Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

A
DENGAN DEMENSIA

DISUSUN OLEH :
AHMAD SUMARLIN
NPM : 4118147

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dimensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi
kongnitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktifitas sosial dan
okupasi yang normal juga aktifitas kehidupan sehari- hari (Mickey Stanley, 2006)
sindrom dimensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat
diakibatkan oleh penyakit diotak. Sindrom ini ditandai leh gangguan kongnitif, emosional,
dan psikomotror.( Lumbantobing, 2006).
Dimensia tipe alzeimer aadalah proses degeneratif yang terjadi pertama-tama pada sel
yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks cerebral dan
hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemaampuanya untuk
mengeluarlkan asetilkolin lalu terjadi degenarasi, jika degenarasi ini mulai berlangsung tidak
ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau
megehentikanya ( Kusha Riadi,2010).
A. Rumusan masalah
1. Apa Definisi dari Dimensia ?
2. Apa saja Etiologi dari Dimensia ?
3. Bagaiaman Patofisiologi Dimensia s ?
4. Apa saja Manifestasi klinis Dimensia
5. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Dimensia?
6. Bagaiamana Penatalaksanaan Medis dari Dimensia
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Dimensia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Dimensia
2. Mengetahui Etiologi dari Dimensia
3. Mengetahui Patofiologi dari Dimensia
4. Mengetahui Manifestasi dari Dimensia
5. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dari Dimensia
6. Mengetahui Penatalaksanaan Medis dari Dimensia
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Dimensia
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia
merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara
lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa,pemecahan masalah, orientasi,
persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan
bersosialisasi (Corwin, 2009).
B. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar yaitu :
a. Sindroma
demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan
yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system
enzim, atau pada metabolisme.
b. Sindroma
demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab
utama dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino
- serebral
2. Subakut leuko
- esefalitis sklerotik fan bogaert
3. Khorea Hungtington
c. Sindrome
demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantranya :
1. Penyakit cerebro kardiovaskuler
2. penyakit
Klasifikasi demensia antara lain :
1. Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
a. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif
b. Dayaingat terganggu, ditemukan adanya: afasia, apraksia, agnosia,
gangguan fungsi eksekutif.
c. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
d. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
e. Kehilangan inisiatif.
2. Demensia Vascular Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan
sirkulasi darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke
dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi
tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi
dapat diduga sebagai demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
a. Peningkatan reflek tendon dalam
b. Kelainan gaya berjalan
c. Kelemahan anggota gerak
3. Demensia menurut umur:
a. Demensia senilis ( usia > 65 tahun)
b. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)
4. Demensia menurut perjalanan penyakit :
a. Reversibel (mengalami perbaikan)
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B,
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)

5. Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan :


a. meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya
b. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
c. Inkontinensia urin
C. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyeebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di
susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada
penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah
disebutkan di atas merupakan kondisi - kondisi yang dapat mempengaruhi sel - sel
neuron korteks serebri.

Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya,


serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak
langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme
iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron
menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal.

Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses


konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan
fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium
(perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang
mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau
subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan
patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi -
Darmojo, 2009).

D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari
demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala
demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali - kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang
lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan - perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine.
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat - obatan anti platelet seperti:
Aspirin, Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak
sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut - turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti -
depresi seperti Sertraline dan Citalopram
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak - ledak, yang
bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat
anti psikotik (misalnya : Haloperidol, Quetiapine dan Risperidone).
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding denga
angka - angka yang
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi:
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah – masalah.
4. Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat - zat yang dapat merusak sel - sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi.
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari - hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan demensia
antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
2. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging).
3. Pemeriksaan EEG
4. Pemeriksaan cairan otak
5. Pemeriksaan genetika
6. Pemeriksaan neuropsikologis.

G. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia
adalah:
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a. Ulkus diabetikus
b. Infeksi saluran kencing
c. Pneumonia
2. Thromboemboli, infarkmiokardium
3. Kejang
4. Kontraktur sendi
5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan
menggunakan peralatan
H. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data subyektif :
a. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
b. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu
Data obyektif :
a. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
b. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
c. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang
tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari di tandai dengan kebingungan, gelisah, cemas,mudah
tersinggung
b. Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
c. Resiko cedera berhubungan dengan kesulitan dengan keseimbangan,
kelemahan, dan otot tidak terkoordinasi
d. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan.

3. Intervensi keperawatan
a. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari di tandai dengan kebingungan, gelisah, cemas,mudah
tersinggung.

no Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Setelah diberikan tindakan keperawatan di i. Jalin hubungan saling mendukung
harapkan klien dapat beradaptasi dengan dengan klien
perubahan aktivitas sehari-hari dan ii. Orientasi pada lingkungan dan rutinitas
lingkungan dengan kriteria hasil : baru
a. Mengidentifikasi perubahan iii. Kaji tingkat stresor (penyesuaian diri,
b. Mampu beradaptasi pada perkembangan, peran keluarga, akibat
perubahan lingkungan dan aktifitas perubahan status kesehatan)
kehidupan sehari-hari iv. Tentukan jadwal aktifitas yang wajar dan
c. Cemas dan takut berkurang masukkan dalam kegiatan rutin.
d. Membuat pernyataan yang poditif v. Berikan penjelasa dan informasi yang
tentang lingkungan yang baru menyenangkan mengenai
kegiatan/peristiwa.
b. Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
Intiervensi
no Tujuan dan kriteria hasil
2 Setelah diberikan tindakan kepeawatan vi. Kembangan ligkungan yang mendukung
diharapkan klien mampu mengenali dan hubungan klien perawat yang
perubahan dalam berfikir dengan kriteria terapeutik
hasil : vii. Pertahankan lingkungan yang
a. Mampu memperlihatkan menyenangkan dan tenang
kemampuan kognitif untuk viii. Tatap wajah ketika berbicara dengan
menjalani konsekuensi kejadian klien panggil klien dengan namanya
yang menegangkan terhadap ix. Gunakan suara yang agak rendah dan
emosi dan fikiran tentang diri berbicara dengan perlahan pada klien
b. Mampu mengembangkan strategi
untuk mengatasi anggapan diri
yang negatif
c. Mampu mengenali tingkan laku
dan faktor penyebab.

no Tujuan dan kriteria hasil intervensi


3 Setelah diberikan tindakan kepeawatan x. Kaji derejat gangguan kemampuan,
diharapkan resiko cedera tidak cedera tingkah laku impulsife, dan penurunan
tidak terjadi dengan kriteria hasil : persepsi fisual Bantu keluarga
a. Meningkatkan tingkat aktifitas mengindentifikasi resiko terjadinya
b. Dapat berdaptsi dengan bahaya yang mungkin timbul.
lingkungan untuk mengurangi xi. Hilangkan sumber bahaya lingkungan
resiko trauma/cedera xii. Alihkan perhatian saat perilaku tragitasi
c. Tidak mengalami cedera berbahaya.
xiii. Kaji samping efek samping obat tanda
keracunan (extrapiramidal, hipotesi,
oritostatik, gangguan penglihatan,
gangguan gastorintestinal).
xiv. Hindari penggunaan restrain terus
menerus

4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan xv. Jangan menganjurkan klien tidur siang
diharapkan tidak terjadi gangguan pola apabila berat ekfek negatif terhadap tidur
tidur pada klien dengan kriteria hasil pada malam hari
a. Memahami faktor gangguan pola xvi. Evaluasi efek obat klien (steroid,
tidur diuretik) yang menggangu tidur.
b. Mampu menentukan penyebab xvii. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu
tidur inadekuat tidur malamdengan kebiasaan klien
c. Melaporkan dapat beristirahat (memberi susu hangat).
yang cukup xviii. Memberikan lingkungan yang nyaman
d. Mampu menciptkan pola tidur untuk meningkatkan tidur (mematikan
yang adekuat lampu, fasilitas ruangan adekuat, suhu
yang sesuai, mengindari kebisingan).
xix. Buat jadwal tidur secara teratur katakan
pada klien.a
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA OPA A
DENGAN STROKE DIPSTW KARITAS CIMAHI
TAHUN 2019

