Anda di halaman 1dari 2

Antifungi mempunyai dua pengertian yaitu fungisidal dan fungistatik.

Fungisidal
didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh jamur, sedangkan
fungistatik dapat menghambat pertumbuhan jamur tanpa mematikannya

1. Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. Efektif terhadap


dermatofit yang bersifat fungisidal dan fungistatik untuk Candida albican, s tetapi
bersifat fungisidal terhadap Candida parapsilosis. Terbinafin juga efektif terhadap
Aspergillosis sp., Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Sporothrix
schenxkii dan beberapa dermatiaceous moulds (Bellantoni, 2008).

2. Kaspofungin juga efektif terhadap sebagian besar Candida sp., dengan efek
fungisidal yang tinggi, tetapi dengan Candida parpsilosis dan Candida krusei
kurang efektif, dan resisten terhadap Cryptococcus neoformans (Wu, 2004).

3. Pada tahun 1970, Arthur Whitefield membuat preparat salep yang mengandung
12% asam benzoate dan 6% asam salisilat. Kombinasi ini dikenal dengan salep
Whitefield. Asam benzoat bekerja sebagai fungistatik, dan asam salisilat sebagai
keratolitik sehingga menyebabkan deskuamasi keratin yang mengandung jamur.
Digunakan untuk mengatasi tinea pedis, dan tinea kruris (Bennet, 2006).

4. Asam undesilenat bersifat fungistatik, dapat juga bersifat fungisidal apabila


terpapar lama dengan konsentrasi yang tinggi pada agen jamur. Tersedia dalam
bentuk salep, krim, bedak spray powder, sabun, dan cairan. Salap asam
undesilenat mengandung 5% asam undesilenat dan 20% zinc undesilenat.

5. Butenafin merupakan golongan benzilamin aktifitas antijamurnya sama dengan


golongan alilamin. Butenafin bersifat fungisidal terhadap dermatofita dan dapat
digunakan untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris dan tinea pedis,
dioleskan 1 kali sehari selama 4 minggu (Gupta, 2002).

6. Siklopiroks olamin adalah antijamur sintetik hydroxypyridone, bersifat


fungisidal, sporisida dan memiliki penetrasi yang baik pada kulit dan kuku.
Siklopiroks efektif untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis,
onikomikosis, kandidiasis kutaneus dan pitiriasis versikolor (Huang, 2004).
7. Prophylen glycol (50% dalam air) telah digunakan untuk mengatasi pitiriasis
versikolor. Prophylen glycol 4-6% sebagai agen keratolitik, yang secara in vitro
bersifat fungistatik terhadap Malassezia furfur kompleks (bentuk dari
Pityrosporum spp). Solusio propylene glycolurea- asam laktat juga telah digunakan
untuk onikomikosis (Huang, 2004).

8. Pada umumnya golongan azol bekerja menghambat biosintesis ergosterol yang


merupakan sterol utama untuk mempertahankan integritas membran sel jamur.
Bekerja dengan cara menginhibisi enzim sitokrom P 450, C-14-α-demethylase yang
bertanggung jawab merubah lanosterol

menjadi ergosterol, hal ini mengakibatkan dinding sel jamur menjadi permeabel
dan terjadi penghancuran jamur (Ashley et.al., 2006).

Anda mungkin juga menyukai