Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH SEMINAR

“TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN JIWA”.


TERAPI KOMPLEMENTER MUROTTAL PADA PASIEN JIWA

Dosen Pembimbing:

DISUSUN OLEH :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah mata kuliah ini, kami membahas
mengenai Terapi Komplementer Murottal.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami lebih jauh
tentang Terapi Komplementer Murottal, dan merupakan tugas terstruktur
kelompok.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai sumber buku, jurnal, dan
beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut membantu, memberikan bimbingan, serta
memberikan motivasi kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat kami menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Dedi S. Djamhuri, dr.,Sp.B selaku Ketua STIKES Jendral Achmad Yani
Cimahi
2. BAHRUL..............
3. H. Hikmat Rudiana S.Kp., M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi NERS
4. Rahmi Imelisa, S.Kp., M.Kep, Sp Jiwa selaku koordinator mata kuliah Jiwa
5. Para Dosen pembimbing Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
6. Para CI (Clinical Instruktur) dan kepala Ruangan RSUD R.Syamsudin SH,
Kota Sukabumi

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi yang telah membaca
makalah ini agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
menjadi sarana belajar dan bermanfaat bagi kita sebagai mahasiswa, dan khususnya
bagi pembaca sekalian.

2
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Sukabumi, Desember 2016


Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan dalam diri seseorang dapat menimbulkan efek negatif jika
berlebihan. Depresi merupakan salah satu tipe atau gejalanya.Menurut
WHO, depresi diperkirakan menjadi beban masalah kesehatan kedua setelah
penyakit jantung pada 2020 dan menduduki tempat pertama sebagai
penyebab utama dari beban penyakit sedunia pada tahun 2030.
Banyak penelitian yang telah dilakukan para pakar psikologis untuk
mengatasi kecemasan ini, seperti obat-obatan kimia. Namun pasti ada efek
negatif yang ditimbulkan oleh obat-obatan kimia ini, seperti kecanduan
yang ditimbulkan jika terlalu sering digunakan, atau jika dosisnya
berlebihan akan menimbulkan efek samping tertentu. Ada beberapa
alternatif yang masih diteliti untuk mengurangi kecemasan tersebut, seperti
relaksasi pernapasan, akupuntur, hingga terapi musik klasik.
Selain terapi tersebut, masih ada terapi yang masih diteliti yaitu
mendengarkan murottal al-Qur’an. Mungkin ini bisa menjadi alternatif
kedepannya sebagai terapi menghilangkan kecemasan tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi komplementer Murotal Al-Qur’an

terhadap pasien dengan gangguan jiwa.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memenuhi tugas mata keperawatan jiwa

b. Menjelaskanmenjelaskan pengaruh terapi komplementer

Murotal Al-Qur’an terhadap pasien dengan gangguan jiwa.

4
c. Pengaruh terapi komplementer Murotal Al-Qur’an terhadap

pasien dengan gangguan jiwa

d. Memahami dasar-dasar keperawatan jiwa

e. Memahami, memecahkan dan menelaah secara kritis dan

rasional tentang pengaruh terapi komplementer Murotal Al-

Qur’an terhadap pasien dengan gangguan jiwa.

f. Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah keperawatan jiwa

C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Memperkaya wawasan ilmu keperawatan Pengaruh terapi

komplementer Murotal Al-Qur’an terhadap pasien dengan

gangguan jiwa.

b. Sebagai masukan dalam pengembangan keperawatan jiwa

c. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa tentang terapi

komplementer Murotal Al-Qur’an terhadap pasien dengan

gangguan jiwa

d. Sesuai dengan peran perawat sebagai peneliti dan edukasi

diharapkan asuhan keperawatan ini dapat memacu kreatifitas

perawat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

5
2. Manfaat Praktis

a. Untuk mengetahui konsep Pengaruh terapi komplementer

Murotal Al-Qur’an terhadap pasien dengan gangguan jiwa

b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan terapi komplementer

Murotal Al-Qur’an terhadap pasien dengan gangguan jiwa

c. Dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan pelayanan

keperawatan jiwa.

d. Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat berguna sebagai

bahan informasi dan data dasar bagi pembaca selanjutnya

khususnya tentang terapi komplementer Murotal Al-Qur’an

terhadap pasien dengan gangguan jiwa.

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Teoritis
2. Praktis
D. Sistematika Penulisan
BAB II KONSEP TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi

6
4. Tanda dan Gejala
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan Medis
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
C. Konsep Tumbuh Kembang
D. Konsep reaksi Hospitalisasi
BAB III REFENSI JURNAL
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

7
BAB II
KONSEP TEORI

A. Konsep Keperawatan Jiwa


Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang
harusdihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain,
kesulitankarena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap
dirinyasendiri-sendiri (Djamaludin, 2001).

Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III


adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara
klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002).

Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik


keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. praktik
keperawatan jiwa terjadi dalam konteks social dan lingkungan.
Keperawatan jiwa merupakan salah satu dari lima inti disiplin kesehatan
mental. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmi-ilmu psikososial,
biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan
suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik keperawatan.
Saat ini berkembang perawatan sebagai profesi yaitu keperawatan sebagai
elemen inti dari semua praktik keperawatan.

Pelayanan keperawatan jiwa di Indonesia dimulai dengan dibukanya


rumah sakit jiwa pertama di Bogor pada tahun 1882 dan sampai sekarang
telah berdiri 34 rumah sakit milik pemerintah di 25 provinsi di Indonesia.
Rumah sakit jiwa ditetapkan sebagai pusat pengembangan-pelayanan
keperawatan jiwa. masalah utama yang dihadapi pelayanan keperawatan

8
jiwa adalah kualitas dan kuantitas dari tenaga keperawatan yang ada
umumnya dengan latar belakang sekolah perawat kesehatan(SPK), sekolah
pengatur rawat B (SPRB), sekolah perawat kesehatan spesialis jiwa
(SPKSI).

Pada awalnya praktik keperawatan jiwa di rumah sakit jiwa dilakukan


dengan cara “custodial care”, kemudian berkembang terapi kejang listrik
dan lain-lain. Perawatan secara “custodial care” mulai berangsur-angsur
diubah. Pasien mulai dilatih bekerja sesuai kemampuan, walaupun ruangan
masih dikunci dan pasien belum boleh keluar ruangan.

Dengan perkembangan pengobatan gangguan kesehatan jiwa, maka


dibutuhkan perawat yang dapat menangani masalah fisik dan jiwa dirumah
sakit jiwa. Inilah awal perawatan kesehatan jiwa dibutuhkan dan diterima
sebagai anggota tim kesehatan jiwa. ilmu keperawatan dan kesehatan jiwa
mulai dan terus berkembang. Peplau mengemukakan bahwa dasar utama
asuhan keperawatan kesehatan jiwa adalah hubungan interaksi antara
perawat-pasien, kemudian berkembang komunikasi terapeutik serta terapi
modalitas dalam keperawatan jiwa.

Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal


dan selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan
diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan.
Keharmonisan fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa
terjadi dan merasa bahagia.

Secara utuh mencakup aspek fisik, mental, social dan pribadi yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Kesehatan fisik, yaitu : proses fungsi fisik dan fisiologis, kepadanan


dan efesiensinya. Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah
tidak ada disfungsi dengan indikator lain. (misalnya tekanan darah,
kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung dan kadar karbon

9
monoksida) yang biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat
kesehatan.
- Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu: secara primer tentang
perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang
perasaan seseorang, kebugaran dan enersi, perasaan sejahtera dan
kemampuan pengendalian internal, indicator mengenai keadaan sehat
mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah titik merasa
tertekan/depresi.
- Menurut Undang-undang No.18 Tahun 2014Kesehatan Jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
- Kesehatan social, yaitu: aktivitas social seseorang. Kemampuan
sseorang untuk menyelesaikan tugas, berperan dan belajar berbagai
keterampilan untuk berfungsi secara adaptif didalam
masyarakat.indikator mengenai status sehat social yang minimal
adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar
yang sesuai dengan peran seseorang.
- Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui
berfungsinya secara efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut
diatas, menekankan pada kemungkinan kemampuan , sumber daya
dan bakat dan talenta internal seseorang, yang mungkin tidak
dapat/akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang
biasa.
- Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa
didalam diri seseorang terdapat potensi dan kemampuan untuk
memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak
bersifat instrumental dan yang memungkinkan perkembangan optimal
seseorang. Inidikator minimal dari kesehatan pribadi adalah minat

10
yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman yang memungkinkan
seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.
- Menurut Undang-undang No.18 Tahun 2014 Orang Dengan Masalah
Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK adalah orang yang
mempunyai masalah fisik, mental, sosial,pertumbuhan dan
perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki
risikomengalami gangguan jiwa.
- Menurut Undang-undang No.18 Tahun 2014; Upaya Kesehatan Jiwa
adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang
optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadudanberkesinambungan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/ataumasyarakat.

Upaya promotive Kesehatan Jiwa ditujukan untuk:

a. Mempertahankan dan meningkatkan derajat Kesehatan


Jiwamasyarakat secara optimal;
b. Menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi
ODGJsebagai bagian dari masyarakat;
c. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terhadap
Kesehatan Jiwa
d. Meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap
Kesehatan Jiwa
(Undang-undang No.18 Tahun 2014)

B. Konsep Gelombang Otak


Berikut adalah hubungan gelombang otak dan keadaan pada
gelombang tersebut, dan hormon yang berperan dalam fase tersebut :
1. Alpha
Dalam gelombang otak ini, seseorang berada dalam keadaan tenang,
santai dan damai. Hormon yang diproduksi tubuh pada fase ini adalah

11
a. Serotonin, hormon merasa baik ini dirilis pada frekuensi ini.
Hormon ini mengatur suasana hati, tidur, nafsu makan, respon
seksual, pengontrol emosi, kecemasan, kemarahan, dan rasa
kenyang.
b. Analgesik, pembunuh rasa sakit dirilis dari frekuensi ini juga.
Jika rasa sakit hilang maka dapat membuat seseorang merasa
damai, emosi terfokus, santai, dan merasa baik.
2. Theta
Keadaan sangat santai di mana seseorang masuk dalam kondisi
meditasi dan tidak menyadari tubuh fisiknya. Hormon yang
diproduksi adalah :
a. Endorfin, obat penghilang rasa sakit alami, sangat mirip dengan
morfin, dilepaskan ketika theta merangsang bagian-bagian
tertentu dari otak. Endorfin berhubungan erat dengan perasaan
gembira, selain itu juga sebagai pereda nyeri, dan dapat
menghilangkan rasa sakit emosional serta rasa sakit fisik.
b. Serotonin berfungsi mengontrol mood atau suasana hati, nafsu
makan dan tidur.
c. DHEA, dehydropepiandrosterone, adalah hormon super yang
meningkatkan fungsi saraf seseorang. Hormon ini adalah anti-
depresan alami yang membantu kekebalan tubuh dan
mempertajam kemampuan mental seseorang.
3. Delta
Orang yang berada dalam fase ini, berada dalam keadaan tidur
nyenyak di mana seseorang tidak bermimpi. Hormon yang diproduksi
adalah :
a. Melatonin, hormon yang membuat ritme dan keseimbangan
tubuh, dirilis dalam keadaan delta. Hormon ini membantu
seseorang tidur dan mengkonversi ke serotonin selama periode
terjaga.

12
b. Hormon Pertumbuhan Manusia bertugas meningkatkan stamina,
mengurangi lemak tubuh sebesar 15%.
4. Beta
Pada fase ini, seseorang dalam keadaan fokus dan konsentrasi.
Hormon yang diproduksi adalah :Dopamin, sebuah neurotransmitter
dilepaskan selama kondisi beta, meningkatkan suasana hati,
kewaspadaan. Hormon ini mengontrol sistem kesenangan dalam otak
Anda. Dopamin menyebabkan kita mempunyai keinginan dan
pencarian.
5. Gamma
Fase yang melakukan sinkronisasi kedua sisi otak,
memungkinkan perasaan gembira dan rasa kesatuan. Serotonin dan
endorphin alami dirilis pada frekuensi ini. Kedua hormon ini
meningkatkan perasaan euforia yang terhubung ke ketidaksadaran
kolektif.
Dengan teknologi saat ini, audio gelombang otak yang telah
dirancang kusus dapat digunakan untuk masuk dalam fase gelombang
otak yang diinginkan, dan tidak harus menunggu untuk merasa
bahagia, damai atau puas.

C. Konsep Murotal
MurottaladalahsuaraAl-Qur’anyang dilagukanoleh seorangqori’
(pembacaAl-Qur’an). Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur
suara manusia. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres,
mengaktifkan hormonen dorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki
sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas
gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendaliemosi, pemikiran

13
yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik. Biasanya jika kita
mendengarkan Murottal, gelombang otak berada dalam fase theta.
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik
Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan
mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka
yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis
yang sangat besar.
Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa,
menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang
dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang
dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.
Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru
untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan
ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia
berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam
melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya
yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian
yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada
tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan
ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

D. Indikasi Pemberian Terapi Murotal Pada Gangguan Jiwa


1. Untuk mengatasi kecemasan pasien serta membentuk koping yang
positif.
2. Untuk memberikan motivasi serta dorongan semangat dalam
menghadapi masalah yang sedang dihadapi pasien.
3. Memberikan ketenangan rohani (jiwa) dan meningkatkan gairah
hidup.

14
E. ProsedurPemberian Terapi Murotal Pada Gangguan Jiwa
Prosedur Pelaksanaan terapi audio adalah dengan melakukan:
1. Persiapan terapi (mp3 recorder murottal, earphone bila perlu),
pengkondisian pasien
2. Pemutaran murottal (lama tindakan disesuaikan kebutuhan klien).
Terapi audio dengan murottal Al-Quran dapat diterapkan dirumah
sakit jiwa dengan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak.Menurut
Oriordan (2002) dalam Faradisi (2012) terapi murotal memberikan dampak
psikologis kearah positif, hal ini dikarenakan ketika murotal diperdengarkan
dan sampai ke otak, maka murotal ini akan diterjemahkan oleh otak.
Persepsi kita ditentukan oleh semua yang telah terakumulasi, keinginan,
hasrat, kebutuhan dan praanggapan. Menurut Krishna (2001) dalam Faradisi
(2012) keinginan dan harapan terbesar pasien yang akan menjalani operasi
adalah agar operasi dapat berjalan lancar dan pasien dapat pulih seperti
semula. Maka kebutuhan terbesar adalah kekuatan penyokong, yaitu realitas
kesadaran terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut MacGrego (2001) dalam Faradisi (2012) dengan terapi
murotal maka kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat,
baik orang tersebut tahu arti Al- Quran atau tidak. Kesadaran ini akan
menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT, dalam keadaan ini
otak berada pada gelombang alpha, merupakan gelombang otak pada
frekuensi 7-14Hz. Ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dan

15
dapat menyingkirkan stres dan menurunkan. Dalam keadaan tenang, otak
dapat berpikir dengan jernih dan dapat melakukan perenungan tentang
adanya Tuhan, akan terbentuk koping, atau harapan positif pada pasien.

Daun Telinga Telinga tengah Koklea

hipotalamus Amigdala Talamus

Area auditorik
primer

Endorfin Hipokampus
Area auditorik
sekunder

Area prefrontal Area weraicke

Tabel.1. Mekanisme Jalannya Ayat Murottal Memberikan Relaksasi

F. Tujuan Pemberian Terapi Murotal Pada Gangguan Jiwa

Murottal bekerja pada otak dimana ketika didorong oleh rangsangan


dari Terapi Murottal, maka otak akan memproduksi zat kimia yang disebut
zat neuropeoptide. Molekul ini akan menyangkutkan kedalam reseptor-
reseptor dan memberikan umpan balik berupa kenikmatan dan kenyamanan
(Abdurrochman, 2008).
Murottal mampu memacu sistem saraf parasimpatis yang mempunyai
efek berlawanan dengan sistem saraf simpatis. Sehingga terjadi
keseimbangan pada kedua sistem saraf autonom tersebut. Hal inilah yang
menjadi prinsip dasar dari timbulnya respon relaksasi, yakni terjadi
keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis
(Asti, 2009).

16
Kondisi yang rileks akan mencegah vasospasme pembuluh darah
akibat perangsangan simpatis padakondisi stres sehingga dapat
meningkatkan perfusi darah (Upoyo, Ropi dan Sitorus 2012).Stimulan Al-
Qur’an rata-rata didominasi oleh gelombang delta. Adanya gelombang delta
ini mengindikasikan bahwa kondisi narcoba sebenarnya berada dalam
keadaan sangat rileks. Stimulan terapi ini sering memunculkan gelombang
delta di daerah frontal dancentral baik sebelah kanan dan kiri otak.Adapun
fungsi dari daerahfrontal yaitu sebagai pusat intelektual umum dan
pengontrol emosi,sedangkan fungsi dari daerah central yaitu sebagai pusat
pengontrolgerakan-gerakan yang dilakukan.Sehingga, stimulan al-Qur’an
inidapat memberikan ketenangan, ketentraman dan kenyamanannaracoba
(Abdurrochman, 2008).
Mendengarkan ayat-ayat suci Al Quran, seorang Muslim,baik mereka
yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis
yang sangat besar. Secara umum merekamerasakan adanya penurunan
depresi, kesedihan, dan ketenanganjiwa (Siswantinah, 2011).
Mendengarkan murottal Al Qur’an terdapat juga faktorkeyakinan,
yaitu agama Islam.Umat Islam mempercayai bahwa Al-Qur’an adalah kitab
suci yang mengandung firman-firmanNya dan merupakan pedoman hidup
manusia. Sehingga dengan mendengarkannya akan membawa subjek merasa
lebih dekat denganTuhan serta menuntun subjek untuk mengingat dan
menyerahkansegala permasalahan yang dimiliki kepada Tuhan, hal ini
akanmenambah keadaan relaks. Faktor keyakinan yang dimilikiseseorang
mampu membawa pada keadaan yang sehat dan sejahtera,teori ini
dikemukakan oleh Benson. Menurut Benson seseorang yangmempunyai
keyakinan mendalam terhadap sesuatu akan lebih mudahmendapatkan
respon relaksasi. Respon relaksasi ini dapat timbulkarena terdapat suatu
hubungan antara pikiran dengan tubuh (mindbodyconection).Sehingga
mendengar bacaan Al Quran dapatdisebut juga sebagai suatu relaksasi
religious (Faradisi, 2009).

17
Firman Faradisi (2012) dengan penelitiannya mengenai Efektivitas
Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. Banyak pasien yang
mengalami kecemasan sebelum operasi. Berdasarkan hasil penelitian
tentang perbedaan tingkat efektivitas antara pemberian terapi musik dengan
terapi pembacaan Al-Qur’an terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien
pre-operasi di Rumah Sakit Islam Pekajangan dapat ditarik simpulan:
tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah terapi musik terdapat
perbedaan yang signifikan, sehingga pemberian terapi musik efektif
menurunkan tingkat kecemasan pasien, tingkat kecemasan antara sebelum
dan sesudah terapi murotal terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga
pemberian terapi murotal efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien,
tingkat kecemasan antara sesudah mendapatkan terapi musik dan murotal
terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga pemberian terapi murotal lebih
efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi
musik. Perlu dipertimbangkan berbagai hal untuk pasien pra operasi sebagai
berikut: bagi profesi keperawatan diharapkan untuk senantiasa
melaksanakan dan meningkatkan peran mandirinya dalam upaya mengatasi
masalah kecemasan pada pasien sebelum pembedahan melalui pemberian
terapi musik atau terapi Al-Quran; bagi institusi pendidikan kesehatan
diharapkan terus mengkaji berbagai terapi yang lebih efektif dalam
penanganan cemas dan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya
dibidang keperawatan; bagi Rumah Sakit terkait, diharapkan setelah
diperoleh hasil yang signifikan maka dapat diterapkan sebagai terapi tetap
dalam prosespenyiapan pasien sebelum operasi; dalam pemberian terapi,
sebaiknya musik yang diberikan sesuai dengan jenis musik yang disukai
oleh pasien.

G. Kontra indikasi
1. Orang yang mempunyai gangguan dalam pendengaran.

18
BAB III
REFERENSI JURNAL

Dewasa ini perkembangan terapi didunia keperawatan sudah mulai


berkembang kearah pendekatan keagamaan (Psikoreligius). Berbagai penelitian
yang telah dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi bebagai masalah kehidupan
yang merupakan stresor psikososial. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1984)
telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari 4 unsur
kesehatan. Keempat unsur kesehatan tersebut adala sehat fisik, sehat psikis, sehat
sosial dan sehat spiritual.
Adapunun jurnal penelitian mengenai terapi murotal quran adalah sebagai
berikut :
1..........
2......

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari berbagai jurnal diatas dapat didata hasil sebagai berikut, Dwi Ariani
Sulistyowati, E. Prihantini (2014) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Terapi
Psikoreligi Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, dengan jumlah 20 orang responden
menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa Terapi Psikoreligius
berpengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di
RSJD Surakarta, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon
perilaku pada pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi
psikoreligius, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon verbal
pada pasien yang diberi terapi psikoreligi dan yang tidak diberi terapi
psikoreligius, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon emosi
pada pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi
psikoreligius, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon fisik
pada pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi
psikoreligius. Saran hasil penelitian adalah hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan bidang perawatan agar lebih efektif
membimbing/melakukan terapi psikoreligius dalam merawat pasien schizofrenia
dengan perilaku kekerasan.
Siwi Sri Widhowati (2014) dalam penelitiannya mengenai Efektifitas Terapi
Audio dengan Murattal Surah Ar Rahman untuk Menurunkan Perilaku Kekerasan
di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui efektifitas terapi audio dengan murattal surah Ar- Rahman dalam
menurunkan perilaku kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasy experiment)
dengan desain pre-test post-test nonequivalent control group design. Alat ukur
yang digunakan adalah Staff Observation Aggression Scale-Revised (SOAS-R).
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 83 responden dengan pembagian 60
responden sebagai kelompok perlakuan dan 23 responden sebagai kelompok

20
kontrol. Uji statistik yang membandingkan kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol menunjukkan adanya signifikansi perbedaan nilai penurunan nilai pretes
dan postes antara kedua kelompok tersebut. Penambahan terapi audio dengan
murottal surah Ar Rahman pada kelompok perlakuan lebih efektif dalam
menurunkan perilaku kekerasan di RSJD DR. Amino Gondohutomo Semarang
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi audio
tersebut. Pihak rumah sakit diharapkan dapat menerapkan terapi ini kepada pasien
dengan perilaku kekerasan untuk dapat memperpendek waktu perawatan pasien di
rumah sakit serta mengurangi efek samping dari obat-obatan yang diberikan
kepada pasien.
Firman Faradisi (2012) dalam penelitiannya mengenai Efektivitas Terapi
Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien
Pra Operasi di Pekalongan.Hasil distribusi mengenai tingkat kecemasan pasien
Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Pekajangan sebelum mendapatkan terapi
murotal sebagian besar termasuk kategori sedang. Sedangkan hasil distribusi
mengenai tingkat kecemasan pasien Rumah Sakit Muhammadiyah Pekajangan
sesudah mendapatkan terapi murotal sebagian besar tidak merasakan adanya
kecemasan. Terapi murotal memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini
dikarenakan ketika murotal diperdengarkan dan sampai ke otak, maka murotal ini
akan diterjemahkan oleh otak. Persepsi kita ditentukan oleh semua yang telah
terakumulasi, keinginan, hasrat, kebutuhan dan pra anggapan (Oriordan, 2002).
Keinginan dan harapan terbesar pasien yang akan menjalani operasi adalah agar
operasi dapat berjalan lancar dan pasien dapat pulih seperti semula. Maka
kebutuhan terbesar adalah kekuatan penyokong, yaitu realitas kesadaran terhadap
adanya Tuhan Yang Maha Esa (Krishna, 2001). Dengan terapi murotal maka
kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut
tahu arti AlQuran atau tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas
kepasrahan kepada Allah SWT, dalam keadaan ini otak berada pada gelombang
alpha, merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14HZ. Ini merupakan
keadaan energi otak yang optimal dan dapat menyingkirkan stres dan menurunkan
kecemasan(MacGregor, 2001). Dalam keadaan tenang otak dapat berpikir dengan

21
jernih dan dapat melakukan perenungan tentang adanya Tuhan, akan terbentuk
koping, atau harapan positif pada pasien (Khrisna, 2001).
Ike Rossyam Wardani S (2015) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh
Terapi Musik Klasik Dan Murotal Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada
Lansia. Berdasarkan hasil penelitian tingkat depresi pada lansia antara sesudah
mendapatkan terapi musik klasik dan murottal terdapat perbedaan yang signifikan,
pemberian terapi murottal lebih efektif menurunkan tingkat depresi dibandingkan
dengan terapi musik klasik. Hasil penelitian ini dilakukan peneliti pada kelompok
perlakuan sebelum dan sesudah mendengarkan musik klasik dan murottal
mengalami penurunan depresi yang signifikan. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Ardiansyah (2014) tentang Pengaruh terapi musik klasik dan murottal
terhadap penurunan tingkat kecemasan mahasiswa semester akhir. Menyimpulkan
bahwa pemberian terapi musik klasik dan murottal sangat efektif dalam
menurunkan tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir. Dalam hal ini
musik murottal lebih efektif dibandingkan musik klasik. Ketika diperdengarkan
musik klasik, maka harmonisasi dalam musik klasik yang indah akan masuk
telinga dalam bentuk suara (audio), menggetarkan genderang telinga,
mengguncangkan cairan diteling dalam serta menggetarkan sel-sel rambut di alam
koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan menciptakan
imajinasi keindahan di otak kanan dan otak kiri. Yang akan memberikan dampak
berupa kenyamanan dan perubahan perasaan. Perubahan perasaan ini diakibatkan
karena musik klasik dapat menjangkau wilayah kiri kortek cerebri (Mindlin,
2009). Dari korteks limbik, jaras pendengaran dilanjutkan ke hipokampus, dan
meneruskan sinyal musik ke Amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran
yang bekerja pada tingkat bawah sadar, sinyal kemudian diteruskan ke
hipotalamus. Hipotalamus merupakan area pengaturan sebagian fungsi vegetative
dan fungsi endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional, jaras
pendengaran diteruskan ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju
seratotonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu saraf simpatis
dan para simpatis. Kedua saraf ini dapat mempengaruhi kontraksi dan relaksasi
organ-organ. Relaksasi dapat merangsang pusat rasa ganjaran sehingga timbul

22
ketenangan (Ganong, 2005). Namun dari data yang didapat ternyata lebih efektif
menggunakan murotal dibandingkan terapi musik klasik, karena Terapi murotal
memiliki aspek yang sangat diperlukan dalam mengatasi depresi, yakni
kemampuanya dalam membentuk koping baru untuk mengatasi depresi pada
lansia. Sehingga secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi murotal
mempunyai dua poin penting, memiliki irama yang indah dan juga secara
psikologis dapat memotivasi dan memberikan dorongan semangat dalam
menghadapi problem yang sedang dihadapi.
Very Julianto & Magda Bhinnety Etsem (2011) dalam penelitiannya
mengenai The Effect of Reciting Holy Qur’an toward Short-term Memory Ability
Analysed trought the Changing Brain Wave. Berdasarkan data penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa membaca Al Quran area yang mengalami kenaikan
signifikan terjadi di area Fp1 (Prefrontal kiri), Fp2 (Prefrontal kanan), dan P4
(Parietal kanan). Pada area Fp1 dan Fp2, kenaikan yang dominan oleh gelombang
beta, alpha dan theta. Sedangkan pada P4, kenaikan yang dominan dialami oleh
gelombang beta, theta dan delta. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
pada saat membaca Al Quran menunjukkan ada aktivitas berfikir, aktivitas
berfikir yang melibatkan emosi dan ada aktivitas ke-Tuhanan. Gelombang yang
berubah juga berbeda, tergantung aktivitas apa yang terjadi.
Haeroni (2014) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Terapi Membaca
Al Qur’an (Surah Ar-Rahman) Terhadap Demensia Pada Lansia Di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang.Ada
perbedaan yang signifikan tingkat demensia pada lansia pada kelompok intervensi
setelah pemberian terapi membaca Al-Qur’an (Surrah Ar-Rahman) di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Jadi, ada pengaruh pemberian
terapi membaca Al-Qur’an (Surrah Ar-Rahman) terhadap demensia pada lansia di
Unit Rehabilitasi.
Fithroh Roshinah, dkk (2014) Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat
Hiperaktif – Impulsif Pada Anak Attention Deficit Hyperactive Disorder
(ADHS).Terapi murottal dapat membantu menurunkan gejala tingkat
hiperaktivitas dan impulsivitas pada anak ADHD. Terapi ini membantu anak

23
hiperaktif dan impulsif untuk pembelajaran serta melatih artikulasi dari anak
ADHD tersebut. Pada tahap ini subjek penelitan diamati dalam rentang gejala
yang alamiah. Rata-rata gejala yang muncul muncul enam gejala dari sembilan
gejala atau tanda anak hiperaktif –impulsif. Gejala yang sering muncul adalah
subjek penelitian melakukan gerakan seolah-olah digerakkan oleh mesin sehingga
subjek tidak bisa diam. Gejala yang lain adalah sulit untuk tenang, dan
memaksakan kehendak karena tipe anak ini tidak bisa menunggu dengan lama.
Pergaulan subjek penelitian dengan teman-temannya terbilang cukup harmonis
walaupun terkadang subjek penelitian sering dimanfaatkan oleh teman-temannya
untuk melaksanakan pekerjaan yang lain. Mengalihkan pekerjaan yang kurang
bermanfaat untuk membantu temannya atau membantu guru lain untuk bersih-
bersih halaman ataupun untuk.Hasil dari tahap intervensi adalah subjek penelitan
selama proses intervensi pada pertemuan pertamasekitar delapan menit.
Dilanjutkan pada hari kedua subjek penelitian dapat duduk dengan tenang selama
kurang lebih sepuluh menit. Keadaan subjek ketika diberikan sebuah perlakuan
mengalami kondisi yang berbeda-beda. Di antara perbedaan kondisi itu seperti
keadaan mengantuk, sedang sakit, dan ada berbagai permasalahan yang dihadapi
ketika melaksanakan intervensi.Pada sesi keempat intervensi, subjek penelitian
mengantuk sehingga sedikit kesulitan dalam melakukan intervensi namun ketika
subjek terkantuk-kantuk, subjek penelitian masih bisa mendengarkan bacaan
murottal yang diputar untuk intervensi sedikit banyak sudah meresap kedalam
alam bawah sadar subjek penelitian. Tahap Baseline II dilaksanakan sebanyak
empat kali. Grafik dari baseline kedua memiliki kecenderungan untuk naik. Jika
dibandingkan dengan baseline I diawal baseline II memiliki tingkat penurunan
gejala yang signifikan. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya gejala hiperaktivitas
yang muncul. Pada baseline II ini yang masih banyak muncul adalah gejala untuk
tidak tenang, badan seakan digerakkan oleh mesin, dan memaksakan kehendak
pada yang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terapi murottal
terhadap menurunnya gejala yang timbul dari subjek penelitian. Pada awalnya
gejala yang muncul masih berada di kisaran enam gejala namun pada tahap
observasi kedua atau baseline II gejala tersebut sudah menurun menjadi tiga gejala

24
yang muncul. Walaupun frekuensi yang muncul tidak stabil.Berikut grafik
perbandingan per tahapan penelitian.
Endiyono& Yulianingsari Pramesthirini(2016) dalam penilitiannya
mengenai Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Surat Arrahman Terhadap
Kualitas Tidur Pasien Di Ruang Iccu Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap kualitas tidur
pasien di ICCU RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto, analisis ini
menggunakan uji paired test. Rata-rata kualitas tidur pasien sebelum diberi terapi
murottal Al-Qur’an lebih rendah dari pada kualitas tidur pasien sesudah diberi
terapi murottal Al-Qur’an. Hal ini didukung dengan nilai rata-rata kualitas tidur
pasien sesudah diberi terapi murottal Al-Qur’anlebih tinggi dari pada kualitas
tidur pasien sebelum diberi terapi murottal Al-Qur’a.
Virgianti Nur Faridah (2015) dalam penelitiannya mengenai Terapi Murottal
(Al-Qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
Laparatomi.Pengaruh terapi mendengarkan ayat-ayat Al-Quran berupa, adanya
perubahan perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi darah,perubahan
detak jantung dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukan adanya
relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang mengakibatkan
terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan penambahan kadar darah dalam kulit,
diiringi dengan penurunan frekuensi detak jantung. Terapi murotal bekerja pada
otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan dari luar (terapi Al-Qur’an), maka
otak maka memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul ini akan
menangkutkan kedalam reseptor – reseptor mereka yang ada di dalam tubuh dan
akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau kenyamanan (Yusri, 2006;
Faradisi, 2009; Mottaghi, Esmaili, & Rohani, 2011). Terapi Murottal (Al-Qur’an)
Mampu Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre-Operasi Laparatomi.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa lebih dari sebagian pasien pre operasi
laparatomi setelah diberikan terapi murottal pasien tersebut dapat merasakan
perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian terapi murottal (Al-Qur’an)
pasien merasakan perasaan yang lebih nyaman dan tenang karena merasa semua

25
penyakit pasti ada obatnya dan Allah SWT selalu melindungi dan memberikan
kesembuhan (Faradisi, 2009; Mirbagher & Ranjibar, 2010).
Dian Nashif Zahrofi (2013) dalam penelitiannya mengenaiPengaruh
Pemberian Terapi Murottal Al Quran Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.Gagal Ginjal Kronik (GGK)
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan dari fungsi ginjal
yang diakibatkan oleh proses kerusakan ireversibel. Sampai saat ini, hemodialisa
merupakan alternatif utama terapi pengganti fungsi ginjal bagi pasien GGK
karena mempertimbangkan dari segi biaya lebih murah dan risiko terjadinya
perdarahan lebih rendah jika dibandingkan dengan dialisis peritoneal. Akibat yang
dirasakan saat menjalani hemodialisa seperti kram otot, hipotensi, sakit kepala,
mual, dan muntah. Dampak psikologis yang dirasakan pasien adalah kecemasan.
Berdasarkan observasi dan wawancara pada awal bulan Oktober 2013 di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta didapatkan Enam pasien yang menjalani
HD, lima orang (83%) yang dapat terkaji menggunakan instrumen HRS-A bahwa
didapat kecemasan ringan 3 pasien, dan kecemasan sedang ada 2 pasien. Untuk
mengatasi kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisa, perawat perlu
memberikan terapi relaksasi, salah satunya yaitu dengan murottal Al-Qur’an.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian
terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Populasi penelitian adalah semua
pasien yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta yang berjumlah 43, dan sampel penelitian sebanyak 30 responden,
dengan teknik sampling purposive sampling. Instrument penelitian berupa
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Analisis data hasil penelitian
menggunakan uji Independent t-test dan Paired t-test. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu terdapat pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an
terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta.
Eva Dwi Mayrani dan Elis Hartati (2013)dengan penelitiannya yang
berjudul Intervensi Terapi Audio Dengan Murottal Surah Ar-Rahman Terhadap

26
Perilaku Anak Autis. Gangguan perilaku yang umum dialami oleh anak autis
antara lain gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi, perilaku motorik, dan
emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberikan gambaran
pengaruh terapi audio dengan murottal surah Ar-Rahman terhadap anak autis.
Penelitian menggunakan desain pra eksperimental. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 18 anak yang dipilih dengan metode purposive sampling
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur pretest dan post test adalah lembar observasi perilaku anak autis. Rata-
rata nilai hasil pretest dan posttest sebesar 5,06 dan 4,06 serta jumlah responden
yang mengalami gangguan perilaku menunjukkan penurunan setelah mendapatkan
terapi. Hasil ini menunjukkan adanya penurunan gangguan perilaku anak autis
pada aspek interaksi sosial, perilaku, dan emosi setelah mendapatkan terapi audio
dengan murottal surah Ar-Rahman. Penelitian ini dapat menjadi acuan dan
pertimbangan bagi orang tua dan Sekolah Luar Biasa untuk menerapkan terapi
audio dengan murottal surah Ar-Rahman sebagai terapi pendamping yang murah
dan tidak menimbulkan efek samping. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian intervensi terapi audio dengan murottal surah Ar-Rahman dapat
menurunkan tingkat perilaku anak autis yaitu pada aspek interaksi sosial, emosi,
dan perilaku. Peneliti menyarankan kepada orang tua dapat menyediakan waktu
khusus di rumah untuk menerapkan terapi audio dengan murottal surah
ArRahman yang telah terbukti mampu menurunkan gangguan perilaku anak autis
serta kepada pihak SLB dapat mengaplikasikan sebagai terapi pendamping
misalnya satu sesi dalam satu minggu.
Reza Maulana, dkk (2015) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Murotal
Al Qur’an Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Orthopedi. Penelitian
ini menggunakan kelompok eksperimen sebagai kelompok yang diberikan
intervensi dan kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding. Setelah proses
pelaksananan penelitian selesai analisa dilakukan pada masing-masing kelompok.
Pada kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan pre test dan diperoleh hasil
nilai rata-rata kecemasan adalah masing-masing 55,10 dan 55,30. Kecemasan ini
merupakan respon psikologis yang lazim ditemukan pada pasien pre operasi

27
pertama kali. Beberapa orang kadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang
dihadapi, sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh. Hal ini akan berakibat buruk,
karena apabila tidak segera diatasi akan meningkatkan tekanan darah dan
pernafasan yang dapat menyebabkan pendarahan baik pada saat pembedahan
ataupun pasca operasi. Kelompok eksperimen selanjutnya mendapatkan terapi
untuk menurunkan kecemasan yaitu murotal Al Qur’an, sedangkan kelompok
kontrol tidak diberikan terapi apapun. Setelah 10 menit kedua kelompok diukur
kembali tingkat kecemasannya dengan menggunakan instrumen State-Trait
Anxiety Index (STAI). Dari penelitian ini diperoleh hasil post test nilai rata-rata
kecemasan kelompok eksperimen adalah 26,10 dan kontrol 55,60. Hal ini
menunjukkan pada kelompok eksperimen diperoleh hasil penurunan sebesar 29
angka yang mana murotal Al Qur’an secara langsung memberikan pengaruh fisik
dan psikis terhadap responden, menurut pengamatan peneliti hal ini terjadi akibat
responden meresapi dan benar-banar melakukan serangkain intervensi dengan
baik, maka manfaat murotal secara langsung didapatkan oleh responden. Dilain
hal, pada kelompok kontrol terjadi peningkatan nilai rata-rata kecemasan sebesar
0,30 angka, hal ini terjadi diakibatkan semakin meningkatnya kecemasan pasien
karena waktu operasi yang semakin dekat. Murotal adalah rekaman suara Al
Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori’ (pembaca Al Qur’an) (Siswantinah,
2011). Terapi murotal memberikan dampak psikologis kearah positif dikarenakan
ketika murotal diperdengarkan dan sampai ke otak,maka murotal ini akan
diterjemahkan oleh otak. Menurut Faradisi (2012) dengan terapi murotal maka
kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut
tahu arti Al Qur’an atau tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas
kepasrahan kepada Allah SWT, dalam keadaan ini otak berada pada gelombang
alpha. Gelombang alpha merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14 Hz. Ini
merupakan keadaan energi otak yang optimal dan dapat menyingkirkan stres.
Dalam keadaan tenang otak dapat berpikir dengan jernih dan dapat melakukan
perenungan tentang adanya Tuhan, akan terbentuk koping atau harapan positif
pada pasien.

28
Very Julianto, dkk (2014)Pengaruh Mendengarkan Murattal Al Quran
Terhadap Peningkatan Kemampuan Konsentrasi.Perangsangan auditori murattal
mempunyai efek distraksi yang meningkatkanPsympathic, pembentukan
endorphin dalam sistem kontrol desenden dan membuat relakasi otot. Dapat juga
digunakan dasar teori Opiate endogenous, dimana reseptor opiate yang berada
pada otak dan spinal cord menentukan dimana sistem saraf pusat mengistirahatkan
substansi morfin yang dinamakan endorphin dan enkephalin. Opiate endogen ini
dapat dirangsang pengeluarannya oleh stimulasi rangsangan. Opiate reseptor ini
berada pada ujung saraf sensori perifer (Sri Rezeki, dkk, 2013). Terapi music dan
terapi murattal bekerja pada otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan dari
luar (terapi musik dan Al-Qur’an), maka otak akan memproduksi zat kimia yang
disebut neuropeptide. Molekul ini akan menyangkutkan ke dalam reseptor-
reseptor mereka yang ada di dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik
berupa kenikmatan atau kenyamanan (O’riordan, 2002). Dari beberapa pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan dapat diminimalisir dengan
mendengarkan murattal. Dengan menurunnya tingkat kecemasan, maka faktor
penghambat konsentrasi akan berkurang sehingga tingkat konsentrasi akan
meningkat. Simpulan Penelitian kami telah membukti-kan bahwa terdapat
hubungan positif antara mendengarkan murattal dengan kemampuan konsentrasi.
Berdasarkan hasil penelitian kami, terdapat perbedaan yang cukup signifikan
terhadap peningkatan kemampuan konsentrasi antara yang mendengarkan dan
tidak mendengarkan murattal. Walaupun masih terdapat faktor lain yang perlu
diteliti karena ikut berpengaruh pada kemampuan konsentrasi seseorang. Hasil
penelitian ini memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihan dari penelitian ini
adalah hasil dari penelitian mampu membuktikan hipotesis yaitu mendengarkan
murattal efektif dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi. Sedangkan
kelemahan dari penelitian ini adalah tidak meneliti faktor-faktor lain yang
memengaruhi, seperti faktor memori, kondisi ruangan, suhu ruangan, dan banyak
hal lainnya.Konsentrasi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik atau kondisi biologis
seseorang yang masih berpengaruh pada kondisi psikologis orang tersebut.

29
Nur Afuana Hady, dkk (2012) dalam penelitiannya mengenai Perbedaan
Efektifitas Terapi Musik Klasik Dan Terapi Musik Murrotal Terhadap
Perkembangan Kognitif Anak Autis Di SLB Autis Kota Surakarta.Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan efektifitas antara kelompok
terapi musik klasik dan terapi musik murotal terhadap perkembangan kognitif
anak autis. Menurut Sa’dulloh (2008) Al-Quran memiliki banyak manfaat baik
bagi pembaca maupun pendengar salah satunya terhadap perkembangan kognitif
yaitu dapat mempertajam ingatan dan pemikiran yang cemerlang. Sedangkan
menurut Dr. Al Qadhi dalam Gusmiran (2005), melalui penelitiannya yang
panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil
membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang
Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan
perubahan fisiologis yang sangat besar. Al-Quran memberikan pengaruh besar
jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dikutip
dalam Gusmiran (2005) yang menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam
yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder
menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang. Sungguh suatu
kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Alquran.
Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh
besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik
dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ)
seseorang, bacaan Alquran lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan
Alquran memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).
Fatma Siti Fatimah dan Zulkhah Noor (2015) tentang Efektivitas
Mendengarkan Murotal Al-Qur’an terhadap Derajat Insomnia pada Lansia di
Selter Dongkelsari Sleman Yogyakarta.Secara umum responden pada kelompok
intervensi yang mengalami insomnia sedang dan berat mengalami penurunan dan
mengalmi peningkatan pada derajat insomnia ringan. Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu responden mengikuti kegiatan senam jantung sehat yang
dilakukan setiap minggu dan pengajian rutin setiap Minggu Pon, yang diikuti oleh
kurang dari 10 lansia pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada

30
kelompok kontrol tidak mengalami penurunan derajat insomnia kemungkinan
karena yang mengikuti senam hanya sedikit. Menurut Setiawan senam bermanfaat
untuk peningkatan kebugaran paru dan jantung serta mempertahankan fisik
seseorang. Latihan teratur mampu mengurangi stress, kecemasan dan depresi
sehingga derajat insomnia juga berkurang. Hawari menyebutkan beberapa
masalah tersebut saling tumpang tindih dengan yang lainnya. Kelompok
intervensi kegiatan mendengarkan murotal Al-Qur’an diberikan selama 8 hari
berturutturut dalam waktu 12 menit. Mendengarkan murotal Al-Qur’an
merupakan suatu bentuk kegiatan yang memberi efek relaksasi dan ketenangan
dalam tubuh. Al-Qur’an sendiri mempunyai unsur meditasi, autosugesti dan
relaksasi baik dibaca ataupun didengarkan. Efek ini selanjutnya akan memberikan
respon emosi positif yang sangat berpengaruh dalam mendatangkan emosional
positif. Emosional positif selanjutnya ditransmisikan ke sistem limbik dan korteks
serebral dengan tingkat koneksitas yang kompleks antara batang otakhipotalamus-
prefrontal kiri dan kanan-hipokampusamigdala. Transmisi ini menyebabkan
keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter seperti GABA (Gamma
Amino Butiric Acid) dan antagonis GABA oleh hipokampus dan amigdala,
dopamin, serotonin dan noreepinefrin yang diproduksi oleh prefrontal, asetilkolin,
endorfin (opiat alami dalam tubuh efek menenangkan) oleh hipotalamus,
terkendali juga ACTH (Adrenocortico Releasing Hormone), sehingga
mempengaruhi keseimbangan korteks adrenal dalam mensekresi kortisol, kadar
kortisol normal mampu berperan sebagai stimulator terhadap respon ketahanan
tubuh imunologik baik spesifik maupun non spesisif. Hal ini berarti keadaan jiwa
yang tenang, rileks secara tidak langsung mampu membuat keseimbangan dalam
tubuh dan meningkatkan imunitas tubuh. Kemudian keadaan seimbang dapat
mengurangi semua gangguan psikologis termasuk insomnia. Efek kenyamanan
yang dirasa mampu membuat seseorang mudah untuk tertidur jika sudah merasa
mengantuk. Efek rileksasi Al-Qur’an ini diterangkan dalam QS. Az-Zumar: 23
yang artinya:“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-
Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulangulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Tuhan-Nya, kemudian menjadi tenang kulit dan

