Anda di halaman 1dari 32

1.

1 UMUM
Perencanaan Hidrologi sangatlah penting didalam menentukan besarnya debit aliran pada
sistem drainase yang ada di kanan kiri permukaan jalan. Untuk menentukan besaran debit
aliran tersebut, konsultan menggunakan metode sistem drainase permukaan pada konstruksi
jalan .
Sistem drainase permukaan pada konstruksi jalan pada umumnya berfungsi untuk:
 Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan, dan selanjutnya
dialirkan lewat saluran samping menuju saluran pembuang akhir.
 Mencegah aliran yang berasal dari daerah pengaliran di sekitar jalan masuk ke daerah
perkerasan jalan.
 Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air.
Pada prinsipnya sistem drainase permukaan terdiri dari:
 Kemiringan melintang pada perkerasan jalan dan bahu jalan
 Selokan samping.
 Gorong-gorong
 Saluran penangkap (catch drain)
Dalam menentukan ataupun membuat sistem drainase permukaan pada konstruksi jalan raya,
haruslan mencakup prinsip-prinsi umum sebagai berikut:
a. Efektif dan efisien
Perencanaan drainase haruslah haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas
drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya
guna dan berhasil guna. Artinya sistem drainase yang ada harus secara efektif bisa
menampung air hujan atau aliran air yang masuk untuk segera dialirkan ke saluran
pembuang. Dengan demikian secara efektif dan efisien bisa berguna bagi hal-hal lainnya.
Dan tentunya menghindari genangan yang akhirnya menyebabkan banjir, atau jalan
tergenang air.
b. Ekonomi dan Aman
Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah mempertimbangkan faktor ekonomis
dan faktor keamanan.
c. Pemeliharaan

1 | LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan drainase juga harus mempertimbangkan segi kemudahan dan nilai ekonomis
dari pemeliharaan sistem drainase itu sendiri.

1.2. KEMIRINGAN MELINTANG PERKERASAN DAN BAHU JALAN


A. Jalan Datar dan Lurus
Penanganan pengendalian air untuk daerah ini biasanya dengan membuat kemiringan
perkerasan dan bahu jalan mulai dari tengah perkerasan menurun/landai ke arah selokan
samping. Besarnya kemiringan bahu jalan biasanya diambil 2% lebih besar daripada
kemiringan permukaan jalan. Besarnya kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.1. Kemiringan Melintang Normal Perkerasan Jalan
NO Jenis Lapir Permukaan Jalan Kemiringan Melintang Normal – i (%)
1. Beraspal, beton 2% - 3%
2. Japat 4% - 6%
3. Kerikil 3% - 6%
4. Tanah 4% - 6 %

Gambar 5.1. Kemiringan melintang normal pada daerah yang datar dan lurus
B. Jalan Lurus Pada Tanjangan/Penurunan
Penanganan pengendalian air pada daerah ini perlu mempertimbangkan pula besarnya
kemiringan alinyemen vertikal jalan yang berupa tanjakan dan turunan. Hal itu
dimaksudkan supaya aliran air bisa secapatnya mengalir ke selokan samping. Untuk itu
supaya dalam merencanakan sistem drainase pada daerah ini disarankan menggunakan
nilai-nilai maksumal dari tabel 5.1 di atas.

C. Daerah Tikungan
Kemiringan melintang perkerasan jalan pada daerah tikungan, biasanya harus
mempertimbangkan pula kebutuhan kemiringan jalan menurut persyaratan alinyemen
horisontal jalan. Karena itu kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan
menuru/landan ke sisi dalam tikungan.

2 | LAPORAN HIDROLOGI
Besarnya kemiringan pada daerah ini ditentukan oleh maksimum dari kebutuhan
kemiringan alinyemen horizontal atau kebutuhan kemiringan menurut keperluan drainase.
Besarnya kemiringan bahu jalan ditentukan dengan kaidah-kaidah seperti pada gambar di
bawah ini:

Gambar 5.2. Kemiringan pekerkerasan jalan pada tikungan


1.3. SELOKAN SAMPING
Setiap upaya pembangunan jalan, tentunya juga dilengkapi bangunan pelengkap di sisi kanan
dan kiri badan jalan yang sering disebut dengan selokan samping. Fungsi dari selokan samping
ini adalah:
 Menampung dan membuang air yang berasal dari permukaan jalan.
 Menampung dan membuat air yang berasal dari daerah pengaliran sekitar jalan.
 Dalam hal daerah pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah; harus dibuat sistem
drainase secara terpisah.
Dalam membuat selokan samping ini, pemilihan jenis material umumnya ditentukan oleh
besarnya kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan tersebut. Untuk itu lebih
jelasnya dalam hal pemilihan material selokan menurut besarnya rencana aliran air, bisa dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Kecepatan Aliran yang Diijinkan Menurut Jenis Material Bangunan
KECEPATAN ALIRAN AIR YANG DIIZINKAN
JENIS BAHAN
(m/detik)
Pasir halus 0,45
Lempung
0,50
Kepasiran
Lanau aluvial 0,60
Kerikil halus 0,75
Lempung Kokoh 1,10
Lempung padat 1,20

3 | LAPORAN HIDROLOGI
Kerikil kasar 1,50
Batu-batu besar 1,50
Pasangan batu 1,50
Beton 1,50
Beton bertulang 1,50

Kecepatan aliran air yang mengaliri selokan ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran,
salah satunya adalah kemiringan saluran. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat hubungan atara
kemiringan selokan samping dan tipe material yang digunakan.
Tabel 5.3. Hubungan kemiringan Selokan Samping (i) dan jenis material

KEMIRINGAN SELOKAN SAMPING


JENIS BAHAN
I (%)
Pasir halus
Lempung
Kepasiran 0- 5
Lanau aluvial
Kerikil halus
Lempung Kokoh
Lempung padat
5-10
Kerikil kasar
Batu-batu besar
Pasangan batu
Beton 10
Beton bertulang

Yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu saat merancan selokan samping yang relatif
panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar. Jika hal itu memang perlu dilakukan kadang-
kadang diperlukan pematah arus (check dam) untuk mengurangi kecepatan aliran.
Pemasangan jarak check dam (L) biasanya ditentukan sebagai berikut:

1% 6% 7% 8% 9% 10%
L (M) 16 meter 10 meter 8 meter 7 meter 6 meter

4 | LAPORAN HIDROLOGI
Dalam memilih tipe penampang melintang selokan samping harus memperhatikan:
 Kondisi tanah dasar
 Kedudukan muka air tanah
 Kecepatan aliran
Sedangkan macam-macam tipe selokan samping bisa dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.3. Macam-macam tipe Selokan Samping

A. Perhitungan Dimensi Saluran Samping


Dalam melaksanakan perencanaan selokan samping, analisa hidrologis yang dilakukan
menggunakan dasar data curah hujan yang bisa diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika daerah setempat, atau bisa juga lewat Dinas Pertanian. Selain itu juga data
topografi daerah, karakteristik daerah pengaliran serta frekuensi banjir rencana.
Dari analisa hidrologis tersebut dapat diketahui besarnya debit air yang harus ditampung
oleh selokan samping. Selanjutnya atas dasar perhitungan debit yang diperoleh, dimensi
selokan samping bisa direncanakan dengan berdasarkan analisa dan perhitungan hidrolika.
Untuk menghitung besarnya debit air biasanya menggunakan rumus Rational Formula
seperti di bawah ini:
1
Q= C. I. A
3,6
dimana:
Q : Debit air (m³/det)

5 | LAPORAN HIDROLOGI
C : Koefisien pengaliran
I : Intensitas hujan (mm/jam) dihitung selama waktu konsentrasi (Tc) untuk
periode banjir rencana.
A : Luas daerah pengaliran (km²)
Koefisien pengaliran (C) besarnya tergantung pada kondisi permukaan tanah, kemiringan
medan, jenis tanah, lamanya hujan di daerah pengaliran. Besaran Koefisien Pengaliran bisa
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.4. Tabel Koefisien Pengaliran
KOEFISIEN
KONDISI PERMUKAAN TANAH
PENGALIRAN (C)
1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95
2. Jalan kerikil & jalan tanah 0,40 – 0,70
3. Bahu jalan:
- Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
- Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
- Batuan masif keras 0,70 – 0,85
- Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
4. Daerah Perkotaan 0,70 – 0,95
5. Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70
6. Daerah Industri 0,60 – 0,90
7. Permukiman padat 0,60 – 0,80
8. Permukiman tidak padat 0,40 – 0,60
9. Taman dan Kebun 0,20 – 0,40
10.Persawahan 0,45 – 0,60
11.Perbukitan 0,70 – 0,80
12.Pegunungan 0,75 - 095

B. Frekuensi Banjir Rencana


Frekuensi banjir rencana ditetapkan berdasarkan pertimbangan kemungkinan-kemungkinan
kerusakan terhadap bangunan-bangunan di sekitar jalan akibat banjir. Biasanya dipakai
asumsi ‘tingkat kerusakan sedang’ masih dianggap wajar, maka fekuensi banjir rencana
untuk selokan samping dipilih 5 tahun.
Sedangkan batas-batas daerah pengaliran ditetapkan berdasarkan peta topografi dengan
skala 1:50.000 – 1:25.000. Namun jika luas daerah pengaliran relatif kecil diperlukan peta
dalam skala yang lebih besar.
Namun dalam prakteknya, biasanya peta topografi ataupun peta pengukuran lainnya sering
kali tidak memadai untuk menetapkan batas daerah pengaliran. Jika terjadi kasus seperti itu
asumsi di bawah ini bisa dipakai sebagai bahan pembanding.

6 | LAPORAN HIDROLOGI
dimana L adalah daerah pengaliran yang diperhitungkan.
Sementara itu rumus yang umum untuk menghitung dimensi saluran adalah:
𝑄
𝐹=
𝑉
dimana :
F : Luas penampang basah (m²)
Q : Debit air (m³/det)
V : Kecepatan alitar (m/det)
Sedangkan untuk mendampatkan nilai kecepatan alirat (V) bisa dihitung dengan
menggunakan rumus Manning sebagai berikut
𝑖
𝑉= 𝑛
R2/3. I 1/2

dimana
V : Kecepatan aliran
n : Koefisien kekasaran dinding menurut Manning
𝐹
R : 𝑝
= jari-jari hidraulis (m)

F = luas penampang basah (m²)


p = keliling penampang basah (m)
i = Kemiringan selokan samping.
Harga koefisien kekasaran dinding menurut Manning bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.5. Koefisien kekasaran dinding menurut Manning

Baik
No Type Saluran Baik Sedang Jelek
Sekali
Saluran Buatan:
1. Saluran tanah, lurus teratur 0,017 0,020 0,023 0,025
2. Saluran tanah, yang dibuat dengan excavator 0,023 0,028 0,030 0,040
3. Saluran pada dinding batuan, lurus, teratur 0,023 0,030 0,033 0,035
Saluran pada dinding batuan, tidak lurus, tidak
4. 0,035 0,040 0,045 0,045
teratur
Saluran batuan yang diledakkan, ada tumbuh-
5. 0,025 0,030 0,035 0,040
tumbuhan
6. Dasar saluran dari tanah, sisi saluran berbatu 0,028 0,030 0,033 0,035

7 | LAPORAN HIDROLOGI
Saluran lengkung, dengan kecepatan aliran
7. 0,020 0,025 0,028 0,030
rendah
Saluran Alam
8. Bersih, lurus, tidak berpasir, tidak berlubang 0,025 0,028 0,030 0,033
9. Seperti no 8, tapi ada tumbuhan atau kerikil 0,030 0,033 0,035 0,040
Melengkung, bersih, berlubang dan berdinding
10. 0,033 0,035 0,040 0,045
pasir
11. Seperti no 10, dangka tidak teratur 0,040 0,045 0,050 0,055
12. Seperti no 10, berbatu dan ada tumbuhan 0,035 0,040 0,045 0,050
13. Seperti no 11 sebagian berbatu 0,045 0,050 0,055 0,060
14. Aliran pelan, banyak tumbuhan dan berlubang 0,050 0,060 0,070 0,080
15. Banyak tumbuh-tumbuhan 0,075 0,100 0,125 0,150
16. Saluran pasangan batu, tanpa finishing 0,025 0,030 0,033 0,035
17. Seperti no 16 tapi dengan finishing 0,017 0,020 0,025 0,030
18. Saluran beton 0,014 0,016 0,019 0,021
19. Saluran beton halus dan rata 0,010 0,011 0,012 0,013
20. Saluran beton pracetak dengan acuan baja 0,013 0,014 0,014 0,015
21. Saluran beton pracetak dengan acuan kayu 0,015 0,016 0,016 0,018

Tabel 5.6. Harga R dari Rumus Manning


R 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09
0.0 0.000 0.046 0.074 0.097 0.117 0.136 0.153 0.170 0.186 0.201
0.1 0.215 0.229 0.243 0.256 0.269 0.282 0.295 0.307 0.319 0.331
0.2 0.342 0.353 0.364 0.375 0.386 0.397 0.407 0.418 0.428 0.438
0.3 0.448 0.458 0.468 0.477 0.487 0.497 0.506 0.515 0.525 0.534
0.4 0.534 0.552 0.561 0.570 0.578 0.587 0.596 0.604 0.613 0.622
0.5 0.630 0.638 0.637 0.655 0.663 0.679 0.679 0.687 0.695 0.705
0.6 0.711 0.719 0.727 0.735 0.743 0.750 0.758 0.763 0.773 0.781
0.7 0.788 0.788 0.796 0.803 0.811 0.818 0.832 0.840 0.847 0.855
0.8 0.862 0.869 0.876 0.893 0.890 0.897 0.904 0.911 0.918 0.925
0.9 0.932 0.932 0.939 -9.46 0.953 0.960 0.973 0.980 0.987 0.993
1.0 1.000 1.007 0.013 1.020 1.027 1.033 1.040 1.046 1.053 1.059
1.1 1.065 1.065 1.072 1.078 1.085 1.091 1.097 1.110 1.119 1.123
1.2 1.129 1.136 1.142 1.148 1.154 1.160 1.167 1.173 1.179 1.185
1.3 1.191 1.197 1.203 1.209 1.215 1.224 1.227 1.233 1.123 1.245
1.4 1.251 1.257 1.263 1.269 1.275 1.281 1.287 1.293 1.299 1.305
1.5 1.310 1.316 1.322 1.328 1.334 1.339 1.345 1.351 1.357 1.362
1.6 1.368 1.374 1.379 1.385 1.391 1.396 1.402 1.308 1.413 1.419
1.7 1.424 1.430 1.436 1.441 1.447 1.452 1.458 1.463 1.469 1.474
1.8 1.480 1.485 1.491 1.496 1.502 1.507 1.513 1.518 1.523 1.529
1.9 1.534 1.539 1.545 1.550 1.556 1.561 1.566 1.571 1.577 1.582
2.0 1.587 1.593 1.598 1.603 1.608 1.613 1.619 1.624 1.629 1.634
2.1 1.639 1.645 1.650 1.655 1.660 1.665 1.671 1.676 1.681 1.686
2.2 1.691 1.697 1.702 1.707 1.712 1.717 1.722 1.717 1.732 1.737
2.3 1.742 1.747 1.752 1.757 1.762 1.767 1.772 1.777 1.782 1.787

8 | LAPORAN HIDROLOGI
2.4 1.792 1.797 1.802 1.807 1.812 1.817 1.822 1.827 1.832 1.837
2.5 1.842 1.847 1.852 1.857 1.862 1.867 1.871 1.876 1.881 1.886
2.6 1.891 1.896 1.900 1.905 1.910 1.915 1.920 1.925 1.929 1.934
2.7 1.939 1.944 1.949 1.953 1.958 1.963 1.968 1.972 1.977 1.982
2.8 1.987 1.992 1.996 2.001 2.006 2.010 2.015 2.020 0.024 0.029
2.9 2.034 2.038 2.043 2.048 2.052 2.057 2.062 2.066 2.071 2.075
3.0 2.080 0.285 2.089 2.094 2.099 2.103 2.108 2.112 2.117 2.122
3.1 2.126 2.131 2.135 2.140 2.144 2.149 2.153 2.158 2.163 2.167
3.2 2.172 2.176 2.180 2.185 2.190 2.194 2.199 2.203 2.208 2.212
3.3 2.217 2.221 2.226 2.230 2.234 2.239 2.243 2.248 2.252 2.257
3.4 2.261 2.265 2.270 2.274 2.279 2.283 2.288 2.292 2.296 2.301
3.5 2.305 2.310 2.314 2.318 2.323 2.327 2.331 2.336 2.340 2.345
3.6 2.349 2.353 2.358 2.362 2.366 2.371 2.375 2.379 2.384 2.388
3.7 2.392 2.397 2.401 2.405 2.409 2.414 2.418 2.422 2.427 2.431
3.8 2.435 2.439 2.444 2.448 2.452 2.457 2.461 2.465 2.469 2.474
3.9 2.478 2.482 2.486 2.490 2.495 2.499 2.503 2.507 2.511 2.516
4.0 2.520 2.524 2.528 2.532 2.537 2.541 2.545 2.549 2.553 2.558
4.1 2.563 2.566 2.570 2.574 2.579 2.583 2.587 2.591 2.595 2.599
4.2 2.603 2.607 2.611 2.616 2.620 2.624 2.628 2.632 2.636 2.640
4.3 2.644 2.648 2.653 2.657 2.661 2.665 2.669 2.673 2.677 2.681
4.4 2.685 2.689 2.693 2.698 2.702 2.706 2.710 2.714 2.718 2.722
4.5 2.726 2.730 2.734 2.738 2.742 2.746 2.750 2.754 2.758 2.762
4.6 2.766 2.770 2.774 2.778 2.782 2.786 2.790 2.794 2.798 2.802
4.7 2.806 2.810 2.814 2.818 2.822 2.826 2.830 2.834 2.838 2.842
4.8 2.846 2.850 2.854 2.858 2.862 2.865 2.869 2.873 2.877 2.881
4.9 2.885 2.889 2.893 2.897 2.901 2.904 2.908 2.912 2.916 2.920

9 | LAPORAN HIDROLOGI
Tabel 5.7. Harga-harga I1/2 dari Rumus Manning
........0 .......1 ........2 ........3 .........4 ........5 .......6 .........7 ........8 ........9
0.0001 0.01000 0.01049 0.01095 0.01140 0.01183 0.01225 0.01265 0.01304 0.01342 0.01378
0.0002 0.01414 0.01449 0.01483 0.01517 0.01549 0.01581 0.01612 0.01643 0.01673 0.01703
0.0003 0.01732 0.01761 0.01789 0.01817 0.01844 0.01871 0.01897 0.01924 0.01949 0.01975
0.0004 0.02000 0.02025 0.02049 0.02074 0.02098 0.02121 0.02145 0.02168 0.02191 0.02214
0.0005 0.02236 0.02258 0.02280 0.02302 0.02324 0.02345 0.02366 0.02387 0.02408 0.02429
0.0006 0.02449 0.02470 0.02490 0.02510 0.02530 0.02550 0.02569 0.02588 0.02608 0.02627
0.0007 0.02646 0.02665 0.02683 0.02702 0.02720 0.02739 0.02757 0.02757 0.02793 0.02811
0.0008 0.02828 0.02846 0.02864 0.02881 0.02898 0.02915 0.02933 0.02950 0.02966 0.02983
0.0009 0.03000 0.03017 0.03033 0.03050 0.03066 0.03082 0.03098 0.03114 0.03230 0.03146
0.0010 0.03162 0.03178 0.03194 0.03209 0.03225 0.03240 0.03256 0.03271 0.03286 0.03302
0.001 0.03162 0.03317 0.03464 0.03606 0.03742 0.03873 0.04000 0.04123 0.04243 0.04359
0.002 0.04472 0.04583 0.04690 0.04796 0.04899 0.05000 0.05099 0.05196 0.05292 0.05385
0.003 0.05477 0.05568 0.05657 0.05745 0.05831 0.05916 0.06000 0.06083 0.06164 0.06245
0.004 0.06325 0.06402 0.06557 0.06481 0.06633 0.06708 0.06782 0.06856 0.06928 0.07000
0.005 0.07071 0.07141 0.07211 0.07280 0.07348 0.07416 0.07483 0.07550 0.07616 0.07681
0.006 0.07746 0.07810 0.7874 0.07937 0.08000 0.08062 0.080124 0.08185 0.08246 0.08307
0.007 0.08367 0.08426 0.08485 0.08544 0.08602 0.08660 0.08718 0.08775 0.08888
0.008 0.8944 0.09000 0.09055 0.09110 0.09165 0.09220 0.09274 0.09327 0.09381 0.09434
0.009 0.09487 0.09539 0.09592 0.09644 0.09644 0.09747 0.09798 0.09849 0.09899 0.09950
0.010 0.10000 0.10050 0.10100 0.10149 0.10198 0.10247 0.10296 0.10344 0.10392 0.10440
0.01 0.1000 0.1049 0.1095 0.1149 0.1183 0.1225 0.1265 0.1304 0.1342 0.1378
0.02 0.1414 0.1449 0.1483 0.1517 0.1549 0.1581 0.1612 0.1643 0.1673 0.1703
0.03 0.1732 0.1761 0.1789 0.1817 0.1844 0.1871 0.1897 0.1924 0.1949 0.1975
0.04 0.2000 0.2025 0.2049 0.2074 0.2098 0.2121 0.2145 0.2168 0.2191 0.2214
0.05 0.2236 0.2258 0.2280 0.2302 0.2324 0.2345 0.2366 0.2387 0.2408 0.2429
0.06 0.2449 0.2470 0.2490 0.2510 0.2530 0.2550 0.2569 0.2588 0.2608 0.2627
0.07 0.2616 0.2665 0.2683 0.2702 0.2720 0.2739 0.2757 0.2775 0.2793 0.2811
0.08 0.2828 0.2846 0.2864 0.2881 0.2898 0.2915 0.2933 0.2950 0.2766 0.2983
0.09 0.3000 0.3017 0.3033 0.3050 0.3066 0.3082 0.3098 0.3114 0.3130 0.3146
0.10 0.3162 0.3178 0.3194 0.3209 0.3225 0.3240 0.3256 0.3271 0.3286 0.3302

10 | LAPORAN HIDROLOGI
1.4. GORONG-GORONG
Fungsi gorong-gorong adalah mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi lainnya. Untuk itu desainnya
harus juga mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur supaya gorong-gorong dapat
berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban lalu lintas dan timbunan
tanah.
Mengingat fungsinya maka gorong-gorong disarankan dibuat dengan tipe konstruksi yang
permanen (pipa/kotak beton (box culvert), pasangan batu, armco). Di samping itu gorong-gorong
ini memiliki umur rencana 10 tahun.
Bagian gorong-gorong ini terdiri atas:
 Pipa: kanal air utama.
 Tembok Kepala:
Tembok yang menopang ujung dan lereng jalan.
Tembok penahan yang dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk menahan bahu dan
kemiringan jalan.
 Apron (dasar):
Lantai dasar dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan dapat
berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur.
Bentuk gorong-gorong umumnya tergantung pada tempat yang ada dan tingginya timbunan.
Dalam perencanaan jalan, penempatan dan penentuan jumlah gorong-gorong harus
diperhatikan terhadap fungsi dan medan setempat. Agar dapat berfungsi dengan baik, maka
gorong-gorong ditempatkan pada:
 Lokasi jalan yang memotong aliran air.
 Daerah cekung, tempat air dapat menggenang.
 Tempat kemiringan jalan yang tajam, dimana tempat air dapat merusak lereng dan badan
jalan.
 Kedalaman forong-gorong yang aman terhadap permukaan jalan minimum 60 cm.
Di samping itu juga harus memperhatikan faktof-faktor lain sebagai bahan pertimbangan, yaitu :
 Aliran air alamiah
 Tempat air masuk
 Sudut yang tajam pada bagian pengeluaran (out let)
Dengan memperhatikan faktor tersebut, maka penempatan gorong-gorong disarankan untuk
daerah datar. Disamping itu juga disarankan jarak maksimum sepanjang 300 m. Sedangkan untuk
menentukan dimensi gorong-gorong, rumus yang dipakai sama dengan penentuan dimensi
saluran samping seperti telah dijelaskan di atas.

11 | LAPORAN HIDROLOGI
1.5. PENYEDERHANAAN DESAIN PENAMPANG SALURAN SAMPING
A. Penampang Saluran Samping Jalan Tanpa Pasangan
Ketentuan-ketentuan untuk menentukan dimensi saluran samping tanpa pasangan yaitu:
 Luas minimum penampang saluran samping tanpa pasangan adalah 0,50 m².
 Tinggi minimum saluran saluran (T) adalah 50 cm.
Berdasarkan asumsi-asumsi untuk mendapatkan debit air (Q) dan ketentuan-ketenuan umum
untuk menentukan dimensi saluran samping tanpa pasangan maka dapat dihitung
penampang saluran samping sebagai berikut:

Tabel 5.8.Tinggi Saluran Samping Tanpa Pasangan (T) dengan Lebar saluran Dasar (D) 50 cm

L=100 m L=200 m L=300 m L=400m


T(%)
Kemiringan Saluran Tinggi (cm) Tinggi (cm) Tinggi (cm) Tinggi (cm)
(Luas cm²) (Luas cm²) (Luas cm²) (Luas cm²)
50 60 70 80
0-1
(5.000) (6.600) (8.400) (10.400)
50 50 60 70
1-2
(5.000) (6.600) (6.600) (8.400)
50 50 50 50
2-5
(5.000) (5.000) (5.000) (5.000)
50 50 50 50
5 - 10
(5.000) (5.000) (5.000) (5.000)
Ketenganan= L adalah panjang saluran
B. Penampang Saluran Samping Jalan Dengan Pasangan
Ketentuan-ketentuan umum untuk menentukan dimensi saluran jalan dengan pasangan
adalah:
 Luas minimum penampang saluran samping dengan pasangan adalah 0.50 m².
 Tinggi minimal saluran (T) adalah 70 cm.
Berdasarkan asumsi untuk mendapatkan debit air (Q) dan ketentuan-ketentuan umum untuk
mendapatkan dimesi saluran samping dengan pasangan, maka dapat dihitung penampang
saluran samping sebagai berikut:

12 | LAPORAN HIDROLOGI
Tabel 5.9.Tinggi Saluran Samping Dengan Pasangan (T) dengan Lebar saluran Dasar (D) 70 cm

L=100 m L=200 m L=300 m L=400m


T
Kemiringan Saluran Tinggi (cm) Tinggi (cm) Tinggi (cm) Tinggi (cm)
(Luas cm²) (Luas cm²) (Luas cm²) (Luas cm²)
70 80 90 100
0-1
(4.900) (5.600) (6.800) (7.000)
70 70 80 90
1-2
(4.900) (4.900) (5.600) (6.300)
70 70 70 70
2-5
(4.900) (4.900) (%) (4.900) (5.600)
70 70 70 70
5 - 10
(4.900) (4.900) (4.900) (4.900)
Ketenganan= L adalah panjang saluran
1.6. PENENTUAN GORONG-GORONG
Pendekatan lain untuk menentukan ukuran gorong-gorong dan saluran kecil atau ukuran
jembatan yang mempunyai bentang < 12 m (bukaan saluran tidak melebihi 30 m²) dapat
menggunakan rumus Talbot:
a = 0,183 r A³
dimana:
a = luas saluran gorong-gorong (m²)
r = koefisien pengaluran
= 1 untuk daerah pegunungan
= 0,75 untuk daerah perbukitan
= 0,50 untuk daerah bergelombang
= 0,25 untuk daerah datar
A = luar daerah pengaliran (Ha)
Dimensi minimum untuk luas saluran/gorong-gorong adalah 1,13 m³ atau 0,60 cm. Pada tabel
berikut ini akan memberikan luas saluran secara mudah untuk bermacam-macam medan dan
luas daerah pengaliran yang didasarkan pada Rumus Talbot.

13 | LAPORAN HIDROLOGI
Tabel 5.10 Luas Saluran Untuk Berbagai Medan
Pada Daerah Pada Daerah Pada Daerah Pada Daerah
A= Luas
Pegunungan Berbukit Bergelombang Rata
Drainase (Ha)
(r=1) (r=0,75) (r=0,50) (r=0,25)
10 1,13 1,13 1,13 1,13
20 1,73 1,29 1,13 1,13
30 2,35 1,76 1,17 1,13
40 2,91 2,18 1,45 1,13
50 3,44 2,58 1,72 1,13
100 5,79 4,34 2,89 1,45
200 9,73 7,30 3,65 2,43
300 13,19 9,89 6,60 3,30
400 16,37 12,28 8,18 4,09
500 19,35 14,52 9,67 4,84

14 | LAPORAN HIDROLOGI
a. Pendahuluan
Pembangunan suatu gedung atau infrastruktur sebaiknya perlu memperhatikan
infrastruktur pendukung seperti saluran drainase agar tidak mengganggu aktivitas dan
kenyamanan pengguna dan menyebabkan kerusakan pada gedung/infrastruktur itu sendiri.
Kelebihan air hujan pada suatu daerah dapat menimbulkan suatu masalah yaitu banjir atau
genangan air, sehingga diperlukan adanya saluran drainase yang berfungsi menampung air
hujan dan kemudian mengalirkannya ke kolam penampungan atau ke sungai.
Saluran drainase ruas jalan batu cermin kelurahan sempaja k e c a m a t a n
s a m a r i n d a u t a r a di yang masih belum diperhatikan, terbukti masih adanya jalan-
jalan tergenang pada saat hujan dengan intensitas yang tinggi dan dalam durasi yang
singkat. Salah satu ruas jalan yang sering tergenang. Beberapa factor yang
menyebabkan tergenangnya air di ruas jalan seperti tersumbatnya screening saluran
drainase akibat sampah dedaunan atau plastic, desain saluran jalan yang tidak
memperhatikan aspek hidrologi dan saluran drainase yang sudah rusak.

Gambar ruas jalan batu cermin

15 | LAPORAN HIDROLOGI
b. Kondisi Saluran Drainase Permukaan Jalan Batu Cermin
Kondisi saluran drainase permukaan jalan di sekitar ruas jalan batu cermin tepatnya
pada titik pengamatan Jalan batu cermin dapat dilihat pada Gambar berikut :

Lokasi Pekerjaan

Gambar. Peta lokasi Pekerjaaan

16 | LAPORAN HIDROLOGI
c. Analisa Saluran Drainase
Selokan (saluran) samping merupakan saluran yang dibuat pada sisi kanan dan kiri
jalan yang berfungsi untuk menampung dan mebuang air yang berasal dari permukaan jalan
dan daerah pengaliran sekitar jalan. Dalam merancang saluran samping jalan harus
diperhatikan pengaruh material untuk saluran tersebut dengan kecepatan rencana aliran
yang ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran (kemiringan saluran). Dalam
merancang saluran samping pada suatu jalan harus sesuai dengan kriteria dalam
merancang suatu infrastruktur keairan dari segi analisis hidrologi dan hidrolika.
Saluran drainase dapat dibedakan menjadi dua yaitu saluran drainase permukaan
dan saluran drainase bawah permukaan. Pada studi kasus ini, saluran drainase yang
diamati adalah saluran drainase permukaan dengan bentuk penampang trapesium. Adapun
fungsi saluran drainase permukaan berdasarkan Petunjuk Desain Drainase Permukaan
Jalan NO. 008/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT
PEMBINAAN JALAN KOTA, yaitu
1. Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan
selanjutnya dialirkan lewat saluran samping; menuju saluran pembuang akhir.
2. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke
daerah perkerasan jalan.
3. Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air.
Dalam garis besar, perencanaan selokan atau saluran drainase samping mencakup
3 (tiga) tahap proses sebagai berikut:
a. Analisis hidrologi

17 | LAPORAN HIDROLOGI
b. Perhitungan hidrolika
c. Gambar Rencana
Analisis hidrologis dilakukan atas dasar data curah hujan, topografi daerah,
karakteristik daerah pengaliran serta frekuensi banjir rencana.
Hasil analisis hidrologi adalah besarnya debit air yang h arus ditampung oleh selokan
samping. Selanjutnya atas dasar debit yang kita peroleh maka dimensi selokan samping
dapat kita rencanakan berdasarkan analisa/perhitungan hidrolika.
Beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk analisis hidrologi sbb:
1. Analisa Data curah hujan selama beberapa tahun dari stasiun pencatat curah hujan.
a. Penentuan series data
Data maksimum tahunan (maximum annual series).
Data parsial (partial annual series)
b. Analisa frekuensi dengan kala ulang 2, 5, 10 tahun dst.
Distribusi Normal
Distribusi Log Normal
Distribusi Gumbel
Distribusi Log Pearson III
Frekuensi banjir rencana ditetapkan berdasarkan pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan kerusakan terhadap bangunan-bangunan di sekitar jalan akibat
banjir. Dengan asumsi "tingkat kerusakan sedang" masih dianggap wajar, maka
frekuensi banjir rencana untuk selokan samping dipilih 5 tahun.
2. Analisa intensitas hujan
Data curah hujan harian (Mononobe)
2/3
R24 24
I …………………………pers. 1
24 tc
Keterangan :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
R24 = curah Hujan Maksimum dalam 24 jam (mm)
Tc = lamanya curah hujan (menit)
3. Perhitungan debit banjir

18 | LAPORAN HIDROLOGI
Analisa hidrologi untuk mengetahui besar debit puncak aliran genangan air banjir
dihitung dengan menggunakan metode Rasional.
Q Cs CIA ….……………………..Pers 2.
Dimana : Q = Debit puncak aliran (m3/detik)
2 tc
Cs ………………..Pers 3.
2 tc t d
C = Koefisien Limpasan (Tabel 1)
I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A = Luas Daerah Genangan air/banjir (m2)
4. Koefiesien Run Off/Limpasan (C)
Kocfisien pengaliran adalah kocfisicn yang besarnya tergantung pada kondisi
permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, lamanya hujan di daerah
pengaliran.
Table 1. Koefisien Pengaliran (C)

Sumber : Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan NO. 008/T/BNKT/1990 DIREKTORAT


JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA.
5. Luas daerah Aliran (A)
Batas-batas daerah pengaliran ditetapkan berdasarkan peta topografi, pada
umumnya dalam skala 1 :50.000-1 : 25.000. Jika luas daerah pengaliran relatip kecil
diperlukan peta dalam skala yang lebih besar. Dalam praktek sehari-hari, sering
terjadi, tidak tersedia peta topography ataupun peta pengukuran lainnya yang
memadai sehingga menetapkan batas daerah pengaliran merupakan suatu pekejaan
yang sulit. Jika tidak memungkinkan memperoleh peta topography yang memadai,
asumsi. Berikut dapat dipakai sebagai bahan pembanding

19 | LAPORAN HIDROLOGI
L = Batas daerah pengaliran yang diperhitungkan

6. Waktu Konsentrasi
Penentuan waktu konsentrasi dengan menggunakan rumus empiris dari Kirpich
sebagai berikut :
0.77
L
tc 0.0195 ………………………….pers. 4
S
Dimana : tc = waktu konsentrasi (menit)
L = Panjang Saluran (m)
S = Kemiringan saluran (m)
Kemiringan saluran (S) diperoleh dari data elevasi pada peta kontur ataupun
perangkat lunak Google Aearth dan jarak horizontal yang didapatkan dari hasil
observasi di lapangan. Kemirigan saluran dapat dihitung dengan persamaan di
bawah ini :
X
S 100%
Y
Dimana :
∆X = beda elevasi (m)
Y = Jarak Horizontal
S = Kemiringan Saluran Gambar 4. Kemiringan saluran
Analisis Dimensi Saluran dapat dilakukan dengan memperhitungkan hidrolika
saluran. beberapa tahap yang dilakukan :
1. Perhitungan kapasitas saluran drainase eksisting dan rencana
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus Manning yang merupakan
dasar dalam menentukan saluran.
1
V R 2 / 3 S 1 / 2 ....................................P
. ers.5.
n
Q V A ....................................P
. ers 6.
A
R ....................................P
. ers 7.
P
Dimana :
V = kecepatan aliran dalam saluran (m/detik)

20 | LAPORAN HIDROLOGI
K = Koefisien Kehalusan
R = Radius Hidrolis (m)
S = Kemiringan saluran
A = Luas Penampang Basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Q = Debit aliran (m3/detik)
N = Koefisien kekasaran manning

Gambar 5. Penampang hidrolik saluran terbuka bentuk trapezium


Tabel 2. Elemen Geometri Penampang Hidrolik

Table 3. Nilai Koefisien Kekasaran Manning (n)

2. Perhitungan luas penampang basah saluran rencana


Tahapan perhitungan luas penampang basah saluran rencana sama seperti dengan
perhitungan kapasitas saluran drainase eksisting. Namun yang membedakannya
adalah dimensi saluran tersebut.
d. Desain Saluran Drainase Jalan

1. Perhitungan Curah Hujan dan Rencana


Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan samarinda utara dengan
21 | LAPORAN HIDROLOGI
stasiun pengamatan di Lapangan Udara Udara, Kotamadya samarinda. Data curah hujan
tersebut cukup representatif karena jarak dari stasiun pengamatan ke Jalan Batu cermin ± 29
km.
Curah hujan rencana dan curah hujan berdasarkan periode ulang tertentu diperoleh
dari perhitungan analisis frekuensi. Perhitungan analisis frekunsi yang dilakukan
menggunakan lima distribusi berbeda. Kelima jenis distribusi tersebut yaitu distribusi normal,
distribusi log normal, distribusi Pearson III, distribusi Log Pearson III dan distribusi Gumbel.
Hasil analisis dari kelima jenis distribusi tersebut disajikan pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Rekapitulasi perhitungan curah hujan rencana dari analisis frekuensi

Hujan Harian Maksimum


Tahun Hujan (mm) Bulan
2005 108.00
2006 85.00
2007 87.00
2008 100.00
2009 53.00
2010 104.00
2011 100.00
2012 53.00
2013 275.70
2014 66.50

Analisis Statistik Analisis Statistik


Xi (Xi-X) (Xi-X)2 (Xi-X)3 (XI-X)4 Log Xi (Xi-X) (Xi-X)2 (Xi-X)3 (XI-X)4
275.7 172.48 29749.35 5131168 885023849 2.440 0.477316 0.227831 0.108747 0.051907
85 -18.22 331.9684 -6048.46 110203.019 1.929 -0.0337 0.001136 -3.8E-05 1.29E-06
104 0.78 0.6084 0.474552 0.37015056 2.017 0.053913 0.002907 0.000157 8.45E-06
100 -3.22 10.3684 -33.3862 107.503719 2.000 0.036879 0.00136 5.02E-05 1.85E-06
87 -16.22 263.0884 -4267.29 69215.5062 1.940 -0.0236 0.000557 -1.3E-05 3.1E-07
53 -50.22 2522.048 -126657 6360728.13 1.724 -0.23884 0.057047 -0.01363 0.003254
108 4.78 22.8484 109.2154 522.049383 2.033 0.070303 0.004943 0.000347 2.44E-05
66.5 -36.72 1348.358 -49511.7 1818070.37 1.823 -0.1403 0.019684 -0.00276 0.000387
53 -50.22 2522.048 -126657 6360728.13 1.724 -0.23884 0.057047 -0.01363 0.003254
100 -3.22 10.3684 -33.3862 107.503719 2.000 0.036879 0.00136 5.02E-05 1.85E-06
S 19.631 -0.47732 0.37387 0.079288 0.058841

22 | LAPORAN HIDROLOGI
Uji Smirnov Kolmogorov untuk Distribusi Log Pearson
m Log Xi Sn t PX ∆
1 2.4404 0.0909 2.3419 0.0166 0.0743
2 1.9294 0.1818 (0.1654) 0.1131 0.0687
3 2.0170 0.2727 0.2645 0.4286 0.1559
4 2.0000 0.3636 0.1809 0.4641 0.1005
5 1.9395 0.4545 (0.1158) 0.4801 0.0256
6 1.7243 0.5455 (1.1719) 0.6879 0.1424
7 2.0334 0.6364 0.3449 0.7088 0.0724
8 1.8228 0.7273 (0.6884) 0.7422 0.0149
9 1.7243 0.8182 (1.1719) 0.7881 0.0301
10 2.0000 0.9091 0.1809 0.8790 0.0301

∆ max 0.1424
Untuk n=10 dan α=0.05 diperloleh ∆ kr 0.4100
Syarat = ∆ max < ∆ kr
0.1424 < 0.4100 ===> OK

Uji Chi Square untuk Distribusi Log Pearson


Direncanakan 4 kelas
Kelas 1 P(X) = 1 - 0,25 ===> k = (0.6700)
X= 1.8266

Kelas 2 P(X) = 1 - 0,50 ===> k = -


X= 1.9631

Kelas 3 P(X) = 1 - 0,75 ===> k = 0.6700


X= 2.0997

No. Interval Hujan Oi Ei (Oi-Ei)2 c2


1 1.8266 2.0000 2.7500 0.5625 0.2045
2 1.9631 3.0000 2.7500 0.0625 0.0227
3 2.0997 3.0000 2.7500 0.0625 0.0227
4 2.0997 2.0000 2.7500 0.5625 0.2045
Jumlah 1.2500 0.4545

Dengan dk = G-R-1 = 4 - 2 - 1 = 1.0000


derajat kepercayaan (α) = 0.0500
===> c kritis = 3.8410
Syarat c² < c kritis
0.4545 < 3.8410 ===> OK

23 | LAPORAN HIDROLOGI
Hujan Rencana dengan Kala ulang T
G= 1.300643212
log X = 1.963120542
s= 0.203816435

T= 2 tahun
LogX2 = 1.963121 + 0.195 x 0.203816
LogX2 = 2.002865
X2 = 100.6618 mm
T= 5 tahun
LogX5= 1.963121 + 0.844 x 0.203816
LogX5= 2.135142
X5 = 136.5028 mm
T= 10 tahun
LogX10= 1.963121 + 1.086 x 0.203816
LogX10= 2.184465
X10 = 152.9203 mm
T= 25 tahun
LogX25= 1.963121 + 1.282 x 0.203816
LogX25= 2.224413
X25 = 167.6537 mm

Dari beberapa curah hujan rencana, hanya satu yang digunakan untuk dijadikan
input perhitungan berikutnya. Pada perhitungan ini, digunakan periode ulang 5 tahun.
Periode ulang 5 tahun dianggap wajar untuk menghindari kemungkinan kerusakan jalan
akibat genangan. Selanjutnya dipilih satu jenis distribusi yang memiliki rata-rata error dan
deviasi yang terkecil. Distribusi yang memiliki kedua nilai terkecil tersebut dianggap sebagai
distribusi yang mewakili di daerah kecamatan samarinda utara. Nilai dari rata-rata error
dan deviasi dari masing-masing distribusi berikut :

Berdasarkan data tersebut, distribusi yang representatif terhadap penyebaran curah


hujan di Ruas Jalan Batu Cermin. Oleh karena itu, curah hujan rencana periode ulang 5
tahun yang digunakan yaitu curah hujan distribusi Log Persondengan nilai 136.50 mm/hari.

24 | LAPORAN HIDROLOGI
2. Perhitungan Kapasitas Saluran Drainase Eksisting

Berdasarkan hasil pengukuran saluran drainase di lapangan di dapat data


Catchment seperti terlihat pada Gambar berikut :

25 | LAPORAN HIDROLOGI
perkiraan jumlah penduduk (jiwa )
n
Pn=P0 (1 + r) r= 2.28 %
p01 p02 p03 p04 p05 p06 p07 p08
n 45 68 85 68 85 56 185 127
4 47 72 90 72 90 60 196 134
7 54 83 103 82 103 68 225 154
12 72 110 136 109 136 90 296 203
27 143 219 273 217 273 180 592 405

\\ p01 p02 p03 p04 p05 p06 p07 p08


n 45 68 85 68 85 56 185 127
2 47 72 90 72 90 60 196 134
5 54 83 103 82 103 68 225 154
10 72 110 136 109 136 90 296 203
25 143 219 273 217 273 180 592 405

DEBIT BANJIR RENCANA ( Q RENCANA )

Kala ulang 2 tahun

Q1 C= (C1.A1)+…+(Cn.An)/(A1+…+An) 0.631
Cs = 2tc/(2tc+ts) 0.716 jm
I= R24/24(24/t)2/3 70.204 mm/jm
A= 0.030 km2
Qbanjir 1 = 1/3.6.Cs.C.I.A 0.262 m3/dtk

Pn = dari data 47.224 org


keb air = dari data 135.000 l/org/hr
keb air terbuang (a')= 90%.keb air 121.500 l/org/hr
keb air maximum(a) = 1.25 x (90%.keb air) 151.875 l/org/hr
jumlah air buangan max(b)= 1.25 x (90%.keb air)/24 136.688 l/org/hr
jumlah air buangan rata2 max(qm) = b/24 5.695 I/org/jm
faktor puncak (P) = 1.5+(2.5/Öqm) 2.548 l/org/jm

Q peak = P.Qm.Pn 685.184 l/jm


0.190 l/dt
Q peak = 0.000 m3/dtk

Q Rencana = Qbanjir 1 + Q peak = 0.262 m3/dtk

26 | LAPORAN HIDROLOGI
Kala ulang 5 tahun

Q1 C= (C1.A1)+…+(Cn.An)/(A1+…+An) 0.631
Cs = 2tc/(2tc+ts) 0.716 jm
I= R24/24(24/t)2/3 95.200 mm/jm
A= 0.030 km2
Qbanjir 1 = 1/3.6.Cs.C.I.A 0.355 m3/dtk

Pn = dari data 54.235 org


keb air = dari data 135.000 l/org/hr
keb air terbuang (a')= 90%.keb air 121.500 l/org/hr
keb air maximum(a) = 1.25 x (90%.keb air) 151.875 l/org/hr
jumlah air buangan max(b)= 1.25 x (90%.keb air)/24 136.688 l/org/hr
jumlah air buangan rata2 max(qm) = b/24 5.695 I/org/jm
faktor puncak (P) = 1.5+(2.5/Öqm) 2.548 l/org/jm

Q peak = P.Qm.Pn 786.906 l/jm


0.219 l/dt
Q peak = 0.000 m3/dtk

Q Rencana = Qbanjir 1 + Q peak = 0.355 m3/dtk

Kala ulang 10 tahun

Q1 C= (C1.A1)+…+(Cn.An)/(A1+…+An) 0.631
Cs = 2tc/(2tc+ts) 0.716 jm
I= R24/24(24/t)2/3 106.650 mm/jm
A= 0.030 km2
Qbanjir 1 = 1/3.6.Cs.C.I.A 0.397 m3/dtk

Pn = dari data 71.534 org


keb air = dari data 135.000 l/org/hr
keb air terbuang (a')= 90%.keb air 121.500 l/org/hr
keb air maximum(a) = 1.25 x (90%.keb air) 151.875 l/org/hr
jumlah air buangan max(b)= 1.25 x (90%.keb air)/24 136.688 l/org/hr
jumlah air buangan rata2 max(qm) = b/24 5.695 I/org/jm
faktor puncak (P) = 1.5+(2.5/Öqm) 2.548 l/org/jm

Q peak = P.Qm.Pn 1,037.898 l/jm


0.288 l/dt
Q peak = 0.000 m3/dtk

Q Rencana = Qbanjir 1 + Q peak = 0.398 m3/dtk

27 | LAPORAN HIDROLOGI
Kala ulang 25 tahun

Q1 C = (C1.A1)+…+(Cn.An)/(A1+…+An) 0.631
Cs = 2tc/(2tc+ts) 0.716 jm
I = R24/24(24/t)2/3 116.926 mm/jm
A= 0.030 km2
Qbanjir 1 = 1/3.6.Cs.C.I.A 0.436 m3/dtk

Pn = dari data 142.920 org


keb air = dari data 135.000 l/org/hr
keb air terbuang (a')= 90%.keb air 121.500 l/org/hr
keb air maximum(a) = 1.25 x (90%.keb air) 151.875 l/org/hr
jumlah air buangan max(b)= 1.25 x (90%.keb air)/24 136.688 l/org/hr
jumlah air buangan rata2 max(qm) = b/24 5.695 I/org/jm
faktor puncak (P) = 1.5+(2.5/Öqm) 2.548 l/org/jm

Q peak = P.Qm.Pn 2,073.647 l/jm


0.576 l/dt
Q peak = 0.001 m3/dtk

Q Rencana = Qbanjir 1 + Q peak = 0.436 m3/dtk

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh debit puncak (Qp) sebesar 0.436 m3/detik

28 | LAPORAN HIDROLOGI
WAKTU KONSENTRASI (tc)
A1 Tc = t1 + t2
t1 = (2/3.3,28.L0.(nd/S)0.167
t2 = L/(60.V)
Dik: L saluran = 1200 m
L(badan jalan) = 6m = 2%
L(bahu jalan) = 0.6 m = 3%
L0(jarak permukaan) = 30 m = 1%
V(kec. Aliran) = 1.2 m/dtk
Koef hambat bdan jalan (nd) = 0.013
Koef hambat bahu jalan (nd) = 0.2
Koef hambat pemukiman (nd) = 0.2

t1 jalan = (2/3.3,28.L0.(nd/S)0.167 = 1.0318 mnt


t1 bahu = (2/3.3,28.L0.(nd/S)0.167 = 1.0718 mnt
t1 pemukiman = (2/3.3,28.L0.(nd/S)0.167 = 2.2578 mnt

t1 = t1 jalan + t1 bahu + t1 pemukiman = 4.3615 mnt = 0.072691

t2 = L/(60.V) = 16.667 mnt = 0.277778

Tc = t1 + t2 = 21.028 mnt = 0.350469

KOEF LIMPASAN

C1(badan jalan) = 0.800


A1 = 7,200.000 m2 = 0.0072 km2
C2(bahu jalan) = 0.200
A2 = 720.000 m2 = 0.0007 km2
C3(pemukiman) = 0.600
A3 = 0.030 = 0.0297 km2

C rata2 = 0.63062201

29 | LAPORAN HIDROLOGI
segmen Jalan Batu Cermin
Bentuk Penampang Trapesium
Luas aliran yang di perlukan (A)
A = Q/V (m2) T

Q= 0.436 m3/dtk f
V= 0.600 m/dtk
A= 0.727 m2 h

Syarat : b = 3h m = 1 : 0.4
b
b : lebar sal
d : Tinggi muka air saluran

dimensi saluan (b & h)


A = (b+mh)h
0.727074 = ( 3h + 1,5h ) h jadi, b= 1.206 m
0.727074 = 3 h2 + 1,5 h2 h= 0.402 m
0.727074 = 4.5 h2
h2 = 0.1615719
h = 0.4019601 m

b = 3 h
b = 3 x 0.40196
b = 1.20588 m

Tinggi jagaan (f)


f = Ö0,5.h atau dari tabel Tinggi jagaan saluran (KP 03)
jika Q = 0.436 m3/dtk , maka f =0.6 m
f= 0.600 m

Lebar Puncak ( T )
T = b+2m(h)
T = 1.2058804 + 0.8 x ( 0.402 ) T= 1.527 m
T = 1.5274485

30 | LAPORAN HIDROLOGI
Kesimpulan

Untuk mengurangi Banjir atau genangan yang terjadi di jalan batu cermin disebabkan
karena aliran permukaan pada saat intensitas hujan tinggi tidak tertampung oleh saluran
drainase yang ada maka dibuat design saluran tersebut yang bisa menampung debit 0.436
m3/ detik pada debit puncak pada periode ulang banjir 25 tahun. Maka dibuat demensi
ukuran tinggi saluran 100 cm lebar saluran atas 150 cm, lebar saluran bawah 120.

2.00

0.25 1.50 0.25

Pasangan Batu Dengan Mortar


1.00
1.15

Cerucuk Ulin 10x10x200 cm Jarak 2 m

0.15

0.40 1.20 0.40

31 | LAPORAN HIDROLOGI
32 | LAPORAN PENDAHULUAN

Anda mungkin juga menyukai