Anda di halaman 1dari 15

BAB V

DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI

A. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari Bahasa Yunani “demos” artinya rakyat, sedang
“kratein” berarti pemerintahan, maka arti Demokrasi ialah suatu pemerintahan
yang dipegang oleh rakyat, atau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat (from, by and
for other people), jadi Rakyat diikutsertakan dalam sistem pemerintahan negara.
Dalam kenyataan, baik dalam konsep maupun dalam praktek, demos
mengisyaratkan makna diskriminatif. Demos bukanlah rakyat keseluruhan, tetapi
hanya rakyat tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau kelompok
tertentu, atau kesepakatan formal yang terlibat dalam perwakilan. Tidak semua
warga Negara dapat langsung terlibat dalam perwakilan dan hanya mereka yang
hanya karena sebab tertentu, seperti mampu membangun pengaruh dan
menguasai suara politik terpilih sebagai wakil, sementara sebagian besar rakyat
hanya dapat puas jika kepentingannya terwakili.
Penyelenggaraan demokrasi atau kedaulatan rakyat bermula dari Yunani Kuno
yang dipraktekkan dalam hidup bernegara antara abad ke- 4 SM sampai dengan
abd ke- 6 M. Demokrasi yang dipraktekkan adalah demokrasi langsung artinya hak
rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh
rakyat atau warga negara. Hal ini dapat dilakukan karena Yunani pada waktu itu
adalah negara kota (polis) yang penduduknya terbatas terbatas pada sebuah kota
dan daerah sekitarnya dengan penduduk yang sangat sedikit. Meskipun ada
keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para anak,
wanita dan budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.
Karena adanya perkembangan zaman dan jumlah penduduk yang terus bertambah,
maka pelaksanaan demokrasi secara langsung seperti yang dicontohkan
masyarakat Yunani semakin sulit untuk dilaksanakan. Untuk menghindari kesulitan
seperti di atas dan rakyat tetap memegang kedaulatan tertinggi, maka dibentuklah
badan perwakilan rakyat. Maka mulailah dikenal demokrasi tidak langsung atau
demkrasi perwakilan sehingga dikenal adanya demokrasi langsung dan demokrasi
tidak langsung.
Sesuai perkembangan demokrasi bukan hanya di bidang pemerintahan dan politik,
tetapi di bidang-bidang yang lain, seperti ekonomi, dan budaya. Dengan demikian
dalam perkembangan dewasa ini demokrasi telah mendapatkan bentuk dan isi
yang semakin luas, tidak saja dalam hubungannya dengan negara, namun juga
telah menyangkut segala keperluan rakyat atau masing-masing individu. Demokrasi
dewasa ini telah mendapatkan arti yang lebih popular “hak kebebasan” merupakan
salah satu hak dasar manusia.
Dapat disimpulkan bahwa hakikat demokrasi adalah sebuah proses bernegara yang
tertumpu pada peran utama rakyat sebagai pemegang tertinggi kedaulatan.
Pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan yang meliputi tiga hal, yaitu sebagai
berikut.
1. Pemerintahan dari rakyat mengandung pengertian bahwa suatu pmerintahan
yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan
mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi, pemilihan umum.
2. Pemerintahan oleh rakyat memiliki pengertian bahwa suatu pemerintahan
menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elit
negara negara atau elit birokrasi. Selain pengertian ini, unsur ini megandung
pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah berada dalam
pengawasan rakyat.
3. Pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang
diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan
rakyat.
Secara substantive prinsip utama dalam demokrasi menurut Maswadi Rauf (1997)
yaitu:
a. Kebebasan/persamaan (freedom/equality)
b. Kedaulatan rakyat (people’s sovereignty)
Beberapa unsur-unsur penting penompang tegaknya demokrasi antara lain: 1.
