Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU-B


UJI KERENTANAN NYAMUK

Dosen:
Nugroho Budi Santoso, S.KM., M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 7
Gita Ovi Dwi Astuti
Hani Farhani
Rafli Teguh Imani Putra
Virda Aurelin

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jalan Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120
Tlp.021-7397641, 7397643 Fax. 62 (021)7397769
2019
UJI KERENTANAN NYAMUK

A. DASAR TEORI
Uceptibility test atau uji kerentanan adalah suatu test untuk mengetahui tingkat
kerentanan atau kekebalan serangga, terhadap suatu racun/insektisida. Kekebalan seranggan
terhadap insektisida adalah kemampuan populasi serangga untuk bertahan terhadap
pengaruh insektisida yang biasanya mematikan. Proses seleksi peningkatan kekebalan
terhadap insektisida tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi berlangsung lama dalam
singkat ada banyak generasi yang diakibatkan oleh perlakuan inssektisida secara terus
menerus.
Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah ada kekebalan atau tidak, dan kalau
ada,kapan timbulnya. Oleh karena itu uji ini tidak cukup hanya dilakukan sekali
saja,melainkan berulang-ulang sejak sebelum ada penyemprotan sampai sesudahnya. Uji ini
untuk menyelidiki kekebalan fisiologis, bukan untuk mengetahui kekuatan
racun/insektisida. Hal demikian terjadi karena adanya index absorbsi yang berlainan, ada
tidaknya jaringan tubuh yang dapatmenyimpan racun (misal: lemak), organ ekskresi yang
berlainan, kemampuan regenerasi dan detoksikasi yang dimiliki, dan karena perilaku yang
berubah/berbeda (misal: mampu menghindari racun)

B. DASAR KERJA UJI KERENTANAN


Menguji nyamuk dewasa (vektor) dengan cara mengkontakkan (expose) pada suatu
permukaan (misalnya kertas) yang telah dilapisi (mengandung) insektisida dengan
konsentrasi tertentu, selama periode waktu yang telah ditentukan (misalnya 1 jam, 2 jam,
dst.), kemudian mencatat jumlah kematian (presentase kematian) setelah diobservasi selama
24 jam. Untuk meyakinkan bahwa kematian disebabkan oleh insektisida, dalam melakukan
uji kerentanan harus disertai dengan kelompok pembanding (kontrol).
Gambar 2. Tabung uji dan kontrol

C. TUJUAN
Untuk mengukur daya bunuh insektisida yang digunakan dalam pengendalian nyamuk yang
berperan sebagai vektor.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan WHO susceptibility test kit yang terdiri dari :
No Alat Bahan
1 Tabung uji Insecticide impragnated paper
(3 buah tabung percobaan dengan
tanda merah, terbuat dari plastic)

2 Tabung kontrol Untuk impragnated paper


(1 buah tabung penyimpanan nyamuk (kertas putih biasa) ukuran
dengan tanda hijau untuk 12x15 cm
penyimpanan sebelum dan sesudah
pengujian, masing-masing disertai
dengan slide plastic yang dapat
digeser-geser pada waktu
memindahkan nyamuk.)
3 Aspirator Species nyamuk yang akan
diuji/dicoba

4 Timer/pengukur waktu

5 Tempat/kotak penyimpanan tabung


percobaan yang mengandung nyamuk
untuk penyimpanan selama 24 jam (24
hours holding period).

6 Kapas

E. PROSEDUR KERJA
 Setelah semua bahan dan alat yang diperlukan telah disiapkan, pertama-tama
masukkan sejumlah nyamuk yang sejenis (satu spesies) dalam keadaan fisiologi yang
sama (keadaan perut yang sama, umur diusahakan yang sama apabila menggunakan
nyamuk dari koloni laboratorium), ke dalam tabung kontrol yang sudah dilapisi un-
impragnated paper (kertas putih biasa) yang telah diberi label/tanda dengan besarnya
konsentrasi racun serangga yang akan digunakan.
 Tiap tabung dapat diisi dengan 10 nyamuk dari spesies. Setelah semua nyamuk
disiapkan dalam tabung penyimpanan sebaiknya diperiksa lagi apakah ada nyamuk
yang mati/lemah sebelum test dilakukan dan sebelum nyamuk dipindahkan ke dalam
tabung percobaan.
 Kemudian pindahkan semua nyamuk dari tabung penyimpanan ke dalam tabung
prcobaan dengan cara meniup perlahan-lahan secara berurutan. Lalu tunggu selama 1
jam. Setelah 1 jam lihat berapa banyak nyamuk yang mati, lalu catat.
 Setelah itu pindahkan nyamuk kembali ke tabung penyimpanan dengan diberi
makanan air gula pada kapas, lalu tunggu selama 24 jam setelah itu catat kembali
nyamuk yang mati dan yang masih hidup.
F. INTERPRETASI DATA/HASIL

Interpretasi Data :
1. Kematian < 80% = resisten
2. Kematian 80-98 % = toleran (perlu pembuktian lebih lanjut)
3. Kematian 90-100 % = rentan
Setelah waktu penyimpanan 24 jam periksalah pertama-tama catatan suhu minimum
dan maximum selama 24 jam pengamatan, kelompok nyamuk pembanding (kontrol) dan
apabila ada kematian catatlah angka kematian dan kemudian diperiksa /dihitung jumlah
nyamuk yang mati pada tabung-tabung percobaan.
Apabila presentase kematian pada kelompok pembanding 5 s/d 20% maka untuk factor
koreksi harus digunakan rumus Abbot (Abbot formula):

% kematian nyamuk yang diuji - % kematian pada control


X 100
100 - % kematian pada control
Tetapi apabila kematian pada control di atas 20% maka uji (test) tersebut
dinyatakan gagal/hasilnya tidak dapat dipakai.

Hasil
No Perlakuan Jumlah nyamuk Kematian Kematian
1 jam 24 jam
1 Tabung Uji 1 10 1 8
2 Tabung Uji 2 10 2 6
3 Tabung Uji 3 10 0 9
4 Tabung Kontrol 10 0 6

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒖𝒌 𝒖𝒋𝒊


 Rata rata kematian nyamuk uji = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈 𝒖𝒋𝒊
𝟖+𝟔+𝟗
Rata rata kematian nyamuk uji = = 𝟕𝟔, 𝟔%
𝟑
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒖𝒌 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒓𝒐𝒍
 Rata rata kematian nyamuk control = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒓𝒐𝒍
𝟔
Rata rata kematian nyamuk control = 𝟏 = 60%
Kesimpulan :
hasil uji kerentanana nyamuk yang kita lakukan gagal karena pada uji kontrol, kematian
nyamuk > 20% sehinga uji tersebut tidak dapat dilihat resistennya, beberapa faktor yg
mepengaruhi hasil uji kerentanan nyamuk gagal adalah suhu, pencahayaan, kelembapan.

Anda mungkin juga menyukai