PENDAHULUAN
A. Latar belakang
bangsa. Kualitas bangsa masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini.
Upaya peningkatan kualitas sumbar daya manusia harus dilakukan sejak dini,
yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang
baik serta benar dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau
asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan
proses interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup. Keadaaan
pertumbuhan anak, dan gen. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan
otak tergantung dengan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak
1
itu sendiri. Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak
adalah salah satu ’aset’ yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang
berkualitas dikemudian hari, sehingga status gizi yang baik harus kita upayakan
Emergency Fund) jumlah anak batita penderita gizi buruk mengalami lonjakan
dari 1,8 juta (2005), menjadi 2,3 juta 2006 dan 3 juta lebih yang mengalami gizi
kurang yaitu sekitar 28% dari total anak usia 1-3 tahun di Indonesia.
toddler yaitu berjumlah 336 anak dan Indonesia berada pada urutan keenam
dengan jumlah anak dengan gizi kurang yaitu 28 anak (The State of The World’s
Children, 2007). Di Indonesia dari hasil survey 850.000 anak usia satu sampai
tiga tahun pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan adanya
Di 33 propinsi hasil survey menyebutkan bahwa anak toddler dengan gizi kurang
mengalami peningkatan dari 5,2% pada tahun 2009 menjadi 7,1% pada tahun
2
Takalar sebanyak 10 orang, Pinrang 7 orang, Makassar 5 orang, Bone 8 orang,
keseluruhan gizi buruk sebanyak 79 orang dan atau 17% (Dinkes Provinsi
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Astati Made Amin ditemukan bahwa ada
272.000 (34%) anak gizi kurang. Namun, pada Januari sampai dengan Oktober
2008, petugas kesehatan hanya menemukan 94 kasus gizi buruk, tujuh anak di
antaranya meninggal dunia. Perkiraan itu didasarkan hasil Survei Gizi Mikro
tahun 2006 yang diperbarui dengan Program Pemantauan Status Gizi 2007.
Adapun Program Pemantauan Status Gizi 2008 belum dilakukan (Anonim 2008).
dan anak dengan gizi buruk berjumlah 10 orang (Dinkes Takalar, 2012). Dari
bahwa anak dengan gizi kurang dan gizi buruk pada tahun 2010 berjumlah 60
anak, tahun 2011 berjumlah 65 anak, pada tahun 2012 berjumlah 72 dan pada
bulan Januari sampai dengan Maret 2013 berjumlah 40 (Data Primer Puskesmas
3
usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong Kecamatan Galesong
Selatan.
B. Rumusan Masalah
masalah penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi
anak usia 1-3 tahun diwilayah kerja puskesmas Galesong Kecamatan Galesong
Selatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak usia 1-3
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan pendidikan orang tua dengan status gizi anak usia
Selatan.
b. Diketahuinya hubungan pengetahuan orang tua dengan status gizi anak usia
Selatan.
Selatan.
4
d. Diketahuinya hubungan pengasuhan anak dengan keadaan status gizi anak
Galesong Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Sebagi salah satu bahan acuan atau masukan bagi Dinas Kesehatan Takalar
anak. Disamping itu hasil penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan bagi
penelitian selanjutnya.
pengetahuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
Kata gizi berasal dari bahasa arab yaitu ghidza yang artinya
pada makhluk hidup untuk mengambil dan mengubah zat padat dan cair dari
akibat proses interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup
oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi lain yang diperoleh dari
6
pangan dan makanan yang dapat fisinya yang diukur secara antropometrik.
marasmus atau hanya kurang gizi. Namun apapun istilahnya hal yang penting
pemberian makanan tidak terpenuhi, baik kurang maupun lebih daripada yang
Penyimpangan yang sangat dari pada diet yang adekuat dalam waktu yang
a. Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, belum ada tanda-tanda
khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan si anak
b. Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya
mencapai 70 persen dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang
7
c. Kurang Energi Protei Berat. Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu
kurang sekali, biasa disebut marasmus. Tanda padam amarasmus ini adalah
berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan
normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagi Kwashiorkor. Pada
kwashiorkor selain berat badan, ada beberapa tanda lainnya yang bisa
dan terkadang menjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa pecah
(Akhmadi, 2009).
saling berinteraksi satu sama lain sehingga berimplikasi pada status gizi
Dalam hal ini asupan gizi, simbang dengan kebutuhan gizi seseorang
yang bersangkutan.
8
Kebutuhan gizi seseorang ditentukan oleh tingkat komsumsi, proporsi
b. Gizi kurang
karena tidak cukup makan dengan demikian komsumsi energi dan protein
biasanya juga kurang dalam satu atau lebih zat gizi esensial lainnya. Berat
c. Gizi lebih
9
dalam jangka waktu yang panjang dikenal sebagai gizi lebih
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menilai status gizi yaitu ( I
a. Pemeriksaan Klinis
gizi.
10
Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelual
tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ
b. Pemeriksaan Biokimia
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan anatara lain: darah, urin,
tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
c. Pemeriksaan Biofisik
d. Pemerikasaan Antropometri
seimbangan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini dilihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan
sering dipakai adalah indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB):
11
1) Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
antara komsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan
gizi.
12
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini
ininadalah baik untuk menilai status gizi masa lampau, dan ukuran
13
Tabel 1. Interpensi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri
(BB/U,TB/U, BB/TB Standar Baku Antripometri WHO-NCHS)
juga Z-skor.
Berdasarkan dari hasil pakar gizi tahun 2000, maka ambang batas
1) Untuk BB/U
14
c) Gizi Lebih : Bila Z - Skor terletak antara > +2 SD
2) TB/U
3. BB/TB
Toddler adalah anak dengan usia 1-3 tahun sehingga bagi usia di bawah
satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh
semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu
tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang
dikatakan toddler. Anak usia 1-3 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau
faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara
pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Anak usia 1-3 tahun
merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-
sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut
15
yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya
dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena
itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Masa
toddler merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi
pada masa ini anak toddler merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini
disebabkan pada masa ini anak cenderung susah untuk makan dan hanya suka
pada jajanan yang kandungan zat gizinya tidak baik (Hardinsyah, 2007).
anak mudah sakit dan terjadi kekurangan gizi. Karena pada masa ini
mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari (Rima, 2010).
16
Daging / kacang-kacangan/
ayam/ikan, Beras merah/
kentang/labu/jagung, Kacang
tanah, Minyak / santan/ advokat,
sari buah tanpa gula
12 bulan atau lebih ASI, Makanan pada umumnya, 4-6 kali sehari
termasuk telur dengan
kuningnya, Jeruk
1. Pendidikan
sebagai semua perbaikan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
Dari batasan di atas tersirat unsur-unsur pendidikan yakni : input, proses dan
17
Pendidikan (Notoatmodjo, 2003) menurut jenisnya terbagi atas:
kurikulum
suatu negara atau daerah. Telah ditemukan secara konsisten dari berbagai
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan status gizi anak
adalah tingkat pendidikan orang tua. Hal ini terkait dengan peningkatan
18
gizi akibat rendahnya tingkat pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa makin
suatu masalah dapat diterimah atau tidak dengan demikian pendidikan orang
2003).
2. Pengetahuan Orangtua
dengan mencari informasi dari pakar dibidangnya (Potter dan Perry, 2005).
a. Tahu (know)
besarnya.
19
b. Memahami (Comprehencion)
mengintegrasikan bahan.
c. Aplikasi (Aplication)
d. Analisis (Analysis)
e. Sintesis (Syntesis)
ditemukan sebelumnya
f. Evaluasi (Evaluation)
justifikasi terhadap suatu materi atau objek yang didasarkan pada suatu
telah ada.
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
20
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut
diatas.
Pengetahuan gizi ini sangat diperlukan untuk ibu terutama ibu yang
Makin tinggi pendidikan orang tua, makin baik status gizi anaknya.
Anak-anak dari ibu mempunyai latar belakang pendidikan lebih tinggi akan
cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Keadan ini
21
menunjkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan
atau hanya digunakan terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik
menurunkan harkat keluarga. Jenis genjer, daun turi bahkan ubi kayu dan
kangkung kaya akan zat besi dan vitamin A serta protein, dibeberapa
harkat keluarga.
22
d. Kesukaan pada jenis pangan tertentu
disukai oleh orangtuanya akan diberikan pada anak. Dari kebiasaan inilah
3. Pendapatan Orangtua
dan kuantitas makanan. Tetapi perlu disadari bahwa pendapatan tidak selalu
menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan tambahan uang tersebut.
untuk makanan, sedangkan orang kaya jauh lebih rendah. Semakin tinggi
dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur, dan berbagai jenis bahan
23
untuk membicarakannya kepada orang yang tidak dikenal, termasuk
dan pengetahuan orang tua khususnya ibu dalam mengasuh anaknya juga
4. Pola Asuh
pengasuahan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu
percaya diri yang besar dalam menjalankan peran pengasuhan ini, terutama
24
peroranagan. Untuk dapat menjalankan peran ini ada beberapa faktor turut
mineral seperti kalsium, zat besi, asam folat dan vitamin B6. Porsi yang
diberikan untuk makan sebaiknya porsi kecil dengan frekuensi yang lebih
sering. Porsi kecil secara bertahap dapat membangkitkan selera makan anak
(Tinuk, 2004).
25
Pada umumnya anak lebih banyak mengkonsumsi jajanan yang
cemilan, somai,jelly permen yang terkadang tidak memiliki izin dari dinas
b. Dengan terlalu sering jajan, maka anak akan kenyang sehingga tidak
d. Dari segi pendidikan, kebiasaan jajan ini dianggap sebagai didiksn yang
kurang baik apalagi jika anak hanya diberikan uang dan bebas
26
adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut. Kebudayaan juga
makanan (tabu), walaupun tidak semua tabu rasional bahkan banyak jenis
tabu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu, kebudayaan mempengaruhi
hukumnya dan individu yang melanggar pantangan tersebut berdosa. Hal ini
dan tidak baik yang lambat-laun menjadi kebiasaan (adat), terlebih dalam
biasanya mempunyai pantangan makan yaitu anak kecil, ibu hamil dan ibu
Pangan yang menjadi pantangan (tabu) bagi anak kecil adalah ikan,
terutama ikan asin karena dapat menyebabkan cacingan, sakit mata atau
2004). Bayi diberikan minum hanya dengan air putih, memberikan makanan
27
padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu (misalnya tidak
memberikan pada anak makanan dari daging, telur dan santan) dapat
1. Kerangka Konsep
Pengetahuan Orangtua
Pendapatan Orangtua
Pola makan
Sosio-Budaya dan
Religi
Keterangan :
28
: Variabel yang diteliti
2. Hipotesis
a. Ada pengaruh antara pendidikan orangtua dengan status gizi anak usia 1-
Selatan.
b. Ada pengaruh antara pengetahuan orangtua dengan status gizi anak usia
Selatan.
c. Ada pengaruh antara pendapatan orangtua dengan status gizi anak usia 1-
Selatan.
d. Ada pengaruh antara pola asuh dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di
29