Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LIMFOMA NON-HODGKIN

A. Pengertian
Limfoma nin-hodgkin (NHL) pada anak adalah penyakit klonal yang muncul secara primer dari
prekursor sel-T awal pada sel B relatif matur. NHL anak tidak seperti NHL pada orang dewasa,
hampir selalu dari histopipe tingkat tinggi yang difus. Keganasan ini juga kurang lazim pada
anak dan terutama ekstra nodal, berbeda dengan orang dewasa yang terutama menyerang
kelenjar getah bening.
B. Etiologi
Terdapat peningkatan insiden NHL pada anak dengan status imunodefisiensi primer atau
sekunder, termasuk ataksia telangiectasia, sindrom Wiscott-Aldrich, berbegai penyakit defisiensi
imun yang lazim, sindrom defisiensi imun campuran yang berat (severe combined immune
deficiency syndrome), sindrom limfoproliferasi terkait-X (XLP), dan resipien transplan.
C. Manifestasi klinis
 Penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan
 Demam 38 derajat C >1 minggu tanpa sebab yang jelas
 Keringat malam banyak
 Cepat lelah
 Penurunan nafsu makan
 Pembesaran kelenjar getah bening yang terlibat
 Dapat pula ditemukan adanya benjolan yang tdak nyeri di leher,ketiak atau pangkal paha
(terutama bila berukuran di atas 2 cm); atau sesak napas akibat pembesaran kelenjar
getah bening mediastnum maupun splenomegali.
D. Patofisiologi
LNH masa kanak-kanak, berbeda dengan pada orang dewasa, biasanya difus, ekstranodal, tumor
stadium tinggi. Untuk menghindari kerancuan yang timbul karena bagan klasifikasi yang
bermacam macam, national cancer institute mengembangkan sistem histologk, yang
mendefinisikan tiga subtype primer dari LNH stadium tinggi: sel kecil noncelah, limfoblastik, dan
sel besar.
LNH sel kecil noncelah adalah tumor sel B yang mengeksrkresikan immunoglobulin permukaan
dan mengandung satu atau lebih translokasi kromosom yang khas, masing masing melibatkan satu
gen imunoglobulin .
E. Pemeriksaan Diagnostik
Biospi diagnostik adalah penting pada setiap anak yang dicurigai menderita NHL. Biospi eksisi
atau aspirasi jarum halus cukup untuk mengevaluasi saat kelenjar getah bening periver yang
terisolasi. Massa mediastrium dievaluasi dengan mediastinoskopi atau torakotomi kecuali terdapat
cairan pleura, pada kasus seperti ini torakosentesis atau analisa sitology biasanya dapar
menegakkan diagnosis. Stadium penyakit mencerminkan luas dan volume tumor dan juga penting
untuk menetukan strategi pengobatan.
F. Penatalaksanaan Medis
Sampai dengan tahun 1970, NHL pada anak dianggap tidak dapat disembuhkan. Dengan
perkembangn kemoterapi multigen yang intensif berdasarkan hasil pemeriksaan histologi,
sekarang sebagian besar anak dapat disembuhkan. Upaya awal dalam pengobatan anak yang
menderita NHL dengan kemoterapi hasilnya mengecewakan.
Karena angka kesembuhan yang sangat baik untuk anak dengan penyakit stadium terbatas,
uji klinis sekarang telah memfokuskan pasa penurunan morbiditas terapi. Suatu studi pada Rumah
Sakit Anak St. Jude memperlihatkan bahwa intensitas terapi dapat dikurangi (misal, pengurangan
dosis obat, durasi terapi yang diperpendek, dan eliminasi profilaksis SSP kecuali pada anak-anak
dengan kelainan primer di kepala dan leher) tanpa mempengaruhi kesembuhan.
Untuk penyakit yang telah lanjut, uji dengan menggabungkan kemoterapi dasar-histologi dan
profilaksis SSP yang adekuat tetap mmfokuskan pada perbaikan angka kesembuhan. Pengobatan
yang paling efektif untuk limfoma limfoblastik diperoleh dari regimen multigen intensif yang
pertama digunakan untuk mengobati ALL. Lamanya terapi berkisar 1-3 tahun. Umtuk NHL yang
kecil, tidak mmbelah, agen alkilasi (misal, siklofosfamid) termasuk di dalam semua regimen
pengobatan yang efektif. Tetapi bersifat intensif dan berlangsung selama 2-12 bulan. Regimen
pengobatan yang paling efektif untuk NHL sek besar biasanya mengandung cyclophospamide,
adriamisin (hydroxydaunorubicin), vankristin (oncovin), dan prednisode (yaitu CHOP) dan
diberikan selama 12 bulan.
G. Prognosis
Anak dengan NHL dapat memperlihatkan atau menderita komplikasi yang serius. Pada limfoma
limfoblastik, adanya massa mediastinum yang besar dapat menyebabkan gangguan pernapasan,
temponade jantug, atau perdarahan dari pembuluh darah mediastinum yang terbendung. Setelah
pasien stabil,kemoterapi harus dimulai secepatnya. Peranan radiasi adjuvant dosis rendah pada
keadaan ini masih kontroversial.
Asam urat yang menyebabkan neuripati relative lazim, terutama pada pasien dengan tumor
yang tumbuhnya cepat(misal, tumor Burkitt). Kemoterapi dapat memperburuk masalah ini dengan
menimbulkan sindrom lisis tumor (lepasnya asam urat, kalium dan fosfat). Keadaan ini ditangani
dengan hidrasi yang besar (3-4L/m2/hari), diuresis dengan mannitol dan furosemide, dan
pemberian allopurinol. Dialisis mungkin diperlukan pada beberapa kasus.
Infeksi oportunistk dapat mempersulit keadaan pasien yang menerima kemoterapi. Demam,
yang berhubungan dengan neutropenia(hitung netrifil absolut<500/mL), menyatakan suatu
kegawatan medis, dan antibiotika specimen luas empiris harus dimulai segera setelah
mendapatkan specimen kultur.
Sekitar 80% anak engan NHL dapat disembuhkan dengan terapi modern. Pada stadium
penyakit yang terbatas, dapat diharpkan angka kelangsungan hidup 2 tahun bebas tumor sekitar
90%. Kemajuan baru-baru ini dalam pengobatan NHL stadium lanjut, sel kecil, tidak membelah
telah dilaporkan oleh French Society of Pediatric Oncology, dengan angka daya tahan hidup bebas
penyakit selama 2 tahun terjadi pada 90% pasien yang tidak mengalami penyakit sistem syaraf
pusat dan 70% bagi mereka yang mengalami penyakit sistem syaraf pusat.
H. Komplikasi
 Hiperurisema
 Hiperkalemia
 Hiperfosfatemia
 Hipolaksemia

2.2 LIMFOMA HODGKIN


A. Pengertian

Penyakit hodgkin timbul dalam suatu kelenjer getah bening tunggak atau daerah kelenjer getah
bening. Penyakit ini merupakan suatu keganasan limgoid yang pada pemulaan berkembang dengan
meluas ke daerah kelejer getah bening yang berdekatan. Bila tidak diobati , bila tidak diobati penyakit
ini dapat menyebar mengenai setiap organ dalam tubuh pasien, terutama limpa, hati ,paru ,tulang
,dan sumsum tulang secara khas, tanda pertama penyakit hodgkin adalah pembesaran kelenjer getah
bening yang progresif dan tidak nyeri. Tanda dan gejala lainnya bergantung pada lokasi kelenjer
getah bening yang terkena , dan bila membesar bila membesar dapat menekan jaringan lokal.

Penyakit hodgkin merupakan penyakit neoplastik yang berasal dari sistem limfoid dan terutama
melibatkan kelenjar getah bening. Penyakit ini diperkirakan bermatastasis ke lokasi non-nobal atau
ekstralimfatik, terutama limfa, hati, sumsung tulang, dan paru, walaupun tidak ada satu pun
jaringan yang terbebas dari penyakit ini.

B. Etiologi

Menginfestasikan klinis tertentu dan abnormalitas laboratorium penyakit hodgkin memberi


kesan suatu proses inflamasi,analisis kromosom pada kelenjer yang terkena memperlihatkan suatu
euploidi, yang memastikan itu adalah suatu keganasan. Penyakit hodgkin terjadi dengan frekuensi
yang tinggi pada pasien dengan eritematosus, rematoid,atritis, dan sindrom diferensiasi imun yang
didapat (AIDS), dan kadang dihubungkan dengan infeksi sekarang atau terpencil dengan virus
Epstein barr imononucleosis infeksional

C. Manifestasi klinis

Lokasi nodus primer pada penyakit hodgkin adalah atas diafragma. Penyakit dideteksi lebih dini
pada daerah servikal, supfraklavikula, aksila, dan inguinal. Anak remaja biasanya menderita
penyakit hodgkin jenis sclerosis nodular (85%) dengan keterlibatan servikal ,supraklavikula, atau
mediastinal. Banyak yang memiliki “bull neck”. Nyeri abdomen yang tidak jelas pada anak yang
lebih muda dapat disebabkan oleh pembesaran kelenjer getah bening retriperitoneal. Tumor ini
dapat meluas di sepanjang foramona saraf sampai menekan medulla spinalisn, menimbulkan para-
atau quadraparesis.

Ciri klinis penyakit hodgkin

 Adenopati yang pembesarannya lambat, tidak nyeri


 Jarang pada anak yang berusia kurang dari 10 tahun
 Remaja biasanya mengenai servikal, supraklavikula, atau mediastinal, suklerosis nodular
 Hanya sepertiga pasien yang menderita demam atau penurunan berat badan
 Penentuan stadium penting dalam perencanaan terapi
 Perspirasi berlebihan dimalam hari hingga tubuh jadi basah kuyup
 Mual dan pruritus
 Gangguan rasa nyaman pada perut

D. Prognosis

Penyakit hodgkin tidak dapat lagi dianggap suatu penyakit yang selalu fatal tanpa
memperlihatkan luasnya penyakit. Jika kita pertimbangkan semua stadium klinis dan tipe histologi,
kira kira 90% pasien bertahan hidup 5 tahun atau lebih dari 70 sampai 80% bertahan hidup selama
10 tahun atau lebih.

E. Pemeriksaan diagnostik

Pada penyakit hodgkin yang terlokalisir, hitung darah normalnya. Dengan berkembangnya
penyakit (tetapi tidak perlu melibatkan susmsum tulang dan tumor), sering timbul leukolitas
polimorfonulkeus, anemia hipokromik mikrostik, dan trombositos, demikian juga dengan limfoma
absolut. Abnormalitas non spesik yang banyak menyatakan suatu respon inflamsi umum. Hal ini
meliputi meningkatnya kadar imunoglobulin plasma,besi,seng,tembaga,dan transpor protein dan
meningkatnya laju endap darah. Laju endap darah dapat menjadi Indikator aktivitas penyakit yang
baik bia diukur secara serial

F. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi
Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor
keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan pengobatan
awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati yang bukan
merupakan ancaman.

2. Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat
disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada pasien
yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang
besar harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini dapat
bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis.Pada pasien
dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran seluruh tubuh
dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan khemoterapi.

3. Khemoterapi

Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten yang dapat
memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma maligna keganasan tingkat rendah yang

membutuhkan terapikarenapenyakittingkatlanjut.

Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga dapat
digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan stadiumn
G. Komplikasi

Penyakit Hodgkin dapat menyerang sistem syaraf dan menyebabkan lesi di mediastinum yang
dapat mengakibatkan sindrom vena cava superior. infeksi herper zooster sering menyerang
penderita penyakit hodgkin ini (Soeparman Sarwono, 1994: 275). Sindrom Vena cava superior
adalah sekumpulan gejala akibat pelebaran pembuluh darah vena yang membawa darah dari
bagian tubuh atas menuju ke jantung, Penghambatan aliran darah ini (oklusis) melewati vena ini
dapat menyebabkan sindrom vena cava superior (SVCS). Penderita biasanya mengeluh sesak nafas
bila berbaring, dirasanya leher dan muka serta dada bagian atas membengkak, kadang-kadang juga
lengan atas. Pada pemeriksaan selain edema dari bagian-bagian tersebut, juga
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliaraan kesehatan
 Riwayat terpapar virus Epstain Barr
 Riwayat penyakit sebelumnya
 Riwayat pemakaian obat immunosupresif dalam jangka waktu lama
2. Pola nutrisi metabolik
 Demam berkepanjangan dengan suhu >380C
 Sering keringat malam
 Anoreksia
 Mual dan muntah
3. Pola aktivitas dan latihan
 Cepat merasa lelah
 Badan lemah
 Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak,
atau pangkal paha
 Cyanosis
4. Pola persepsi kognitif
 Mengeluh nyeri pada benjolan

B. Diagnosis Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder
terhadap inflamasi
2. Nyeri berhubungan dengan interupsi saraf
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan debgab
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolik, dan
menurunnya absorbsi zat gizi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi dan kelelahan
5. Andietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,
prognosis, pengobatan dan perawatan
C. Rencana Keperawatan dan Evaluasi
1. Diagnosa keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya
termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
 Tujuan : suhu badan kembali normal
 Intervensi keperawatan/ rasional:
 Observasi suhu tubuh pasien, dengan memantau suhu
diharapkan diketahui keadaan sehingga dapat mengambil
tindakan yan tepat
 Anjurkan dan berikan banyak minum (sesuai kebutuhan cairan
anak menurut umur),dengan banyak minum diharapkan dapat
membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh
 Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan
paha, kompres dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien
secara konduksi
 Anjurkan untuk memakaikan pasien pakaian tipis, longgar dan
mudah menyerap keringat, dengan pakaian tersebut diharapkan
dapat mencegah evaporasi sehingga cairan tubuh menjadi
seimbang
 Kolaborasi dalam pemberian antiseptik, antipiretik akan
menghambat pelepasan panas oleh hipotalamus
 Hasil yang diharapkan
 Suhu 36-370C
 Acral hangat
 Capillary refill<3 detik
2. Diagnosa keperawatan : Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
 Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang
 Intervensi keperwatan/rasional:
 Tentkan karateristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat
verbal dan non verbal setiap 6jam untuk mentukan tindak
lanjut intervesi
 Pantau TD, nadi dan pernapasan tiap 6jam , nyeri dapat
menyebabkan gelisah serta tekanan darah , nadi dan
pernapasan meningkat
 Terapkan teknik distraksi untuk mengalihkan perhatian dan
rasa nyeri
 Ajarkan teknik relaksasi dan sarankan unyuk mengulangi
bila merasa nyeri karena relaksasi mengurangi ketegangan
otot-otot sehingga mengurangi penekanan dan nyeri
 Kolaborasi dalam pemberian analgetika karena analgetika
akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan
penghilangan nyeri
 Hasil yang didapatkan
 Intensitas nyeri 2-3
 Tidak tampak meringis
 Nadi 60-100x/menit
 Pernapasan 12-24x/menit
 TD 120/80mmHg
3. Diagnosa keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan
metabolik, dan menurunnya absorbsi gizi
 Tujuan : nutrisi terpenuhi secara adekuat
 Intervens keperawatan/rasional:
 Beri mkan dalam porsi kecil tapi sering, memberikan
kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total
 Timbang BB sesuai indikasi berguna untuk menentukan
kebutuhan kalori, evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
 Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi dapat
meningkatkan keinginan pasien untuk makan sehingga
kebutuhan kalori terpenuhi
 Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan, suasana
yangnyaman membantu pasien untuk meningkatkan
keinginan untuk makan
 Beri pendidikan kesehatan tentang manfaat asupan nutrisi,
makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk tubuh dan
dapat membantu proses penyembuhan dan meningkatkan
daya tahan tubuh.
 Hasil yang diharapkan:
 Makanan yang disediakan habis
 BB naik minimal 0,5kg/minggu
 Hb 10-12gr/dL
4. Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan
 Tujuan : cemas berkurang sampai hilang
 Intervensi keperawatan/rasional:
 Kaji dan pantau ansietas yang terjadi, ketakutan dapat terjadi
karena kurangnya informasi tentang proseduryang akan
dilakukan, tidak tahu tentang penyakit dan keadaannya
 Jelaskan prosedur tindakan secara sederhana sesuai tingkat
pemahaman pasien, memberikan informasi kepada pasien
tentang prosedur tindakan akan meningkatkan pemahaman
pasien tentang tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
masalahnya
 Diskusikan ketegangan dan harapan pasien untuk
mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
 Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansietas
untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
 Hasil yang diharapkan
 Tampak rileks dan tenang
 TTV terutama nadi dan pernapasan dalam keadaan normal

Anda mungkin juga menyukai