Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM
A. Definisi Kista Ovarium
Beberapa pengertian mengenai kista ovarium sebagai berikut:
Menurut (Winkjosastro, 2014) kistoma ovarii merupakan suatu tumor,
baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar
dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-
halangi masuknya kepala ke dalam panggul.

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada


ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2014). Kista ovarium merupakan
pembesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau
kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium
(Smelzer & Bare, 2014).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Sjamsoehidayat, 2016).

B. Jenis-jenis kista ovarium :


Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu
nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya
akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik
umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan
sifatnya.

1
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya: (Mansjoer, 2015)
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang
permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi
besar.Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan
berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista
dengan reseksi ovarium.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral,
dapat tumbuh menjadi sangat besar.Gambaran klinis terdapat
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga
timbul perleketan kista denganomentum, usus-usus, dan
peritoneum parietale.Selain itu, bisa terjadi ileus karena
perleketan dan produksi musin yang terus bertambah akibat
pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan
pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan
atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum.Bentuk kista
umumnya unilokular, tapi jika multilokular perlu dicurigai
adanya keganasan.Kista ini dapat membesar, tetapi tidak
sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal
juga dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama
dengan kistadenoma ovarii musinosum.
4. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan
struktur ectodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih
menonjol dari pada mesoderm dan entoderm.Bentuk cairan
kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa
cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang,
atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis,
konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi
padat.Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid.
Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses

2
parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di
perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid.
Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga
peritoneum.Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista
dermoid bersama seluruh ovarium.
Kista non neoplastik terdiri dari: (Prawirohardjo, 2002)
1. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah
pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,
melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista
atau lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1 – 1,5 cm.
Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam
dinding kista yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel
granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka
terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna
jernih dan sering kali mengandung estrogen.Oleh sebab itu,
kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid.Kista
folikel lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan,
atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya,
jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu
dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan
menghilang sendiri.
2. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil
dan menjadi korpus albikans.Kadang-kadang korpus luteum
mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahan
yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat
karena darah tua.Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang
dari pada kista folikel.Dinding kista terdiri atas lapisan
berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal
dari sel-sel teka.Kista korpus luteum dapat menimbulkan
gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak

3
teratur.Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di
perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista
dapat menyebabkan ruptur.Rasa nyeri di dalam perut yang
mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan
kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan
ektopik yang terganggu.Jika dilakukan operasi, gambaran yang
khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis.
Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai kista
hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan
kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat
tanpa mengorbankan ovarium.
3. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang
tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan
menjadi kistik.Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi
sebesar ukuran tinju.Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula
menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel
menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat
pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan
dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium
mengecil spontan.
4. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian
kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.Kista
ini lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan
besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya
secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik
ovarium yang diangkat waktu operasi.Kista terletak di bawah
permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel
kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.
5. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan
mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar
rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi

4
kista.Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat
endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan.Kista ini
berhubungan dengan penyakit endometriosis yang
menimbulkan nyeri haid dan nyeris senggama.Kista ini berasal
dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum.Penyebabnya
bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya
keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya
masuk kedalam selaput perut melalui saluran indung
telur.Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut,
sehingga mudah terserang penyakit.Gejala kista ini sangat khas
karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak
semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina,
tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini
merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap
penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis.Karena sifat
penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering disebut
kanker jinak.
6. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik,
dan permukaannya licin.Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini
terkenal dengan nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya
disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya
pada penderita terhadap gangguan ovulasi, oleh karena
endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia
endometrii sering ditemukan.
C. Etiologi
Berdasarkan (Smelzer & Bare, 2014), penyebab dari kista belum diketahui
secara pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan
hormon dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi
dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan.
Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan

5
bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan
sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari
folikel ovarium, korpus luteum, sel telur. Menurut Nugroho (2014), kista
ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,
hipofisis dan ovarium. Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor
adalah bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat
arang, bahan-bahan tambang.
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kista terdahulu
2. Siklus haid tidak teratur
3. Perut buncit
4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5. Sulit hamil
6. Penderita hipotiroid
D. TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar
dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari
gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Berdasarkan
(Mansjoer, 2013), gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai
kista ovarium:
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri mendadak dibagian perut bawah
6. Nyeri pinggul ketika menstruasi
7. Menstruasi nyang datang terlambat disertai dengan nyeri
8. Menstruasi yang kadang memanjang dan memendek
9. Nyeri sanggama
10. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

6
E. Patofisiologi
Berdasarkan Smeltzer & Bare (2012) menyatakan bahwa fungsi
ovarium yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan salah
satu pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium tersebut.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara
tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan, gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi cairan dan gagal
melepaskan sel telur, sehingga menyebabkan folikel tersebut menjadi kista.
Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2
cm dengan kista di tenga-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal yang kadang-
kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuik FSH dan HCG.

7
F. Pathway

Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu


pembentukan hormon yang mempengaruhi indung telur

Fungsi ovarium abnormal

Penimbunal folikel yang terbentuk secara tidak sempurna

Folikel gagal mengalami pematangan, gagal


berinvolusi dan gagal mereabsorbsi cairan

Terbentuk kista ovarium

Adanya cairan dalam Ansietas b.d Pembedahan


jaringan di daerah ovarium perubahan status (laparatomi,
kesehatan kistektomi atau
salpingooforektomi)
Klien merasa nyeri
diperut bagian bawah
Pre operasi

Nyeri akut b.d agen Jaringan terputus Perawatan post operasi


injury biologi

Kerusakan Risiko infeksi


Klien mengalami integritas
ketakutan dalam jaringan b.d
melakukan mobilisasi faktor mekanik

Hambatan
mobilisasi fisik
b.d kelemahan
fisik

8
G. Komplikasi
Berdasarkan Winkjosastro (2015) bahwa beberapa ahli mencurigai
kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada wanita
diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun
dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan
skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
H. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan (Winkjosastro, 2015) bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah
tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan
pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adaya kanker atau kista.
I. Penatalaksanaan
Berdasarkan Hamylton (2014); Bobak, Lowdermilk, & Jensen (2014);
Winkjosastro (2015) bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien
dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah

9
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada
komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai
dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
5. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau
infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan
dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan
analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan
rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan
pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
6. Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan,
tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat
juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah
pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah,
tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan
mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat
menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya
dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca
bedah sesuai anjuran.

10
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik
4. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik
5. Risiko infeksi

11
K. Perencanaan
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan NIC: Pain Management 1. Mengetahui kualitas nyeri
agen cedera keperawatan 3x24 jam 1. Melakukan pengkajian pasien
biologi diharapkan pasien dapat secara komprehensif 2. Dapat mengurangi rasa
mengontrol nyerinya, nyeri mengenai lokasi, cemas dan takut sehingga
berkurang dengan kriteria karakteristik, lamanya, mampu mengurangi rasa
hasil: frekuensi, kualitas nyeri dan sakit
Indikator faktor presipitasi 3. Menurunkan nyeri
2. Mengobservasi penyebab 4. Komunikasi terapeutik
1. Pasien mampu ketidaknyamanan klien mampu menurunkan
mengenali faktor secara verbal dan nonverbal kecemasan
penyebab nyeri 3. Menyakinkan klien akan 5. Mengetahui kondisi
2. Mengenali onset pemberian analgesik ketidaknyamanan klien yang
nyeri 4. Menggunakan komunikasi kemungkinan mampu
3. Memberikan teraupetik untuk mengetahui mengagnggu kualitas
analgesik pengalaman nyeri pasien hidupnya
(kolaborasi dengan 5. Mengkaji dampak dari 6. Meminimalkan nyeri dengan
tim kesehatan lain) pengalaman nyeri (ggg menciptakan lingkungan
4. Melaporkan kontrol tidur, ggg hubungan) nyaman
nyeri 6. Mengontrol faktor 7. Meningkatkan relaksasi
5. Pasien mampu lingkungan yang
melaporkan menyebabkan klien merasa
nyerinya tidak nyaman (ruangan,
6. Klien mengetahui temperatur, cahaya)
frekuensi nyeri. 7. Instruksikan pasien untuk
Keterangan: melakukan teknik relaksasi
1: tidak pernah menunjukan seperti bimbingan imajinasi,
2: jarang menunjukan nafas dalam
3: kadang-kadang
menunjukan
4: sering menunjukan
5: konsisten menunjukan
Kecemasan b.d Setelah Dilakukan Tindakan 1. Jelaskan semua prosedur 1. Mengurangi kecemasan
perubahan peran Keperawatan 3x24 Jam dan apa yang dirasakan selama tindakan untuk
dan status Diharapkan kecemasan selama prosedur kesehatan klien
kesehatan menurun dengan kriteria 2. Temani pasien untuk 2. Mengalihkan perhatian
hasil sebagai berikut: memberikan keamanan dengan berbincang-bincang
Indikator dan mengurangi takut 3. Mengurangi kecemasan
1. Klien mampu 3. Berikan informasi faktual 4. Keluarga dapat memberikan
mengidentifikasi mengenai diagnosis, kenyamanan pada pasien
dan tindakan prognosis 5. Untuk meningkatkan

12
mengungkapkan 4. Libatkan keluarga untuk kenyamanan dan
gejala cemas mendampingi klien mengurangi kecemasan
2. Mengidentifikasi, 5. Instruksikan pada pasien
mengungkapkan untuk menggunakan
dan menunjukkan tehnik relaksasi
tehnik untuk 6. Dengarkan dengan penuh
mengontol cemas perhatian
3. Vital sign dalam 7. Identifikasi tingkat
batas normal kecemasan
4. Postur tubuh, 8. Bantu pasien mengenal
ekspresi wajah, situasi yang menimbulkan
bahasa tubuh dan kecemasan
tingkat aktivitas 9. Dorong pasien untuk
menunjukkan mengungkapkan perasaan,
berkurangnya ketakutan, persepsi
kecemasan

Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tak ada keluhan
Hambatan Setelah Dilakukan Tindakan 1. Monitoring vital sign 1. Mengetahui status
mobilitas fisik Keperawatan 3x24 Jam sebelm/sesudah latihan kemampuan klien dalam
b.d kelemahan Diharapkan hambatan dan lihat respon pasien latihan ambulasi
fisik mobilitas fisik dapat teratasi saat latihan 2. Merubah posisi mencegah
dengan kriteria hasil sebagai 2. Ajarkan pasien atau dekubitus
berikut: tenaga kesehatan lain
Indikator tentang teknik ambulasi
1. Klien meningkat 3. Kaji kemampuan pasien
dalam aktivitas dalam mobilisasi
fisik 4. Latih pasien dalam
2. Mengerti tujuan pemenuhan kebutuhan
dari peningkatan ADLs secara mandiri
mobilitas sesuai
3. Memverbalisasikan kemampuan
perasaan dalam 5. Ajarkan pasien bagaimana
meningkatkan merubah posisi dan
kekuatan dan berikan bantuan jika
kemampuan diperlukan
berpindah

13
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tak ada keluhan
Kerusakan Setelah Dilakukan Tindakan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mengurangi penekanan
integritas Keperawatan 3x24 Jam menggunakan daerah luka
jaringan b.d Diharapkan Integritas pakaian yang longgar 2. Mengurangi kelembapan
faktor mekanik Jaringan Baik Dengan 2. Hindari kerutan pada 3. Menjaga kebersihan luka
Kriteria Hasil Segabai tempat tidur 4. Untuk mempercepat
Berikut: 3. Jaga kebersihan kulit agar penyembuhan luka
tetap bersih 5. Memungkinkan infeksi
Indikator dan kering 6. Mengetahui sejauh mana
1. Integritas Kulit Yang 4. Anjurkan pasien untuk klien dapat melakukan
Baik Bisa Dipertahankan melakukan mobilisasi mobilisasi
(Sensasi, Elastisitas, 5. Monitor kulit akan adanya 7. Protein menyebabkan
Temperatur, Hidrasi, kemerahan percepatan penyembuhan
Pigmentasi) 6. Monitor aktivitas dan luka
2. Perfusi Jaringan Baik mobilisasi pasien 8. Mengetahui kondisi luka
3. Menunjukan Proses 7. Monitor status nutrisi untuk perbaikan luka
Perbaikan Kulit pasien 9. Mempercepat granulasi
4. Mempertahankan 8. Observasi luka : lokasi, luka
Kelembaban Kulit dimensi, kedalaman luka,
5. Menunjukkan karakteristik,warna cairan,
Terjadinya Proses granulasi, jaringan
penyembuhan luka nekrotik, tanda-tanda
Keterangan: infeksi lokal
1: keluhan ekstrim 9. Ajarkan pada keluarga
2: keluhan berat tentang luka dan
3: keluhan sedang perawatan luka
4: keluhan ringan 10. Lakukan tehnik perawatan
5: tak ada keluhan luka

14
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih

bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Dwi (2013). Mengenali Keadaan Patologis pada Organ Reproduksi Wanita.

Jakarta: Kapita Selecta

Hanifa (2014). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya medika.

Hummel (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Manuaba (2015). Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Nugroho, taufan (2015). Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.

Yogyakarta : Nuha Medika

Saifuddin (2013). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Sanders (2016). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II. Jakarta : EMS, Erlangga

Medical Series.

Sarwono (2015). Ilmu Kesehatan dan Penyakit dalam. Jakarta: EGC

15
16

Anda mungkin juga menyukai