Anda di halaman 1dari 8

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Bank Menggunakan Metode Capital, Asset, Earnings.

dan Liquidity
(Studi Kasus pada PT. Bank Harda International Tbk )

Vinabilla Ramadhania
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
vina.ramadhaniaa@gmail.com

Abstrak. Pemerintah melalui Bank Indonesia mengeluarkan SE. BI. No. 30/3/UPPB dan SK
DIR. BI. No. 30/KEP/DIR tanggal 30 April 2002. Yang menjelaskan tentang penilaian kesehatan
bank. Hal ini penting dilakukan karena tingkat kesehatan bank merupakan tolak ukur bagi
manajemen untuk menilai apakah bank sudah mampu melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan memenuhi semua kewajibannya dengan baik, sesuai peraturan
perbankan yang berlaku. Sistem pelaksanaan penilaian kesehatan bank berdasarkan surat
keputusan direksi Bank Indonesia No. 30/12/kep/DIR/2007 menggunakan metode CAMEL.
CAMEL merupakan penilaian tingkat kesehatan yang didasarkan pada 5 faktor, yaitu Capital,
Assets, Management, Earning, dan Liquidity. Tetapi dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah CAEL.Berdasarkan hasil perhitungan metode Capital, Assets, Earnings, Liquidity, PT.
Bank Harda International Tbk berada pada posisi yang cukup sehat dengan tolak ukur peraturan
BI dan adanya perbandingan dengan perusahaan sejenis (Bank Swasta Nasional Non-Devisa)
Laporan yang digunakan adalah laporan keuangan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia
(IDX) periode 2018.
Kata Kunci : Penilaian Kesehatan Bank, Capital, Asset. Management, Earning, dan Liquidity
Abstract. The government through Bank Indonesia issues SE. BI No. 30/3 / UPPB and SK DIR.
BI No. 30 / KEP / DIR April 30, 2002. Which explains about the bank's health assessment. This
is important because the soundness of the bank is a benchmark for management to assess
whether the bank has been able to carry out normal banking operations and fulfill all its
obligations properly, in accordance with applicable banking regulations. The system for
implementing a bank sound assessment is based on Bank Indonesia board of directors' decision
no. 30/12 / kep / DIR / 2007 using the CAMEL method. CAMEL is an assessment of soundness
based on 5 factors, namely Capital, Assets, Management, Earning, and Liquidity. But in this
study the method used is CAEL. Based on the calculation results of the Capital, Assets,
Earnings, Liquidity, PT method. Bank Harda International Tbk is in a fairly healthy position
with the benchmarks of BI regulations and the existence of comparisons with similar companies
(National Non-Foreign Exchange Private Banks) Reports used are financial statements
contained on the Indonesia Stock Exchange (IDX) 2018 period.

PENDAHULUAN
Sektor perbankan menempati posisi yang sangat penting dalam perekonomian negara,
bertindak sebagai perantara ke semua industri, mulai dari pertanian, konstruksi, tekstil,
manufaktur, dan begitu seterusnya. Dengan demikian industri perbankan berkontribusi langsung
terhadap pendapatan nasional dan pertumbuhannya secara keseluruhan (Dash & Das, 2009) dan
meskipun sektor perbankan adalah tulang punggung ekonomi apa pun dan ini mendapatkan lebih
penting bagi suatu negara (Chandani et al., 2014).
Sektor perbankan memiliki dampak utama pada perekonomian secara keseluruhan,
sehingga evaluasi, analisis, dan pemantauan kinerjanya sangat penting (Dash & Das, 2009).
Secara keseluruhan, pasar keuangan didefinisikan sebagai suatu sistem yang menyatukan pelaku
ekonomi yang membutuhkan dana dan memiliki sumber yang terlalu banyak. Dalam struktur ini,
itu diperlukan bagi pihak ketiga yang disebut sebagai perantara keuangan untuk mengurangi
risiko dan untuk memberikan transfer dana yang efektif (Dincer et al, 2011). Pihak ketiga dalam
artian nasabah harus mempunyai kepercayaan terhadap bank. Kepercayaan masyarakat dapat
ditumbuhkan apabila bank dalam keadaan sehat seperti yang termaktub dalam UU No. 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan Sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 30 (2) :
Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan hanya dapat ditumbuhkan apabila
lembaga perbankan dalam kegiatan usahanya selalu berada dalam keadaan sehat. Oleh karena
itu, dalam rangka memperoleh kebenaran atas laporan yang disampaikan oleh bank, Bank
Indonesia diberi wewenang untuk melakukan pemeriksaan bukubuku dan berkas-berkas yang
ada pada bank. Peningkatan kinerja keuangan akan menyebabkan peningkatan fungsi dan
kegiatan organisasi (Nimalathasan, 2008). Yunus dalam Prasetiantono (2005) berargumen bahwa
setiap individu memang berhak untuk bebas mengejar kepentingan ekonominya, sejauh individu-
individu tersebut memiliki akses yang sama dalam memasuki aktivitas pasar. Kalau akses
ekonomi tidak diperoleh sama, maka ketimpangan sosial yang akan muncul. Sri Suryaningsum
dkk (2015)
Pada tanggal 31 Mei 2004, Bank Indonesia menerbitkan Surat Edaran Bank Indonesia
No. 6/23/DPNP/ Kepada Semua Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Secara
Konvensional di Indonesia Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dimana
dikenalkan beberapa faktor yang mencakup penilaian kesehatan bank, yaitu CAMELS yang
meliputi Capital (Permodalan), Asset Quality (Kualitas Aset), Management (Manajemen),
Earnings (Rentabilitas), Liability/Liquidity (Likuiditas) and Sensitivity (Sensitivitas terhadap
Risiko Pasar). Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian
Kesehatan Bank Umum, seiring dengan semakin kompleksnya usaha dan profil risiko yang dapat
berasal dari bank maupun perusahaan anak bank serta perubahan pendekatan penilaian kondisi
bank yang diterapkan secara Internasional atau dengan kata lain produk dan jasa yang
ditawarkan oleh perbankan, eksposur risiko yang dihadapi oleh bank semakin meningkat, maka
pemerintah melalui Bank Indonesia pada tanggal 5 Januari 2011 menyempurnakan penilaian
tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko meliputi 4 (empat)
faktor yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Earning
(Rentabilitas) dan Capital (Permodalan), namun dalam penelitian ini penilaian faktor Good
Corporate Governance (GCG) dan Risk Profile tidak dianalisis karena menyangkut dengan data
internal atau kerahasiaan bank yang sebagian datanya tidak diperoleh, sehingga faktor yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan empat faktor penilaian kesehatan keuangan yaitu
Capital, Asset Quality, Earnings, dan Liquidity.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Kinerja Keuangan. Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran
dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas
(Jumingan, 2006:239). Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran
tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan,
sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya
digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan (Fahmi, 2011:2).
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan pendekatan rasio-rasi keuangan. Kinerja
Keuangan berguna bagi manajemen dan juga bagi investor, seperti studi Sri Suryaningsum dkk
(2010) The protection of investor rights, particularly outside investors, is important in creating
economic incentives for the development of financial markets (Hart, 1995). More developed
financial markets create greater external financing opportunities for firms because legal systems
protect investors by conferring on them rights to discipline insiders (e.g., to replace managers),
as well as by enforcing contracts designed to limit insiders’ private control benefits (e.g., La
Porta, et al., 1998; Nenova, 2000; Claessens, et al., 2002; Dyck & Zingales, 2002). Thus, legal
systems protecting outside investors reduce insiders’ need to conceal their activities. Apalagi
utjuan perusahaan adalah untuk terus meningkatkan nilai ekonomi, saham, dan deviden agar
semakin menarik. Kinerja keuangan yang berasal dari laporan keuangan diperlukan dalam audit
untuk melihat kewajaran kesahatan perusahaan (Sri Suryaningsum,2017).
Rasio-rasio Keuangan. Menurut Harvarindo (2010:12), rasio adalah satu angka yang
dibandingkan dengan angka lain sebagai suatu hubungan. Jonathan Golin, (2001) berpendapatan
bahwa rasio adalah suatu angka digambarkan dalam suatu pola yang dibandingkan dengan pola
lainnya serta dinyatakan dalam presentase. Sedangkan keuangan adalah sesuatu yang
berhubungan dengan akuntansi seperti pengelolaan keuangan dan laporan keuangan. Jadi rasio
keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya (James c Van Horne dikutip dari Kasmir, 2008:104).
Dalam studi Didi Achjari & Sri Suryaningsum (2011) menyebutkan bahwa O’Connor (1973)
melakukan pengujian asosiasi rasio keuangan sebanyak 31 rasio dengan return saham, dengan
alat analisis metoda stepwise, hasilnya bahwa rasio keuangan yang bermanfaat dalam
memprediksi return di masa mendatang yang berguna bagi semua pihak yang membutuhkan, The
business commitment to act ethically, to operate legally, and to contribute the economical
improvement along has increased quality of life for employees and their families, local
communities, and society. The business commitment to contribute the sustainable economic
development. (Sri Suryaningsum, 2016)
Pengukur Kesahatan Bank. Sesuai dengan keputusan direksi BI No. 30/12/kep/DIR/2007
tentang metode pengukuran kesehatan bank.
1. Capital (Permodalan) dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio
(CAR) yaitu meliputi kecukupan modal dan pengelolaan modal tersebut dibandingkan
dengan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No. 13/24/DPNP tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Margahayu (2017:55) menyatakan bahwa CAR menunjukkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal bank, disamping
memperoleh dana-dana dari sumber luar seperti dana masyarakat, pinjaman dan lain-lain.
2. Asset Quality Aktiva produktif menurut surat keputusan direksi Bank Indonesia
No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 kualitas aktiva produktif adalah
penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat
berharga, penempatan antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontijensi pada
transaksi rekening administratif. Dalam surat keputusan direksi Bank Indonesia
No.30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998 disebutkan bahwa aktiva produktif yang
dinilai kualitasnya meliputi penawaran dana baik dalam rupiah maupun valuta asing,
dalam bentuk kredit dan surat berharga. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif
(KAP) didasarkan pada rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva
produktif. Penilaian kualitas aktiva produktif di tujukan untuk melihat kualitas
penanaman aktiva serta porsi penyisihan untuk menutupi kerugian akibat penghapusan
aktiva produktif. Kemerosotan kualitas dan nilai aktiva merupakan sumber erosi terbesar
bagi modal bank (Siamat, 2004:135).
3. Management Quality penilaian tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen sifatnya
kualitatif, di mana faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kinerja bank akan
dianalisis dengan menggunakan pertanyaan seputar kegiatan manajemen yang mencakup
manajemen umum strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan,
budaya kerja, manajemen risiko, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, dan
lainnya. Semua itu akan bermuara pada kemampuan bank memperoleh laba.
4. Earnings and Efficiency Bank yang sehat dan kinerjanya baik tentu akan dilihat dari
kemampuannya memperoleh pendapatan berupa laba. Semakin besar laba yang diperoleh
menunjukkan bahwa kinerja bank semakin baik dan kondisi keuangannya semakin sehat.
5. Liquidity aspek likuiditas berkaitan dengan kemampuan bank membayar utangnya,
terutama utang jangka pendek. Semakin mampu suatu bank membayar utangnya, maka
semakin likuid bank tersebut. Pada aspek ini, penilaian ditekankan pada rasio kewajiban
bersih terhadap aktiva lancar dan rasio kredit terhadap dana yang diterima bank.

METODE
Tipe Data. Data dalam studi ini merupakan data sekunder yang bersumber dari laporan
keuangan tahunan perusahaan bank dengan jenis kesamaan bank swasta non-devisa nasional
yang sudah go public membuat PT Bank Nationalnobu Tbk, PT Bank Dinar Indonesia Tbk, PT
Bank Artos Indonesia Tbk menjadi perusahaan sejenis yang dapat di komparasikan kinerjanya
dengan PT Bank Harda International Tbk. Dengan periode laporan pada tahun 2018 (Disajikan
dalam jutaan Rupiah)
BBHI ARTO DNAR NOBU
Total kredit pihak Rp 1,501,218 Rp 381,589 Rp 1,198,948 Rp 6,548,959
ketiga bukan bank
Total Aset Rp 2,264,173 Rp 664,673 Rp 2,534,266 Rp 11,793,981
Total dana pihak Rp 1,874,009 Rp 482,563 Rp 1,663,891 Rp 6,457,734
ketiga
Total Kewajiban Rp 1,927,690 Rp 549,114 Rp 2,068,206 Rp 10,379,604
Total Modal Rp 336,482 Rp 115,559 Rp 474,060 Rp 1,414,377
Pendapatan Rp 222,339 Rp 67,456 Rp 200,388 Rp 747,203
Bunga
Beban Bunga Rp 120,624 Rp 39,955 Rp 118,250 Rp 315,463
EBT Rp 120,795 -Rp 18,352 Rp 19,226 Rp 43,444
Total Kredit Rp 1,532,272 Rp 392,855 Rp 1,246,702 Rp 6,548,959
Total yang tidak Rp 28,853 Rp 9,094 Rp 8,015 Rp 64,532
tertagih

1. Perhitungan Analisis Rasio dengan Metode CAEL


a. Capital. CAR menunjukkan tingkat kecukupan modal yang dimiliki bank
Cash Adequacy Ratio (CAR) = Total Modal / ATMR

b. Asset Quality. Non Performing Loan Net merupakan perbandingan kredit yang tidak dapat
dikembalikan oleh debitur alias kredit macet, dengan total kredit yang disalurkan bank ke
masyarakat.
NPL Net : Kredit Macet / Total Kredit
c. Earning and Efficiency. Penilaian ini menunujukkan sejauh mana bank dapat menghasilkan
profit
BOPO = Beban Bunga / Pendapatan Bunga
ROA = Laba Bersih sebelum Pajak / Total Aset
ROE = Laba Bersih sebelum Pajak / Total Modal
d. Liquidity. berkaitan dengan kemampuan bank membayar utangnya, terutama utang jangka
pendek.
Loan to Deposit Ratio = Total Kredit Pihak Ketiga bukan Bank/Total Dana Pihak Ketiga
2. Analisis Perbandingan Dalam penelitian ini menggunakan analisis perbandingan, karena
angkaangka rasio yang berdiri sendiri mempunyai arti yang kecil. Untuk menentukan
baik atau tidak baiknya maka digunakan angka pembanding. Angka pembanding bisa
menggunakan angka-angka dari perusahaan lain yang sejenis,yang diringkaskan kedalam
rata-rata industri dan sesuai dengan peraturan BI.

HASIL DAN DISKUSI


1. Perhitungan Rasio Menggunakan Metode CAEL
Keterangan BBHI ARTO DNAR NOBU
Capital Capital 14.86% 17.39% 18.71% 11.99%
Adequacy
Ratio
Asset Quality NPL Net 1.88% 2.31% 0.64% 0.99%
Earning & BOPO 54.25% 59.23% 59.01% 42.22%
Efficiency
ROA 5.34% -2.76% 0.76% 0.37%
ROE 35.90% -15.88% 4.06% 3.07%
Liquidity Loan to 80.11% 79.08% 72.06% 101.41%
Deposit Ratio

2. Perbandingan PT Bank Harda International Tbk dengan Indikator BI dan Rerata Industri
Sejenis
Keterangan BBHI Rata-Rata Industri Indikator Penilaian
Sejenis
Capital Adequacy 14.86% 15.74% Ketentuan BI Baik
Ratio diatas 8%
NPL Net 1.88% 1.46% Ketentuan BI Baik
dibawah 5%
BOPO 54.25% 53.68% Semakin kecil Kurang Baik
cenderung baik
ROA 5.34% 0.93% Semakin tinggi Baik
semakin baik
ROE 35.90% 6.79% Semakin tinggi Baik
semakin baik
Loan to Deposit 80.11% 83.16% Kisaran 78% - 92% Baik
Ratio

Tabel diatas telah menunjukkan kinerja keuangan PT Bank Harda International Tbk yang
di bandingkan dengan rata-rata industri sejenis yaitu, PT Bank Nationalnobu Tbk, PT Bank
Dinar Indonesia Tbk, PT Bank Artos Indonesia Tbk.
Yang pertama dari metode Capital, Cash Adecuacy Ratio (CAR) sebesar 14.86%. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya sebesar 15.74%, dapat dikatakan bahwa kesehatan
dalam permodalan di Bank Harda Internartional kurang baik, namun PT Bank Harda
International telah memenuhi syarat BI dengan CAR lebih dari 8%..
Yang kedua dari metode Asset Quality, Non Performance loan sebesar 1.88%. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya sebesar 1.46%, dapat dikatakan bahwa kredit macet
pada PT Bank Harda International Tbk lebih banyak dibanding rata-rata industri sejenis, namun
PT Bank Harda International telah memenuhi syarat BI dalam batas wajar dengan NPL Net tidak
lebih dari 5%, jadi masih dapat dikatakan baik.
Yang ketiga dari metode Earning & Efficiency, BOPO sebesar 54.25%. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya sebesar 53.68%, dengan indikator semakin kecil
semakin baik yang menunjukkan bahwa pendapatan bunga yang didapatkan bank semakin besar
dibandingkan pengeluarannya, dapat dikatakan bahwa BOPO pada PT Bank Harda International
Tbk lebih tinggi dibanding rata-rata industri sejenis, sehingga dapat dikatakan kurang baik.
Perhitungan Earning & Efficiency selanjutnya adalah ROA & ROE, kemampuan
menghasilkan laba dari modal dan aset yang telah diinvestasikan sangat baik dan berada posisi
sangat tinggi dibanding dengan rerata bank sejenis.
Yang Terakhir dari metode Liquidity, Loan to Deposit Ratio menunjukkan kemampuan
untuk membyar hutang jangka pendek lebih rendah dibanding rerata bank sejenis, namun
indikator BI menyatakan bahwa LDR berkisar antara 78%-92%, sehingga LDR PT Bank Harda
International dapat dikatakan baik.

KESIMPULAN
Dalam studi Sri Suryaningsum (2011) tertulis bahwa Menurut Chen dan Shimerda (1981)
model analisis rasio keuangan mempunyai peran penting dalam evaluasi kinerja keuangan serta
dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun tidak sehat.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kinerja keungan pada PT Bank Harda International Tbk dapat
dikatakan cukup sehat apabila di bandingkan dengan tiga perusahaan kompetitor PT Bank Harda
International Tbk yakni Bank Swasta Nasional Non- Devisa yang sudah go public yaitu, PT
Bank Nationalnobu Tbk, PT Bank Dinar Indonesia Tbk, PT Bank Artos Indonesia Tbk. Namun
PT Bank Harda International Tbk masih dalam batas wajar regulasi Bnak Indonesia sehingga
dapat dikatakan baik dan sehat.
Perencanaan untuk PT Bank Harda International Tbk ke depannya adalah :
1. Menganalisis calon debitur dengan lebih cermat agar mengurangi kredit macet
2. Meningkatkan program kredit dan program menabug agar semakin banyak nasabah dan
meningkatkan pendapatan bunga bank
3 Inovasi program kredit dan tabungan yang menarik (akese perbankan kepada rakyat miskin),
sesuai dengan penelitian Sri Suryaningsum dkk (2015)

DAFTAR PUSTAKA

Candra Sari, Ratna, Sony Warsono, and Sri Suryaningsum. "Does investor protection affect the
choice of earnings management methods through real activity manipulation and accrual
manipulation? Asian comparison." Journal of Modern Accounting and Auditing 6.6 (2010): 1-13.
Achjari, Didi, and Sri Suryaningsum. "KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TEKNOLOGI
DAN TELEKOMUNIKASI: KOMPARASI EMPIRIS ANTARA NEGARA-NEGARA
ASEAN." Jurnal Akuntansi dan Auditin Indonesia 17.2 (2008): 79-98.
Suryaningsum, Sri, Irhas Effendy, and R. Hendry Gusaptono. "AKSES KEUANGAN UNTUK
KELOMPOK WARGA MISKIN= FINANCE ACCES FOR ACHIEVING WHEALTINES OF
DESTITUDE GROUP OF PEOPLE." AKSES KEUANGAN UNTUK KELOMPOK WARGA
MISKIN (2015)
Suryaningsum, Sri. "AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN." AUDIT
REPORT LAG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN: 1-16.
Sujatmika, Sujatmika, and Sri Suryaningsum. "Tipe Kepemilikan Dan Harga Saham PT Bukit
Asam." Bulletin Ekonomi 11.2 (2013).
Suryaningsum, Sri, and Jogiyanto Hartono. "EVIDENCE OF A SHIFT IN THE ACRUAL
EARNINGS MANAGEMENT AT ASIAN COUNTRIES." " International Conference On
Social Scince and Technology Engineering (ICSSTE) 2016. 2015.
Suryaningsum, Sri, et al. "The Influence of Banking Corporate Social Responsibility (CSR)
Through Financial Performance." Jurnal Keuangan dan Perbankan 20.3 (2014): 468-478.
Sunaryo, Kunti. "Analisis Pengaruh Return on Asset, BOPO, dan Suku Bunga terhadap Tingkat
Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah." Jurnal Ekonomi dan Bisnis 11.01
(2012).
Opez, J.A. (1999), Using Camels Ratings to Monitor Bank Conditions. FRBSF Economic Letter.
San Francisco: Federal Reserve Bank.

Anda mungkin juga menyukai