Negara hukum, 2. Masyarakat Madani, 3. Aliansi kelompok strategis
1. Negara Hukum (Rechstaat atau The Rule of Law)
Negara hukum memiliku pengertian bahwa negara memberikan perlindungan
hukum bagi warga negaa melalui perlembagaan peradilan yang bebas dan tidak
memihak serta penjaminan Hak Asasi Manusia (HAM). Secara garis besar,
negara hukum adalah sebuah negara dengan gabungan kedua konsep
rechstaat dan the rule of law. Konsep rechstaat memiliki ciri-ciri, yaitu : 1.
Adanya perlindungan terhadap HAM; 2. Adanya pemisahan dan pembagian
kekuasaan pada lembaga negara untuk menjamin perlindungan HAM; 3.
Pemerintahan berdasarkan peraturan; dan 4. Adanya perlindungan HAM.
Adapun konsep the rule of law yang dicirikan oleh adanya: 1. Supremasi aturan-
aturan hukum; 2. Kesamaan kedudukan di depan hukum; dan 3. Jaminan
perlindungan HAM
Istilah negara hukum dalam penjelasan UUD 1945 berbunyi: “Indonesia ialah
negara yang berdasar atas hukum dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka.”
2. Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka,


egaliter, bebas dari dominasi, dan tekanan negara. Masyarakat madani
merupakan elemen yang sangat signifikan dalam membangun demokrasi. Posisi
penting masyarakat madani adalah adanya partisipasi masyarakat dalam
proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau
pemerintah.
Dalam praktiknya, masyarakat madani dapat menjalankan peran dan fungsinya
sebagai mitra kerja lembaga-lembaga negara maupun melakukan fungsi kontrol
terhadap kebijakan pemerintah. Masyarakat madani sebagaimana negara
menjadi sangat penting keberadaannya dalam mewujudkan demokrasi.
Masyarakat madani dapat tumpuan sebagai komponen penyeimbang kekuatan
negara yang memiliki kecendrungan koruptif.
3. Aliansi Kelompok Strategis
Aliansi kelompok strategis terdiri dari partai politik, kelompok gerakan dan
kelompok penekan atau kelompok kepentingan termasuk di dalamnya pers yang
bebas dan bertanggung jawab. Adapun kelompok gerakan yang diperankan
oleh organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU),
Persatuan Islam (Persis), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),
Pergerakan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan
Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) dan organisasi masyarakat lainnya.
Sejenis dengan kelompok ini adalah kelompok penekan atau kelompok
kepentingan. Kelompok ketiga ini adalah sekelompok orang dalam sebuah
wadah organisasi yang didasarkan pada criteria keahlian sepeti Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Asosiasi Ilmuwan Politik Indonesia (AIPI), Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (HIPMI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dan
sebagainya. Bersamaan dengan kelompok politik, kedua kelompok dua terakhir
ini dapat saling bekerja sama dengan kelompok lainnya untuk melakukan opsisi
terhadap pemerintah manakala ia berjalan tidak demokratis
B. Bentuk demokrasi dalam pengertian Sistem Pemerintahan Negara.
Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan. Hal itu sesuai dengan kata Demokrasi
yang berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos/cratein(pemerintahan). Demokrasi
berarti pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
Demokrasi Pacasila berarti demokrasi yang dijiwai oleh nilai – nilai luhur Pancasila.
Sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi meliputi unsur – unsur sebagai berikut.
a. Adanya partisipasi masyarakat secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
b. Adanya pengakuan akan supremasi hukum (daulat hukum).
c. Adanya kebebasan, di antaranya : kebebasan berekspresi dan berbicara atau
berpendapat, kebebasan untuk berkumpul dan berorganisasi, kebebasan
beragama dan berkeyakinan, kebebasan untuk menggugat pemerintah,
kebebasan untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, dan kebebasan
untuk mengurus nasib sendiri.
d. Adanya pengakuan supremasi sipil atas militer
Secara klasik pembagian bentuk pemerintahan menurut Plato dibedakan sebagai
berikut:
1. Monarki, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang
sebagai pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak.
2. Tirani, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang sebagai
pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan pribadi.
3. Aristokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
orang yang memimpin dan dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak.
4. Oligargi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok dan
dijalankan untuk kelompok itu sendiri.
5. Demokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dan
dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak.
6. Mobokrasi/Okhlokrasi yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh
rakyat, tetapi rakyat yang tidak tahu apa-apa rakyat yang tidak berpendidikan
dan rakyat yang tidak paham tentang pemerintahan yang akhirnya
pemerintahan yang dijalankan tidak berhasil untuk kepentingan rakyat banyak.
Bentuk pemerintahan monarki, aristokrasi dan demokrasi dikatakan sebagai
bentuk pemerintahan yang baik, sedang bentuk tirani, oligarki dan mobokrasi
adalah bentuk yang buruk dari pemerintahan. Berbeda dengan Plato, Aristoteles
mengemukakan adanya tiga macam bentuk pemerintahan yang ideal yang
disebutnya good constitution yang meliputi monarki, aristokrasi dan polity.
Sedangkan pemerintahan yang buruk atau bad constitution meliputi tirani,
oligarki dan demokrasi.
Nicollo Machiavelli membagi bantuk pemerintahan secara modern menurut
dibedakan menjadi :
a) Monarki adalah bentuk pemerintahan berupa kerajaan Pemimpin negaranya
bergelar raja, ratu, kaisar, atau sultan.
b) Republik adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin satu orang yang
disebut presiden atau perdana menteri.
Pembagian bentuk pemerintahan diatas dibedakan berdasarkan cara
pengangkatan atau pemilihan pemimpin negara. Jika pemimpin negaranya
dipilih dengan cara pemilihan maka bentuk pemerintahannya adalah republik,
tapi jika pemimpin negaranya diwariskan secara turun-temurun maka bentuk
pemerintahannya berupa monarki.
C. Negara Demokrasi
Negara demokrasi adalah negara yang menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dan
berkedaulatan dalam menjalankan pemerintahan negaranya. Sebaliknya, negara
nondemokrasi menjalankan prinsip nondemokrasi, seperti diktaktor atau otoriter
dalam menjalankan pemerintahan negaranya.
Beberapa prinsip demokrasi sebagai berikut :
a. Pemisahan kekuasaan, yaitu legislative, eksekutif, dan yudikatif. Masing-masing
kekuasaan dijalankan oleh lembaga yang berbeda.
b. Pemerintahan konstitusional, yaitu kekuasaan pemerintahan dibatasi dan
menjamin hak warga negaranya berdasarkan konstitusi.
c. Mempunyai prinsip sebagai negara hukum atau rule of law dengan supremasi
hukum dan persamaan di depan hokum.
d. Menjalankan pemerintahan melalui musyawarah tanpa kekerasaan.
e. Adanya pemilihan umum /pemilu secara bebas dan demokratis.
f. Manajemen kepemimpinan dilakukan secara terbuka dan bertanggung jawab.
g. Pengakuan hak-hak minoritas
h. Adanya kebebasan berpendapat, berbicara, dan kebebasan pers.
i. Adanya perlindungan hak asasi manusia.
j. Badan peradilan yang bebas dan merdeka.
k. Adanya lebih dari satu partai atau banyak politik.
Beberapa prinsip nondemokrasi sebagai berikut :
1. Pemusatan kekuasaan, yaitu kekuasaan legistatif, eksekutif, dan yudikatif
dijalankan oleh satu lembaga yang sama.
2. Pemerintahan dijalankan bukan berdasarkan konstitusi tetapi untuk kekuasaan
pribadi.
3. Prinsip negara kekuasaan atau rule of power ditandai dengan supremasi
kekuasaan dan perbedaan di depan hukum.
4. Pembentukan pemerintahan tidak dijalankan secara musyawarah tetapi secara
dekrit.
5. Pemilihan umum tidak demokratis.
6. Hanya terdapat satu partai yang berkuasa penuh
7. Menejemen kepemimpinan dilakukan secara tertutup dan tidak bertanggung
jawab.
