Anda di halaman 1dari 3

30.

selamat siang rekan ortax,

saya mau bertanya, perusahaan tmpt saya bekerja kan menggunakan metode accrual dalam
penjurnalannya.. saya membuat jurnal seperti ini apakah sudah benar or ada yg kurang :

misal : PT XYZ membayar imbalan atas jasa/Sewa yg di berikan ke PT ABC sebesar Rp2.909.091, maka
jurnal yg saya catat adalah sbb:

1. Jurnal pada saat pengakuan Hutang :

Beban Jasa/Sewa (D) Rp2.909.091


PPN In (D) Rp 290.909
Hutang Usaha (K) Rp3.141.818
Hutang PPh 23 (K) Rp 58.182

2. Jurnal Pada saat pembayaran ke vendor :

Hutang Usaha (D) Rp3.141.818


Kas/Bank (K) Rp3.141.818

3. Jurnal Pada saat penyetoran PPh 23:

Hutang PPh 23 (D) Rp 58.182


Kas/Bank (K) Rp 58.182

#apakah pencatatan itu sudah sesuai dengan metode accrual basis.. jika ada yg kurang atau salah,
mohon koreksiannya rekan.. hhee
Terimakasih :)

32. Pasal
Pasal 28
Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan.

PASAL 9 AYAT 1B biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk


kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota;

Pasal 10 ayat 1

Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.
Pasal 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan :

a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak
Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan

b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24,

dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Originaly posted by calangona:


1. Untuk PPN
Pajak keluaran diakui sebagai utang dan pajak masukan sebagai piutang. Dimana posisi
keduanya di laporan keuangan, apakah dineraca atau dimana. Apabila di neraca maka posisinya
dimana apakah pitang pajak masuk di aktiva lancar dan utang pajak masuk di kewajiban lancar
???

PPN Keluaran=>Pasiva=>Hutang Pajak/Tax Payable


PPN Masukan=>Aktiva=>Pajak Dibayar Dimuka/Prepaid Tax
Originaly posted by calangona:
2. Untuk PPh yang dipungut dan disetor oleh Perusahaan (21, 23 dll)
Perusahaan setelah memotong PPh tersebut mengakuinya sebagai utang pajak penghasilan
karena baru akan disetor bulan berikutnya. Persahaan mencatatnya sebagai utang PPh. Kira-kira
Posisinya dimana di neraca???

Pasiva=>Hutang Pajak/Tax Payable


Originaly posted by calangona:
3. Bagaimana pengakuan piutang pajak perusahaan yang telah dipotong oleh pihak lain, misalnya
4 (ayat 2), 22 dan 23, apakah dicatat di aktiva lancar atau bagaimana ????

Akitva=>Pajak Dibayar Dimuka/Prepaid Tax


PPh 4 ayat 2 tidak bisa dijadikan prepaid tax karena merupakan obyek pemotongan PPh final,
jadi PPh 4 ayat 2 bisa langsung dibiayakan atau disajikan saja biaya neto nya (setelah dikurangi
PPh 4 aya t2), tapi bila PPh 4 ayat 2 dibiayakan maka pada akhir tahun akan dikoreksi (positif).

PPh Pasal 21/26 >> Kredit Neraca


PPh Pasal 22 (dipungut yg lain) >> Debet Neraca
PPh Pasal 22 (memungut) >> Kredit Neraca
PPh Pasal 23 (dipungut yg lain) >> Debit Neraca
PPh Pasal 23 (memungut) >> Kredit Neraca
PPh Pasal 24 >> Debet Neraca
PPh Pasal 25 (yang diabayar) >> Debet Neraca
PPh Pasal 25 (yang terutang) >> Kredit Neraca
Fiskal LN >> Debet Neraca
PPh Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan >> Debet Neraca
PPh Pasal 28 A >> Debet Neraca
PPh Pasal 29 >> Kredit Neraca
PPN Masukan Dapat Dikreditkan >> Debet Neraca
PPN Masukan Tidak Dapat Dikreditkan (beban) >> Debet L/R
PPN Masukan Tidak Dapat Dikreditkan (kapitalisasi harga perolehan) >> Debet Neraca
PPN Keluaran >> Kredit Neraca
Bea Meterai >> Debet R/L
PBB >> Debet R/L
BPHTB (kapitalisasi harga tanah dan/atau bangunan) >> Debet Neraca
PHR/PHI >> Kredit Neraca
Pajak Reklame >> Debet R/L
PKB >> Debet R/L

Anda mungkin juga menyukai