Disusun Oleh:
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun sebagai bentuk tanggung
berbagai pihak. Maka, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
3. Orang Tua Penulis dan Semua pihak yang telah membantu penulis menyusun
makalah ini.
akhir ini, namun penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis mengharapkan koreksi, kritik, dan saran dari pembaca sebagai masukkan
pembaca dan penulis serta dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para
Penulis
(Amsor Chairuddin)
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
NASIONAL ..................................................................................... 4
iii
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 4.23 Pendapatan Per Kapita Menurut Provinsi.................................... 34
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah Pembangunan Ekonomi Regional Studi
Empiris di Provinsi Papua Tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui profil umum, kependudukan, profil sosial dan ekonomi pada
Provinsi Papua
2. Mengetahui pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Provinsi Papua
serta hubungan dengan komponen-komponen penyusunnya.
3. Mengetahui posisi Provinsi Papua pada skala nasional dalam aspek
pembangunan ekonomi.
1.3 MANFAAT
Penyusunan makalah ini dapat bermanfaat untuk mengetahui dan
menentukan alternatif arah kebijakan ekonomi kedepan, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung atau
menghambat pembangunan ekonomi di Provinsi Papua.
2
BAB 2
TELAAH PUSTAKA
3
2.2 TUJUAN DAN RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN NASIONAL
2.3.1 Tujuan Pembangunan Nasional
Bagi bangsa Indonesia, secara khusus tujuan pembangunan nasional telah
digariskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk:
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang
bertahap, terencana, terpadu dan berkesinambungan. Undang-undang No. 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun
2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk
mewujudkan Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, dengan
penjelasan sebagai berikut:
Mandiri, berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan
dan kekuatan sendiri.
Maju, berarti tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan sistem
dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap.
Adil, berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk
apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.
Makmur, berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah
terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting
bagi bangsa-bangsa lain.
Visi tersebut diwujudkan melalui 8 (delapan) misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan.
4
2.3.2 Rencana Strategis Pembangunan Nasional
Sesuai Tujuan Pembangunan Nasional, maka Rencana Pembangunan
Nasional diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh
di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Adapun
Rencana Strategis Nasional dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Stabilisasi Politik dan Keamanan
2. Tata Kelola Birokrasi Efektif dan Efesien
3. Pemberantasan Korupsi
4. Pertumbuhan Ekonomi
5. Percepatan Pemerataan dan Keadilan
6. Keberlanjutan Pembangunan
7. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
8. Mengurangi Kesenjangan Antar Wilayah
9. Percepatan Pembangunan Kelautan
Rencana Pembangunan Nasional tersebut dihadapkan dengan tantangan
tiga masalah pokok bangsa, yaitu:
1. Ancaman Terhadap Wibawa Negara
2. Kelamahan Sendi Perekonomian Bangsa
3. Intoleransi dan Krisis Kepribadian Bangsa
5
Berpijak pada kondisi Provinsi Papua saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahun mendatang serta memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh
Provinsi Papua, maka Visi Pembangunan Daerah adalah “Papua yang Mandiri
Secara Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik”, dengan penjelasan sebagai berikut:
Papua yang mandiri, masyarakat Papua yang mampu mewujudkan
kualitas kehidupan yang lebih baik dengan
mengandalkan kemampuan dan kekuatan
Kemandirian sosial, tercermin pada peningkatan kualitas Manusia
Papua serta modal sosial masyarakat asli Papua
sehingga mampu berperan dalam pembangunan
daerah termasuk meningkatkan kualitas hidup
berbasis aset alam lokal yang memperhitungkan
aspek-aspek keberlanjutan.
Kemandirian budaya, ditujukan untuk mengaktualisasikan jati diri,
identitas dan karakter masyarakat asli Papua
berdasarkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan
tatanan aturan dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan dengan tetap memperhatikan
tatanan nasional.
Kemandirian ekonomi, suatu kondisi tercapainya peningkatan dan
pemerataan pemenuhan kebutuhan masyarakat
secara simultan dan berkelanjutan serta mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya
Dalam mewujudkan visi pembangunan Provinsi Papua, ditempuh melalui
5 (lima) misi pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Kemandirian Sosial;
2. Mewujudkan Kemandirian Budaya;
3. Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dan Pengembangan Wilayah;
4. Mewujudkan Kemandirian Politik;
5. Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Asli Papua.
6
2.3.2 Rencana Strategis Pembangunan Provinsi Papua
Rencana strategis dalam mencapai kemandirian secara sosial, budaya,
ekonomi dan politik sesuai dengan sasaran yang diiharapkan, adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan Kualitas SDM
Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia dilakukan untuk
mewujudkan kemandirian sosial. Manusia yang mandiri memiliki tingkat
kecerdasan yang tinggi, kreatif dan inovatif sebagai pelaku pembangunan bagi
kemajuan daerah untuk mencapai kualitas hidup manusia serta memungkinkan
setiap orang dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Kualitas manusia yang bermutu tinggi ditandai dengan meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi lokal Papua,
Indeks Pembangunan Gender (IPG). Pengembangan kualitas SDM ini dilakukan
dengan: perbaikan kualitas pendidikan, pembangunan kesehatan, pelayanan
keluarga berencana, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pemuda
sebagai focus peningkatan budaya dan olah raga.
2. Pemanfaatan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pengembangan IPTEK mencakup upaya penguasaan ilmu pengetahuan
dasar dan terapan, pengembangan ilmu sosial dan humaniora bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat. Disamping itu pengembangan teknologi dan
pemanfaatan hasil penelitian untuk peningkatan kemandirian dan daya saing
penduduk dengan memperhatikan nilai-nilai budaya, agama, etika, kearifan lokal
serta daya dukung dan kelestarian lingkungan. Pengembangan IPTEK diarahkan
pada penyediaan informasi dan teknologi untuk mendukung upaya pembangunan
diberbagai bidang terutama ketahanan pangan, sumber energi, sektor produksi,
pendidikan dan bidang kesehatan. Selain itu, pengembangan SDM IPTEK,
peningkatan anggaran riset dan kebijakan riset lintas sektor.
3. Pembangunan yang Merata dan Adil
Pembangunan yang merata dan adil adalah pembangunan berbasis
kampong dengan prinsip kesetaraan pemenuhan kebutuhan hidup dan
pencapaian kualitas hidup, dimana pemerintah sebagai fasilitator yang memberi
peran utama bagi seluruh masyarakat Papua pada berbagai strata dan wilayah
sehingga mendorong kemandirian masyarakat dan dapat menikmati secara
langsung hasil pembangunan.
7
4. Mewujudkan Kemandirian Budaya
Terciptanya kemandirian budaya adalah sangat penting dimana
masyarakat Papua mampu menyikapi interaksi dengan budaya global secara
percaya diri dan cerdas berdasarkan budaya lokalnya, serta mampu mengelola
perubahan budayanya sehingga menjamin kestabilan sosial dan meningkatkan
harkat dan martabat masyarakat Papua sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
5. Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dan Pengembangan Wilayah
Pembangunan ekonomi Provinsi Papua dikembangkan untuk memperkuat
ekonomi daerah yang berbasis potensi masing-masing wilayah. Hubungan antar
wilayah/kampung perlu didorong dengan membangun keterkaitan sistem produksi,
distribusi, dan pelayanan antar wilayah/daerah yang kokoh serta
berkesinambungan.
6. Pembangunan Infrastruktur
Dalam rangka pengembangan wilayah yang akan mendorong peningkatan
kemandirian ekonomi daerah, harus didukung oleh infrastruktur yang dapat
menghubungkan berbagai wilayah di Papua dengan tetap memperhatikan
keberlanjutan lingkungan dan alam Papua.
7. Mewujudkan Masyarakat yang Demokratis
8. Mewujudkan Masyarakat Papua Aman dan Damai berdasar Hukum
8
2.3.1 Ukuran Indikator Pembangunan Ekonomi
Tingkat kemajuan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur
menggunakan indikator pembangunan ekonomi. Manfaat utama dari indikator
tersebut adalah agar dapat digunakan untuk memperbandingkan tingkat kemajuan
pembangunan atau tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah atau negara
dan mengetahui corak pembangunan setiap negara atau suatu wilayah. Indikator-
indikator tersebut dapat bersifat fisikal, ekonomi, sosial, dan politik. Berikut ini
dibahas beberapa indikator keberhasilan pembangunan yang dikelompokkan
menjadi tiga indikator yaitu: indikator moneter, indikator no-nmoneter, dan indikator
campuran.
1. Indikator Moneter
Indikator Moneter dapat dikatakan indikator atas kinerja perekonomian
secara keseluruhan atau biasa disebut pedapatan per kapita. Pendapatan per
kapita merupakan indikator yang paling sering digunakan sebagai tolok ukur
tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Beberapa ekonom
memandang bahwa pendapatan per kapita bukanlah indikator yang terbaik untuk
menilai kinerja pembangunan suatu negara, karena seperti telah disinggung di
muka pembangunan bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil saja,
tetapi juga harus disertai oleh perubahan sikap dan perilaku masyarakat yang
sebelumnya menjadi penghambat kemajuan-kemajuan ekonomi. Namun
demikian, meskipun pendekatan pendapatan per kapita ini dianggap memiliki
kelemahan yang cukup mendasar sebagai indikator keberhasilan pembangunan,
pendekatan ini masih relevan dan sering digunakan serta mudah untuk dipahami.
Kelebihan utama dari pendekatan ini adalah karena difokuskan pada
esensi pokok dari pembangunan yaitu meningkatnya standar dan kualitas hidup
masyarakat serta berkurangnya angka kemiskinan. Dengan kata lain, pendapatan
per kapita bukanlah sebuah indikator ukuran (proxy) yang buruk dari struktur
ekonomi dan sosial masyarakat.Pendapatan per kapita juga merupakan salah satu
variabel penting dalam pembahasan ekonomi makro. Selain digunakan sebagai
indikator tingkat kemakmuran masyarakat suatu negara, pendapatan per kapita
juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara dari
masa ke masa, melihat struktur perekonomian suatu negara, serta
membandingkan kinerja perekonomian satu negara dengan negara-negara lain.
9
2. Indikator Non-moneter
Indikator Non-moneter membandingkan tingkat kesejahteraan setiap
negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter (nonmonetary
indicators), indikator ini terdiri dari 2 indikator utama, yaitu:
a. Indikator sosial, meliputi jumlah kendaraan bermotor, tingkat
elektrivikasi, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang bersekolah, dan
sebagainya.
b. Indikator kualitas hidup, meliputi Indeks Harapan Hidup (IHH), indeks
kematian bayi, dan indeks melek huruf.
3. Indikator Campuran
Indikator Campuran merupakan indicator gabungan antara indikator social
dan indicator ekonomi. Pada indikator campuran ada dua indicator utama yang
digunakan yaitu Indikator Susenas Inti dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pada tahun 1992, Badan Pusat Statistik (BPS) mengembangkan suatu indikator
kesejahteraan rakyat yang disebut Indikator Susenas Inti (Core Susenas).
Indikator Susenas Inti ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Pendidikan, dengan indikator: tingkat pendidikan, tingkat melek huruf,
dan tingkat partisipasi pendidikan.
b. Kesehatan, dengan indikator: rata-rata hari sakit dan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
c. Perumahan, dengan indikator: sumber air bersih dan listrik, sanitasi,
dan kualitas tempat tinggal.
d. Angkatan Kerja, dengan indikator: partisipasi tenaga kerja, jumlah jam
kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
e. Keluarga Berencana dan Fertilitas, dengan indikator: penggunaan ASI,
tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan
penggunaan alat kontrasepsi.
f. Ekonomi, dengan indikator: tingkat konsumsi per kapita.
g. Kriminalitas, dengan indikator: angka kriminalitas per tahun.
h. Perjalanan wisata, dengan indikator: frekuensi perjalanan wisata per
tahun.
i. Akses ke media massa, dengan indikator: jumlah surat kabar, jumlah
radio, dan jumlah televisi.
10
Sejak tahun 1990, United Nations for Development Program (UNDP)
mengembangkan sebuah indeks kinerja pembangunan yang kini dikenal sebagai
Indeks Pembangunan Manusia atau IPM (Human Development Index). Nilai IPM
ini diukur berdasarkan tiga indikator sebagai acuannya yaitu:
a. Tingkat harapan hidup,
b. Tingkat melek huruf, dan
c. Pendapatan riil per kapita berdasarkan kemampuan daya beli.
11
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
12
3.1 METODE ANALISIS
Metode yang digunakan dalam analisis ini akan digambarkan dengan
bagan alur/flowchart untuk memudahkan analisis. Adapun bagan alur/flowchart
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang terjadi pada ilmu ekonomi, dimana ilmu ekonomi
tradisional tidak menjawab pertanyaan “dimana” ekonomi berlangsung, maka
untuk melihat pembangunan ekonomi di Provinsi Papua diperlukan ilmu ekonomi
regional wilayah.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan pengumpulan dan mempelajari peraturan
peraturan, pedoman yang berlaku, publikasi seperti jurnal ilmiah, textbook,
proceeding seminar/kolokium dan lain-lain terkait dengan analisa. Termasuk juga
mempelajari studi terdahulu yang dapat menunjang analisa.
13
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data statistik yang
diperlukan untuk mengetahui pembangunan wilayah. Berdasarkan sumber
datanya yaitu data primer dan data sekunder. Data yang dipakai dalam
penyusunan makalah ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), berbagai
laporan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, publikasi (textbooks, jurnal
ilmiah dan sejenisnya) termasuk laporan studi terkait lainnya. Data-data yang
dibutuhkan terkait dengan analisa antara lain:
a. data profil pemerintah daerah;
b. data populasi dan keadaan wilayah;
c. data pendapatan per kapita;
d. data Indeks Pembangunan Manusia (IPM);
e. data Umur Harapan Hidup (UHH);
f. data harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah;
g. data pengeluaran perkapita;
h. data angka kemiskinan, serta;
i. data kesenjangan ekonomi.
14
7. Posisi Provinsi Papua di Tingkat Nasional
Posisi Provinsi Papua di Tingkat Nasional Profil Provinsi Papua didapat
dengan membandingkan capaian pembangunan ekonomi wilayah di Provinsi
Papua dengan capaian pembangunan ekonomi nasional di Indonesia
15
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
4.4.1 Pemerintahan
Profil pemerintahan Provinsi Papua disebutkan sebagai berikut:
a. Gubernur : Lukas Enembe (2013 – Sekarang)
b. Wakil Gubernur : Klemen Tinal
c. Ketua DPRD : Yunus Wonda
d. Sekretaris Daerah : Titus Emanuel Adopehan Herry Dosinaen
3.40 3.32
3.27
3.30 3.21
3.20 3.15
3.09
3.10 3.03
2.97
3.00 2.92
2.90 2.00% 1.97% 1.93% 1.89% 1.85% 1.81%
2.80 1.77% 1.73% 1.68% 1.63%
2.70
2.60
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
Pertumbuhan Penduduk
17
produktif diproyeksikan mengalami pertumbuhan, baik dari jumlah maupun
presentase pertumbuhannya. Berikut digambarkan jumlah penduduk usia
produktif dan tidak produktif pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 ini:
2.89 2.91
3.00 2.81 2.84 2.86
2.72 2.75 2.78
Jumlah Penduduk (Juta Jiwa)
2.65 2.68
2.57 2.61
2.48 2.53
2.39 2.44
2.50 2.29 2.34
2.00
1.50
1.19 1.20 1.22 1.23
1.11 1.12 1.13 1.14 1.16 1.17
1.03 1.04 1.05 1.05 1.06 1.07 1.08 1.09
1.00
0.50
0.00
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Tahun
1.45%
1.38%
1.50% 1.29% 1.21% 1.22% 1.23% 1.26% 1.29% 1.29% 1.31%
1.19% 1.13%
1.09% 1.12% 1.16% 1.06%
0.94% 0.97% 0.99%
0.91% 0.84%
0.83% 0.84% 0.90%
1.00% 0.71% 0.76% 0.77%
0.62%
0.50%
0.00%
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Tahun
20
Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota
Merauke 47,406.90
Jayawijaya 2,331.19
Jayapura 14,390.16
Nabire 4,549.75
Kepulauan Yapen 4,936.37
Biak Numfor 13,017.45
Paniai 20,686.54
Puncak Jaya 2,446.50
Mimika 2,300.37
Boven Digoel 24,665.98
Mappi 23,178.45
Asmat 24,687.57
Yahukimo 15,057.90
Pegunungan Bintang 14,655.36
Tolikara 6,149.67
Sarmi 13,965.58
Keerom 9,015.03
Waropen 5,381.47
Supiori 634.24
Mamberamo Raya 28,034.87
Nduga 5,825.22
Lanny Jaya 3,439.79
Mamberamo Tengah 3,384.14
Yalimo 3,658.76
Puncak 5,618.84
Dogiyai 4,522.15
Intan Jaya 9,336.60
Deiyai 2,325.88
Kota Jayapura 950.38
Provinsi Papua 316,553.07
Sumber: papua.bps.go.id
21
4.2 CAPAIAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA
4.4.1 Pendapatan Perkapita
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi pertumbuhan
ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan
PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai dasar. Pendapatan per kapita Papua dalam kurun waktu 8 tahun (2010-
2017) mengalami pertumbuhan signifikan sebesar Rp19,90 juta per kapita dari
Rp38,79 juta per kapita menjadi Rp58,68 juta perkapita atau naik sekitar 51,31%.
PDRB harga berlaku dan harga konstan Provinsi Papua digambarkan sebagai
berikut:
58,684.09
60,000.00 54,732.74
47,726.07
50,000.00 43,134.25
38,785.11 37,111.15 37,935.01 40,513.65
14.68%
40,000.00 10.65%
30,000.00 6.80% 6.47% 7.22%
2.22%
20,000.00
-4.32%
10,000.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi (Harga Berlaku)
PDRB Perkapita
22
PDRB Perkapita Harga Konstan 2010
PDRB Perkapita (Ribu Rupiah) 50000 44340.94 45578.69
41376.97
38785.11 38621.36 39271.88
40000 36383.24 36280.03
10000 -6.19%
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Pertumbuhan PDRB (Harga Konstan 2010)
PDRB Harga Konstan 2010
23
IPM Papua
61 60.06
60 59.09
59 58.05
58 57.25
56.75
57 56.25 1.79%
55.55
IPM
56 1.64%
55.01
55 54.45 1.40%
1.26%
54
53 1.03% 0.98%
0.89% 0.88%
52
51
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Pertumbuhan IPM
IPM Papua
40
30
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
PAPUA INDONESIA
63.5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
69.81
70
68
65.09 65.12 65.14 65.36
66 64.46 64.6 64.76 64.84
64.31
64
62
60
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
UHH Indonesia UHH Papua
10
9.94 9.95 10.23 10.54 10.83
8.92 9.11 9.58
5 8.57
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
PAPUA INDONESIA
PAPUA INDONESIA
27
Pengeluaran Per kapita Per tahun
4000
2000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
PAPUA INDONESIA
25
1.21% 2.84% 2.16% 0.00%
20 -1.95% -4.13% -2.25%-1.19%0.36%
15 -9.07%
-13.10% -11.83%
10
5
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Kenaikan/Penurunan
Presentase Penduduk Miskin
29
Perbandingan Presentase Penduduk Miskin
50
40.78
40 37.08 37.53 36.8
31.98 30.66 31.53
27.8 28.4 28.4 27.76 27.43 27.53
30
20 16.58 15.42
14.15 13.33 12.49
11.66 11.47 10.96 11.13 10.7 10.12 9.66
9.41
10
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
PAPUA INDONESIA
0.30
8.09% 4.77% 3.19% 1.79% 2.60%
1.21% 0.68%
0.20 -3.55%
-5.90%
-3.27%
-7.69% -7.36%
0.10 -16.60%
0.00
2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Kenaikan/Penurunan Gini Ratio
Gini Ratio Papua
30
4.3 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah idealnya sejalan dengan
pembangunan ekonomi di daerah tersebut. Namun, dalam ilmu ekonomi regional
tidak menutup kemungkinan peningkatan pendapatan per kapita tidak dibarengi
dengan komponen-komponen pembangunan ekonomi jika peningkatan
pendapatan tersebut terjadi secara tidak merata. Untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana hubungan angka pendapatan per kapita dengan komponen-komponen
pembangunan ekonomi di Provinsi Papua, perlu membandingkan pendapatan per
kapita dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pendapatan per kapita
dengan angka kemiskinan, serta pendapatan per kapita dengan kesenjangan
ekonomi di Provinsi Papua.
70.00
56.25 56.75 57.25 58.05 59.09
54.45 55.01 55.55
60.00
50.00 54.73 58.68
40.00 47.73
43.13
38.79 37.11 37.94 40.51
30.00
20.00
10.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
PDRB (Juta Rupiah per Tahun) IPM
32
Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan Kesenjangan
0.70
0.59
0.60 0.55
0.48
0.50 0.41 0.43
0.39 0.37 0.38
0.40
0.42 0.44 0.44 0.42
0.41 0.41 0.39 0.40
0.30
0.20
0.10
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
33
Posisi Pendapatan Per Kapita Per Tahun (Juta Rupiah)
70.00 58.68
54.73
60.00 47.73
50.00 40.51 43.13
38.79 37.11 37.94
40.00 51.90
45.10 48.00
30.00 41.90
35.10 38.40
20.00 32.40
28.80
10.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
PAPUA INDONESIA
34
4.4.2 Posisi IPM Papua di Tingkat Nasional
IPM Papua jika dibandingkan di tingkat nasional masih dibawah rata-rata
nasional, meskipun pertumbuhan IPM Papua positif namun masih tergolong
rendah. Bahkan pada Tahun 2017 Provinsi Papua menempati posisi terbawah
dalah hal Indeks Pembangunan Manusia ini. Berikut digambarkan posisi IPM
Papua di Tingkat Nasional:
INDONESIA 70.81
PAPUA 59.09
PAPUA BARAT 62.99
MALUKU UTARA 67.2
MALUKU 68.19
SULAWESI BARAT 64.3
GORONTALO 67.01
SULAWESI TENGGARA 69.86
SULAWESI SELATAN 70.34
SULAWESI TENGAH 68.11
SULAWESI UTARA 71.66
KALIMANTAN UTARA 69.84
KALIMANTAN TIMUR 75.12
KALIMANTAN SELATAN 69.65
KALIMANTAN TENGAH 69.79
KALIMANTAN BARAT 66.26
NUSA TENGGARA TIMUR 63.73
NUSA TENGGARA BARAT 66.58
BALI 74.3
BANTEN 71.42
JAWA TIMUR 70.27
DI YOGYAKARTA 78.89
JAWA TENGAH 70.52
JAWA BARAT 70.69
DKI JAKARTA 80.06
KEP. RIAU 74.45
KEP. BANGKA BELITUNG 69.99
LAMPUNG 68.25
BENGKULU 69.95
SUMATERA SELATAN 68.86
JAMBI 69.99
RIAU 71.79
SUMATERA BARAT 71.24
SUMATERA UTARA 70.57
ACEH 70.6
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Indeks Pembangunan Manusia
50
IPM
40
30
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
PAPUA INDONESIA
25
20
13.33 12.49 11.66
15 11.47 10.96 11.13 10.7 10.12
10
5
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
PAPUA INDONESIA
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Gini Ratio
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah Pembangunan Ekonomi Regional Studi Empiris
di Provinsi Papua Tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:
1. Provinsi Papua dengan Ibukota Jayapura memiliki luas wilayah 322.476
km2 saat ini dipimpin oleh Gubernur Lukas Enembe dan Wakil Gubernur
Klemen Tinal. Provinsi Papua hingga tahun 2012, terdiri dari 28 kabupaten
dan 1 kota dengan perkembangan jumlah distrik 389 dan 3.619 kampung.
Provinsi Papua pada tahun 2018 memiliki jumlah penduduk 3.322.526 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki 1.746.771 jiwa dan 1.575.755 jiwa.
Jumlah penduduk di seluruh Provinsi Papua berkisar 1,3% dari penduduk
seluruh Indonesia dan berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota, jumlah
penduduk di Provinsi Papua terpadat dan terbanyak ada di Kota Jayapura.
2. Pertumbuhan dan pertumbuhan di Provinsi Papua dapat disebutkan
sebagai berikut:
a. Pendapatan per kapita Papua mengalami pertumbuhan signifikan
sebesar Rp19,90 juta per kapita dari Rp38,79 juta per kapita menjadi
Rp58,68 juta perkapita atau naik sekitar 51,31% dalam 8 tahun.
b. Pembangunan manusia Papua terus mengalami kemajuan selama
periode 2010 hingga 2018, IPM Papua meningkat dari 54,5 pada tahun
2010 menjadi 60,06 pada tahun 2018. Meningkatnya angka IPM Papua
menjadikan IPM berubah status dari Kategori “Rendah” menjadi
kategori “Sedang”.
c. Presentase Penduduk miskin mengalamin penurunan dari 38,79%
menjadi 27,76%. Meskipun begitu, penurunan angka kemiskinan ini
kurang signifikan jika dibandingkan kenaikkan pendapatan per kapita.
d. Pertumbuhan pendapatan per kapita naik hingga 51,31% tetapi gini
rasio hanya turun 0,01 poin. Artinya kenaikkan pendapatan per kapita
terjadi secara tidak merata dan kurang berpengaruh untuk menurunkan
kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan penduduk miskin.
39
3. Posisi Provinsi Papua pada skala nasional dalam aspek pembangunan
ekonomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan perkapita Papua dapat dikatakan memiliki posisi di atas
rata-rata pendapatan per kapita di tingkat nasional. Pada tahun 2017,
Papua menempati peringkat ke-tujuh pendapatan per kapita terbesar
menurut provinsi di Indonesia.
b. IPM Papua jika dibandingkan di tingkat nasional masih dibawah rata-
rata nasional, meskipun pertumbuhan IPM Papua positif namun masih
tergolong rendah. Bahkan tahun 2017 Provinsi Papua menempati
posisi terbawah dalah hal IPM ini.
c. Angka Kemiskinan Papua jika dibandingkan di tingkat nasional masih
dibawah rata-rata nasional, meskipun terjadi penurunan presentase
penduduk miskin namun masih tergolong tinggi. Bahkan pada Tahun
2017 Provinsi Papua menempati posisi teratas dengan presentase
peduduk miskin terbanyak di Indonesia.
d. Posisi Kesenjangan Ekonomi Papua dibandingkan dengan Gini Ratio
di Indonesia maka Papua sudah cukup merata, gini ratio Papua hanya
berada 0,1 poin lebih kecil dengan rata-rata Indonesia.
3.2 IMPLIKASI
1. Alternatif Kebijakan untuk pembangunan ekonomi di Provinsi Papua dapat
disebutkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan produksi domestik non-tambang.
b. Meningkatkan mutu fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan untuk
merangsang pertumbuhan kualitas manusia.
c. Pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan ekonomi,
dapat berupa program padat karya, bantuan modal usaha, pelatihan
keterampilan dan sebagainya.
d. Pengadaan infrastruktur pendukung seperti jalan, jembatan, sekolah,
puskesmas di daerah terpencil untuk mengurangi ketimpangan.
2. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekonomi di Provinsi Papua,
sebagai berikut: sumber daya alam dan pariwisata.
3. Faktor-faktor yang menghambat perkembangan ekonomi di Provinsi
Papua, sebagai berikut: keamanan wilayah dan keadaan geografis.
40
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2018. Indikator Pendidikan Provinsi Papua Tahun 2018.
Indonesia.
41