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Opa A
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 64 tahun
Suku : Tionghoa
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Dukman No.48 Bandung
Pendidikan :-
Status Perkawinan : Duda
Tanggal Masuk : 24 Desember 2008
Tanggal Pengkajian : 16 Juli 2019
2. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan Kesehatan saat ini : nyeri pada daerah kaki
Kapan mulai dirasakan : beberapa bulan yang lalu
Kapan keluhan berkurang dan bertambah : Berkurang ketika duduk dan bertambah ketika
berdiri
Apa yang dilakukan untuk mengurangi keluhan : baring
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Opa A mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan stroke

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Opa A mengatakan ada riwayat hipertensi pada ibunya
5. Tinjauan Sistem
 Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
 TTV :
 TD; 140/90 mmHg,
 Nadi; 78x/m,
 RR; 24 x/m,
 Suhu Badan; 36 oC
 Sistem pernapasan
 Inspeksi : Tidak ada pernapasan cuping hidung, hidung bersih, tidap ada polip,
bentuk dada simetris, irama pernapasan teratur
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vokal fremitus sama
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : bunyi napas vesikuler
 Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada edema, tidak ada sianosis
 Palpasi : CRT 1 detik,
 Perkusi : Pekak
 Auskultasi : bunyi jantung 1 : Lup, bunyi jantung 2 : Dup, tidak terdengar bunyi mr-
mur
 Sistem gastrointestinal
 Inspeksi gigi tidak utuh, ada caries, tidak ada peradangan, tidak ada asites
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati
 Auskultasi : Bising usu 10 x/m
 Perkusi : bunyi thimpani
 Sistem perkemihan
 Inspeksi : Tidak ada distensi kandung kemih
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
 Sistem integumen
 Inspeksi : tidak ada luka atau lesi
 Palpasi ; kulit kering
 Sistem genitoreproduksi
 Klien mengatakan tidak ada keluhan pada alat reproduksi, tidak ada nyeri tekan saat
BAB dan BAK, tidak ada hemoroid
 Sistem muskuloskeletal
 Inspeksi : ektermitas kanan dan kiri bawah agak susah melangkah, klien
menggunakan kursi roda
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot :
3 3

1 1

6. Teknik Pengkajian Psikososial dan Spritual


a. Psikososial
 Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang
Klien tidak mampu bersosialisasi dengan oma opa yang lain
 Sikap klien pada orang lain
Klien bersikap baik terhadap yang lain
 Harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
 Kepuasaan klien dalam bersosialisasi
Klien tidak mampu memberikan jawaban atau keputusan yang baik saat ditanya
b. Spiritual
 Kegiatan keagamaan yang ditekuni klien
Opa A mengatakan ia beragama Kristen
 Konsep atau keyakinan tentang kematian
Tidak dikaji
 Harapan-harapan klien tentang spiritual
Tidak dijawab
7. Teknik Pengkajian Emosi

Pertanyaan tahap I
 Apakah klien mengalami sukar tidur ? Tidak
 Apakah klien merasa gelisah ? Tidak
 Apakah klien murung atau menangis sendiri? ya
 Apakah klien sering was-was atau khawatir? Tidak

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban
“Ya”
Pertanyan tahap 2
 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam sebulan? Ya
 Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak
 Adanya gangguan/masalah dengan keluarga lain? Tidak
 Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak
 Cenderung mengurung diri? Tidak

Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”

Kesimpulan : Masalah Emosional Positif (+)

8. Teknik pengkajian fungsional

KATZ INDEKS
SKO Kategori
RE
A Bila klien mandiri dalam makan, kontinensia (BAK dan BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi

B Bila klien mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas

C Bila klien mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain

D Bila klien mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain

E Bila klien mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi
yang lain

F Bila klien mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan


satu fungsi yang lain

G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas

Kesimpulan :
Opa A termasuk kategori G : Klien ketergantungan untuk semua fungsi diatas
9. Teknik pengkajian tingkat kemandirian klien; Barthel Indeks (modifikasi)

Termasuk yang manakah klien?


No. Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
bantuan
1. Makan 5 10 Frekuensi :
Jumlah: 3 x
Jenis:sayur,
lauk
2. Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah: >4x
Jenis: air putih
3. Berpindah dari kursi ke 5 – 10 (5) 15
tempat tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi :
menyisir rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi :
7. Jalan di permukaan datar 0 5
8. Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1x
Konsistensi :
lembek
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 4x
Warna :
12. Olah raga/latihan 5 10 Frekuensi :
Jenis :
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu 5 10 Jenis :
luang Frekuensi :
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

Kesimpulan :
Berdasarkan interpretasi hasil Barthel Indeks Opa A berada pada fungsi ketergantungan
total dengan jumlah 55

10. Teknik Pengkajian Status Mental

Short Portable Mental Status Quesioner (SPSMQ)


BENAR SALAH NO PERTANYAAN
 01. Tanggal berapa hari ini ?

 02. Hari apa sekarang ?

 03. Apa nama tempat ini ?

 04. Dimana alamat anda ?

 05. Berapa umur anda ?

 06. Kapan anda lahir ?

 07. Siapa presiden Indonesia sekarang ?


 08. Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

 09. Siapa nama ibu anda ?

 10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari tiap


angka baru semua secara menurun.
17, 14, 11
∑=0 ∑=9

Score total = 9
Interprestasi hasil
PE :
a. Salah 0 – 3 ND
: Fungsi intelektual utuh
AH
b. Salah 4 – 5 UL
: Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 UA
: kerusakan intelektual sedang
N Kerusakan intelektual berat
d. Salah 9 – 10:
Kesimpulan :A.
Berdasarkan interpretasi hasil SPSMQ Opa A berada pada fungsi intelektual berat dengan
Lat
jumlah kesalahan
ar 9
bel
aka
11. Teknik Pengkajian Aspek Kognitif Pada Fungsi Mental
ng
Mini Mental Status Exam (MMSE)
Ost
Orientasi eo Kalkulasi
Registrasiart Mengingat kembali
riti
Perhatian s Bahasa
NO ASPEK (O NILAI NILAI
A, KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN
dik
1. Orientasien 5 0 Menyebutkan dengan benar
al o Tahun :
jug
o Musim :
a
seb
aga
i
art
riti
NO ASPEK NILAI NILAI
KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN
o Tanggal :
o Hari :
o Bulan :
5 2 Dimana kita sekarang berada ?
o Negara :
o Provinsi :
o Kota :
o PSTW : Karitas
o Wisma : Opa
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing objek. Kemudian
tanyakan kepada klien 3 objek tadi
(untuk disebutkan)
o Objek Hendphone
o Objek Buku
o Objek jam tangan
3. Perhatian dan 5 0 Minta klien untuk memulai dari angka
kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat

 93
 86
 79
 72
 65
4. Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga
objek pada No. 2 (registrasi) tadi. Bila
benar, 1point untuk masing-masing
NO ASPEK NILAI NILAI
KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN
objek.
5. Bahasa 9 3 a. Tunjukan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
o Bantal
o handphone
o pulpen
b. Minta klien untuk mengulang kata
berikut “ tak ada jika, dan, atau
tetapi”. Bila benar nilai 1 point
o Benar 2 kata tak ada, tetapi
c. Minta klien untuk mengikuti 3
langkah perintah berikut;
o Ambil kertas dan pegang
o Lipat dua
o Letakkan di atas meja
d. Minta klien mengikuti perintah
berikut (bila benar dapat nilai 1
point):
o “tutup mata”
o Tuliskan satu kalimat
o Salin gambar
Total nilai 10

Interpretasi hasil :
> 23 : Aspek kognitif fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : Kerusakan aspek fungsi mental berat
Kesimpulan :
Berdasarkan interpretasi hasil MMSE Oma P berada pada aspek kognitif fungsi mental
berat dengan total nilai 10.

12. Perubahan Posisi atau Gerakan Keseimbangan


Beri nilai 0 (nol) bila klien tidak menunjukan kondisi dibawah ini, nilai 1 (satu) bila
menunjukan salah satu kondisi dibawah ini :
 Gunakan kursi yang keras dan tanpa lengan
a. Bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergeser ke bagian depan kursi terlebih dahulu, dan atau tidak stabil
pada saat pertama berdiri (Nilai = 0)
b. Duduk dengan menjatuhkan diri ke kursi atau tidak duduk di tengah kursi (Nilai = 0)
 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum perlahan-lahan
sebanyak 3 kali).
c. Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya. (Nilai = 0)
 Mata tertutup
d. Sama seperti di atas (periksa kepercayaan klien dalam input penglihatan untuk
keseimbangannya). (a. Nilai = 1, b. Nilai = 0, dan c. Nilai = 1)
 Perputaran leher (mata terbuka)
e. Menggerakan kaki, menggenggam objek untuk dukungan ; kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya ; keluhan vertigo, pusing atau sempoyongan. (Nilai = 0)
 Gerakan tetap diam
f. Tidak mampu menggapai sesuatu dengan bahu fleksi penuh sambil berdiri pada ujung-
ujung kaki, tidak stabil, memegang sesuatu untuk dukungan. (Nilai = 0)
 Membungkuk
g. Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek kecil (misal pensil) dari lantai,
memegang objek,atau memerlukan berbagai usaha pada saat akan kembali berdiri.
(Nilai = 0)

13. Komponen Gaya atau Gerakan Berjalan


Beri nilai 0 (nol) jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini, atau beri nilai 1 (satu)
jika klien menunjukan salah satu dari kondisi dibawah ini
 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
a. Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan. (Nilai = 0)
 Ketinggian langkah kaki
b. Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm). (Nilai = 0)
 Kontuinitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
c. Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisten, mulai mengangkat satu
kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai. (Nilai = 0)
 Kesimetrisan langkah (observasi dari samping pasien)
d. Tidak berjalan dalam garis lurus, bergoyang dari satu sisi ke sisi lain. (Nilai = 0)
 Berbalik
e. Berhenti sebelum memulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang objek
untuk dukungan. (Nilai = 0)

Interpretasi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, dan dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

a. 0 – 5 : Resiko jatuh rendah


b. 6 – 10 : Resiko jatuh sedang
c. 11 – 15 : Resiko jatuh tinggi

B. ANALISA DATA
HARI/ PROBLEM
NO. DATA ETIOLOGI
TANGGAL
1. Selasa/16 DS : Reaksi faktor R dgn Nyeri akut
Juli 2019 antibodi, faktor
 Opa A metabolik, infeksi
mengatakan dgn kecenderungan
virus
Kaki kanan dan
kiri terasa nyeri
saat berjalan
Nyeri dirasakan Reaksi peradangan
mulai dirasakan
sejak beberapa
bulan yang lalu Nyeri akut

DO :
 Kesadaran
composmentis
 TD : 140/90
mmHg
 Terdapat
edema pada
ekterimatas
kanan dan kiri
bawah

2 jumat/ 10 DS : Reaksi faktor R dgn Resiko cedera


Agustus  Oma P antibodi, faktor
metabolik, infeksi
2018 mengatakan dgn kecenderungan
kaki kanan virus
terasa berat
saat
melangkah, Reaksi peradangan

pegal-pegal
saat bangun Kerusakan kartilago
tidur, terasa dan tulang
nyeri dan
memiliki Tendon dan
riwayat jatuh ligamen melemah
di masa lalu
 Oma P Hilangnya kekuatan
mengatakan otot
memiliki
riwayat Resiko cedera
hipertensi

