Anda di halaman 1dari 23

KONSTIPASI

NUR HELMY SUPARMAN


NURUL AZMI R
NURUL MUTIA
EPIDEMIOLOGI
Sembelit mempengaruhi semua kelompok umur tetapi lebih sering terjadi
pada orang tua: hingga 20% dari orang tua, dibandingkan dengan 8% dari
setengah baya dan 3% dari orang muda, mencari nasihat medis untuk
sembelit. Pada orang lanjut usia, pola makan yang buruk, asupan cairan yang
tidak mencukupi, kurangnya olahraga, keadaan penyakit yang bersamaan, dan
penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi konstipasi semuanya telah
diidentifikasi sebagai faktor-faktor penyebab. Sembelit dilaporkan dua kali
lebih rentang pada wanita daripada pria, meskipun ini mungkin
mencerminkan kemungkinan lebih besar bahwa mereka mencari nasihat
medis. Namun, sembelit sering terjadi pada kehamilan lanjut (hingga 40%
wanita) karena peningkatan estrogen yang bersirkulasi, menurunnya
motilitas gastro-intestinal dan pengosongan usus yang tertunda yang
disebabkan oleh perpindahan rahim ke usus besar. Juga telah dilaporkan
bahwa antara 5% dan 10% anak mengalami konstipasi dan lebih umum
terjadi pada bayi yang diberi susu formula.
ETIOLOGI
Penyebab langsung disebabkan oleh kolon atau rektum termasuk
obstruksi dari neoplasma, penyakit Hirschsprung (tidak adanya neuron
di segmen berpenyakit dari sfingter anal internal), obstruksi saluran
keluar karena prolaps rektum atau kerusakan pada saraf pudendus,
biasanya saat persalinan. Penyebab sembelit di luar usus besar
termasuk diet yang buruk, asupan serat yang tidak memadai, asupan
air yang tidak memadai, asupan kafein yang berlebihan, penggunaan
obat-obatan dengan efek samping sembelit atau gangguan sistemik
seperti hipotiroidisme, neuropati otonom diabetes, cedera tulang
belakang, kecelakaan serebrovaskular, multiple sclerosis. atau penyakit
Parkinson.
PATOFISIOLOGI
• Proses defekasi normal memerlukan keadaan anatomi dan inervasi normal
dari rektum, otot puborektal dan sfingter ani. Rektum adalah organ sensitif
yang mengawali proses defekasi. Tekanan pada dinding rektum akan
merangsang sistem saraf intrinsik rektum dan menyebabkan relaksasi
sfingter ani interna, yang dirasakan sebagai keinginan untuk defekasi.
Sfingter anal eksterna kemudian menjadi relaksasi dan feses dikeluarkan
mengikuti peristaltik kolon melalui anus. Relaksasi sfingter tidak cukup
kuat, maka sfingter anal eksternal dibantu otot puborektal akan
berkontraksi secara refleks dan refleks sfingter internal akan menghilang,
sehingga keinginan defekasi juga menghilang (Van Der Plas, 2000).

• Proses defekasi yang tidak lancar akan menyebabkan feses menumpuk


hingga menjadi lebih banyak dari biasanya dan dapat menyebabkan feses
mengeras yang kemudian dapat berakibat pada spasme sfingter ani. Feses
yang terkumpul di rektum dalam waktu lebih dari satu bulan
menyebabkan dilatasi rektum yang mengakibatkan kurangnya aktivitas
peristaltik yang mendorong feses keluar sehingga menyebabkan retensi
feses yang semakin banyak. Peningkatan volume feses pada rektum
menyebabkan kemampuan sensorik rektum berkurang sehingga retensi
feses makin mudah terjadi (Van Der Plas, 2000).
FAKTOR PENYEBAB KONSTIPASI
TERAPI
• Non Farmakologi
Non Farmakologi dianjurkan sebagai terapi pertama untuk
semua kelompok pasien, kecuali yang sakit parah. Ini
sering termasuk peningkatan asupan cairan pada saat yang
sama dengan mengurangi asupan teh atau kopi yang kuat
atau berlebihan, karena ini bertindak sebagai diuretik dan
berfungsi untuk membuat sembelit lebih buruk.
Umumnya direkomendasikan bahwa asupan serat dalam
bentuk buah, sayuran, sereal, makanan biji-bijian, roti
gandum, dll ditingkatkan menjadi sekitar 30 g / hari.
(MeReC, 2004).
• Drug treatment

Drug treatment diindikasikan di mana ada impaksi feses, sembelit yang


terkait dengan penyakit, operasi, kehamilan, diet yang buruk, di mana
obat sembelit diinduksi, di mana strain usus tidak diinginkan, dan
sebagai bagian dari persiapan usus untuk operasi. Berbagai pencahar
tersedia dapat diklasifikasikan sebagai pembentuk massal, stimulan,
pelunak osmotik dan faecal.
Secara umum, orang yang sehat, aktif, dan lanjut usia harus dirawat
sebagai orang dewasa muda. Sebaliknya, manajemen sembelit pada
anak-anak seringkali lebih kompleks. Perawatan dini diperlukan di
anak-anak untuk menghindari mengembangkan megarectum, impaksi
tinja dan inkontinensia overflow. Tergantung situasinya, terapi perilaku
dapat diindikasikan. Dalam kehamilan, jika obat pengobatan
diperlukan, laksatif pembentuk massal adalah pilihan pertama, tetapi
jika tinja tetap keras maka baik berubah menjadi atau menambahkan
laktulosa atau makrogol dianjurkan. Sebaliknya, jika ada tinja lembut
tetapi wanita itu masih menemukan kesulitan dalam melewati tinja itu
pencahar stimulan harus dipertimbangkan.
Bulk-forming agents.
• Ispaghula, metilselulosa dan sterculia memiliki mekanisme yang paling mendekati
dengan fisiologis normal yang terlibat dalam evakuasi usus dan dianggap oleh banyak
orang sebagai obat pencahar pilihan.
• Agen ini sangat berguna ketika pasien tidak bisa atau tidak mau meningkatkan asupan
serat makanan.
• Bulk laksatif bekerja dengan cara mengembang di usus dan meningkatkan massa feses
sehingga peristaltik usus dirangsang.
• Efek laksatif dapat memakan waktu beberapa hari.
• Kandungan natrium pada bulk laksatif (sebagai natrium bikarbonat) harus
dipertimbangkan pada mereka yang memerlukan pembatasan asupan natrium. Ketika
merekomendasikan penggunaan bulk laksatif, apoteker harus menyarankan bahwa
peningkatan asupan cairan akan diperlukan.
• Sebelum mengkonsumsi bulk laksatif, karena sediaannya dalam bentuk butiran atau
bubuk, sediaan harus dicampur dengan segelas penuh cairan (misalnya jus buah atau air).
• Obstruksi usus mungkin timbul dari asupan cairan yang tidak memadai pada pasien yang
memakai bulk laksatif, terutama yang ususnya tidak berfungsi dengan baik sebagai akibat
dari penyalahgunaan obat laksatif stimulant
• Tidak dianjurkan pada pasien dengan kolon atonia, obstruksi usus atau impaksi feses
dan mereka kurang efektif, atau bahkan memperparah konstipasi, pada mereka yang
tidak memiliki mobilitas.
Stimulant laxatives
• Obat-obatan dalam kelompok ini termasuk bisacodyl, senna dan dantron.
• Stimulan laksatif bekerja dengan cara meningkatkan peristaltik dan sering menimbulkan
kram usus
• Penggunaan stimulan laksatif (iritan atau kontak laksatif) tidak sering dengan
maksimum pemakaian 1 minggu. Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit bahkan hipokalemia
• Mula kerjanya lebih cepat dibandingkan dengan bulk forming yaitu dalam waktu 4-12
jam setelah obat diminum sehingga obat diminum pada malam hari agar efek dapat
dihasilkan pada pagi harinya.
• Tidak diizinkan bagi anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Beberapa produk dari
stimulant laksatif merupakan produk OTC. Pemakaian dari stimulant laksatif tidak
dianjurkan bagi ibu hamil.
Osmotic laxatives.
• Laktulosa bekerja dengan menjaga volume cairan dalam usus.
• Laksatif osmotik mungkin memerlukan waktu 1-2 hari untuk bekerja.
• Laktitol secara kimiawi berhubungan dengan laktulosa dan tersedia dalam sachet.
Isi sachet itu ditaburkan pada makanan atau dicampurkan dengan cairan
• Laktulosa dan laktitol  perut kembung, kram dan ketidaknyamanan perut.
• Garam Epsom (magnesium sulfat pengobatan tradisional yang sementara ini tidak
lagi direkomendasikan. Bekerja dengan menarik air ke dalam usus sehingga
menghasilkan peningkatan tekanan motilitas di usus dan biasanya menghasilkan
