Anda di halaman 1dari 48

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL


STUDI EMPIRIS DI PROVINSI PAPUA TAHUN 2014-2018

Disusun Oleh:

Nama : Amsor Chairuddin


NPM : 10314975
Jurusan : Teknik Sipil – Manajemen Rekayasa Insfrastruktur
Dosen : Dr. Toto Sugiharto

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah


Ekonomi Pengembangan Wilayah

JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun sebagai bentuk tanggung

jawab mahasiswa dalam memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Ekonomi

Regional – Pasca Sarjana jurusan Manajemen Rekayasa Infrastruktur.

Penyusunan makalah ini kami mendapatkan banyak bantuan dari

berbagai pihak. Maka, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.

2. Dr. Toto Sugiharto, selaku Dosen Pengajar

3. Orang Tua Penulis dan Semua pihak yang telah membantu penulis menyusun

makalah ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan tugas

akhir ini, namun penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Penulis mengharapkan koreksi, kritik, dan saran dari pembaca sebagai masukkan

untuk penyusunan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi

pembaca dan penulis serta dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para

pembaca yang hendak menyusun makalah berikutnya.

Jakarta, Agustus 2019

Penulis

(Amsor Chairuddin)

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................ 1

1.2 TUJUAN ......................................................................................... 2

1.3 MANFAAT ...................................................................................... 2

BAB 2 TELAAH PUSTAKA

2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI .... 3

2.2 TUJUAN DAN RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN

NASIONAL ..................................................................................... 4

2.3 TUJUAN DAN RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN

PROVINSI PAPUA ......................................................................... 5

2.4 TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI ............................................... 8

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 OBJEK PENELITIAN .................................................................... 12

3.2 DATA DAN SUMBER DATA ........................................................ 12

3.3 METODE ANALISIS ..................................................................... 13

iii
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PROFIL PROVINSI PAPUA ......................................................... 16

4.2 CAPAIAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA .......................... 22

4.3 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PEMBANGUNAN EKONOMI ........................................................ 31

4.4 POSISI PAPUA DI TINGKAT NASIONAL .................................... 33

4.2 CAPAIAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA .......................... 22

BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

5.1 KESIMPULAN .............................................................................. 39

5.2 IMPLIKASI ................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Wilayah ....................................... 19

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota ........................................ 21

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Makalah ................................................. 13

Gambar 4.1 Peta Provinsi Papua ................................................................... 16

Gambar 4.2 Proyeksi Jumlah Penduduk ........................................................ 17

Gambar 4.3 Jumlah Penduduk Berasarkan Usia Produktif ............................. 18

Gambar 4.4 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Bedasarkan Usia Produktif ...... 18

Gambar 4.5 Penggunaan Lahan di Papua ...................................................... 20

Gambar 4.6 PDRB Per Kapita Harga Berlaku ................................................. 22

Gambar 4.7 PDRB Per Kapita Harga Konstan ................................................ 23

Gambar 4.8 IPM Papua .................................................................................. 24

Gambar 4.9 Perbandingan IPM Papua ........................................................... 24

Gambar 4.10 Umur Harapan Hidup .................................................................. 25

Gambar 4.11 Perbandingan Umur Harapan Hidup ........................................... 26

Gambar 4.12 Harapan Lama Sekolah .............................................................. 26

Gambar 4.13 Rata-rata Lama Sekolah ............................................................. 27

Gambar 4.14 Pengeluaran Per Kapita Per Tahun............................................. 28

Gambar 4.15 Perbandingan Pengeluaran Per Kapita Per Tahun...................... 28

Gambar 4.16 Presentase Penduduk Miskin ...................................................... 29

Gambar 4.17 Perbandingan Presentase Penduduk Miskin ............................... 30

Gambar 4.18 Gini Ratio .................................................................................... 30

Gambar 4.19 Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan IPM .......................... 31

Gambar 4.20 Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan Kemiskinan .............. 32

Gambar 4.21 Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan Kesenjangan ........... 33

Gambar 4.22 Posisi Pendapatan Per Kapita..................................................... 34

vi
Gambar 4.23 Pendapatan Per Kapita Menurut Provinsi.................................... 34

Gambar 4.24 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi ....................... 35

Gambar 4.25 Posisi IPM ................................................................................... 36

Gambar 4.26 Posisi Kemiskinan ....................................................................... 36

Gambar 4.27 Angka Kemiskinan Menurut Provinsi ........................................... 37

Gambar 4.28 Posisi Kesenjangan Ekonomi ...................................................... 38

Gambar 4.29 Angka Kesenjangan Menurut Provinsi ........................................ 38

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ilmu Ekonomi Regional timbul untuk memecahkan masalah khusus
ekonomi yang bersangkutan dengan pertanyaan “di mana” yang pada umumnya
diabaikan pada analisa ekonomi tradisional. Ilmu Ekonomi Regional menganalisa
suatu wilayah secara keseluruhan dengan mempertimbangkan potensi yang
beragam yang dapat dikembangkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi
dari wilayah yang bersangkutan serta laju Ekonomi Nasional. Potensi ekonomi
yang ada disetiap daerah perlu digali dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien
untuk menunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Pengembangan potensi ekonomi sektor ungglan yang memberikan kontribusi
terbesar terhadap kemajuan ekonomi daerah merupakan prioritas kebijakan yang
harus dilaksanakan (Daryono dkk, 2015).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang. Jadi persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari
persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka
panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. Pada hakekatnya pertumbuhan
ekonomi daerah merupakan bagian dari pertumbuhan ekonomi nasional
(Boediono, 1985). Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan endapatan
masyarakat yang terjadi di daerah tersebut, yakni kenaikan seluruh nilai tambah
(Value Added) yang terjadi di daerah tersebut. Pertambahan tersebut diukur dalam
nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Hal itu juga sekaligus
menggambarkan balas jasa bagi fator-faktor produksi yang beroperasi di daerah
tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, tehnologi), yang berarti secara kasar dapat
menggambarkan kemakmuran daerah tersebut (Tarigan, 2004).
Identifikasi dan analisis sektor yang menjadi unggulan untuk meningkatkan
perkembangan ekonomi di Provinsi Papua dengan melakukan perbandingan
terhadap kondisi perekonomian nasional sangat penting dikaji secara lebih terinci.
Sehingga dalam penulisan makalah ini penulis memilih judul “Pembangunan
Ekonomi Regional Studi Empiris di Provinsi Papua Tahun 2014-2018”

1
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah Pembangunan Ekonomi Regional Studi
Empiris di Provinsi Papua Tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui profil umum, kependudukan, profil sosial dan ekonomi pada
Provinsi Papua
2. Mengetahui pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Provinsi Papua
serta hubungan dengan komponen-komponen penyusunnya.
3. Mengetahui posisi Provinsi Papua pada skala nasional dalam aspek
pembangunan ekonomi.

1.3 MANFAAT
Penyusunan makalah ini dapat bermanfaat untuk mengetahui dan
menentukan alternatif arah kebijakan ekonomi kedepan, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung atau
menghambat pembangunan ekonomi di Provinsi Papua.

2
BAB 2
TELAAH PUSTAKA

2.1 PETUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI


Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Suatu negara disebut mengalami pertumbuhan ekonomi jika
terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) rill di negara tersebut.
Sedangkan Pembangunan ekonomi (economic development) adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk disertai perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara dan pemerantaan pemerataan pendapatan bagi penduduk
di suatu negara. Berikut perbedaan mendasar mengenai pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan ekonomi:
1. Pertumbuhan ekonomi
a. Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka panjang.
b. Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan dan pertambahan
penduduk
c. Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
d. Pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan
ekonomi
2. Pembangunan ekonomi
a. Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan
termasuk usaha meningkatkan produk per kapita.
b. Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya.
c. Memperhatikan pertambahan penduduk.
d. Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
e. Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan
ekonomi.
f. Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi
perubahan-perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.

