Anda di halaman 1dari 11

ACARA VI

METODE PENYAMBUNGAN BATANG BAWAH DAN BATANG ATAS


TANAMAN PERKEBUNAN

A. Pelaksanaan Praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 27 Februari 2019
Tempat : Kebun Percobaan UPN “Veteran” Yogyakarta, Fakultas Pertanian
di Wedomartani

B. Tujuan Acara
1. Praktek penyambungan batang bawah dan batang atas tanaman kopi,
karet, dan kakao dengan berbagai metode
2. Menentukan metode penyambungan yang terbaik

C. Tinjauan Pustaka
Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah
sebagai berikut :
Kigdom : Plantae
Subkigdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp. ( Cofffea arabica L., Coffea canephora, Coffea
liberica, Coffea excels)
Kopi jenis arabika, robusta, dan liberika merupakan jenis kopi yang
terdapat di Indonesia. Akan tetapi, kopi yang banyak dibudidayakan di

46
47

Indonesia adalah kopi jenis arabika dan robusta. Untuk kopi jenis arabika
dianjurkan curah hujan sekitar 1000-1500 mm pertahun, sedangkan kopi
robusta maksimal 2000 mm pertahun. Suhu lingkungan untuk kopi arabika
sekitar 16-22°C, sementara robusta mampu beradaptasi dengan suhu sekitar
20-28°C. Kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian 800-1500 meter dpl,
sedangkan kopi robusta dapat tumbuh pada ketinggian 400-800 meter dpl.
Tingkat keasaman atau derajat keasaman (ph) tanah yang dianjurkan
untuk tanaman kopi sekitar 5,5-6,5 (Indrawanto, 2010).
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan tanaman perkebunan
di lahan kering, dan jika diusahakan secara baik dapat berproduksi tinggi
serta menguntungkan secara ekonomis. Sebagai salah satu tanaman yang
dimanfaatkan bijinya, maka biji kakao dapat dipergunakan untuk bahan
pembuat minuman, campuran gula-gula dan beberapa jenis makanan lainnya
bahkan karena kandungan lemaknyatinggi biji kakao dapat dibuat cacao
butter / mentega kakao, sabun, parfum dan obat-obatan (Siregar, 1989).
Klasifikasi tanaman kakao menurut Cronquist (1981) adalah sebagai
berikut
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
Tanaman kakao dapat tumbuh sampai ketinggian tempat maksimum
1200 mdpl, ketinggian tempat optimum adalah 1-600 m dpl dengan
kemiringan lereng maksimum 400. Untuk tanaman kakao tingkat curah hujan
yang baik per tahun berkisar antara 1500-2500 mm. Tanaman kakao akan
tumbuh baik pada suhu 180-320C. Kemasaman tanah (pH) optimum 6.0-6.5.
Kakao merupakan tanaman tropis yang suka akan naungan. Jika tanaman
48

kakao mendapatkan sinar matahari terlalu banyak akan mengakibatkan


tanaman relatif pendek dan batang menjadi kecil (Poedjowidodo, 1996).
Menurut Strasburgers (1964) taksonomi karet, yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub class : Tricoccae
Familli : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.
Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai
30-40 m. sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat
menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat
menyebar sejauh 10 m. Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata,
berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Curah hujan yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2500 mm/tahun, optimal
antara 2500-4000 mm/ tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan.
Kegiatan tempat untuk pertumbuhan tanaman karet adaah 0-600 m dpl, dan
optimal pada ketinggian 200 m dpl. Suhu yang baik untuk pertumbuhan
tanaman karet adalah 20-30 C dengan kelembapan 75-95 % dan kecepatan
angin tidak terlalu kencang karena dapat mengakibatkan batang atau pohon
tumbang. Tanaman karet tumbuh pada jenis tanah misalnya tanah vulkanis
umumnya memiliki sifat yang cukup baik, terlihat dari struktur, tekstur,
solump, kedalam air tanah tanah, aerasi dan drainase tetapi sifat kimianya
kurang baik karena kandungan rendah. Reaksi tanah yang umumnya pH 3-8
(Setyamidjaja,1982).
Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas
(Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara
vegetatif. Pada teknik perbanyakan secara Budding perlu disediakan bagian
tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang
49

bawah (dari tanaman sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman
yang produksinya diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang
memiliki ketahanan terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain
sebagainya (Andoko, 2005).
Menyambung adalah menempatkan atau menyambung bagian tanaman
ke bagian lainnya sehingga tercapai persenyawaan yang membentuk tanaman
baru. Seperti halnya pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak
mengubah susunan genetis tanaman baru dan sama dengan tanaman induk.
Menyambung ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah,
memperbaiki bagian tanaman yang rusak, dan untuk memperbaiki sifat
batang atas ( Jumin,2008).
Metode penyambungan yang umum dilakukan adalah sambung pucuk
(grafting), sedangkan teknik yang banyak dilakukan dengan hasil baik adalah
sambung celah (cleft graft) dan sambung baji (webge graft). Penyambungan
dilakukan dengan cara menyelipkan batang atas pada belahan batang bawah.
Pangkal entres dimasukkan sepenuhnya dalam celah batang bawah sehingga
tidak tersisa rongga yang dapat menghambat proses penyatuan sambungan.
Pembalutan sambungan dimulai dari bagian yang disambung sampai ujung
entres dengan dililit lembaran plastik lebar 3- 5 cm, kecuali bagian ujung
entres. Pembalutan dimulai dari bawah ke atas, dilakukan secara hati-hati
sehingga tidak ada celah yang terbuka, terutama pada bagian yang
disambung. Daun yang tersisa dipotong sebagian atau dua pertiga bagian
(Ruskandi, 2009).
Salah satu faktor yang penting dan perlu diperhatikan pada saat grafting,
salah satunya adalah ukuran diameter batang dari kedua ketela pohon yang
akan disambung. Di dalam pemilihan diameter batang keduanya harus
berukuran sama atau mendekati sama, yang terpenting jangan sampai terdapat
selisih yang besar pada ukuran tersebut. Pemilihan mata tunas saat budding
harus tepat agar mata tunas tersebut bersenyawa dengan bidang keratan dan
tumbuh dengan baik (Fuller, 2005).
50

Keberhasilan teknik penyambungan sangat dipengaruhi oleh


kompatibilitas antara dua jenis tanaman yang disambung. Pada umunya
semakin dekat keakraban anatar dua tanaman yang disambung maka
kecepatan pertumbuhan batang atas dan presentasi keberhasilan dari
penyambungan ditentukan pula oleh kecepatan terjadinya pertautan antara
batang atas dan batang bawah. Pertautan ini akan ditentukan oleh proses
pembelahan sel pada bagian yang akan bertautan. Gagalnya penyambungan
dengan persentase yang tinggi merupakan salah satu gejala timbulnya
ketidaksesuaian antara batang atas dan batang bawah seperti pada hasil
penyambungan entris mini pada semaian batang bawah nyamplung. Jika
produksi entris mini dilakukan melalui perbanyakan stek pucuk secara
invitro, maka masalah lambatnya pertumbuhan semaian batang bawah dapat
sekaligus memperkecil ukuran entris mini tersebut (Adit, 2012).
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara
vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan
dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk lalu
dimasukkan atau ditempelkan dibagian batang bawah yang sebagian kulitnya
telah dikelupas (membuat jendela) dengan membentuk huruf T tegak, T
terbalik, H, U tegak dan U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat
selama beberapa waktu sampai kedua tanaman bergabung menjadi satu
tanaman baru. Menyatukan kedua tanaman ini setelah tumbuhnya kallus dari
kedua tanaman tersebut. Pengelupasan kulit batang bawah dan pengambilan
mata tunas (entres) harus menggunakan pisau okulasi (Sipayung, 2015).
Teknik okulasi merupakan teknik penempelan mata tunas dari tanaman
batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dalam okulasi
batang bawah disebut rootstoc dan batang atas disebut entres. Dengan cara ini
akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu
yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan
utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi. Pada
proses pengokulasian ini terdapat dua bagian yang penting yaitu batang atas
dan batang bawah. Kriteria batang bawah untuk dijadikan sebagai bahan
51

okulasi adalah merupakan induk yang diperoleh dari pembiakan generatif


yang masih muda. Sedangkan untuk batang atas bagian tanaman yang diambil
adalah yang sudah tua. Tanaman batang atas harus diketahui asalnya untuk
mempermudah menentukan hasil akhir okulasi serta bagian atas yang diambil
memiliki empat payung,pucuk tanaman dalam keadaan tua (Wiryanta, 2003).
Prinsip dari okulasi adalah melekatnya kambium suatu jenis tanaman
dengan jenis tanaman lain agar berpadu satu dan hidup. Okulasi sebaiknya
dilakukan pada awal musim hujan. Karena pada saat ini kambium dapat
mempertahankan diri tidak segera menjadi kering. Demikian pula dengan
mata tunas yang ditempelkan. Sedangkan pada musim kemarau, mata tunas
yang dikerat harus segera ditempelkan ke batang yang sebelumnya sudah
dibuat pada pola keratannya. Untuk okulasi yang dilakukan pada batang
bawah, biasanya dipilih dari jenis tanaman varietas lokal yang sudah berumur
sekitar 1 tahun, dan yang memiliki pertumbuhan baik, sehat serta memiliki
kulit batang yang mudah dikelupas (Abidin, 2001).
52