gerakan usus dalam beberapa jam. Penggunaan berulang dapat menyebabkan
dehidrasi.
• Gliserin biasanya diberikan sebagai suppositoria dengan bobot sekitar 3 g dan
menimbulkan efek berupa aksi osmotik di dalam rektum.
• Efek gliserin biasanya terjadi dalam waktu kurang dari 30 menit.
• Kadar gliserin yang tinggi dalam suppositoria dapat menimbulkan iritasi lokal
namun relatif aman
• Penggunaannya dapat diterima untuk konstipasi yang sifatnya berselang (kadang-
kadang), terutama pada anak-anak
• Membasahi supositoria sebelum digunakan akan membuat penggunaannya lebih
mudah
Faecal softeners/emollient
laxatives.
• Docusate sodium adalah surfaktan non ionik yang memiliki
sifat melunakkan tinja.
• Mengurangi tegangan permukaan, meningkatkan penetrasi
usus cairan ke dalam massa feses dan memiliki stimulan
yang lemah
• Doktor rektal memiliki onset aksi yang cepat tetapi tidak
boleh digunakan pada individu dengan haemorrhoids atau
dubur celah.
• lipoid pneumonia mengikuti aspirasi dan
malabsorpsi vitamin yang larut dalam lemak.
DATA PENUNJANG
Tn. Agus berusia 65 tahun datang ke apotik
dengan keluhan tidak bisa buang air besar
selama seminggu. Setelah 1 minggu Tn. Agus
bisa BAB dan mengalami nyeri saat defekasi.
Tn. Agus merasakan nyeri dan penuh
perjuangan dalam mengejan. Bentuk fesesnya
keras dalam minggu ini sampai sekarang.
SOAP
• Nama : Tn. Agus
• Usia : 65 tahun
• Jenis Kelamin : Pria
• TB/BB :-/-
• Alamat :-
• Pekerjaan :-
• Riwayat Penyakit :-
• Riwayat Alergi :-
Assessment
Apoteker : Selamat siang Pak. Perkenalkan nama saya Amel, apoteker yang bertugas di
Apotek Setia Budi. Ada yang bisa saya bantu pak?
Pasien : Iya mba. Saya ingin membeli obat.
Apoteker : Iya pak, mau membeli obat apa?
Pasien : Begini mba, dari seminggu yang lalu saya tidak bisa BAB. Kemarin sudah
bisa BAB tapi sakit sekali mba dan susah dikeluarkan sampai saya mengejan
setengah mati untuk bisa BAB mba.
Apoteker : Apakah ada keluhan lain yang bapak rasakan? Misal BAB nya berdarah pak?
Pasien : Tidak mba. Cuma susah untuk keluar dan keras mba.
Apoteker : Ohh..begitu ya pak. Apakah sebelumnya bapak pernah periksa ke dokter
mengenai keluhan ini?
Pasien : Belum sih mba.
Apoteker : Apakah bapak sudah pernah mengkonsumsi obat sebelumnya?
Pasien : Belum juga mba, saya baru pertama kali ingin membeli obat ini mba.
Apoteker : Baik pak. Mohon maaf pak, boleh saya minta waktunya sebentar untuk ke
ruang konseling?
Pasien : Untuk apa mba? Lama ga ya?
Apoteker : Sebentar sajakok pak. Saya hanya akan memberikan konseling untuk
pengobatan bapak.
Pasien : Iya boleh mba. Tapi jangan lama-lama ya. (Masuk ke ruang konseling)
Apoteker : Mari pak, silahkan duduk dulu.
Pasien : Iya, terima kasih mba.
Apoteker : Sejak kapan bapak merasakan keluhan ini?
Pasien : Sejak 1 minggu yang lalu mba
Apoteker : Apakah bapak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya?
Pasien : Belum pernah mba. Saya baru pertama kali BAB sakit seperti ini
Apoteker : Kalau di rumah, bapak sering makan buah dan sayur? Minum air putihnya
banyak?
Pasien : Pernah sih mba, tapi saya jarang makan buah dan sayur. Minum air putih
juga jarang, palingan pas makan aja. Seringnya minum kopi mba.
Apoteker : Apa bapak saat ini sedang mengkonsumsi suplemen seperti CDR atau obat
maag seperti Mylanta dan Promag begitu?
Pasien : Tidak ada mba. Saya tidak sedang minum obat apa-apa.
Apoteker : Apakah bapak alergi terhadap obat tertentu?
Pasien : Tidak mba
Apoteker : Berdasarkan informasi yang bapak berikan, keluhan bapak kemungkinan
karena kurang makan makanan yang berserat seperti buah dan sayur serta jarang
minum air putih.
Pasien : Oh begitu yaa mba
Apoteker : Iya pak, sebentar saya siapkan obatnya dulu ya pak.
Pasien : Iya mba
PIO

Anda mungkin juga menyukai