3
2.2 TUJUAN DAN RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN NASIONAL
2.3.1 Tujuan Pembangunan Nasional
Bagi bangsa Indonesia, secara khusus tujuan pembangunan nasional telah
digariskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk:
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang
bertahap, terencana, terpadu dan berkesinambungan. Undang-undang No. 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun
2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk
mewujudkan Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, dengan
penjelasan sebagai berikut:
Mandiri, berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan
dan kekuatan sendiri.
Maju, berarti tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan sistem
dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap.
Adil, berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk
apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.
Makmur, berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah
terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting
bagi bangsa-bangsa lain.
Visi tersebut diwujudkan melalui 8 (delapan) misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan.
4
2.3.2 Rencana Strategis Pembangunan Nasional
Sesuai Tujuan Pembangunan Nasional, maka Rencana Pembangunan
Nasional diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh
di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Adapun
Rencana Strategis Nasional dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Stabilisasi Politik dan Keamanan
2. Tata Kelola Birokrasi Efektif dan Efesien
3. Pemberantasan Korupsi
4. Pertumbuhan Ekonomi
5. Percepatan Pemerataan dan Keadilan
6. Keberlanjutan Pembangunan
7. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
8. Mengurangi Kesenjangan Antar Wilayah
9. Percepatan Pembangunan Kelautan
Rencana Pembangunan Nasional tersebut dihadapkan dengan tantangan
tiga masalah pokok bangsa, yaitu:
1. Ancaman Terhadap Wibawa Negara
2. Kelamahan Sendi Perekonomian Bangsa
3. Intoleransi dan Krisis Kepribadian Bangsa

2.3 TUJUAN DAN RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI


PAPUA
2.3.1 Tujuan Pembangunan Provinsi Papua
Pembangunan pada hakekatnya adalah upaya perubahan ke arah yang
lebih baik bagi suatu bangsa. Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
Dasar 1945, perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan
prioritas pembangunan secara menyeluruh merupakan tahapan dalam kerangka
pencapaian masyarakat yang adil dan makmur. Untuk itu dibutuhkan visi yang
jelas dan terarah tentang apa yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan.

5
Berpijak pada kondisi Provinsi Papua saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahun mendatang serta memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh
Provinsi Papua, maka Visi Pembangunan Daerah adalah “Papua yang Mandiri
Secara Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik”, dengan penjelasan sebagai berikut:
Papua yang mandiri, masyarakat Papua yang mampu mewujudkan
kualitas kehidupan yang lebih baik dengan
mengandalkan kemampuan dan kekuatan
Kemandirian sosial, tercermin pada peningkatan kualitas Manusia
Papua serta modal sosial masyarakat asli Papua
sehingga mampu berperan dalam pembangunan
daerah termasuk meningkatkan kualitas hidup
berbasis aset alam lokal yang memperhitungkan
aspek-aspek keberlanjutan.
Kemandirian budaya, ditujukan untuk mengaktualisasikan jati diri,
identitas dan karakter masyarakat asli Papua
berdasarkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan
tatanan aturan dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan dengan tetap memperhatikan
tatanan nasional.
Kemandirian ekonomi, suatu kondisi tercapainya peningkatan dan
pemerataan pemenuhan kebutuhan masyarakat
secara simultan dan berkelanjutan serta mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya
Dalam mewujudkan visi pembangunan Provinsi Papua, ditempuh melalui
5 (lima) misi pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Kemandirian Sosial;
2. Mewujudkan Kemandirian Budaya;
3. Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dan Pengembangan Wilayah;
4. Mewujudkan Kemandirian Politik;
5. Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Asli Papua.

6
2.3.2 Rencana Strategis Pembangunan Provinsi Papua
Rencana strategis dalam mencapai kemandirian secara sosial, budaya,
ekonomi dan politik sesuai dengan sasaran yang diiharapkan, adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan Kualitas SDM
Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia dilakukan untuk
mewujudkan kemandirian sosial. Manusia yang mandiri memiliki tingkat
kecerdasan yang tinggi, kreatif dan inovatif sebagai pelaku pembangunan bagi
kemajuan daerah untuk mencapai kualitas hidup manusia serta memungkinkan
setiap orang dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Kualitas manusia yang bermutu tinggi ditandai dengan meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi lokal Papua,
Indeks Pembangunan Gender (IPG). Pengembangan kualitas SDM ini dilakukan
dengan: perbaikan kualitas pendidikan, pembangunan kesehatan, pelayanan
keluarga berencana, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pemuda
sebagai focus peningkatan budaya dan olah raga.
2. Pemanfaatan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pengembangan IPTEK mencakup upaya penguasaan ilmu pengetahuan
dasar dan terapan, pengembangan ilmu sosial dan humaniora bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat. Disamping itu pengembangan teknologi dan
pemanfaatan hasil penelitian untuk peningkatan kemandirian dan daya saing
penduduk dengan memperhatikan nilai-nilai budaya, agama, etika, kearifan lokal
serta daya dukung dan kelestarian lingkungan. Pengembangan IPTEK diarahkan
pada penyediaan informasi dan teknologi untuk mendukung upaya pembangunan
diberbagai bidang terutama ketahanan pangan, sumber energi, sektor produksi,
pendidikan dan bidang kesehatan. Selain itu, pengembangan SDM IPTEK,
peningkatan anggaran riset dan kebijakan riset lintas sektor.
3. Pembangunan yang Merata dan Adil
Pembangunan yang merata dan adil adalah pembangunan berbasis
kampong dengan prinsip kesetaraan pemenuhan kebutuhan hidup dan
pencapaian kualitas hidup, dimana pemerintah sebagai fasilitator yang memberi
peran utama bagi seluruh masyarakat Papua pada berbagai strata dan wilayah
sehingga mendorong kemandirian masyarakat dan dapat menikmati secara
langsung hasil pembangunan.
7
4. Mewujudkan Kemandirian Budaya
Terciptanya kemandirian budaya adalah sangat penting dimana
masyarakat Papua mampu menyikapi interaksi dengan budaya global secara
percaya diri dan cerdas berdasarkan budaya lokalnya, serta mampu mengelola
perubahan budayanya sehingga menjamin kestabilan sosial dan meningkatkan
harkat dan martabat masyarakat Papua sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
5. Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dan Pengembangan Wilayah
Pembangunan ekonomi Provinsi Papua dikembangkan untuk memperkuat
ekonomi daerah yang berbasis potensi masing-masing wilayah. Hubungan antar
wilayah/kampung perlu didorong dengan membangun keterkaitan sistem produksi,
distribusi, dan pelayanan antar wilayah/daerah yang kokoh serta
berkesinambungan.
6. Pembangunan Infrastruktur
Dalam rangka pengembangan wilayah yang akan mendorong peningkatan
kemandirian ekonomi daerah, harus didukung oleh infrastruktur yang dapat
menghubungkan berbagai wilayah di Papua dengan tetap memperhatikan
keberlanjutan lingkungan dan alam Papua.
7. Mewujudkan Masyarakat yang Demokratis
8. Mewujudkan Masyarakat Papua Aman dan Damai berdasar Hukum

2.4 TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI


Pembangunan ekonomi (economic development) adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerantaan pemerataan pendapatan bagi
penduduk di suatu negara. Todaro & Smith (2003) menyatakan bahwa
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai
pokok yaitu: (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya (sustenance), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem)
masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat
untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi
manusia.

8
2.3.1 Ukuran Indikator Pembangunan Ekonomi
Tingkat kemajuan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur
menggunakan indikator pembangunan ekonomi. Manfaat utama dari indikator
tersebut adalah agar dapat digunakan untuk memperbandingkan tingkat kemajuan
pembangunan atau tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah atau negara
dan mengetahui corak pembangunan setiap negara atau suatu wilayah. Indikator-
indikator tersebut dapat bersifat fisikal, ekonomi, sosial, dan politik. Berikut ini
dibahas beberapa indikator keberhasilan pembangunan yang dikelompokkan
menjadi tiga indikator yaitu: indikator moneter, indikator no-nmoneter, dan indikator
campuran.
1. Indikator Moneter
Indikator Moneter dapat dikatakan indikator atas kinerja perekonomian
secara keseluruhan atau biasa disebut pedapatan per kapita. Pendapatan per
kapita merupakan indikator yang paling sering digunakan sebagai tolok ukur
tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Beberapa ekonom
memandang bahwa pendapatan per kapita bukanlah indikator yang terbaik untuk
menilai kinerja pembangunan suatu negara, karena seperti telah disinggung di
muka pembangunan bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil saja,
tetapi juga harus disertai oleh perubahan sikap dan perilaku masyarakat yang
sebelumnya menjadi penghambat kemajuan-kemajuan ekonomi. Namun
demikian, meskipun pendekatan pendapatan per kapita ini dianggap memiliki
kelemahan yang cukup mendasar sebagai indikator keberhasilan pembangunan,
pendekatan ini masih relevan dan sering digunakan serta mudah untuk dipahami.
Kelebihan utama dari pendekatan ini adalah karena difokuskan pada
esensi pokok dari pembangunan yaitu meningkatnya standar dan kualitas hidup
masyarakat serta berkurangnya angka kemiskinan. Dengan kata lain, pendapatan
per kapita bukanlah sebuah indikator ukuran (proxy) yang buruk dari struktur
ekonomi dan sosial masyarakat.Pendapatan per kapita juga merupakan salah satu
variabel penting dalam pembahasan ekonomi makro. Selain digunakan sebagai
indikator tingkat kemakmuran masyarakat suatu negara, pendapatan per kapita
juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara dari
masa ke masa, melihat struktur perekonomian suatu negara, serta
membandingkan kinerja perekonomian satu negara dengan negara-negara lain.

9
2. Indikator Non-moneter
Indikator Non-moneter membandingkan tingkat kesejahteraan setiap
negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter (nonmonetary
indicators), indikator ini terdiri dari 2 indikator utama, yaitu:
a. Indikator sosial, meliputi jumlah kendaraan bermotor, tingkat
elektrivikasi, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang bersekolah, dan
sebagainya.
b. Indikator kualitas hidup, meliputi Indeks Harapan Hidup (IHH), indeks
kematian bayi, dan indeks melek huruf.
3. Indikator Campuran
Indikator Campuran merupakan indicator gabungan antara indikator social
dan indicator ekonomi. Pada indikator campuran ada dua indicator utama yang
digunakan yaitu Indikator Susenas Inti dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pada tahun 1992, Badan Pusat Statistik (BPS) mengembangkan suatu indikator
kesejahteraan rakyat yang disebut Indikator Susenas Inti (Core Susenas).
Indikator Susenas Inti ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Pendidikan, dengan indikator: tingkat pendidikan, tingkat melek huruf,
dan tingkat partisipasi pendidikan.
b. Kesehatan, dengan indikator: rata-rata hari sakit dan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
c. Perumahan, dengan indikator: sumber air bersih dan listrik, sanitasi,
dan kualitas tempat tinggal.
d. Angkatan Kerja, dengan indikator: partisipasi tenaga kerja, jumlah jam
kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
e. Keluarga Berencana dan Fertilitas, dengan indikator: penggunaan ASI,
tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan
penggunaan alat kontrasepsi.
f. Ekonomi, dengan indikator: tingkat konsumsi per kapita.
g. Kriminalitas, dengan indikator: angka kriminalitas per tahun.
h. Perjalanan wisata, dengan indikator: frekuensi perjalanan wisata per
tahun.
i. Akses ke media massa, dengan indikator: jumlah surat kabar, jumlah
radio, dan jumlah televisi.

10
Sejak tahun 1990, United Nations for Development Program (UNDP)
mengembangkan sebuah indeks kinerja pembangunan yang kini dikenal sebagai
Indeks Pembangunan Manusia atau IPM (Human Development Index). Nilai IPM
ini diukur berdasarkan tiga indikator sebagai acuannya yaitu:
a. Tingkat harapan hidup,
b. Tingkat melek huruf, dan
c. Pendapatan riil per kapita berdasarkan kemampuan daya beli.

2.3.2 Tujuan Pembangunan Ekonomi


Beberapa aspek yang ingin dicapai melalui pembangunan ekonomi
diantaranya sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendapatan per kapita
2. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
3. Meningkatkan dan menyetarakan taraf hidup penduduk
4. Meningkatkan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran
5. Mengurangi kesenjangan social
6. Meningkatkan kapasitas produksi
7. Meningkatkan investasi negara
8. Mengurangi angka kemiskinan
9. Menciptakan keadilan dan kemakmuran dalam bermasyarakat
10. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan dan
kesehatan

11
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 OBJEK PENELITIAN


Objek penelitian pada penulisan makalah “Pengembangan Ekonomi
Regional Studi Empiris di Provinsi Papua Tahun 2014-2018” sebagai berikut:
1. Profil Provinsi Papua, meliputi: pemerintahan, populasi dan kondisi wilayah
2. Capaian Pembangunan Provinsi Papua, meliputi: pendapatan perkapita,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), angka kemiskinan, dan kesenjangan
ekonomi
3. Pertumbuhan Ekonomi dan Hubungannya dengan Pembangunan Ekonomi
4. Posisi Provinsi Papua di Tingkat Nasional

3.2 DATA DAN SUMBER DATA


Data yang dipakai dalam penyusunan makalah ini adalah data sekunder
yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda), berbagai laporan yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang, publikasi (textbooks, jurnal ilmiah dan sejenisnya) termasuk
laporan studi terkait lainnya. Data-data yang dibutuhkan terkait dengan analisa
antara lain:

1. Data Profil Pemerintah Daerah;


2. Data Populasi Dan Keadaan Wilayah;
3. Data Pendapatan Per Kapita;
4. Data Indeks Pembangunan Manusia (Ipm);
5. Data Umur Harapan Hidup (Uhh);
6. Data Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah;
7. Data Pengeluaran Perkapita;
8. Data Angka Kemiskinan, Serta;
9. Data Kesenjangan Ekonomi.

12
3.1 METODE ANALISIS
Metode yang digunakan dalam analisis ini akan digambarkan dengan
bagan alur/flowchart untuk memudahkan analisis. Adapun bagan alur/flowchart
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Makalah

1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang terjadi pada ilmu ekonomi, dimana ilmu ekonomi
tradisional tidak menjawab pertanyaan “dimana” ekonomi berlangsung, maka
untuk melihat pembangunan ekonomi di Provinsi Papua diperlukan ilmu ekonomi
regional wilayah.

2. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan pengumpulan dan mempelajari peraturan
peraturan, pedoman yang berlaku, publikasi seperti jurnal ilmiah, textbook,
proceeding seminar/kolokium dan lain-lain terkait dengan analisa. Termasuk juga
mempelajari studi terdahulu yang dapat menunjang analisa.
13
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data statistik yang
diperlukan untuk mengetahui pembangunan wilayah. Berdasarkan sumber
datanya yaitu data primer dan data sekunder. Data yang dipakai dalam
penyusunan makalah ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), berbagai
laporan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, publikasi (textbooks, jurnal
ilmiah dan sejenisnya) termasuk laporan studi terkait lainnya. Data-data yang
dibutuhkan terkait dengan analisa antara lain:
a. data profil pemerintah daerah;
b. data populasi dan keadaan wilayah;
c. data pendapatan per kapita;
d. data Indeks Pembangunan Manusia (IPM);
e. data Umur Harapan Hidup (UHH);
f. data harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah;
g. data pengeluaran perkapita;
h. data angka kemiskinan, serta;
i. data kesenjangan ekonomi.

4. Profil Provinsi Papua


Profil Provinsi Papua didapat dengan menjelaskan secara umum kondisi
pemerintahan dan wilayah di Provinsi Papua.

5. Capaian Pembangunan Provinsi Papua


Capaian pembangunan Provinsi Papua didapat dengan menjelaskan
pendapatan perkapita, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), keadaan
kemiskinan, dan kesenjangan ekonomi di Provinsi Papua

6. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi


Hubungan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi didapat
dengan membandingkan pendapatan perkapita dengan IPM, pendapatan
perkapita dengan kemiskinan, dan pendapatan perkapita dengan kesenjangan
ekonomi di Provinsi Papua

14
7. Posisi Provinsi Papua di Tingkat Nasional
Posisi Provinsi Papua di Tingkat Nasional Profil Provinsi Papua didapat
dengan membandingkan capaian pembangunan ekonomi wilayah di Provinsi
Papua dengan capaian pembangunan ekonomi nasional di Indonesia

8. Penarikan Kesimpulan dan Implikasi


Penarikan kesimpulan dan implikasi berupa gambaran pembangunan
ekonomi regional, faktor yang mendukung dan menghambat pembangunan
ekonomi di Provinsi Papua serta alternatif kebijakan yang dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan kemajuan pembangunan ekonomi regional di Provinsi Papua.

15
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PROFIL PROVINSI PAPUA


Papua adalah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah
Pulau Papua atau bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan
timurnya merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua sebelumnya bernama
Irian Jaya yang mencakup seluruh wilayah Papua Bagian barat. Sejak tahun 2003,
dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papua
sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat.
Provinsi Papua dengan Ibukota Jayapura memiliki luas wilayah 322.476
km2 saat ini dipimpin oleh Gubernur Lukas Enembe dan Wakil Gubernur Klemen
Tinal. Provinsi Papua hingga tahun 2012, terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota
dengan perkembangan jumlah distrik 389 dan 3.619 kampung.

Gambar 4.1 Peta Provinsi Papua


Sumber: nusantara.com

16
4.4.1 Pemerintahan
Profil pemerintahan Provinsi Papua disebutkan sebagai berikut:
a. Gubernur : Lukas Enembe (2013 – Sekarang)
b. Wakil Gubernur : Klemen Tinal
c. Ketua DPRD : Yunus Wonda
d. Sekretaris Daerah : Titus Emanuel Adopehan Herry Dosinaen

4.4.2 Populasi dan Luas Wilayah


Provinsi Papua pada tahun 2018 memiliki jumlah penduduk 3.322.526 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki 1.746.771 jiwa dan 1.575.755 jiwa. Presentase
pertumbuhan penduduk di Provinsi Papua cenderung menurun tetapi
diproyeksikan tetap terjadi pertumbuhan penduduk. Berikut digambarkan dalam
Gambar 4.2 di bawah ini:

Proyeksi Jumlah Penduduk


3.50 3.44
3.38
Proyeksi Jumlah Penduduk (Juta Jiwa)

3.40 3.32
3.27
3.30 3.21
3.20 3.15
3.09
3.10 3.03
2.97
3.00 2.92
2.90 2.00% 1.97% 1.93% 1.89% 1.85% 1.81%
2.80 1.77% 1.73% 1.68% 1.63%
2.70
2.60
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

Proyeksi Jumlah Penduduk Linear (Proyeksi Jumlah Penduduk)

Pertumbuhan Penduduk

Gambar 4.2 Proyeksi Jumlah Penduduk


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

Jumlah penduduk angkatan kerja/usia produktif (usia 15-64 tahun)


sebanyak 2.292.113 jiwa dan usia tidak produktif (usia >15 tahun dan <64 tahun)
sebanyak 1.030.413 jiwa. Tahun 2035, pertumbuhan jumlah penduduk usia
produktif diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan tetapi presentase
pertumbuhannya menurun dari tahun ke-tahun. Penduduk dengan usia tidak

17
produktif diproyeksikan mengalami pertumbuhan, baik dari jumlah maupun
presentase pertumbuhannya. Berikut digambarkan jumlah penduduk usia
produktif dan tidak produktif pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 ini:

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Produktif


3.50

2.89 2.91
3.00 2.81 2.84 2.86
2.72 2.75 2.78
Jumlah Penduduk (Juta Jiwa)

2.65 2.68
2.57 2.61
2.48 2.53
2.39 2.44
2.50 2.29 2.34

2.00

1.50
1.19 1.20 1.22 1.23
1.11 1.12 1.13 1.14 1.16 1.17
1.03 1.04 1.05 1.05 1.06 1.07 1.08 1.09
1.00

0.50

0.00
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

Tahun

Usia Produktif Usia Tidak Produktif

Gambar 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Produktif


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

Pertumbuhan Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Produktif


2.50% 2.28%
2.16%
2.06%
1.95%
1.87%
2.00% 1.76%
1.67%
1.58%
Pertumbuhan

1.45%
1.38%
1.50% 1.29% 1.21% 1.22% 1.23% 1.26% 1.29% 1.29% 1.31%
1.19% 1.13%
1.09% 1.12% 1.16% 1.06%
0.94% 0.97% 0.99%
0.91% 0.84%
0.83% 0.84% 0.90%
1.00% 0.71% 0.76% 0.77%
0.62%

0.50%

0.00%
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Tahun

Pertumbuhan Usia Produktif Pertumbuhan Usia Tidak Produktif

Gambar 4.4 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Produktif


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)
18
Jumlah penduduk di seluruh Provinsi Papua berkisar 1,3% dari penduduk
seluruh Indonesia dan berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota, jumlah penduduk di
Provinsi Papua terpadat dan terbanyak ada di Kota Jayapura. Jumlah penduduk
dan kepadatan penduduk tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Wilayah


Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan
Kabupaten
(Jiwa) (Km2) (Jiwa/Km2)
Merauke 225,714 47,406.90 4.76
Jayawijaya 214,994 2,331.19 92.23
Jayapura 128,587 14,390.16 8.94
Nabire 147,921 4,549.75 32.51
Kepulauan Yapen 97,412 4,936.37 19.73
Biak Numfor 148,404 13,017.45 11.40
Paniai 173,392 20,686.54 8.38
Puncak Jaya 126,113 2,446.50 51.55
Mimika 215,493 2,300.37 93.68
Boven Digoel 67,717 24,665.98 2.75
Mappi 99,599 23,178.45 4.30
Asmat 95,606 24,687.57 3.87
Yahukimo 189,092 15,057.90 12.56
Pegunungan Bintang 74,396 14,655.36 5.08
Tolikara 137,695 6,149.67 22.39
Sarmi 39,406 13,965.58 2.82
Keerom 55,799 9,015.03 6.19
Waropen 30,612 5,381.47 5.69
Supiori 20,018 634.24 31.56
Mamberamo Raya 23,307 28,034.87 0.83
Nduga 97,517 5,825.22 16.74
Lanny Jaya 177,682 3,439.79 51.65
Mamberamo Tengah 48,090 3,384.14 14.21
Yalimo 61,115 3,658.76 16.70
Puncak 111,182 5,618.84 19.79
Dogiyai 96,590 4,522.15 21.36
Intan Jaya 48,812 9,336.60 5.23
Deiyai 72,486 2,325.88 31.16
Kota Jayapura 297,775 950.38 313.32
Provinsi Papua 3,322,526 316,553.07 10.50
Sumber: papua.bps.go.id (diolah)
19
Provinsi Papua secara geografis terletak antara garis koordinat 1o00’ LU –
9o30’ LS dan 134o BT – 141o01’ BT. Dengan luas 322.476 km2, Papua merupakan
Provinsi terluas di Indonesia. Provinsi ini secara administratif berbatasan dengan
Samudra Pasifik di sebelah utara, Laut Arafuru di sebelah selatan, Papua Barat di
sebelah barat, dan Papua Nugini di sebelah timur.
Selain karena letaknya yang berbatasan dengan laut, Provinsi Papua juga
merupakan kawasan strategis nasional karena berbatasan langsung dengan
Papua New Guinea dan Australia di mana sebagian pulau yang berbatasan
dengan kedua negara tersebut ada yang berpenduduk dan ada yang tidak
berpenduduk.
Provinsi Papua memiliki kawasan hutan yang luas dengan tutupan lahan
yang relatif masih utuh. Dari data luas tutupan lahan tampak bahwa hutan lahan
kering primer dan hutan rawa primer merupakan daerah yang terluas yaitu masing-
masing sekitar 15 juta ha (49%) dan 4,5 juta ha (14,5%); kemudian hutan lahan
kering sekunder seluas 3,2 juta ha (10,5%) dan savana seluas 1,4 juta ha (4,5%).
Selebihnya terbagi dalam klasifikasi pertanian, permukiman, tanah terbuka, dan
rawa. Berdasarkan fungsinya, hutan lindung dan hutan produksi memiliki luasan
yang hampir sama masing-masing sekitar 8,3 juta Ha dan 8,2 juta Ha. Jika dilihat
dari persentasenya, penggunaan lahan di Provinsi Papua dapat dilihat pada
Gambar 4.5 berikut :

Gambar 4.5 Penggunaan Lahan di Papua


Sumber: RPJMD Papua

20
Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km2)

Merauke 47,406.90
Jayawijaya 2,331.19
Jayapura 14,390.16
Nabire 4,549.75
Kepulauan Yapen 4,936.37
Biak Numfor 13,017.45
Paniai 20,686.54
Puncak Jaya 2,446.50
Mimika 2,300.37
Boven Digoel 24,665.98
Mappi 23,178.45
Asmat 24,687.57
Yahukimo 15,057.90
Pegunungan Bintang 14,655.36
Tolikara 6,149.67
Sarmi 13,965.58
Keerom 9,015.03
Waropen 5,381.47
Supiori 634.24
Mamberamo Raya 28,034.87
Nduga 5,825.22
Lanny Jaya 3,439.79
Mamberamo Tengah 3,384.14
Yalimo 3,658.76
Puncak 5,618.84
Dogiyai 4,522.15
Intan Jaya 9,336.60
Deiyai 2,325.88
Kota Jayapura 950.38
Provinsi Papua 316,553.07
Sumber: papua.bps.go.id

21
4.2 CAPAIAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA
4.4.1 Pendapatan Perkapita
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi pertumbuhan
ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan
PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai dasar. Pendapatan per kapita Papua dalam kurun waktu 8 tahun (2010-
2017) mengalami pertumbuhan signifikan sebesar Rp19,90 juta per kapita dari
Rp38,79 juta per kapita menjadi Rp58,68 juta perkapita atau naik sekitar 51,31%.
PDRB harga berlaku dan harga konstan Provinsi Papua digambarkan sebagai
berikut:

PDRB Perkapita Harga Berlaku


70,000.00
PDRB Perkapita (Ribu Rupiah)

58,684.09
60,000.00 54,732.74
47,726.07
50,000.00 43,134.25
38,785.11 37,111.15 37,935.01 40,513.65
14.68%
40,000.00 10.65%
30,000.00 6.80% 6.47% 7.22%
2.22%
20,000.00
-4.32%
10,000.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi (Harga Berlaku)
PDRB Perkapita

Gambar 4.6 PDRB Per Kapita Harga Berlaku


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

22
PDRB Perkapita Harga Konstan 2010
PDRB Perkapita (Ribu Rupiah) 50000 44340.94 45578.69
41376.97
38785.11 38621.36 39271.88
40000 36383.24 36280.03

30000 6.45% 7.16%


5.36%
1.68% 2.79%
20000 -0.28%

10000 -6.19%

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Pertumbuhan PDRB (Harga Konstan 2010)
PDRB Harga Konstan 2010

Gambar 4.7 PDRB Per Kapita Harga Konstan 2010


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

4.4.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan
bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk
mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat
mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur
panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan
standard hidup layak (decent standard of living).
IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan
pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan
manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status
pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Papua terus mengalami
kemajuan selama periode 2010 hingga 2018, IPM Papua meningkat dari 54,5 pada
tahun 2010 menjadi 60,06 pada tahun 2018. Meningkatnya angka IPM Papua
menjadikan IPM berubah status dari Kategori “Rendah” menjadi kategori
“Sedang”. IPM di provinsi paling timur di Indonesia tumbuh sebesar 1,64 persen di
periode 2017-2018 dan menjadi provinsi dengan kecepatan pertumbuhan IPM
tertinggi se-Indonesia.

23
IPM Papua
61 60.06
60 59.09
59 58.05
58 57.25
56.75
57 56.25 1.79%
55.55
IPM

56 1.64%
55.01
55 54.45 1.40%
1.26%
54
53 1.03% 0.98%
0.89% 0.88%
52
51
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Pertumbuhan IPM
IPM Papua

Gambar 4.8 IPM Papua


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

Namun begitu, meskipun IPM di Provinsi Papua mengalami kenaikkan


tahun ke tahun, namun jika dibandingkan dengan IPM rata-rata seluruh Indonesia,
pembangunan manusia di Provinsi Papua masih berada di bawah rata-rata bahkan
menjadi yang ter-rendah di Indonesia. Gambaran perbandingan IPM dan
kenaikkannya dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut ini:

Perbandingan IPM Papua


80 70.81 71.39
67.7 68.31 68.9 69.55 70.18
66.53 67.09
70
57.25 58.05 59.09 60.06
54.45 55.01 55.55 56.25 56.75
60
50
IPM

40
30
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

PAPUA INDONESIA

Gambar 4.9 Perbandingan IPM Papua


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)
24
Pencapaian IPM diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial yaitu
umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Seiring
dengan meningkatnya angka IPM, indeks masing-masing komponen IPM juga
menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Berikut gambaran masing-masing
indeks komponen IPM di Provinsi Papua
1. Umur Harapan Hidup (UHH)
Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi
umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. UHH
merupakan salah satu variabel yang merepresentasikan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Selama periode 2010 hingga 2018, Papua telah berhasil
meningkatkan Umur Harapan Hidup saat lahir sebesar 1,05 tahun. Pada tahun
2010, Umur Harapan Hidup saat lahir di Papua hanya sebesar 64,31 tahun, dan
pada tahun 2018 telah mencapai 65,36 tahun. Pertumbuhan umur harapan hidup
di Provinsi Papua digambarkan pada Gambar 4.10 berikut ini:

Umur Harapan Hidup


65.5 65.36
Umur Harapan Hidup (Tahun)

65.09 65.12 65.14


65 64.76 64.84
64.6
64.46
64.5 64.31
0.39% 0.34%
0.23% 0.22% 0.25%
64 0.12% 0.05% 0.03%

63.5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

Pertumbuhan Usia Harapan Hidup


Umur Harapan Hidup

Gambar 4.10 Umur Harapan Hidup


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

Meskipun selalu mengalami kenaikan, umur harapan hidup di Provinsi


Papua jika dibandingkan umur harapan hidup di seluruh Indonesia masih dibawah
rata-rata. Pertumbuhan umur harapan hidup di Provinsi Papua juga masih dibawah
rata-rata Indonesia yang dapat meningkatkan umur harapan hidupnya hingga 1,39
tahun pada rentang waktu 2010 hingga 2018. Perbandingan tersebut dapat di
gambarkan pada Gambar 4.11 berikut ini:
25
Perbandingan UHH Indonesia dengan Provinsi Papua

70.78 70.9 71.06 71.2


72 70.4 70.59
70.01 70.2
Umur Harapan Hidup (Tahun)

69.81
70

68
65.09 65.12 65.14 65.36
66 64.46 64.6 64.76 64.84
64.31
64

62

60
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
UHH Indonesia UHH Papua

Gambar 4.11 Perbandingan Umur Harapan Hidup


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

2. Pendidikan dan Pengetahuan


Selama periode 2010 hingga 2018, Harapan Lama Sekolah di Papua telah
meningkat sebesar 2,26 tahun. Secara rata-rata tumbuh 2,98 persen.
Meningkatnya Harapan Lama Sekolah menunjukkan semakin banyak penduduk
yang bersekolah. Harapan Lama Sekolah di Papua telah mencapai 10,83 tahun
yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang pendidikan SMA kelas 1. Gambaran Harapan Lama Sekolah
di Provinsi Papua dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut ini:

Harapan Lama Sekolah


15 12.1 12.39 12.55 12.72 12.85 12.91
11.29 11.44 11.68
Harapan Lama Sekolah (Tahun)

10
9.94 9.95 10.23 10.54 10.83
8.92 9.11 9.58
5 8.57

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

PAPUA INDONESIA

Gambar 4.12 Harapan Lama Sekolah


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)
26
Rata-rata lama sekolah di Provinsi Papua selalu meningkat dari tahun ke
tahun, tetapi masih di bawah rata-rata lama sekolah di Indonesia. Jika dilihat pada
Gambar 4.13 walaupun di bawah nilai rata-rata Indonesia, namun kenaikan rata-
rata lama sekolah di Provinsi Papua diatas rata-rata Indonesia. Dalam 10 tahun
terakhir papua berhasil meningkatkan lama sekolah hingga 0,93 tahun. Pada
tahun 2018, secara rata-rata penduduk Papua usia 25 tahun ke atas mencapai
6,52 tahun, atau telah mengenyam pendidikan hingga kelas 6 SD. Rata-rata Lama
Sekolah di Provinsi Papua dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut ini:

Rata-rata Lama Sekolah


16 8.1 8.17
7.84 7.95
Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun)

7.46 7.52 7.59 7.61 7.73


14
12
10
8 5.99 6.15 6.27 6.52
5.59 5.6 5.73 5.74 5.76
6
4
2
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

PAPUA INDONESIA

Gambar 4.13 Rata-rata Lama Sekolah


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

3. Standar Hidup Layak


Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standar
hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (harga konstan
2012). Pada tahun 2018, pengeluaran per kapita masyarakat Papua mencapai
Rp7,159 juta per tahun. Selama tahun 2010 – 2018, pengeluaran perkapita telah
meningkat sebesar 14,5 persen. Gambaran pengeluaran perkapita pertahun dan
kenaikkannya dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini:

27
Pengeluaran Per kapita Per tahun

Pengeluaran (Ribu Rupiah) 7400 7159


7200 6996
7000
6800 6637
6600
6349 6394 6416 6468.55 14.5%
6400 6251 6303
6200
6000
5800
5600
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Pertumbuhan 10 Tahun Terakhir
Pengeluaran Perkapita Pertahun

Gambar 4.14 Pengeluaran Per Kapita Per Tahun


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

Meskipun pengeluaran perkapita pertahun di Provinsi Papua mengalami


kenaikkan tahun ke tahun, namun jika dibandingkan dengan pengeluaran
perkapita pertahun rata-rata seluruh Indonesia, pengeluaran Provinsi Papua masih
berada di bawah rata-rata baik dari segi jumlah maupun presentase kenaikkannya.
Gambaran perbandingan pengeluaran perkapita pertahun dan kenaikkannya
dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut ini:

Perbandingan Pengeluaran PerKapita Pertahun


12000 10664 11059
10420
Pengeluaran (Ribu Rupiah)

9437 9647 9815 9858 9903 10149.67


10000

8000 6996 7159


6251 6303 6349 6394 6416 6468.55 6637
6000

4000

2000

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

PAPUA INDONESIA

Gambar 4.15 Perbandingan Pengeluaran Per Kapita Per Tahun


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)
28
4.4.3 Angka Kemiskinan
Kemiskinan merupakan permasalahan yang paling mendesak dan selalu
menjadi prioritas untuk ditanggulangi, mengingat dampak negatif yang
ditimbulkannya sangat besar terhadap pelaksanaan pembangunan, misalnya
dapat mengurangi produktifitas, memperbesar konflik multidimensi, meningkatkan
eksploitasi sumber daya yang berlebihan, dan sebagainya. Oleh karena itu,
seberapa besar pun jumlahnya, selama masih ada penduduk yang dikategorikan
miskin, pemerintah provinsi telah berkomitmen untuk mengentaskannya. Hal ini
menjadi tantangan besar bagi pemerintah Papua ketika dihadapkan dengan
kondisi bahwa kebanyakan jumlah penduduk miskin berada di daerah-daerah
pegunungan dan pedalaman yang sangat sulit di jangkau dari pusat ibu kota,
menjadikan terisolasinya penduduk darijangkauan pasar, informasi dan teknologi.
Presentase penduduk miskin di Provinsi papua pada tahun 2007 hingga
2019 semester 1 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 32,49%. Namun
jika dibandingkan dengan rata-rata presentase penduduk miskin di Indonesia
maka Papua masih perlu mengejar ketertinggalan dalam isu kemiskinan ini.
Berikut digambarkan keadaan presentase penduduk miskin Papua dan
perbandingannya dengan jumlah presentase penduduk miskin di Indonesia pada
Gambar 4.16 dan Gambar 4.17 ini:

Presentase Penduduk Miskin


0
45 40.78
40 37.08 37.53 36.8 -32.49%
35 31.98 30.66 31.53
30 27.8 28.4 28.4 27.76 27.43 27.53
Presentase

25
1.21% 2.84% 2.16% 0.00%
20 -1.95% -4.13% -2.25%-1.19%0.36%
15 -9.07%
-13.10% -11.83%
10
5
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Kenaikan/Penurunan
Presentase Penduduk Miskin

Gambar 4.16 Presentase Penduduk Miskin


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

29
Perbandingan Presentase Penduduk Miskin
50
40.78
40 37.08 37.53 36.8
31.98 30.66 31.53
27.8 28.4 28.4 27.76 27.43 27.53
30

20 16.58 15.42
14.15 13.33 12.49
11.66 11.47 10.96 11.13 10.7 10.12 9.66
9.41
10

0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

PAPUA INDONESIA

Gambar 4.17 Perbandingan Presentase Penduduk Miskin


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

4.4.4 Kesenjangan Ekonomi


Gini Ratio di Provinsi papua pada tahun 2005 hingga 2019 semester 1
mengalami penurunan yang signifikan sebesar 11,20%. Sedangkan jika
dibandingkan dengan Gini Ratio di Indonesia maka Papua sudah cukup merata,
gini ratio Papua hanya berada 0,1 poin lebih kecil dengan rata-rata Indonesia.
Berikut digambarkan keadaan gini ratio Papua pada Gambar 4.18.

Gini Ratio Papua


0.60 0.00% -11.20%
0.51
0.50 0.44 0.44
0.42 0.41 0.41 0.42 0.41 0.42 0.39 0.40
0.38 0.38 0.39
0.40
Gini Ratio

0.30
8.09% 4.77% 3.19% 1.79% 2.60%
1.21% 0.68%
0.20 -3.55%
-5.90%
-3.27%
-7.69% -7.36%
0.10 -16.60%

0.00
2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Kenaikan/Penurunan Gini Ratio
Gini Ratio Papua

Gambar 4.18 Gini Ratio


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

30
4.3 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah idealnya sejalan dengan
pembangunan ekonomi di daerah tersebut. Namun, dalam ilmu ekonomi regional
tidak menutup kemungkinan peningkatan pendapatan per kapita tidak dibarengi
dengan komponen-komponen pembangunan ekonomi jika peningkatan
pendapatan tersebut terjadi secara tidak merata. Untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana hubungan angka pendapatan per kapita dengan komponen-komponen
pembangunan ekonomi di Provinsi Papua, perlu membandingkan pendapatan per
kapita dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pendapatan per kapita
dengan angka kemiskinan, serta pendapatan per kapita dengan kesenjangan
ekonomi di Provinsi Papua.

4.4.1 Pendapatan Per Kapita dan IPM


Pendapatan per kapita di Provinsi Papua relatif lebih cepat tumbuh jika
dibandingkan dengan IPM-nya. Dalam kurun waktu 8 tahun (2010-2017),
pendapatan per kapita Papua mengalami pertumbuhan signifikan sebesar
Rp19,90 juta per kapita dari Rp38,79 juta per kapita menjadi Rp58,68 juta
perkapita atau naik 51,31%. Sedangkan IPM Papua dalam kurun waktu yang sama
mengalami kenaikkan 4,64 point atau 8,52%. Perbandingan pendapatan per kapita
dengan IPM digambarkan pada Gambar 4.19 berikut ini:

Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan IPM

70.00
56.25 56.75 57.25 58.05 59.09
54.45 55.01 55.55
60.00
50.00 54.73 58.68
40.00 47.73
43.13
38.79 37.11 37.94 40.51
30.00
20.00
10.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
PDRB (Juta Rupiah per Tahun) IPM

Gambar 4.19 Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan IPM


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)
31
4.4.2 Pendapatan Per Kapita dan Kemiskinan
Data dalam kurun waktu 8 tahun (2010-2017) mengindikasikan pergerakan
positif pertumbuhan pendapatan per kapita yang dibarengi dengan penurunan
tingkat kemiskinan. Kenaikkan 51,13% pendapatan perkapita diimbangi dengan
penurunan jumlah penduduk miskin dari 38,79% menjadi 27,76%. Meskipun
begitu, penurunan angka kemiskinan ini kurang signifikan jika dibandingkan
dengan kenaikkan pendapatan per kapitanya. Perbandingan pendapatan per
kapita dengan kemiskinan dapat dilihat pada gambar 4.20 berikut:

Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan Kemiskinan


70.00
58.68
60.00 54.73
47.73
50.00 40.51 43.13
38.79 37.11 37.94
40.00
30.00 36.8
31.98 30.66 31.53
20.00 27.8 28.4 28.4 27.76
10.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

PDRB (Juta Rupiah per Tahun) Jumlah Penduduk Miskin (%)

Gambar 4.20 Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan Kemiskinan


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

4.4.3 Pendapatan Per Kapita dan Kesenjangan Ekonomi


Data dalam kurun waktu 8 tahun (2010-2017) mengindikasikan
pertumbuhan pendapatan per kapita yang tidak dibarengi dengan penurunan
tingkat kesenjangan ekonomi. Pertumbuhan pendapatan per kapita naik hingga
51,31% tetapi gini rasio hanya turun 0,01 poin. Artinya kenaikkan pendapatan per
kapita terjadi secara tidak merata dan kurang berpengaruh untuk menurunkan
kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan penduduk miskin. Perbandingan
pendapatan per kapita dengan kesenjangan ekonomi dapat dilihat pada Gambar
4.21 berikut:

32
Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan Kesenjangan
0.70
0.59
0.60 0.55
0.48
0.50 0.41 0.43
0.39 0.37 0.38
0.40
0.42 0.44 0.44 0.42
0.41 0.41 0.39 0.40
0.30
0.20
0.10
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

PDRB (Ratus Juta Rupiah per Tahun) Gini Ratio

Gambar 4.21 Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan Kesenjangan


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

4.4 POSISI PROVINSI PAPUA DI TINGKAT NASIONAL


Posisi Provinsi Papua di tingkat nasional dapat diketahui dengan
membandingkan pencapaian pembangunan ekonomi papua dengan rata-rata
pencapaian pembangunan ekonomi di Indonesia. Komponen pencapaian yang
akan dibandingkan dalam makalah ini meliputi: pendapatan perkapita, IPM, angka
kemiskinan, dan kesenjangan ekonomi.

4.4.1 Posisi Pendapatan Per kapita Papua di Tingkat Nasional


Pendapatan perkapita Papua dapat dikatakan memiliki posisi di atas rata-
rata pendapatan per kapita di tingkat nasional. Hal ini disebabkan sektor tambang
papua yang merupakan penyumbang pendapatan terbesar di Papua. Pada tahun
2017, Papua menempati peringkat ke-tujuh pendapatan per kapita terbesar
menurut provinsi di Indonesia. Berikut gambaran perbandingan pendapatan per
kapita Papua di tingkat nasional:

33
Posisi Pendapatan Per Kapita Per Tahun (Juta Rupiah)
70.00 58.68
54.73
60.00 47.73
50.00 40.51 43.13
38.79 37.11 37.94
40.00 51.90
45.10 48.00
30.00 41.90
35.10 38.40
20.00 32.40
28.80
10.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
PAPUA INDONESIA

Gambar 4.22 Posisi Pendapatan Per Kapita


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

Pendapatan Per kapita menurut Provinsi Tahun 2017


PAPUA 58,684.09
PAPUA BARAT 78,426.50
MALUKU UTARA 26,686.06
MALUKU 22,857.70
SULAWESI BARAT 29,766.44
GORONTALO 29,573.58
SULAWESI TENGGARA 41,294.83
SULAWESI SELATAN 48,206.84
SULAWESI TENGAH 45,255.80
SULAWESI UTARA 44,763.60
KALIMANTAN UTARA 112,011.53
KALIMANTAN TIMUR 165,714.16
KALIMANTAN SELATAN 38,738.31
KALIMANTAN TENGAH 48,431.02
KALIMANTAN BARAT 35,979.45
NUSA TENGGARA TIMUR 17,241.26
NUSA TENGGARA BARAT 25,007.56
BALI 50,714.59
BANTEN 45,342.38
JAWA TIMUR 51,388.32
DI YOGYAKARTA 31,676.67
JAWA TENGAH 34,650.40
JAWA BARAT 37,180.96
DKI JAKARTA 232,342.28
KEP. RIAU 110,310.55
KEP. BANGKA BELITUNG 48,902.75
LAMPUNG 37,209.50
BENGKULU 31,368.79
SUMATERA SELATAN 46,420.64
JAMBI 54,366.37
RIAU 105,990.99
SUMATERA BARAT 40,324.28
SUMATERA UTARA 47,963.99
ACEH 28,227.06
Pendapatan Per kapita (Ribu Rupiah)

Gambar 4.23 Pendapatan Per Kapita Menurut Provinsi


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

34
4.4.2 Posisi IPM Papua di Tingkat Nasional
IPM Papua jika dibandingkan di tingkat nasional masih dibawah rata-rata
nasional, meskipun pertumbuhan IPM Papua positif namun masih tergolong
rendah. Bahkan pada Tahun 2017 Provinsi Papua menempati posisi terbawah
dalah hal Indeks Pembangunan Manusia ini. Berikut digambarkan posisi IPM
Papua di Tingkat Nasional:

Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi Tahun 2017

INDONESIA 70.81
PAPUA 59.09
PAPUA BARAT 62.99
MALUKU UTARA 67.2
MALUKU 68.19
SULAWESI BARAT 64.3
GORONTALO 67.01
SULAWESI TENGGARA 69.86
SULAWESI SELATAN 70.34
SULAWESI TENGAH 68.11
SULAWESI UTARA 71.66
KALIMANTAN UTARA 69.84
KALIMANTAN TIMUR 75.12
KALIMANTAN SELATAN 69.65
KALIMANTAN TENGAH 69.79
KALIMANTAN BARAT 66.26
NUSA TENGGARA TIMUR 63.73
NUSA TENGGARA BARAT 66.58
BALI 74.3
BANTEN 71.42
JAWA TIMUR 70.27
DI YOGYAKARTA 78.89
JAWA TENGAH 70.52
JAWA BARAT 70.69
DKI JAKARTA 80.06
KEP. RIAU 74.45
KEP. BANGKA BELITUNG 69.99
LAMPUNG 68.25
BENGKULU 69.95
SUMATERA SELATAN 68.86
JAMBI 69.99
RIAU 71.79
SUMATERA BARAT 71.24
SUMATERA UTARA 70.57
ACEH 70.6
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Indeks Pembangunan Manusia

Gambar 4.24 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)
35
Posisi IPM
80 68.9 69.55 70.18 70.81
66.53 67.09 67.7 68.31
70 59.09
55.01 55.55 56.25 56.75 57.25 58.05
60 54.45

50
IPM

40
30
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

PAPUA INDONESIA

Gambar 4.25 Posisi IPM


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

4.4.3 Posisi Angka Kemiskinan Papua di Tingkat Nasional


Angka Kemiskinan Papua jika dibandingkan di tingkat nasional masih
dibawah rata-rata nasional, meskipun terjadi penurunan presentase penduduk
miskin namun masih tergolong tinggi. Bahkan pada Tahun 2017 Provinsi Papua
menempati posisi teratas dengan presentase peduduk miskin terbanyak di
Indonesia. Berikut digambarkan posisi IPM Papua di Tingkat Nasional:

Posisi Jumlah Penduduk Miskin


40 36.8
35 31.98 30.66 31.53
27.8 28.4 28.4 27.76
30
Persen (%)

25
20
13.33 12.49 11.66
15 11.47 10.96 11.13 10.7 10.12
10
5
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
PAPUA INDONESIA

Gambar 4.26 Posisi Kemiskinan


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)
36
Angka Kemiskinan menurut Provinsi Tahun 2017
INDONESIA 10.12
PAPUA 27.76
PAPUA BARAT 23.12
MALUKU UTARA 6.44
MALUKU 18.29
SULAWESI BARAT 11.18
GORONTALO 17.14
SULAWESI TENGGARA 11.97
SULAWESI SELATAN 9.48
SULAWESI TENGAH 14.22
SULAWESI UTARA 7.9
KALIMANTAN UTARA 6.96
KALIMANTAN TIMUR 6.08
KALIMANTAN SELATAN 4.7
KALIMANTAN TENGAH 5.26
KALIMANTAN BARAT 7.86
NUSA TENGGARA TIMUR 21.38
NUSA TENGGARA BARAT 15.05
BALI 4.14
BANTEN 5.59
JAWA TIMUR 11.2
DI YOGYAKARTA 12.36
JAWA TENGAH 12.23
JAWA BARAT 7.83
DKI JAKARTA 3.78
KEP. RIAU 6.13
KEP. BANGKA BELITUNG 5.3
LAMPUNG 13.04
BENGKULU 15.59
SUMATERA SELATAN 13.1
JAMBI 7.9
RIAU 7.41
SUMATERA BARAT 6.75
SUMATERA UTARA 9.28
ACEH 15.92
0 5 10 15 20 25 30
Presentase Penduduk Miskin (%)

Gambar 4.27 Angka Kemiskinan Menurut Provinsi


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

4.4.4 Posisi Kesenjangan Ekonomi Papua di Tingkat Nasional


Posisi Kesenjangan Ekonomi Papua dibandingkan dengan Gini Ratio di
Indonesia maka Papua sudah cukup merata, gini ratio Papua hanya berada 0,1
poin lebih kecil dengan rata-rata Indonesia. Berikut digambarkan posisi gini ratio
Papua pada Gambar 4.28:
37
Posisi Kesenjangan Ekonomi
0.46 0.44 0.44
0.44 0.42 0.42
0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41
Gini Ratio

0.42 0.40 0.40


0.39 0.39
0.40 0.38
0.38
0.36
0.34
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
PAPUA INDONESIA

Gambar 4.28 Posisi Kesenjangan Ekonomi


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)

Angka Kesenjangan menurut Provinsi Tahun 2017


INDONESIA 0.39
PAPUA 0.40
PAPUA BARAT 0.39
MALUKU UTARA 0.317
MALUKU 0.343
SULAWESI BARAT 0.354
GORONTALO 0.43
SULAWESI TENGGARA 0.394
SULAWESI SELATAN 0.407
SULAWESI TENGAH 0.355
SULAWESI UTARA 0.396
KALIMANTAN UTARA 0.308
KALIMANTAN TIMUR 0.33
KALIMANTAN SELATAN 0.347
KALIMANTAN TENGAH 0.343
KALIMANTAN BARAT 0.327
NUSA TENGGARA TIMUR 0.359
NUSA TENGGARA BARAT 0.371
BALI 0.384
BANTEN 0.382
JAWA TIMUR 0.396
DI YOGYAKARTA 0.432
JAWA TENGAH 0.365
JAWA BARAT 0.403
DKI JAKARTA 0.413
KEP. RIAU 0.334
KEP. BANGKA BELITUNG 0.282
LAMPUNG 0.334
BENGKULU 0.351
SUMATERA SELATAN 0.361
JAMBI 0.335
RIAU 0.325
SUMATERA BARAT 0.318
SUMATERA UTARA 0.315
ACEH 0.329

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Gini Ratio

Gambar 4.29 Angka Kesenjangan Menurut Provinsi


Sumber: papua.bps.go.id (diolah)
38
BAB 5
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah Pembangunan Ekonomi Regional Studi Empiris
di Provinsi Papua Tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:
1. Provinsi Papua dengan Ibukota Jayapura memiliki luas wilayah 322.476
km2 saat ini dipimpin oleh Gubernur Lukas Enembe dan Wakil Gubernur
Klemen Tinal. Provinsi Papua hingga tahun 2012, terdiri dari 28 kabupaten
dan 1 kota dengan perkembangan jumlah distrik 389 dan 3.619 kampung.
Provinsi Papua pada tahun 2018 memiliki jumlah penduduk 3.322.526 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki 1.746.771 jiwa dan 1.575.755 jiwa.
Jumlah penduduk di seluruh Provinsi Papua berkisar 1,3% dari penduduk
seluruh Indonesia dan berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota, jumlah
penduduk di Provinsi Papua terpadat dan terbanyak ada di Kota Jayapura.
2. Pertumbuhan dan pertumbuhan di Provinsi Papua dapat disebutkan
sebagai berikut:
a. Pendapatan per kapita Papua mengalami pertumbuhan signifikan
sebesar Rp19,90 juta per kapita dari Rp38,79 juta per kapita menjadi
Rp58,68 juta perkapita atau naik sekitar 51,31% dalam 8 tahun.
b. Pembangunan manusia Papua terus mengalami kemajuan selama
periode 2010 hingga 2018, IPM Papua meningkat dari 54,5 pada tahun
2010 menjadi 60,06 pada tahun 2018. Meningkatnya angka IPM Papua
menjadikan IPM berubah status dari Kategori “Rendah” menjadi
kategori “Sedang”.
c. Presentase Penduduk miskin mengalamin penurunan dari 38,79%
menjadi 27,76%. Meskipun begitu, penurunan angka kemiskinan ini
kurang signifikan jika dibandingkan kenaikkan pendapatan per kapita.
d. Pertumbuhan pendapatan per kapita naik hingga 51,31% tetapi gini
rasio hanya turun 0,01 poin. Artinya kenaikkan pendapatan per kapita
terjadi secara tidak merata dan kurang berpengaruh untuk menurunkan
kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan penduduk miskin.

39
3. Posisi Provinsi Papua pada skala nasional dalam aspek pembangunan
ekonomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan perkapita Papua dapat dikatakan memiliki posisi di atas
rata-rata pendapatan per kapita di tingkat nasional. Pada tahun 2017,
Papua menempati peringkat ke-tujuh pendapatan per kapita terbesar
menurut provinsi di Indonesia.
b. IPM Papua jika dibandingkan di tingkat nasional masih dibawah rata-
rata nasional, meskipun pertumbuhan IPM Papua positif namun masih
tergolong rendah. Bahkan tahun 2017 Provinsi Papua menempati
posisi terbawah dalah hal IPM ini.
c. Angka Kemiskinan Papua jika dibandingkan di tingkat nasional masih
dibawah rata-rata nasional, meskipun terjadi penurunan presentase
penduduk miskin namun masih tergolong tinggi. Bahkan pada Tahun
2017 Provinsi Papua menempati posisi teratas dengan presentase
peduduk miskin terbanyak di Indonesia.
d. Posisi Kesenjangan Ekonomi Papua dibandingkan dengan Gini Ratio
di Indonesia maka Papua sudah cukup merata, gini ratio Papua hanya
berada 0,1 poin lebih kecil dengan rata-rata Indonesia.

3.2 IMPLIKASI
1. Alternatif Kebijakan untuk pembangunan ekonomi di Provinsi Papua dapat
disebutkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan produksi domestik non-tambang.
b. Meningkatkan mutu fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan untuk
merangsang pertumbuhan kualitas manusia.
c. Pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan ekonomi,
dapat berupa program padat karya, bantuan modal usaha, pelatihan
keterampilan dan sebagainya.
d. Pengadaan infrastruktur pendukung seperti jalan, jembatan, sekolah,
puskesmas di daerah terpencil untuk mengurangi ketimpangan.
2. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekonomi di Provinsi Papua,
sebagai berikut: sumber daya alam dan pariwisata.
3. Faktor-faktor yang menghambat perkembangan ekonomi di Provinsi
Papua, sebagai berikut: keamanan wilayah dan keadaan geografis.
40
DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2019. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-

2024. Pemerintah Republik Indonesia.

Bappeda Provinsi Papua. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Tahun 2005-2025. Pemerintah Provinsi Papua.

Badan Pusat Statistik. 2018. Indikator Pendidikan Provinsi Papua Tahun 2018.

Pemerintah Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2018. Papua Dalam Angka. Pemerintah Republik

Indonesia.

41

Anda mungkin juga menyukai