8. Tidak mengakui hak minoritas
9. Tidak adanya kebebasa perpendapat, berbicara, dan kebebasan pers.
10. Tidak adanya perlindungan hak asasi manusia.
11. Badan peradilan tidak bebas dan diintervensi oleh penguasa.
12. Berprinsip dogmatism dan banyak doktrin.
Setidaknya ada enam norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan
masyarakat yang demokratis.
1. Kesadaran akan pluralisme. Kesadaran akan kemajemukan tidak sekedar
pengakuan pasif akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Kesadaran atas
kemajemukan menghendaki tanggapan dan sikap positif terhadap kemajemukan
itu sendiri secara pasif. Jika norma ini dijalankan secara sadar dan konsekuen
diharapkan dapat mencegah munculnya sikap pandangan hegemoni mayoritas
dan tirani minoritas.
2. Musyawarah. Makna dan semangat musyawarah ialah mengharuskan adanya
keinsafan dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima
kemungkinan untuk melakukan negosiasi dan kompromi-kompromi sosial dan
politik secara damai dan bebas dalam setiap keputusan bersama. Konsekuensi
dari prinsip ini adalah kesediaan setiap orang maupun kelompok untuk menerima
pandangan yang berbeda dari orang atau kelompok lain dalam bentuk-bentuk
kompromi melalui jalan musyawarah yang berjalan secara seimbang dan aman.
3. Cara haruslah sejalan dengan tujuan. Norma ini menekankan bahwa hidup
demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah sejalan dengan
tujuan. Demokrasi pada hakikatnya tidak hanya sebatas pelaksanaan prosedur-
prosedur demokrasi, tetapi harus dilakukan secara santun dan beradab.
4. Norma kejujuran dalam pemufakatan. Suasana masyarakat demokrasi dituntut
untuk menguasai dan menjalankan seni permusyawaratan yang jujur dan sehat
untuk mencapai kesepakatan yang memberi keuntungan semua pihak.
Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing-masing
pribadi atau kelompok memiliki pandangan positif terhadap perbedaan pendapat
dan orang lain.
5. Kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban. Pengakuan akan kebebasan
nurani, persamaan hak dan kewajiban bagi semua merupakan norma demokrasi
yang harus diintegrasikan dengan sikap percaya pada iktikad baik orang dan
kelompok lain.
6. Trial and error dalam berdemokrasi. Demokrasi bukanlah sesuatu yang telah
selesai dan siap saji, tetapi ia merupakan sebuah proses tanpa henti.
D. Demokratisasi
Disamping kata demokrasi kita mengenal istilah demokratisasi. Demokratisasi adalah
penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada setiap kegiatan politik
kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan demokrasi.
Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju pada sistem pemerintahan yang
lebih demokratis.
Demokratisasi melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Tahapan pertama adalah pergantian dari penguasa nondemokrasi ke penguasa
demokrasi
2. Tahapan kedua adalah pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik demokrasi.
3. Tahapan ketiga adalah konsolidasi demokrasi
4. Tahapan keempat adalah praktik demokrasi sebagai budaya politik bernegara.
Samuel Huntington (2001), menyatakan bahwa proses demokratisasi melalui tiga (3)
tahapan, yaitu pengakhiran rezim nondemokrasi, pengukuhan rezim demokratis dan
pengkonsolidasian sistem yang demokratis.
Oleh karena itu demokratisasi sebagai proses menuju demokrasi memiliki cirri-ciri
sebagai berikut:
a. Berlangsung secara evolusioner
Berlangsung dalam waktu yang lama, berlahan, bertahap dan bagian demi bagian.
Mengembangkan nilai demokrasi dan membentuk lembaga-lembaga demokrasi tidak
dengan cepat.
b. Proses perubahan secara persuasif bukan koersif
Demokratisasi dilakukan tidak dengan paksaan, kekerasan atau tekanan. Proses
menuju demokrasi dilakukan dengan cara musyawarah yang melibatkan setiap warga
negara. Perbedaan diselesaikan dengan baik tanpa kekerasan.
c. Proses yang tidak pernah selesai
Demokratisasi merupakan proses yang berlangsung terus menerus. Demokrasi adalah
sesuatu yang ideal tetapi tidak dapat dicapai. Tidak ada negara yang sepenuhnya
negara demokrasi, tetapi negara sedapat mungkin mendekati criteria demokrasi.
E. Demokrasi di Indonesia
a. Demokrasi Desa
Bangsa Indonesia sejak dahulu sesungguhnya telah mempraktekkan ide tentang
demokrasi meskipun masih sederhana dan bukan dalam tingkat kenegaraan. Desa-
desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan
pemimpin dan adanya budaya bermusyawarah dengan istilah rembug desa di Jawa,
musyawarah nagari di Minangkabau, sakehe desa di Bali, begundem di masyarakat
Sasak dan sebagainya.
Demokrasi desa memiliki lima unsur, yaitu:
1. Rapat
2. Mufakat
3. Gotong royong
4. Hak mengadakan protes bersama, dan
5. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolute.
Yang perlu dipahami bahwa demokrasi desa tidak dapat dijadikan pola
demokrasi untuk Indonesia modern, akan tetapi kelima unsur tersebut dikembangkan
menjadi konsep demokrasi Indonesia yang modern
b. Demokrasi Pancasila
Bersumber pada ideologinya, demokrasi yang berkembang di Indonesia adalah
demokrasi Pancasila. Nilai-nilai dari setiap sila pada pancasila sesuai dengan ajaran
demokrasi, bukan ajaran otoritarian atau tortalitarian. Nilai-nilai luhur pancasila yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 sesuai dengan pilar-pilar demokrasi modern.
Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai pancasila tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Kedaulatan Rakyat
Hal ini didasarkan pada pembukaan UUD 1945 aline IV yaitu “... yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat ...”.
Kedaulatan rakyat merupakan esensi dari demokrasi
b. Republik
Pada aline IV pembukaan UUD 1945 berbunyi “... yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia...”. Republik berarti res publica yang artinya
negara untuk kepentingan umum.
c. Negara Berdasar atas Hukum
Hal ini didasarkan pada kalimat “.... Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial...”. Negara Indonesia menganut hukum arti luas atau materil.
d. Pemerintahan yang Konstitusional
Didasarkan pada kalimat “... maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia...”. UUD negara
Indonesia 1945 adalah konstitusi negara.
e. Sistem Perwakilan
Didasarkan pada sila keempat Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
f. Prinsip Musyawarah
Seperti halnya pada sistem perwakilan, prinsip musyawarah didasarkan pula pada
sila keempat Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
g. Prinsip ketuhanan
Demokrasi di Indonesia harus dapat dipertanggungjawabkan ke bawah, yaitu
rakyat dank e atas yaitu Tuhan
c. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Sejarah demokrasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam empat periode:
periode 1945-1959, periode 1959-1965, periode 1965-1998, dan periode pasca-
Orde Baru.

1. Periode 1945-1965
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan Demokrasi
Parlementer. Namun, dianggap kurang cocok untuk Indonesia. Lemahnya
budaya demokrasi untuk mempraktikkan demokrasi model Barat ini telah
memberi peluang sangat besar kepada partai-partai politik untuk
mendominasi kehidupan sosial-politik.
Akibatnya, pemerintahan yang berbasis pada koalisi politik pada masa ini
jarang dapat bertahan lama. hal ini mengakibatkan destabilisasi politik
nasional yang mengancam integrasi nasional yang sedang dibangun.
