Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya fetus. Selama
masa itu akan terjadi proses pembelahan sel (mitosis) dan pembentukan organ-
organ (organogenesis) yang lebih kompleks yang sama dengan organ-organ
manusia pada umumnya. Untuk kelangsungan proses tersebut diperlukan
konsumsi zat-zat penting seperti oksigen, nutrien yang sangat bermanfaat untuk
metabolisme sel.
Pada masa embrio konsumsi zat-zat tersebut untuk pertumbuhan dan
perkembangannya didapatkan dari zat-zat gizi yang tersimpan dalam sel-sel
endometrium yang besar atau decidua selama 8-12 minggu, meskipun pada hari
ke-16 setelah fertilisasi plasenta menyediakan zat gizi tersebut dalam jumlah yang
sedikit. Sedangkan konsumsi zat-zat gizi setelah 8-12 minggu akan didapatkan
sepenuhnya dari plasenta, karena pada minggu-minggu tersebut sistem sirkulasi
fetus sudah mulai terbentuk dan berfungsi dengan baik.
Sistem sirkulasi fetus berbeda dengan sistem sirkulasi pada manusia
umumnya, karena pada fetus sistem respirasi dan digestif belum berfungsi
sehingga fungsi-fungsi dari sistem tersebut diperankan oleh plasenta sebagai
media komunikasi antara ibu dengan fetus. Untuk itu pada fetus akan terbentuk
struktur sirkulasi tambahan yang mana akan mendukung berlangsungnya sirkulasi
yang efektif. Struktur tambahan tersebut pada saat lahir akan hilang sebagai akibat
sistem yang tidak berfungsi pada kehidupan intrauteri mulai berfungsi pada saat
setelah lahir.
Beberapa kelainan pada fetus saat kehidupan intrauteri maupun setelah
lahir yang sering ditemukan sangat erat kaitannya dengan adequat atau tidaknya
sirkulasi darah fetus, karena dengan sirkulasi yang kurang adequate proses

3
pertumbuhan dan perkembangan fetus sebagaimana dijelaskan diatas akan
terhambat.
Oleh karena itu sebagai perawat maternitas yang berperan salah satunya
dalam membantu kelangsungan hidup fetus dan bayi baru lahir, penting untuk
memahami mekanisme fisiologi pada sirkulasi darah fetus selama kehidupan
intrauteri maupun sesaat setelah lahir sebagai dasar dalam perawatannya.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami mekanisme sirkulasi darah fetus
selama kehidupan intrauteri maupun sesaat setelah kelahiran.
1.2.2. Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu :
a. Menyebutkan struktur yang berperan dalam sirkulasi darah fetus
b. Menjelaskan fisiologi dari sirkulasi darah fetus
c. Menjelaskan perubahan sirkulasi darah fetus sesaat setelah kelahiran

1.3. Metode Penulisan


Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini
adalah studi literature atau kepustakaan dimana isi materi yang
terkandung didasarkan pada literatur-literatur yang berhubungan dengan
perawatan maternitas.

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup pembahasan makalah ini meliputi :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Teoritis
2.1. Struktur sistem sirkulasi darah fetus
2.2. Fisiologi sistem sirkulasi darah fetus
BAB III : Kesimpulan

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Struktur Sistem Sirkulasi Darah Fetus

Selama kehidupan intra uterin sistem respirasi dan sistem digestive fetus
tidak berfungsi, sehingga support respirasi dan nutrisi diambil alih oleh plasenta
melalui proses difusi atau transpor aktif. Oleh karena itu sistem sirkulasi fetus
memiliki perbedaan yang signifikan dengan sistem sirkulasi manusia pada
umumnya dimana sirkulasi darah fetus dirancang sedemikian rupa agar aliran
darah utama memintas paru-paru. Sistem sirkulasi tersebut dibentuk antara
minggu ke-8 sampai ke-12 kehamilan.
Organ-organ yang mempunyai peranan dalam berlangsungnya sistem
sirkulasi fetus sama dengan organ-organ yang berperan dalam sistem sirkulasi
manusia pada umumnya, ditambah dengan organ-organ yang berfungsi sementara
selama kehidupan intrauterine yang akan membantu kelangsungan sirkulasi antara
plasenta dan fetus. Organ-organ yang mempunyai peranan dalam sistem sirkulasi
fetus tersebut diantaranya :

2.1.1. Jantung
Jantung fetus seperti pada manusia umumnya memiliki empat ruang
yaitu atrium kiri-kanan, dan ventrikel kiri-kanan. Struktur tambahan pada
jantung fetus yaitu adanya lubang yang menghubungkan atrium kanan dan kiri
dinamakan Foramen Ovale, sehingga darah yang masuk ke atrium kanan
sebagian besar akan memasuki atrium kiri.
Jantung fetus mulai berdenyut selama minggu ke-4 setelah fertilisasi,
berkontraksi dengan kecepatan 65 denyutan per menit, kecepatannya terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan fetus yang semakin progresif dan
mencapai kecepatan kira-kira 140 denyutan per menit segera setelah lahir.

3
2.1.2. Plasenta
Plasenta merupakan jaringan atau alat temporer yang melekatkan
embrio atau fetus ke uterus, tumbuh dari jaringan proses nidasi ( dari tubuh
embrio dan tubuh ibu). Jaringan dari embrio yaitu chorion, sedangkan dari
tubuh ibu yaitu decidua. Sejalan dengan tumbuhnya embrio dan plasenta, body
stalk akan memanjang dan menyempit menjadi tali pusat yang
menghubungkan embrio dan plasenta. Dalam tali pusat ini terkandung satu
pembuluh darah vena dan dua pembuluh arteri yang berasal dari pembuluh
darah allantois embrio.
Plasenta yang merupakan sistem komunikasi fetus-ibu, strukturnya akan
terbentuk sempurna pada minggu ke-16 kehamilan dimana desidua parietalis
dan desidua kapsularis telah menjadi satu. Karakteristik plasenta yang
terbentuk sempurna yaitu berbentuk bundar dengan ukuran 15x20 cm, tebal
2,5 – 3 cm, berat plasenta 500 gram. Sedangkan tali pusat yang
menghubungan plasenta dengan fetus memiliki panjang 25 – 60 cm.
Struktur dari plasenta yang sempurna (gb. 1) terdiri dari :
1. Chorionik plate dari bagian embrio yang dilapisi oleh amnion sebelah luar.
2. Basal plate dari bagian maternal atau ibu. Pada bagian ini akan terbentuk
tonjolan-tonjolan kedalam ruang intervillus.
3. Villi chorialis dari bagian embrio yang terendam dalam ruang intervillus
bagian ibu. Pada jaringan ini terbentuk kapiler yang akan berdiferensiasi
jadi arteri dan vena.
4. Tali pusat berisi arteri umbilikalis dilapisi sebelah luar oleh amnion.
Struktur lain yang terdapat dalam plasenta matur yaitu membran
plasenta yang merupakan sistem barier yang membatasi antara peredaran
darah fetus dan darah induk. Struktur tersebut berasal dari bagian tubuh fetus,
diantaranya :
1. lapisan endothelium kapiler fetus dalam villus
2. Lapisan jaringan ikat yang terdiri dari kolagen.
3. Lapisan basalis villus.
4. Lapisan tipis syncytotropoblast.

3
Fungsi plasenta adalah sebagai organ respirasi, digestive, dan eksresi, serta
sebagai organ endokrin.

Vena Umbilicalis
Arteri Umbilicalis

Funiculus Amnion
Umbilicalis Septum Decidua Villi Chorion (Berisi
arteriola dan Venula)
Trofoblast Spatium
(Chorion) Intervillosum

Decidua Decidua
Basalis Marginalis
Compacta
Sinus
Marginalis

Miometrium Arteriol Spiralis Decidua Basalis Spongiosa

Gambar 1 : Struktur Plasenta

2.1.3. Darah Fetus


Pembentukan darah fetus atau hematopoeisis pertama kali dilakukan
didalam yolk sac, kemudian tempat utama berikutnya dilakukan di hati dan
akhirnya pada sum-sum tulang.
Eritrosit perrtama yang dibentuk didalam fetus mempunyai inti, tetapi
dengan perkembangan fetus yang bertambah akan ditemukan banyak eritrosit
tidak berinti dalam sirkulasi. Selain itu seiring dengan tumbuhnya fetus
volume darah di fetus dan plasenta akan meningkat sekitar 125 ml/Kg fetus
pada usia kehamilan cukup bulan, serta konsentrasi hemoglobin fetus juga
akan meningkat sampai sama dengan hemoglobin orang dewasa sekitar 15
gr/dl, kemudian pada pertengahan kehamilan dan cukup bulan hemoglobin ini
akan meningkat sampai 18 gr/dl.
Jenis hemoglobin yang terdapat pada fetus sebagian besar adalah
hemoglobin F dimana hemoglobin ini mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap O2, hal ini disebabkan karena Hb F mengikat lebih rendah

3
konsentrasi 2,3-diposfogliserat. Pada akhir kehamilan yaitu mulai minggu ke-
32 sampai ke-34 Hb F akan diganti oleh Hb A, sehingga konsentrasi Hb F
akan menurun, yang pada akhirnya mencapai tingkat rendah seperti yang
ditemukan dalam eritrosit-eritrosit dewasa normal.

2.1.4. Struktur Temporer Sirkulasi Fetus


Ada empat struktur temporer dalam sistem sirkulasi darah fetus (lihat
gb. 2) yang mana struktur ini akan menghilang atau berubah beberapa saat
setelah lahir, struktur tersebut meliputi :

a. Duktus Venosus
Berjalan dari vena umbilikalis ke vena kava inferior, saluran ini membawa
darah bersih (darah yang mengandung oksigen) ke jantung untuk sirkulasi
ke seluruh fetus.

b. Foramen Ovale
merupakan lobang yang berbentuik oval yang memungkinkan darah untuk
mengalir dari atrium kanan menuju atrium kiri sehingga memintas
ventrikel kanan juga paru-paru fetus.

c. Duktus arteriosus
saluran penghubung dari arteri pulmonalis ke arkus desenden aorta,
saluran ini membawa darah kotor yang kembali dari bagian kepala dan
ekstremitas lewat vena kava superior serta ventrikel kanan dengan
demikian bagian terbesar darah tersebut dialihkan dari paru-paru Fetus.

d. Arteri Hipogastrika
merupakan dua buah pembuluh darah yang terletak pada sisi kiri dan
kanan sebagai percabangan dari arteri illiaka interna sebelum masuk
kedalam tali pusat (umbilical cord). Di dalam tali pusat arteri hipogastrika
dinamakan arteri umbilikalis yang membawa darah kembali ke plasenta.

3
Gambar 2 : Struktur Sirkulasi Fetus

2.2. Fisiologi Sistem Sirkulasi Darah Fetus

Sirkulasi darah fetus sangat tergantung dari kondisi sirkulasi dalam


plasenta, karena bahan-bahan yang terkandung dalam sirkulasi fetus semuanya
berasal dari plasenta, sehingga jika kondisi plasenta atau sirkulasi plasenta
terganggu maka sirkulasi fetus tidak akan berlangsung dengan baik atau berhenti
sama sekali.

2.2.1. Sirkulasi Plasenta

Pada saat systole, darah ibu disemprotkan dari arteri spiral pada desidua
basalis ke dalam ruang intervillus dengan tekanan 70 – 80 mmHg, sehingga
darah tersebut sampai mencapai chorionic plate (pangkal dari kotiledon-
kotiledon fetus), kemudian akan membasahi semua vili chorialis sehingga
akan terjadi pertukaran udara, nutrien, dan hasil akhir metabolisme antara

3
darah ibu dengan darah fetus di kapiler. Selanjutnya darah tersebut akan
kembali dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua basalis.

a. Variabel-variabel yang menentukan kefektifan plasenta sebagai suatu


organ transfer
10 variabel yang penting dalam menentukan keefektifan plasenta
sebagai suatu organ transfer, diantaranya :
1. Konsentrasi zat didalam plasma ibu dan didalam beberapa hal
tingkat keterikatannya dengan protein karier.
2. Kecepatan aliran darah ibu ke ruang Intervilli.
3. Luas permukaan yang tersedia untuk pertukaran lewat epitel
trofoblast villus.
4. Sifat-sifat fisik sawar jaringan yang menyekat diantara darah
didalam rongga intervillus dan darah didalam kapiler ibu. (untuk
transpor zat dengan difusi)
5. Kemampuan mesin biokimiawi plasenta untuk mengefektifkan
transpor aktif seperti reseptor-reseptor spesifik pada membran plasma
trofoblast. (untuk zat yang ditranspor secara aktif).
6. Banyaknya zat yang dimetabolisme oleh plasenta selama transfer.
7. Luas permukaan untuk pertukaran melewati kapiler fetus didalam
plasenta.
8. Konsentrasi zat didalam darah fetus, khususnya yang terikat.
9. Ikatan-ikatan spesifik atau protein karier didalam sirkulasi fetus
atau ibu.
10. Kecepatan aliran darah fetus melewati kapiler villus.

