Anda di halaman 1dari 46

1

Skenario 3
Belum dikarunai anak
Seorang laki-laki usia 30 tahun datang ke dokter dengan keluhan belum
dikarunai anak. Usia pernikahan pasien dengan istrinya adalah 2 tahun. Dokter
melakukan beberapa pemeriksaan pada pasien, yaitu; pemeriksaan pada struktur
organ genital, analisa sperma dan kadar hormon reproduksi pasien. Hasil pemeriksaan
didapatkan struktur organ genital dalam batas normal, analsis spermateratozoosperma
dan kadar testorterone rendah.

STEP 1
1. Testosterone :- hormon seks steroid utama pada pria
- Sekresi sel leydig yang terdapat di intertisium
2. Teratozoosperma: keadaan dimana morfologi sperma <4%

STEP 2
1. Apa saja struktur organ genital pada laki-laki?
2. Apa saja hormon reproduksi pada pria?
3. Bagaimana hubungan hormon testosterone dalam pembentukan sperma?
4. Apa saja yang dinilai dalam analisa sperma?

STEP 3
1. Eksterna
- skrotum
Kantong yang menonjol keluar yang berisi testis, epididymis
- penis
Berisi saluran keluar bersama untuk urin dan mani. Terdapat corpus dan radix penis
Interna
- Testis
- Epididymis
- Faniculus spermaticus
2

- Ductus deferens
Fungsi
Testis : Tempat menghasilkan testosterone
Epididymis : tempat penyimpanan sementara sperma
Ductus deferns : yang menampung
2. Testosterone, FSH, LH, estrogen, dan GH
3. Penting bagi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel leydig testis dengan tahap
pembentukan sperma
4. Mikroskopis
- PH
- Warna
- Viskositas
- Koagulasi/ pengenceran
- Volume
- Bau
- Liquifaksi
Makroskopis
- Motilitas
- Morfologi
- Sel darah putih

STEP 4
1. Eksterna
a. Skrotum
- Vaskularisasi:arteri pudenda interna, dan vena scrotales
- Innervasi: nervus illioinguinalis, ramus genitalis, nervus genitofemoralis
(bagian ventral skrotum)
- Ramus medialis dan ramus scrotalis
- Limfe: ditampung di nodi limphoidei inguinalis superficialis
- Lapisan: kulit,fascia superficialis, fascia spermatica, tunica vaginalis
3

b. Penis
- Vaskularisasi: arteri pudenda penis, arteri dorsalis penis, dan vena dorsalis
podunda penis, vena dorsalis superficialis penis
- Innervasi: nervus dorsalis penis
- Mikroskopis penis
Terdapat tunika albuginea corpus cavernosum penis dan di dalemnya dari
luar terdapat corpus cavernosum penis dan ditengah penis terdapat septum
mediana
Interna
a. Testis
- Letak: skrotum
- Terdapat lobus- lobus dan yang membagi lobus-lobus itu adalah
septula/septum testis
b. Epididymis
- Panjang 6 cm
- Sebagai penyimpanan sementara sperma
- Arteri : arteri pudenda interna
- Vena: plexus pampiniformis
- Innervasi: nervus pudendus, dan plexus peluicus
- Bagian- bagian tubulus seminiferus: spermatozoa, spermatid, spermatosit,
spermatogonia
c. Glandula genetalia
- Prostat
- Vesikulosa
- Bulbouretralis
2. - Testoterone: dihasilkan oleh sel leydig untuk pembentukan sperma
- LH: disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel leydig
untuk mensekresi hormon leydig
- FSH: disekresikan kelenjar hipofisis anterior
- Estrogen: dibentuk dari testoterone oleh sel sertoli
4

3. Pembentukan sperma
- Spermatogenesis
- Spermiogenesis
- Maturasi
- Spermiasi
Mekanisme pengeluaran/ejakulasi
- Emisi
- Ereksi
- Lubrikasi
- Ejakulasi
4. - Warna: putih keruh
- Volume: 2-5 ml
- Bau: seperti bunga akasia
- Ph: 7,2-7,8
- Viskositas: 3-5 cm
- Koagulasi: segera menggumpal setelah ejakulasi
- Liquifaksi:15- 20 menit setelah ejakulasi
5

MIND MAP

FUNGSI REGULASI NILAI NORMAL

KELAINAN
HORMON
SPERMA

STRUKTUR SISTEM REPRODUKSI LAKI-LAKI SPERMA

EJAKULASI PEMBENTUKAN ANALISIS


MIKRO MAKRO SPERMA

KELAINAN
EKSTERNA
MIKRO
INTERNA MAKRO

STEP 5
1. Struktur makroskopis dan mikroskopis genetalia pria
2. Hormon pria (fungsi, regulasi, dan nilai normal)
3. Morfologi sperma (pembentukan, ejakulasi, dan analisis sperma)
4. Kelainan sperma dan kelainan ejakulasi

STEP 6
Belajar mandiri
6

STEP 7
1. Organ Genitalia Eksterna Pria
1) Penis
Penis sebagai organ ekskretori untuk urin dan organ kopulasi lelaki untuk
meletakkan spermatozoa ke dalam saluran genitalia perempuan.

Gambar 1. Penis dengan Glanspenis, dan Preputium penis.1

Gambar 2. Organa genitalia masculine externa dengan struktur neurovascular.1


7

Penis menerima aliran darah arterinya dari tiga arteri berpasangan yang keluar
dari arteripudenda interna:
a. Arteri dorsalis penis, berjalan di subfascial, mendarahi kulit penis dan
glanspenis.
b. Arteri profundapenis, terletak di dalam corpora cavernosa, mengatur
pengisian corpora cavernosa.
c. Arteri bulbipenis, masuk ke bulbuspenis, mendarahi Glandula
bulbourethralis dan sebagai arteri urethralis mendarahi urethra dan
corpusspongiosum

Darah vena dikumpulkan melalui tiga sitem vena, yaitu:


a. Vena dorsalis superficialispenis, berpasangan atau tidak berpasangan,
perjalanan epifascial, membawa darah dari kulit penis ke vena pudenda
externa.
b. Vena dorsalis profundapenis, tidak berpasangan, perjalanan subFascial,
membawa darah dari corpora cavernosa menuju plexus venosus prostaticus.
c. Venabulbipenis, berpasangan, membawa darah dari bulbuspenis ke
venadorsalis profundapenis.

InervasiPenis:
a. Sensorik: Nervus dorsalispenis berasal dari Nervus pudendus
b. Otonom: Nervi cavernosipenis (berasal dari plexus hypogastricusinferior)
menembus dasar panggul dan berjalan berdekatan dengan Nervus dorsalispenis
(stimulasi simpatis menyebabkan vasodilatasi dan selanjutnya ereksi).

2) SCROTUM
Ujung distalpenis membesar untuk membentuk GlansPenis dan memperlihatkan
rigi (Corona Glandis) pada dasarnya. Pada keadaan flaccid, GlansPenis ditutup oleh
preputiumpenis. Pada sisi bawahnya, preputium dihubungkan dengan ligament kecil
yaitu frenulu preputii.1
8

Gambar 3. Pembungkus funiculus spermaticus dan Testis.1


Radixpenis menempel pada dinding tubuh anterior melalui Ligamentum
Fundiformepenissuperfisial dan Ligamentumsuspensorium dalam. Bagian dalam
scrotum dibagi oleh septum yang pada bagian luarnya berhubungan dengan
Raphescrotum kulit. Testis dan Funiculus spermaticus memiliki penutup sebagai
berikut:
a. Kulit scrotum
b. Tunica dartos, apisan subcutan dengan otot polos
c. Fascia spermatica externa, kelanjutan dari Fascia abdominalis superficialis
d. Musculus cremaster dengan Fascia cremasterica
e. Fascia spermatoca interna, kelanjutan dari Fascia transversalis
Selain itu, Testis dilapisi tunica vaginalis. Testis yang terdiri dari Lamina
parietalis externa (Periorchium) dan Lamina visceralis dalam (Epiorchium).1

Aliran Limfe Scrotum


Cairan limfe dari kulit dan fascia, termasuk tunica vaginalis dialirkan ke nodi
lymphoidei inguinales superficiales.2
9

3) OSTIUM URETHRAE EXTERNUM


Uretra merupakan rantai penghubung terakhir testis ke dunia luar. Uretra
disuplai dengan mucus yang berasal dari sejumlah besar kelenjar uretra kecil yang
terletak di sepanjang uretra dan bahkan lebih jauh lagi dari kelenjar bulbouretralis
(kelenjar cowper) bilateral yang terletak di dekat asal uretra.

Gambar 4. Vesica urinaria, prostate, dan penis dengan corpus cavernosum yang
dibuka.1
Pada keadaan flaccid, penis biasanya memiliki panjang sekitar 10 cm dan terbagi
menjadi Corpuspenis, Glanspenis, dan Radixpenis. Penis terdiri dari pasangan
Corpora cavernosa yang dilapisi oleh lapisan fibrosa padat atau Tunica albuginea
dan dipisahkan olhe Septum penis. Komponen lainnya adalah CorpusSpongiosum
yang mengelilingi urethra. Bagian proksimal, (CuraPenis) corpora cavernosa
menempel pada Rami pubic inferior. Bagian proximal dan distal corpusspongiosum
10

masing-masing berdilatasi untuk membentuk bulbuspenis dan glanspenis. Semua


Corpuscavernosum bersama–sama dilapisi oleh Fascia penis, yang pada gambar
diatas telah dilepaskan.2

Gambar 5. Vesica urinaria dan Urethra Laki-Laki.1

Bagian-bagian urethra
a. Pars intramuralis (1cm): didalam dinding vesical urinaria
b. Pars Prostatica (3,5 cm): melalui kelenjar prostat. Di sini ductus tersebut masuk
ke urethra denganDuctus ejaculatorii (saluran bersama Ductus deferens dan
11

Vesicula seminalis) diatas Colliculus seminalis dan Ductus prostaticus pada


kedua sisi
c. Pars membranasea (1-2cm): menembus dasar panggul
d. Pars spongiosa (15cm) : tertanam di dalam corpusspongiosumpenis, berjalan
keostium urethrae externum. Kelenjar COWPER (Glandulae urethrales) masuk
di sini. Bagian akhir berdilatasi untuk membentuk Fossa navicularis.

Penyempitan Urethra
a. Ostium urethrae internum
b. Pars membranaceae
c. Ostium urethrae externum

Organ Genitalia Pria Interna


Organ genitalia pria interna meliputi testis, epididymis, vas deferens, vesikula
seminalis, glandula bulbourethralisdan kelenjar prostat.

1) Testis
Testis adalah sepasang organ berbentuk lonjong dengan ukuran panjang lebih
kurang 2 inci (5 cm) dan sedikit pipih sisi ke sisi. Masing-masing testis mempakan
organ kuat yang mudah bergerak, terletak di dalam scrotum. Testis sinister biasanya
terletak lebih rendah dibandingkan testis dexter. Kutub atas kelenjar sedikit miring ke
depan. Masing-masing testis dikelilingi oleh capsula fibrosa yang kuat, yaitu tunica
albuginea.Dari permukaan dalam capsula terbentang banyak septa fibrosa yang
membagi bagian dalam organ testis menjadi lobuluslobulus. Di dalam setiap lobulus
terdapat satu sampai tiga tubulus seminiferus yang berkelok-kelok. Tubulus
seminiferus bermuara ke dalam jaiinan saluran yang dinamakan rete testis. Di dalam
setiap lobulus di antara tubulus seminiferus terdapat jaringan ikat lembut dan
kelompok sel-sel bulat interstitial (sel-sel Leydig) yang menghasilkan hormon seks
laki-laki testosteron. Rete testis dihubungkan oleh ductuli efferentes yang kecil ke
ujung atas epididymis.2
12

Fungsi Testis
Tubulus seminiferus testis berfungsi menghasilkan spermatozoa. Sel-sel
interstitial (sel Leydig) berfungsi menghasilkan hormon seks Iaki-laki yaitu
testosteron.

Gambar 6. Testis dan Epididymis1


2) Epididymis
Epididymis merupakan struktur kuat yang terletak posterior terhadap testis,
dengan ductus deferens terletak pada sisi medialnya. Epididymis mempunyai ujung
atas yang melebar, caput, corpus, dan cauda yang aralmya ke inferior. Di laterai,
terdapat sulcus nyata di antara testis dan epididymis, yang diliputi oleh lapisan
viscerale tunica vaginalis dan dinamakan sinus epididymis. Epididymis merupakan
saiuran yang sangat berkelok-kelok, panjangnya hampir 20 kaki (6 m), tertanam di
dalam jaringan ikat.Saluran ini berasal dari cauda epididymis sebagai ductus deferens
dan masuk ke dalam funiculus spermaticus.2

Fungsi Epididymis
Saluran panjang ductus epididymis merupakan tempat penyimpanan spermatozoa
untuk menjadi matang. Fungsi utama epididymis adalah mengabsorbsi cairan. Fungsi
13

lainnya mungkin menambahkan zat pada cairan semen untuk memberikan makanan
pada spermatozoa yang sedang mengalami proses pematangan.

Pendarahan Testis dan Epididymis


- Arteria testicularis adalah sebuah cabang aorta abdominalis.
- Venae testiculares keluar dari testis dan epididymis sebagai anyaman vena,
plexus pampiniformis. Anyaman ini menjadi kecil dan akhirnya membentuk
sebuah vena tunggal yang berjalan ke atas melalui canalis inguinalis. Vena
testicularis dextra mengalirkan darahnya ke vena cava inferior, dan vena
testicularis sinistra bermuara ke vena renalis sinistra. 1

Gambar 7. Perdarahan Testis dan Epididimis.1

Aliran Cairan Limfe Testis dan Epididymis


Pembuluh-pembuluh limfe berjalananke atas di dalam funiculus spermaticus dan
berakhir di nodi lymphoidei di samping aorta (nodi lymphoidei lumbales atau
paraaortici) setinggi vertebra lumbalis pertama (yaitu pada planum transpyloricum).
Aliran seperti ini diperkirakan karena selama perkembangannya, testis bermigrasi
14

dari bagian atas dinding posterior abdomen, tunin melalui canalis inguinalis, masuk
ke dalam scrotum, menarik pembuluh darah dan limfe unluk mengikutinya.

3) Ductus Deferens

Gambar 8. Vas deferens, vesicula seminalis.1


Ductus deferens merupakan saluran berdinding tebal dengan panjang sekitar 18
inci (45 cm), yang menyalurkan sperma matang dari epididymis ke ductus
ejaculatorius dan urethra. Ductus deferens berasal dari uiung bawah atau cauda
epididymis danberjalan melalui canalis inguinalis. Ductus deferens keluar dari anulus
inguinalis profundus dan berjalan di sekitar pinggir lateral arteria epigastrica inferior.
Kemudian ductus deferens berjalan ke bawah dan belakang pada dinding lateral
pelvis dan menyilang ureter pada daerah spina ischiadica. Ductus deferens kemudian
berjalan ke medial dan bawa hpada permukaan posterior vesica urinaria. Bagian
terminal ductus deferens melebar membentuk ampulla ductus deferens. Ujung bawah
ampulla menyempit dan bergabung dengan ductus vesiculae seminalis membentuk
ductus ejaculatorius.2
15

4) Vesicula Seminalis
Vesicula seminalis adalah dua buah organ yang berlobus dengan panjang kurang
lebih 2 inci (5 cm) dan terletak pada permukaan posterior vesica urinaria. Ujung
atasnya terletak agak berjauhan dan ujung bawahnya saling berdekatan. Pada sisi
medial masing-masing vesicula seminalis terdapat bagian terminal ductus deferens.
Di posterior, vesicula seminalis berbatasan dengan rectum.Ke inferior, masing-
masing vesiculaseminalis menyempit dan bersatu dengan ductus deferens sisi yang
sama untuk membentuk ductus ejaculatorius. Masing-masing vesicula seminalis
mengandung saluran melengkung yang tertanam di daiam jaringan ikat. 2

Pendarahan dan aliran limfe vesicula seminalis


Untuk arteri, perdarahannya dari cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan
arteri rectalis media mendarahi vesicula seminalis.Vena-vena bermuara ke dalam
vena iliacae internae. Aliran Limfe mengalir ke nodi iliaci interni.

