Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA

PASIEN DENGAN ARITMIA

DISUSUN OLEH

RIZZA ANDRIANI MANDANUSA 16011104011

SASKIA SUPIT 160111040

JEFERSON AREROS 160111040

YULINDA WORUNG 160111040

MARSEL WONOK 160111040

ROSY SAMBOW 160111040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aritmia adalah variasi – variasi di luar irama jantung berupa kelainan

pada kecepatan, keteraturan, tempat asal impuls, atau urutan aktivasi, dengan

atau tanpa adanya penyakit jantung structural yang mendasari. (Kamus

Kedokteran Dorland)

Berdasarkan definisi tersebut, maka kondisi yang tergolong sebagai

aritmia adalah laju dengan frekuensi terlalu cepat > 100 kali per menit atau

frekuensi yang terlalu lambat < 60 kali per menit, irama yang tidak teratur,

irama yang berasal bukan dari nodus SA (Sinoatrial Node), maupun adanya

hambatan impuls supra atau intraventrikular.

Adanya aritmia dapat menyebabkan beberapa kondisi yang berakibat

fatal, seperti cardiac arrest, kegagalan organ – organ lain (otak, ginjal, paru –

paru, hati), stroke (terutama aritmia jenis atrial fibrilasi).

Timbulnya aritmia dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti

hipertensi, diabetes, adanya kelainan jantung bawaan, dan penggunaan obat –

obat tertentu. Selain itu, aritmia juga dapat disebabkan oleh gangguan tiroid.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan

dibahas pada makalah kali ini adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi aritmia?

1
2. Apa penyebab aritmia?

3. Bagaimana manifestasi klinisnya?

4. Bagaimana penatalaksanaan medisnya?

5. Bagaimana patofisiologinya?

6. Bagaimana asuhan keperawatannya?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan

makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian aritmia

2. Untuk mengetahui penyebab aritmia

3. Untuk mengetahui manifestasi klinis aritmia

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis aritmia

5. Untuk mengetahui patofisiologi aritmia

6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan aritmia

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pendahuluan

Abnormalitas irama dan konduksi jantung dapat metaikan (kematian

mendadak akibat jantung), simtomatik (sinkope, near sinkope, mengantuk atau

berdebar-debar) atau asimtomatik. Gangguan ini menyebabkan penurunan

cardiac output sehingga mengganggu perfusi jantung atau miokardium atau

cenderung memburuk menjadi aritmia yang lebih serius dengan konsekuensi

serupa. Takikardia supraventrikuler stabil umumnya dapat ditoleransi dengan

baik oleh pasien tanpa penyakit jantung yang mendasari, tetapi dapat

menyebabkan iskemia miokardium atau gagal jantung kongestif pada pasien

dengan gangguan koroner, abnormalitas katup dan disfungsi miokardium baik

sistolik maupu diastolic. Takikardia yang berlangsung lama (> dari 10 -30

detik) sering menimbulkan gangguan hemodinamik dan lebih sering

memburuk menjadi fibrilasi ventrikel (Tierney, et.al, 2002).

B. Pengertian Aritmia

Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama

jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis

(Doenges, 1999). Sinus aritmia adalah gangguan irama, aritmia ini terjadi jika

ada interval RR pada strip EKG bervariasi lebih dari 0,12 detik, dari interval

RR terpendek sampai yang terpanjang (Hudak & Gallo, 1997). Disritmia

atrium adalah gangguan irama jantung yang pada gambaran EKG sering

3
tampak gelombang P terlihat premature dan bahkan dapat terbenam pada

gelombang T terdahulu, gelombang QRS tampak melebar atau kacau jika

dihubungkan (Hudak & Gallo, 1997).

C. Etiologi

Sinus aritmia merupakan fenomena normal, khususnya terlihat pada

orang muda dengan frekuensi jantung yang lebih rendah, ini juga dapat terjadi

setelah peningkatan tonus vagal, misalnya setelah pemberian digitalis atau

morfin (Hudak dan gallo, 1997). Aritmia jantung dapat disebabkan oleh:

1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard

(miokarditis karena infeksi)

2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri

koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.

3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat

anti aritmia lainnya

4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi

kerja dan irama jantung

6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)

8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung

10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem

konduksi jantung)

4
D. Manifestasi Klinik

1. Perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak

teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut

menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun

bila curah jantung menurun berat.

2. Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan

pupil.

3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat

antiangina, gelisah

4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi

nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan

komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau

fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema

(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penderita aritmia

adalah sebagai berikut:

1. Elektrokardiogram (EKG)

2. Monitor holter

3. Foto dada

4. Scan pencitraan miokardia

5. Tes stress latihan

5
6. Elektrolit

7. Pemeriksaan obat

8. Pemeriksaan tyroid

9. Laju sedimentasi

10. GDA/nadi oksimetri

F. Penatalaksaan Medis

Dalam terapi medis, obat – obat aritmia dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker

 Kelas 1 A

Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan

untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi

yang menyertai anestesi.

Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

 Kelas 1 B

Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel

takikardia.

Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

 Kelas 1 C

Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

2. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) : Atenolol, Metoprolol,

Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi

6
3. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) : Amiodarone, indikasi VT,

SVT berulang

4. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) : Verapamil, indikasi

supraventrikular aritmia

Terapi mekanis

1. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan

disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur

elektif.

2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat

darurat.

3. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan

mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada

pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.

4. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik

berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

G. Patofisiologi

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang

sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia timbul akibat perubahan

elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini

bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik

aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas

pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan

denyut dan konduksi (Hanafi, 1996). Disritimia ini karena ketidakteraturan

7
pada muatan nodus sinus, seringkali berhubungan dengan fase dari siklus

pernapasan nodus sinus secara bertahap dipercepat dengan inspirasi dan secara

bertahap melambat dengan ekspirasi. Juga terdapat bentuk non ekspirasi dari

disritmia (Hudak & Gallo, 1997). Disritmia atrial terjadi ketika terjadi

kontraksi atrium premature yaitu ketika impuls atrial ektopik keluar secara

premature dan pada kebanyakan kasus, impuls ini dikonduksi dalam gaya

normal melalui sistem konduksi AV ke ventrikel.

Suatu aritmia jantung adalah percepatan atau perlambatan yang tidak

tepat dalam kecepatan penghantaran listrik pada sistem hantaran khusus

jantung, termasuk nodus sinus, nodus AV, berkas his, sistem purkinje atau

pada jaringan kontraktil miokardium. Takiaritmia terjadi akibat meningkatnya

automatisasi dan reentry, sementara mekanisme bradiaritmia adalah kegagalan

pembentukan impuls di nodus sinus atau kegagalan konduksi impuls dalam

nodus AV pada sistem His- Purkinje. Diagnosis aritmia didasarkan pada hasil

rekaman EKG pada saat istirahat, uji daya tahan latihan atau rekaman

pemantauan Holter (Stein, 2001).

H. Pathways

Intoksikasi digitalis, Hipertiroidisme, jantung Pada orang muda dengan


ASMI, jantung reumatik, AMI, Gagal frekuensi jantung yg lebih
reumatik jantung rendah

Takikardi Disritimia artrial Sinus aritmia


supraventrikuler
parokismal

8
Gelombang P
premature & Gambaran EKG Interval RR
terbenam dalam lebih dari 0,12 detik
Frekuensi jantung
Gelombang T
150 – 250 x/mnt,
Gelompang P sebelumnya
mendahului
gelombang QRS

Gangguan pembentukan impuls/otomatisasi, abnormalitas


hantaran impuls, Re-entry, aktivitas yang terpacu

Penurunan kontraktilitas otot jantung &


gangguan konduksi elektrikal

Penurunan Preload &


peningkatan after load

Kurang informasi tentang


Mk. Resiko Penurunan
mekanisme disritmia & implikasi
cardiac out put
gaya hidup

Mk. Kurang Pengetahuan


(mekanisme disritmia &
implikasi gaya hidup

(Swearingen, 2001, Stein, 2001; Hudak & Gallo, 1997)

9
I. Pengkajian Gawat Darurat

Pengkajian Primer

1. Airways

 Batuk

 Bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada

menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri

(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal

 Hemoptisis

2. Breathing

 Nafas pendek

 Perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan

3. Circulation

 Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi )

 Nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi

 Bunyi jantung iramanya tak teratur

 Bunyi ekstra dan denyut menurun

 Kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,

berkeringat; edema

 Haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.

 Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat

antiangina, gelisah

 Dada berdebar – debar / palpitasi

 Kepala pusing atau sinkope

4. Ability

10
 Kelelahan umum

Pengkajian sekunder

1. Riwayat penyakit

 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi

 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit

katup jantung, hipertensi

 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya

kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi

2. Kondisi psikososial : Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,

menolak,marah, gelisah, menangis.

3. Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual

muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit

4. Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan

pupil.

5. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,

edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

J. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi penurunan cardiac out put berhubungan dengan gangguan

konduksi elektrikal dan penurunan kontraktilitas otot jantung

2. Kurang Pengetahuan (mekanisme disritmia & implikasi gaya hidup)

K. Intervensi Keperawatan

11
1. Resiko penurunan kardiak out put

Kriteria hasil

a. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang

dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat,

nadi teraba sama, status mental biasa

b. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia

c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.

Penanganan Primer

 Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan,

amplitudo dan simetris.

 Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut

jantung ekstra, penurunan nadi.

 Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi;

disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung

 Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas

selama fase akut.

 Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi

 Kolaburasi :

- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

- Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi

- Siapkan untuk bantu kardioversi elektif

- Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung

- Masukkan/pertahankan masukan IV

12
Penanganan Sekunder

 Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.

 Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal

relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi

 Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor

penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah

mengkerut, menangis, perubahan tekanan darah

 Kolaborasi :

- Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit

- Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif

- Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator

2. Kurang pengetahuan tentang mekanisme disritmia dan implikasi gaya

hidup

Kriteria hasil

Dalam 24 jam sebelum pulang pasien dan orang terdekat menyatakan

pengetahuan tentang penyebab disritmia dan implikasi pada modifikasi

gaya hidup

Penanganan Primer : -

Penanganan Sekunder

 Diskusikan mekanisme penyabab untuk disritmia termasuk gejala yang

ditimbulkan

13
 Beritahu gejala disritimia yang perlu perhatian medis seperti

palpitasi/dada berdebar-debara dalam waktu yang lama, nyeri dada,

sesak nafas, nadi cepat (>150 x/menit), pusing, sinkope

 Ajarkan klien dan keluarga cara mengukur frekuensi nadi

 Tekankan pentingnya menjalankan hidup normal, produktif dan selalu

minum obat

 Anjurkan pasien dan orang terdekat untuk mengikuti latihan RJP

 Anjurkan klien untuk melakukan diet rendah kolesterol

 Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres dan memungkinkan

pasien untuk menurunkan tonus simpatis.

14
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang

sering terjadi pada infark miokard. Aritmia atau disritmia adalah perubahan

pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit

abnormal atau otomatis.

Pemeriksaan medis yang dapat dilakukan antara lain adalah EKG.

Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana

disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah kerja). Juga

dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung /efek obat disaritmia.

Foto dada dapat menunjukan pembesaran bayangan jantung sehubungan

dengan disfungsi ventrikel atau katup dan sebagainya.

15
B. Referensi

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I

Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI ; 2001

Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik (terjemahan). Edisi

VI. Jakarta : EGC; 1997

Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.

Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta :

EGC ; 1994.

Swearingen. Seri Pedoman Praktis Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 2.

Jakarta : EGC; 2001

Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;

1996

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk.

Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

Stein, J. H. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam (terjemahan). Edisi 3.

Jakarta : EGC; 2001

Tierney, L.M., McPhee, S.J., Papadakis, M.A. Buku satu Diagnosis dan

Terapi Kedokteran Ilmu penyakit Dalam (terjemahan). Edisi Bahasa

Indonesai, Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2005

16

Anda mungkin juga menyukai