esefalitis sklerotik fan bogaert
3. Khorea Hungtington
c. Sindrome
demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantranya :
1. Penyakit cerebro kardiovaskuler
2. penyakit
Klasifikasi demensia antara lain :
1. Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
a. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif
b. Dayaingat terganggu, ditemukan adanya: afasia, apraksia, agnosia,
gangguan fungsi eksekutif.
c. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
d. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
e. Kehilangan inisiatif.
2. Demensia Vascular Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan
sirkulasi darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke
dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi
tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi
dapat diduga sebagai demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
a. Peningkatan reflek tendon dalam
b. Kelainan gaya berjalan
c. Kelemahan anggota gerak
3. Demensia menurut umur:
a. Demensia senilis ( usia > 65 tahun)
b. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)
4. Demensia menurut perjalanan penyakit :
a. Reversibel (mengalami perbaikan)
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B,
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari
demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala
demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali - kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang
lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan - perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine.
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat - obatan anti platelet seperti:
Aspirin, Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak
sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut - turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti -
depresi seperti Sertraline dan Citalopram
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak - ledak, yang
bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat
anti psikotik (misalnya : Haloperidol, Quetiapine dan Risperidone).
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding denga
angka - angka yang
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi:
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah – masalah.
4. Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat - zat yang dapat merusak sel - sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi.
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari - hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan demensia
antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
2. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging).
3. Pemeriksaan EEG
4. Pemeriksaan cairan otak
5. Pemeriksaan genetika
6. Pemeriksaan neuropsikologis.
G. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia
adalah:
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a. Ulkus diabetikus
b. Infeksi saluran kencing
c. Pneumonia
2. Thromboemboli, infarkmiokardium
3. Kejang
4. Kontraktur sendi
5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan
menggunakan peralatan
H. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data subyektif :
a. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
b. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu
Data obyektif :
a. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
b. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
c. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang
tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari di tandai dengan kebingungan, gelisah, cemas,mudah
tersinggung
b. Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
c. Resiko cedera berhubungan dengan kesulitan dengan keseimbangan,
kelemahan, dan otot tidak terkoordinasi
d. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan.
3. Intervensi keperawatan
a. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari di tandai dengan kebingungan, gelisah, cemas,mudah
tersinggung.
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan xv. Jangan menganjurkan klien tidur siang
diharapkan tidak terjadi gangguan pola apabila berat ekfek negatif terhadap tidur
tidur pada klien dengan kriteria hasil pada malam hari
a. Memahami faktor gangguan pola xvi. Evaluasi efek obat klien (steroid,
tidur diuretik) yang menggangu tidur.
b. Mampu menentukan penyebab xvii. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu
tidur inadekuat tidur malamdengan kebiasaan klien
c. Melaporkan dapat beristirahat (memberi susu hangat).
yang cukup xviii. Memberikan lingkungan yang nyaman
d. Mampu menciptkan pola tidur untuk meningkatkan tidur (mematikan
yang adekuat lampu, fasilitas ruangan adekuat, suhu
yang sesuai, mengindari kebisingan).
xix. Buat jadwal tidur secara teratur katakan
pada klien.a
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA OPA A
DENGAN STROKE DIPSTW KARITAS CIMAHI
TAHUN 2019
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Opa A
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 64 tahun
Suku : Tionghoa
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Dukman No.48 Bandung
Pendidikan :-
Status Perkawinan : Duda
Tanggal Masuk : 24 Desember 2008
Tanggal Pengkajian : 16 Juli 2019
2. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan Kesehatan saat ini : nyeri pada daerah kaki
Kapan mulai dirasakan : beberapa bulan yang lalu
Kapan keluhan berkurang dan bertambah : Berkurang ketika duduk dan bertambah ketika
berdiri
Apa yang dilakukan untuk mengurangi keluhan : baring
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Opa A mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan stroke
1 1
Pertanyaan tahap I
Apakah klien mengalami sukar tidur ? Tidak
Apakah klien merasa gelisah ? Tidak
Apakah klien murung atau menangis sendiri? ya
Apakah klien sering was-was atau khawatir? Tidak
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban
“Ya”
Pertanyan tahap 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam sebulan? Ya
Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak
Adanya gangguan/masalah dengan keluarga lain? Tidak
Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak
Cenderung mengurung diri? Tidak
KATZ INDEKS
SKO Kategori
RE
A Bila klien mandiri dalam makan, kontinensia (BAK dan BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi
B Bila klien mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C Bila klien mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
D Bila klien mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain
E Bila klien mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi
yang lain
Kesimpulan :
Opa A termasuk kategori G : Klien ketergantungan untuk semua fungsi diatas
9. Teknik pengkajian tingkat kemandirian klien; Barthel Indeks (modifikasi)
Kesimpulan :
Berdasarkan interpretasi hasil Barthel Indeks Opa A berada pada fungsi ketergantungan
total dengan jumlah 55
Score total = 9
Interprestasi hasil
PE :
a. Salah 0 – 3 ND
: Fungsi intelektual utuh
AH
b. Salah 4 – 5 UL
: Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 UA
: kerusakan intelektual sedang
N Kerusakan intelektual berat
d. Salah 9 – 10:
Kesimpulan :A.
Berdasarkan interpretasi hasil SPSMQ Opa A berada pada fungsi intelektual berat dengan
Lat
jumlah kesalahan
ar 9
bel
aka
11. Teknik Pengkajian Aspek Kognitif Pada Fungsi Mental
ng
Mini Mental Status Exam (MMSE)
Ost
Orientasi eo Kalkulasi
Registrasiart Mengingat kembali
riti
Perhatian s Bahasa
NO ASPEK (O NILAI NILAI
A, KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN
dik
1. Orientasien 5 0 Menyebutkan dengan benar
al o Tahun :
jug
o Musim :
a
seb
aga
i
art
riti
NO ASPEK NILAI NILAI
KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN
o Tanggal :
o Hari :
o Bulan :
5 2 Dimana kita sekarang berada ?
o Negara :
o Provinsi :
o Kota :
o PSTW : Karitas
o Wisma : Opa
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing objek. Kemudian
tanyakan kepada klien 3 objek tadi
(untuk disebutkan)
o Objek Hendphone
o Objek Buku
o Objek jam tangan
3. Perhatian dan 5 0 Minta klien untuk memulai dari angka
kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
93
86
79
72
65
4. Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga
objek pada No. 2 (registrasi) tadi. Bila
benar, 1point untuk masing-masing
NO ASPEK NILAI NILAI
KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN
objek.
5. Bahasa 9 3 a. Tunjukan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
o Bantal
o handphone
o pulpen
b. Minta klien untuk mengulang kata
berikut “ tak ada jika, dan, atau
tetapi”. Bila benar nilai 1 point
o Benar 2 kata tak ada, tetapi
c. Minta klien untuk mengikuti 3
langkah perintah berikut;
o Ambil kertas dan pegang
o Lipat dua
o Letakkan di atas meja
d. Minta klien mengikuti perintah
berikut (bila benar dapat nilai 1
point):
o “tutup mata”
o Tuliskan satu kalimat
o Salin gambar
Total nilai 10
Interpretasi hasil :
> 23 : Aspek kognitif fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : Kerusakan aspek fungsi mental berat
Kesimpulan :
Berdasarkan interpretasi hasil MMSE Oma P berada pada aspek kognitif fungsi mental
berat dengan total nilai 10.
Interpretasi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, dan dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
B. ANALISA DATA
HARI/ PROBLEM
NO. DATA ETIOLOGI
TANGGAL
1. Selasa/16 DS : Reaksi faktor R dgn Nyeri akut
Juli 2019 antibodi, faktor
Opa A metabolik, infeksi
mengatakan dgn kecenderungan
virus
Kaki kanan dan
kiri terasa nyeri
saat berjalan
Nyeri dirasakan Reaksi peradangan
mulai dirasakan
sejak beberapa
bulan yang lalu Nyeri akut
DO :
Kesadaran
composmentis
TD : 140/90
mmHg
Terdapat
edema pada
ekterimatas
kanan dan kiri
bawah
pegal-pegal
saat bangun Kerusakan kartilago
tidur, terasa dan tulang
nyeri dan
memiliki Tendon dan
riwayat jatuh ligamen melemah
di masa lalu
Oma P Hilangnya kekuatan
mengatakan otot
memiliki
riwayat Resiko cedera
hipertensi
DO
TD; 140/80
mmHg,
Nadi; 82 x/m,
RR; 24 x/m,
Suhu Badan;
37 oC
Hasil
interpretasi
perubahan
posisi atas
gerakan
keseimbangan
dan komponen
gaya atau
gerak berjalan
yaitu
berjumlah 9
(6-10 Resiko
jatuh sedang
Terdapat
edema pada
ektermitas
kanan dan kiri
bawah
Kekuatan otot
5 5
3 4
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI/ NO. INTERVENSI
TUJUAN DAN
TANGGAL/ DX KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
WAKTU
Selasa/16 1. Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada klien tentang
juli 2019 tindakan keperawatan penyebab terjadinya nyeri kaki
nyeri hilang atau (Osteoartritis)
berkurang, dengan
2. Ajarkan cara kompres hangat
kriteria hasil :
untuk mengurangi linu – linunya
- Melakukan aktifitas
sehari-hari tanpa 3. Lakukan massage pada
kesulitan (tindakan) ekstermitas bawah
- TTV dalam batas
3. 4. Anjurkan Oma P untuk jalan
normal
atau olah raga pagi setiap hari
5.
B. Saran
Para penulis tentunya sudah berusaha maksimal dalam memanfaatkan waktu untuk
menuangkan segala pikiran dan pengetahuan ke dalam makalah ini. Para penulis tidak lupa
memohon ampun kepada Allah swt. atas kesalahan-kesalahan kami dalam penulisan
makalah ini. Dan tentunya, kritik dan saran sangat penulis harapkan, guna perbaikan di masa
mendatang. Dan harapan para penulis, semoga makalah ini sangat bermanfaat bagi para
penulis, teman-teman, masyarakat, dan semua pihak yang membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, (2009 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono,
dkk., Jakarta, EGC.
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,
Jakarta, EGC
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed.
4, EGC, Jakarta.