DO

 TD; 140/80
mmHg,
 Nadi; 82 x/m,
 RR; 24 x/m,
 Suhu Badan;
37 oC
 Hasil
interpretasi
perubahan
posisi atas
gerakan
keseimbangan
dan komponen
gaya atau
gerak berjalan
yaitu
berjumlah 9
(6-10 Resiko
jatuh sedang
 Terdapat
edema pada
ektermitas
kanan dan kiri
bawah
 Kekuatan otot
5 5

3 4

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX
1. Nyeri akut berhubungan dengan reaksi peradangan

2. Resiko cedera berhubungan dengan hilang atau melemahnya kekuatan otot

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI/ NO. INTERVENSI
TUJUAN DAN
TANGGAL/ DX KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
WAKTU
Selasa/16 1. Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada klien tentang
juli 2019 tindakan keperawatan penyebab terjadinya nyeri kaki
nyeri hilang atau (Osteoartritis)
berkurang, dengan
2. Ajarkan cara kompres hangat
kriteria hasil :
untuk mengurangi linu – linunya
- Melakukan aktifitas
sehari-hari tanpa 3. Lakukan massage pada
kesulitan (tindakan) ekstermitas bawah
- TTV dalam batas
3. 4. Anjurkan Oma P untuk jalan
normal
atau olah raga pagi setiap hari

5. Anjurkan klien mengangkat


kaki yang mengalami edema
dengan menggunakan bantal

5.

Selasa/16 2. Setelah dilakukan 1. Berikan penjelasan pada klien


juli 2019 tindakan keperawatan adanya perubahan status
klien tidak mengalami kesehatan dan penyebab
resiko cedera, dengan penyakit
kriteria hasil : 2. Kontrol lingkungan yang dapat
- Klien mengerti membahayakan klien
tentang penyebab
penyakitnya
- Lingkungan bebas
dari hal-hal yang
membahayakan klien

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


HARI/ NO. EVALUASI
IMPLEMENTASI
TANGGAL/ DX WAKTU KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
WAKTU
Selasa/16 1. 1. Menjelaskan 16.00 S:
juli 2019 kepada klien tentang WIB - Klien mengatakan
12.00 WIB penyebab terjadinya paham tentang
Stroke penyebab stroke
- Klien mengatakan
2. Mengajarkan
merasa nyaman
Tehnik ROM
setelah dilakukan
3. Melakukan kompres hangat dan
massage pada massage
ekstermitas bawah O:
- KU : kurang baik
3. 4. Menganjurkan
- Tampak ekspresi
Tn.A untuk latihan
senang
ROM secara
- Klien tampak masih
mandiri
sulit latihan ROM
5. Menganjurkan secara mandiri
klien untuk latihan A:
menggerakan - Masalah belum
kakinya secara teratasi
mandiri. P:
- Intervensi
dilanjutkan

Selasa/16 2. 1. Memberikan 16.00 S:


juli 2019 penjelasan pada WIB - Klien mengatakan
klien adanya masih terasa berat
perubahan status saat berjalan
kesehatan dan O:
penyebab penyakit - TD : 140/80 mmHg
- Tampak lingkungan
2. Mengontrol
aman dari benda-
lingkungan yang
benda yang berbahaya
dapat
- Klien tampak masih
membahayakan
sulit berjalan
klien
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia merupakan
sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi,
belajar dan daya ingat, bahasa,pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan
konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).

B. Saran
Para penulis tentunya sudah berusaha maksimal dalam memanfaatkan waktu untuk
menuangkan segala pikiran dan pengetahuan ke dalam makalah ini. Para penulis tidak lupa
memohon ampun kepada Allah swt. atas kesalahan-kesalahan kami dalam penulisan
makalah ini. Dan tentunya, kritik dan saran sangat penulis harapkan, guna perbaikan di masa
mendatang. Dan harapan para penulis, semoga makalah ini sangat bermanfaat bagi para
penulis, teman-teman, masyarakat, dan semua pihak yang membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, (2009 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono,
dkk., Jakarta, EGC.
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,
Jakarta, EGC
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed.
4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai