SISTEM DISTRIBUSI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga Makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi.
Dan harapan kami semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi Makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam Makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
Latar Belakang....................................................................................................................
Tujuan penulisan...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
Kesimpulan.........................................................................................................................
Saran.....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Area Cengkareng memiliki 905 gardu distribusi yang berfungsi untuk memasok tegangan
listrik ke pelanggan. Dari 905 gardu distribusi tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
listrik pelanggan dengan kontinuitas yang terus menerus. Namun begitu kontinuitas pasokan listrik
ke pelanggan masih sering terganggu, terutama pada jaringan tegangan rendahnya. Dari realisasi
2011 tercatat 9378 kali gangguan terjadi pada segmen dari Rak-TR, JTR, hingga SR-APP.
Berdasarkan data dari aplikasi MGT lalu mengolahnya berdasarkan penjelasan kode gangguan
pada SE DIR No. 031.E/471/DIR/1993 diperoleh pengelompokan gangguan yang akan digunakan
untuk melakukan analisa pada makalah ini.
Tujuan Penulisan
1. Melatih mahasiswa untuk mengembangkan ide dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan
dan kreatifitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang sistem
distribusi.
BAB II
PEMBAHASAN
Analisa ini dilakukan dengan berdasarkan data yang diperoleh dari aplikasi MGT dan
mengelompokkannya berdasarkan kode gangguan. Dari data tersebut dilakukan analisa berdasarkan
jenis gangguan, waktu dan lokasi gangguan, sehingga dari analisa data tersebut dapat diperoleh
solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Setelah solusi diperoleh kemudian akan disusun
action plan yang harus dilakukan agar gangguan tegangan rendah dapat diminimalisir. Selain action
plan akan disusun juga time line yang harus diikuti agar program dapat dilakukan dengan lebih
terarah. Dari action plan yang telah disusun, akan dibuatkan rencana anggaran biaya (RAB) untuk
program penurunan gangguan tegangan rendah. Sehingga dapat diketahui anggaran yang diperlukan
dan segera dilakukan proses pengadaan material dan jasa.
Pada PPJB II yang dilaksanakan di Area Cengkareng, salah satu program unggulan untuk
memenangkan PPJB adalah dengan menurunkan gangguan JTR sebesar 50% dari realisasi tahun
2011. Data menunjukkan bahwa gangguan tegangan rendah di Area Cengkareng, 34,17% terjadi di
Posko Cengkareng dan 65.83% terjadi di posko Kalideres.
Jumlah gangguan yang terjadi untuk tiap item pada Jaringan Tegangan Rendah. Dari total
1437 gangguan yang terjadi, dapat dilihat bahwa:
a. 678 gangguan (47,18%) disebabkan oleh gangguan pada Jumper SUTR (afstak JTR)
Untuk mencapai target penurunan gangguan JTR sebesar 50% harus dilakukan penanganan
gangguan yang tepat sasaran. Dari data tahun 2011 dapat dilihat bahwa ada 2 bagian yang menjadi
titik gangguan pada JTR, yaitu pada konektor (afstak JTR&Opstyg) sebesar 68,48% dan pada
penghantar itu sendiri sebesar 26,72%.
KHA terus menerus untuk kabel JTR dan SKTR dan pada tabel 3 ditunjukkan besarnya I
nominal pada trafo untuk masing-masing kapasitas. Melihat dari kedua tabel tersebut di atas, kabel
JTR maupun SKTR sudah di desain memiliki KHA terus menerus lebih tinggi dari I nominal per
jurusan. Hal ini berkorelasi dengan kali gangguan pada kawat penghantar JTR/SKTR yang hanya
menyumbang 26,72% dari total gangguan JTR. Penyebab masih adanya gangguan pada penghantar
adalah karena beban yang mengalir pada JTR/SKTR melebihi KHA yang diijinkan. Sehingga sering
terjadi JTR terbakar/rantas. Selain itu juga karena konstruksi tarikan JTR yang terlalu mengandong,
sehingga berpotensi tertabrak kendaraan. Salah satu penyebab lain adalah karena robohnya tiang
yang sudah tua, keropos, miring, ataupun ditabrak kendaraan.