Fungsi Vesicula Seminalis


Fungsi vesicula seminalis adalah menghasilkan sek:ret yang diiambahkan pada
cairan semen. Sekretnya mengandung zat yang penting sebagai makanan
spermatozoa. Dinding vesicula serninalis berkontraksi selama ejakulasi dan
mendorong isinya ke ductus ejaculatorius dengan demikian mengeluarkan
sperrnatozoa ke uretra.2

5) Ductus Ejaculatorius
Panjang masing-masing ductus ejaculatorius kurang dari satu inci (2.5 cm) serta
dibentuk oleh penyatuan ductus deferens dan ductus vesicula seminalis. Ductus
ejaculatorius menembus facies posterior dinding prostat dan bermuara ke urethra pars
prostatica, dekat pinggir utriculus prostaticus. Fungsinya adalahmengalirkan cairan
vesicula seminalis ke urethra pars prostatica.2
16

6) Prostat

Gambar 9. Prostat.1
Prostat merupakan organ glandula fibromuskular yang mengelilingi urethra pars
prostatica. Panjang prostat kurang lebih 1,25 inci (3 cm) dan terletak di antara collum
vesicae di atas dan diaphragma urogenitale di bawah. Prostat dikelilingi oleh capsula
fibrosa. Diluar capsula terdapat selubung fibrosa yang merupakan bagian dari lapisan
visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut mempunyai basis yang terletak
di superior dan berhadapan dengan collum vesicae dan apex prostatae yang terletak di
inferior berhadapan dengan diaphragma urogenitaie.
Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostat untuk
bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.
Terdapat 4 zona pada prostat yang ditandai dengan berbagai warna. Pada warna ungu
dinamai zona sentral atau zona bagian dalam. Untuk yang berwarna hijau dinamai
zona transisional. Pada warna putih terdapat zona anterior yang terdapat banyak
kelenjar. Untuk yang berwarna biru dinamai dengan zona perifer atau zona bagian
luar.1
17

Batas-BatasProstat
Ke superior: Basis prostatae berlanjut dengan collum vesicae urinaria, otot polos
berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain. Urethra
masuk ke pusat basis prostatae.
Ke inferior: Apex prostatae terletak pada facies superior diaphragma urogenitale.
Urethra meninggalkan Prostat tepat di atas apex facies anterior.
Ke anterior: Facies anterior prostatae berbatasan dengan symphisis pubis, dipisahkan
oleh lemak ektraperitoneal yang terdapat di dalam cavum
retropubicum (cavum Retzius). Selubung fibrosa prostat dihubungkan
dengan aspek posterior os pubis oleh ligamentum puboprostaticum.
Ligamentum ini terletak di samping kanan dan kiri linea mediana dan
merupakan penebalan fascia pelvis.
Ke posterior: Facies posterior prostatae berhubungan erat dengan facies anterior
ampulae rectidan dipisahkan dari rectum oleh septum rectovesicale
(fascia Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh
penyatuan dinding ujung bawah excavatio rectovesicalis peritonealis,
yang awalnya meluas ke bawah sampai ke corpus perineale.
Ke lateral: Facies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus levator
ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis.
Kelenjar-kelenjar prostat yang jumlahnya banyak, tertanam di dalam campuran
otot polos dan jaringan ikat dan ductusnya bermuara ke urethra prostatica. Prostat
secara tidak sempurna terbagi dalam lima lobus. Lobus anterior terletak di depan
urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau lobus medianus
adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak di antara urethra danductus ejaculatorius.
Facies superior lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini
mengandung banyak kelenjar.
Lobus posterior terletak di belakang urethra dan di bawah ductus ejaculatorius
dan juga mengandung jaringan kelenjar. Lobus lateralis dexter dan sinister terletak di
samping urethra dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh alur vertikal dangkal yang
18

terdapat pada permukaan posterior prostat. Masing-masing lobus lateralis


mengandung banyak kelenjar.2
Fungsi Prostat
Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung
asam sitrat dan phosphat asam. Cairan ini ditambahkan ke semen pada saat ejakulasi.
Otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi, dan sekret yang berasal dari banyak
kelenjar diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat alkali dan
membantu menetralkan asam vagina. 2

Pendarahan Prostat
Arteri : Cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media mendarahi
prostat.
Vena : Vena-vena membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara
capsula prostatica dan selubung fibrosa. Plexus prostaticus menampung
darah dari vena dorsalis penis profunda dan sejumlah venae vesicales, serta
bermuara ke vena iliaca interna. 2

Aliran Limfe
Pembuluh limfe prostat mengalirkan cairan limfe ke nodi iliaci interni.

Persarafan
Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatik
merangsang otot polos prostat selama ejakulasi.

7) Glandula Bulbourethralis
Glandula bulbourethralis merupakan dua kelenjar kecil yang terletak di bawah
musculus sphincter urethrae. Ductusnya menembus membrana perinealis (lapisan
fascia inferior diaphragma urogenitale) dan bermuara ke urethra pars spongiosa.
Sekretnya dikeluarkan ke urethra sebagai akibat stimulasi erotik.2
19

Fungsi Glandula Bulbourethralis


Sekret dari glandula ini ditambahkan ke cairan vesicular seminalis. Fungsi
tepatnya dari cairan ini tidak diketahui. Glandula bulbourethralis dikendalikan oleh
testosteron, dan kastrasi menyebabkan atrofi kelenjar.2

Mikroskopis Genitalia Pria


1) Testis
Testis pada lelaki dewasa merupakan organ berbentuk oval berukuran lebih
kurang panjang 4 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 3 cm. Semasa embriogenesis, testis
berkembang dalam rongga retroperitoneal pada dinding posterior rongga abdomen.
Selagi turun ke skrotum, testis membawa serta sebagian peritoneum. Peritoneum
yang terdorong keluar oleh testis disebut tunika vaginalis, membentuk ruang serosa
yang melingkupi sisi anterolateral testis, memungkinkan mobilitas terbatas bagi testis
dalam ruangannya di skrotum.

Gambar 10. Mikroskopis testis.3

Tubulus seminiferus merupakan tabung (tubules) berlumen yang amat berkelok-


kelok, panjang 30-70 cm dan berdiameter 150-250 μm, dikelilingi oleh jaring-jaring
20

kapiler yang luas, Sekitar 1.000 tubulus seminiferus terdapat dalam kedua testis,
kalau dijumlahkan panjangnya mencapai 0,5 km (0,3 mil), berfungsi untuk
pembentukan spermatozoa. Dinding tubulus seminiferus terdiri atas tunika propria,
suatu lapisan jaringan ikat yang tipis dan epitel seminiferous yang tebal.
Tunika propria dan epitel seminiferus dipisahkan oleh lamina basal yang
berkembang dengan baik. Jaringan ikat terdiri atas serat kolagen tipe I yang ramping
dan tersusun saling berselisip, dan beberapa lapis sel-sel fibroblas di dalamnya. Pada
beberapa jenis hewan, namun tidak pada manusia, ditemukan sel mioid, mirip sel otot
polos; sel-sel ini menunjukkan daya kontraktilitas pada tubulus seminiferous hewan.
Epitel seminiferus (atau epitel germinal) mempunyai ketebalan beberapa sel dan
terdiri atas dua jenis sel: sel Sertoli dan sel spermatogen. Sel-sel spermatogen berada
dalam berbagai tahapan pematangan

Gambar 11. Tubulus Seminiferus.3

Sel Sertoli
Sel Sertoli merupakan sel silindris tinggi, membran lateralnya membentuk
lipatan yang kompleks sehingga dengan mikrosop cahaya tidak mungkin dapat
dikenali batas lateralnya. Membran apikal sel juga sangat berlipat dan menonjol ke
arah lumen tubulus seminiferus. Sel-sel ini mempunyai inti yang jernih, oval dengan
21

anak inti yang besar, di tengah, letak inti ke arah basal sel. Sitoplasma mengandung
produk yang disebut kristaloid CharcotBottcher, yang komposisi dan fungsinya tidak
diketahui.

2) Epididimis
Setiap epididimis merupakan sebuah saluran yang tipis, panjang (4-6 m), sangat
berkelok yang terlipat dalam ruang yang panjangnya 7 cm pada aspek posterior testis.
Epididimis dapat dibagi dalam tiga bagian: kepala, badan, dan ekor. Kepala,
terbentuk sebagai penyatuan dari 10-20 duktuli eferentes, menjadi amat berkelok dan
melanjutkan diri menjadi badan yang juga amat berkelok. Bagian distal ekornya,
yang menyimpan spermatozoa untuk beberapa waktu, menjadi kurang berkelok saat
melanjutkan diri menjadi duktus deferens. Lumen epididimis dibatasi oleh epitel
bertingkat terdiri atas dua tipe sel :
- Sel basal
- Sel principal

Gambar 12. Epididimis.3

3) Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat, merupakan kelenjar pelengkap terbesar, ditembus oleh uretra
dan duktus ejakulatorius. Kapsula tipis kelenjar terdiri atas jaringan ikatkolagen padat
iregular dengan banyak pembuluh darah, diselingi sel-sel otot polos. Stroma jaringan
22

ikat kelenjar berasal dari kapsula dan karenanya jugadiperkaya dengan serat otot
polos selain sel-sel jaringanikat yang biasa.
Kelenjar prostat, suatu kumpulan terdiri atas 30 hingga 50 kelenjar
tubuloalveolar kompleks,tersusun dalam tiga lapisan konsentrik terpisah yaitu
mukosa, submukosa dan utama.
Setiap kelenjar tubuloalveolar mempunyai saluran keluarnya sendiri yang
menyalurkan produk sekresinyake dalam uretra prostatik.
Kelenjar mukosa paling dekat dengan uretra dan karenanya merupakan kelenjar
terpendek. Kelenjarsubmukosa terletak perifer terhadap kelenjar mukosadan
karenanya lebih besar daripada kelenjar mukosa.Kelenjar terbesar dan berjumlah
terbanyak ialahkelenjar utama yang terletak paling perifer, yangmenyusun massa
prostat.
Komponen kelenjar prostat dibatasi oleh epitel silindris selapis hingga berlapis,
sel-selnyamempunyai cukup banyak organel yang berperan untuk sintesis dan
pengepakkan proteinnya. Oleh karenanya, sel-sel ini mempunyai banyak RER,
sebuah aparatus Golgi yang besar, banyak granula sekretori, dan banyak lisosom.3

Gambar 12. Kelenjar prostat kera.Perhatikan area konlcresi/konkremen


(perpadatan) prostatic (panah).3

4) Kelenjar Bulbouretra
Kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper) kecil (berdiameter 3 hingga 5 mm) dan
terletak pada pangkalpenis, tepat pada permulaan uretra pars membranosa. Kapsul
23

fibroelastiknya tidak hanyamengandung sel otot polos dan fibroblas namun jugaserat
otot rangka yang berasal dari otot diafragmaurogenital. Septa berasal dari kapsul
membagi kelenjardalam beberapa lobulus. Epitel kelenjar tubuloalveolarkompleks ini
bervariasi dari kuboid selapis hinggasilindris/kolumnar selapis.
Sekret yang dihasilkan kelenjar bulbouretra merupakan cairan yang kental, licin
mengandunggalaktosa dan asam sialat yang kemungkinan berperandalam melicinkan
lumen uretra. Saat proses ejakulasi, cairan viskos ini mendahului bagian lain dari
semen.3

5) Penis
Penis terdiri atas tiga kolom jaringan erektil, yang masing-masing terbungkus
dalam kapsul jaringan ikatfibrosa yang padat, yaitu tunika albuginea.3

Gambar 13. Penis. 3

Dua di antara kolom jaringan erektil, korpora kavernosa, terletak di daerah


dorsal; tunika albugineadi antaranya tidak lengkap memungkinkan hubunganantara
kedua jaringan erektilnya, korpus spongiosumterletak di daerah ventral. Oleh karena
24

korpusspongiosum dilalui uretra penilis, uretra di sini disebutjuga uretra korpus


kavernosum. Korpus kavernosumberakhir di bagian distal dengan bagian melebar
yangdisebut glans penis (kepala penis). Ujung glans penisditembus ujung akhir uretra
sebagai celah vertikal.Ketiga korpora diliputi selubung bersama jaringan ikat longgar,
tanpa hipodermis, dan diliputi kulit tipis.
Kulit bagian proksimal penis mempunyai rambut pubis yang kasar dan banyak
kelenjar keringat dan sebasea.Bagian distal penis tidak berambut dan hanya
sedikitkelenjar keringat. Kulit berlanjut dari distal ke glanspenis membentuk sarung
yang dapat ditarik ke belakang, prepusium, yang permukaan dalamnya dilapisi
membran mukosa, epitel gepeng berlapis tanpa zat tanduk. Bila seseorang
disirkumsisi, bagian prepusium inilah yang dibuang.3

2. Hormon yang berperan dalam reproduksi pada pria


a. GnRH
Pengaturan fungsi seksual pria maupun wanita diawali oleh sekresi gonadotropin
releasing hormone (GnRH) dari hipothalamus. Sekresi GnRH akan merangsang sel
gonadotrop di hipofisis anterior untuk mensekresi Luteinizing hormone (LH) dan
Foliclle Stimulating Hormone (FSH). Waktu paruh GnRH sangat pendek (<10 menit)
dan akan di degradasi oleh kelenjar hipofisis.
Sekresi GnRH oleh hipothalamus dilakukan secara pulsatile, pada tiap pulsasi
dari GnRH diikuti dengan level LH yang memuncak (peak level). Sekresi GnRH
secara terus menerus atau dengan frekuensi pulsatile yang tinggi justru akan
menghambat sekresi gonadotropin dan mengganggu fungsi testis. Sel gonadotrop
mensekresikan LH dan FSH bila terdapat rangsangan dari GnRH.
LH dan FSH merupakan suatu glikoprotein yang di sekresikan oleh hipofisis
anterior. Struktur LH kaya akan N-acetyl-glucosamine sulfate sehingga oleh enzim
hepar cepat di keluarkan dari sirkulasi tubuh. Struktur FSH yang didominasi oleh N-
acetyl-glucosamine sialylated melindungi dari metabolisme hepar sehingga memiliki
waktu paruh yang lebih lama. Waktu paruh LH di dalam tubuh adalah 20 menit,
sedangkan FSH 2 jam. Pada masa prepubertas, sekresi gonadotropin sangat rendah
25