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pisau okulasi
b. Plastik wrap
c. Label
d. Tali rafia
2. Bahan
a. Bibit tanaman kopi
b. Bibit tanaman kakao
c. Bibit tanaman karet

E. Cara Kerja
1. Buat jendela okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm.
2. Persiapkan mata okulasi.
3. Pisahkan kayu dari kulit (perisai).
4. Masukkan perisai kedalam jendela.
5. Membalut, menggunakan plastik wrap atau tali rafia.
6. Setelah 3 minggu, balut dibuka. Jika perisai digores sedikit masih hijau
segar, maka okulasi berhasil.
7. Bila bibit akan di pindahkan potonglah miring batang bawah ± 10 cm.
8. Bibit okulasi yang dipindahkan dapat berbentuk stum mata tunas, stum
tinggi, stum mini, dan bibit polybag.
9. Lakukan penyambungan dengan metode lain.

F. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1. Pengamatan Okulasi dan Grafting
Okulasi Grafting
Parameter
Kopi Kakao Karet
PersentaseHidup 0% 0% 0%
Sumber: Pratikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan perkebunan 2019
53

G. Pembahasan
Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas
(Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara
vegetatif. Pada teknik perbanyakan secara Budding perlu disediakan bagian
tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang
bawah (dari tanaman sejenis). Metode penyambungan yang umum dilakukan
adalah sambung pucuk (grafting), sedangkan teknik yang banyak dilakukan
dengan hasil baik adalah sambung celah (cleft graft) dan sambung baji
(webge graft). Keberhasilan teknik penyambungan sangat dipengaruhi oleh
kompatibilitas antara dua jenis tanaman yang disambung. Pada umunya
semakin dekat keakraban anatar dua tanaman yang disambung maka
kecepatan pertumbuhan batang atas dan presentasi keberhasilan dari
penyambungan ditentukan pula oleh kecepatan terjadinya pertautan antara
batang atas dan batang bawah.
Prinsip kerja penyambungan yaitu melukai masing-masing cabang yang
akan disambungkan, kemudian bagian yang terluka dilekatkan satu sama
lainnya lalu di ikat, biasanya 2-3 minggu ikatan dilepas. Jika sambungan
berhasil maka kedua bagian menyatu menjadi satu individu. Menyiapkan
bahan tanam yang akan digunakan sebagai batang bawah dan atas dan
memilih batang atas sebasar batang bawah. Batang bawah dipotong setinggi
20-25 cm dari atas permukaan tanah. Potongannya 3-5 cm di atas leher
bongol membentuk huruf V kearah bawah sepanjang 1-1,5 cm serta
memotong batang atas dengan membuat sayatan membentuk baji lancip
sepanjang 1-1,5 cm. Menyambung batang bawah dan atas sampai tertaut
sempurna. Membalut sambungan dengan plastik wrap dan meletakkan
tanaman dibawah naungan atau tempat yang teduh.
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara
vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Teknik okulasi
merupakan teknik penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke batang
bawah yang keduanya bersifat unggul. Prinsip dari okulasi adalah melekatnya
kambium suatu jenis tanaman dengan jenis tanaman lain agar berpadu satu
54

dan hidup. Okulasi sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Karena pada
saat ini kambium dapat mempertahankan diri tidak segera menjadi kering.
Prinsip kerja okulasi tanaman yaitu penempelan sepotong kulit yang
bermata tunas dari suatu tanaman-ke tanaman lainnya. Membuat jendela
okulasi dengan panjang 5-7 cm dan lebar 1-2 cm dan tinggi potongan dari
atas permukaan tanah sekitar 10-15 cm. Mengiris mata tunas hamper sama
dengan pembuatan jendela okulasi. Penyayatan megikut sertakan sedikit
bagian kayu ditandai dengan titik putih yang menonjol. Penempelan dengan
memasukkan mata tunas kejendela okulasi, kemudian langsung ditutup dan
dibalut dengan menggunakan plastik transparan pada bagian atas dan bawah
mata tunas dan dilebihkan sekitar 2 cm.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu
pada okulasi tanaman kopi dan kakao serta grafting pada tanaman karet
berdasarkan persentase hidupnya. Diperoleh presentase hidup okulasi pada
tanaman kopi dan kakao sebesar 0%. Sedangkan grafting pada tanaman karet
yaitu 0%. Hal tersebut dikarenakan ketiga metode ini harus dilakukan dengan
teliti dan hati-hati agar dapat berhasil. Faktor yang mempengaruhi
ketidakberhasilan penggunaan metode grafting dan okulasi ini yaitu pisau
yang digunakan kurang tajam sehingga bagian yang terpotong tidak simetris
atau kehalusan sayatan kurang, pisau juga terkena getah dari batang tanaman
tersebut sehingga tidak steril karena seharusnya pisau yang digunakan untuk
memotong dan menyayat harus bersih dan steril, bagian yang terpotong atau
entres juga tersentuh oleh tangan praktikan karena seharusnya tidak boleh
tersentuh, dalam pengikatan dengan menggunakan plastik wrap kurang
kencang sehingga tanaman mudah goyah dan memungkinkan jamur masuk
kedalamnya, dan pada saat pemotongan batang atas dan batang bawah tidak
serasi sehingga saat disambung tidak rapat atau terdapat rongga
mengakibatkan proses perekatan tanaman terganggu.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan grafting dan
okulasi adalah tanaman yang akan di grafting dan okulasi harus berasal dari
tanaman yang varietasnya sama dan batang atas maupun bawah harus sehat
55

terhindar dari serangan hama dan penyakit, mata tunas atau entres harus
sehat, hijau, segar dan masih muda. Dari faktor lingkungan waktu yang tepat
untuk melakukan kedua metode tersebut ialah pada pagi hari, antara jam
07.00-11.00 pagi, karena pada saat tersebut tanaman sedang aktif
berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan
optimum. Jika kedua medote tersebut dilakukan terlalu siang amka daun pada
tanaman akan mudah layu. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan
melakukuan kedua metode tersebut di tempat yang teduh, terhindar dari sinar
matahari langsung. Temperatur atau suhu optimum yang dibutuhkan yakni
sekitar 25-300C dan kelembaban tinggi sekitar 80%. Pada saat melakukan
kedua proses ini sering terjadi hujan sehingga suhu udara rendah yang
akhirnya menghambat penyatuan batang atas dan bawah serta pengikatan
mata tunas kebatang tanaman lainnya. Selain itu perawatan kurang baik oleh
praktikan yaitu kurangnya dalam hal penyiraman atau tidak teratur dalam
menyiram.

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas
(Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara
vegetatif. Pada teknik perbanyakan secara Budding perlu disediakan bagian
tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang
bawah (dari tanaman sejenis). Sedangkan Okulasi atau budding adalah teknik
memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua
tanaman atau lebih. Teknik okulasi merupakan teknik penempelan mata tunas
dari tanaman batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat unggul.
Faktor keberhasilan dengan kedua metode tersebut meliputi kebersihan alat
yang digunakan, keserasian sambungan, kehalusan sayatan, pemilihan mata
tunas, waktu penyambungan, temperatur, kelembaban, cahaya, dan
pelaksanaan penyambungan dan penempenalan.
56

DAFTAR PUSTAKA

Firman, C. dan Ruskandi. 2009. Teknik pelaksanaan percobaan pengaruh


naungan terhadap keberhasilan penyambungan tanaman jambu mete
(Anacardium occidentale L.). Jurnal Teknik Pertanian. 14 (1): 1 – 3.

Jumin, H. B. 2008. Dasar-dasar Agronomi. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo.


Persada. Jakarta.

Poedjiwidodo, M. S., 1996. Sambung Samping Kakao. Trubus Agriwidya, Jawa


Tengah

Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, dan S.J. Munarso.


2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perekebunan. Bogor. 70 hlm.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya: Jakarta.

Rahardja, Parto dan Wahyu Wiryanta. 2003. Aneka Cara Memperbanyak


Tanaman.Agromedia Pustaka. Bandung.

Setiawan dan Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia


Pustaka. Jakarta.

Setyamidjaja, 1993. Karet budidaya dab Pengolahan, Kanisius, Jakarta

Sipayung, Patricius. 2015. Penuntun Praktikum Pembiakan Vegetatif. Fakultas


Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Medan.

Siregar, T.H.S, Riyadi. S, Nuraeni L. 1989. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran


Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta. 170 Hal

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM


Press, Yogyakarta.

Zainal. 2001. Dasar-dasar tentang Pembiakan Vegetatif. Angkasa Pustaka.


Bandung.

Anda mungkin juga menyukai