Anda di halaman 1dari 52

PETUNJUK TEKNIS

Penyelenggaraan Organisasi dan Tata


Laksana Politeknik Kesehatan
Nomor : HK.03.05/I.2/03086/2012
Tanggal : 26 April 2012

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN – KEMENKES RI

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


0 KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan


Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mewujudkan bangsa yang maju dan
mandiri. Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor,
terutama SDM Kesehatan bermutu yang berperan sebagai pemikir, perencana,
pelaksana, penggerak dan pengawas pembangunan kesehatan. Dengan
demikian SDM Kesehatan merupakan pelaku utama dalam pembangunan
kesehatan yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan tersebut.

Di era globalisasi masyarakat semakin kritis terhadap segala aspek, termasuk


terhadap mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas. Selain itu kebutuhan dan
tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat
sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat maupun
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era keterbukaan ini.
Perubahan dan perkembangan ini sangat mempengaruhi orientasi pelayanan
kesehatan dari pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif bagi
perseorangan, menjadi pelayanan yang lebih bersifat promotif dan preventif
bagi masyarakat luas.

Implikasi perubahan orientasi pelayanan kesehatan adalah perubahan


pendekatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan penyesuaian
karakteristik maupun mutu SDM Kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan mulai dari tingkatan pelayanan kesehatan dasar hingga pelayanan
kesehatan paripurna.

SDM yang bermutu hanya dihasilkan oleh institusi pendidikan tenaga kesehatan
(diknakes) yang bermutu pula. Penjaminan mutu SDM Kesehatan dimulai dari
proses penyelenggaraan pendidikan yang akan menghasilkan SDM Kesehatan
tersebut. Oleh karena itu, perlu dikembangkan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tenaga kesehatan melalui peningkatan kualitas manajemen
institusi pendidikan. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas manajemen institusi pendidikan adalah dengan
meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggara pendidikan khususnya
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan RI.

Pada tahun 2011 telah terbit Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1988/MENKES/ PER/IX/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 890/MENKES/PER/VIII/2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan. Untuk memberikan
panduan teknis bagi pengelola organisasi politeknik kesehatan perlu
disusun Petunjuk Teknis Organisasi dan Tatalaksana Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan.

B. TUJUAN
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
1 KESEHATAN
Petunjuk Teknis Organisasi dan Tatalaksana Polteknik Kesehatan Kemenkes
disusun sebagai acuan dalam pengelolaan organisasi Polteknik Kesehatan
Kemenkes.

C. DASAR HUKUM
1. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengeleolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 tentang
Dosen
9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, sebagaimana telah diubah melalui Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
10. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
11. Keputusan Men.PAN Nomor 25 Tahun 1990 tentang Pedoman Organisasi dan
Tatalaksana;
12. Keputusan Men.PAN Nomor 38/KEP/MK.WASPAN/8/1999 tentang Jabatan
Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya;
13. Keputusan Menkes Nomor 249/Menkes/SK/IV/2002 tentang Pemberian
Kuasa Menunjuk Tim Ahli dan Menandatangani Pemberian Izin atau
Rekomendasi Penyelenggaraan Pendidikan Diploma bidang Kesehatan;
14. Peraturan Menkeu Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
15. Peraturan Menkes Nomor 890/MENKES/PER/VIII/2007 tentan Organisasi
dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan, sebagaimana telah diubah melalui
Peraturan Menkes Nomor 1988/MENKES/PER/IX/2011 tentang Perubahan
atas Peraturan Menkes Nomor 890/MENKES/PER/VIII/2007 tentan
Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan.
16. Keputusan Men.PAN Nomor Per/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman
Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah
Nonkementerian;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 707/MENKES/SK/VI/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) di
lingkungan Poltekkes Kemenkes.

18. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor: 02/SE/1980


tanggal 11 Februari 1980 tentang Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil;
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
2 KESEHATAN
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

D. PENGERTIAN
1. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah satuan organisasi yang bersifat mandiri
yang melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang
dari organisasi induknya.
2. Tugas Teknis Operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis
yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat.
3. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal
setelah pendidikan menengah yang dapat berupa program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor, yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
4. Politeknik adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi
dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
5. Politeknik Kesehatan yang selanjutnya disebut Poltekkes adalah unit
pelaksana teknis di lingkungan Kemenkes yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
SDM Kesehatan.
6. Program Diploma IV selanjutnya disebut program D IV adalah jenjang
pendidikan profesional yang mempunyai beban studi minimal 144 satuan
kredit semester (SKS) dan maksimal 160 sks dengan kurikulum 8 semester dan
lama program antara 8 sampai 14 semester setelah Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas atau 40 SKS sampai 42 SKS yang ditempuh dalam 2 semester setelah
menyelesaikan Program D.III sejenis.
7. Program Diploma III selanjutnya disebut Program D III adalah jenjang
pendidikan profesional yang mempunyai beban studi minimal 110 satuan
kredit semester (SKS) dan maksimal 120 sks dengan kurikulum 6 semester dan
lama program antara 6 sampai 10 semester setelah Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas.
8. Program Diploma II selanjutnya disebut Program D II adalah jenjang
pendidikan profesional yang mempunyai beban studi minimal 80 satuan kredit
semester (SKS) dan maksimal 90 sks dengan kurikulum 4 semester dan lama
program antara 4 sampai 6 semester setelah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
9. Program Diploma I selanjutnya disebut Program D I adalah jenjang
pendidikan profesional yang mempunyai beban studi minimal 40 satuan kredit
semester (SKS) dan maksimal 50 sks dengan kurikulum 2 semester dan lama
program antara 2 sampai 4 semester setelah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
10. Ijin Belajar SDM Kesehatan adalah pemberian ijin oleh pejabat yang
berwenang (Eselon II) kepada PNS untuk melanjutkan pendidikan formal ke
jenjang yang lebih tinggi atas kemauan sendiri, dengan biaya sendiri atau
sponsor di luar Kemenkes, yang diselenggarakan di luar jam kerja dan tidak
mengganggu tugas dinas dengan dasar persetujuan pimpinan unit kerjanya.

11. Tugas Belajar SDM Kesehatan adalah penugasan secara resmi oleh
Departemen Kesehatan kepada PNS, pegawai swasta, maupun masyarakat yang

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


3 KESEHATAN
dinilai memiliki potensi atau kontribusi besar dalam pembangunan kesehatan
dengan sumber dana dari APBN, pinjaman/hibah luar negeri ataupun dari
lembaga lainnya baik dalam maupun luar negeri.
12. Direktorat adalah tempat kedudukan Direktur, Pembantu Direktur, Kepala
Sub. Bagian ADUM dan ADAK dan Kepala Unit.
13. Jurusan adalah unsur pelaksana akademik yang melaksanakan pendidikan
profesional dalam sebagaian atau satu cabang ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesehatan tertentu serta sebagai wadah yang memfasilitasi
pelaksanaan program studi.
14. Program Studi Program studi adalah program yang mencakup kesatuan
rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan yang
diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar peserta didik
dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan sasaran
kurikulum.
15. Prodi di luar domisili adalah prodi yang penyelenggaraannya dilaksanakan di
luar domisili Direktorat Poltekkes.
16. Statuta adalah pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan yang dipakai sebagai
acuan untuk merencanakan, mengembangkan program dan penyelenggaraan
kegiatan fungsional sesuai dengan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan,
yang berisi dasar yang dipakai sebagai rujukan pengembangan peraturan
umum, peraturan akademik dan prosedur operasional yang berlaku di
perguruan tinggi yang bersangkutan.
17. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
18. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
19. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan pada perguruan tinggi
dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
20. Dosen tetap adalah dosen yang bekerja penuh waktu yang berstatus sebagai
tenaga pendidik tetap pada satuan pendidikan tinggi tertentu.
21. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Politeknik
Kesehatan Kemenkes.
22. Pergantian Antar Waktu adalah penggantian personil di dalam periode masa
jabatan dan masa jabatan pengganti berakhir sesuai periode masa jabatan yang
digantikan.

BAB II
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
4 KESEHATAN
ORGANISASI

A. KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

1. Kedudukan
Poltekkes Kemenkes adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan, dan dipimpin oleh seorang
Direktur.
2. Tugas
Poltekkes mempunyai tugas melaksanakan pendidikan vokasi dalam bidang
kesehatan pada jenjang program Diploma I, Diploma II, Diploma III
dan/atau Program Diploma IV/S1 Terapan/Sarjana Sain Terapan, serta
program lain sesuai peraturan perundang-undangan.
3. Fungsi
Poltekkes Kemenkes mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan pengembangan pendidikan dalam bidang kesehatan;
b. Pelaksanaan penelitian di bidang pendidikan dan kesehatan;
c. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan bidang
yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya;
d. Pelaksanaan pembinaan civitas akademika;
e. Pelaksanaan kegiatan pelayanan administratif.

B. SUSUNAN ORGANISASI
Susunan Organisasi Poltekkes, terdiri atas:
1. Direktur;
2. Pembantu Direktur (Pudir);
3. Dewan Pertimbangan
4. Satuan Pengawas Internal
5. Senat Poltekkes;
6. Sub Bagian Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan
Sistem Informasi (Sub Bag. ADAK dan Persin);
7. Sub Bagian Administrasi Umum, Keuangan, dan Kepegawaian (Sub Bag. ADUM);
8. Jurusan;
9. Program Studi
10. Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat;
11. Unit Penjaminan Mutu;
12. Unit Perpustakaan;
13. Unit Laboratorium dan atau Bengkel Kerja/Workshop
14. Unit Penunjang, yang dapat dibentuk :
a. Unit Komputer/Teknologi Informasi;
b. Unit Pemeliharaan dan Perbaikan:
c. Unit Asrama;

d. Unit Kerjasama;
e. Unit Penunjang lainnya.
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
5 KESEHATAN
Struktur organisasi Poltekkes dapat dilihat pada gambar 1.

C. DIREKTUR DAN PEMBANTU DIREKTUR


1. Direktur Poltekkes Kemenkes mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan
pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, pembinaan civitas
akademika dan tugas administrasi melalui tatanan organisasi sesuai dengan
kebutuhan serta hubungan dengan lingkungannya;
2. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Direktur dibantu oleh 3 (tiga) orang
Pembantu Direktur Poltekkes Kemenkes yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur;
3. Pembantu Direktur Poltekkes Kemenkes (selanjutnya disebut Pudir) terdiri
atas:
a. Pudir bidang Akademik, selanjutnya disebut Pudir I;
b. Pudir bidang Administrasi Umum, Keuangan dan Kepegawaian,
selanjutnya disebut Pudir II;
c. Pudir bidang Kemahasiswaan, selanjutrnya disebut Pudir III.
4. Pudir I, mempunyai tugas membantu Direktur dalam pelaksanaan
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
5. Pudir II, mempunyai tugas membantu Direktur dalam pelaksanaan kegiatan
di bidang administrasi umum, keuangan dan kepegawaian;
6. Pudir III, mempunyai tugas membantu Direktur dalam pelaksanaan kegiatan
di bidang pembinaan, layanan mahasiswa dan alumni, serta melakukan
kerjasama dengan pihak lain di luar kegiatan yang terstruktur dalam
kurikulum.

D. SENAT POLTEKKES
1. Senat Poltekkes Kemenkes merupakan badan normatif dan perwakilan
tertinggi di lingkungan Poltekkes Kemenkes;
2. Senat Poltekkes Kemenkes dalam melaksanakan tugasnya bertanggung
jawab kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan;

Gambar 1.
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
6 KESEHATAN
3. Senat Poltekkes Kemenkes terdiri atas:
a. Ketua Senat merangkap anggota;
b. Sekretaris Senat merangkap anggota;
c. Anggota Senat.
4. Ketua Senat Poltekkes dijabat oleh Direktur;
5. Sekretaris senat berasal dari dan dipilih oleh anggota senat;
6. Anggota terdiri dari : Pembantu Direktur, Ketua Jurusan, Perwakilan Dosen,
dan Perwakilan Pejabat Struktural dari Badan PPSDM Kesehatan (ex officio).
7. Dalam melaksanakan tugasnya, Senat dilengkapi dengan sekretariat yang
dipimpin oleh Sekretaris Senat;
8. Tugas pokok Senat Poltekkes Kemenkes
a. Memberi pertimbangan kebijakan akademik dan pengembangan
Poltekkes Kemenkes sesuai peraturan perundangan;
b. Merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan pengembangan
kecakapan serta kepribadian civitas akademika sesuai peraturan
perundangan;
c. Merumuskan, menetapkan norma dan tolok ukur penyelenggaraan
Poltekkes;
d. Memberi pertimbangan dan melakukan pengawasan terhadap direktur
dalam pelaksanaan otonomi perguruan tinggi bidang akademik;
e. Menetapkan peraturan pelaksanaan kebebasan mimbar akademik, dan
otonomi keilmuan pada Poltekkes Kemenkes;
f. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Poltekkes berkenaan dengan
dosen yang dicalonkan memangku jabatan akademik;
g. Mengusulkan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan berkenaan dengan
calon-calon yang telah dipilih oleh Senat untuk diangkat menjadi
Direktur;

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


7 KESEHATAN
h. Memberikan pertimbangan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan
berkenaan dengan pemberhentian Direktur atau Pembantu Direktur
Poltekkes Kemenkes karena berakhirnya masa jabatan atau karena
alasan lain;
8. Senat melaksanakan rapat sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun, di
luar sidang upacara Dies Natalis dan Wisuda;
9. Rapat Senat dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ N +
1 (separuh ditambah satu) dari jumlah anggota Senat;
10. Tata cara pengambilan keputusan dalam rapat-rapat Senat diatur dalam
Statuta Poltekkes Kemenkes yang bersangkutan;
11. Keputusan rapat Senat didasarkan atas musyawarah untuk mencapai
mufakat dan apabila tidak tercapai mufakat, maka keputusan didasarkan
pada suara terbanyak dari anggota yang hadir;
12. Apabila diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan tugas Poltekkes
Kemenkes, Ketua Senat Poltekkes Kemenkes dapat membentuk komisi-
komisi.

E. SUB BAGIAN ADMINISTRASI AKADEMIK, KEMAHASISWAAN, PEREN-


CANAAN DAN SISTEM INFORMASI.
1. Sub Bagian Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan
Sistem Informasi adalah unsur pembantu pimpinan di bidang akademik,
kemahasiswaan, perencanaan dan sistem informasi yang berada di bawah
dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur dan secara teknis-
fungsional dibina oleh Pudir I. Khusus untuk urusan kemahasiswaan
secara teknis fungsional dibina oleh Pudir III;
2. Sub Bagian Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan
Sistem Informasi, terdiri atas:
a. Urusan Administrasi Akademik mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan administrasi pendidikan;
b. Urusan Administrasi Kemahasiswaan mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan administrasi pembinaan kemahasiswaan, layanan mahasiswa
dan alumni, serta melakukan kerjasama dengan pihak lain di luar
kegiatan yang terstruktur dalam kurikulum;
c. Urusan Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi mempunyai
tugas mengkoordinir kegiatan perencanaan program dan sistem
informasi institusi pendidikan.

F. SUB BAGIAN ADMINISTRASI UMUM, KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN


1. Sub Bagian Administrasi Umum, Keuangan, dan Kepegawaian adalah unsur
pembantu pimpinan di bidang umum, keuangan, BMN dan kepegawaian
yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur.
Secara teknis fungsional dibina oleh Pudir II;
2. Sub Bagian Administrasi Umum, Keuangan, dan Kepegawaian, terdiri atas:
a. Urusan Umum mempunyai tugas melakukan perencanaan dan
melaksanakan kegiatan surat menyurat, kearsipan, kerumahtanggaan;
b. Urusan Keuangan mempunyai tugas melakukan perencanaan dan
melaksanakan kegiatan keuangan;

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


8 KESEHATAN
c. Urusan Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanaan
pengelolaan Barang Milik Negara;
d. Urusan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan perencanaan dan
melaksanakan kegiatan kepegawaian;
e. Urusan hubungan masyarakat melaksanakan tugas di bidang
kehumasan

G. JURUSAN
1. Setiap Poltekkes Kemenkes terdiri dari beberapa jurusan;
2. Jurusan atau nama lain yang sejenis adalah himpunan sumber daya
pendukung program studi dalam 1 (satu) rumpun disiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga;
3. Jurusan dipimpin oleh Kajur yang dipilih diantara kelompok Dosen sesuai
peraturan dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur;
4. Kajur yang terpilih bersedia untuk ditempatkan/berkedudukan di
Direktorat atau di salah satu program studi yang dekat dengan kantor
Direktorat;
5. Tugas pokok dan fungsi Ketua Jurusan:
a. Mengelola kegiatan tridarma perguruan tinggi;
b. Mengelola sumber daya jurusan;
6. Jurusan, terdiri atas:
a. K
etua Jurusan (Kajur);
b. S
ekretaris Jurusan (Sekjur);
c. K
etua Program Studi (Ka. Prodi);
d. P
enanggung jawab kegiatan dan Sub unit sesuai kebutuhan;
e. K
elompok tenaga fungsional.
7. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Kajur dibantu oleh Sekjur;
8. Sekjur mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan di
bidang administrasi akademik, kemahasiswaan, umum, keuangan,
perlengkapan dan kepegawaian;
9. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekjur bertanggung jawab kepada Kajur;
10. Sub unit penunjang bertanggung jawab kepada Kajur dan berkoordinasi
dengan Ka. Unit terkait;

Struktur jurusan di poltekkes dapat dilihat pada gambar 2.

H. PROGRAM STUDI
1. Setiap Jurusan dapat mempunyai satu atau beberapa program studi (yang
selanjutnya disebut Prodi) sesuai dengan kebutuhan program/pelayanan/
pembangunan kesehatan.
2. Program Studi adalah program yang mencakup kesatuan rencana belajar
sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan atas
dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar peserta didik dapat menguasai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan sasaran kurikulum.
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
9 KESEHATAN
Pengelolaan pembelajaran pada Poltekkes dapat diselenggarakan melalui
program studi di luar domisili perguruan tinggi atau direktorat.

Gambar 2.

STRUKTUR ORGANISASI JURUSAN DI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

3. Penyelenggaraan Prodi di luar domisili dilaksanakan dengan prinsip


akuntabilitas publik Poltekkes dengan mutu setara dengan prodi yang sama
di domisili Poltekkes tersebut.
4. Prodi dipimpin oleh Ketua Prodi yang ditetapkan oleh Direktur atas usulan
Kajur dan bertanggung jawab kepada Kajur. Jurusan yang hanya memiliki 1
Prodi, maka tugas Ka. Prodi dilaksanakan oleh Kajur. Contoh nomenklatur
Ketua Prodi adalah sebagai berikut : Ketua Prodi Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang.
5. Penyelenggaraan prodi di luar domisili Direktorat Poltekkes dipimpin
seorang Ketua Prodi, contoh nomenklatur Ketua Prodi di luar domisili adalah
sebagai berikut Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang. yang dibantu oleh Sekretaris. Tugas Pokok
dan Fungsi:
a. Ketua Prodi mempunyai tugas membuat rencana dan memantau proses
pelaksanaan pendidikan;
b. Ketua prodi mempunyai tugas melaksanakan dan memantau proses
pendidikan, kemahasiswaan, dan pengelolaan sumberdaya;
c. Ketua prodi secara teknis fungsional, dan secara teknis administratif
bertanggung jawab kepada Kajur.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


10 KESEHATAN
I. TENAGA FUNGSIONAL
1. Tenaga Fungsional adalah tenaga yang diangkat atau bekerja dalam jabatan
fungsional sesuai dengan bidang teknis fungsionalnya;
2. Kelompok Tenaga Fungsional adalah suatu kesatuan tenaga fungsional yang
dikelompokan sesuai dengan bidang teknisnya;
3. Tenaga Fungsional di lingkungan Poltekkes Kemenkes meliputi Tenaga
Pendidik dan Kependidikan;
4. Kelompok Tenaga Fungsional Pendidik
Dosen terdiri dari dosen tetap, dosen tidak tetap dan dosen tamu.
a. Dosen tetap adalah dosen yang bekerja penuh waktu yang berstatus
sebagai tenaga pendidik tetap pada satuan pendidikan tinggi tertentu;
b. Dosen tidak tetap adalah dosen yang bekerja paruh waktu yang
berstatus sebagai tenaga pendidik tidak tetap pada satuan pendidikan
tinggi tertentu;
c. Dosen tamu adalah seseorang yang diundang untuk mengajar pada
Poltekkes Kemenkes selama jangka waktu tertentu
5. Kelompok Tenaga Fungsional Kependidikan adalah tenaga-tenaga yang
diangkat atau bekerja dalam jabatan fungsional yang kenaikan pangkatnya
berdasarkan angka kredit sesuai dengan bidang keahliannya , yang terdiri
dari Tenaga Fungsional penunjang akademik dan Tenaga Fungsional
Administrasi;
6. Tenaga fungsional penunjang akademik adalah seseorang yang berdasarkan
pendidikan dan keahliannya diangkat oleh penyelenggara pendidikan sesuai
dengan peraturan yang berlaku, dengan tugas utama menunjang kegiatan
akademik pada Poltekkes Kemenkes.
a. Kelompok tenaga fungsional penunjang akademik antara lain terdiri atas
pustakawan, teknisi, pranata komputer, laboran;
b. Kelompok tenaga fungsional teknisi pada masing-masing unit penunjang
terdiri atas sejumlah teknisi dalam jabatan fungsional sesuai dengan
pengelompokan bidang teknisnya;
7. Tenaga Fungsional Administrasi adalah tenaga yang diangkat atau bekerja
dalam jabatan fungsional bidang administrasi antara lain: tenaga
fungsional analis kepegawaian, administrasi keuangan, arsiparis,
perencana, operator komputer;
8. Setiap kelompok tenaga fungsional dipimpin oleh seorang Ketua Kelompok
Fungsional yang bertanggung jawab langsung kepada Ka. Jurusan.
9. Jumlah tenaga fungsional pada masing-masing unit ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan;

J. UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


1. Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) adalah
unsur pelaksana sebagian tugas Poltekkes Kemenkes di bidang penelitian
terapan dan pengabdian kepada masyarakat yang berada di bawah
Direktur;

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


11 KESEHATAN
2. Unit PPM dipimpin oleh seorang Kepala yang ditunjuk oleh Direktur
dan bertanggungjawab kepada Direktur serta secara teknis-fungsional
dibina oleh Pudir I;
3. Unit PPM mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan penelitian
terapan dan pengabdian kepada masyarakat;

4. Unit PPM mempunyai fungsi:


a. Pelaksanaan penelitian terapan;
b. Pengamalan Ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. Peningkatan relevansi program Poltekkes Kemenkes sesuai dengan
kebutuhan masyarakat;
d. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dalam pembangunan;
e. Menjalin kerjasama antar Perguruan Tinggi dan/atau badan lainnya
baik di dalam maupun di luar Poltekkes Kemenkes dalam rangka
Penelitian dan Pengabdian masyarakat;
f. Publikasi hasil penelitian;
g. Mengkoordinir komisi etik.
h. Pelaksanaan urusan tata usaha Unit PPM;
i. Melakukan koordinasi diantara Sub Unit PPM di masing-masing
jurusan.

K. UNIT PENJAMINAN MUTU


1. Unit Penjaminan Mutu adalah unsur pelaksana di bidang penjaminan mutu
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
Secara teknis fungsional dibina oleh Pudir I;
2. Unit Penjaminan Mutu dipimpin oleh seorang Kepala yang ditetapkan oleh
Direktur dan bertanggungjawab kepada Direktur serta secara teknis-
fungsional dibina oleh Pudir I;
3. Unit Penjaminan Mutu mempunyai tugas melakukan penjaminan mutu
pendidikan secara bertahap, sistimatis dan terencana dalam suatu program
penjaminan mutu yang memiliki target dalam kerangka waktu yang jelas;
4. Unit Penjaminan Mutu mempunyai fungsi:
a. Perencana dan pelaksana sistem penjaminan mutu akademik secara
keseluruhan di Poltekkes;
b. Penyusun perangkat dokumen (kebijakan akademik, dokumen
mutu, dokumen akademik) yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
sistem penjaminan mutu akademik;
c. Pengembang sistem informasi penjaminan mutu akademik;
d. Pelaksana monitoring sistem penjaminan mutu akademik;
e. Pelaksana audit mutu akademik internal dan evaluasi pelaksanaan
sistem penjaminan mutu akademik;
f. Penyusun laporan secara berkala pelaksanaan sistem penjaminan
mutu akademik;
g. Melakukan koordinasi dengan Sub Unit Penjaminan Mutu di
masing-masing jurusan.
5. Setiap jurusan membentuk sub unit penjaminan mutu sesuai kebutuhan.

L. UNIT PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


12 KESEHATAN
Unit Perpustakaan adalah unit penunjang teknis di bidang perpustakaan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur. Secara
teknis fungsional dibina oleh Pudir III.
a. Unit Perpustakaan dipimpin oleh seorang Kepala yang ditetapkan oleh
Direktur atas usulan Pudir III, dengan kualifikasi minimal Ahli Madya
Perpustakaan di lingkungan Unit Perpustakaan;
b. Unit Perpustakaan mempunyai tugas mernberikan layanan bahan pustaka
untuk keperluan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat;
c. Unit Perpustakaan mempunyai fungsi :
1) Penyediaan dan pengelolaan bahan pustaka;
2) Pemberian layanan dan pendayagunaan bahan pustaka;
3) Pemeliharaan bahan pustaka;
4) Pengembangan perpustakaan;
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Perpustakaan;
6) Melakukan koordinasi dengan Sub Unit Perpustakaan di masing-masing
jurusan.
d. Setiap jurusan membentuk sub unit perpustakaan sesuai kebutuhan

M. UNIT LABORATORIUM
Unit Laboratorium adalah unit penunjang teknis di bidang laboratorium dari
satu atau sebagian cabang ilmu tertentu sesuai dengan keperluan jurusan.
Unit ini berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
dan secara teknis fungsional sehari-hari dibina oleh Pudir I.
a. Unit Laboratorium dipimpin oleh seorang Kepala yang ditetapkan
oleh Direktur atas usulan Pudir I sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. Unit Laboratorium mempunyai tugas memberikan layanan bahan dan
peralatan laboratorium untuk keperluan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat;
c. Unit Laboratorium mempunyai fungsi:
1) Perencanaan, penyediaan dan pengelolaan bahan laboratorium;
2) Pemberian layanan dan pendayagunaan bahan dan peralatan
laboratorium;
3) Pemeliharaan bahan dan peralatan laboratorium;
4) Pelaksanaan urusan tata usaha laboratorium;
5) Pengembangan Laboratorium;
6) Melakukan koordinasi dengan Sub Unit Laboratorium di masing-
masing jurusan.
d. Setiap jurusan membentuk sub unit laboratorium sesuai kebutuhan

N. UNIT BENGKEL KERJA/WORKSHOP


Unit Bengkel Kerja adalah unit penunjang teknis di bidang bengkel yang
berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur. Secara
teknis-fungsional dibina oleh Pudir III.
a. Unit Bengkel Kerja/Workshop dipimpin oleh Kepala yang
ditetapkan oleh Direktur atas usulan Pudir III, diantara tenaga fungsional
teknisi bengkel di lingkungan Unit Bengkel Kerja/Workshop ;

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


13 KESEHATAN
b. Unit Bengkel Kerja/Workshop mempunyai tugas melayani praktek
kerja mahasiswa dan/atau memproduksi berbagai jenis barang/jasa sesuai
dengan jurusan yang ada di Poltekkes Kemenkes;
c. Unit Bengkel Kerja/Workshop mempunyai fungsi:
1) Penyediaan bahan dan peralatan Bengkel Kerja/Workshop ;
2) Pemberian layanan dan pendayagunaan bahan dan peralatan Bengkel
Kerja/Workshop ;
3) Pengembangan bengkel kerja/workshop;

4) Produksi berbagai jenis barang/jasa;


5) Pelaksanaan urusan tata usaha Bengkel Kerja/Workshop ;
6) Melakukan koordinasi dengan Sub Unit Bengkel Kerja/Workshop di
masing-masing jurusan.
d. Setiap jurusan membentuk sub unit Bengkel Kerja/Workshop sesuai
kebutuhan

O. UNIT PENUNJANG
Unit Penunjang adalah unit yang secara teknis fungsional diperlukan sebagai
unsur penunjang terselenggaranya kegiatan akademik. Unit Penunjang di
lingkungan Poltekkes Kemenkes meliputi Unit Komputer/Teknologi Informasi,
Unit Pemeliharaan dan Perbaikan, Unit Asrama dan unit penunjang lainnya;

1. Unit Komputer/Teknologi Informasi


Unit Komputer/Teknologi Informasi adalah unit penunjang teknis di bidang
pengolahan data dan informasi yang berada di bawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Direktur. Secara teknis fungsional
dibina oleh Pudir I.

a. Unit Komputer/Teknologi Informasi dipimpin oleh Kepala yang


ditetapkan oleh Direktur atas usulan Pudir I di antara tenaga fungsional
teknisi komputer, pranata komputer dan operator komputer di
lingkungan Unit Komputer;
b. Unit Komputer/Teknologi Informasi mempunyai tugas mengumpulkan,
mengolah, menyajikan dan menyimpan data dan Informasi serta
memberikan layanan untuk program-program pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat;
c. Unit Komputer/Teknologi Informasi mempunyai fungsi:
1). Pengumpulan dan pengolahan data dan informasi;
2). Penyajian dan penyimpanan data dan informasi;
3). Pemberian layanan dan pendayagunaan komputer;
4). Pengembangan teknologi informasi;
5). Pelaksanaan urusan tata usaha Unit Komputer;
6). Melakukan koordinasi dengan Sub Unit Komputer di masing-
masing jurusan.
d. Setiap jurusan membentuk sub unit Komputer/Teknologi Informasi
sesuai kebutuhan

2. Unit Pemeliharaan dan Perbaikan

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


14 KESEHATAN
Unit Pemeliharaan dan Perbaikan adalah unit penunjang teknis di bidang
pemeliharaan dan perbaikan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur. Secara teknis-fungsional dibina oleh Pudir II .
a. Unit Pemeliharaan dan Perbaikan dipimpin oleh Kepala yang ditetapkan
oleh Direktur atas usulan Pudir II, diantara teknisi di lingkungan Unit
Pemeliharaan dan Perbaikan;
b. Unit Pemeliharaan dan Perbaikan mempunyai tugas melaksanakan
pemeliharaan dan perbaikan terhadap sarana penunjang di lingkungan
Poltekkes Kemenkes;
c. Unit pemeliharaan dan Perbaikan mempunyai fungsi:
1). Pelaksanaan perbaikan sarana;
2). Pelaksanaan pemeliharaan sarana;
3). Pengembangan pemeliharaan dan perbaikan;
4). Pelaksanaan layanan perbaikan dan pemeliharaan sarana;
5). Pelaksanaan urusan tata usaha Unit Pemeliharaan dan
Perbaikan;
6). Melakukan koordinasi dengan Sub Unit Pemeliharaan dan
Perbaikan di masing-masing jurusan.
d. Setiap jurusan membentuk sub unit Pemeliharaan dan Perbaikan
sesuai kebutuhan

3. Unit Asrama
Unit Asrama adalah unit penunjang teknis di bidang akomodasi bagi
mahasiswa Poltekkes Kemenkes yang tinggal di asrama Poltekkes
Kemenkes, yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
Secara teknis-fungsional dibina oleh Pudir III.
a. Unit Asrama dipimpin oleh Kepala yang ditetapkan diantara staf di
lingkungan Unit Asrama oleh Direktur atas usulan Pudir III;
b. Unit Asrama mempunyai tugas memberikan pelayanan akomodasi bagi
mahasiswa, dan membantu pembinaan mahasiswa;
c. Unit Asrama mempunyai fungsi:
1). Penyediaan dan pengelolaan asrama;
2). Pemberian layanan dan pendayagunaan asrama;
3). Pemeliharaan Unit Asrama;
4). Pengembangan Unit Asrama;
5). Pelaksanaan urusan tata usaha Unit Asrama;
6). Melakukan koordinasi dengan Sub Unit Asrama di masing-
masing jurusan.
d. Setiap jurusan membentuk sub unit Asrama sesuai kebutuhan

4. Unit Penunjang lainnya


a. Unit Penunjang Iainnya dapat dibentuk sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Pembentukan Unit Penunjang lainnya ditetapkan oleh Direktur.

P. DEWAN PERTIMBANGAN
Dewan Pertimbangan sama dengan Dewan Penyantun yang tertulis dalam
organisasi dan tata kerja Politeknik Kesehatan. Dewan Pertimbangan yang

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


15 KESEHATAN
menjalankan fungsi pertimbangan non-akademik dan fungsi lain yang
ditentukan dalam statuta satuan pendidikan tinggi masing-masing.

Q. DEWAN PENGAWAS
Untuk Politeknik Kesehatan yang telah menerapkan Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum (PK-BLU) yang telah memenuhi persyaratan
pembentukan Dewan Pengawas, pengaturan pembentukannya sesuai dengan
Peraturan Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum .

R. SATUAN PENGAWAS INTERNAL


Setiap Politeknik Kesehatan harus memiliki Satuan Pengawas yang
menjalankan fungsi pengawasan bidang non-akademik. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 Tentang Pengeleolaan Keuangan Badan
Layanan Umum, untuk pelaksanaan pemeriksaan intern Badan Layanan
Umum (BLU) dilaksanakan oleh Satuan Pemeriksaan Intern yang merupakan
unit kerja yang berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLU.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


16 KESEHATAN
BAB III

TATALAKSANA

A. HUBUNGAN KERJA
1. Hubungan kerja Direktur Poltekkes Kemenkes dengan Kepala Badan PPSDM
Kesehatan adalah hubungan hirarkis;
2. Hubungan kerja Direktur Poltekkes Kemenkes dengan Sekretaris Badan
PPSDM Kesehatan adalah hubungan koordinasi di bidang layanan teknis
administrasi;
3. Hubungan kerja Direktur Poltekkes Kemenkes dengan Kepala Pusdiklat
Nakes adalah hubungan koordinasi teknis fungsional di bidang
penyelenggaraan pendidikan;
4. Hubungan kerja Direktur Poltekkes Kemenkes dengan Kepala Pusdiklat
Aparatur adalah hubungan koordinasi teknis fungsional di bidang diklat;
5. Hubungan kerja Direktur Poltekkes Kemenkes dengan Kepala Pusat
Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan adalah hubungan
koordinasi teknis fungsional di bidang perencanaan dan pendayagunaan
tenaga kesehatan, pemberdayaan profesi dan tenaga kesehatan Luar Negeri;
6. Hubungan kerja Direktur Poltekkes Kemenkes dengan Kepala Pusat
Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan
adalah hubungan koordinasi teknis fungsional di bidang standardisasi,
sertifikasi, dan registrasi sumber daya manusia kesehatan
7. Hubungan kerja Direktur Poltekkes Kemenkes dengan Kepala Dinas
Kesehatan (Dinkes) Propinsi adalah hubungan koordinasi lintas program di
bidang pelaksanaan program Tridarma Perguruan Tinggi.

B. PENETAPAN DALAM JABATAN DI LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENTERIAN


KESEHATAN.

1. DIREKTUR
a. Jabatan Direktur
1). Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Sekretaris Jenderal
melalui pertimbangan Kepala Badan PPSDM Kesehatan setelah
diusulkan oleh senat Poltekkes;
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
17 KESEHATAN
2). Masa jabatan Direktur adalah 4 (empat) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk satu kali masa jabatan;
3). Tiga bulan sebelum masa jabatan berakhir, Direktur menyampaikan
laporan kinerja hasil pelaksanaan tugas Direktur dihadapan Senat;

b. Syarat-syarat calon
1). dosen pegawai negeri sipil
2). beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3). sehat jasmani dan rohani dengan surat keterangan dokter Rumah
Sakit Pemerintah (Pusat dan Daerah);
4). berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat berakhirnya
masa jabatan Direktur yang sedang menjabat;
5). memiliki pengalaman manajerial di lingkungan perguruan tinggi
paling rendah sebagai ketua jurusan atau sebutan lain sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun;
6). bersedia dicalonkan menjadi pemimpin perguruan tinggi yang
dinyatakan secara tertulis;
7). memiliki setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3)
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
8). tidak sedang menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan yang
dinyatakan secara tertulis; dan
9). tidak pernah dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan perbuatan yang
diancam pidana kurungan.
10). berpendidikan paling rendah Magister (S2); dan
11). menduduki jabatan akademik paling rendah Lektor Kepala.
12). Direktur yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

Seluruh bukti dokumen autentik persyaratan calon, diatur oleh panitia


pemilihan direktur.

c. Mekanisme Pengangkatan Direktur


Pengangkatan Direktur dilakukan apabila terdapat lowongan jabatan
pemimpin pada Poltekkes tersebut. Lowongan jabatan terjadi karena
1). pejabat lama:
a.
berhenti dari pegawai negeri sipil atas permohonan sendiri;
b.
pensiun;
c.
masa jabatannya berakhir;
d.
diangkat dalam jabatan lain;
e.
dibebaskan dari jabatan akademik;
f.
diberhentikan dari pegawai negeri sipil sebelum masa jabatan
berakhir karena berbagai sebab; atau
g. meninggal dunia.
2). perubahan organisasi perguruan tinggi.
Pengangkatan Direktur pada Poltekkes dilakukan melalui tahap sebagai
berikut:
a. tahap penjaringan bakal calon;
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
18 KESEHATAN
b. tahap penyaringan calon;
c. tahap pemilihan calon; dan
d. tahap pengangkatan.

Waktu pelaksanaan seluruh tahapan pengangkatan Direktur tidak


melebihi 4 (empat) bulan terhitung mulai tanggal sebelum masa jabatan
Direktur berakhir.

Tahap Penjaringan Bakal Calon


1) Senat membentuk panitia pemilihan calon Direktur 4 (empat) bulan
sebelum masa jabatan Direktur berakhir, yang difasilitasi oleh
Direktur yang sedang menjabat.
a) Unsur panitia terdiri dari Ketua, Sekretaris dan anggota sesuai
kebutuhan.
b) Bakal Calon Direktur tidak diperkenankan menjadi panitia
pemilihan.
2) Panitia membuka pendaftaran Bakal Calon Direktur;
3) Dosen tetap yang memenuhi kriteria dapat mengajukan diri sebagai
Bakal Calon Direktur kepada panitia;
4) Dosen tetap dapat dicalonkan oleh jurusan dengan persetujuan yang
bersangkutan diusulkan kepada panitia;
5) Seleksi administrasi Bakal Calon Direktur dilakukan oleh panitia.
6) Bakal Calon Direktur yang diusulkan minimal 3 orang, apabila Bakal
Calon kurang dari 3 (tiga) orang, maka panitia memperpanjang masa
pendaftaran.
7) Setelah habis waktu perpanjangan masa pendaftaran tetap kurang
dari 3 orang Bakal Calon maka usulan sesuai dengan hasil
penjaringan.

Tahap Penyaringan Calon


8) Panitia mengirimkan hasil seleksi administrasi calon Direktur yang
telah disepakati ke Badan PPSDM Kesehatan, maksimal 2 (dua) bulan
setelah pendaftaran;
9) Badan PPSDM Kesehatan melaksanakan proses verifikasi hasil seleksi
administrasi calon Direktur;
10) Badan PPSDM Kesehatan mengirimkan kembali hasil verifikasi
seleksi administrasi kepada panitia;

Tahap Pemilihan Calon


11) Paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pemilihan, panitia
menyampaikan daftar riwayat hidup dan program kerja para calon
Direktur kepada Badan PPSDM Kesehatan;
12) Panitia melaksanakan pemilihan calon Direktur;
13) Pemilihan Direktur dilakukan melalui pemungutan suara secara
tertutup yang dilaksanakan dalam satu hari dengan ketentuan:

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


19 KESEHATAN
Badan PPSDM Kesehatan memiliki 20% (dua puluh persen) hak suara
dari total pemilih; dan Senat memiliki 80% (delapan puluh persen)
hak suara dan masing-masing anggota Senat memiliki hak suara yang
sama.
Simulasi Penghitungan Proporsi Hak Suara:
Badan PPSDM Kesehatan memiliki 20% hak suara dan Senat memiliki
80% hak suara, apabila jumlah anggota Senat sebanyak 23 orang
(dihitung sebagai 80% dari Total Suara), maka Total Suara dapat
dihitung 100/80 x 23 = 28,75 suara dibulatkan menjadi 29 suara,
dengan demikian selisih Total Suara dengan Jumlah Anggota Senat
sama dengan Hak Suara Badan PPSDM Kesehatan (20%) = 6 suara.
14) Apabila perwakilan Badan PPSDM Kesehatan yang hadir pada waktu
pemilihan Direktur 2 (dua) orang maka hak suara yang digunakan
adalah 20% masing-masing perwakilan memiliki quota hak suara
10% dan masing-masing memiliki hak untuk memilih, tetapi bila
perwakilan yang hadir 1 (satu) orang maka quota hak suara yang
dapat digunakan hanya 10%.

15) Apabila terdapat 2 (dua) orang calon Direktur yang memperoleh


suara tertinggi dengan jumlah suara yang sama, dilakukan pemilihan
putaran kedua pada hari yang sama untuk memilih suara terbanyak
dari kedua calon Direktur tersebut;
16) Direktur terpilih adalah Calon Direktur yang memperoleh suara
terbanyak.

Tahap Pengangkatan
17) Panitia menyampaikan hasil pemilihan calon Direktur kepada Senat
untuk diajukan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan dengan
urutan hasil pemilihan;
18) Sekretaris Jenderal Kemenkes menetapkan Direktur melalui
mekanisme yang sudah berlaku.
19) Setelah Direktur terpilih dilantik harus segera melaksanakan serah
terima dengan Direktur sebelumnya baik sebagai Direktur maupun
sebagai Ketua Senat.

d. Penunjukan Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes


Baru
1). Dalam hal pembentukan lembaga politeknik kesehatan baru maka
dilakukan penunjukan direktur oleh Kepala Badan PPSDM Kesehatan
2). Masa jabatan Direktur yang ditunjuk selama 4 (empat) tahun
3). Selanjutnya Direktur tersebut dapat dipilih kembali untuk satu kali
masa jabatan melalui mekanisme pemilihan direktur.

e. Pemberhentian Direktur
1) SK Penetapan Direktur mencantumkan klausul bahwa masa jabatan
Direktur berlaku sampai dengan adanya penetapan Direktur definitif,
pelantikan dan serah terima jabatan.
2) Pemberhentian karena alasan berhalangan tetap

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


20 KESEHATAN
a) Dalam hal Direktur berhalangan tetap, maka untuk mengisi
kekosongan jabatan tersebut Pembantu Direktur I atau sebutan
lain ditetapkan sebagai pelaksana tugas Direktur.
b) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat 2) adalah:
(1) meninggal dunia;
(2) sakit yang tidak dapat disembuhkan dibuktikan
dengan Berita Acara Majelis Pemeriksa Kesehatan Pegawai
Negeri Sipil; dan/atau
(3) dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
perbuatan yang diancam pidana kurungan;
(4) dipindahkan ke jabatan lain.
(5) mengundurkan diri.
c) Penetapan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilakukan oleh
Badan PPSDMK atas nama Menteri.
d) Senat paling lambat 1 (satu) bulan sejak Direktur dinyatakan
berhalangan tetap menyampaikan nama-nama Pembantu
Direktur atau sebutan lain kepada Menteri.
e) Menteri menetapkan salah satu Pembantu Direktur atau sebutan
lain sebagai Direktur definitif melanjutkan sisa jabatan Direktur
sebelumnya.
f) Dalam hal sisa masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat e)
lebih dari 2 (dua) tahun dihitung sebagai satu masa jabatan.

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemilihan dan Penetapan Direktur


Politeknik Kesehatan dapat dilihat pada Gambar 3.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


21 KESEHATAN
GAMBAR 3.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMILIHAN DAN PENETAPAN DIREKTUR POLITEKNIK KESEHATAN

SENAT POLTEKKES PANITIA PEMILIHAN DIREKTUR DOSEN POLTEKKES KABADAN PPSDM KESEHATAN SEKRETARIS JENDERAL KETERANGAN

MULAI

 Difasilitasi Direktur yg
MEMBENTUK PANITIA MEMBUKA
PEMILIHAN DIREKTUR PENDAFTARAN CALON
MENDAFTAR SEBAGAI menjabat
CALON DIREKTUR
DIREKTUR  4 bulan sebelum masa jabatan
TIDAK MEMENUHI berakhir
PERSYARATAN
SELESAI SELEKSI  Sampai diperoleh 3 bakal
ADMINISTRA
SI
calon direktur
 Bila perlu waktu pendaftaran
MEMENUHI diperpanjang
PERSYARATAN

TIDAK
CALON  Balon minimal 3 orang yang
DIREKTUR
MINIMAL 3 memenuhi syarat
ORANG
YA

MENGIRIMKAN HASIL VERIFIKASI HASIL


SELEKSI ADMINISTRASI KE SELEKSI ADMINISTRASI
KA BADAN PPSDM
KESEHATAN

PELAKSANAAN PEMILIHAN
CALON DIREKTUR MENGIRIMKAN HASIL
VERIFIKASI KE PANITIA

 3 orang calon direktur


MENGUSULKAN CALON MENETAPKAN
MENGAJUKAN HASIL PEMILIHAN
DIREKTUR KEPADA SETJEN mempunyai hak yg sama
CALON DIREKTUR DIREKTUR POLTEKKES
KEMENKES  Bukan urutan prioritas
Menggunakan mekanisme
Baperjakat
SELESAI

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


22 KESEHATAN
2. PEMBANTU DIREKTUR (PUDIR)
a. Jabatan
1) Masa jabatan Pudir adalah 4 (empat) tahun sesuai dengan masa
jabatan Direktur dan akan dievaluasi kinerjanya secara berkala setiap
tahun sesuai dengan mekanisme dan ketentuan yang berlaku;
2) Pudir dapat ditunjuk kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih
dari 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut pada jabatan Pudir;
3) Pudir I, II dan III berasal dari jurusan yang berbeda.

b. Syarat-syarat calon
1) Dosen tetap di lingkungan Poltekkes dengan minimal jabatan Lektor,
pangkat III.c yang dibuktikan dengan SK Jabfung dosen;
2) Jenjang pendidikan S2 kesehatan atau S2 lain yang terakreditasi
dengan bidang tugasnya, dibuktikan dengan fotocopy ijazah yang
dilegalisasi;
Dalam pendidikan S2 lain yang relevan dengan bidang tugasnya
adalah:
a) S2 Manajemen berlatar belakang pendidikan minimal D3
kesehatan
b) S2 Pendidikan berlatar belakang pendidikan minimal D3
kesehatan
c) S2 yang terkait dengan jurusan yang ada di Poltekkes, berlatar
belakang pendidikan minimal D3 kesehatan.
3) Berpengalaman sebagai Dosen tetap minimal 2 (dua) tahun
berturut-turut di lingkungan Poltekkes Kemenkes dibuktikan
dengan SK Jabfung dosen;
4) Sehat jasmani dan rohani dengan surat keterangan dokter Rumah
Sakit pemerintah (pusat dan daerah);
5) Tidak dalam status tugas belajar;
6) Usia saat pencalonan pemilihan maksimal 60 (enam puluh) tahun;
7) DP3 2 (dua) tahun terakhir dengan nilai baik;
8) Tidak terlibat dalam kasus hukum;
9) Pudir yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

Catatan: Penjelasan lebih detail akan diuraikan ke dalam statuta


masing-masing Poltekkes.

c. Mekanisme Penunjukan dan Penetapan Pudir


1). Pudir ditunjuk dan ditetapkan oleh Direktur terpilih atas persetujuan
Ka. Badan paling lama 3 (tiga) bulan setelah Direktur terpilih
dilantik.
2). Tata cara penunjukan Pudir
a) Direktur mengusulkan masing-masing 1 (satu) orang calon Pudir
I, II dan III untuk mendapatkan persetujuan Kepala Badan
PPSDM Kesehatan;
b) Kepala Badan PPSDM Kesehatan memberikan persetujuan
berdasarkan ketentuan yang berlaku;

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


23 KESEHATAN
c) Apabila calon tidak disetujui, maka Direktur mengusulkan calon
lain yang memenuhi persyaratan;
d) Pembantu Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Direktur
Poltekkes Kemenkes atas persetujuan Kepala Badan PPSDM
Kesehatan.

d. Tata cara pemberhentian Pembantu Direktur


1). Direktur menetapkan pemberhentian Pudir atas persetujuan Kepala
Badan PPSDM Kesehatan;
Catatan:
SK Penetapan Pembantu Direktur mencantumkan klausul bahwa
masa jabatan Pembantu Direktur berlaku sampai dengan adanya
penetapan Pembantu Direktur definitif, pelantikan dan serah terima
jabatan.

2). Pemberhentian karena alasan berhalangan tetap


a) Dalam hal Pudir berhalangan tetap antara
lain dipindahkan ke dalam jabatan lain, mengundurkan diri,
sakit sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya, meninggal
dunia, maka Direktur Poltekkes mengajukan usulan
Pemberhentian Pudir kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan;
b) Kepala Badan PPSDM Kesehatan
menerbitkan surat persetujuan Pemberhentian sementara bagi
Pudir
c) Masa jabatan Pudir Antar Waktu adalah
sampai dengan berakhirnya masa jabatan Pudir lama.

Standar Operasional Prosedur (SOP) Penunjukan dan Penetapan Pembantu


Direktur Politeknik Kesehatan dapat dilihat pada Gambar 4.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


24 KESEHATAN
GAMBAR 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENUNJUKAN DAN PENETAPAN PEMBANTU DIREKTUR POLITEKNIK KESEHATAN

DIREKTUR POLTEKKES SENAT POLTEKKES KABADAN PPSDM KESEHATAN KETERANGAN

MULAI

 Paling lambat 3 bulan setelah Direktur


MENUNJUK DOSEN MEMBERIKAN dilantik
SEBAGAI BAKAL CALON PERTIMBANGAN
PUDIR

 Usulan masing-masing 1 orang untuk


MENGUSULKAN BAKAL
MENERIMA USULAN Pudir I, Pudir II dan Pudir III
BAKAL CALON
CALON PEMBANTU PEMBANTU DIREKTUR
DIREKTUR

TIDAK SETUJU
PERSETUJUAN

SETUJU

MENERIMA SK
PENETAPAN PEMBANTU MENETAPKAN
DIREKTUR PEMBANTU
DIREKTUR

 Pudir diangkat dan diberhentikan oleh


SELESAI
Direktur atas persetujuan Kepala Badan
PPSDM Kesehatan

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


25 KESEHATAN
3. SENAT

a. Jabatan Anggota Senat


1). Masa jabatan Senat berakhir terhitung mulai tanggal
terbentuknya Senat periode berikutnya;
2). Jumlah keseluruhan anggota Senat Poltekkes Kemenkes
gasal;
3). Jumlah anggota senat perwakilan dosen dari masing-masing
jurusan sama;
4). Direktur, Pudir dan Kajur termasuk dalam perwakilan
jurusan;
5). Jumlah anggota Senat dari unsur Badan
PPSDM Kesehatan ditentukan untuk mendapatkan jumlah gasal
maksimal 2 (dua).

b. Syarat-syarat Calon Anggota Senat


1). Dosen tetap dengan jabatan Lektor berpendidikan S2
dibuktikan dengan SK Pegawai Poltekkes, Jabatan Fungsional Dosen
dan Kenaikan Pangkat terakhir;
2). Berpengalaman sebagai dosen tetap minimal 2 (dua) tahun
berturut-turut di lingkungan Poltekkes Kemenkes dibuktikan
dengan SK Jabfung dosen;
3). Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter Rumah Sakit Pemerintah;
4). Tidak dalam status tugas belajar.
5). Tidak terlibat dalam kasus hukum;

Catatan: Penjelasan lebih detail akan diuraikan ke dalam statuta masing-


masing Poltekkes.

c. Mekanisme Penetapan Anggota Senat


1) Direktur menentukan jumlah calon anggota senat setiap
Jurusan
2) Ketua Jurusan memfasilitasi pemilihan calon anggota senat
yang mewakili jurusan
3) Jurusan mengirimkan calon anggota senat terpilih kepada
Direktur
4) Direktur melakukan kompilasi dan meneruskan usulan
kepada Badan PPSDM Kesehatan
5) Badan PPSDM Kesehatan melakukan verifikasi usulan dari
Direktur Poltekkes;
6) Anggota Senat dari unsur Badan PPSDM Kesehatan ditunjuk
oleh Kepala Badan PPSDM Kesehatan;
7) Kepala Badan PPSDM Kesehatan menetapkan Senat
Poltekkes Kemenkes.

d. Tata cara Pemberhentian anggota senat

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


26 KESEHATAN
1) Direktur mengusulkan pemberhentian anggota senat kepada Kepala
Badan PPSDM Kesehatan
2) Pemberhentian karena alasan berhalangan tetap antara lain
dipindahkan ke dalam jabatan lain, tugas belajar, mengundurkan diri,
sakit, meninggal dunia sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya.
3) Direktur mengusulkan pergantian antar waktu anggota senat kepada
Kepala Badan PPSDM Kesehatan.

Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemilihan dan Penetapan Anggota


Senat Politeknik Kesehatan dapat dilihat pada Gambar 5.

4. KEPALA SUB BAGIAN.


a. Jabatan
Kepala Sub Bagian ADAK dan ADUM adalah pejabat struktural di
Poltekkes Kemenkes setingkat eselon IV.a, yang syarat penetapan dan
pemberhentiannya mengikuti aturan kepegawaian.

b. Syarat-syarat calon
1) Telah menyelesaikan pelatihan teknis eselon IV
2) Berlatar belakang pendidikan minimal D-IV/S1 yang relevan dengan
tugasnya dengan melampirkan fotocopy ijazah yang dilegalisasi;
3) Pangkat/golongan minimal Penata/III.c;
4) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter Pemerintah;
5) Tidak dalam status tugas belajar;
6) DP3 2 (dua) tahun terakhir baik;
7) Tidak terlibat dalam kasus hukum;

c. Mekanisme dan Penetapan


1). Calon Kepala Sub Bagian diusulkan oleh Direktur kepada Kepala
Badan PPSDM Kesehatan sebanyak 3 (tiga) orang yang mempunyai
peluang sama;
2). Kepala Sub Bagian diangkat oleh Sekretaris Jenderal Kemenkes
berdasarkan rekomendasi Kepala Badan PPSDM Kesehatan melalui
Baperjakat.

d. Pemberhentian
1) Dalam hal Kasubag berhalangan tetap antara lain dipindahkan ke
dalam jabatan lain, mengundurkan diri, sakit sehingga tidak dapat
melaksanakan tugasnya, meninggal dunia, maka Direktur Poltekkes
mengajukan usulan Pemberhentian kepada Kepala Badan PPSDM
Kesehatan;
2) Sekretaris Jenderal menerbitkan SK Pemberhentian bagi Kepala Sub
Bagian sesuai butir (a);
3) Untuk mengisi kekosongan jabatan sebelum ada Kepala Sub Bagian
baru yang definitif, Sekretaris Jenderal mengangkat Pejabat sebagai
Pejabat (Pj);
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
27 KESEHATAN
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
28 KESEHATAN
GAMBAR 5.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMILIHAN DAN PENETAPAN ANGGOTA SENAT POLITEKNIK KESEHATAN

DIREKTUR POLTEKKES KETUA JURUSAN POLTEKKES SEKRETARIS PPSDMK KABADAN PPSDM KESEHATAN KETERANGAN

MULAI

MENENTUKAN KOMPOSISI MEMILIH CALON


JUMLAH ANGGOTA SENAT ANGGOTA SENAT DARI
DARI JURUSAN JURUSAN

MENERIMA USULAN CALON


MENGIRIMKAN CALON
ANGGOTA SENAT DARI
ANGGOTA SENAT JURUSAN
JURUSAN

MENERIMA USULAN CALON


MENGUSULKAN CALON
ANGGOTA SENAT POLTEKKES
ANGGOTA SENAT POLTEKKES

TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN
MELENGKAPI PERSYARATAN
VERIFIKASI
PERSYARATA
N
MEMENUHI
PERSYARATAN

MENYIAPKAN SK MENETAPKAN SENAT


PENETAPAN SENAT POLTEKKES
POLTEKKES
MENERIMA SK SENAT
POLTEKKES

SELESAI

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


29 KESEHATAN
5. KETUA JURUSAN (KAJUR)
a. Jabatan
1) Kajur dipilih oleh kelompok dosen di lingkungan jurusan dan
ditetapkan oleh Direktur;
2) Masa jabatan Kajur adalah 4 (empat) tahun sesuai dengan masa
jabatan Direktur dan akan dievaluasi kinerjanya secara berkala setiap
tahun sesuai dengan mekanisme dan ketentuan;
3) Kajur dapat dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2
(dua) kali masa jabatan;
4) Kajur diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.

b. Syarat-syarat calon
1) Dosen tetap di jurusan yang bersangkutan dengan jabatan Lektor
dengan pangkat/golongan minimal Penata /III.c yang dibuktikan
dengan yang dibuktikan dengan SK Jabfung dosen;
2) Jenjang pendidikan S2 kesehatan atau S2 lain yang terakreditasi dan
relevan dengan bidang tugasnya, dibuktikan dengan fotocopy ijazah
yang dilegalisasi;
Catatan :
Dalam pendidikan S2 lain yang relevan dengan bidang tugasnya
adalah :
a) S2 Manajemen berlatar belakang pendidikan minimal D3
kesehatan
b) S2 Pendidikan berlatar belakang pendidikan minimal D3
kesehatan
c) S2 yang terkait dengan jurusan yang ada di Poltekkes berlatar
belakang pendidikan minimal D3 kesehatan
3) Berpengalaman sebagai Dosen minimal 2 (dua) tahun di lingkungan
Poltekkes Kemenkes dibuktikan dengan SK
4) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan
dari dokter Rumah Sakit Pemerintah;
5) Tidak berstatus tugas belajar;
6) Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 60 (enam puluh) tahun;
7) DP3 2 (dua) tahun terakhir baik.
8) Tidak terlibat dalam kasus hukum;
9) Kajur yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

c. Mekanisme pemilihan dan penetapan jabatan Kajur Politeknik


Kesehatan
1) Kajur yang sedang menjabat memfasilitasi kelompok dosen dalam
pemilihan Kajur yang baru.
2) Kajur dengan persetujuan Direktur membentuk Panitia. Pemilihan
Kajur 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Kajur berakhir.
3) Kelompok dosen yang mempunyai hak pilih adalah dosen memiliki
SK Jabfung.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


30 KESEHATAN
4) Ketentuan pemilihan Kajur ditetapkan oleh Direktur berdasarkan
usulan panitia.
5) Tata cara pemilihan Kajur adalah sebagai berikut:
a) Panitia membuka pendaftaran calon Kajur
b) Dosen yang memenuhi kriteria dapat mengajukan diri sebagai
Calon Kajur.
c) Panitia pemilihan melakukan seleksi administratif.
d) Direktur menetapkan calon Kajur sesuai hasil seleksi
administratif.
e) Panitia menyelenggarakan pemilihan sesuai dengan ketentuan
pemilihan Kajur.
f) Panitia melaporkan dan menyerahkan hasil seleksi berikut
nominasinya kepada Direktur melalui Ketua Jurusan.
g) Direktur menetapkan Kajur.

d. Pemberhentian
1) Pemberhentian karena habis masa jabatan
a) Direktur memberhentikan Kajur tiga bulan sebelum masa jabatan
Kajur berakhir.
b) Direktur menetapkan pajabat Kajur sampai ditetapkannya Kajur
definitif.
2) Pemberhentian karena alasan berhalangan tetap
a) Dalam hal Kajur berhalangan tetap antara lain dipindahkan ke
dalam jabatan lain, mengundurkan diri, sakit sehingga tidak dapat
melaksanakan tugasnya, meninggal dunia.
b) Direktur menerbitkan SK Pemberhentian sementara bagi Kajur
sesuai butir (1);
3) Penetapan Kajur antar waktu
a) Direktur menetapkan Kajur antar waktu.
b) Masa jabatan Kajur antar waktu sampai dengan masa jabatan
berakhir

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemilihan Dan Penetapan Ketua Jurusan


Politeknik Kesehatan Dapat Dilihat Pada Gambar 6.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


31 KESEHATAN
GAMBAR 6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMILIHAN DAN PENETAPAN KETUA JURUSAN POLITEKNIK KESEHATAN

KETUA JURUSAN POLTEKKES PANITIA DOSEN POLTEKKES DIREKTUR POLTEKKES KETERANGAN

MULAI

 Pemilihan Ketua Jurusan 3 bulan


MEMBENTUK PANITIA MENDAFTAR SEBAGAI
DENGAN PERSETUJUAN
MEMBUKA
CALON KETUA
sebelum masa jabatan Kajur
PENDAFTARAN CALON
DIREKTUR KETUA JURUSAN JURUSAN berakhir
 Kelompok dosen yang
TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN
mempunyai hak pilih adalah
SELESAI SELEKSI dosen yang memiliki SK jabfung
ADMINISTRAT
IF
MEMENUHI
PERSYARATAN

MENGIRIMKAN HASIL MENETAPKAN CALON


SELEKSI ADMINISTRATIF KE KETUA JURUSAN
DIREKTUR

MENYELENGGARAKAN PEMILIHAN
CALON KETUA JURUSAN

MENGIRIMKAN HASIL PEMILIHAN MENETAPKAN


KETUA JURUSAN KE DIREKTUR KETUA JURUSAN SELESA
I

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


32 KESEHATAN
6. SEKRETARIS JURUSAN (SEKJUR)
a. Jabatan
1) Penunjukan SekJur dilaksanakan setelah penetapan Kajur.
2) SekJur ditetapkan dan diberhentikan oleh Direktur atas
usulan Kajur.
3) Masa jabatan SekJur mengikuti masa jabatan Kajur dan
dapat ditunjuk kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua)
kali.
4) Masa jabatan Sekjur dievaluasi setiap tahun sesuai
dengan mekanisme dan ketentuan.

b. Syarat-syarat calon
1) Dosen tetap di lingkungan Poltekkes Kemenkes dengan jabatan Asisten
Ahli, pangkat/golongan minimal Penata Muda /III.a yang dibuktikan
dengan yang dibuktikan dengan SK Jabfung dosen;
2) Jenjang pendidikan S2 kesehatan atau S2 lain yang relevan dengan
bidang keilmuan di jurusan yang bersangkutan dibuktikan dengan
fotocopy ijazah yang dilegalisasi
Catatan :
Dalam pendidikan S2 lain yang relevan dengan bidang tugasnya
adalah:
a) S2 Manajemen berlatar belakang pendidikan minimal D3 kesehatan
b) S2 Pendidikan berlatar belakang pendidikan minimal D3
kesehatan
c) S2 yang terkait dengan jurusan yang ada di Poltekkes berlatar
belakang pendidikan minimal D3 kesehatan
3) Berpengalaman sebagai dosen tetap minimal 2 (dua) tahun di
lingkungan Poltekkes Kemenkes dibuktikan dengan SK Jabfung dosen;
4) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
dokter Rumah Sakit Pemerintah
5) Tidak berstatus tugas belajar;
6) Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 60 (enam puluh) tahun.
7) DP3 2 (dua) tahun terakhir baik.
8) Tidak terlibat dalam kasus hukum;
9) Sekjur yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

c. Mekanisme penunjukan dan penetapan


1) Kajur mengusulkan Dosen tetap yang memenuhi kriteria SekJur kepada
Direktur.
2) Direktur menetapkan Sekjur.

d. Pemberhentian
Direktur menetapkan pemberhentian Sekjur atas usulan Kajur.

7. KETUA PROGRAM STUDI (KA. PRODI)

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


33 KESEHATAN
a. Jabatan
1) Penunjukan Ka. Prodi dilaksanakan setelah penetapan
Kajur.
2) Ka. Prodi ditetapkan dan diberhentikan oleh Direktur atas
usulan Kajur.
3) Masa jabatan Ka. Prodi mengikuti masa jabatan Kajur dan
dapat ditunjuk kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua)
kali.
4) Masa jabatan Ka. Prodi dievaluasi setiap tahun sesuai
dengan mekanisme dan ketentuan.

b. Syarat-syarat calon
1) Dosen tetap di lingkungan Poltekkes Kemenkes dengan jabatan Asisten
Ahli, pangkat/golongan minimal Penata Muda /III.a yang dibuktikan
dengan yang dibuktikan dengan SK Jabfung dosen;
2) Jenjang pendidikan S2 kesehatan atau S2 lain yang relevan dengan
bidang keilmuan di jurusan yang bersangkutan dibuktikan dengan
fotocopy ijazah yang dilegalisasi
Catatan :
Dalam pendidikan S2 lain yang relevan dengan bidang tugasnya adalah :
a) S2 Manajemen berlatar belakang pendidikan minimal D3 kesehatan
b) S2 Pendidikan berlatar belakang pendidikan minimal D3
kesehatan
c) S2 yang terkait dengan jurusan yang ada di Poltekkes berlatar
belakang pendidikan minimal D3 kesehatan
3) Berpengalaman sebagai dosen tetap minimal 2 (dua) tahun di
lingkungan Poltekkes Kemenkes dibuktikan dengan SK Jabfung dosen;
4) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
dokter Rumah Sakit Pemerintah.
5) Tidak berstatus tugas belajar;
6) Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 60 (enam puluh) tahun.
7) DP3 2 (dua) tahun terakhir baik;
8) Tidak terlibat dalam kasus hukum;
9) Ka. Prodi yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

c. Mekanisme penunjukan dan penetapan


1) Kajur mengusulkan Dosen tetap yang memenuhi kriteria Ka. Prodi
kepada Direktur.
2) Direktur menetapkan Ka. Prodi.

d. Pemberhentian
Direktur menetapkan pemberhentian Ka. Prodi atas usulan Kajur.

8. PENANGGUNG JAWAB PRODI DI LUAR DOMISILI DIREKTORAT POLTEKKES


a. Penunjukan Penanggung Jawab Prodi dilaksanakan setelah penetapan Kajur.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


34 KESEHATAN
b. Penanggung Jawab Prodi ditetapkan dan diberhentikan oleh Direktur atas
usulan Kajur.
c. Masa jabatan Penanggung Jawab Prodi mengikuti masa jabatan Kajur dan
dapat ditunjuk kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali.
d. Masa jabatan Penanggung Jawab Prodi dievaluasi setiap tahun sesuai
dengan mekanisme dan ketentuan.
e. Syarat-syarat calon
1) Dosen tetap di lingkungan Poltekkes Kemenkes dengan jabatan Asisten
Ahli, pangkat/golongan minimal Penata Muda /III.a yang dibuktikan
dengan yang dibuktikan dengan SK Jabfung dosen;
2) Jenjang pendidikan S2 kesehatan atau S2 lain yang relevan dengan
bidang keilmuan di jurusan yang bersangkutan dibuktikan dengan
fotocopy ijazah yang dilegalisasi
Catatan :
Dalam pendidikan S2 lain yang relevan dengan bidang tugasnya adalah :
a). S2 Manajemen berlatar belakang pendidikan minimal D3 kesehatan
b). S2 Pendidikan berlatar belakang pendidikan minimal D3
kesehatan
c). S2 yang terkait dengan jurusan yang ada di Poltekkes berlatar
belakang pendidikan minimal D3 kesehatan
3) Berpengalaman sebagai dosen tetap minimal 2 (dua) tahun di
lingkungan Poltekkes Kemenkes dibuktikan dengan SK Jabfung dosen;
4) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
dokter Rumah Sakit Pemerintah.
5) Tidak berstatus tugas belajar;
6) Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 60 (enam puluh) tahun.
7) DP3 2 (dua) tahun terakhir baik.
8) Tidak terlibat dalam kasus hukum;
9) Ka. Prodi yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.
f. Mekanisme penunjukan dan penetapan
1) Kajur mengusulkan Dosen tetap yang memenuhi kriteria Penanggung
Jawab Prodi kepada Direktur.
2) Direktur menetapkan Penanggung Jawab Prodi.

g. Pemberhentian
Direktur menetapkan pemberhentian Penanggung Jawab Prodi atas usulan
Kajur.

9. JABATAN FUNGSIONAL
Jabatan fungsional, syarat-syarat untuk menduduki jabatan fungsional,
mekanisme penunjukan, penetapan dan pemberhentian sesuai dengan
ketentuan.

10. KEPALA UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


(PPM)
a. Jabatan

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


35 KESEHATAN
1) Penunjukan Kepala Unit PPM dilaksanakan setelah penetapan
Pembantu Direktur;
2) Kepala Unit PPM ditunjuk, ditetapkan dan diberhentikan oleh Direktur;
3) Masa jabatan Kepala Unit PPM adalah 4 (empat) tahun dan dapat dipilih
kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa
jabatan dan akan dievaluasi kinerjanya kembali setiap tahun sesuai
dengan mekanisme dan ketentuan.

b. Syarat-
syarat calon
1) Dosen tetap dengan jabatan Asisten Ahli, pangkat/golongan minimal
Penata Muda /III.a yang dibuktikan dengan SK Jabfung dosen.
2) Jenjang pendidikan S2 kesehatan atau S2 lain yang relevan dengan
bidang keilmuan di jurusan yang bersangkutan dibuktikan dengan
fotocopy ijazah yang dilegalisasi
3) Pernah melakukan penelitian dan publikasi;
4) Tidak dalam status tugas belajar;
5) Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 60 (enam puluh tahun)
tahun;
6) DP3 2 (dua) tahun terakhir baik;
7) Tidak terlibat dalam kasus hukum;
8) Kepala Unit yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

c. Mekanism
e penunjukan dan penetapan
Direktur menetapkan Kepala Unit PPM.

d. Pemberhe
ntian
Direktur menetapkan pemberhentian Kepala Unit PPM .

11. KEPALA UNIT PENJAMINAN MUTU


a. Jabatan
1) Penunjukan Kepala Unit Penjaminan Mutu dilaksanakan setelah
penetapan Pembantu Direktur.
2) Kepala Unit Penjaminan Mutu ditetapkan dan diberhentikan oleh
Direktur.
3) Masa jabatan Kepala Unit Penjaminan Mutu adalah 4 (empat) tahun dan
dapat ditunjuk kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua)
kali masa jabatan dan akan dievaluasi kinerjanya kembali setiap tahun
sesuai dengan mekanisme dan ketentuan.
4) Memiliki sertifikat pelatihan auditor

b. Syarat-syarat calon
1) Dosen tetap dibuktikan dengan SK jabatan Fungsional
2) Pendidikan minimal S2 kesehatan/S2 lain yang relevan

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


36 KESEHATAN
3) Diutamakan memiliki sertifikat pelatihan penjaminan mutu atau
sejenisnya.
4) Tidak dalam status tugas belajar ;
5) Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 60 (enam puluh tahun)
tahun;
6) DP3 2 (dua) tahun terakhir baik.
7) Tidak terlibat dalam kasus hukum;
8) Kepala Unit yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya

c. Mekanisme penunjukan dan penetapan


Direktur menetapkan Kepala Unit Penjaminan Mutu.

d. Pemberhentian
Direktur menetapkan pemberhentian Ka. Unit Penjaminan Mutu

12. KEPALA UNIT PERPUSTAKAAN


a. Jabatan
1). Penunjukan Kepala Unit Perpustakaan dilaksanakan setelah penetapan
Pembantu Direktur.
2). Kepala Unit Perpustakaan ditunjuk, ditetapkan dan diberhentikan oleh
Direktur.
3). Masa jabatan Kepala Unit Perpustakaan adalah 4 (empat) tahun dan
dapat ditunjuk kembalidan akan dievaluasi kinerjanya kembali setiap
tahun sesuai dengan mekanisme dan ketentuan.

b. Syarat-syarat calon
1). Minimal pendidikan D3 Perpustakaan
2). Pernah mengelola perpustakaan
3). Tidak dalam status tugas belajar ;
4). Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 50 (lima puluh) tahun;
5). DP3 2 (dua) tahun terakhir baik.
6). Tidak terlibat dalam kasus hukum;
7). Kepala Unit yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya

c. Mekanisme penunjukan dan penetapan


Direktur menetapkan Kepala Unit Perpustakaan.

d. Pemberhentian
Direktur menetapkan pemberhentian Kepala Unit Perpustakaan

13. KEPALA UNIT LABORATORIUM/BENGKEL KERJA/WORKSHOP


a. Jabatan
1). Penunjukan Kepala Unit Laboratorium dilaksanakan setelah penetapan
Pembantu Direktur.
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
37 KESEHATAN
2). Kepala Unit Laboratorium ditunjuk, ditetapkan dan diberhentikan oleh
Direktur.
3). Masa jabatan Kepala Unit Laboratorium adalah 4 (empat) tahun dan
dapat dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua)
kali masa jabatan dan akan dievaluasi kinerjanya kembali setiap tahun
sesuai dengan mekanisme dan ketentuan.

b. Syarat-syarat calon
1). Dosen Tetap dengan pendidikan S2
2). Berpengalaman mengelola laboratorium/Bengkel Kerja/ Workshop
3). Tidak dalam status tugas belajar ;
4). Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 60 (enam puluh) tahun;
5). DP3 2 (dua) tahun terakhir baik.
6). Tidak terlibat dalam kasus hukum;
7). Kepala Unit yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

c. Mekanisme penunjukan dan penetapan


Direktur menetapkan Ka. Unit Laboratorium.

d. Pemberhentian
Direktur menetapkan pemberhentian Ka. Unit Laboratorium

UNIT PENUNJANG

1. KEPALA UNIT KOMPUTER/TEKNOLOGI INFORMASI


a. Jabatan
1) Penunjukan Kepala Unit Komputer dilaksanakan setelah penetapan
Pembantu Direktur.
2) Kepala Unit Komputer ditunjuk, ditetapkan dan diberhentikan oleh
Direktur.
3) Masa jabatan Kepala Unit Komputer/Teknologi Informasi adalah 4
(empat) tahun dan dapat dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh
lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan dan akan dievaluasi kinerjanya
kembali setiap tahun sesuai dengan mekanisme dan ketentuan.

b. Syarat-syarat calon
Minimal berpendidkan S1 Komputer
1). Minimal berpendidkan S1 Komputer
2). Tidak dalam status tugas belajar;
3). Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 50 (lima puluh tahun)
tahun;
4). DP3 2 (dua) tahun terakhir baik.
5). Tidak terlibat dalam kasus hukum;
6). Kepala Unit yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


38 KESEHATAN
2. KEPALA UNIT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
a. Jabatan
1). Penunjukan Kepala Unit Pemeliharaan dan Perbaikan dilaksanakan
setelah penetapan Pembantu Direktur.
2). Kepala Unit Pemeliharaan dan Perbaikan ditunjuk, ditetapkan dan
diberhentikan oleh Direktur.
3). Masa jabatan Kepala Unit Pemeliharaan dan Perbaikan adalah 4 (empat)
tahun dan dapat dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2
(dua) kali masa jabatan dan akan dievaluasi kinerjanya kembali setiap
tahun sesuai dengan mekanisme dan ketentuan.