Faktor-faktor dia atas ditambah dengan kegagalan partai-partai dalam
Majelis Konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar negara
untuk undang-undang dasar baru, mendorong Presiden Soekarno untuk
mngeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, yang menegaskan
berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, masa
demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir, digantikan oleh
Demokrasi Terpimpin yang memosisikan Presiden Soekarno menjadi pusat
kekuasaan negara.
2. Periode 1959-1965
Periode ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin. Ciri-ciri
demokrasi ini adalah dominasi politik presiden dan berkembangnya
pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam panggung politik
nasional. Hal ini disebabkan oleh lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
sebagai usaha untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan politik melalui
pembentukkan kepemimpina persoalan yang kuat. UUD 1945 memberi
peluang seorang presiden untuk memimpin pemerintahan selama lima tahun,
ketetapan MPRS No. III/1963 mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden
seumur hidup. Lahirnya ketetapan MPRS ini secara otomatis telah
membatalkan pembatasan waktu lima tahun sebagaimana ketetapan UUD
1945.
Ini terbukti melahirkan tindakan dan kebijakan yang menyimpang dari
ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Pada tahun 1960 Presiden
Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum,
padahal dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 secara eksplisit
ditentukan bahwa presiden tidak memiliki wewenang untuk berbuat demikian.
Sejak diberlakukan Dekrit Presiden 1959 telah terjadi penyimpangan
konstitusi oleh Presiden Soekarno.
Dalam pandangan Ahmad Syafi’i Ma’arif, Demmokrasi Terpimpin sebenarnya
ingin menempatkan Presiden Soekarno ibarat seorang ayah dalam sebuah
keluarga besar dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Kekeliruan
sangat besar dalam Demokrasi Terpimpin adalah pengingkaran terhadap
nilai-nilai demokrasi, yakni lahirnya absolutisme dan terpusatnya kekuasaan
pada diri pemimpin, dan pada saat yang sama hilangnya kontrol sosial dan
check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.
Peran politik Partai Komunis Indonesia (PKI) sangatlah menonjol.
Dalam Dekrit Presiden 5 Juli menegaskan bahwa didirikan banyak badan
ekstra konstitusional seperti Front Nasional yang digunakan oleh PKI
sebagai wadah kegiatan politik.
Akhir dari sistem Demokrasi Terpimpin Soekarno yang berakibat pada
perseteruan politik ideologis antara PKI dan TNI adalah peristiwa berdarah
yang dikenal dengan Gerakan 30 September 1965.
3. Periode 1965-1998
Periode ini merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto dengan
Orde Barunya. Orde Baru, sebagaimana dinyatakan oleh pendukungnya,
adalah upaya untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap Undang-
Undang Dasar 1945 yang terjadi dalam masa Demokrasi Terpimpin.
Kebijakan pemerintah sebelumnya yang menetapkan masa jabatan persiden
seumur hidup untuk Presiden Soekarno telah dihapuskan, diganti dan dipilih
kembali melalui proses pemilu.
Demokrasi Pancasila menawarkan tiga komponen demokrasi. Pertama,
demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya adalah menegakkan
kembali asas-asas negara hukum dan kepastian hukum. Kedua, demokrasi
dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak bagi
semua warga negara. Ketiga, demokrasi dalam bidang hukum pada
hakikatnya bahwa pengakuan dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas
yang tidak memihak.
Demokrasi Pancasila dikampanyekan oleh Orde Baru hanya sebatas retorika
politik belaka. Penguasa Orde Baru bertindak jauh dari prinsip-prinsip
demokrasi. M. Rusli Karim menyatakan ketidakdemokratisan penguasa Orde
Baru ditandai oleh:
1. Dominannya peranan militer (ABRI).
2. Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik.
3. Pengebirian peran dan fungsi partai politik.
4. Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan
publik.
5. Politik masa mengambang.
6. Monolitisasi ideology negara.
7. Inkorporasi lembaga nonpemerintah.
4. Periode Pasca-Orde Baru
Periode pasca-Orde Baru sering disebut dengan era Reformasi.
Periode ini erat hubungannya dengan gerakan reformasi rakyat yang
menuntut pelaksanaan dengan demokrasi dan HAM secara konsekuen.
Tuntutan ini ditandai oleh lengsernya Presiden Soeharto dari tampuk
kekuasaan Orde Baru pada Mei 1998, setelah lebih tiga puluh tahun
berkuasa dengan Demokrasi Pancasilanya.
Pengalaman pahit yang menimpa Pancasila, yang pada dasarnya
sangat berbuka, inklusif, dan penuh nuansa HAM, berdampak pada
keengganan kalangan tokoh reformasi untuk menambahkan atribut tertentu
pada kata demokrasi. Demokrasi yang hendak dikembangkan setelah
kejatuhan rezim Orde Baru adalah demokrasi tanpa nama atau demokrasi
tanpa embel-embel di mana hak rakyat merupakan komponen inti dalam
mekanisme dan pelaksanaan pemerintahan yang demokratis.
F. Pemilihan Umum dan Partai Politik
1. Pemilu Indonesia di Era Reformasi
Pemilihan umum merupakan salah satu mekanisme demokrasi untuk
menentukan pergantian pemerintahan di mana rakyat dapat terlibat dalam
proses pemilihan wakil mereka di parlemen dan pemimpin nasional maupun
daerah yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan
aman. Sejak era Reformasi Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama yang
dilakukan dengan banyak partai politik. Sebanyak 48 partai politik menjadi
kontestan Pemilu 1999 ini.
Perjalanan reformasi Indonesia semakin menunjukkan kualitasnya pada
pemilu 2004 yang dilaksanakan secara serentak pada 5 April 2004. Rakyat tidak
hanya terlibat langsung dalam pemilihan wakil mereka yang duduk di Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), mereka dapat langsung memilih presiden
dan wakil presiden. Putaran pertama yang diselenggarakan pada 5 Juli 2004
yang memenangkan pasangan H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad
Jusuf Kalla. Pasangan ini merupakan presiden dan wakil presiden pertama
Indonesia yang dipilih secara langsung oleh rakyat di era reformasi.
Pemilu 2009 merupakan pemilihan umum ketiga di era Reformasi. Pemilu
2009 sejumlah 38 partai nasional dan 6 partai lokal dari daerah pemilihan
Nanggroe Ace Darussalam. Pada pemilu presiden dan wakil presiden ini
mengantarkan H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono menjadi
pemenangnya. Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemilu maupun
pemilukada adalah lembaga pengawas dan pemantau pemilu: Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu).
2. Partai Politik
Selain sebagai struktur kelembagaan politik yang anggotanya bertujuan
mendapatkan kekuasaan dan kedudukan politik, partai politik adalah sebagai
wadah bagi penampungan asprirasi rakyat. Terkait dengan partai politik adalah
sistem kepartaian yang berbeda pada setiap negara: ada sistem satu partai,
sistem dwipartai dan banyak partai.
a. Sistem satu partai
Sistem ini sama seperti tak ada partai politik, karena hanya ada satu
partai untuk menyalurkan aspirasi rakyat. Asiprasi rakyat kurang berkembang,
segalanya ditentukan oleh satu partai tanpa adanya partai lain, baik sebagai
saingan maupun sebagai mitra. Contohnya, Partai Fasis di Italia, Partai
Komunis di Uni Soviet, RRC dan Vietnam.

b. Sistem Dwipartai

Sistem ini adalah sistem dua partai sebagai wadah penyalur aspirasi
rakyat. Seperti di Amerika Serikat, ada Partai Republik dan Partai Demokrat.

c. Sistem Banyak (Multi) Partai

Negara yang menganut sistem multipartai antara lain Jerman, Perancis,


Jepang, Malaysia, dan Indonesia. Jika tidak ada partai yang meraih suara
mayoritas, maka dibentuk pemerintahan koalisi yang terdiri banyak partai
politik.

G. Pendidikan Demokrasi

Anda mungkin juga menyukai