b. Difusi melalui membran plasenta


Fungsi utama plasenta adalah memungkinkan difusi bahan makanan
dari darah ibu kedalam darah fetus dan difusi hasil-hasil eksresi dari fetus
kembali masuk kedalam darah ibu. Pada bulan-bulan pertama
permeabilitas membran plasenta relatif kecil, karena ketebalan membran
vilus belum berkurang. Dengan bertambahnya umur plasenta, ketebalan

3
membran plasenta semakin menipis sehingga permeabilitasnya meningkat
secara progresif sampai dengan bulan-bulan terakhir kehamilan.
Berikut proses difusi beberapa zat didalam plasenta :
1) Difusi oksigen
Oksigen yang larut dalam darah yang berada pada sinus plasenta
akan berdifusi melalui membran vili ke chorion vili untuk dialirkan
menuju vena umbilikalis. Proses difusi tersebut disebabkan oleh
perbedaan tekanan O2 ibu (50 mmHg) dengan tekanan O2 fetus (30
mmHg), sehingga tekanan rata-rata untuk difusi tersebut sekitar 20
mmHg. Tekanan oksigen fetus yang rendah (30 mmHg) tersebut akan
mencukupi kebutuhan oksigen fetus, karena hemoglobin pada fetus
yang dibentuk sebelum kelahiran dapat mengikat oksigen 20-30%
lebih banyak dari hemoglobin ibu.

2) Difusi karbondioksida
Seperti pada difusi oksigen, difusi karbondioksida terjadi karena
perbedaan tekanan CO2 fetus (40-45 mmHg) dengan tekanan CO2 fetus
(48 mmHg). Selisih tekanan rata-rata yang kecil akan memungkinkan
cukup memungkinkan difusi karbondioksida kedalam darah ibu,
karena kelarutan karbondioksida yang ekstrem dalam air membran
plaseta akan memungkinkan karbondioksida berdifui 20 kali lebih
cepat dari oksigen.

3) Difusi nutrien
Proses difusi nutrien atau zat-zat metabolic lain yang
durbutuhkan oleh tubuh fetus akan berdifusi sama dengan difusi
oksigen dan karbondioksida, misalnya glukosa akan berdifusi dari
darah ibu ke darah fetus, karena glukosa di fetus 20-30% lebih rendah
dari glukosa ibu, hal ini terjadi akibat glukosa dimetabolisme dengan
cepat pada fetus. Zat-zat lain yang berdifusi seperti asam lemak, ion-
ion kalium, natrium, dan clorida.

3
4) Absorpsi aktif oleh membran plasenta
absorpsi aktif dapat terjadi pada membran plasenta oleh sel-sel
yang melapisi permukaan luar vili. Zat-zat yang masuk ke fetus
melalui absorpsi aktif disebabkan kadarnya yang tinggi didalam fetus.
Zat-zat tersebut diantaranya asam amino, kalsium, dan fosfat.

5) Eksresi melalui membran plasenta


Dengan cara yang sama seperti karbondioksida, urea, asam urat,
dan kreatinin akan berdifusi kedalam darah ibu untuk dieksresi
kemudian bersama dengan produk sekresi ibu.

2.2.2. Sirkulasi Darah Fetus

Darah yang mengandung O2 (teroksigenasi) memasuki fetus lewat vena


umbilikalis dengan kecepatan rata-rata 175 ml/Kg, tekanan mendekati 12
mmHg, dan PO2 yang besarnya kira-kira 30 mmHg. 50% darah tersebut akan
melintasi hepar dan mengalir melalui cabang besar (ductus venosus) menuju
vena cava inferior, dimana darah tersebut akan bercampur dengan sisa darah
yang datang kembali dari bagian bawah tubuh kemudian memasuki atrium
kanan. Dari atrium kanan sebagian besar darah akan memasuki atrium kiri
melewati Foramen Ovale, sebagian lagi akan masuk kedalam ventrikel kanan.
(lihat Diagram Rangkaian Sirkulasi)
Darah di atrium kiri yang sebagian besar berasal dari atrium kanan dan
sebagian kecil berasal dari vena pulmonalis akan memasuki ventrikel kiri
untuk memperdarahi otak, ekstremitas atas melalui aorta ascenden, sedangkan
untuk organ-organ viscera abdomen, ekstremitas bagian bawah, diperdarahi
oleh aorta descenden.
Selain berasal dari ventrikel kiri darah yang berada di aorta descenden
juga berasal dari darah ventrikel kanan (sebagian besar diperoleh dari darah
deoksigenasi vena cava superior) yang memompakan darahnya melalui arteri
pulmonalis untuk disalurkan ke paru-paru dalam jumlah sedikit dan sisanya
dialirkan ke aorta descenden melewati ductus arteriosus.

3
Darah yang terdeoksigenasi pada aorta descenden yang membawa hasil
akhir metabolisme dari seluruh tubuh fetus akan mengalir melalui arteri illiaka
interna (kanan-kiri), kemudian dilanjutkan kedalam dua arteri umbilikalis
melalui arteri hipogastrika (kanan-kiri) yang pada akhirnya akan dibersihkan
pada plasenta melalui proses difusi, transfor aktif atau secara pinositosis.

2.2.3. Perubahan Sirkulasi Sesudah Kelahiran


Setelah bayi lahir terjadi perubahan-perubahan dramatis pada sistem
sirkulasi fetus, diantaranya :
1) Penutupan pembuluh darah umbilikalis, duktus venosus, dan arteri
hipogastrika.
Terputusnya hubungan plasenta dari fetus saat lahir, aliran darah
sepanjang pembuluh umbilikalis, ductus venosus, dan arteri hipogastrika
akan berhenti, sehingga akan terbentuk bekuan-bekuan darah, dan
pembuluh darah akan berdegenerasi menjadi jaringan fibrosa.
Ductus venosus akan menjadi Ligamentum venosum, vena
umbilikalis akan menjadi ligamentum teres, dan arteri umbilikalis akan
menjadi ligamentum umbilicus.

2) Penutupan duktus arteriosus (10-15 hari setelah kelahiran)


Pada saat bayi nafas pertama sesudah lahir, paru-paru bayi akan
mengembang, sehingga akan menurunkan resistensi pada paru-paru,
kemudian darah dari atrium kanan akan dipompakan melalui arteri
pulmonalis sebagian besar ke paru-paru. Dalam beberapa detik
peningkatan O2 akan menstimulasi kontriksi dari otot-otot polos pembuluh
ductus arteriosus, sehingga akan terbentuk ligamentum arteriosus.

3) Penutupan foramen ovale (± 1 jam setelah kelahiran)


Dengan banyaknya darah yang dipompa dari ventrikel kanan ke
paru-paru, tekanan pada ventrikel kanan dan atrium kanan akan menurun
dibawah tekanan atrium kiri dan ventrikel kiri, sehingga tekanan yang
meningkat di atrium kiri dan ventrikel kiri tersebut akan mengakibatkan
penutupan katup pada foramen ovale.

3
3
3
BAB III
KESIMPULAN

Sirkulasi darah fetus dengan sirkulasi darah orang dewasa sangat berbeda.
Pada fetus sistem sirkulasi darah dibantu struktur temporer yang meliputi foramen
ovale, ductus arteriosus, ductus venosus, arteri umbilikalis, dan vena umbilikalis.
Struktur tersebut akan mengalami fibrosis perlahan-lahan setelah fetus dilahirkan,
dikarenakan fungsi sistem respirasi yang sudah mulai berfungsi.
Pada manusia umumnya darah yang kaya akan oksigen (teroksigenasi)
berada pada pembuluh arteri kecuali arteri pulmonalis, dan darah yang
deoksigenasi berada pada pembuluh vena kecuali vena pulmonalis. Sedangkan
pada fetus, darah bercampur antara yang teroksigenasi dengan deoksigenasi
berada pada pembuluh arteri maupun vena, kecuali pada vena umbilikalis (darah
teroksigenasi) dan arteri umbilikalis (darah deoksigenasi).

3
DAFTAR PUSTAKA

Farer Helen, 2001, Perawatan Maternitas, EGC, Jakarta.


Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan,EGC, Jakarta.
Veralla Sylvia, 1996, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Alih
Bahasa : Hartono, Yayasan Essentia Medica & ANDI, Yogyakarta.
Cunningham F. Garry, 1995, Obstetri Williams Edisi 18, Alih Bahasa : Joko
Suyonon & Andry Hartono, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Martini Frederic H, et.al, 1998, Fundamental of Anatomy & Physiology, Prentice
Hall International Inc, United States of America
Guyton Arthur C, 1995, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Alih
Bahasa oleh Petrus Andrianto, EGC, Jakarta.
Yatim Wildan, 1994, Reproduksi & Embriologi, Tarsito, Bandung.
Behrman Richard E, et. al, 1993, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai