NIM : 1711311029
KASUS NEOROLOGI 1
Learning outcome:
Seorang laki-laki usia 53 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri kepala.
nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan frekuensi tidak
tentu setiap hari, nyeri dirasakan diseluruh kepala dengan skala 2 – 4 dalam skala
nyeri 0 – 10. Pemeriksaan fisik didapatkan data tidak sesak, tidak ada penggunaan
otot bantu napas, terpasang kanule terapi oksigen 3 lt/m, Lubang hidung sebelah
kanan terpasang Nasogastrictube (NGT). Taktil fremitus normal, RR : 18 x / menit:
Suara napas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada rhonki.
Kesadaran somnolen, GCS E2M5V4, kaku kuduk didapatkan pada pasien,
laseg
>70/>70, Kernig >135/>135, Pemeriksaan reflek fisiologis biseps +2/+2. Trisep
+2/+2, patella
+2/+3 dan achilles +2/+2. reflek patologis babinsky negatif. Kesan hemiparese
ektremitas kanan 3333/3333 dan ekstremitas kiri 5555/ 5555. Palpasi: CRT < 2
detik, Nadi : 58 x / menit, nadi teraba kuat dan reguler, TD = 160/100 mmHg,
riwayat Tuberkulosis (TB) sejak 2 bulan yang lalu.
Hasil AGD: pH 7,455, PCO2: 42,7, PO2: 170,1, HCO3: 30,2, sat O2: 99,6, BE: 6,3.
Penugasan :
Learning outcome:
Seorang laki-laki usia 48 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri pada
benjolan di kepala sebelah kanan. Nyerinya terasa seperti berdenyut-denyut, dan
tidak menyebar. Skala nyeri klien 4 dari rentang skala 1-10 itu dilihat dari ekspresi.
Keluarga klien mengatakan klien terkadang tampak sesak ringan disertai batuk
berdahak pada malam hari, juga terdapat luka di punggung bawah. Pemeriksaan
fisik didapatkan data bentuk kepala asimetris, terdapat benjolan di sebelah kanan
(termporal) dengan panjang ± 12cm, lebar 4 cm, dan ketebalan ±2cm, berwarna
merah kehitaman dan mengkilat bgian tengah benjolan, ada nyeri tekan pada
benjolan, tampak luka post operasi (kraniotomi), wajah klien tampak pucat,
meringis dan sering memegang benjolan di kepalanya, adanya kaku kuduk. Taktil
fremitus normal, RR : 17 x / menit: Suara napas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan, tidak ada rhonki. Kesadaran somnolen, GCS E3M5V3, , Pemeriksaan
reflek fisiologis biseps +2/+2. Trisep +2/+2, patella +2/+3 dan achilles
+2/+2. reflek patologis babinsky negatif. Kesan hemiparese ektremitas kanan
3333/3333 dan ekstremitas kiri 3333/ 3333. Palpasi: CRT < 2 detik, Nadi : 70 x /
menit, nadi teraba kuat dan reguler, TD = 150/90 mmHg, T: 36 °C.Hasil patologi
anatomi menunjukkan bahwa klien menderita meningioma grade III.
Penugasan :
Metastasis
Metastasis sebuah kanker primer, misalnya kanker payudara atau kanker paru,
didahului oleh masuknya sel kanker ke dalam vaskular atau saluran limfe. Hanya
sekitar 0,01% sel kanker yang dapat mencapai sirkulasi darah dan melakukan
metastasis.
Sel kanker masuk ke jantung sisi kanan melalui sirkulasi vena. Sel kanker tersebut
diteruskan melalui arteri pulmonalis ke kapiler paru. Di paru, sel-sel tersebut dapat
bermetastasis atau kembali lagi ke sisi kiri jantung dan masuk ke sirkulasi arteri
untuk mencapai sirkulasi otak. Tumor pada awalnya akan dorman dalam sistem saraf
pusat, namun setelah beberapa waktu, tumor akan bertumbuh dan melakukan invasi
bila jaringan mendukung.[10]
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak teratur) dan sesak
napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi dan kompresi
medulla oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien normal, tidak
menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas, dan biasanya
memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar oksigen 2 LPM.
2. Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Selain itu
terjadi ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan bradikardi. Klien
tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat, nadi
bradikardi.
3. Persyarafan B3 (Brain)
a. Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman
atau diplopia.
b. Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
1) Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
2) Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
3) GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang
angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
Berdasarkan Fokal
Tumor Lobus Frontalis
a. Gangguan keperibadian dan mental seperti apatis,kesukaran
dalam pandangan ke depan, regresi dalam tingkah laku social
b. Graps refleks (reflek memegang)
c. Spasme tonik pada jari-jari kaki atau tangan
d. Kejang fokal atau wajah
e. Todd’s paralisis
f. Afasia motorik
g. Jika terjadi di traktus kortikospinalis :hemiparesis sampai
hemiplegia kontralateral lesi
h. Sindrom foster kennedy
Tumor lobus temporalis
a. Kajang parsiil
b. Movement motoric automatic
c. Nyeri epigastrium
d. Perasaan fluttering di epigastrik atau toraks
e. Dejavu
Tumor lobus parietalis
a. Astereognosis
b. Antopognosis
c. Hemianestesia
d. Tidak dapat membedakan kanan taua kiri
e. Loss of body image
Tumor lobus oksipitalis
a. Gangguan yojana penglihatan
b. Nyeri kepala di daerah oksipital
c. Hemianopsia homonym
Tumor Serebellum
a. Nyeroi kepala, muntah ban pupil edema
b. Ganguan gait dan gangguan koordinasi
c. Bila berjalan kan jatuh ke sisi lesi
d. Ataksia, tremor, nistagmus hipotonia
Tumor daerah thalamus
a. Refleks babinsky positif, hemiparesis, hiperrefleks
b. Tekanan intracranial yang tinggi
c. Lama kelamaan bisa menjadi hidrosefalus
Tumor daerah pineal/epifise
a. Tanda perinaud fenomena bell
b. Fenomena puppenkoft
c. Pupil argyl Robertson
d. Pubertas prekoks
e. Diabetes insipidus
Tumor batang otak
a. Kesadaran menurun
b. Gangguan N III
c. Sindrom webber
d. Sindrom benedict
e. Sindrom claude
Tumor sudut sereblo pontin
a. Gangguan pendengaran
b. Vertigo
Berdasarkan PTIK
Nyeri kepala,kejang, gangguan mental, pembesaran kepala,
papiledema, sensasi abnormal di kepala, false localizing sign
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat kelamin
normal, uretra normal, produksi urin normal
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial sehingga
menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah ini biasanya
akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien. Kondisi mulut
bersih dan mukosa lembab
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan.Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh kelelahan.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Laboraturium
Terutama untuk melihat keadaan umum pasien dan kesiapannya untuk terapi
yang akan dijalani (bedah, radiasi, ataupun kemoterapi), yaitu :
- Darah lengkap
- Hemostatis
- LDH
- Fungsi hati, ginjal, gula darah
- Serologi hepatisis B dan C
- Elektrolit lengkap
- Pemeriksaan Radiologis
- CT scan dengan kontras
- MRI dengan kontras, MRI, DWI
- PET CT (atas indikasi)
Pemeriksaan radiologi standar adalah CT scan dan MRI dengan kontras. CT
scan berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal penegakan diagnosis
dan sangat baik untuk melihat klasifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak.
MRI dapat melihat gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk
tumor infratentorial, namun mampu mempunyai keterbatasan dalam hal menilai
klasifikasi. Pemeriksaan fungsional MRI seperti MRS sangat baik untuk menentukan
daerah nekrosis dengan tumor yang masih viabel sehingga baik digunakan sebagai
penuntun biopsy untuk mrnyingkirkan diagnosis banding, demikian juga pemeriksaan
DWI.
Pemeriksaan positron emission tomography (PET) dapat berguna pascaterapi untuk
membedakan antara tumor yang rekuten dan jaringan nekrosis akibat radiasi.
Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dapat dilakukan pemeriksaan sitologi dan flowcytometry untuk menegakkan
diagnosis limfoma pada susunan saraf pusat atau kecurigaan metastis leptomeningeal
atau penyebaran kraniospinal, seperti ependimoma.
KASUS NEOROLOGI 3
Learning outcome:
Mahasiswa mampu intervensi keperawatan sesuai dengan scenario kasus yang ada.
Seorang perempuan berusia 58 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan tiba-tiba
penurunan kesadaran. Hasil pengkajian kesadaran stupor dengan GCS 9, reflek pupil
lambat, kesan hemiparesi Dextra. . Pasien tidak sesak, tidak ada penggunaan otot
bantu napas, terpasang kanule terapi oksigen 3 lt/m, Lubang hidung sebelah kanan
terpasang Nasogastrictube (NGT) karena mengalami kesulitan menelan. Taktil
fremitus normal, RR : 18 x / menit: Suara napas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan, tidak ada rhonki. Nervus kranial I – VII tidak ada masalah, namun terdapat
beberapa masalah pada Nervus VIII – XII seperti fungsi keseimbangan dan
menurunnya kemampuan menelan. Reflek fisiologis (+) kecuali achiles dan patella
untuk ektremitas kanan bawah. Reflek patologis Babinski +/+. Kesan hemiparese
ektremitas kanan 3333/3333 dan ekstremitas kiri 5555/ 5555.
Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi yang lama, ± 5 tahun yang lalu klien
mengalami stroke pertama dan sempat dirawat selama ± 1 bulan di RS.Pertamina.
Sejak mengalami stroke pertamanya klien berjalan pincang.
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan TD; 190/100 mmHg, N: 100kali/ menit, SaO2 :
98%, Suhu : 38,4o C.
Hasil CT Scan menunjukkan subarachnoid haemorrhage
(A) Pendarahan terlihat di sulci (1), indicating SAH. The frontal (2) dan
occipital (3) horns di ventricles berdilatasi, (4). Terdapat pendarahan Di
intraventricular
(B) pendarahan di sylvian fissure kanan (7) dan interpeduncular cistern
Pemeriksaan diagnostik lain (EKG): Irama regular, HR 55 x/mnt. Gel P, QRS, P-R,
Segmen ST dalam batas normal. Axis jantung +80 derajat. Tidak terdapat iskemik /
infark dan tanda-tanda gangguan elektrolit. Kesimpulan : Sinus Bradikardi. Hasil
pemeriksaan laboratorium Lab: -
Fibrinogen : 450 mg/dl, Kolesterol Total : 245 mg/dl, Kolesterol HDL : 27 mg/dl,
Kolesterol LDL
: 189,4 mg/dl, Trigliserida : 143 mg/dl .
Penugasan :