Secara keseluruhan penyebab utama gangguan JTR adalah gangguan pada konektor, baik
pada afstak JTR maupun afstak Opstyg, yaitu sebesar 68,48%. Gangguan sering terjadi pada
konektor karena sebabsebab sebagai berikut:
Posko Kalideres menjadi penyumbang terbesar gangguan JTR, baik dari segi gangguan
penghantar maupun gangguan pada konektor. Sehingga kegiatan perbaikan yang dilakukan harus
difokuskan ke kalideres. Dengan perbandingan lokasi perbaikan antara Cengkareng dan Kalideres
adalah 3:7. Dari gangguan pada penghantar dan konektor, yang sama-sama menjadi penyebab
gangguannya adalah karena beban berlebih yang melewati penghantar maupun konektor. Sehingga
3 hal mendasar yang perlu dilakukan untuk mengurangi gangguan adalah:
a. Pengurangan beban kawat penghantar dengan melakukan pecah beban & pemerataan
beban.
b. Melakukan rekonektorisasi pada daerah yang rawan gangguan JTR.
c. Pembesaran kawat penghantar (JTR) untuk memperbesar Kuat Hantar Arus.
Pecah beban dan pemerataan beban perlu dilaksanakan karena faktor utama penyebab
gangguan pada JTR adalah beban berlebih yang melewatinya. Untuk itu pecah beban dan
pemerataan beban perlu dipilihkan lokasi yang tepat, agar tidak salah sasaran.
Dasar pemilihan lokasi untuk pecah beban dan pemerataan beban berdasarkan data hasil ukur
gardu dari yantek, dan berdasarkan hasil inspeksi. Lokasi gardu yang dipilih untuk pecah beban
adalah :
- Gardu yang sering terjadi gangguan JTR (berdasarkan data tahun 2011)
- Gardu yang sering terjadi gangguan JTR (berdasarkan data tahun 2011)
Langkah pembesaran kawat penghantar dilakukan untuk mengatasi beban berlebih yang
melewati JTR. KHA kawat penghantar JTR 3x70 + 50 adalah 196 A. Sementara kenyataaannya beban
yang melewati penghantar tersebut melebihi KHA dari penghantar tersebut. Hal ini menjadi salah
satu potensi penyebab gangguan pada penghantar JTR. Selain itu teglekan pada gardu juga harus
dinormalkan dengan kabel opstyg, agar KHA penghantar pada pangkal jaringan meningkat.
Pembesaran kawat penghantar lainnya adalah dengan mengganti JTR 3x70+50 dengan JTR 3x95+70.
Kriteria pemilihan lokasi untuk pembesaran kawat penghantar adalah sebagai berikut :
- Gardu yang sering terjadi gangguan JTR (berdasarkan data tahun 2011).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil ide yang dikemukakan terhadap aplikasi dapat disimpulkan bahwa
penurunan gangguan JTR di Area Cengkareng sebesar 50%, sebaiknya difokuskan di posko
kalideres dengan perbandingan lokasi 3:7 (3 untuk posko Cengkareng, 7 untuk poko Kalideres).
Langkah utama yang perlu dilakukan untuk menurunkan gangguan JTR adalah :
Saran
Diharapkan adanya saran dari para pembaca, khususnya teman-teman mahasiswa dan Bapak
Dosen pengampu mata kuliah dasar konversi energi listrik agar makalah ini menjadi lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Chua, KH and YS Lim. 2012.“Energy Storage System for Mitigating Voltage Unbalance on Low-
Voltage Networks with Photovoltaic Systems”.Volume 27 page (17831790).IEEE Transactions
on Power Delivery.
Daniel, Henrey Dalam. 2013. “Analisis Susut Energi pada Sistem Jaringan Distribusi di PT. PLN
APJ Yogyakarta UPJ Wonosari Unit Semanu. UPN “Veteran” Yogyakarta.
K, Trupinic and A Pavic. 2007. “Electrical Energy Losses In The Distribution Network”. Volume
56 Number 2.Plegledni rad.
Lallart, Mickael and Daniel Guyomar. 2008. “An Optimized self-powered Switching Circuit for
non-linear Energy Harvesting with Low Voltage Output”. Volume 17 Number 3.IOP.