Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL MINI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN


MASYARAKAT TENTANG BENCANA GUNUNG MELETUS DI
LINGKUNGAN ENAM KELURAHAN TARATARA SATU KECAMATAN
TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

ROSY MARSELLA SAMBOW


16011104029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam merupakan sebuah fenomena alam yang sering terjadi diakibatkan
oleh dua faktor, yaitu karena faktor dari alam maupun karena ulah manusia. Faktor dari
alam terjadi karena berbagai proses yang terjadi di alam tanpa keterlibatan dari manusia
di dalamnya. Biasanya sulit untuk diperkirakan dan sulit pula untuk dihindari. Manusia
pun tak akan bisa untuk menghentikannya karena kekuatannya di luar jangkauan
kemampuan manusia. Manusia hanya berupaya mengurangi dampak buruk yang
ditimbulkan dengan memantau perkembangannya dan segera melakukan evakuasi ketika
bencana terjadi.
Bencana gunung meletus merupakan salah satu bencana alam akibat faktor dari
alam yang memiliki dampak yang sangat dahsyat. Di dunia, sudah banyak terjadi letusan
gunung berapi, bahkan berkategori super dahsyat. Salah satunya adalah Gunung Vesuvius
di Italia. Letusan gunung ini menjadi fenomenal karena menghancurkankan salah satu
kota legendaris di tahun 79 M, yaitu Kota Pompeii yang berada dibawah lembah gunung
sehingga menyebabkan kematian sebanyak 25.000 orang penduduk Pompeii yang
tertimbun berbagai material letusan gunung.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak
di dunia atau disebut dengan julukan Ring of Fire. Hal ini disebabkan oleh kondisi
geologis yang ada di Indonesia, dimana Indonesia terletak diantara beberapa lempengan
bumi dan beberapa dangkalan laut. Salah satu gunung yang meletus dengan dahsyat
adalah Gunung Toba di Provinsi Sumatera Utara yang sekarang menjadi danau Toba.
Gunung Toba merupakan Gunung Api Raksasa (Super Volcano). Diperkirakan meletus
pada 74.000 tahun lalu. Letusannya bahkan menyebabkan kekacauan iklim dan hampir
90% kehidupan di bumi saat itu musnah, termasuk juga umat manusia. Abu vulkanisnya
menutupi semua permukaan udara selama bertahun-tahun. Sekarang sisa material hasil
letusan gunung ini menjadi danau Toba.
Wilayah Provinsi Sulawesi Utara mempunyai beberapa gunung api yang masih
aktif, salah satunya adalah Gunung Api Kembar Lokon-Empung dengan Kawah
Tompaluan yang terletak di Kota Tomohon. Pada tahun 2014, Gunung Lokon di Kawah
Tompaluan meletus dengan lontaran material berupa pijar, pasir, dan hujan abu setinggi
sekitar 1.500 meter. Letusan ini mengakibatkan lebih dari 10.000 warga di beberapa desa
mengungsi ke Tomohon atau Manado.
Kondisi geologis, geografis, dan klimatis Kepulauan Indonesia yang berada di
titik pertemuan tiga lempeng tektonik besar yang aktif dan saling bertumbukan
menyebabkan tingginya potensi bencana alam. Berbagai peristiwa bencana yang terjadi
telah menimbulkan kerugian harta benda, korban jiwa dalam jumlah yang tidak sedikit
dan juga kemiskinan. Keadaan ini menunjukkan bahwa risiko bencana alam di Indonesia
masih cukup tinggi (Sudibyakto, 2007).
Kondisi wilayah Kota Tomohon terlebih khusus wilayah Kelurahan Taratara
sangat rawan dan rentan bencana apalagi bencana gunung meletus, oleh
karena itu perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memiliki
potensi, standar operasional dan prosedur penanggulangan bencana. Kota Tomohon
adalah salah satu bagian di Provinsi Sulawesi Utara yang daerahnya terdiri dari dataran
tinggi atau pegunungan. Kelurahan Taratara khususnya wilayah Taratara Satu berada di
lembah Gunung Lokon. Menurut kejadiannya baik skala besar, sedang dan ringan, banyak
warga menilai bencana gunung meletus terbesar terjadi
pada tahun 2011 yang menyebabkan terjadinya hujan debu yang dikeluarkan dari kawah
gunung api ini berbentuuk lava. Untung saja tidak ada satupun korban jiwa pada kejadian
yang menimpa desa tersebut (Badan Nasional Penanggulngan Bencana 2011).
Pada UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dan PP Nomor
21 tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana, risiko bencana dapat
dikurangi dengan melakukan tindakan pencegahan bencana. Sebelumnya pada kasus
