Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DASAR

2.1. Konsep Medis


2.1.1. DefinisiKatarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Mansjoer Arif, dkk. 2001: 204)
Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. (Suzanne & Brenda,
2002:227)

B. Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan
katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun
lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata,
penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa
faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat
trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit
lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme,
proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar
radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan
obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor
genetik (Admin,2009).

B. Klasi�kasi Katarak
Berdasarkan penyebabnya katarak dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1. Katarak Senillis
Katarak yang disebabkan karena proses ketuaan (degeneratif). Katarak ini
terbagi menjadi 3 bagian : K.senilis immature, matur, dan hipermatur.
2. Katarak Kongenital
Katarak yang didapat semenjak lahir, karena tergannggunya proses
organogenesis (pembentukan organ mata) selama masa kehamilan.
Biasanya penyebabnya adalah inveksi virus Toxoplasma (TORCH).
3. Katarak Jouvenil
Katarak yang mulai terjadi pada masa anak-anak.
4. Katarak Traumatika
Katarak yang terjadi akibat adanya riwayat trauma yang
dialami penderita sebelumnya. Misalnya karena kecelakaan lalu lintas.
5. Katarak komplikata
Katarak yang terjadi karena komplikasi penyakit tertentu,
misalnya Diabetus Mellitus (DM) yang dapat menyebabkan
katarak diabetikum.

Manifestasi klinis
1. Penglihatan makin lama makin terasa kabur, penderita
merasakan seperti ada tabir yang menyelimuti pandangannya.
2. Mata (lensa) tampak berubah warna menjadi putih keruh.
3. Ketajaman penglihatan (visus) menurun secara progresif.
4. Mata terasa nyeri (sakit) jika penyebab katarak oleh karena
glaucoma (katarak sekunder).

2.1.3 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih,
transparan,berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandungtiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior
dan posterior. Dengan ertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan
warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas
seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal
salju pada jendela.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula)
yang memanjng dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnta protein lensa normal terjadi disertai influks air
kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun
mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistemis, seperti diabetes melitus, namun merupakan
konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan matang ketika seseorang memasuki dekade
ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal,
karena bila tidak terdiagnosis dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen.

2.1.6 Penatalaksanaan Medis


Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari hari atau bila telah menimbulkan penyulit,
seperti glaucoma dan
uveitis.
a) Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan,
atau
fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen
dan penggantian lensa.
b) Pembedahan diindikasikasikan bagi yang memerlukan penglihatan akut
untuk
bekerja atau keamanan.
Macam-macam pembedahan yang dapat dilakukan antara lain:
a) Ekstraksi katarak intrakapsuler/ ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction) :
Merupakan pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah
zonula
dipisahkan, lensa di angkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara
langsung
pada kapsula lentis.
b) Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler/ ECCE (Ekstra Capsular Cataract
Extraction) :
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat mata selama pembedahan.
ECCE terdiri dari 2 macam yakni:
1. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa
secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan
sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.
2. Fakoemulsifikasi
Merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler cara ini
memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrason frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan
korteks lensa menjadi partikel kecil yang lebih pendek dan penurunan
insidensi
astigmatisme pasca operasi.
c) Pengangkatan lensa
Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan
focus
mata, maka bila lensa di angkat, pasien memerlukan koreksi optikal. Koreksi
ini
dapat dilakukan dengan salah satu metode dari 3 metode yaitu:
1) Kaca mata apakia : mampu memberikan pandangan sentral yang baik,
namun pembesaran 25% sampai 30% menyebabkan penurunan dan
distorsi pandangan perifer spasial, membuat benda-benda tampakak jauh
lebih dekat dari yang sebenarnya.
2) Lensa kontak : jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, tidak terjadi
pembesaran yang bermakna (5% sampai 10%), tidak terdapat aberasi
sferis, tidak ada penurunan lapang pandangan dan tak ada kesalahan
orientasi spasial.
3) Implan lensa Intraokuler : memberikan alternative bagi lensa apakia yang
tebal dan berat, untuk mengobati penglihatan pasca operasi.
2.1.7 Komplikasi
a) Endoftalmitis
b) Edema kornea
c) Distorsi atau terbukanya luka operasi
d) Bilik mata depan dangkal
e) Glaucoma
f) Uveitis
g) Dislokasi lensa intraokuler
Perdarahan segmen anterior atau posterior
i) Ablasio retina
j) Sisa massa lensa
k) Robek kapsul posterior
l) Prolaps vitreous

2.1.5 Diagnostik Penunjang


Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan
oftalmoskopis,
maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna
sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan di lakukan pembedahan.
Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3, pasien merupakan kandidat yang baik untuk
dilakukan fakoemulsifikasi
dan implantasi Intra Okuler.
1) Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan
sentral
penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akvesus
atau
vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan keretinaatau jalan optik.
2) Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro
vaskuler,
massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri serebral,
gloukoma.
3) Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (Tekanan Intra Okuler)
normalnya 12-25 mmHg.
4) Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat
atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan
pemeriksaan
belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
5) Darah lengkap, laju sedimentasi (Laju Endap Darah), menunjukkan anemia
sistemik
atau infeksi.
6) EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk
memastikan
aterosklerosis.
7) Tes toleransi glukosa, menunjukkan adanya atau kontrol diabetes (Marilyn
E.
Doenges,2000)
8) Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit, dan
oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound ( Echograpy ) dan hitung sel endotel
sangat
berguna sebagai alat diagnostik khususnya bila dipertimbangkan akan
dilakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini
merupakan
kandidat untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi inta okuler
(Brunner &
Suddarth, 2002)

KONSEP KEPERWATAN
2.2.1 Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan
hasil dari
tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari
pengumpulan data,
identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
a) Aktifitas Istirahat: Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan
penglihatan.
b) Neurosensori: Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang
menyababkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja
dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak
lingkaran
cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak
memperbaiki
penglihatan, fotofobia (glukoma akut).
Tanda: Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan
merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air
mata.
c) Nyeri/Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba-
tiba/berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala
d) Pola aktivitas/istirahat: perubahan aktivitas biasanya/hoby sehubungan
dengan
gangguan penglihatan.
e) Pola nutrisi: Mual/muntah (glaukoma akut)
f) Pola neurosensory
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan
silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,kesulitan memfokuskan
kerja dengan
dekat/ merasa diruang gelap.
Pola penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,
riwayat
stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,
steroid/toksisitas
fenotiazin.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI LHAT DI
http:salindrywidyas.blogspot.com/2013/10/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-katarak.html

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal
Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta
Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah.EGC :
Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”.
EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana AsuhanKeper
awatan. Edisi 3.EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai