PENDAHULUAN
3
pertumbuhan dan perkembangan fetus sebagaimana dijelaskan diatas akan
terhambat.
Oleh karena itu sebagai perawat maternitas yang berperan salah satunya
dalam membantu kelangsungan hidup fetus dan bayi baru lahir, penting untuk
memahami mekanisme fisiologi pada sirkulasi darah fetus selama kehidupan
intrauteri maupun sesaat setelah lahir sebagai dasar dalam perawatannya.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami mekanisme sirkulasi darah fetus
selama kehidupan intrauteri maupun sesaat setelah kelahiran.
1.2.2. Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu :
a. Menyebutkan struktur yang berperan dalam sirkulasi darah fetus
b. Menjelaskan fisiologi dari sirkulasi darah fetus
c. Menjelaskan perubahan sirkulasi darah fetus sesaat setelah kelahiran
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Selama kehidupan intra uterin sistem respirasi dan sistem digestive fetus
tidak berfungsi, sehingga support respirasi dan nutrisi diambil alih oleh plasenta
melalui proses difusi atau transpor aktif. Oleh karena itu sistem sirkulasi fetus
memiliki perbedaan yang signifikan dengan sistem sirkulasi manusia pada
umumnya dimana sirkulasi darah fetus dirancang sedemikian rupa agar aliran
darah utama memintas paru-paru. Sistem sirkulasi tersebut dibentuk antara
minggu ke-8 sampai ke-12 kehamilan.
Organ-organ yang mempunyai peranan dalam berlangsungnya sistem
sirkulasi fetus sama dengan organ-organ yang berperan dalam sistem sirkulasi
manusia pada umumnya, ditambah dengan organ-organ yang berfungsi sementara
selama kehidupan intrauterine yang akan membantu kelangsungan sirkulasi antara
plasenta dan fetus. Organ-organ yang mempunyai peranan dalam sistem sirkulasi
fetus tersebut diantaranya :
2.1.1. Jantung
Jantung fetus seperti pada manusia umumnya memiliki empat ruang
yaitu atrium kiri-kanan, dan ventrikel kiri-kanan. Struktur tambahan pada
jantung fetus yaitu adanya lubang yang menghubungkan atrium kanan dan kiri
dinamakan Foramen Ovale, sehingga darah yang masuk ke atrium kanan
sebagian besar akan memasuki atrium kiri.
Jantung fetus mulai berdenyut selama minggu ke-4 setelah fertilisasi,
berkontraksi dengan kecepatan 65 denyutan per menit, kecepatannya terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan fetus yang semakin progresif dan
mencapai kecepatan kira-kira 140 denyutan per menit segera setelah lahir.
3
2.1.2. Plasenta
Plasenta merupakan jaringan atau alat temporer yang melekatkan
embrio atau fetus ke uterus, tumbuh dari jaringan proses nidasi ( dari tubuh
embrio dan tubuh ibu). Jaringan dari embrio yaitu chorion, sedangkan dari
tubuh ibu yaitu decidua. Sejalan dengan tumbuhnya embrio dan plasenta, body
stalk akan memanjang dan menyempit menjadi tali pusat yang
menghubungkan embrio dan plasenta. Dalam tali pusat ini terkandung satu
pembuluh darah vena dan dua pembuluh arteri yang berasal dari pembuluh
darah allantois embrio.
Plasenta yang merupakan sistem komunikasi fetus-ibu, strukturnya akan
terbentuk sempurna pada minggu ke-16 kehamilan dimana desidua parietalis
dan desidua kapsularis telah menjadi satu. Karakteristik plasenta yang
terbentuk sempurna yaitu berbentuk bundar dengan ukuran 15x20 cm, tebal
2,5 – 3 cm, berat plasenta 500 gram. Sedangkan tali pusat yang
menghubungan plasenta dengan fetus memiliki panjang 25 – 60 cm.
Struktur dari plasenta yang sempurna (gb. 1) terdiri dari :
1. Chorionik plate dari bagian embrio yang dilapisi oleh amnion sebelah luar.
2. Basal plate dari bagian maternal atau ibu. Pada bagian ini akan terbentuk
tonjolan-tonjolan kedalam ruang intervillus.
3. Villi chorialis dari bagian embrio yang terendam dalam ruang intervillus
bagian ibu. Pada jaringan ini terbentuk kapiler yang akan berdiferensiasi
jadi arteri dan vena.
4. Tali pusat berisi arteri umbilikalis dilapisi sebelah luar oleh amnion.
Struktur lain yang terdapat dalam plasenta matur yaitu membran
plasenta yang merupakan sistem barier yang membatasi antara peredaran
darah fetus dan darah induk. Struktur tersebut berasal dari bagian tubuh fetus,
diantaranya :
1. lapisan endothelium kapiler fetus dalam villus
2. Lapisan jaringan ikat yang terdiri dari kolagen.
3. Lapisan basalis villus.
4. Lapisan tipis syncytotropoblast.
3
Fungsi plasenta adalah sebagai organ respirasi, digestive, dan eksresi, serta
sebagai organ endokrin.
Vena Umbilicalis
Arteri Umbilicalis
Funiculus Amnion
Umbilicalis Septum Decidua Villi Chorion (Berisi
arteriola dan Venula)
Trofoblast Spatium
(Chorion) Intervillosum
Decidua Decidua
Basalis Marginalis
Compacta
Sinus
Marginalis
3
konsentrasi 2,3-diposfogliserat. Pada akhir kehamilan yaitu mulai minggu ke-
32 sampai ke-34 Hb F akan diganti oleh Hb A, sehingga konsentrasi Hb F
akan menurun, yang pada akhirnya mencapai tingkat rendah seperti yang
ditemukan dalam eritrosit-eritrosit dewasa normal.
a. Duktus Venosus
Berjalan dari vena umbilikalis ke vena kava inferior, saluran ini membawa
darah bersih (darah yang mengandung oksigen) ke jantung untuk sirkulasi
ke seluruh fetus.
b. Foramen Ovale
merupakan lobang yang berbentuik oval yang memungkinkan darah untuk
mengalir dari atrium kanan menuju atrium kiri sehingga memintas
ventrikel kanan juga paru-paru fetus.
c. Duktus arteriosus
saluran penghubung dari arteri pulmonalis ke arkus desenden aorta,
saluran ini membawa darah kotor yang kembali dari bagian kepala dan
ekstremitas lewat vena kava superior serta ventrikel kanan dengan
demikian bagian terbesar darah tersebut dialihkan dari paru-paru Fetus.
d. Arteri Hipogastrika
merupakan dua buah pembuluh darah yang terletak pada sisi kiri dan
kanan sebagai percabangan dari arteri illiaka interna sebelum masuk
kedalam tali pusat (umbilical cord). Di dalam tali pusat arteri hipogastrika
dinamakan arteri umbilikalis yang membawa darah kembali ke plasenta.
3
Gambar 2 : Struktur Sirkulasi Fetus
Pada saat systole, darah ibu disemprotkan dari arteri spiral pada desidua
basalis ke dalam ruang intervillus dengan tekanan 70 – 80 mmHg, sehingga
darah tersebut sampai mencapai chorionic plate (pangkal dari kotiledon-
kotiledon fetus), kemudian akan membasahi semua vili chorialis sehingga
akan terjadi pertukaran udara, nutrien, dan hasil akhir metabolisme antara
3
darah ibu dengan darah fetus di kapiler. Selanjutnya darah tersebut akan
kembali dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua basalis.
3
membran plasenta semakin menipis sehingga permeabilitasnya meningkat
secara progresif sampai dengan bulan-bulan terakhir kehamilan.
Berikut proses difusi beberapa zat didalam plasenta :
1) Difusi oksigen
Oksigen yang larut dalam darah yang berada pada sinus plasenta
akan berdifusi melalui membran vili ke chorion vili untuk dialirkan
menuju vena umbilikalis. Proses difusi tersebut disebabkan oleh
perbedaan tekanan O2 ibu (50 mmHg) dengan tekanan O2 fetus (30
mmHg), sehingga tekanan rata-rata untuk difusi tersebut sekitar 20
mmHg. Tekanan oksigen fetus yang rendah (30 mmHg) tersebut akan
mencukupi kebutuhan oksigen fetus, karena hemoglobin pada fetus
yang dibentuk sebelum kelahiran dapat mengikat oksigen 20-30%
lebih banyak dari hemoglobin ibu.
2) Difusi karbondioksida
Seperti pada difusi oksigen, difusi karbondioksida terjadi karena
perbedaan tekanan CO2 fetus (40-45 mmHg) dengan tekanan CO2 fetus
(48 mmHg). Selisih tekanan rata-rata yang kecil akan memungkinkan
cukup memungkinkan difusi karbondioksida kedalam darah ibu,
karena kelarutan karbondioksida yang ekstrem dalam air membran
plaseta akan memungkinkan karbondioksida berdifui 20 kali lebih
cepat dari oksigen.
3) Difusi nutrien
Proses difusi nutrien atau zat-zat metabolic lain yang
durbutuhkan oleh tubuh fetus akan berdifusi sama dengan difusi
oksigen dan karbondioksida, misalnya glukosa akan berdifusi dari
darah ibu ke darah fetus, karena glukosa di fetus 20-30% lebih rendah
dari glukosa ibu, hal ini terjadi akibat glukosa dimetabolisme dengan
cepat pada fetus. Zat-zat lain yang berdifusi seperti asam lemak, ion-
ion kalium, natrium, dan clorida.
3
4) Absorpsi aktif oleh membran plasenta
absorpsi aktif dapat terjadi pada membran plasenta oleh sel-sel
yang melapisi permukaan luar vili. Zat-zat yang masuk ke fetus
melalui absorpsi aktif disebabkan kadarnya yang tinggi didalam fetus.
Zat-zat tersebut diantaranya asam amino, kalsium, dan fosfat.
3
Darah yang terdeoksigenasi pada aorta descenden yang membawa hasil
akhir metabolisme dari seluruh tubuh fetus akan mengalir melalui arteri illiaka
interna (kanan-kiri), kemudian dilanjutkan kedalam dua arteri umbilikalis
melalui arteri hipogastrika (kanan-kiri) yang pada akhirnya akan dibersihkan
pada plasenta melalui proses difusi, transfor aktif atau secara pinositosis.
3
3
3
BAB III
KESIMPULAN
Sirkulasi darah fetus dengan sirkulasi darah orang dewasa sangat berbeda.
Pada fetus sistem sirkulasi darah dibantu struktur temporer yang meliputi foramen
ovale, ductus arteriosus, ductus venosus, arteri umbilikalis, dan vena umbilikalis.
Struktur tersebut akan mengalami fibrosis perlahan-lahan setelah fetus dilahirkan,
dikarenakan fungsi sistem respirasi yang sudah mulai berfungsi.
Pada manusia umumnya darah yang kaya akan oksigen (teroksigenasi)
berada pada pembuluh arteri kecuali arteri pulmonalis, dan darah yang
deoksigenasi berada pada pembuluh vena kecuali vena pulmonalis. Sedangkan
pada fetus, darah bercampur antara yang teroksigenasi dengan deoksigenasi
berada pada pembuluh arteri maupun vena, kecuali pada vena umbilikalis (darah
teroksigenasi) dan arteri umbilikalis (darah deoksigenasi).
3
DAFTAR PUSTAKA