Letusan Gunung Lokon tahun 2011 lalu pemerintah Kota Tomohon sudah melakukan
peringatan dini akan bahayanya letusan Gunung Lokon juga sudah dilakukan himbauan
untuk menggunakan masker saat beraktivitas diluar ruangan. Bagi masyarakat yang
berada disekitar wilayah dengan potensi bencana tinggi, maka pengetahuan tentang
kebencanaan merupakan salah satu kebutuhan mendasar. Untuk mendukung upaya
tersebut maka harus diketahui terlebih dahulu daerah yang rawan dan beresiko bencana
tinggi (Sunarto dan Rahayu, 2006).
Fenomena diatas menarik untuk dikaji secara ilmiah, masyarakat Kelurahan
Taratara Satu lebih bertahan menempati rumah di daerah titik rawan bencana alam dari
pada memikirkan bahaya atau resiko yang dapat terjadi secaa mendadak tanpa bisa
diduga apalagi diperkirakan dengan pasti. Masyarakat tentunya harus lebih mengetahui
tentang bencana alam baik makna dan tindakan yang harus dilakukan, persepsi atau pola
pandang untuk meminimalisir resiko bencana alam sehingga penanggulangan bencana
alam bersifat responsive partisipatory yakni terciptanya interaksi masyarakat dengan
lingkungan alam.
Untuk itu fenomena tersebut peneliti mengambil judul “Pengaruh Penyuluhan
Terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat Tentang Bencana Gunung Meletus Di
Lingkungan Enam Kelurahan Taratara Satu Kecamatan Tomohon Barat Kota
Tomohon”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Taratara Satu
Lingkungan Enam dalam menghadapi bencana gunung meletus?
2. Apakah tingkat penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat kesiapsiagaan
masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan tersebut, maka tujuan dari
penelitian adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Kelurahan Taratara Satu
Lingkungan Enam berkenaan dengan bencana gunung meletus.
2. Mengetahui pengaruh tingkat penyuluhan terhadap tingkat kesiapsiagaan
masyarakat.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan pemikiran yang didasari pada teori terhadap ilmu dan kajian praktis
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapi
bencana gunung meletus.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan Keperawatan
Hasil penelitian ini menambah wawasan ilmu pengetahuan keperawatan khususnya
tentang pengurangan resiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menhadapi bencana
gunung meletus.
3. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan peneliti mengenai kesiapsiagaan bencana gunung
meletus.
b. Diperolehnya gambaran tentang pengaruh tingkat penyuluhan terhadap tingkat
kesiapsiagaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bencana
Menurut UURI No 24 Tahun 2007 bencana adalah peristiwa/rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam.
Menurut Zaennudin (2009), resiko bencana letusan gunung api muncul dari
gabungan beberapa jenis ancaman bahaya letusan gunung api dengan kondisi suatu lokasi
atau wilayah. Ancaman bencana letusan gunung api yang dihadapi oleh masyarakat yang
tinggal di sekitar gunung api mempunyai tingkatan kerawanan bencana yang berbeda-
beda. Masyarakat yang bermukim di lembah gunung api sudah seharusnya memahami
tingkat kerawanan daerah tempat tinggalnya, agar mereka mampu mempertimbangkan
daerah mana yang aman saat terjadi letusan gunung api.
B. Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) masyarakat merupakan sejumlah
manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka
anggap sama. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri sebagai makhluk sosial
dan memiliki naluri yang selalu hidup dengan orang lain.
C. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah tahapan yang paling penting ketika bencana untuk
mengurangi korban jiwa. Kesadaran dan pemahaman hubungan antara bencana dan
kebutuhan dasar warga sangat penting. Kebutuhan dasar merupakan pondasi dari
pengurangan resiko bencana yang akan meningkatkan kesiapan warga terhadap bencana.
Sedangkan kesiagaan bersifat fungsional yang menyangkut fungsi terbaik secara
perseorangan maupun sebagai kelompok. Kesiapsiagaan bencana berarti suatu rangkaian
upaya yang sifatnya rutin dan fungsional (PASTI, 2009).

D. Kerangka Berfikir
Adapun kerangka konsep pada penelitian ini terdiri atas variable independen,
yaitu penyuluhan kesehatan sedangkan variable dependen adalah kesiapsiagaan. Berikut
ini adalah gambaran kedua variable yang akan diteliti:

Variabel Independen Variabel Dependen

Penyuluhan Kesehatan Kesiapsiagaan Menghadapi


Bencana Gunung Meletus

Ket: Variabel yang diteliti

Hubungan antar variabel

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini peneliti melihat adanya pengaruh dari penyuluhan kesehatan
terhadap kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gunung meletus.
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif Penelitian kualitatif
adalah menafsirkan serta menggambarkan keadaan sesuai dengan kenyatan yang sudah
diperoleh. Pada penelitian kualitatif, diharapkan peneliti mempunyai lebih banyak
keluasan dalam menyusun, mendiskripsikan, dan menganalisis hasil catatan data–data
dilapangan secara subjektif (Sugiyono, 2010). Pendekatan kualitatif dipilih karena objek
penelitian ini berupa kegiatan atau tindakan beberapa orang, yaitu tentang penyuluhan
terhadap kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gunung meletus.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan dan
menginventarisir konsepsi masyarakat atau pandangan ide, gagasan, tindakan atau
langkah-langkah yang dilakukan secara mendalam tentang bencana alam dan cara
penanggulangannya, berupa studi kasus, sebagaimana yang dikatakan Bogdan dan
Biklen (1982) bahwa studi kasus adalah kajian yang dirinci atas suatu latar,
atau satu orang obyek, suatu tempat penyimpanan dokumen, atau suatu peristiwa
tertentu.
B. Populasi
Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di sekitar daerah
lembah Gunung Lokon. Oleh karena terlalu luasnya dan banyaknya masyarakat yang
tinggal di sekitar lembah Gunung Lokon (Kecamatan Tomohon, Kota Tomohon) serta
dengan pertimbangan karakter penelitian kualitatif maka peneliti akan memfokuskan
studi ini pada masyarakat di Daerah Kelurahan Taratara Satu Lingkungan Enam dengan
jumlah 200 orang.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di Lingkungan Enam, Kelurahan Taratara Satu, Kecamatan
Tomohon Barat, Kota Tomohon yang merupakan salah satu daerah di Kota Tomohon
yang potensi rawan bencana gunung meletus dengan pertimbangan bahwa Kelurahan
Taratara berada pada letak geografis diantara Kelurahan Kayawu yang juga
memiliki posisi yang sama terletak di lembah Gunung Lokon. Kemudian, lama penelitian
dimulai dari tahap perencanaan hingga pelaporan dijadwalkan selama 1 bulan penelitian.
D. Sampel
Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel ditentukan oleh peneliti sendiri
dengan pertimbangkan peneliti serta mengetahui karakteristik dan sifat sampel tersebut.
Ada pun yang dijadikan subyek dalam penelitian ini dengan informan: masyarakat
sebagai individu yakni kepala keluarga atau ibu rumah tngga, Tokoh Masyarakat
(pengurus RW).
E. Etika Penelitian
1. Menghormati harkat dan martabat (respect for human dignity)
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuna penelitian melakukan penelitian tersebut. Peneliti juga
memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak
memberian informasi (berpartisipasi).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebbasan
individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)
Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh
perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan genre, agama, etnis dan
sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
benefits)
Suatu penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti
hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh
sebab itu, pelaksana penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi
rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian.

F. Alat Kumpul Data


1. Multiple Choice Questions (MCQ)
Penelitian ini menggunakan teknik pengmpulan data dengan menggunakan MCQ
yang dikembangkan penelitit berdasarkan materi bencana gunung meletus untuk
mengukur tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Lingkungan Enam Kelurahan
Taratara Satu.
MCQ ini terdapat 15 pertanyaan yang terdiri dari definisi letusan gunung api,
penyebab terjadinya letusan gunung api, dampak letusan gunung api, upaya
meminimalisir letusan gunung api, dan kesiapsiagaan (Tindakan sebelum, saat, dan
setelah) letusan gunung api, masing-masing 3 pertanyaan.
2. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Dalam penelitian ini diberikan intervensi yaitu pemberian penyuluhan kesehatan
berdasarkan satuan acara penyuluhan yang menjelaskan tentang proses kegiatan
penyuluhan.
a. Metode dalam penyuluhan:
1) Ceramah
2) Tanya jawab (diskusi)
3) Pemutaran video simulasi
b. Alat peraga dalam penyuluhan
1) Power Point (Slide)
2) Leaflet
3) LCD
4) Speaker
c. Proses kegiatan penyuluhan
Proses kegiatan penyuluhan disajikan dalambentuk table sebagai berikut:
Tabel 3.1 Proses Kegiatan Penyuluhan

NO. KEGIATAN RESPON MASYARAKAT WAKTU

1. Pendahuluan: 5 menit
a. Memberi salam pembuka Membalas salam
dan perkenalan diri
b. Menjelaskan tujuan
Mendengarkan
c. Kontrak waktu
Member respon
2. Penjelasan:
a. Definisi letusan gunung Mendengarkan dengan penuh Intervensi pertama:
api perhatian 30-40 menit
b. Penyebab letusan gunung
api
c. Dampak letusan gunung
Intervensi kedua:
api
d. Upaya meminimalisir 30-40 menit
resiko bencana letusan
gunung api
e. Tindakan yang dilakukan
sebelum, saat, dan setelah
letusan gunung api Intervensi ketiga:
f. Pemutaran video simulasi
30 menit

Menonton dengan penuh 10 menit


perhatian
3. Penutup: 15 menit
a. Tanya jawab Menanyakan hal yang belum
b. Menyimpulkan hasil
jelas
penyuluhan
c. Memberikan salam
Membalas salam
penutup

G. Prosedur Pengumpulan Data


1. Tahap Persiapan
a. Pengajuan judul penelitian
b. Membuat surat izin penelitian di bagian akademik program studi ilmu
keperawatan
c. Mendapat surat izin dari program studi ilmu keperawatan
d. Melapor dan mendapat izin dari pemerintah daerah Kelurahan Taratara Satu
2. Tahap pelaksanaan
Setelah mendapat izin dari pemerintah daerah, peneliti melakukan pengumpulan
data dengan cara:
a. Warga yang memenuhi criteria (calon partisipan), dijelaskan mengenai maksud
dan tujuan penelitian. Setelah partisipan paham tetang apa yang dijelaskan,
peneliti member lembar persetujuan sebagai bukti partisipan bersedia untuk
diteliti. Partisipan paham dengan jelas apa yang telah disampaikan. Setelah
partisipan bersedia dan telah mengisi lembar persetujuan, peneliti memulai untuk
melakukan intervensi atau perlakuan terhadap partisipan.
b. Peneliti melakukan pretest kepada Partisipan dengan mengisi lembar multiple
choice questions yang berisi pertanyaan tentang definsi, penyebab, dampak, upaya
dan kesiapsiagaan bencana letusan gunung api. Partisipan diberikan waktu untuk
mengisi MCQ selama 30 menit (setiap 1 MCQ diberi waktu 2 menit). Pretet
dilakukansatu hari sebelum diberikan intervensi.
c. Kemudian , Partisipan diberikan intervensi berupa penyuluhan kesehatan selama 3
kali
1) Intervensi Pertama, partisipan diberikan penyuluhan tentang definisi dan
penyebab bencana letusan gunung api selama 30 menit.
2) Intervensi Kedua, sebelum dilanjutkan dengan intervensi kedua peneliti
melakukan evaluasi tentang materi penyuluhan yang telah dijelaskan
sebelumnya. Evaluasi yang diberikan berupa multiple choice questions tentang
definisi dan penyebab letusan gunung berapi, hasil dari evealuasi yaitu seluruh
partisipan mengerti dengan materi penyuluhan tentang definisi dan penyebab
letusan gunung api. Selanjutnya, partisipan diberikan penyuluhan tentang
dmapak dan upaya meminimalisir bencana gunung meletus selama 30 menit.
3) Intervensi Ketiga, sebelum dilanjutkan dengan intervensi ketiga partisipan
diberikan evaluasi materi penyuluhan sebelumnya, evaluasi dengan
memberikan multiple choice questions yang berisi pertanyaan tentang dampak
dan upaya meminimalisisr bencana gunung meletus. Hasil dari evaluasi
sebagian besar partisipan sudah mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh
peneliti mengenai dampak dan upaya meminimalisir bencana gunung meletus
selama 30 menit, dan pemutaran video simulasi selama 10 menit. Setelah itu
peneliti menjelaskan kesimpulan dari keseluruhan intervensi yang sudah
diberikan.
d. Selanjutnya, peneliti melakukan posttest kepada partisipan dengan mengisi lembar
multiple choice questions dengan pertanyaan dan waktu yang sama seperti pretest.
Posttest dilakukan satu hari setelah diberikan intervensi.
3. Tahap Akhir
Data dimasukkan dalam table master dan pengolahan data dilakukan melalui
analisis statistik dengan menggunakan komputer.

H. Teknik Analisa Data


Data-data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan metode diskriptif
kualitatif yaitu dengan cara menggambarkan dan menjelaskan permasalahan secara
terperinci. Pada data yang diperoleh kemudian disusun dengan aturan–aturan dan analisa
sedemikian sehingga memperindah bahasan (Surhasimi, 2000). Di dalam menetapkan
suatu analisa dalam penelitian ini menggunakan tiga tahap yaitu: display data
(pengambilan data), reduksi data (pengolaan data) dan conclusion data
(kesimpulan) sehingga didapatkan data yang valid. Alasan peneliti menggunakan
deskriptif kualitatif karena metode ini menggambarkan Kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi bencana letusan gunug berapi. Setelah data dianalisa dengan metode
diskriptif kualitatif selanjutnya dibahas permasalahan tersebut hingga ada pada suatu
kesimpulan.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif model analisis interaktif
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984), melalui 4 tahap:
a. Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari subjek
penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian.
b. Reduksi Data
Peneliti mengedit data dengan cara memilih bagian data untuk dikode,
dipakai, dan yang diringkas, serta dimasukan dalam kategori yang diteliti.
c. Penyajian Data
Dalam penyajian data penelitian akan menyajikan semua data–data yang diperoleh
untuk menjawab dalam rumusan masalah dan tentunya ada kesesuaian rumusan
masalah dan penyajian data yang diperoleh.
d. Penarikan Kesimpulan
Proses penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk menganilis, mencari, makna dari
data yang ada sehingga dapat ditemukan dalam penelitian yang telah dilakukan.
I. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moelong (2010) pengecekan keabsahan data dapat dilakukan melalui
empat cara, yaitu melalui: (1) derajat kepercayaan, (2) keteralihan, (3) kebergantungan
(4) kepastian data peneliti.
Peneliti memeriksa kredibilitas dilakukan kegiatan: (a) diskusi dengan
teman sejawat dan pembimbing (b) triangulasi data dan metode. Diskusi teman
sejawat dilakukan dengan maksud meminta pendapat tentang penelitian yang
peneliti lakukan.
J. Pemaparan Data
Pemaparan data penelitian mencakup menyusun data secara sistematis, penulisan
data dalam teks naratif, dan penyajian temuan. Penyusunan data secara sistematis dimulai
dengan memasukkan hasil analisis data kedalam matrik cek data, kemudian dilanjutkan
dengan menyajikan data lengkap dalam bentuk kalimat yang dibuat berdasarkan
pernyataan informan dan disusun sesuai dengan sub-fokus penelitian.
K. Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian terdiri atas empat tahap, yaitu; (1) tahap pra
lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap
pelaporan hasil penelitian (Moleong, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Sudibyakto. 2007. Potensi Bencana Alam Dan Kesiapan Masyarakat
MenghadapiBencana (preparedness for Vulnerable Communities).
.Badan Geologi. 2011. Data Dasar GunungApi Indonesia. Edisi Kedua. 1991. “G.
Lokon”. Dalam Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus. No. 184.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, No. 02 tahun 2012. Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, LNRI Tahun 2007 Nomor 66, TLNRI Nomor
4723.
Sunarto dan Rahayu, Lies. 2006. Fenomena Bencana Alam di Indonesia. Jurnal
Kebencanaan Indonesia 1 (1): 1-5
Zaennudin, Akhmad. 2009. “Bencana Letusan Gunung Api” dalam “Perangkat diagnose
keseiapsiagaan bencana Indonesia (PASTI) Ancaman 7, 175 – 180. Jakarta Pusat: Humanitarian
Forum Indonesia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Bogdan, R.C dan Biklen, S.K. 1982. Qulitative Research for Education: An Introduction
to Theory and Methods, Boston: Allyn and bacon, Inc.
https: //kbbi.web.id/masyarakat
Nugroho, Kharisma, dkk. 2009. Perangkat diagnosa kesiapsiagaan bencana Indonesia
(PASTI. Jakarta Pusat: Humanitarian Forum Indonesia.
Surhasimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek, Jakarta : Rineka Cipta,
2000, Hlm,68.
Miles, M.B & Huberman A.M. 1984, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep
Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Moleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Happy A.P & Sunarto. 2011. Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung
Merapi. Skripsi Diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia.
Didit & Putra. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Manajemen Bencana Dengan
Prevention Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Gunung Meletus Pada Kepala Keluarga
Di RT 06/RW 01 Dusun Puncu Desa Puncu Kecamatan Puncu-Kediri. Skripsi Diterbitkan.
Kediri: Jurusan Ilmu Kesehatan STIKES Karya Husada Kediri

Anda mungkin juga menyukai