Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH POLA DAN JARAK ELEKTRODA PADA PROSES

ELEKTROKOAGULASI LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

Aditya Nugraha1), Idral Amri2), Irdoni HS2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, 2)Dosen Jurusan Teknik Kimia,
Laboratorium Pertamina EP Lirik Field
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas KM 12,5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru, 28293
E-mail: aditya.nugrahaadit@student.unri .ac.id

ABSTRACT

Tofu industry in Lirik produce 0.9 m3 liquid waste in a day, and immeditely disposed without
processing. There are two parameters in liquid waste that exceed standard value in Permen
LH No.5 2014, which is TSS and pH. Electrocoagulation method used to decrease TSS and
increase pH of waste. By varying pattern and range of electrode, obtained results: (1) The
best electrode pattern was 2 cathode – 2 anode with TSS removal efficiency was 75%, and
increase pH from 3.9 to 6.8. (2) Range of electrode 1.5 and 2.0 cm resulted the greatest TSS
removal efficiency were 75% and 76.39%, but in range 2.0 cm increase of pH was only up to
6.1, while in range 1.5 cm it increased to 6.8.

Keywords : electrocoagulation, TSS , pH

1. PENDAHULUAN adalah 1,5 cm (Saputra & Farida, 2016).


Limbah cair industri tahu umumnya Sedangkan rapat arus optimal pada
langsung dibuang ke lingkungan tanpa elektrokoagulasi adalah 1 A/dm2 (Ngatin, et
melalui proses pengolahan. Padahal limbah al., 2010). Berdasarkan data tersebut, dapat
ini memiliki kandungan BOD (Biological diketahui bahwa jarak elektroda dan rapat
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen arus merupakan variabel yang menentukan
Demand), dan TSS (Total Suspended Solid) hasil elektrokoagulasi. Selain kedua
yang cukup tinggi (Said, 1999). Hasil variabel tersebut, secara teori ada satu
sampling terhadap limbah cair dari salah variabel lainnya yang dapat berpengaruh
satu industri tahu yang ada di Kecamatan pada hasil elektrokoagulasi, yaitu pola
Lirik menunjukkan bahwa kandungan TSS elektroda. Pola elektroda akan berdampak
dan pH limbah tersebut tidak sesuai dengan pada jumlah pelepasan koagulan aktif dan
Permen LH No.5 Tahun 2014. Terdapat pelepasan gas hidrogen selama proses
beberapa metoda yang bisa digunakan elektrokoagulasi berlangsung. Atas dasar
untuk menurunkan nilai TSS serta tersebut maka dilakukan pengolahan
menetralkan pH limbah, salah satunya limbah cair industri tahu secara
dengan elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi elektrokoagulasi dengan melakukan variasi
merupakan metoda pengolahan air dimana pola dan jarak elektroda, sehingga dapat
pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif diketahui pengaruhnya terhadap penurunan
berupa ion logam (biasanya alumunium TSS dan penetralan pH limbah cair.
atau besi) ke dalam larutan, sedangkan
pada katoda terjadi pelepasan gas hidrogen 2. BAHAN DAN METODOLOGI
(Holt, et al., 2004). Pengolahan limbah 2.1 Bahan dan Alat
dengan metoda elektrokoagulasi telah Penelitian ini memerlukan bahan dan
dilakukan dalam beberapa penelitian. Jarak alat yang akan digunakan untuk proses
elektroda optimal pada elektrokoagulasi elektrokoagulasi, pengukuran TSS, pH, dan

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 1


kadar besi. Adapun bahan dan alat yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah sampel limbah industri 3.1 Analisa Sampel Awal
tahu, elektroda besi (10 cm x 5 cm, tebal 1 Analisa sampel awal bertujuan untuk
mm), DC power supply, alligator clip, memperoleh data karakteristik limbah
wadah plastik (22 cm x 22cm x 12 cm), sebelum dilakukan proses elektrokoagulasi.
pipet volume 50 mL, corong buchner,
pompa vakum, erlenmeyer, Tabel 1. Hasil Analisa Sampel Awal
spektrofotometer Hach DR-2800, kertas Permen LH
Sampel
saring Pall tipe A/E, desikator, oven, neraca Parameter No.5 Tahun
Limbah Cair
analitik, cawan porselen, pH meter, dan 2014
reagent iron.
TSS 720 mg/L 200 mg/L
2.2 Proses Elektrokoagulasi
Sebanyak 4 liter limbah cair pH 3,9 6–9
dimasukkan ke dalam reaktor
elektrokoagulasi. Lalu dipasang alligator Kadar besi 0,57 mg/L 1 mg/L
clip pada elektroda besi dengan pola 1
katoda - 1 anoda dan jarak elektroda 1,5
3.2 Variasi Pola Elektroda
cm. Alirkan arus listrik dengan rapat arus 1
3.2.1 Total Suspended Solid (TSS)
A/dm2. Lakukan proses elektrokoagulasi
Salah satu parameter yang dianalisa
selama 120 menit dengan pengambilan
dalam penelitian ini adalah TSS. Kadar
sampel setiap 20 menit. Lakukan
TSS sampel awal sebesar 720 mg/L harus
pengukuran TSS, pH, dan kadar besi pada
dapat diturunkan hingga < 200 mg/L. Hasil
masing-masing sampel yang telah diambil,
analisa TSS pada variasi pola elektroda
dan bandingkan dengan hasil pengukuran
ditunjukkan oleh Gambar 2.
sampel awal. Lakukan kembali proses
elektrokoagulasi dengan pola 2 katoda – 2
anoda, 3 katoda – 3 anoda, 1 katoda – 2 800
TSS (mg/L)

anoda, dan 2 katoda – 1 anoda. Pola 600 1K-1A


elektroda terbaik selanjutnya dipilih pada
400 2K-2A
variasi jarak elektroda 0,5 cm; 1 cm; 1,5
cm; 2 cm; 2,5 cm. Selanjutnya dapat 200 3K-3A
ditentukan pola dan jarak elektroda terbaik 0 1K-2A
pada proses elektrokoagulasi limbah cair
100
120
0
20
40
60
80

1A-2K
industri tahu.
Waktu (menit)

Gambar 2. Perubahan TSS pada Variasi


Pola Elektroda (jarak 1,5 cm)

Semakin lama proses elektrokoagulasi


maka kadar TSS pada limbah akansemakin
berkurang. Penurunan kadar TSS
disebabkan oleh adanya oksidasi logam
besi menjadi ion Fe2+ di katoda serta
pembentukan ion OH- di anoda. Ion Fe 2+
dan OH- selanjutnya akan membentuk
Fe(OH)2 yang bertindak sebagai koagulan.
Koagulan akan mengikat padatan
tersuspensi yang terdapat pada limbah cair
Gambar 1. Variasi Pola Elektroda sehingga terbentuklah flok. Flok yang

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 2


terbentuk akan terangkat ke permukaan Berdasarkan data pada Gambar 3., terdapat
oleh hidrogen yang terbentuk di katoda. dua pola elektroda yang mengalami
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai perubahan pH hingga 6,8, yaitu pola 2K-2A
berikut : dan 1A-2K. Perubahan pH tersebut
menandakan bahwa dihasilkan ion OH-
Anoda
berlebih di katoda yang mengubah pH dari
Fe(s)  Fe2+(aq) + 2e- asam menjadi netral.
Fe2+(aq) + 2OH-(aq)  Fe(OH)2(s) 3.2.3 Kadar Besi
Katoda Adanya oksida pada logam besi
(elektroda) selama proses elektrokoagulasi
2H2O(l) + 2e-  H2(g) + 2OH-(aq) berdampak pada air hasil olahan. Dari
Overall Gambar 4 diketahui bahwa kada besi pada
air hasil olahan terus meningkat seiring
Fe(s) + 2H2O(l)  Fe(OH)2(s) + H2(g) berlangsungnya elektrokoagulasi
Terdapat dua pola elektroda yang
menghasilkan efisiensi penyisihan TSS di 2

Kadar Besi (mg/L)


atas 60% yaitu pola 2K-2A dan 3K-3A. 1,5 1K-1A
Tingginya efisiensi penyisihan TSS pada
1 2K-2A
dua pola elektroda tersebut menandakan
jumlah koagulan dan hidrogen yang 0,5 3K-3A
dihasilkan seimbang dengan jumlah 1K-2A
0
padatan tersuspensi yang terdapat pada

100
120
0
20
40
60
80
limbah cair, sehingga padatan tersuspensi 1A-2K
dapat terikat dan mengapung ke permukaan Waktu (menit)
limbah
Gambar 4. Perubahan Kadar Besi pada
3.2.2 pH Variasi Pola Elektroda (jarak
Penambahan asam asetat pada proses 1,5 cm)
pembuatan tahu berakibat pada pH limbah
cair yang dihasilkan. Hasil analisa pada Peningkatan kadar besi yang paling
sampel awal menunjukkan bahwa limbah signifikan terjadi pada pola elektroda 1K-
bersifat asam dengan pH sebesar 3,9. 2A. Hal tersebut dikarenakan jumlah ion
Setelah dilakukan elektrokoagulasi dengan besi yang dihasilkan pada anoda tidak
variasi pola elektroda, diperoleh hasil sebanding dengan jumlah OH- yang
perubahan pH limbah seperti yang dihasilkan pada katoda, sehingga tidak
tercantum pada Gambar 3. terjadi pembentukan koagulan Fe(OH) 2.
Ion besi yang tidak membentuk koagulan
8
tersebut akan terperangkap di dalam larutan
1K-1A
sehingga meningkatkan kadar besi pada air
6
hasil olahan.
pH

4 2K-2A
2 3K-3A 3.3 Variasi Jarak Elektroda
0 3.3.1 Total Suspended Solid (TSS)
1K-2A
100
120
0
20
40
60
80

Jarak elektroda berdampak pada


1A-2K kecepatan transfer antara anoda yang
Waktu (menit)
melepas elektron dengan katoda sebagai
Gambar 3. Perubahan pH pada Variasi tempat terjadinya proses reduksi. Data yang
Pola Elektroda (jarak 1,5 cm) ditampilkan pada Gambar 5 menunjukkan
bahwa terdapat dua variasi jarak elektroda

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 3


yang mampu mengurangi kadar TSS 3.3.3 Kadar Besi
hingga di bawah nilai ambang batas (200 Peningkatan kadar besi pada variasi
mg/L), yaitu pada jarak elektroda 1,5 cm jarak elektroda masih berada di bawah nilai
dan 2 cm. ambang batas (1 mg/L). Hal tersebut
menunjukkan bahwa ion Fe2+ yang
800 dihasilkan pada proses oksidasi logam besi
di anoda berikatan dengan OH- yang
TSS (mg/L)

600 0,5 cm dihasilkan di katoda, sehingga terbentuk


400 1 cm Fe(OH)2. Jika Fe2+ tidak berikatan dengan
200 1,5 cm
OH- maka akan terjadi peningkatan kadar
besi yang signifikan pada air hasil olahan.
0 2 cm
0 40 80 120 2,5 cm 0,8

Kadar Besi (mg/L)


Waktu (menit) 0,75
0,7 0,5 cm
Gambar 5. Perubahan TSS pada Variasi 0,65 1 cm
Jarak Elektroda (pola 2K-2A) 0,6 1,5 cm
0,55
Ketika jarak elektroda terlalu dekat maka 0,5 2 cm
koagulan yang terbentuk hanya berada di 0 40 80 120 2,5 cm
sekitar elektroda dan tidak mampu Waktu (menit)
menjangkau seluruh padatan tersuspensi.
Sedangkan ketika jarak elektroda terlalu Gambar 7. Perubahan Kadar Besi pada
jauh maka interaksi antara molekul- Variasi Jarak Elektroda (pola
molekul menjadi lemah. 2K-2A)
3.3.2 pH 4. KESIMPULAN
8 Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
6 0,5 cm penelitian ini yaitu metoda elektrokoagulasi
pH

4 1 cm mampu menurunkan kadar TSS dan


2 menetralkan pH limbah cair industri tahu.
1,5 cm
0 Pola dan jarak elektroda berpengaruh pada
2 cm
100
120
0
20
40
60
80

efisiensi penyisihan TSS dan penetralan pH


2,5 cm limbah cair. Pola dan jarak elektroda
Waktu (menit)
terbaik adalah 2 Katoda – 2 Anoda dengan
jarak 1,5 cm, yang menghasilkan efisiensi
Gambar 6. Perubahan pH pada Variasi penyisihan TSS sebesar 75% dan
Jarak Elektroda (pola 2K-2A) peningkatan pH hingga 6,8.
Berdasarkan data pada Gambar 6,
UCAPAN TERIMA KASIH
dapat diketahui bahwa perubahan pH Penulis menyampaikan terima kasih
tertinggi terjadi pada jarak elektroda 1,5 kepada dosen pembimbing dan semua
cm. Sedangkan perubahan pH terendah pihak yang telah memberikan masukan dan
terjadi pada jarak 0,5 cm. Rendahnya arahan serta bantuan dalam menyelesaikan
perubahan pH pada jarak 0,5 cm penelitian ini.
disebabkan oleh jarak elektroda yang
terlalu dekat sehingga gas hidrogen yang
DAFTAR PUSTAKA
dihasilkan menumpuk pada area sekitar
Hendriarianti, E., & Angelina, S. (2011).
elektroda. Akibatnya ion OH- akan
Pengaruh jenis elektroda dan jarak
langsung terangkat ke permukaan.
antar elektroda dalam penurunan COD

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 4


dan TSS limbah cair laundry Ngatin, A., Yunus, T., & Mukhtar, G.
menggunakan elektrokoagulasi. Jurnal (2010). Pengaruh pasangan elektroda
Lingkungan, 4 (2), 375-386. terhadap proses elektrokoagulasi pada
Holt, P.K., Geoffrey, W.B., & Cynthia, pengolahan air buangan industri
A.M. (2004). The future for tekstil. Jurnal RACE, 4 (1), 2010.
electrocoagulation as a localised Pak, K. (2015). Factors influencing
water treatment technology. treatment of nitrate contaminated
Chemosphere, 59, 355-367. water using batch electrocoagulation
Idaman Said, 1999. Teknologi pengolahan process. Journal of Current
air limbah tahu-tempe. Engineering and Technology, E-ISSN
Http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Ar 2277-4106.
tikel/Limbahtt/limbahtt.html, diakses Saputra, E., & Farida, H. (2016). Pengaruh
pada 21 Desember 2017, Pkl. 21.30 jarak antara elektroda pada reaktor
WIB. elektrokoagulasi terhadap pengolahan
Kementrian Lingkungan Hidup. (2014). effluent limbah cair pabrik kelapa
Peraturan Menteri Lingkungan sawit. Jurnal Teknik Kimia USU, 5
Hidup Republik Indonesia Nomor 5 (4), 2016.
Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Sutanto, Danang, W., & Hidjan. (2011).
Limbah. Jakarta: KLH. Penurunan kadar logam berat dan
Koparal, A.S., & Ogutveren, U.B. (2002). kekeruhan air limbah menggunakan
Removal of nitrate from water by proses elektrokoagulasi. Jurnal
electroreduction and Ilmiah Elite Elektro, 2 (1), 1-6.
electrocoagulation. Journal of Tarigan, M.S., & Edward. (2003).
Hazardous Materials, B89, 83-94. Kandungan total zat padat tersuspensi
Mollah, Y.A., Robert, S., & Jose, R.P. di perairan raha, sulawesi tenggara.
(2000). Electrocoagulation – science Jurnal Makara, 7 (3), 2003.
and applications. Journal of
Hazardous Materials, B84, 29-41.

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 5

Anda mungkin juga menyukai