@ Tinjauan Pustaka
Stratifikasi Risiko dan Strategi
Manajemen Pasien dengan
Fibrilasi Atrium
——
Lucia Kris Dinarti,* Leonardo Paskah Suciadi**
Lee
*Departemen Kardiologi Rumah Sakit drSardjto, Yogyakarta,
**Instalasi Gawat Dorurat Rumah Sakt Siloam, Jakarta
“Abstrak: Fibrilasi atrium merupakan jenis aritmia yang paling sering djumpai di Klinis, dialami
‘leh sekitar 04-19% populasi umum terwama kelompok usia lanjut. Deteksi dint dan penanganan
‘yang okurat penting dilakukan untuk mengurangi mortalitas dan morbidias serta memperbaiki
luaitas hidup pasien. Penanganan pasien dengan fbrilasi atrium meliputi tiga objektif yaitu
‘dentifitasi ator yang mendasari, pemilihanstrategirate-rhythm control, dan pencegahan trom.
boembolisme. Baik srategi rate control maypun rhythm control yang dipilis, ypaya pencegahan
stroke melalui tromboproflaksis yang adekuat masih merupakan pokok penanganan fbrilasi
slum. Siratifkasi risiko tromboembolisme terbaik diestimasi dengan menggunakan skoring
CHADS, (Congestive hear failure, Hypertension, Age >75 years, Diabetes, point each; prior
‘Stroke or transient ischaemic attack, 2 points)
“Kata Kunci: fibrilasi atrium, tromboembolisme, rate control, rhythm control, stratifkasirisiko
“Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 6, Juni 2009 am
EE‘Stratifikasi Risiko dan Strategi Manajemen Pasien dengan Fibrilasi Atrium
Risk Stratification and Management of Patient with Atrial Fibrillation
Lucia Kris Dinarti,* Leonardo Paskah Suciadi**
Cardiology Department d:Sardito Hospital, Ygyatorta,
“Emergency Departmen of Soom Hospital, Jakarta
Absiract: Aria fibrilaion i the most common sustained arrhythmia clinical practice affecting
abou 04-1%6of general population especialy he elderly. Early detection and accurate manage-
‘ment are important reduce patien’s mortality and morbid, aswell as improve the quality
fife. Management of patients with ctrial bili involves three objective ~ identification
of the underlying factor. consideration between strtegy rate-rythm control, and prevention of
‘tronboenbolism Irespecive of¢rate-control or rhthncontrol strategy, stroke prevention
‘with appropriate shromboprophylxi sil remain central tothe management of era iilla-
tion Risk trtfiation of thromboembolism is best estimated with he CHADS, score (Congestive
heart failure, Hypertension, Age 275 years, Diabetes, I point each; prior Stroke or transient
Ischaemic attack, 2 points).
Keywords: aril forlation, tromboembolism, rate contol, rhythm contro, risk stratifca-
tion
Pendahufan
Fibrilasi atrium adalah suatuaritmia yang ditandai oleh
| tahun), adanya penyakitstrukcural
jantung, dan adanya dilatasi atrium kiri? Rhythm contro!
dapat dicapai secara farmakologis dengan meng-gunakan
‘agen anti-aritmia maupun dengan kardioversi elektrik. Kar~
dioversi secara farmakologis kurang efektif jika diband-
ingkan dengan kardioversi elcktik bifesik. Namun metode
kardioversi manapun akan membawa risiko tromboemboli
terutama jika aritmia telah berlangsung >48 jam, kecuali jk
profilaksis dengan antikoagulan telah diberikan sebelumnya.
‘Agen farmakologik yang merupakan rekomendasi kelas | se-
bagai rhythm contro! sesuai dengan Guidelines ofthe Ameri-
can College of Cardiology, American Heart Association and
European Society of Cardiology 2006 (ACCIAHA/ESC
12006)" adalah flecainide, dofetilide, propafenone, dan ibut-
lide. Sedangkan Amiodsron, agen anti-aritmia yang paling
‘umum digunakan, dimasukkan ke dalam kelas 2A. Sebaikny=
kardioversi farmakologik dimulai kurang dari 7 hari setclai:
onset fibrlasi atrium agar efektivitasnya lebih baik
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam strates:
‘rhythm control adalah penggunean agen anti-aritmia itu sene-
iri dapat meningkatkan moralitasterkait dengan eksaserbas:
gangguan sistem konduksi maupun sifat proaritmik:
Selain itu, agen ant-aritmia hanya memiliki angka kesuk-
sesan antara 40-60% dalam preservasiirama sinus dalam
tahun masa tera
Pemilihan agen ant-aritmia yang akan digunakan se-
bagai kardioversi pada pasien fibrilasi atrium paroksismai
rekurens ataupun persisten disesuaikan dengan ada tidakny=
kelainan struktural pada jantung (Gambar 2)*
‘Beberapa studi tentang fibrilas atrium seperti AFFIRM.
(Atrial Fibrillation Follow-Up Investigation of Rhytir:
Management), RACE (Rate Control Versus Electrical Car
dioversion), PLAF (Pharmacologic Intervention in Atri:
Fibrillation) dan STAF (Sirategies of Treatment of Atria.
Fibrillarion) menyimpulkan bahvwa tidak terdapat perbedas
bbermakna antara pasien dengan fibrilasi atrium yang dite:
dengan strategi rate control dibandingkan dengan strates:
rhythm control dalam hal mortalitas, risiko tromboembolis.
perdarahan mayor maupun Kualitas hidup pasien seca
‘umum, Selain itu juga tidak terdapat perbedaan dalam 2.
Maj Kedokt indon, Volum: 59, Nomor: 6, Juni 200°Stratifikasi Risiko dan Strategi Manajemen Pasien dengan Fibrilasi Atrium
Gambar2. Agen AnthAritmia untuk Mempertahankan
Trams Sinust
‘ejadian maupun perburukan gagal jantung kongestiantara
pasien dengan fibrilas atrium yang diterapi dengan strategi
‘rate control maupun rhythm conirol"”
‘Strategi rate contro terbukt tidak lebih inferior diband-
ingkan dengan strategi rhythm control pada studi AFFIRM
dan RACE, sehingga strategi rate control dapat dipertim-
bangkan sebagai terapi primer pada fibrilai atrium.” Namun
karena perbedaan hasil irama sinus yang dicapai tidak jauh
berbeda, tidak dapat disimpulkan bahwa upaya mempertah~
ankan irama sinus berarti Iebih inferior jika dibandingkan
dengan irama non-sinus. Panduan dari NICE ( National
Institue for Health and Clinical Exellence)" menganjurkan
strategi rate control sebagai pilihan pertama pada pasien
dengan fibilai atrium persisten dengan karakteristik sebagai
berikut; berusia>65 tahun, dengan penyakitjantung koroner,
Kontraindikasi terhadap agen anti-aritmia, tanpa adanya
sgagal jantung kongestif, dan tidak cocok untuk kardioversi.
‘Sedangkan strategi rhythm control selayaknya menjadi pili-
than pertama pada fibrilasi atrium persisten yang bergejala,
usia pasien lebih muda, tampil pertama kali sebagai fibrilasi
atrium fone staupun paroksismal sekunder terhadap suatu
presipitan, Ablasi kateter dapat dipertimbangkan untuk
‘mempertahankan irama sinus pada pasien dengan respons
‘minimal terhadap agen anti-aritmia.*
Strategi rhythm control menimbulkan risiko lebih be-
sar bagi pasien dibandingkan strategi rare conirol. Strategi
rhythm control akan memperpanjang masa perawatan di
rumah sakit serta meningkatkan risiko efek samping dari
‘agen ant-aritmia,'*" Pasien fibrilasi atrium persisten den-
‘gan hipertensi yang diterapi dengan strategi rhythm control
Maj Kedokt lndon, Volum: 59,
omer: 6, Suni 2008
Gambar3, — Strateg! Terap! Fbrtas! Atrium’
‘memiliki isiko kejadian kardiovaskular 1,9 kali lebih besa,
{erutama terkait komplikasitromboembolik dan efek samp-
ing dari agen ant-artmia." Hal tersebut tidak djumpai pada
kelompok pasien fibrlasi atrium dengan hipertensi yang
diterapi dengan strategi rate control. Dengan demikian,
sirategi rate controf lebih tepat untuk dpiti pada kelompok
pasienfibrilasi atrium yang memilki hipertens
Pertimbangan untuk memilih upaya kardioversi dan
mempertahankan irama sinus bergantung pada ancaman
jangka panjang dari fibrilasi atrium seria dengen turut
tmemperhatikan risiko efek samping dari agen anti-aritia
Pada kondisitertentu, gagal jantung misalnya, irame sinus
rmungkin diperlukan, Namun efektivitas agen ant-aritmia
‘yang masih erbatas dalam mempertahankan irama sinus serta
‘mengingatefek sampingnya yang nyata, telah membuatpli-
han terapi menjadi lebih suit pada beberapa kondisi pasien."
Di samping iu, strategi rhythm control sering berkaitan den-
gan kejadian rekurensfibrilasi atrium yang serin,terkadang,
tmalah tidak bergejala, schingga akan menempatkan pasien
pada risko lebih tinggi untuk terkena stroke, eh karen it,
Strategi manapun yang dipilih,stratifikasi risiko dan terapi
profilaksis terhadap kejadian tromboembolik merupakan
Komponen penting dalam program terapi jangka panjang
bagi pasienfirilasiatrium.*
Pilihan terapi non-farmakologik dipertimbangkan pada
asus agen anti-aritmia yang kurang efektif dalam men-
‘gontrol respons ventrikel maupun gejala pasicn. Piliban
terapi non-farmakologik umumnya berupaablas berbasiskan
kateter dan terkadang juga ablasi operatif(prosedur Maze)
‘Beberapa teknik lan yang dicoba dikemibangkan berupa pac
atrial dan defibrillator atrial internal, walaupun penggunaan
‘eeduanya mash terbatas Teknik ablasi radiofrekuensi me-
miliki angka keberhasilan bervarasi,umumnya sekitar 75%,
‘walaupun prosedur multipel mungkin diperiukan. Firitasi
atrium masih mungkin tejadi kembali setelah prosedurdi-
Takukan dan bersifat tidak bergejala, schingge antikoagulan
jiangka panjang dipertukan bagi pasien.”
am
EnStratiikasi Risiko dan Strategi Manajemen Pasien dengan Fibritasi Atrium
Stratifikasi Risiko dan Pencegahan Tromboemboli
‘Tromboprofilaksis yang optimal pada pasien dengan
fibrilasi atrium bersifat personal, sesuai dengan kondisi
setiap pasien, serta membutuhkan beberapa penilaian vtama
‘berupa stratifikasirisiko tromboembolik, pertimbangan un-
tuk memilih antara terapi antikoagulan atau antiplatelet, dan
penilaian rsiko perdarahan sebagai komplikasi penggunaan,
‘obat-obatan tersebut.*
Risiko kejadian tromboembolik dan stroke pada pasien
dengan fibrilasi atrium tidaklah sama, terdapat berbagai
faktor klinis lain yang turut berkontribusi terhadap risiko
tersebut. Oleh Karena itu, pendekatan pencegahan stroke
pun berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.
Berbagai krteria klinis dan ekokardiografis telah dipakai
dalam beberapa model statifikasi risiko, Selah satu model
yang paling populer dan sukses dalam identifkasi pencega-
hhan primer pasien dengan risiko tinggi stroke adalah indcks
risiko CHADS, (Congestive hear failure, Hypertension, Age
>75 years, Diabetes mellitus, and prior Stroke or transient
ischaemic attack/TIA)**% Indeks risiko CHADS, meru-
pakan suatu sistem skoring kumulatif yang memprediksi
risiko stroke pada pasien dengan fibrilesi atrium. Skoring
CHADS, memberikan poin 2 untuk adanya riwayat stroke
atau TIA-sebelumnya, sedangkan untuk masing-masing
faktor klinis Iainnya seperti usia > 75 tahun, hiperce
diabetes mellitus dan gagal jantung kongestif diberikan 1
poin. Semakin tinggi kumulasi poin CHADS, yang dimiliki
pasien dengan fibrilasi atrium, semakin besar pula risiko
untuk terkena stroke
Ekokardiografi selain bermanfaat dalam menentukan
berbagai penyebab dar fibrilasi atrium juga dapat digunaken
dalam stratfikasi risiko tromboembolik. Pada kelompok
pasien dengan fibrilasi atrium rsiko tinggi, terdapatnya dis-
fungsi sistoik ventrikel kiri trombus, kecepatanaliran darah
di atrium kiri yang rendah dan plak ateroma di aorta torakal
]
faktorrisiko
‘menengah
Fekiorsko ends Faktorsisito ‘akon isiko
rnegeh st _
Wanita sia 75 tahun stay Riwayat stroke, TIA,
sia 65-74 tahun lebih emboli sebelonya
Penyakitjantung ——Hipertens
‘oroner Gaga jantong
“Tirotokahosis els aki 35%
Diabetes melts
Warfarin merupakan agen yang sangat efektif dalam
pencegahan stroke pada pasien dengan fibrilasi atrium den-
‘gan mengurangi rsiko relatif stroke sebesar 62%, diband-
ingkan dengan 22% oleh aspirin." Hal ini juga diperkuat
75
tahun dengan fibrlas atrium, memaparkan babwa warfarin
(INR 2.053.) lebih superior dibanding aspirin (75 mg) dalam
pencegahan stroke (1,8% vs 3,8 % per tahun) dan tidak
lebih berbahaya dibandingkan aspirin dalam menimbulkan
Komplikasi perdarahan (1,9% vs 2,0% per tahun). Dengan
demikian, pada kelompok usia berapapun, manfaat dari
terapi warfarin secara terkontrol melebihi risiko yang dapat
ditimbulkannya.> Warfarin dengan target INR lebih rendah
(kisaran 1.6-2.5) dapat diberikan sebagai pencegahan primer
tromboembolik bagi pasin fibrilas atrium yang berusia>75,
tahun dan tidak bisa mentoleransi antikoagulan pada target
INR 2.03.0"
‘Meskipun demikian, kekhawatiran akan rsiko perdara-
han merupakan salah setu alasan utama tidak diberikannya
‘warfarin kepada pasien dengen fibrilasi atrium di klinis
sesuai dengan rekomendasi yang ada. Hasil dari Studi SCAF
80 tahun), walau-
pun tidak terdapat kontraindikasi terhadap terapi warfarin.
i antara kelima faktor risiko mayor yang termuat dalam
CHADS,, hanya riwayat stroke terdahulu yang mening
katkan Kewaspadaan Klinisi terhadap pemberian warfarin
kepada pasien dengan fibrilasi atrium.
Penilaian risiko perdarahen sebelum pemberian terapi
antikoagulan didasarkan pada adanya kategoriklinsrisiko
tinggi seperti usia tua, hipertensi tidak terkontro, riwayat
perdarahan (seluran cema, perdarahan intrakranal), maupun
penggunaan bersama dengan obat-obat antiplatelet atau anti
inflamasi non-steroid. Usia pasien di atas 80 tahun, INR>4.0
dan riwayat iskemia serebral sebelumnya berkaitan dengan
peningkatanrisiko perdarahan pada awal terapi warfarin'*
SSchagai kontrol terapi antikoagulan, maka sebaiknya
INR cdperiksa rutin setiap minggunya di awal terapi dan
setiap bulannya setelah terapi antikoagulan stabil. Target
INR yang direkomendasikan pada kasus fibrilasi atrium
non-valvular adalah rentang 2.0-3.0.* Pada pasien ibrilasi
atrium dengan katup protesa membutuhkan terapi warfarin
dengan INR lebih tinggi lagi (minimal 2.5), tergantung pada
jenis protesanya, Terapi antikoagulan harus tetap dilanjut-
kan hingga minimal 1 bulan setelah irama sinus tercapai
pada strategi rhythm control karena butuh waktu untuk
‘menormalkan kembali fungsi mekanik dari atrium walaupun
reversi telah tereapai.* Dalam kasus penghentian temporer
antikoagulan oral diperlukan untuk prosedur operasi atau
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 6, Suni 2009
ee
invasiflainnya, terapi dengan heparin unfractionated atau
low-molecular-weight peru dipertimbangkan, trutama bagi
pasien yang berisiko tinggi tromboembolik.* Permasalahan
Tainnya adalah terapi pasien dengan fibritasi atrium pasca
sindrom koroner akut maupun Primary Coronary Interven-
tion (PCI. Panduan ACCIAHAJESC tahun 2006 mereko-
‘mendasikan pemberian aspirin dosis rendah (<100 mybari)
atau klopidogrel (75 mg/hari), atau keduanya, bersamaan
dengan terapi antikoagulan untuk pencegahan kejadian
{skemia miokard ulangen.* Scbogn terapi rumatan, panduan
yang sama mereko-mendasikan klopidogrel (75 mg/heri)
plus warfarin (INR 2.0-3.0)
Pencegahan Primer dan Rekurensi Fibrilasi Atrium
* Pencegahan primer kejadian fibrilasi atrium pa
‘populasi yang berisiko meliputi intervensi diet, agen farma-
kologik dan prosedur pacu jantung, Beberapa meta-analisis
‘menyimpulkan peranan ACE inhibitor dan antagonis reseptor
‘angiotensin dalam penccgahan primer maupun rekurensi
‘ibrilasi atrium pada beberapa penyakit kardio-vaskular yang
:mendasar, seperti hipertensi, infark miokard, gagal jantung
dan diabetes melitus.*"*
Statin (atorvastatin) juga diduga memiliki efek proteksi
terhadap fibrlasi atrium melalui pencegahan perubahan
struktural dan clektrofisiologik dari atrium terkaitinflamast
sehingga dapat mereduksi insidensifibrilasi atrium. Pene-
litian Robert B. Neuman dan kolega (2007) menunjukkan
korelasiterbalik antara terapi statin dengan stress oksidatif
pada jantung. Stress oksidatif berimplikasi pada patogenesis
dari fibrilasi atrium. Statin, yang disepakati memiliki proper
‘sebagai antioksidan, berperanan dalam mencegeh produksi
radikal bebas yang diinduksi oleh NADPH oksidase. Pening-
keatan aktivitas enim tersebut telah terbukt berkaitan dengan
insidensifibrilai atrium pada manusia, Selain itu, penelitian
tersebut juga melaporkan behwa statin berperanan dalam
pencegahan rekurensi fibrilasi atrium pasca kar-diovers
Kesimpulan
Fibrilasi atrium merupakan aritmia yang banyak me-
nimbulkan permasalahan sebagai konsekuensinya. Deteksi
seria manajemen pasien dengan fibrilasi atrium secara akurat
penting untuk dilakukan karena terkait dengan peningkatan
morbiditas dan mortalitas serta penurunan kualitas hidup
pasien.
‘Kebanyakan morbiditas dan mortlitastersebut mo-ru-
pakan konsekuensi dari kejadian stroke-trombocmbolisme
yang merupakan suatu komplikesi dari fibriasi atrium
Sehingga upaya tromboprofilaksis merupakan Komponen
penting dalam manajemen fibrilasi atrium. Pemilihan terapi
antikoagulan harus mempertimbangkan segi manfaat dan
risiko personal, serta membutubkan kontrol yang edekuat.el
‘Stratfikasi Risiko dan Strategi Manajemen Pasien dengan Fibrilasi Atrium
Daftar Pustaka
(Olein JE, Zipes DP Spesiie Anhythmias Diagnosis and Treatment.
In: Libky,Bonow, Mann, Zipes editors, Braunald's Hean Disease.
‘eon, Volume I. Philadelphia; Saunders; 2007 p 863-92.
Prystwsky EN, Katz AM, Atal Fibrillation. In: Topol’s Textbook
of Cartiovaselar Medicine. 2 edton. Philadephia: Lippincon
Wiliams Witkins; 2002.64,
‘Scheinman MM, Atrial Fibrilaton, in: Current Diagnosis and Treat-
iment in Cardiology. 2* edition. McGraw-Hill /Appleton & Lange;
2000...
‘Schucher A, Berens G, Miner: Impact of long-term ECG record.
ing onthe deletion of paroxysmal sil bration inpatients after
tn acue ischemic stoke, Pacing lin Eleue-physio.199922:1082-
4
Wiang I, Paige H, Levy D. Obesity and thers of mew-onset ail
Abrillaion. 14344 2008:292:247
Allessie M, Ausma J, Sehotten U. Electrical, contractile and
firturl_ remodeling durin
12002:54:230-46.
Everett TH, Li H, Mangrum JM. Electcal, morphol
tulrastctiral remodeling and reverse remodeling in a canine model
‘of chronic al fibrilation. Circulation 2000:102:145460.
Fuster V, Ryden LE, Cannom DS, Cris HJ, Cutis AB, Ellenbogen
KA, ef al. ACC/AHATESC 2006 Guidelines forthe management
co paints with avi! brillation: a report ofthe American College
fof Cariology/ American Heart Associaton Task Force on Practice
Guidelines and the European Society of Cardiology Commitee for
Protce Guidelines (Writing Commineeto Revise the 2001 Guidlines
forthe Management of Patents With Aural Fibrillation). Circulation.
2006; 114e257-0384
[Nattel , Opie LH, Controversies in atria fibrillation. Lancet
2006;369506)262-72.
Kochiadkis GE, Salis El Kalebubas MD. Efet of acute til
fibration on phasic coronary blond flow pattem and flow reserve ia
humans. Bur Heart J. 2002:23:734-41.
Hardin SR, Steele JR, Ati Fibrillation Among Older Adi
thophysology, Symptoms and Treatment. Gerontological Nursing.
20083447}
‘Yap KB, Ne TP, Ong HY. Low prevalence of ail firilaion in
ommunity-dweling Chinese aged 55 year or older in Singapore: a
population based sty. Electocariclgy. 2008;94.98
Watson T, Lip GYH. Management of Atrial Fibri
2006:31:849-56
2.
2.
2.
Madi C Hankey J, Freedman SB. Clinical Update: Avil ilnon.
MIA 2007;186(4:197-202,
Lip GYH, Tue HE. Management of Atrial Fbrilation. The Lance.
London: Aug I8-Aug 24,2007. Vol. 37, ls, 9587:pg 60415pes.
Kiser PM, Hoberberger J. Management of Atal Firion. Aus
Fam Phy. Vol36 No.7 July 200750611.
Blackshear JL, Safford RE. AFFIRM and RACE Teal: Implication
tion. Cardine Fleewophysilony
[National Collaborating Centre for Chronic Contons. Aili
Tntion: national clini! guideline for management i primary aa
‘secondary care, London; Reyol College of Physiclons, 2006.
Rienstra M, Veldhwisen DIV, Hany 1.G.M, Cis, and Gelder ICV
for the RACE investigators. Enhanced cardiovascular morbiiy
tnd morality uring rhythm contol treatment in persistent tis:
Abrilation in bypenensiven: data of the RACE stay. Eur Hea
Fayano M, Yano K. D-dimer level ifueaces thromboembolic everss
{nptients with stra brillation. Int J Cardiol 2006;105-9-65,
Connolly S, Pogve J Hart RG. Clopidogre! plus aspirin vesis ort
‘anticoagulation for arial fibrillation inthe Atl rilationClopids-
tel Trial with ibesarn for prevention of Vasulr Evens (ACTIVE
1): randomised controlled Wal. Lancet 2006, 3671903-12.
Friberg L, Hammar N, Ringh M, Peterson H, Rosenqyist M. Stoke
propylais nati brillation: who gest and who does no? Repo:
fom he Stockholm Cobortstudy on Ail Fibilation (SCAF-sndy
ur Hear J. 2006:27:1954-64,
‘Man, Hotbe FDR, Fletcher K,on behafof the BAFTA investigators
andthe Midland Research Practices Network (MidReC), Warfrn ver
‘Ss aspirin for stoke prevention isa eldety community poplision
‘wana Aan (the Birmingham Atrial Fibrillation Trestmeat
ofthe Aged Study, BAFTA): a randomised controlled trial, Lancet
2007;370493-503.
Garcia D, Hylek E. Stoke prevention in elderly atin with ail
Abrilaon. Lane 2007:370,0586):460-4
‘Neuman RB, Bloom HL, Shskrullahf,Darow LA. Oxidative Sess
Markers Are Associnted with Persistent Atrial Fibrillation. Chinial
(Chemisy. 2007:549) 16527.
Ow
Maj Kedokttndon, Volum: $9, Nomor: 6 ut 2009