31
hati mereka ketika mengingat Allah, dengan kitab itu Allah memberi petunjuk
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah,
maka tidak ada seorangpun yang dapat memberi petunjuk”. Didukung penelitian
Abdurrochman, yang merekomendasikan murotal Al-Qur’an untuk mengatasi
insomnia, karena efek dari mendengarkan murotal Al-Qur’an adalah membuat
tenang, relaksasi walaupun hanya satu kali didengarkan. Hal ini terlihat dari
rekaman EEG yang menunjukkan terapi murotal Al-Qur’an rata-rata didominasi
munculnya gelombang delta sebesar 63,11%, gelombang ini timbul di daerah
frontal kanan dan kiri otak. Berarti seseorang yang mendengarkan murotal Al-
Qur’an dalam kondisi yang sangat tenang bahkan seperti gambaran seseorang
yang tidur dalam. Al-Qur’an adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh
penyakit hati dan jasmani. Pengaruh mendengarkan murotal Al-Qur’an terhadap
aspek fisiologis dan psikologis, juga telah dibuktikan oleh Al-Qadi di Amerika
Serikat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bacaan Al-Qur’an memiliki
pengaruh positif yang signifikan dalam membuat efek relaksasi pada ketegangan
urat-urat saraf. Diketahui bahwa ketegangan saraf dapat menurunkan daya tahan
tubuh sehingga secara tidak langsung, hal ini dapat membantu meningkatkan
status imunitas seseorang, yang pada insomnia derajat ringan sampai sedang dapat
mengalami penurunan imunitas, sehingga efek relaksasi ini menjaga agar tidak
jatuh pada kondisi sakit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Al-Qur’an
berpengaruh besar hingga 97% dalam memberikan ketenangan dan
menyembuhkan penyakit. Berdasarkan pernyataan di atas unsur spiritual salah
satunya mendengarkan murotal Al-Qur’an mempunyai peran dalam upaya
mensejahterakan lansia. Selain itu, tujuan dari spiritual tidak lain untuk
memperoleh ketenangan dan secara langsung memambah keimanan seseorang.
Kesimpulannya bahwa ketenangan jiwa dapat diperoleh melalui terapi
psikoreligiusitas mendengarkan murotal Al-Qur’an. Sehingga mendengarkan
Murotal Al-Qur’an dapat memelihara kesehatan jiwa dan memperkuat daya tahan
fisik serta mental terutama pada lansia dan khususnya mampu mengatasi
insomnia.

32
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan para pakar psikologis
untuk mengatasi gangguan jiwa, seperti obat-obatan kimia. Namun pasti ada
efek negatif yang ditimbulkan oleh obat-obatan kimia ini, seperti kecanduan
yang ditimbulkan jika terlalu sering digunakan, atau jika dosisnya
berlebihan akan menimbulkan efek samping tertentu. Ada beberapa
alternatif yang masih diteliti untuk mengurangi gangguan jiwa tersebut,
seperti relaksasi pernapasan, akupuntur, hingga terapi musik klasik.
Selain terapi tersebut, masih ada terapi yang masih diteliti yaitu
mendengarkan murottal al-Qur’an. Mungkin ini bisa menjadi alternatif
kedepannya sebagai terapi dalam mengatasi gangguan jiwa.

B. Saran

33
DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, Prof. (2013) Manajemen Stres Cemas Dan Depresi. Edisi 2 Jilid
4. Jakarta : Badan Penerbit FKUI

Dwi Ariani Sulistyowati, E. Prihantini (2014) Pengaruh Terapi Psikoreligi


Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Siwi Sri Widhowati (2014) Efektifitas Terapi Audio dengan Murattal Surah Ar
Rahman untuk Menurunkan Perilaku Kekerasan di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang.

Firman Faradisi (2012) Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik
terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di
Pekalongan

Ike Rossyam Wardani S (2015) Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Murotal
Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia

Very Julianto & Magda Bhinnety Etsem (2011) dalam penelitiannya mengenai
The Effect of Reciting Holy Qur’an toward Short-term Memory Ability
Analysed trought the Changing Brain Wave

Haeroni (2014) Pengaruh Terapi Membaca Al Qur’an (Surah Ar-Rahman)


Terhadap Demensia Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang

Fithroh Roshinah, dkk (2014) Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat


Hiperaktif – Impulsif Pada Anak Attention Deficit Hyperactive
Disorder (ADHS)

Endiyono& Yulianingsari Pramesthirini (2016) Pengaruh Terapi Murottal Al-


Qur’an Surat Arrahman Terhadap Kualitas Tidur Pasien Di Ruang
Iccu Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Virgianti Nur Faridah (2015) Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu Menurunkan


Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi

34
Dian Nashif Zahrofi (2013) Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta

Eva Dwi Mayrani dan Elis Hartati (2013)Intervensi Terapi Audio Dengan
Murottal Surah Ar-Rahman Terhadap Perilaku Anak Autis

Reza Maulana, dkk (2015) Pengaruh Murotal Al Qur’an Terhadap Kecemasan


Pasien Pre Operasi Bedah Orthopedi

Very Julianto, dkk (2014)Pengaruh Mendengarkan Murattal Al Quran Terhadap


Peningkatan Kemampuan Konsentrasi

Nur Afuana Hady, dkk (2012) Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Klasik Dan
Terapi Musik Murrotal Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Autis
Di SLB Autis Kota Surakarta

Fatma Siti Fatimah dan Zulkhah Noor (2015) Efektivitas Mendengarkan Murotal
Al-Qur’an terhadap Derajat Insomnia pada Lansia di Selter
Dongkelsari Sleman Yogyakarta

35

Anda mungkin juga menyukai