b. Syarat-syarat calon
1) Berpendidikan minimal DIV/S1 yang relevan dengan bidang tugasnya
2) Tidak dalam status tugas belajar ;
3) Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 50 (lima puluh tahun) tahun;
4) DP3 2 (dua) tahun terakhir baik.
5) Tidak terlibat dalam kasus hukum;
6) Kepala Unit yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

3. KEPALA UNIT ASRAMA


a. Jabatan
1). Penunjukan Kepala Unit Asrama dilaksanakan setelah penetapan
Pembantu Direktur.
2). Kepala Unit Asrama ditunjuk, ditetapkan dan diberhentikan oleh Direktur.
3). Masa jabatan Kepala Unit Asrama adalah 4 (empat) tahun dan dapat
dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa
jabatan dan akan dievaluasi kinerjanya kembali setiap tahun sesuai
dengan mekanisme dan ketentuan.

b. Syarat-syarat calon
1). Berpendidikan minimal D3 yang relevan dengan bidang tugasnya
2). Sehat jasmani dan rohani dengan surat keterangan dokter Rumah Sakit
pemerintah;
3). Tidak dalam status tugas belajar ;
4). Usia pada waktu pencalonan tidak lebih dari 50 (lima puluh tahun)
tahun;
5). DP3 2 (dua) tahun terakhir baik.
6). Tidak terlibat dalam kasus hukum;
7). Kepala Unit yang pada saat ini telah menduduki jabatan, masih tetap
menduduki jabatan tersebut sampai berakhir masa jabatannya.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


39 KESEHATAN
BAB IV

ADMINISTRASI UMUM, KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN

A. ADMINISTRASI UMUM
1. TATA PERSURATAN
a. Surat-surat yang berkaitan dengan kebijakan dan berhubungan
dengan instansi di luar Poltekkes dikeluarkan melalui sistem satu pintu
yaitu oleh Direktur.
b. Surat-surat yang bersifat teknis intern dapat dikeluarkan oleh Ketua
Jurusan atas nama Direktur.
c. Tata cara persuratan mengikuti pedoman tata cara persuratan yang
berlaku.

2. PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.


a. Kepala Badan PPSDM Kesehatan adalah Pejabat yang bertanggung jawab
atas pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang di lingkungan Badan
PPSDM Kesehatan yang merupakan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Barang Eselon-1 (UAPPB E-1) yang berada pada tingkat Eselon 1.
b. Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan memberikan pelayanan teknis dan
administrasi kepada semua unsur di lingkungan Badan, selaku Unit
Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) yang mendapat limpahan
wewenang dari Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon-1
(UAPPB E-1) untuk melakukan kebijakan operasional dalam pengelolaan
barang
c. Poltekkes adalah satuan kerja di lingkungan Badan PPSDM Kes selaku
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) yang bertanggung jawab
melaporkan penggunaan barang setiap bulan kepada Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPA B-1).
d. Jurusan dan sub Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) di
lingkungan Poltekkes yang diberi wewenang dan mengurus serta
menggunakan barang sesuai petunjuk dan syarat yang ditetapkan oleh
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) sesuai dengan PMK No.
59 tahun 2005.
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
40 KESEHATAN
e. Direktur Poltekkes selaku Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang
(UAKPB) diwajibkan mengirimkan laporan realisasi barang setiap bulan,
triwulan, semesteran, tahunan yang mencakup seluruh penggunaan yang
dilakukan oleh jurusan ke Badan PPSDM Kesehatan selaku Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPA B-1) dan mengirimkan pula
ke Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W).
f. Pengelolaan Barang Milik Negara di poltekkes dikoordinir oleh pudir II.
g. Laporan hasil realisasi merupakan kompilasi dari data realisasi anggaran
dan investasi barang milik negara dari jurusan, bagian dan unit yang ada
di poltekkes
h. Ka. Subbag ADUM melakukan rekonsiliasi dengan KPPN dalam rangka
verifikasi SAI dan SABMN poltekkes untuk kemudiandiserahkan ke Pudir
II.
i. Setelah diversifikasi oleh Pudir II, laporan hasil realisasi diolah oleh Ka.
Subbag ADUM untuk kemudian ditetapkan oleh Direktur.

3. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP)


a. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa
oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi
lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
b. Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya,
yang selanjutnya disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang
menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
c. Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan
penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah dimasing-masing
K/L/D/I.
d. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas
mengembangkan dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
sebagaimana dimaksud dalam
e. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
f. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang
disamakan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD.
g. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat
yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh
Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.
h. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
i. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit
organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri
atau melekat pada unit yang sudah ada.
j. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki Sertifikat Keahlian
Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakanPengadaan Barang/Jasa.
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
41 KESEHATAN
k. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan.
l. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi
lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan
pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
m. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa
Lainnya.

n. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia


Barang/Jasa terdiri atas:
1) PA/KPA;
2) PPK;
3) ULP/Pejabat Pengadaan; dan
4) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
o. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Swakelola
terdiri atas:
1) PA/KPA;
2) PPK; dan
3) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
p. PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
q. Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai kebutuhan yang paling
kurang terdiri atas:
1) kepala;
2) sekretariat;
3) staf pendukung; dan
4) kelompok kerja.

4. PERLENGKAPAN
a. Pengelolaan Barang Milik di poltekkes dikoordinir oleh Pudir II
b. Laporan hasil realisasi merupakan kompilasi dari data realisasi anggaran
dan investasi barang milik negara dari jurusan, bagian dan unit yang ada
di poltekkes
c. Ka. Subag ADUM melakukan rekonsiliasi dengan KPPN dalam rangka
verifikasi SAI dan SABMN poltekkes untuk kemudian diserahkan ke Pudir
II
d. Setelah diverifikasi oleh Pudir II, laporan hasil realisasi diolah oleh Ka.
Subag ADUM untuk kemudian ditetapkan oleh Direktur.

5. KEHUMASAN
a. Tatakelola Kehumasan
Tatakelola kehumasan adalah proses yang meliputi kegiatan analisis
situasi (pengumpulan data dan fakta), strategi (perencanaan dan
program), implementasi (tindakan dan komunikasi), evaluasi

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


42 KESEHATAN
(pengukuran hasil) dengan tetap berpegang kepada komitmen, etika
kehumasan dan praktik-praktik terbaik.
Prinsip dasar hubungan masyarakat instansi pemerintah :
1. Tatakelola kehumasan yang berorientasi pada proses pencitraan dan
penciptaan nilai;
2. Tatakelola kehumasan yang mendorong pencapaian visi, misi dan
tujuan instansi, serta berorientasi pada kepentingan publik;
3. Tatakelola kehumasan berpegang pada komitmen, peraturan
perundang-undangan, etika kehumasan, serta praktik-praktik umum
(common practise) yang sehat;
4. Tatakelola kehumasan membutuhkan perencanaan, pengembangan,
kepemimpinan dan tanggung jawab, pemantauan dan evaluasi, serta
perbaikan yang berkelanjutan.

b. Asas Umum Kehumasan


Menjalankan kehumasan dalam instansi pemerintah perlu menerapkan
asas umum sebagai berikut :
1. Keterbukaan, yaitu asas yang menuntut praktisi humas membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur dan tidak diskriminatif;
2. Obyektif, yaitu asas yang menuntut praktisi humas tidak memihak
dalam menjalankan tugasnya
3. Jujur, yaitu asas yang menuntut setiap praktisi humas tidak memihak
dalam menjalankan tugas;
4. Tepat Janji, yaitu asas yang menuntut praktisi humas untuk menepati
janji, konsisten dalam melaksanakan tugas;
5. Etis, yaitu asas yang menuntut praktisi humas melaksanakan nilai-
nilai etika dalam melaksanakan tugas kehumasan;
6. Profesional, yaitu asas yang menuntut praktisi humas mengutamakan
keahlian, keterampilan, pengalaman dan konsistensi terhadap
penugasan;
7. Akuntabel, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir kegiatan praktisi humas harus dapat
dipertanggungjawabkan.

c. Ruang Lingkup Kehumasan


Ruang lingkup kegiatan kehumasan dalam instansi pemerintah adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan yang dilaksanakan humas instansi pemerintah secara
timbal balik dengan pemangku kepentingan melalui berbagai bentuk
penyampaian pesan dan penciptaan opini publik;
2. Komunikasi positif internal dan eksternal yang terencana untuk
menciptakan saling pengertian dalam mencapai tujuan tertentu guna
memperoleh manfaat bersama bagi lembaga dan pemangku
kepentingan;
3. Kegiatan yang melaksanakan fungsi manajemen pemerintahan;

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


43 KESEHATAN
4. Aktifitas dalam rangka membangun citra organisasi, pemerintah,
bangsa dan negara.

B. PENGELOLAAN KEUANGAN
1. PENGELOLA KEUANGAN
a. Pengelolaan keuangan merupakan tanggung jawab Pudir II dan
dilaksanakan oleh Kepala Sub Bagian ADUM.
b. Bendahara Poltekkes.
c. Bendahara Penerima dan Bendahara Pengeluaran;
d. Bendahara ditetapkan oleh Kepala Badan PPSDM Kesehatan, atas usulan
Direktur Poltekkes.
e. Anggaran Poltekkes Kemenkes berasal dari:
1) DIPA
2) Sumbangan masyarakat yang tidak mengikat
f. Secara rinci pengelolaan sumbangan masyarakat yang tidak mengikat
akan diatur tersendiri;
g. Rencana anggaran Jurusan diusulkan oleh Ka.Jurusan kepada Direktur
melalui Pudir II;
h. Rencana anggaran Poltekkes Kemenkes yang menggunakan anggaran
DIPA diusulkan oleh Direktur kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan;
i. Poltekkes dapat bekerjasama dengan pihak lain dalam menggali potensi
untuk pengembangan Poltekkes.

2. SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)


a. Kepala Badan PPSDM
Kesehatan adalah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan
pengelolaan anggaran di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan yang
merupakan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon-1
(UAPPA E-1) yang berada pada tingkat Eselon I.
b. Sekretaris Badan PPSDM
Kesehatan memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada
semua unsur di lingkungan Badan, selaku Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran (UAKPA) yang mendapat limpahan wewenng dari
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon-1 (UAPPA E-1)
untuk melakukan kebijakan operasional dalam pengelolaan anggaran.
c. Poltekkes adalah satuan kerja
di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan selaku Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran (UAKPA) yang bertanggung jawab melaporkan
realisasi penggunaan setiap bulan kepada Unit Akuntansi Pembantu
Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA E-1).
d. Jurusan dan sub Unit
Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) di lingkungan Poltekkes
yang diberi wewenang dan mengurus serta menggunakan anggaran
sesuai petunjuk dan syarat yang ditetapkan oleh Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran (UAKPA) sesuai dengan PMK No. 59 tahun 2005.
e. Direktur Poltekkes selaku
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) diwajibkan
mengirimkan laporan realisasi anggaran setiap bulan, triwulan,
semesteran, tahunan dan membuat laporan keuangan yang disertai
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK
44 KESEHATAN
catatan atas laporan keuangan setiap semester yang mencakup seluruh
penggunaan yang dilakukan oleh jurusan ke Badan PPSDM Kes selaku
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA E-1)
dan mengirimkan pula ke Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
Wilayah (UAKPA-W).

C. PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN
1. Pengelolaan kepegawaian merupakan tanggung jawab Pudir II, meliputi
perencanaan, pengadaan, pengembangan, mutasi, pemberhentian dan
pensiun pegawai yang dilaksanakan oleh Kepala Sub Bagian Administrasi
Umum, Keuangan dan Kepegawaian melalui koordinasi dengan Ketua
Jurusan;
2. Perencanaan, Pengadaan dan Pengembangan Pegawai Poltekkes Kemenkes
dilakukan berdasarkan perhitungan beban kerja dan rencana pengembangan
Poltekkes yang diusulkan oleh Direktur Poltekkes kepada Kepala Badan
PPSDM Kesehatan;

3. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) pegawai:


Penilaian DP3 mengacu pada ketentuan yang berlaku. Pejabat yang
berwenang menandatangani DP3 bagi pejabat di Iingkungan Poltekkes
Kemenkes sebagai berikut:
a. Bagi Direktur, Pejabat Penilai adalah Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan,
dan sebagai Atasan Pejabat Penilai adalah Kepala Badan PPSDM
Kesehatan;
b. Bagi Pudir, Pejabat Penilai adalah Direktur, dan sebagai Atasan Pejabat
Penilai adalah Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan;
c. Bagi Ka.Jurusan, Pejabat Penilai adalah Pudir I, dan sebagai Atasan
Pejabat Penilai adalah Direktur;
d. Bagi Ketua Prodi, Pejabat Penilai adalah Pudir I dengan masukan Kajur,
dan sebagai Atasan Pejabat Penilai adalah Direktur;
e. Bagi Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Pejabat Penilai
adalah Pudir I dan sebagai Atasan Pejabat Penilai adalah Direktur;
f. Bagi Kepala Unit Penunjang, Pejabat Penilai adalah Pudir I atau Pudir III
dan sebagai Atasan Pejabat Penilai adalah Direktur;
g. Bagi Ka. Subag ADAK, Pejabat Penilai adalah Pudir I dan sebagai Atasan
Pejabat Penilai adalah Direktur;
h. Bagi Ka. Subag ADUM, Pejabat Penilai adalah Pudir II dan sebagai Atasan
Pejabat Penilai adalah Direktur;
i. Bagi dosen, Pejabat Penilai adalah Kajur dan sebagai atasan Pejabat
Penilai adalah Pudir I;
j. Bagi non dosen, Pejabat Penilai adalah atasan langsung dan sebagai
atasan dari atasan langsung adalah Pejabat yang lebih tinggi
kedudukannya.

4. Mutasi Pegawai :
a. Mutasi antar jurusan di lingkungan Poltekkes Kemenkes yang
bersangkutan ditetapkan oleh Direktur.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


45 KESEHATAN
b. Mutasi keluar lingkungan Poltekkes di usulkan oleh Direktur kepada
Kepala Badan PPSDM Kesehatan untuk diproses lebih lanjut.

5. Pengembangan Pegawai
a. Tugas Belajar/Izin Belajar.
1) Penugasan belajar bagi pegawai di lingkungan Poltekkes Kemenkes
dibuat sesuai dengan kebutuhan organisasi dan dana yang tersedia;
2) Usulan tugas belajar/izin belajar diajukan oleh Kajur kepada Direktur
diteruskan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan.
b. Diklat : Fungsional, Kepegawaian dan Profesi
Jenis Diklat yang dapat diikuti oleh pegawai Pra Jabatan, Diklat
Fungsional, Diklat Kepegawaian, profesi dan sebagainya yang berkaitan
dengan PBM (Dalam Negeri/Luar Negeri) dengan mekanisme sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
c. Jabatan Fungsional.
1) DUPAK :
a) Kajur mengusulkan bahan penyusunan DUPAK jabatan fungsional
di lingkungan jurusan kepada Direktur;
b) Ka.Jurusan mengusulkan DUPAK jabatan fungsional Dosen dan di
luar Dosen di lingkungan Poltekkes kepada Direktur;
c) Direktur mengusulkan DUPAK jabatan fungsional Dosen dan Non
Dosen di lingkungan Poltekkes kepada Badan PPSDM Kesehatan.
2) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit Dosen.
a) Sekretaris Badan PPSDM Kes A.n Menteri Kesehatan bagi jabatan
fungsional Asisten Ahli sampai dengan Lektor;
b) Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bagi
jabatan fungsional Lektor Kepala;
3) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit Non Dosen sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4) Tim Penilai.
a) Tim Penilai Pusat, berkedudukan di Badan PPSDM Kesehatan,
ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Badan PPSDM Kesehatan;
b) Tim Penilai Poltekkes, berkedudukan di Poltekkes ditunjuk dan
ditetapkan oleh Direktur.

d. Pemberian penghargaan
Direktur mengusulkan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan bagi
pegawai yang memenuhi persyaratan untuk diberikan penghargaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


46 KESEHATAN
BAB V

ADMINISTRASI AKADEMIK DAN KEMAHASISWAAN

A. PENGELOLAAN ADMINISTRASI AKADEMIK


1. Pengelolaan di bidang administrasi akademik kemahasiswaan,
perencanaan dan sistem informasi merupakan tugas pokok dan fungsi Ka.
Sub Bagian ADAK.
2. Layanan di bidang administrasi akademik mencakup pelaksanaan
akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan pada
Poltekkes.
a. Kebebasan mimbar akademik sebagaimana dimaksud di atas
merupakan kebebasan setiap anggota sivitas akademika dalam
menyebarluaskan hasil penelitian dan menyampaikan pandangan
akademik melalui kegiatan perkuliahan, ujian sidang, seminar, diskusi,
simposium, ceramah, publikasi ilmiah, dan pertemuan ilmiah lain yang
sesuai dengan kaidah keilmuan.
b. Otonomi keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kemandirian dan kebebasan sivitas akademika suatu cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga yang melekat pada
kekhasan/keunikan cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau
olahraga yang bersangkutan, dalam menemukan, mengembangkan,
mengungkapkan, dan/atau mempertahankan kebenaran menurut
kaidah keilmuannya untuk menjamin keberlanjutan perkembangan
cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga.
3. Kerjasama akademik yang dilakukan dapat meliputi :
a. Kerja sama akademik, yaitu :

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


47 KESEHATAN
1)
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;
2)
program kembaran;
3)
pengalihan dan/atau pemerolehan kredit;
4)
penugasan dosen senior sebagai pembina pada perguruan tinggi
yang membutuhkan pembinaan;
5) pertukaran dosen dan/atau mahasiswa;
6) pemanfaatan bersama berbagai sumber daya;
7) pemagangan;
8) penerbitan terbitan berkala ilmiah;
9) penyelenggaraan seminar bersama; dan/atau
10) bentuk-bentuk lain yang dianggap perlu.
b. Kerjasama non akademik, yaitu :
1) pendayagunaan aset;
2) usaha penggalangan dana;
3) jasa dan royalti hak kekayaan intelektual; dan/atau
4) bentuk lain yang dianggap perlu.
4. Layanan Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi mencakup
kegiatan perencanaan program dan sistem informasi institusi pendidikan

B. PENGELOLAAN ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN


1. Layanan Administrasi Kemahasiswaan mencakup administrasi
pembinaan kemahasiswaan, layanan mahasiswa dan alumni, serta
melakukan kerjasama dengan pihak lain di luar kegiatan yang terstruktur
dalam kurikulum;
2. Layanan mahasiswa dan alumni meliputi sipensimaru, Pengenalan
Program Studi mahasiswa (PPSM), bimbingan konseling dan akademik,
Kepaniteraan (ucap janji mahasiswa), kartu mahasiswa, wisuda, dies
natalis, promosi dan pemasaran, alumni, organisasi mahasiswa, ekstra
kurikuler, bakti sosial, penghargaan, kesejahteraan mahasiswa, sanksi,
daftar penyerapan lulusan
3. Pengelolaan administrasi kemahasiswaan meliputi bidang penerimaan
mahasiswa baru, pembinaan organisasi kemahasiswaan, pembimbingan
akademik, pencatatan dan pembinaan alumni, pengelolaan asrama,
perpustakaan, pelayanan IT dan hal-hal yang terkait dengan
pendayagunaan lulusan.
4. pembinaan, layanan mahasiswa dan alumni, merupakan tanggung jawab
Pudir III dan dilaksanakan oleh Kepala Sub Bagian ADAK melalui
koordinasi dengan Ka. Jurusan
5. Penatausahaan Ijazah
a. Permintaan Blanko Ijazah
1) Blanko ijazah dicetak secara terpusat di Pusdiklat Nakes Badan
PPSDM Kesehatan.
2) Permintaan blanko ijazah diajukan oleh Direktur Poltekkes kepada
Ka. Pusdiklat Nakes.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


48 KESEHATAN
3) Ka. Pusdiklat Nakes menyiapkan dan mengirimkan blanko ijazah
berdasarkan surat permintaan dari Direktur Poltekkes
b. Penandatanganan Ijazah
1) Blanko ijazah yang sudah diisi lengkap diajukan dan diparaf oleh Ka.
Prodi dan ditandatangani oleh Kajur serta diparaf oleh Pudir I dan
ditandatangani oleh Direktur
2) Ijazah yang sudah lengkap pada point a dikirimkan ke Ka. Pusdiklat
Nakes untuk ditandatangani serta diberi nomor registrasi
3) Ka. Pusdiklat Nakes mengirimkan kembali lembar ijazah yang sudah
ditandatangani dan diregistrasi kepada Direktur Poltekkes untuk
diserahkan kepada yang bersangkutan.
4) Secara rinci tata cara pengelolaan ijazah akan diatur tersendiri

5. Wisuda
a. Wisuda merupakan proses penyerahan ijazah bagi lulusan dan
dilaksanakan dalam sidang senat terbuka yang dipimpin oleh Direktur
selaku Ketua Senat.
b. Tata cara wisuda secara rinci diatur tersendiri.

6. Pelantikan Dan Angkat Sumpah


a. Pelantikan dan angkat sumpah lulusan adalah proses pengukuhan
sebagai tenaga kesehatan dilakukan oleh pejabat atas nama Menteri
Kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pelantikan dan angkat sumpah dilakukan setelah penyerahan ijazah
kepada wisudawan
c. Tata cara pelantikan dan angkat sumpah secara rinci diatur tersendiri.

C. PERENCANAAN DAN SISTEM INFORMASI (PERSIN)


Lingkup tugas perencanaan dan sistem informasi adalah sebagai berikut :
1. Menyusun rencana kerja Kepala Urusan Perencanaan dan Sistem
Informasi;
2. Mengumpulkan dan mencatat setiap informasi dan data yang berkaitan
dengan mahasiswa dan kegiatan ADAK;
3. Menyusun bahan rancangan awal sistem informasi yang terintegrasi yang
berupa context diagram, data flow diagram dan normalisasi data;
4. Menyusun bahan informasi yang ada pada Politeknik Kesehatan, terutama
terkait data mahasiswa dan akademik untuk keperluan pihak luar yang
menjadi mitra Politeknik Kesehatan;
5. Menyusun bahan rancangan awal kebijakan Direktur di bidang Sistem
Informasi dan teknologi informasi secara terpadu;
6. Mengumpulkan informasi yang terkait dengan kebutuhan infrastruktur
untuk sistem informasi terintegrasi, untuk mempermudah pengolahan
data;
7. Mencari informasi teknologi sistem informasi yang mutakhir, untuk
mengikuti kebutuhan politeknik kesehatan akan teknologi informasi;

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


49 KESEHATAN
8. Menyusun teknologi yang berkaitan dengan keamanan data dan transaksi
data, untuk menghindari kerusakan data maupun pengambilan data oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab;
9. Mengatur petugas yang bertanggung jawab terhadap aplikasi sistem
informasi dari pusat, terutamayang berhubungan dengan kegiatan ADAK;
10. Ikut serta membantu kegiatan administrasi Sub Bagian ADAK yang
berhubungan dengan informasi;
11. Menyusun laporan berkala (bulanan, triwulanan, tahunan)/rutin
pelaksanaan kegiatan Kepala Urusan Perencanaan dan Sistem Informasi;
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan berdasarkan arahan,
penugasan dan lain-lain yang terkait dengan kedinasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas.

D. STATUTA
1. Statuta Poltekkes Kemenkes
merupakan pedoman dasar penyelenggaraan Poltekkes Kemenkes.
2. Statuta Poltekkes dibuat oleh
masing-masing Poltekkes;
3. Statuta Poltekkes ditetapkan oleh
Direktur Poltekkes dan dilaporkan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan
atas nama Menteri Kesehatan RI

4. Isi Statuta Poltekkes mencakup :


a. Mukadimah
b. Bab I : Ketentuan
Umum
c. Bab II : Visi, Misi,
Azas Dan Tujuan
d. Bab III : Identitas
e. Bab IV :
Penyelenggaraan Pendidikan
f. Bab V : Kebebasan
Akademik dan Otonomi Keilmuan
g. Bab VI : Gelar dan
Penghargaan
h. Bab VII : Susunan
Organsasi
i. Bab VIII : Tata Cara Pengangkatan pimpinan, Senat, Pelaksana
Akademik, Pelaksana Administrasi, dan Dewan
Pertimbangan
j. Bab IX : Dosen dan
Tenaga Kependidikan
k. Bab X : Mahasiswa
Dan Alumni
l. Bab XI : Kerjasama
m. Bab XII : Sarana Dan
Prasarana

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


50 KESEHATAN
n. Bab XIII :
Pembiayaan
o. Bab XIV :
Pengawasan dan Akreditasi
p. Bab Xv : Ketentuan
Penutup

E. KETENTUAN LAIN
Apabila dalam pelaksanaannya terjadi permasalahan, maka penyelesaiannya
menjadi kebijakan Kepala Badan PPSDM Kesehatan.

F. KETENTUAN PERALIHAN
Segala perubahan ketentuan Permenkes Nomor OT.02.03/I/4/03440.1,
tanggal 1 Juli Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatalaksana
Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan harus menyesuaikan dengan
peraturan ini paling lambat akhir Desember 2012.

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA POLITEKNIK


51 KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai