Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KUALITATIF SENYAWA TURUNAN ALKOHOL, FENOL, BAHAN


DASAR SALEP

Disusun oleh

Muhamad Anjelin Sutiawan (31117026)

Farmasi 3A

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAHTINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA
A. NO. PRAKTIKUM : 01
B. HARI/TANGGAL : Senin, 02 September 2019
C. NO. SAMPEL : 163 dan 381
D. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Menganalisis preparasi sampel zat organic dalam sediaan farmasi
b. Menganalisis dan mengidentifikasi sediaan farmasi
c. Menetapkan kemurnian dan mutu dari bahan yang dipakai dalam farmasi terutama
bahan obat-obatan sehingga menghindari pemalsuan

E. TINJAUAN PUSTAKA

Alkohol mempunyai ikatan yang mirip air dan terdiri dari molekul polar. Karena
alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul-molekulnya, maka titik didih
alkohol lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter, yang bobot molekulnya
sebanding. Alkohol berbobot rendah larut dalam air, kelarutan ini disebabkan oleh ikatan
hidrogen antara alkohol dan air.
Turunan alkohol terutama digunakan untuk:
1. Antiseptik pada pembedahan dan pada kulit, misalnya etanol dan
isopropylalkohol.
2. Pengawet, contohnya benzyl alkohol, fenitil alkohol dan klorbutanol.
3. Mensterilkan udara dalam bentuk aerosol, contohnya etilen glikol,
propilenglikol dan trimetilen glikol. (Fessenden, 1986)

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok (Dirjen POM, 1995).
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok
yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci
dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar
salep tertentu (Dirjen POM, 1995).
Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin
putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan
kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan
kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan
terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mongering dan tidak tampak berubah
dalam waktu lama (Dirjen POM, 1995).
Dasar salep serap dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama
terdiri atas dasar salep yang dapet bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak (Parrafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas
emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan
(Lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien (Dirjen POM, 1995).

PROSEDUR KERJA

Cara Kerja Sampel No.163

Organoleptis Penegasan
-Bau

-Rasa Sample + reagen molisch

-Warna = Kuning kehijauan

-Kelarutan

Cara Kerja Sampel No.381

Organoleptik Sampel + CHCl3 + As. Anhidrat Sampel + CHCl3 + H2SO4


Lapisan atas dan Lapisan Bawah
-Bau

-Rasa Hijau Kuning Agak hijau

-Warna (+) Adeps Lanae (+) Vaselin (+) Vaselin


Album Flavum
-Kelarutan

Coklat merah Orange Ungu,


cincin hijau (+) Pinggiran
Vaselin hijau (+)
(+) Adeps Vaselin
Album
Lanae Flavum
HASIL PENGAMATAN
No. sampel: 163
No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan Prediksi
1. Uji pendahuluan:
 Bentuk  Larutan Gliserin, Metanol
 Bau  Bau Khas
 Warna  Bening

2. Uji golongan Sampel berubah warna Gliserin, Metanol


Sample + CuSo4 + menjadi biru
NaOH
Warna menjadi kuning Aquades
Sample + K2Cr2O7

No. sampel: 381

No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan Prediksi


1. Uji pendahuluan
 Bentuk  Padat
 Warna  Kuning Adeps Lanae
 Bau  Bau Khas
2. Uji golongan
Sample + ChCl3 + Terbentuk warna hijau Adeps Lanae
As.Anhidrat + H2So4

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, pertama yang harus dilakukan adalah uji organoleptis.
Pada uji organoleptis ini kita bisa mengetahui bentuk, warna, rasa dan bau dari sampel
tersebut secara kasat mata. Yang kedua dengan melakukan uji golongan, sampel tersebut
masuk ke golongan alcohol, fenol atau matriks. Yang ketiga dilakukannya uji penegasan,
sampel tersebut diuji kembali dengan menegaskan bahwa sampel tersebut berada pada
golongan alcohol, fenol dan matriks.

Pada sampel no.163, yang pertama dilakukan dengan uji organoleptic yang
menghasilkan warna bening dan bentuk cairan. Secara kasat mata sudah diketahui bahwa
sampel tersebut ada pada golongan alkohol. Setelah itu, dilakukan uji golongan sekaligus
penegasan dengan mencampurkan zat + CuSo4 + NaOH menghasilkan warna agak Biru.
Pada pengujian yang kedua dengan mencampurkan zat + K2Cr2O7 menghasilkan warna
ungu . Setelah dilakukan semua prosedur didapatkan hasil bahwa sampel dengan no 163
yang diduga adalah Gliserin dan Metanol. Perubahan-perubahan warna yang terjadi pada
pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa akibat dari sampel bereaksi dengan larutan
senyawa garam dan basa sehingga terjadi perubahan yang sesuai dengan kelarutan yang
sama seperti halnya diduga gliserin. Dan seharusnya sample yang benar adalah nipagin.

Pada sampel yang kedua dengan nomor 381, yang pertama dilakukan yaitu uji
organoleptis. Dari uji organoteptis ini menghasilkan warna kuning, bentuk padat; kental;
lengket, bau khas. Setelah itu, dilakukan uji golongan sekaligus penegasan dengan
menggunakan reaksi zat + ChCl3 + As.Anhidrat + H2So4. Hasil yang di dapat menjadi
larutan yang berwarna hijau percis sama dengan hasil yang diinginkan, itu artinya sampel
positif yang diduga Adeps Lanae. Dapat dinyatakan bahwa sama halnya dengan kelarutan
yang di uji mudah larut dalam ChCl3 atau yang disebut Kloroform.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa pada sample pertama menjawab gliserin maupun


metanol salah, dan yang seharusnya nipagin karena telah di serbukan. Dan sample
kedua dengan no 381 yaitu Adeps Lanae.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, J, S & Fessenden, R, J. 1994. Kimia Organik Edisi III jilid 2. Erlangga :
Jakarta.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi Keempat . Jakarta : Departemen


Kesehatan RI.

DIRJEN POM RI (1995). Farmakope Indonesia Edisi Empat : Jakarta Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai