Anda di halaman 1dari 15

Search

Sallindry Widyasari
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN PJB
KATARAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DIC
undefined
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
undefined A. Definisi Katarak PASIEN SIROSIS HEPATIS

Katarak menyebabkan penglihatan menjadi ASUHAN KEPERAWATAN PADA


berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik PASIEN KATARAK

lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DIABETES INSIPIDUS
lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga
pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN TBC
merupakan penurunan progresif kejernihan lensa,
sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin,
2000).

B. Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan
katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
UPNVJ
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun
lainnya. UPNVJ

4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata,


penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa
faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat
trauma/cedera pada mata. Mengenai Saya
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit Sallindry Widyasari
lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, Ikuti 0
proses peradangan pada mata, atau diabetes Lihat profil lengkapku
melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar SISTEM ENDOKRIN

radiasi. SISTEM IMUN HEMATOLOGI


4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan SISTEM KARDIOVASKULER 1
obat-obatan jangka panjang, seperti SISTEM PENCERNAAN
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
SISTEM PERSEPSI SENSORI
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor
SISTEM RESPIRASI
genetik (Admin,2009).

C. Patofisiologi

D. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara
lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari
virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan
masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital
adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari
1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup
berarti terutama akibat penanganannya yang
kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan
histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai
katarak kongenital biasanya berupa penyakit-
penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia,
koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia,
lensa ektopik, displasia retina, dan megalo
kornea. Untuk mengetahui penyebab katarak
kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi ibu seperti rubela pada
kehamilan trimester pertama dan pemakainan
obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak
disertai uji reduksi pada urine yang positif,
mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia.
Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi
prematur dan gangguan sistem saraf seperti
retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital
perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan
kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah
sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada
pupil bayi yang menderita katarak kongenital
akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
2. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan
terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan
lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolik dan
penyakit lainnya
3. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat
penuaan. Katarak senile biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa
dengan nucleus yang mengeras akibat usia
lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia
lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu
Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri
terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a) Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien)
kekeruhan lensa mata masih sangat minimal,
bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan
alat periksa. Pada saat ini seringkali
penderitanya tidak merasakan keluhan atau
gangguan pada penglihatannya, sehingga
cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari
tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior ( katarak kortikal ).
Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan
mulai terlihat anterior subkapsular posterior,
celah terbentuk antara serat lensa dan dan
korteks berisi jaringan degenerative(benda
morgagni)pada katarak insipient kekeruhan
ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena
indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,
ed. 2,).
b) Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi
kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau
belum mengenai seluruh lensa sehingga
masih terdapat bagian-bagian yang jernih
pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi
kortek yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa
akan mmberikan perubahan indeks refraksi
dimana mata akan menjadi mioptik.
Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris kedepan sehingga bilik
mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
c) Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka
akan terjadi pengeluaran air bersama-sama
hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam
stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris
tidak terdorong ke depan dan bilik mata
depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Kadang pada stadium ini terlihat
lensa berwarna sangat putih
akibatperkapuran menyeluruh karena deposit
kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris
akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak
Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d) Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi
akibatkorteks yang mencair sehingga masa
lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat
pencairan korteks ini maka nukleus
"tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak
morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat
masa lensa yang keluar kedalam bilik mata
depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,
ed. 2,).
4) Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai
pembengkakan lensa akibat lensa degenerative
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah
lensa disertai pembengkakan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa
ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi
lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi
hidrasi korteks hingga akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang meberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,)
5) Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat
sampai hitam (katarak nigra) terutama pada
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien
diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam
penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya
dan biasanya ini terdapat pada orang berusia
lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan
adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta:
Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:


1. Katarak Inti ( Nuclear )
Merupakan yang paling banyak terjadi.
Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian
tengah dari lensa. Biasanya karena proses
penuaan.
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada
korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai
dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan. Banyak pada
penderita DM.
3. Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul
lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM,
renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid
dalam jangka waktu yang lama dapat
mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat
terlihat pada kedua mata.

F. Penatalaksanaan katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang
masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan
kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih
terang, atau kacamata yang dapat meredamkan
cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan
operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang
efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak
semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi.
Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan
lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan
sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan
dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni
adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga
saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : Cincin berwarna yang
melingkari pupil yang berwarna hitam.
2. Badan silier : Otot-otot yang membuat
lensa menjadi lebih tebal.
3. Koroid : Lapisan mata bagian dalam
yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami
peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris
disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut
koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan bila
berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah
operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan
dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila
mengganggu kehidupan social atau atas indikasi
medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata,
ed. 3). Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial : Jika pasien mengeluh adanya
gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan.
2. Indikasi medis : Bila ada komplikasi
seperti glaucoma.
3. Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan
visus dengan hitung jari dari jarak 3m
didapatkan hasil visus 3/60.
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan,
yaitu:
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
Yaitu dengan mengangkat semua lensa
termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960
hanya itulah teknik operasi yg tersedia.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
terdiri dari 2 macam yakni:

1. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan


dengan mengeluarkan lensa secara manual
setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja
dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga
penyembuhan lebih lama.
2. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk

ECCE yang terbaru dimana menggunakan


getaran ultrasonic untuk menghancurkan
nucleus sehingga material nucleus dan kortek
dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi
katarak ini dijalankan dengan cukup dengan
bius lokal atau menggunakan tetes mata anti
nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan
bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan
sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata
yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi)
kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan
lensa buatan yang telah diukur kekuatan
lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik
bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya
memerlukan waktu 10 menit disertai waktu
pemulihan yang lebih cepat.

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata


steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata
baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu,
ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi
visual dan peresepan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien akan membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski
tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal.
Lensa intraokular yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea,
retina, saraf mata atau masalah mata lainnya,
tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup
tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus
komplikasi saat maupun pasca operasi juga
sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana
lensa intra okular terpasang pada mata orang
yang pernah menjalani operasi katarak dapat
menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk
membuka kapsul yang keruh tersebut agar
penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

G. Pemeriksaan Fisik

Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam


pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan
palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen
oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi bisa
dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan
deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari
puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi
secara kasar (jelas terlihat) tingkat tekanan
katarak dan menghindari faktor faktor yang
mempercepat terbentuknya katarak.
b. Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di
luar ruangan pada siang hari bisa mengurangi
jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam
mata.
c. Berhenti merokok bisa mengurangi resiko
terjadinya katarak.
d. Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vit C, vit A dan vit E

1. Asuhan keperawatan katarak


PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Nama klien : Tn. B
Umur : 45 Tahun
Diagnosa Medik : Katarak
Tanggal Masuk : 13 – 05 - 2013
Alamat : Kampung rawa
Suku : Sulawesi
Agama : islam
Pekerjaan : PNS
Status perkawinan: Menikah

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh penglihatan kabur
seperti berawan, padahal Tn. B sudah
menggunakan kaca mata plus 1dan minus 2,5
pada obita dextra dan sinistra. Pemeriksaan
fisik dengan Opthalmoscope bagian kornea
ada selaput putih. Sudah 2 tahun ini Tn. B
dinyatakan menderita diabetes mellitus, dan
menjalankan pengobatan secara teratur. Oleh
dokter spesialis mata Tn. B dinyatakan
katarak. Tn. B dipersiapkan untuk dilakukan
operasi katarak 2 hari lagi jika kadar gula
darahnya sudah normal. TTV saat ini
a. TD : 140/90 mmhg
b. Nadi : 84 x/menit
0
c. Suhu : 37,4 C
d. RR : 24x/menit

DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan 1. Hasil pemeriksaan
penglihatan kabur fisik dengan
seperti berawan, opthalmoscope
padahal sudah bagian kornea ada
menggunakan kaca selaput putih
mata plus 1 dan minus 2. Vital sign :
2.5 pada orbita dextra a) TD : 140/90
dan sinistra. mmHg
2. Klien mengatakan b) N: 84x/menit
sudah 2 tahun ini c) T :37,4 0c
mempunyai Diabetes d) RR: 24x/menit
Melitus, dan 3. Hasil pemeriksaan :
menjalankan BB : 78 kg dan
pengobatan secara 4. GDS terakhir 210
teratur 5. Kemungkinan klien
3. Klien mengatakan terlihat sulit untuk
tidak mengerti kenapa beraktivitas.
sampai mengalami 6. Kemungkinan klien
katarak wajahnya tampak
4. Kemungkinan klien gelisah
mengatakan cemas 7. Kemungkinan klien
memikirkan biaya terlihat terus
untuk operasinya. bertanya-tanya
5. Kemungkinan klien dengan pertanyaan
mengatakan kesulitan yang sama.
untuk beraktivitas 8. Kemungkinan klien
6. Kemungkinan klien terlihat bingung.
mengatakan 9. Kemungkinan klien
penglihatannya tidak terlihat cemas.
jelas 10. Kemungkinan klien
7. Kemungkinan klien terlihat takut
mengatakan jika 11. Kemungkinan klien
terkena sinar/paparan terlihat tegang.
matahari menyilaukan 12. Kemungkinan klien
mata terlihat memfokuskan
8. Kemungkinan klien pada dirinya sendiri.
mengatakan jika 13. Kemungkinan skla
melihat sesuatu nyeri (6)
berbayang- 14. Kemungkinan klien
bayang/menjadi dua terlihat menahan
bayangan. rasa sakit.
9. Kemungkinan klien 15. Kemungkinan klien
mengatakan takut akan terlihat merintih
kondisinya. kesakitan ( nyeri )
10. Kemungkinan klien 16. Kemungkinan
mengatakan tidak tahu terlihat pada bagian
sama sekali tentang luka oprasi klien
penyakitnya. terdapat kemerahan.
11. Kemungkinan klien 17. Kemungkinan
mengatakan cemas terlihat pada bagian
takut tidak berhasil luka klien mengalami
menjalankan iritasi.
operasinya. 18. Kemungkinan klien
12. Kemungkinan klien dan keluarganya
mengatakan gelisah tampak masih
13. Kemungkinan klien bingung dengan
mengatakan cemas perawatan luka post
terhadap penyakit yang operasi.
dideritanya.
14. apakah
sembuh/tidak.
15. Kemungkinan klien
mengatakan pada
bagian mata nyeri.
16. Kemungkinan klien
mengatakan tidak
tahan terhadap
nyerinya.
17. Kemungkinan klien
mengatakan badannya
panas sehabis operasi
beberapa hari
kemudian.
18. Kemungkinan klien
mengatakan tidak tahu
dengan cara perawatan
luka post operasi.
19. Kemungkinan klien
mengatakan berasal
dari keluarga kurang
mampu.

ANALISA DATA
No. Tanggal Data Fokus Masalah Etiologi Paraf
Ditemukan Keperawatan
PRE OPERASI
1 DS : Gangguan Gangguan
· Klien mengatakan persepsi penerimaan
penglihatan kabur sensori- sensori/status
seperti berawan, perseptual organ indera
padahal Tn.B sudah penglihatan. ditandai
menggunakan kaca dengan
mata plus 1 dan menurunnya
minus 2.5 pada ketajaman
orbita dextra dan penglihatan.
sinistra
· Kemungkinan klien
mengatakan
kesulitan untuk
beraktivitas
· Kemungkinan klien
mengatakan
penglihatannya
tidak jelas
· Kemungkinan klien
mengatakan jika
terkena
sinar/paparan
matahari
menyilaukan mata
· Kemungkinan klien
mengatakan jika
melihat sesuatu
berbayang-
bayang/menjadi dua
bayangan

DO:
· Hasil pemeriksaan
fisik dengan
opthalmoscope
bagian kornea ada
selaput putih
· Kemungkinan klien
terlihat sulit untuk
beraktivitas.
2 DS Ansietas. Perubahan
· Klien mengatakan pada status
cemas memikirkan kesehatan.
biaya untuk
operasinya.
· Kemungkinan klien
mengatakan cemas
takut tidak berhasil
menjalankan
operasinya
· Kemungkinan klien
mengatakan gelisah
· Kemungkinan klien
mengatakan cemas
terhadap penyakit
yang dideritanya.

DO
· Kemungkinan
terlihat wajah klien
tampak gelisah.
· Kemungkinan klien
terlihat tegang.
· Kemungkinan klien
terlihat
memfokuskan pada
diri sendiri.
· Kemungkinan klien
terlihat cemas.
· Kemungkinan klien
terlihat takut
3 DS : Kurang kurang
· Klien mengatakan Pengetahuan. informasi
tidak mengerti tentang
kenapa sampai penyakit.
mengalami katarak
· Kemungkinan klien
mengatakan takut
akan kondisinya.
· Kemungkinan klien
mengatakan tidak
tahu sama sekali
tentang
penyakitnya.
· Kemungkinan klien
mengatakan cemas
terhadap penyakit
yang dideritanya
apakah
sembuh/tidak
DO:
· Kemungkinan wajah
tampak gelisah
· Kemungkinan klien
terlihat terus
bertanya-tanya
dengan pertanyaan
yang sama.
· Kemungkinan klien
terlihat bingung.
POST OPERASI
4 DS : Nyeri. Luka pasca
· Kemungkinan klien operasi.
mengatakan nyeri
pada bagian mata
pasca operasi.

· Kemungkinan klien
mengatakan tidak
tahan ternhadap
nyerinya
DO :
· Vital sign :
a) TD :
140/90
mmHg

b) N:
84x/menit

c) T
:37,4 0c

d) RR:
24x/menit

· Kemungkinan skla
nyeri (6)

· Kemungkinan klien
terlihat menahan
rasa sakit.

· Kemungkinan klien
terlihat merintih
kesakitan ( nyeri )

5 DS Resiko tinggi Keterbatasan


· Klien mengatakan terhadap cidera. penglihatan.
penglihatan kabur
seperti berawan,
padahal sudah
menggunakan kaca
mata plus 1 dan
minus 2.5 pada
orbita dextra dan
sinistra
· Kemungkinan klien
mengatakan
kesulitan untuk
beraktivitas
· Kemungkinan klien
· efektifan pengetahuan,
Kemungkinan penatalaksanaan kurang
klien regimen sumber
mengatakan terapeutik. pendukung.
tidak tahu
dengan cara
perawatan
luka post
operasi.
·
Kemungkinan
klien
mengatakan
berasal dari
keluarga
kurang
mampu.
DO :
· Kemungkinan klien
dan keluarganya
tampak masih
bingung dengan
perawatan luka post
operasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tanggal Tanggal
keperawatan ditemukan Teratasi
1. Gangguan persepsi 12 – 05 / 15 – 05
sensori-perseptual 2013 / 2013
penglihatan b.d
Gangguan
penerimaan
sensori/status
organ indera
ditandai dengan
menurunnya
ketajaman.
2. Ansietas b.d 12 – 05 / 15 – 05
Perubahan pada 2013 / 2013
status kesehatan.
3. Kurang 12 – 05 / 12 – 05
pengetahuan b.d 2013 / 2013
Kurang informasi
tentang penyakit
4. Nyeri b.d Luka 15 – 05 / 18 – 05
pasca operasi. 2013 / 2013
5. Resiko tinggi 15 – 05 / 18 – 05
terhadap cidera b.d 2013 / 2013
Keterbatasan
penglihatan.
6. Risiko infeksi b.d 15 – 05 / 18 – 05
Prosedur invansif ( 2013 / 2013
operasi katarak )
7. Resiko 15 – 05 / 18 – 05
ketidakefektifan 2013 / 2013
penatalaksanaan
regimen terapeutik
b.d kurang
pengetahuan,
kurang sumber
pendukung.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah · Mengenal gangguan sensori 1. Kaji ketajaman 1. Kebutuhan tiap individu
persepsi dilakukan danber kompensasi terhadap penglihatan, catat dan pilihan intervensi
sensori- tindakan perubahan. apakah satu atau bervariasi sebab
perseptual keperawatan dua mata terlibat. kehilanganpenglihatan
· Mengidentifikasi/memperbaiki
penglihatan b.d selama 3x24 2. Orientasikan klien terjadi lambatdan progresif
potensial bahaya dalam
Gangguan jam tehadaplingkungan. 2. Memberikan
lingkungan.
penerimaan diharapkan 3. Observasi tanda- peningkatankenyamanan
sensori/status masalah tandadisorientasi. dan kekeluargaan,
organ indera presepsi 4. Pendekatan dari menurunkan cemas dan
ditandai dengan sensori sisi yangtak disorientasipasca operasi.
menurunnya penglihatan dioperasi, 3. Terbangun dalam
ketajaman teratasi bicaradengan lingkungan yang tidak
penglihatan. menyentuh. dikenal dan
5. Ingatkan klien mengalamiketerbatasan
menggunakan penglihatandapat
kacamata katarak mengakibatkankebingunga
yang tujuannya terhadap orang tua.
memperbesar 4. Memberikan
kurang lebih 25%, rangsangsensori tepat
penglihatan perifer terhadapisolasi dan
hilang. menurunkanbingung.
6. Letakkan barang 5. Perubahan ketajaman
yang dankedalaman persepsi
dibutuhkan/posisi dapat menyebabkan
bel pemanggil bingung penglihatan dan
dalam meningkatkan resiko ceder
jangkauan/posisi sampai pasien belajar untu
yang sehat. mengkompensasi.
6. Memungkinkan
pasienmelihat objek lebih
mudah dan memudahkan
panggilan untuk
pertolongan biladiperlukan
2. Ansietas b.d Setelah · Pasien mengungkapkan dan 1. Kaji tingkat 1. Derajat kecemasan akan
Perubahan pada dilakukan mendiskusikan rasa kecemasan pasien dipengaruhi bagaimana
status tindakan cemas/takutnya. dan catat adanya informasi tersebut diterima
kesehatan. keperawatan tanda- tanda verbal oleh individu.
· Pasien tampak rileks tidak
selama 3x24 dan nonverbal. 2. Mengungkapkan rasa taku
tegangdan melaporkan
jam 2. Beri kesempatan secara terbuka dimana rasa
kecemasannya berkurang
diharapkan : pasien untuk takut dapat ditujukan.
sampai pada tingkat dapat
tidak terjadi mengungkapkan 3. Mengetahui respon
diatasi.
kecemasan isipikiran dan fisiologis yang ditimbulkan
pada klien perasaan takutnya. akibat kecemasan.
dan tidak 3. Observasi tanda 4. Meningkatkan
ada vital pengetahuan pasien dalam
perubahan danpeningkatan rangka mengurangi
status respon fisik pasien. kecemasan dan kooperatif.
kesehatan. 4. Beri penjelasan 5. Mengurangi kecemasan
pasien tentang dan meningkatkan
prosedur tindakan pengetahuan.
operasi, 6. Mengurangi perasaan
harapandan takutdan cemas.
akibatnya.
5. Lakukan orientasi
danperkenalan
pasienterhadap
ruangan,petugas,
dan peralatanyang
akan digunakan.
6. Beri penjelasan
dansuport pada
pasien padasetiap
melakukan
prosedurtindakan.

3. Kurang Setelah · Klien menyatakan 1. Kaji informasi 1. meningkatkan pemahaman


pengetahuan b.d dilakukan pemahaman mengenai tentang kondisi dan meningkatkan kerja
Kurang tindakan kondisi/proses penyakit & individu, prgnosis, sama dengan perawat.
informasi keperawatan pengobatan. tipe 2. Dapat bereaksi
tentang selama 3x24 prosedur/lensa. silang/campur dengan oba
penyakit. jam 2. Informasikan yang diberikan.
diharapkan : pasien untuk 3. pengawasan periodik
Klien lebih menghindari tetes menurunkan risiko
mengerti mata yang dijual komplikasi serius.
akan bebas. 4. aktivitas yang
penyakitnya 3. Tekankan menyebabkan mata
pentingnya lelah/regang, manuver
evaluasi perawatan Valsalva, atau
rutin. Beri tahu meningkatkan TIO dapat
untuk melaporkan mempengaruhi hasil bedah
penglihatan dan mencetuskan
berawan. perdarahan.
4. Anjurkan pasien
menghindari
membaca,
berkedip;
mengangkat berat,
mengejan saat
defekasi,
membongkok pada
panggul, meniup
hidung.

4. Nyeri b.d Luka Setelah · Nyeri berkuran. 1. Dorong pasien 1. Nyeri dirasakan
pasca operasi. dilakukan untuk melaporkan dimanifestasikan dan
· Klien terlihat lebih rileks
tindakan tipe, lokasi dan ditoleransi secara
keperawatan intensitas nyeri, individual.
selama 3x24 rentang skala. 2. Kecepatan jantung
jam 2. Pantau TTV. biasanya meningkat karena
diharapkan : 3. Berikan tindakan nyeri.
nyeri kenyamanan. 3. meningkatkan relaksasi.
berkurang, 4. Beritahu pasien 4. adanya nyeri menyebabkan
hilang dan bahwa wajar saja , tegangan otot yang
terkontrol. meskipun lebih menggangu sirkulasi
baik untuk meminta memperlambat proses
analgesik segera penyembuhan dan
setelah memperberat nyeri.
ketidaknyamanan 5. Rasionalisasi : Untuk
menjadi dilaporkan. mengontrol nyeri adekuat
dan menurunkan tegangan
Kolaborasi :
5. Berikan obat
sesuai indikasi

5. Resiko tinggi Setelah · Menyatakan pemahaman 1. Diskusikan apa 1. Membantu mengurangi


terhadap cidera dilakukan factor yang terlibat dalam yang terjadi pada rasa takut dan
b.d tindakan kemungkinancedera pascaoperasi meningkatkan kerja sama
Keterbatasan keperawatan tentang nyeri, dalam pembatasan yang
· Mengubah lingkungan sesuai
penglihatan. selama 3x24 pembatasan diperlukan.
indikasi untuk meningkatkan
jam aktivitas, 2. Istirahat hanya beberapa
keamanan
diharapkan : penampilan, menit sampai beberapa jam
cedera balutan mata. pada bedah rawat jalan
dapat 2. Beri pasien posisi atau menginap semalam
dicegah bersandar, kepala bila terjadi komplikasi.
tinggi atau miring Menurunkan tekanan pada
ke sisi yang tak mata yang sakit,
sakit sesuai meminimalkan risiko
keinginan. perdarahan atau stres pada
3. Batasi aktivitas jahitan/jahitan terbuka.
seperti 3. Menurunkan stres pada
menggerakkan area operasi/menurunkan
kepala tiba-tiba, TIO.
menggaruk mata, 4. Memerlukan sedikit
membongkok. regangan daripada
4. Ambulasi dengan penggunaan pispot, yang
bantuan; berikan dapat meningkatkan TIO.
kamar mandi
khusus bila sembuh
dari anastesi.
6. Risiko infeksi b.d Setelah · Tidak ada tanda-tanda infeksi 1. Diskusikan 1. Menurunkan jumlah bakter
efek samping dilakukan seperti kemerahan dan iritasi. pentingnya pada tangan, mencegah
prosedur tindakan mencuci tangan kontaminasi area operasi.
invasive. keperawatan sebelum 2. Tekhnik aseptik
selama 3x24 menyentuh / menurunkan resiko
jam mengobati mata. penyebaran bakteri dan
diharapkan : 2. Gunakan / kontaminasi silang.
tidak terjadi tunjukkan tekhnik 3. Mencegah kontaminasi dan
infeksi. yang tepat untuk kerusakan sisi operasi.
membersihkan bola 4. Digunakan untuk
mata. menurunkan inflamasi.
3. Tekankan 5. Sediaan topikal digunakan
pentingnya tidak secara profilaksis, dimana
menyentuh / terapi lebih diperlukan bila
menggaruk mata terjadi infeksi.
yang dioperasi.
4. Berikan obat
sesuai indikasi.

Kolaborasi :
5. Berikan obat
sesuai indikasi.

7. Resiko Setelah · Klien mampu mengidentifikasi kegiatan 1. Kaji tingkat 1. Sebagai modalitas dalam
keperawatan rumah (lanjutan) yang
ketidakefektifan dilakukan diperlukan
pengetahuan pemberian pendidikan
penatalaksanaan tindakan · Keluarga menyatakan siap untuk pasien tentang kesehatan tentang
regimen keperawatan mendampingi klien dalam melakukan perawatan paska perawatan di rumah.
perawatan
terapeutik b.d selama 3x24 hospitalisasi. 2. Klien mungkin
kurang jam 2. Terangkan cara mendapatkan obat tetes
pengetahuan, diharapkan: penggunaan atau salep(topical).
kurang sumber perawatan obat-obatan. 3. Meningkatkan rasa
pendukung. rumah 3. Berikan percaya, rasa aman, dan
Yang ditandai berjalan kesempatan mengeksplorasi
dengan, efektif. bertanya. pemahaman serta hal-hal
pertanyan atau 4. Tanyakan kesiapan yang mungkin belum
peryataan salah klien paska dipahami.
konsepsi, tak hospitalisasi. 4. Respon verbal untuk
akurat mengikuti 5. Identifikasi meyakinkan kesiapan klien
instruksi, terjadi kesiapan keluarga dalam perawatan
komplikasi yang dalam perawatan hospitalisasi.
dapat dicegah diri klien paska 5. Kesiapan keluarga meliput
hospitalisasi. orang yang bertanggung
6. Terangkan jawab dalam perawatan,
berbagai kondisi pembagian peran dan tuga
yang perlu serta penghubung klien dan
dikonsultasikan. institusi pelayanan
kesehatan.
6. Kondisi yang harus segera
dilaporkan :
• Nyeri pada dan disekitar
mata, sakit kepala
menetap.
• Setiap nyeri yang tidak
berkurang dengan obat
pengurang nyeri.
• Nyeri disertai mata
merah, bengkak, atau
keluar cairan : inflamasi
dan cairan dari mata.
• Nyeri dahi mendadak.
• Perubahan ketajaman
penglihatan, kabur,
pandangan ganda,
selaput pada lapang
penglihatan,

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan


Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta
Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah.
EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku
patofisiologi”. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
Sallindry Widyasari © 2008

Anda mungkin juga menyukai