karena rangsang dari GnRH yang rendah, umpan balik negatif untuk sekresi GnRH
sangat sensitif terhadap gonadotropin. Hormon LH dan FSH mengikuti aliran darah
untuk menuju ke organ target, yaitu testis. Testis memiliki 2 bangunan penting, yaitu
tubulus seminiferus dan Sel Leydig yang terletak diantara tubulus seminiferus, pada
membran basalis tubulus seminiferus terdapat Sel Sertoli.
Sel Leydig merupakan penghasil hormon testosteron pada pria, hormon
testosteron pada masa janin dibutuhkan tubuh untuk differensiasi duktus Wolfii, yang
akan menjadi epididimis, duktus efferent, duktus defferen dan vesikula seminalis.
Pada masa dewasa hormon testosteron penting untuk proses spermatogenesis. Melalui
proses biokimiawi, hormon testosteron akan diubah menjadi hormon estrogen, yang
bersama hormon testosteron dibutuhkan untuk proses spermatogenesis.
FSH yang disekresikan oleh hipofisis anterior, akan berikatan dengan reseptor
spesifik FSH di sel Sertoli. Enzim aromatase merupakan hasil sekresi sel Sertoli yang
dibutuhkan oleh testis untuk katalisis testosteron menjadi estrogen. Sel Sertoli juga
mensintesis Androgen binding protein (ABP), yang akan berikatan dengan
testosteron. Testosteron perlu berikatan dengan ABP untuk memasuki tubulus
seminiferus untuk memulai proses spermatogenesis.
Hormon testosteron yang di sekresi Sel Leydig memiliki efek timbal balik dalam
menghambat sekresi LH, efek tersebut terutama menghambat sekresi GnRH oleh
hipothalamus. Efek penurunan GnRH adalah terjadi penurunan LH dan FSH. Apabila
jumlah testosteron berkurang maka hipothalamus akan meningkatkan sekresi GnRH
dan menyebabkan sekresi LH dan FSH meningkat, yang akan diikuti oleh
peningkatkan produksi testosteron dan estrogen oleh testis.
Hormon inhibiting merupakan pengontrol dari proses spermatogenesis pada
tubulus seminiferus. Apabila proses spermatogenesis berlangsung terlalu cepat,
inhibin akan memberikan efek penghambatan pada hipofisis sehingga sekresi FSH
akan turun.4
Aktivitas GnRH meningkat pada pubertas. Meskipun testis janin mengeluarkan
testosteron, yang mengarahkan pembentukan sistem reproduksi kearah maskulin,
setelah lahir testis menjadi dorman hingga pubertas. Selama periode pra pubertas, LH
26

dan FSH tidak dikeluarkan dalam kadar yang memadai untuk merangsang aktivitas
testis. Tertundanya kemampuan reproduksi oleh periode pra pubertas memberikan
waktu bagi individu untuk mengalami pematangan fisik (meskipun tidak selalu
disertai pematangan psikologis) agar dapat membesarkan anak. (Pematangan fisik ini
sangat penting pada wanita, yang tubuh nya harus menopang kehidupan janin).4
Selama periode pra pubertas, aktivitas GnRH dihambat. Proses pubertas dipicu
oleh peningkatan aktivitas GnRH antara usia 8 dan 12 tahun. Pada awal pubertas,
sekresi GnRH hanya berlangsung pada malam hari, menimbulkan peningkatan
nokturnal singkat sekresi LH dan karenanya, sekresi testosteron. Derajat sekresi
GnRH secara bertahap meningkat seiring dengan perkembangan pubertas hingga
tercipta pola sekresi GnRH, FSH, LH dan testosteron dewasa. Di bawah pengaruh
kadar testosteron yang meningkat selama pubertas, perubahan-perubahan fisik yang
mencakup karakteristik seks sekunder dan pematangan reproduksi menjadi jelas.
Faktor-faktor yang berperan memicu pubertas pada manusia masih belum
diketahui pasti. Hormon melatonin, yang dikeluarkan oleh kelenjar pineal di dalam
otak, tampaknya berperan. Melatonin, yang sekresinya menurun selama pajanan ke
cahaya dan meningkat selama pajanan ke keadaan gelap, memiliki efek
antigonadotropik pada banyak spesies. Sinar yang mengenai mata menghambat jalur-
jalur saraf yang merangsang sekresi melatonin. Pada banyak spesies yang
berkembang biak secara musiman, penurunan keseluruhan sekresi melatonin pada
hari-hari yang siangnya lebih larna daripada malamnya memicu musim kawin.
Penurunan dalam laju keseluruhan sekresi melatonin terjadi bersamaan dengan
awitan pubertas pada manusia-terutama selama malam hari, ketika puncak-puncak
sekresi GnRH pertama kali terjadi. Selain itu, leptin, hormon yang dilepaskan dari
kelenjar adiposa (lemak), berperan penting dalam awitan pubertas, khususnya pada
wanita. Dalam riwayat evolusi, mekanisme ini dapat menjadi jalan untuk memastikan
bahwa wanita memiliki simpanan energi yang cukup untuk mempertahankan
kehamilan ketika cadangan makanan tidak dapat diprediksi.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa sinyal yang diketahui memacu pubertas,
seperti sinyal sirkadian dan nutrisional, menyatu di neuron kissl nukleus arkuatus,
27

yang mengaktifkan aksis reproduktif neuroendokrin dengan memicu sekresi berirama


GnRH.

Testosteron
Penentuan jenis kelamin pada pria ditentukan adanya gen SRY (sex determining
gene on the Y chromosome), yang akan merangsang pembentukan gonad pada pria.
Hormon androgen memiliki peran yang penting pada pembentukan gonad pada masa
janin. Pada minggu pertama, genitalia eksterna janin belum bisa di bedakan antara
pria atau wanita.
Dehidrotestosteron (DHT) menginduksi pertumbuhan “gonadal ridge”,
penyatuan plica genitalis dan differensiasi prostat dari sinus genitalis pada saat usia
janin 8 minggu. Pada usia 14 minggu, DHT berperan terhadap pembentukan genitalia
eksterna dan pada saat tersebut produksi testosteron mencapai level tertinggi.
Produksi testosteron pada janin di pacu oleh hCG, baru pada saat usia kehamilan
lebih dari 18 minggu produksi dibawah pengaruh dari LH.4
Pada neonatus, konsentrasi serum testosteron akan menurun pada akhir minggu
pertama dan kemudian meningkat kembali pada bulan kedua sampai akhirnya akan
menurun kembali pada bulan keenam sampai usia 7 tahun. Pada umur 7 tahun
produksi hormon androgen mulai meningkat dan diawali dengan meningkatnya
produksi dehidroepiandrosterone oleh kelenjar adrenal. Sekresi LH oleh pengaruh
GnRH dimulai pada usia 10 tahun, sekresi terjadi ketika tidur semakin lama semakin
meningkat jumlahnya sampai seorang pria menjadi dewasa.
Perubahan testosteron menjadi estrogen padaPria. Meskipun testosteron secara
Idasik dianggap sebagai hormonseks pria dan estrogen hormon seks wanita,
perbedaan ini tidaksejelas seperti diduga semula. Selain sejumlah kecil estrogen
yangdihasilkan oleh korteks adrenal, sebagian testosteronyang dikeluarkan oleh testis
diubah menjadi estrogen di luar testisoleh enzim aromatase, yang tersebar luas, tetapi
paling banyak dijaringan adiposa.
Karena perubahan ini, kadang-kadang sulitdibedakan antara efek testosteron itu
sendiri dan testosteron yangberubah menjadi estrogen di dalam sel. Sebagai contoh,
28

penutupanlempeng epifisis pada pria diinduksi bukan oleh testosteron, tetapioleh


testosteron yang diubah menjadi estrogen oleh aromatisasi.4
Reseptor estrogen dapat ditemukan di testis, prostat, tulang, danbagian lain tubuh
pria. Temuan-temuan terakhir mengisyaratkanbahwa estrogen berperan penting
dalam kesehatan reproduksi pria misalnya, estrogen penting dalam spermatogenesis
dan, yangmengejutkan, ikut memberi kontribusi dalam heteroseksualitas pria.
Estrogen juga berkemungkinan besar berperan dalam homeostasistulang.
Kedalaman, luas, dan mekanisme kerjaestrogen pada pria baru akhir-akhir ini mulai
diselidiki (Demikian juga, selain hormon androgen lemah DHEA yang dihasilkan
olehkorteks adrenal pada kedua jenis kelamin, ovarium pada wanitamengeluarkan
sejumlah kecil testosteron, yang fungsinya masihbelum jelas).4

a. Peran Estrogen pada sistem reproduksi pria


Testosteron merupakan bahan pembentuk estrogen pada pria, melalui proses
aromatisasi dari sel Sertoli testosteron dikatalisis menjadi estrogen. Untuk dapat
bekerja, estrogen perlu berikatan dengan reseptor estrogen. Ikatan antara estrogen
denganreseptor berperan untuk memberikan respon umpan balik negatif melalui ke
hipothalamus.
Estrogen bukan merupakan hormon yang dominan pada pria, Estrogen berperan
penting pada proses pembentukan organ genitalia dan proses spermatogenesis pada
saat dewasa. Pada neonatus juga terdeteksi adanya aktivitas aromatase dan reseptor
estrogen di hipokampus, membuktikan adanya proses maskulinisasi pada otak.4
Jumlah estrogen di tubuh yang sedikit terbukti mengganggu proses pembentukan
dan fungsi organ reproduksi pria, namun terlalu banyak paparan estrogen dapat
mengakibatkan gangguan pembentukan dan fungsi dari sistem reproduksi pria. Pada
ibu hamil yang mengkonsumsi Diethylstilbestrol (DES) yang merupakan senyawa
estrogen ternyata meningkatkan angka kejadian hipospadia, kriptorkismus, kanker
testis dan menurunkan kualitas sperma. Estrogen pada pria dibutuhkan dalam jumlah
yang seimbang. Hormon estrogen identik dengan hormon pada wanita, namun pada
pria juga terdapat hormon estrogen walaupun jumlahnya tidak sebanyak pada wanita.
29

Perubahan androgen menjadi estrogen di katalisis oleh sitokrom P450 aromatase yang
terdapat di retikulum endoplasma sel dan terjadi secara irreversibel.
Pada sistem reproduksi pria, estrogen telah dibuktikan berperan penting
mengatur mekanisme umpan balik terhadap sekresi Gonadotropin hormone.Adanya
defisisensi aromatase berhubungan dengan gangguan maturasi tulang yang berat,
gangguan dari metabolisme lipid dan glukosa, dan sterilitas, namun kelebihan dari
estrogen juga dapat mengganggu proses spermatogenesis. Sehingga sekarang ini
estrogen juga dikenal sebagai hormon pria.4

b. Peran androgen pada pria


Androgen memiliki peran utama dalam pembentukan sistem reproduksi pria.
Pada masa janin pembentukan epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat
dan penis dibawah pengaruh hormon androgen, sedangkan pada pria dewasa
diperlukan untuk pubertas dan fungsi seksual pria.4
Pada masa prenatal, testosteron dibutuhkan oleh tubuh untuk differensiasi duktus
Wolfii menjadi epididimis, vas deferens dan vesikula seminalis. Proses turunnya
testis dari cavum abdomen menuju cavum skroti juga dibawah pengaruh oleh hormon
testosteron. Oleh 5α-reduktase, testosteron dikatalis menjadi Dehidrotestosteron
(DHT), yang akan memfasilitasi proses maskulinisasi pada organ genitalia eksterna
dan prostat. Saat janin dikenal adanya masculinization programing window,
merupakan periode yang penting untuk perkembangan organ reproduksi pria oleh
hormon androgen.4
Penelitian pada tikus yang selama periode kritis tersebut diberi flutamid
(merupakan antagonis reseptor androgen) mengakibatkan gangguan pembentukan
pada kelenjar aksesoris dan mengganggu proses turunnya testis yang menyebabkan
kriptorkismus. Periode kritis atau “masculinization programming window” pada
tikus adalah pada umur 15,5-18,5 hari intrauterin, sedangkan pada manusia pada usia
8-14 minggu intrauterine.4
Hormon androgen utama pada pria adalah testosteron, yang dibutuhkan untuk
proses spermatogenesis. Pada membran basalis tubulus seminiferus terdapat sel
30

Sertoli, secara selektif testosteron berikatan dengan resptor androgen dan aktivasi
reseptor akan memacu inisisasi dan menjaga proses spermatogenesis serta akan
menghambat proses apoptosis dari germ cell.
Pada seluruh organ reproduksi pria dapat ditemukan reseptor androgen
sehingga bila terjadi kelainan yang berat, dapat mengakibatkan abnormalitas pada
proses pembentukan organreproduksi, pada kasus yang ringan dapat menyebabkan
infertilitas pada pria. Pemberian testosteron dari luar tubuh, dapat memacu
spermatogenesis, namun akan memberikan umpan balik ke hipothalamus untuk
menurunkan sekresi GnRH sehingga kadar LH dan FSH ikut menurun. Penurunan
kadar LH akan menurunkan produksi testosteron endogen, sedangkan testis sangat
membutuhkan testosteron endogen yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh
testosteron eksogen. Pada pria yang mengkonsumsi steroid anabolik-androgenik akan
berakibat pada penurunan produksi testosteron oleh sel Leydig yang kemudian
menurunkan kemampuan dalam proses spermatogenesis.4

REGULASI HORMON
Pengaturan Fungsi Seks Laki-Laki melalui Hormon dariHipotalamus dan
Kelenjar Hipofisis Anterior
Andil utama dari pengaturan fungsi seks baik pada laki-laki maupun perempuan
dimulai dengan sekresi gonadotropinreleasing hormone (GnRH) oleh hipotalamus.
Hormon ini selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresi dua
hormon lain yang disebut hormone-hormongonadotropin: (1) hormon luteinisasi
(LH) dan (2) hormone perangsang-folikel (FSH). Selanjutnya, LH merupakan
perangsang utama untuk sekresi testosteron oleh testes, dan FSH terutama
merangsang spermatogenesis.5

GnRH dan Pengaruhnya dalam Meningkatkan Sekresi LHdan FSH


GnRH merupakan suatu peptida dengan 10 asam amino yang disekresi oleh
neuron yang badan selnya terletak di nucleusarkuata hipotalamus. Bagian ujung
neuron ini berakhir terutama di eminensia mediana hipotalamus, tempat neuron-
31

neuron tersebut melepaskan GnRH ke dalam sistem pembuluh portal hipotalamus-


hipofisis. GnRH kemudian diangkut ke kelenjar hipofisis anterior dalam darah portal
hipofisis dan merangsang pelepasan dua jenis gonadotropin, LH dan FSH.
GnRH disekresi secara intermiten selama beberapa menit setiap 1 sampai 3 jam.
Intensitas rangsang hormon ini ditentukan dalam dua cara, pertama oleh frekuensi
siklus sekresi dan kedua oleh jumlah GnRH yang dilepaskan pada setiap siklus.
Sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior juga merupakan suatu siklus, yaitu sekresi
LH hampir selalu mengikuti pelepasan bertahap dari GnRH.
Sebaliknya, peningkatan dan penurunan sekresi FSH hanya sedikit mengikuti
setiap fluktuasi sekresi GnRH; bahkan, sekresi FSH berubah lebih lambat setelah
beberapa jam sebagai respons terhadap perubahan jangka panjang GnRH. Oleh
karena hubungan antara sekresi GnRH dan sekresi LH yang jauh lebih dekat, GnRH
juga dikenal secara luas sebagai hormon pelepas-LH atau LH-releasing hormone.5

Hormon Gonadotropin: LH dan FSH


Kedua hormon gonadotropin, LH dan FSH, disekresi oleh sel yang sama, yang
disebut gonadotrop, di kelenjar hipofisis anterior. Tanpa sekresi GnRH dari
hipotalamus,gonadotrop di kelenjar hipofisis hampir tidak menyekresi LHatau FSH.
LH dan FSH merupakan glikoprotein. Keduanya menggunakan pengaruhnya pada
jaringan target di dalam testis terutama melalui aktivasi sistem caraka kedua siklik
adenosinemonofostat, yang selanjutnya akan mengaktifkan sistem enzimkhusus di
sel-sel target berikutnya.5

Pengaturan Produksi Testosteron oleh LH.


Disekresi oleh sel-sel interstisial Leydig di testes, namun hanya terjadi bila sel-
sel interstisial Leydig dirangsang oleh LH dari kelenjar hipofisis anterior.
Selanjutnya, jumlah testosterone yang disekresi meningkat kira-kira sebanding
dengan jumlah LH yang ada. Sel-sel Leydig matang biasanya ditemukan dalam testes
anak dalam beberapa minggu setelah kelahiran, namun kemudian menghilang sampai
setelah usia kira-kira 10 tahun. Akan tetapi, penyuntikan LH murni pada anak dengan
32

usia berapa pun atau sekresi LH pada masa pubertas akan menyebabkan sel-sel
interstisial testis yang menyerupai fibroblas berevolusi menjadi sel interstisial Leydig
yang fungsional.5

Inhibisi Sekresi LH dan FSH Kelenjar Hipofisis Anterioroleh Testosteron


Pengaturan Umpan Balik Negatif SekresiTestosteron.
Testosteron yang disekresi oleh testes sebagai respons terhadap LH mempunyai
efek timbal balik dalam menghambat sekresi LH (lihat Gambar 80-10). Sebagian
besar inhibisi ini kemungkinan disebabkan efek langsung testosterone terhadap
hipotalamus untuk menurunkan sekresi GnRH. Keadaan ini selanjutnya
menyebabkan penurunan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior, dan penurunan
LH akan mengurangi sekresi testosteron oleh testes. Jadi, jika sekresi testosteron
menjadi terlalu banyak, efek umpan balik negative otomatis yang beroperasi melalui
hipotalamus dan kelenjar hipofisis mengurangi sekresi testosteron kembali ke tingkat
yang diharapkan. Sebaliknya, terlalu sedikit testosteron akan menyebabkan
hipotalamus menyekresi sejumlah besar GnRH, disertai peningkatan sekresi LH dan
FSH oleh hipofisis anterior dan berakibat peningkatan sekresi testosteron testes.5

Pengaturan Spermatogenesis oleh FSH dan Testosteron


FSH berikatan dengan reseptor-reseptor FSH spesifik yang melekat pada sel-sel
Sertoli di dalam tubulus seminiferus. Pengikatan ini mengakibatkan sel-sel Sertoli
tumbuh dan menyekresi berbagai unsur spermatogenik. Secara bersamaan, testosteron
(dan dihidrotestosteron) yang berdifusi ke dalam tubulus seminiferus dan sel-sel
Leydig di dalam ruang interstisial, juga mempunyai efek tropis yang kuat terhadap
spermatogenesis, Jadi, untuk memulai spermatogenesis, dibutuhkan FSH maupun
testosteron.5
33

Peran Inhibin dalam Kontrol Umpan Balik Negatif AktivitasTubulus


Seminiferus.
Bila tubulus seminiferus gagal menghasilkan sperma, sekresi FSH oleh kelenjar
hipofisisanterior meningkat dengan nyata. Sebaliknya, bila spermatogenesis
berlangsung terlalu cepat, sekresi FSH hipofisis akan berkurang. Penyebab efek
umpan balik negative ini pada hipofisis anterior diyakini berupa sekresi hormon lain
oleh sel-sel Sertoli, yaitu inhibin. Hormon ini mempunyai efek langsung yang kuat
terhadap kelenjar hipofisis anterior dalam menghambat sekresi FSH dan mungkin
berefek kecil terhadap hipotalamus dalam menghambat sekresi GnRH.
Inhibin merupakan suatu glikoprotein, sama seperti LH dan FSH, dengan berat
molekul antara 10.000 dan 30.000. Inhibin telah diisolasi dari sel-sel Sertoli yang
dibiakkan. Efek penghambatan umpan balik inhibin yang kuat terhadap kelenjar
hipofisis anterior merupakan suatu mekanisme umpan balik negatif yang penting
untuk mengatur spermatogenesis, yang bekerja secara bersama-sama dan sejalan
dengan mekanisme umpan balik negatif yang mengatur sekresi testosteron.5
Normalnya, kadar FSH pada pria dewasa adalah 1,5-12,4 mIU/ml darah, sedangkan
kadar hormon testoteron 300-1.200 mg/desiliter.5
34

Gambar 14. Regulasi hormone reproduksi pria.5

3. A. Pembentukan sperma
Testis terbentuk dari lengkungan-lengkungan tubulus seminiferosa yang
bergelung, yang dindingnya merupakan tempat pembentukan spermatozoa dari sel-sel
germinativum primitif (spermatogenesis). Kedua ujung masing-masing lengkungan
disalurkan ke dalam jaringan duktus di kepala epididimis. Dari sini, spermatozoa
berjalan melalui ekor epididimis menuju vas deferens. Spermatozoa masuk melalui
duktus ejakulatorius ke dalam uretra di badan prostat pada saat ejakulasi.
Di antara tubulus-tubulus testis terdapat sarang-sarang sel yang mengandung
granula lemak, sel interstisium Leydig, yang menyekresi testosteron ke dalam aliran
darah. Arteri spermatika ke testis bergelung-gelung, dan darah yang mengalir di
35

dalamnya sejajar tetapi berlawanan arah dengan darah dalam pleksus pampiniformis
vena spermatika.
Ketika dibentuk pertama kali, spermatid masih memiliki sifat-sifat yang lazim
dari sel epiteloid, tetapi segera berdiferensiasi dan memanjang menjadi spermatozoa.
Masing-masing spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala terdiri atas inti sel
yang padat dengan hanya sedikit sitoplasma dan lapisan membran sel di sekeliling
permukaannya.
Di bagian luar dua pertiga anterior kepala terdapat selubung tebal yang disebut
akrosom yang terutama dibentuk oleh aparatus Golgi. Selubung ini mengandung
sejumlah enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom sel-sel yang
khas, termasuk hialuronidase (yang dapat mencerna filamen proteoglikan jaringan)
dan enzim proteolitik yang sangat kuat (yang dapat mencerna protein).
Enzim ini berperan penting dalam memungkinkan sperma memasuki ovum dan
membuahinya. Ekor sperma yang disebut flagelum, memiliki tiga komponen utama:
(1) kerangka pusat yang dibentuk dari 11 mikrotubulus, yang secara keseluruhan
disebut aksonema struktur tersebut serupa dengan struktur silia yang terdapat pada
permukaan sel tipe lain: (2) membran sel tipis yang menutupi aksonema: dan (3)
sekelompok mitokondria yangmengelilingi aksonema di bagian proksimal ekor (yang
disebut badan ekor).4
36

Gambar 15. Spermatogenesis.4

B. Mekansme Ereksi
Setiap vesikula seminalis merupakan tubulus berlokus-lokus dan berkelok-kelok,
yang dilapisi oleh epitel sekretoris yang menyekresi bahan-bahan mukus
mengandung banyak fruktosa, asam sitrat, dan zat nutrisi lainnya, serta sejumlah
besar prostaglandin dan fibrinogen.
Selama proses emisi dan ejakulasi, setiap vesikula seminalis mengeluarkan isinya
ke dalam duktus ejakulatorius sesaat setelah vas deferens mengeluarkan sperma. Hal
ini sangat menambah jumlah semen yang diejakulasi, dan fruktosa serta zat lain
dalam cairan seminalis merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh sperma yang
diejakulasikan sampai salah satu sperma tersebut membuahi ovum.4
37

Semen, yang diejakulasikan selama aktivitas seks laki-laki, terdiri atas cairan dan
sperma yang berasal dari vas deferens (kira-kira 10 persen dari keseluruhan semen),
cairan vesikula seminalis (hampir 60 persen), cairan kelenjar prostat (kira-kira 30
persen), dan sejumlah kecil cairan kelenjar mukosa, terutama kelenjar bulbouretra.
Jadi, bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis, yang merupakan cairan
terakhir yang diejakulasikan dan berfungsi untuk mendorong sperma melalui duktus
ejakulatorius dan uretra.
Jumlah semen yang biasa diejakulasi pada setiap koitus rata-rata sekitar 3,5 ml,
dan setiap mililiter semen mengandung rata-rata sekitar 120 juta sperma, walaupun
bahkan pada laki-laki "normal" jumlah ini dapat bervariasi dari 35 juta sampai 200
juta. Hal ini berarti bahwa ratarata sejumlah 400 juta sperma biasanya terdapat dalam
beberapa mililiter ejakulat di setiap ejakulasi.
Apabila jumlah sperma dalam setiap mililiter turun di bawah sekitar 20 juta,
orang tersebut mungkin menjadi infertil. Dengan demikian, walaupun hanya satu
sperma yang diperlukan untuk membuahi ovum, dengan alasan yang belum
dimengerti, ejakulasi biasanya harus mengandung sperma dalam jumlah sangat besar
meskipun hanya satu sperma yang membuahi ovum.4

C. Analisis sperma

Gambar 16. Kelainan Sperma.5


Kadang-kadang orang memiliki jumlah sperma yang normal tetapi tetap infertil.
Bila hal ini terjadi, kadang-kadang separuh dari jumlah sperma ternyata memiliki
38

kelainan fisik, memiliki dua kepala, bentuk kepala yang tidak normal, atau ekor yang
tidak normal. Pada keadaan lain, sperma terlihat normal secara struktural, tetapi
dengan alasan yang tidak dimengerti, sperma tersebut seluruhnya tidak motil atau
relatif tidak motil. Jika sebagian besar sperma secara morfologis tidak normal atau
tidak motil, maka orang tersebut kemungkinan infertil, walaupun sisa sperma lainnya
terlihat normal.5

Analisa sperma Secara Makroskopis


Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum
diantara lendir putih yang cair.
Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam
waktu 15 – 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan
(Liquefaction).
Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim – enzim yang diproduksi oleh
kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara
lain meliputi :

a. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar
untuk sekali ejakulasi. Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala
volume 0,1 ml. Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain
volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 – 3 ml.

b. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur
pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat
digunakan pH meter.5
39

Cara kerjanya :
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol
penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa
yaitu 7,2 – 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma
mencair karena akan mempengaruhi pH sperma.
Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga
tidak dihasilkan amoniak (terinfeksi oleh kuman gram), mungkin juga karena kelenjar
prostat kecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang
kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika
seminalis kecil, buntu dan rusak.

c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk
mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui
sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau
sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh
oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara pemeriksaannya :
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas.
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk/amis. Secara biokimia sperma
mempunyai bau seperti klor / kaporit.

d. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal
biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan
warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma
berwarna kemerahan.5
40

Cara kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar
belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup.

e. Liquefection
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat
dilihat dengan jalan melihat coagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen
berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek). Bila sperma yang baru
diterima langsung encer mungkin. Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran
pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.

f. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma
sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian
ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3-5 cm. Makin panjang benang
yang terjadi makin tinggi viskositasnya.5
Cara Pipet Elliason
Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering.
Mengukur vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma
dipipet sampai angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setalah itu
arahkan pipet tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan pertama
stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal < 2
detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin
disebabkan karena :
- Spermatozoa terlalu banyak
- Cairannya sedikit
- Gangguan liquedaction
- Perubahan komposisi plasma sperma
41

Analisa Sperma Secara Mikroskopik


Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik,
untuk pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2-3 mm,
diletakan diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup.
Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma.
Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan
kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan
digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.
Cara Pemeriksaanya :
- Diaduk sperma hingga homogen
- Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan
cover glass(ukuran standar)
- Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X
- Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang

2. Pergerakan Sperma
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan
spermatozoa dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah
20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga spermatozoa
mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan
bertambahnya waktu maka :
- Spermatozoa akan memburuk pergerakannya.
- pH dan bau mungkin akan berubah. Spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak
kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag,
berputar-putar dan lain-lain
- Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa
tidak bergerak
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC).5
42

Morfologi sperma yang harus diamati


1. Piriform : Kepala seperti buah peer
2. Deptoform : Kepala pipih dan panjang
3. Termtoform : Kepala bentuk tidak tentu
4. Berkepala dua
5. Berleher besar atau double
6. Ekor terpilin, ganda atau tidak ada ekor

4. Kelainan Ejakulasi
a. Ejakulasi dini (premature ejaculation)
Ejakulasi dini adalah ejakulasi yang terjadi dalam waktu singkat dengan adanya
rangsangan yang minimal belum diinginkan dan membuat perasaan kecewa baik bagi
yang bersangkutan atau pasangan atau kedua-duanya. Ejakulasi dapat terjadi
sebelum, saat dimasukkan atau beberapa kali gesekan di dalam vagina.
Ejakulasi dini dapat terjadi pada semua usia, terbanyak pada usia muda.
Ejakulasi dini merupakan kelainan terbanyak dari disfungsi ejakulasi dan
diperkirakan terbanyak dari disfungai seksual pada pria.6

Pembagian ejakulasi dini:


1. Lifelong (primer) bila ejakulasi dini terjadi sejak awal aktif melakukan
hubungan seksual.
2. Aquaired (sekunder), ejakulasi dini yang terjadi setelah awalnya normal.

Penyebab ejakulasi dini:


1. Untuk lifelong / primer ejakulasi dini disebabkan faktor neurobiologi
2. Untuk Aquaired / sekunder ejakulasi dini sering disebabkan oleh prostatitis,
disfungsi ereksi.
43

b. Retrograde ejaculation
Ejakulasi yang normal sperma (semen) akan disemprotkan keluar, tapi pada
kasus ini sperma masuk ke dalam kandung kencing oleh karena katup dari kandung
kencing tidak menutup sewaktu ejakulasi. Penderita biasanya merasakan terjadinya
ejakulasi dan bisa mencapai orgasme, sering hanya ditemukan beberapa tetes cairan
semen. Pada pemeriksaan urine setelah merasa ejakulasi akan ditemukan sejumlah
sperma di dalam urine.

Penyebab:
Kelainan anatomi baik bawaan maupun didapat dan gangguan fungsi dari katup
kandung kencing. Contoh :
1. Kencing manis
2. Operasi prostat
3. Trauma daerah sumsum tulang belakang
4. Penyempitan urethra (urethra stricture)
5. Obat – obatan

c. Ejakulasi terhambat (retarded ejaculation)


Terjadinya ejakulasi yang sukar sehingga membutuhkan waktu yang lama
walaupun ransangan seksual cukup, terjadinya menetap atau berulang dan
menimbulkan penderitaan baik bagi penderita maupun pasangannya.

Penyebab :
1. Trauma psikologis
2. Neurobiologis

d. Ejakulasi tidak lengkap (incomplete ejaculation)


Terjadi ketika pria terpaksa harus ejakulasi, seperti untuk pemeriksaan sperma.
Biasanya karena kondisi tidak rileks dan malu, maka ejakulasi tidak terjadi lengkap.
41

DAFTAR PUSTAKA
1. Paulsen F. & J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Muskuloskeletal. Edisi 23. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC. 2013
2. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem . Dialih bahasakan oleh Sugiarto L.
Jakarta : EGC. 2012
3. Gartner P L, Hiatt J L. Buku Ajar Berwarna Histologi. Elsevier. Edisi ke 3. 2014.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2014.
5. Sherwood L. Introduction to Human Pshycology. Edisi 8. Jakarta: Brooks; 2013.
6. Tortora G. J, Derrickson B. Dasar-dasar Anatomi & Fisiologi. Volume 2. Edisi
12. USA : Elsevier. 2016.
42

REFLEKSI DIRI
43

REFLEKSI DIRI

Anda mungkin juga menyukai